Ada beberapa hewan yang menggunakan sistem sonar, salah satunya adalah lumba- lumba. Lumba-lumba adalah mamalia air yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi berupa sonar untuk melihat apa yang ada di sekelilingnya. Kemampuan tersebut disebut sebagai ekolokasi. Dahi lumba-lumba luas, menonjol, dan berada di depan lumbang sembur mereka. Dahi lumba-lumba kerap disebut sebagai melon. Dilansir dari Dolphin Plus, melon lumba-lumba terdiri dari jaringan lemak dan cairan yang berfungsi sebagai lensa yang dapat menentukan bagaimana gelombang suara difokuskan selama ekolokasi. Cara kerja sistem sonar pada lumba-lumba dimulai dengan dibuatnya gelombang suara berfrekuensi tinggi (gelombang ultrasonik) dalam kantong hidungnya. Gelombang suara tersebut kemudian akan difokuskan melalui melon lumba-lumba pada berbagai arah dan frekuensi. Gelombang suara kemudian akan terpancar dari melon lumba-lumba. Gelombang suara yang menemukan suatu objek akan merambat kembali ke melon lumba-lumba dalam rentang waktu tertentu. Gelombang suara yang memantul kembali seperti gema akan diterima oleh rahang bawah lumba-lumba untuk kemudian dikirim telinga mereka. Dari telinga, gelombang suara tersebut akan dikirim ke otak melalui sistem saraf. Sehingga, lumba-lumba dapat menerjemahkan sinyal suara tersebut menjadi suatu gambaran visual. Dengan cara tersebutlah, lumba-lumba dapat memetakan apa yang ada disekitarnya dalam rentang jarak ratusan meter. Cara kerja sonar lumba-lumba hampir sama dengan cara kerja sistem sonar pada kapal laut dan kapal selam manusia. Dilansir dari Public Broadcasting Service (PBS), gelombang suara bergerak 4,5 kali lebih cepat di dalam air daripada di udara. Hal tersebut membuat lumba-lumba dapat secara efektif “melihat” segala sesuatu yang berada di sekitar mereka dengan sangat cepat. Dilansir dari American Association for the Advancement of Science, banyak lumba-lumba tidak dapat menggerakkan lehernya. Sehingga sistem sonar lumba-lumba membantu mereka untuk “melihat” sekeliling tanpa perlu mengubah arah tubuh mereka.
2. Mekanisme Pernapasan pada Lumba-lumba
Lumba-lumba adalah mamalia sehingga lumba-lumba bernapas dengan paru-paru, sama seperti manusia. Lumba-lumba tidak bisa bernapas di bawah air seperti ikan karena mereka tidak memiliki insang. Tidak hanya lumba-lumba, mamalia air lainnya, seperti paus, juga bernapas dengan paru-paru. Dilansir dari Whale and Dolphin Conservation (WDC), lumba-lumba bernapas melalui lubang hidung, yang disebut lubang sembur, yang terletak tepat di atas kepala mereka. Hal ini memungkinkan mamalia air, termasuk lumba-lumba dan paus, untuk mengambil napas dengan hanya mengekspos bagian atas kepala mereka ke udara saat mereka berenang atau beristirahat di bawah air. Setelah bernapas, lubang sembur ditutup rapat oleh otot-otot kuat yang mengelilinginya sehingga air tidak bisa masuk ke paru- paru paus atau lumba-lumba. Paus besar memiliki dua lubang sembur (dengan pengecualian paus sperma ), sedangkan lumba-lumba hanya memiliki satu. Ketika lumba- lumba muncul ke permukaan untuk mencari udara, mereka menghembuskan napas terlebih dahulu dan kemudian menghirup udara segar. Hanya butuh sepersekian detik bagi lumba-lumba untuk melakukan proses pernapasan. Saat lumba-lumba bernafas, air yang menyembur tidak berasal dari paru-paru lumba-lumba. Air tersebut hanya air yang berada di atas kepalanya, di sekitar lubang sembur yang dihembuskan sebelum lumba-lumba menghirup napas. Sebelumnya, lumba-lumba dianggap tidak dapat bernapas melalui mulut seperti halnya manusia, hanya melalui lubang semburnya. Namun, pada tahun 2016, para ilmuwan menemukan lumba- lumba Selandia Baru dengan lubang sembur yang rusak dan telah belajar bernapas melalui mulutnya. Lumba-lumba pun mampu menahan napas selama beberapa menit, tetapi biasanya mereka bernapas sekitar 4 atau 5 kali setiap menit.
3. Mekanisme Pendengaran pada Lumba-lumba
Di sekolah kita pernah belajar tentang suara ultrasonik yaitu suara atau getaran dengan frekuensi di atas 20 KHz. Lumba-lumba adalah salah satu hewan yang menggunakan getaran ini untuk berkomunikasi. Tapi kalian pernah kepikiran nggak, gimana cara lumba-lumba mendengarkan suara berfrekuensi tinggi padahal tidak punya telinga? Lumba-lumba sebenarnya punya indra pendengaran tapi bentuknya bukan seperti daun telinga. Mereka bisa mendengar melalui bukaan telinga kecil di kedua sisi kepalanya. Saat di dalam air, diyakini lumba-lumba bisa mendengar melalui tulang rahang bawah yang mengirimkan suara ke telinga tengah. Oleh karena itu, manusia tidak bisa mendengar sejumlah besar suara yang dibuat oleh lumba-lumba.