Anda di halaman 1dari 11

Menu

Search

Jauzanoey's Blog

Live Should Be Better…

KONSUMSI PAKAN DOMBA

Domba Priangan

Menurut Sugeng (1995), ciri-ciri domba priangan tubuh tegak agak lebar dengan leher kuat, dapat
digunakan sebagai aduan. Jantan memiliki tanduk cukup besa, melengkung ke belakang membentuk
spiral ke arah luar. Pangkal tanduk kiri dan kanan hampir bersatu sedangkan betina tidak bertanduk bulu
lebih panjang dan halus dari domba asli dan memiliki telinga yang sedang besarnya. Bobot hidup jantan
mencapai sekitar 60-80 kg dan betina 30-40 kg, tinggi pundak jantan 75 cm dan betina 62 cm, bentuk
tubuh semakin ke belakang semakin pendek (Merkens dan Soemirat, 1926). Warna tubuh bermacam-
macam yaitu putih, hitam, coklat atau warna campuran (Zulkarnaen, 1992).

Domba pedaging merupakan tipe domba yang terbentuk karena dipelihara dengan tujuan khusus untuk
memproduksi daging dan memilki badan yang lebih panjang dan paha yang montok (Natasasmita et. al.,
1986). Ciri-ciri umum domba pedaging adalah garis muka cembung, bentuk mata normal, bentuk telinga
lebar (rubak), panjang lebih dari 9 cm dengan posisi menggantung kebawah, bertanduk untuk jantan
meski tidak sebesar pada domba tangkas dan tidak bertanduk pada betina, garis punggung lurus dan
tipe ekor sedang serta bagian belakang (paha dan belakang) lebih besar (Mulliadi, 1996) dan warna
tubuh utama putih (Diwyanto, 2002).

Konsumsi Pakan

Menurut Tillman et al. (1999), konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan
digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Aktifitas konsumsi meliputi proses
mencari pakan, mengenal dan mendekati pakan, proses bekerjanya indera ternak terhadap pakan,
proses memilih pakan dan proses menghentikan makan. Parakkasi (1999) menegaskan bahwa tingkat
konsumsi (Voluntary Feed Intake) adalah jumah pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Konsumsi pakan
merupakan factor esensial untuk mengetahui kebutuhatn pokok dan produksi. Tingkat konsumsi dapat
menggambarkan palatabiltas. Tomaszeska et al. (1993) menyatakan bahwa jumlah konsumsi pakan
merupakan factor penentu yang paling penting dalam menentukan jumlah zat-zat makanan yang
didapat oleh ternak.

Konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu factor internal dan factor eksternal. Faktor
internal berasal dari dalam ternak itu sendiri, seperti nafsu makan, kesehatan dan kondisi ternak.
Sedangkan factor eksternal berasal dari pakan dan lingkungan sekitar dimana ternak tersebut hidup.
Konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas. Palatabilitas pakan tergantung pada bau, rasa, tekstur,
dan temperature pakan yang diberikan (Pond et al., 1995). Siregar (1984) menambahakan bahwa jenis
kelamin, ukuran tubuh, aktivitas dan lingkungan seperti suhu lingkungan dan kelembaban udara juga
mempengaruhi tingkat konsumsi. Suhu udara yang tinggi menyebabkan kurangnya konsumsi pakan
karena konsumsi air minum yang tinggi mengakibatkan penurunan konsumsi energi.

Padang Rumput

Pada rumput adalah areal yang ditumbuhi rerumputan terdapat sedikit pohon dan semak-semak secara
tersebar (Spedding, 1978). Tata laksana padang penggembalaan melibatkan dua macam variable
penting, yaitu tata laksana padang rumput atau hijauan dan tata laksana penggembalaan ternak. Padang
rumput permanent adalah padang rumput yang terus menerus dipergunakan sebagai sumber pakan
ternak dalam jangka waktu yang cukup lama. Cara ini paling tepat apabila dipergunakan pada daerah
yang bertopografi miring, karena dapat mencegah erosi tanah. Tata laksana penggembalaan ternak
bertujuan untuk memberikan kesempatan mencapai tingkat pertumbuhan hijauan atau rumput yang
optimal di padang rumput tersebut. Selain itu, pengontrolan terhadap penggembalaan ternak dilakukan
di dalam areal yang terbatas atau dibatasi akan lebih mudah untuk mencapai keseragaman penggunaan
rumput oleh ternak (Subagiyo dan Kusmartono, 1988).

Rumput

Makanan ternak adalah segala yang dapat dimakan oleh ternak dalam bentuk dicerna sebagian atau
seluruhnya dengan tidak mengganggu kesehatan ternak bersangkutan. Rumput merupakan pondasi
yang kokoh dan kuat dalam peningkatan produksi protein hewani. Penyediaan hijauan pakan ternak
secara kontinu dalam jumlah yang cukup dan bernilai gizi tinggi sangat diperlukan dalam setiap usaha
peternakan. Pakan umum yang diberikan pada domba dan kambing berupa rumput dan daun-daunan.
Pemberian rumput yang bernilai gizi tinggi lebih diutamakan dalam mempertahankan kelestarian domba
maupun kambing (Williamson dan Payne, 1965).

Brachiaria humidicola

Reksohadiprojo (1985), mengklasifikasikan rumput Brachiaria humidicola sebagai berikut :

Phylum : Spermatophyta

Subphyllum : Angiospermae

Classis : Monocotyledoneae

Ordo : Glumiflora

Familia : Gramineae

Subfamili : Panicoideae

Tribus : Paniceae

Genus : Brachiaria

Spesies : Brachiaria humidicola


Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput asli Afrika Selatan, menyebar ke daerah Fiji dan
Papua New Guinea. Terkenal dengan nama Koronivia Grass. Rumput Brachiaria humidicola merupakan
tanaman perenial (berumur panjang), perkembangan vegetatif dengan stolon begitu cepat sehingga bila
ditanam di lapangan segera membentuk hamparan. Batang yang berkembang dapat mencapai tinggi 20-
60 cm. helai daun berwarna hijau terang, lebar 5-16 mm dan panjang 12-25 cm.

Rumput Brachiaria humidicola sesuai untuk dataran rendah tropika basah. Rumput ini dapat
menghasilkan 20 ton bahan kering/Ha/tahun. Rumput ini mempunyai toleransi pada daerah dengan
drainase jelek dan tahan terhadap tekanan penggembalaan berat (Jayadi, 1991). Tanpa pemupukan
rumput ini menghasilkan 10,8 ton BK/Ha dan dengan pemupukan rumput ini menghasilkan 33,7 ton
BK/Ha saat dipupuk 450 Kg Nitrogen/Ha (Bogdan, 1977). Rumput ini biasanya digunakan sebagai hijauan
dalam padang penggembalaan permanen.

Kebutuhan Nutrisi Domba

Anggorodi (1990) menyatakan bahwa untuk pertumbuhan salah satu komponen yang penting dalam
makanan adalah energi, kebutuhan energi ini tergantung dari proses fisiologis ternak. Tillman et al.
(1991) menambahkan bahwa hewn yang sedang tumbuh membutuhkan energi untuk pemeliharaan
tubuh (hidup pokok), memenuhi kebutuhan akan energi mekanik untuk gerak otot dan sintesa jaringan-
jaringan baru. Menurut Mc Donald (2002) hewan memperoleh energi dari pakannya.

Menurut Pond et al. (1995) secara umum nutrisi yang paling membatasi dalam nutrisi ternak domba
adalah energi. Sumber utama dari energi adalah pastura (hijauan makanan ternak, hutan dan rumput
atau tunas-tunas), hay, silase, pakan dari produk sampingan (by product) dan biji-bijian. Ensminger
(1991) juga menyatakan bahwa kebutuhan energi domba sebagian besar dipenuhi oleh konsumsi dan
pencernaan dari hijauan pastura, hay dan silase. Sumber energi menurut Parakkasi (1999) adalah
karbohidrat, protein dan lemak.

Energi pakan dapat didefinisikan sebagai kalori yang terkandung dalam pakan. Kalori ini berasal dari
senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lemak. Ternak memerlukan energi untuk
berlanmgsungnya proses metabolisme di dalam tubuhnya. Konsumsi energi yang berlebihan oleh ternak
akan mengarahkan penggunaan energi untuk memproduksi lemak tubuh yang lebih tinggi (Haryanto,
1992).

Defisien energi pada ternak yang sedang dalam fase pertumbuhan akan menyebabkan penurunan laju
peningkatan bobot badan, yang akhirnya akan menghentikan pertumbuhan, bobot badan semakin
menurun dan yang paling buruk adalah dapat menyebabkan kematian (NRC, 1985). Ensminger (1991)
menambahkan bahwa kekurangan energi merupakan masalah defisiensi nutrisi yang umum terjadi pada
domba, yang dapat disebabkan oleh kekuranga pakan atau karena mengkonsumsi pakan dengan
kualitas rendah.

Table kebutuhan zat makanan domba perekor/hari

BB (kg) PBB (g/hr) Energi protein BK

DE (Mkal) ME (MKal) TP (g) DP (g) Total % BB

16 0 1,49 1,22 64,5 41,6 0,51 3,2

50 1,97 1,62 93,6 60,3 0,58

100 2,46 2,02 122,6 79,1 0,84

18 0 1,65 1,35 71,2 40,0 0,56 3,1

50 2,14 1,75 100,2 68,7 0,73

100 2,62 2,15 129,2 87,4 0,90

20 0 1,81 1,49 77,8 58,4 0,62 3,1

50 2,30 1,88 106,8 77,1 0,78

100 2,78 2,28 145,8 95,8 0,95

Sumber : Devendra (1963)

Keterangan : DE = Digestible Energy

ME = Metabilizable Energy
TP = Total Protein

DP = Digestible Protein

Protein

Menurut Siregar (1984), ternak ruminansia membutukan asam-asam aminoyang berasal dari protein.
Asam-asam amino yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia sebagian dipenuhi dari protein mikroba dan
sebagian lagi dari protein pakan atau ransum yang lolos dari fermentasi didalam rumen atau disebut
dengan protein by pass. Haryanto (1992) mengatakan bahwa protein adalah senyawa kimia yang
tersusun atas asam-asam amino. Asam amino tersebut diperlukan oleh ternak dan ternak tidak dapat
mensintesa (membuat) sendiri dalam tubuhnya. Anggorodi(1990) menambahkan bahwa protein yang
dibutuhkan oleh ternak yaitu dalam bentuk protein kasar dan protein dapat dicerna.

Pond et al.(1995)menegaskan bahwa kuantitas protein dalam pakan lebih penting dari pasa kualitasnya
bagi ruminansia, karena rumninsia bergantung pada populasi mikroba dalam rumen untuk menghasilkan
asam amino dan vitamin yang dibutuhkan untuk produksi yang diinginkan. Mikroba rumen
menggunakan nitrogen dati protein pakan dan nitrogen dari sumber non-protein nitrogen untuk
menyusun asam amino.

Winarno(1992) menambahkan bahwa protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi
tubuh. Protein berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun dan pengatur. Protein
berfungsi sebagai zat pembangun karena, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru
yang selalu terjadi dalam tubuh. Protein digunakan sebagai bahan bakar jika kebutuhan energi tubuh
terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak.

Menurut NRC(1994) ternak ruminansia membutuhkan pakan berkadar protein lebih rendah
dibandingkan ternak monogastrik. Protein yang dibutukan domba berkisar antara 10-12% bahan kering
ransum. Herman(2003) menyatakan bahwa kebutuhan protein dan pertumbuhan ternak mempunyai
hubungan yang erat adalah kebutuhan energy, sehingga kebutuhan energi perlu diperhitungkan.
Bila hewan diberi makan protein dan energi yang dihasilkan melebihi kebutuhan hidup pokoknya anak-
anaknya maka hewan tersebut akan menggunakan kelebihan zat makanan tersebut untuk pertumbuhan
dan produksi (Tilman et al, 1991). Kebutuhan protein domba dipengaruhi oleh umur, masa
pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, ukuran dewasa/masak, kondisi tubuh, dan rasio energi protein
(Ensminger 1990).

Total Digestible Nutriens(TDN)

TDN ditentukan oleh jumlah protein kasar tercerna, karbohidrat tercerna(BeTN dan serat kasar) serta
2,25% lemak tercerna (NRC, 1985).

Total Digestible Nutrient (TDN) suatu bahan makanan dinyatakan dengan bagian dari bahan makanan
yang dimakan dan tidak diekresikan dalam feces. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna perlu
diketahui guna mempertinggi effisiensi konversi makanan. Faktor-faktor tersebut adalah suatu
lingkungan, komposisi ransum, dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lainnya
(Anggorodi, 1990). Aboenawan (1991) menyatakan bahwa TDN merupakan salah satu cara untuk
mengetahui energi pakan. Semakin tinggi nilai TDN suatu pakan maka pakan tersebut akan semakin baik
karena semakin banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan. Menurut NRC (1985) kebutuhan TDN
domba pada bobot tubuh 10-20kg dengan pertambahan bobot tubuh 200-250gr/hari yaitu 0,4-0,8kg.

Hijauan merupakan sumber pakan yang sangat penting bagi manusia. Hijauan mengandung hamper
semua zat yang dibutuhkan oleh ternak selain sebagai bulk (pengenyang). Menurut Mulyono (1999)
pakan hijauan mengandung zat gizi yang dapat menentukan pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan
ternak. Pakan hijauan segar yang baik adalah bila komposisinya diatur antara yang mengandung protein
rendah dan protein tinggi. Umumnya peternak sulit mendapatkan hijauan segar pada musim kemarau.
Hijauan merupakan sumber serat kasar yang tinggi bagi ruminan. Hijauan yang dimaksud biasanya
rumput-rumputan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi kimia rumput adalah jenis rumput, kesuburan tanah,
tempat rumput ditanam,iklim yang menentukan tinggi rendahnya intensitas hujan dan sinar matahari
yang tinggi pengaruhnya terhadap intensitas asimilasi CO2, ketinggian tempat, air dalam tanah dan
umur rumput. Apabila hijauan yang diberikan gizinya kurang baik akan mempengeruhi pertumbuhan
ternak (Rismunandar, 1986).
Advertisements

REPORT THIS AD

Share This:

Share

Related

POTENSI & GENETIKA KERBAU DI INDONESIA

In "Kerbau"

PROFIL SAPI PESISIR

In "Did u know?"

KUCING

In "Did u know?"

January 17, 20111 Reply

« Previous

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment

Name *

Email *

Website

Post Comment

Notify me of new comments via email.

Notify me of new posts via email.


mahesa mutiara tani on April 1, 2018 at 12:01 am

salam kenal kami menjual konsentrat domba dan sapi siap pakai untuk info lebih lanjut bisa kunjungi
blog kami di https://mahesamutiaratani.blogspot.co.id/

atau tlp/wa : 085778089795

terima kasih

Reply

Author

jauzanoey

JANUARY 2011

M T W T F S S

« Oct

1 2

3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16

17 18 19 20 21 22 23

24 25 26 27 28 29 30

31

Recent Posts

KONSUMSI PAKAN DOMBA

SUSU KERBAU

SAPI PERAH FRIES HOLLAND (HOLSTEIN FRIESIAN)

POTENSI & GENETIKA KERBAU DI INDONESIA

KOMODO DRAGON

Categories
Did u know? (4)

Fanfiction (1)

Super Junior (1)

FUN (2)

KOMIK (2)

Manajemen Sapi Perah (1)

Sapi (1)

Scientific (8)

Binatang langka (1)

Kerbau (2)

Kucing (1)

Peternakan (6)

Domba (1)

Archives

January 2011

October 2010

Twitter

Rumah tetangga sekitar korban #anginputingbeliung semoga tidak ada korban jiwa. Amin @
Pamoyanan, Jawa Barat, Indon… twitter.com/i/web/status/1… 8 months ago

#Lastday with my colleagues.. I will miss u all. Love u..😘😘 Wish u all the best!!
instagram.com/p/Bq7YRaMFnV_/… 8 months ago

#thefirst and #thelastgathering with all LOB team Bogor. Ada tawa, senang, sedih dan terharu jadi satu.
Semoga tea… twitter.com/i/web/status/1… 8 months ago

Advertisements

REPORT THIS AD
View Full Site

Create a free website or blog at WordPress.com.

Follow

:)

Anda mungkin juga menyukai