2595 5340 2 PB
2595 5340 2 PB
ABSTRACT
The point of the study is to determine kerawang Gayo crafts in the openwork hamlet of
Bebesen, Bebesen District, Central Aceh, Aceh Province, including its form, function, and
marketing. Bebesen village has the most openwork artisans in Aceh. This study use qualitative
approaches to collect descriptive data from craftsmen and company owners, community
leaders, and municipal governments. The discussion and solving of research data is carried out
with the support of applicable theories, such as form theory and function theory. Data
collection is carried out through observation, literature review, interviews, and documentation.
The kerawang Gayo craftsmen in Bebesen village produce products for daily needs such as
openwork clothes, bags, skirts, headscarves, upuh ulen-ulen, pawak, chair pillowcases, as well
as for the needs of traditional occasions, didong pillows used in Didong art, umbrellas, and
variety of souvenirs. The ornamental motifs that are commonly stitched in handicraft products
here are the emun berangkat, emun beriring, emun mutumpuk, emun mupesir, tapak seleman,
bunge ni kapas, puter tali, and pucuk ni tuis.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerajinan kerawang Gayo di kampung kerawang
Bebesen, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah, Propinsi Aceh, meliputi bentuk, fungsi, dan
pemasarannya. Kampung Bebesen memiliki perajin kerawang terbanyak di Aceh. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan data deskriptif yang bersumber dari perajin dan
pemilik usaha, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah setempat. Pembahasan dan
pemecahan data penelitian dilakukan dengan dukungan teori yang relevan yaitu teori bentuk,
dan fungsi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, tinjauan pustaka, wawancara, dan
dokumentasi. Perajin kerawang Gayo di kampung Bebesen menghasilkan produk untuk
kebutuhan sehari-hari seperti baju kerawang, tas, rok, jilbab, upuh ulen-ulen, pawak, sarung
bantal kursi, serta untuk kebutuhan acara-acara adat, bantal didong yang digunakan dalam
kesenian didong, payung, dan beragam bentuk cinderamata. Adapun motif hias yang banyak
dijahitkan dalam produk kerajinan di sini yaitu motif emun berangkat, emun beriring, emun
mutumpuk, emun mupesir, tapak seleman, bunge ni kapas, puter tali, dan pucuk rebung.
13
Vol. 1, No. 2, Mei 2022 Relief: Journal of Craft
15
Vol. 1, No. 2, Mei 2022 Relief: Journal of Craft
pengetahuan tentang kerawang Gayo, serta Peningkatan Wanita Industri Kecil di
unsur pemerintah sebagai pembuat regulasi. Jakarta. Selama satu bulan mengikuti
Keempat yaitu dokumentasi, bagian ini pelatihan beliau memperdalam
dipahami sebagai kegiatan pengumpulan keterampilannya dalam bidang jahit-
data penelitian melalui perekaman gambar menjahit.
atau visual dari objek penelitian. Hasil foto Selama mengikuti pelatihan tersebut
yang berhubungan dengan keseluruhan ibu Maimunah juga memperkenalkan
objek penelitian dapat dijadikan sebagai kerawang Gayo yang sudah ditekuninya
sumber data. Semua metode dan cara yang jauh sebelum mengikuti pelatihan. Dengan
dilakukan dalam upaya memperoleh data pertimbangan tersebut kemudian beliau
dilakukan dengan dukungan peralatan dan ditunjuk menjadi motivator P2WIK
instrumen yang sesuai. (Pelatihan peningkatan Wanita Industri
Kecil) bagi rekan-rekannya. Selanjutnya
B. Analisis Data dalam upaya mengembangkan potensi
Tahapan selanjutnya adalah daerah ini beliau dikontrak oleh pemerintah
menyusun dan mengelompokkan data daerah selama tiga tahun sebagai instruktur
lapangan dari hasil wawancara, observasi dan melatih kaum perempuan Aceh
dan catatan lapangan, serta hasil keterampilan cara menjahit kerawang Gayo.
dokumentasi secara sistematis dan Berbeda dengan sekarang, pada masa
terstruktur. Pengelompokan dilakukan awal kerajinan ini hanya ada beberapa
sesuai permasalahan penelitian sehingga produk yang dihasilkan seperti Sab Batil
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun dan Bebalun (tempat penyimpanan cerana)
orang lain (Sugiyono 2008). Analisis data yang masih dipakai sampai saat ini sebagai
berupa proses inspeksi, pembersihan dan barang yang berhubungan dengan adat dan
pemodelan data yang terkumpul untuk budaya masyarakat Gayo serta beberapa
melihat keterkaitan, membuat perbandingan jenis baju. Untuk lebih mengembangkan
antara persamaan dan perbedaan data potensi dan wawasan pribadinya, beliau
dengan tujuan menemukan informasi yang kemudian mencari dan bekerjasama dengan
berguna dan mendukung pengambilan Abdullah yang berasal dari Bali.
keputusan. Hasil analisis data tentang Kerjasama ini untuk meningkatkan potensi
kerajinan kerawang Gayo baik berupa data dan wawasan beliau, yang kemudian
tertulis maupun gambar serta hasil keduanya menjalin kerja sama untuk lebih
wawancara selanjutnya menjadi bahan mengembangkan kerawang Gayo dalam
kajian yang dipaparkan dalam bentuk narasi bentuk dan fungsi yang lebih luas dan
tulisan. berbeda dari sebelumnya. Hasilnya
sekarang produk-produk kerajinan
HASIL DAN PEMBAHASAN kerawang Gayo dapat dinikmati oleh
A. Keberadaan Kerajinan Kerawang penduduk lokal dan juga nasional bahkan
Gayo di Bebesen internasional. Melihat perkembangan
Kerajinan kerawang Gayo di kerajinan ini, maka Idawati putri ibu
kampung Bebesan pertama kali Maimunah pada tahun 1990 mulai
diperkenalkan sekitar tahun 1982 oleh ibu menggeluti dan mencoba melanjutkan
Maimunah. Beliau seorang ibu rumah usaha orang tuanya yang sudah
tangga yang memiliki keterampilan dan dipelajarinya dari masa bangku sekolah
pengalaman jahit menjahit. Langkah ini dasar sampai sekolah menengah atas.
mendapat respon yang baik oleh pemerintah Kerajinan kerawang Gayo di Bebesen
daerah dan masyarakat sekitarnya. Sebagai ini sempat mengalami pasang surut dan
bentuk dukungan pemerintah terhadap bahkan sempat terhenti. Keadaan ini
usahanya, maka tahun 1983 untuk pertama berlangsung pada saat terjadinya krisis
kali beliau diberi kesempatan mengikuti moneter pada tahun 1998 dan dalam masa
pelatihan P2WIK yaitu Pelatihan konflik terbuka RI dan GAM pada tahun
16
Vol. 1, No. 2, Mei 2022 Relief: Journal of Craft
2000 silam. Saat itu banyak masyarakat merangsang peminatnya untuk memberikan
termasuk perajin kerawang Gayo yang nilai pada benda tersebut.
memilih meninggalkan rumah dan Bentuk adalah totalitas dari sebuah
kampung halamannya guna menyelamatkan karya seni, dan merupakan organisasi atau
diri dengan pindah ke daerah-daerah di luar satu kesatuan atau komposisi dari unsur-
Aceh. Sehingga sebagian besar generasi unsur pendukung karya (Dharsono 2017).
perajin kerawang Gayo pada masa itu Kerajinan kerawang Gayo merupakan
hilang. produk yang telah lama berkembang dan
Setelah mengalami pasang surut, pada telah menghasilkan beragam bentuk dengan
tahun 2011 Idawati kembali ke jenis dan warna yang berbeda-beda pula.
kampungnya dan berisiatif melanjutkan Produk tersebut diciptakan tidak hanya
aktifitas membuat dan mengadakan kembali untuk dinikmati oleh perajin sendiri, namun
pelatihan kerawang Gayo. Beliau merekrut juga dijual untuk menambah perekonomian
kembali kaum perempuan yang pernah keluarga. Kerawang Gayo umumnya
belajar bersama ibunya, dan juga mengajak dibuat dalam bentuk produk-produk yang
para wanita dan ibu rumah tangga yang menggunakan bahan dasar berupa kain
tidak memiliki pekerjaan untuk dilatih cara berwarna gelap yaitu hitam. Benang-
membuat kerawang Gayo. Berkat pelatihan benang berwarna cerah yang kontras
yang diberikan Idawati, ibu-ibu rumah dengan dasar kain dijahitkan melalui mesin
tangga tersebut sudah dapat menjadikan jahit. Warna tersebut yaitu merah, kuning,
kerawang Gayo sebagai mata pencaharian putih, dan hijau, kadang sekarang juga
sehari-hari. memakai warna biru. Dalam masyarakat
Berkat kemauan dan kerja keras Gayo pilihan warna tersebut tidak hanya
dalam kondisi yang semakin membaik, persoalan keindahan semata, tetapi
lambat laun aktifitas ini makin berkembang. memiliki filosofi yang dalam. Warna
Jumlah perajin, pengusaha, dan sentra- kuning bermakna musuket sipet merupakan
sentra kerajinan kerawang mulai sifat yang penuh pertimbangan
bermunculan dan semakin banyak. Karena menyimbolkan pemimpin pemerintah,
memiliki sentra kerajinan dan jumlah merah bermakna musidik sasat yaitu sifat
perajin kerawang Gayo terbanyak di Aceh, yang penuh keberanian menegakkan
masyarakat setempat sepakat memberikan kebenaran, warna putih mengandung makna
julukan sebagai ―Kampung Kerawang perlu sunet yaitu kemampuan membedakan
Gayo‖ bagi kampung Bebesen. Kreatifitas yang baik dan buruk juga kesucian, warna
masyarakat ini mendapat respon dan ijo atau hijau sebagai genap mupakat yaitu
dukungan pemerintah ditandai dengan sifat musyawarah. Warna dasar hitam
peresmian nama tersebut secara langsung adalah melambangkan bumi (Ferawati
oleh Bupati Aceh Tengah bapak Shabela 2013). Warna kain maupun benang
Abubakar pada tahun 2018 (wawancara tersebut senantiasa hadir dalam setiap
dengan Idawati, 22 Juni 2020). produk kerajinan kerawang Gayo.
17
Vol. 1, No. 2, Mei 2022 Relief: Journal of Craft
memakai kerajinan Kerawang Gayo. Pada c. Jilbab
mempelai pria Kerawang Gayo selain pada
baju juga terdapat pada penutup kepala. Jilbab atau kain kerudung wanita
merupakan salah satu inovasi produk fesyen
yang dihadirkan. Motif-motif Kerawang
Gayo ditempatkan pada bagian pinggir
kain. Hal ini sebagai salah satu diversifikasi
produk untuk menambah nilai keindahan
produk tersebut.
Gambar 1
Motif Aka Cino Sagagang
Gambar 3
(Sumber: Jusnimalita, 2020)
Kerudung/Jilbab dengan motif Kerawang Gayo
(Sumber: Jusnimalita, 2020)
b. Pawak atau upuh kerung bekasab
Pakaian ini adalah semacam rok d. Tas dan Dompet
yang dipakai kaum perempuan mulai dari
anak-anak sampai orang dewasa. Dahulu
hanya dikenakan oleh pengantin perempuan
dan sekarang juga untuk menghadiri acara
formal dan non formal. Ornamen Kerawang
gayo tampak pada motif yang memanjang
dari atas hingga bawah bagian rok.
Gambar 4
Tas dengan motif Kerawang Gayo
(Sumber: Jusnimalita, 2020)
Gambar 2
Motif Aka Cino Sagagang
(Sumber: Jusnimalita, 2020)
Gambar 5
Dompet dengan motif Kerawang Gayo
(Sumber: Jusnimalita, 2020)
18
Vol. 1, No. 2, Mei 2022 Relief: Journal of Craft
e. Bantal
Gambar 6 Gambar 8
Bantal kursi dengan motif Kerawang Gayo Sab batil
(Sumber: Jusnimalita, 2020) (Sumber: Jusnimalita, 2020)
g. Bebalun
Gambar 7
Bantal Didong dengan motif Kerawang Gayo
(Sumber: Jusnimalita, 2020) Gambar 9
Bebalun
Bantal didong pada gambar 7 (Sumber: Jusnimalita, 2020)
merupakan salah satu perlengkapan upacara
kesenian adat Gayo. Bantal ini berbentuk Bebalun, merupakan sebuah tas segi
persegi berukuran ± 15-20 cm, Bantal empat bagian terluar digunakan untuk
diletakkan pada salah satu tangan dan menyimpan sab batil agar mudah dibawa
ditepuk-tepuk oleh tangan sehingga saat bepergian.
mengeluarkan suara.
h. Upuh Ulen-Ulen
f. Sab Batil
Upuh ulen-ulen (kain bulan-bulan)
Sab batil, salah salah satu bagian adalah salah satu kain kebesaran
terpenting dalam setiap acara adat Gayo masyarakat Gayo berukuran 100 x 200 cm.
berupa selembar kain berwarna hitam Menggunakan kain pradahitam yang
sebagai pembungkus cerana yang sudah dipenuhi dengan motif, Benang yang
diisi dengan daun sirih, kapur sirih, pinang, digunakan juga merupakan warna daerah
dan gambir. yang terdiri dari warna hitam, putih, merah,
kuning, dan hijau. Kain ini dipakai oleh
pengantin pria dan wanita pada saat proses
adat berlangsung, anak lelaki yang akan
dikhitan, tamu pemerintahan dan acara
kesenian seperti tari guel.
19
Vol. 1, No. 2, Mei 2022 Relief: Journal of Craft
Gambar 11
Gambar 9 Motif Tapak Seleman
Upuh Ulen-Ulen (Sumber: Jusnimalita, 2020)
(Sumber: Jusnimalita, 2020)
Motif Tapak Seleman berbentuk
i. Pelaminan Adat Gayo empat lingkaran kecil yang simetris dibatasi
dengan garis lurus pertikal dan horizontal.
Motif ini melambangkan kemegahan dan
kepercayaan pada hal-hal gaib di
masyarakat Gayo. Makna dari motif ini
yaitu adil, bijaksana, amanah, dan
mupakat.
Gambar 10
Pelaminan Adat Gayo Gambar 12
(Sumber: Jusnimalita, 2020) Motif Puter Tali
(Sumber: Jusnimalita, 2020)
2. Motif hias yang diterapkan dalam
kerajinan kerawang Gayo Motif Puter tali bersumber dari tali
yang dipilin ganda, biasa digunakan untuk
Berdasarkan bentuk produk yang mengikat suatu benda. Filsafah Gayo
dihasilkan di kampung Bebesen dapat menyatakan “keramat mupakat, behu
dilihat bahwa terdapat beragam motif berdedele” artinya bersama dalam
Kerawang Gayo pada setiap produknya. musyawarah, berkumpul ramai-ramai.
Menurut Suhersono motif adalah desain Makna dari motif ini ialah persatuan,
yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, kesatuan dan saling peduli satu sama lain.
berbagai macam garis atau elemen-elemen berkumpul dan bermusyawarah adalah
dan terkadang sangat dipengaruhi oleh pilihan yang tepat untuk memutuskan suatu
bentuk-bentuk stilisasi alam, dan benda masalah (Abidin 2002).
dengan gaya dan ciri khas sendiri
(Suhersono 2007).
20
berangkat ini ntertuang dalam peri mistike (filsafah/ pepatah Gayo)
“beluh sara loloten, mewen sara tamunen” yang artinya pergi satu
22
Vol. 1, No. 2, Mei 2022 Relief: Journal of Craft
ibunya, dan mengajak para wanita dan ibu Busana Adat Pengantin Di
rumah tangga yang tidak memiliki Aceh Tengah.‖ Ekspresi: Seni
pekerjaan untuk dilatih cara membuat Jurnal Institut Seni Indonesia
kerawang Gayo. Padangpanjang 15 (1): 29–39.
Produk-produk kerajinan ini https://doi.org/10.26887/ekse.v
diantaranya pakaian adat Gayo, baju dan 15i1.167.
perlengkapan pakaian wanita, tas, dompet,
bantal untuk keperluan rumah tangga, dan Moleong, Lexy, J. 2000. Metodologi
adat, serta kesenian, dan berbagai macam Penelitian Kualitatif. Bandung:
produk cenderamata. Motif yang Remaja Rosdakarya.
diterapkan pada produk kerajinan kerawang
Gayo di Bebesen dibuat secara berulang- Sugiyono. 2008. Metedeologi Penelitian
ulang pada setiap produknya dengan Kuantitatif Kualitatif Dan
mensulamkan motif Pucuk ni Tuis atau R&D. Bandung: Alfabeta.
pucuk rebung, motif Tapak Seleman, motif
Putar Tali, motif Emun Berangkat, dan Suhersono, Hery. 2007. Desain Bordir
motif Emun Beriring atau awan beriring. Motif Geometris. Jakarta:
Pemasaran produk dilakukan perajin Gramedia Pustaka Utama.
dan pemilik melalui dua cara yaitu
pemasaran langsung sendiri dan pemasaran
yang melibatkan pihak lain, yang bahkan ke
luar negeri. Pandemi COVID-19, membuat
berkurangnya kunjungan ke daerah Aceh
Tengah, yang berimbas pada kunjungan ke
sentra-sentra kerajinan kerawang Gayo.
Sehubungan dengan itu perajin secara
kreatif dan inovatif memanfaatkan
teknologi media untuk mempromosikan dan
melakukan pemasaran produk kerajinan
kerawang Gayo.
DAFTAR PUSTAKA