Anda di halaman 1dari 2

sinopsis

Joni, Putri, dan Adul saling bersahabat. Walaupun begitu, Joni dan Putri lebih
dekat karena mereka berdua sudah bersahabat sejak kecil. Sedangkan Adul bersahabat
dengan mereka berdua baru dua tahun yang lalu tepatnya, saat kelas 1 SMA. Suatu
hari, Putri tidak masuk sekolah.

- Dialog Drama

Joni: Eh, Putri ke mana ya? Kok dia enggak masuk sekolah?
Adul: Enggak tau nih, tapi kan enggak biasanya Putri enggak masuk. Jangan-jangan
Putri kenapa-napa lagi?
Joni: Bagaimana kalau pulang sekolah, nanti kita jenguk Putri di rumahnya. Kamu mau
enggak?
Adul: Tapi, tunggu dulu. Hari ini kan ada ekskul Pramuka. Jadi kita pulangnya jam
setengah empat.
Joni: Oh iya, kalau begitu nanti saja setelah selesai ekskul, kita baru ke rumah
Putri.
Adul: OK! Ashiaap.
Sepulang sekolah, Joni dan Adul mengikuti ekskul Pramuka. Akhirnya jam setengah
empat ekskul selesai dan mereka segera pulang. Namun, di tengah perjalanan ke
tempat parkir, mereka melihat seorang gadis yang sedang berdiri di pinggir lapangan
basket.
Adul: Dia siapa ya?
Joni: Murid pindahan mungkin (memperhatikan gadis yang sedang membelakangi mereka).
Adul: Kalau dia murid pindahan, kok dia ada di sekolah saat jam ekskul basket?
Joni. Tau. Kita samperin yuk!
Adul: Bentar-bentar.
Tiba-tiba HP Adul berdering.
Adul: Duh, Jon, sepertinya aku enggak bisa ikut jenguk Putri. Soalnya kakakku
WhatsApp, katanya dia mau ke bandara jemput temannya yang datang dari luar kota.
Aku disuruh menemani adikku di rumah. Maaf ya. Sampaikan salamku untuk Putri ya.
Joni: Ya udah deh, engga papa kok.
Adul: Kalau gitu. aku pergi dulu ya.
Joni: Ya, hati-hati di jalan.
Kemudian, Joni menghampiri gadis yang ada di pinggir lapangan tersebut untuk
menjawab rasa penasarannya.
Joni: (Bergumam karena penasaran) kok dia mirip Putri ya? Putri (memanggil gadis
tersebut)
Putri: (berbalik) Joni?
Joni: Put, kamu kok enggak masuk sekolah? Terus kenapa kamu jam segini di sekolah?
Putri: (Menggenggam secarik kertas) Aku datang ke sekolah karena aku mau kasih tahu
sesuatu ke kamu.
Joni: Kasih tahu apa?
Putri: Aku mau ngucapin terima kasih karena selama ini kamu sudah baik banget sama
aku. Kamu sudah mau jadi sahabat aku, pengertian samaku, dan aku juga minta maaf
kalau aku punya salah samamu.
Joni: Kamu kenapa, Put? Kenapa kamu bilang begitu? Apa yang kamu sembunyiin dariku?
Putri: (Menangis tersedu-sedu) Aku enggak tahu apa yang harus aku lakukan untuk
ngebalas semua kebaikanmu di sisa-sisa waktuku ini.
Joni: Sisa-sisa waktu? Maksudnya apa? Memangnya kamu mau kemana?
Putri: Kamu tahu kan kalau kepalaku sering sakit?
Joni: Iya. Terus kenapa memangnya?
Putri: Karena aku udah enggak tahan sakitnya, kemarin aku periksa ke dokter, terus
saat itu juga dokter menyuruhku untuk dironsen, dan tadi pagi aku ambil hasil
ronsennya.
Joni: Terus, bagaimana hasilnya?
Putri tak menjawab pertanyaan Joni. Langsung saja Joni merebut secarik kertas yang
sedari tadi digenggam oleh Putri.
Joni: Apa? Ini enggak mungkin. Saudari Putri Salsabila positif mengidap kanker
otak? Kamu bohong kan, Put?
Putri: Kamu bisa lihat sendiri kan jon. Itu semua bukan rekayasa. Hidupku sebentar
lagi berakhir. Sebentar lagi aku akan ninggalin kamu untuk selama-lamanya. Harapan
hidupku sudah kecil banget.
Joni: Enggak, kamu enggak boleh bilang begitu, kita enggak boleh pisah, enggak
boleh.
Putri: Tapi, Jon, setiap ada pertemuan, di situ pasti ada perpisahan.
Joni: Enggak, aku enggak mau Put. Aku enggak mau pisah sama kamu.
Tiba-tiba Putri merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. Lalu pingsan.
Putri: (Memegangi kepalanya) Aw, sakit. Kepalaku sakit jon.
Joni: Put, kamu kenapa? (menopang tubuh Putri yang pingsan) Put, bangun Put!
Bangun! Ya Tuhan, Putri kenapa? Tolong... Tolongg.
Putri pun segera dilarikan ke rumah sakit. Kemudian, Putri segera ditangani oleh
dokter. Joni pun menelfon ibu Putri, Bu Yuli agar segera datang melihat keadaan
Putri.
Joni: Hallo, Bu Yuli
Bu Yuli: Hallo, ada apa Joni?
Joni: Ibu bisa datang ke rumah sakit Sehat Sejahtera?
Bu Yuli: Memangnya kenapa nak?
Joni: Putri pingsan bu. Saat ini ada di rumah sakit.
Bu Yuli: Ibu secepatnya kesana. Terima kasih sudah memberi tahu, Nak.
Joni: Iya Bu, sama-sama.
Tak lama kemudian, Bu Yuli pun datang. Setelah 1 jam menunggu, akhirnya dokter pun
telah selesai memeriksa keadaan Putri. Namun, dokter terlihat tidak bahagia.
Bu Yuli: Dok, bagaimana keadaan anak saya?
Dokter: Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya, saya sudah bekerja dengan
semaksimal mungkin, tapi saya bukanlah Tuhan yang bisa mengubah jalan hidup
seseorang. Maaf, anak ibu tidak bisa diselamatkan. Kondisinya sudah sangat kritis,
dan sel kanker tersebut telah menyebar ke seluruh tubuhnya.
Bu Yuli: Maksud dokter, Putri meninggal?
Dokter: Saya sudah berusaha Bu, ini sudah takdir.
Bu Yuli: Putri, ini tidak mugkin, tidak mungkin.
Dokter pun pergi meninggalkan Joni dan Bu Yuli. Joni pun menghampiri Bu Yuli yang
sedang meratapi kepergian Putri.
Joni: Ibu yang sabar ya Bu. Saya yakin di balik semua ini pasti ada hikmah yang
bisa dipetik.
Bu Yuli: Terima kasih Nak, selama ini kamu sudah jadi sahabat terbaik Putri.
Joni: Sudah bu, saya juga sedih atas kepergian Putri.
Bu Yuli: Semoga Putri tenang di sisi-Nya.
Joni: Aamiin...
Keesokan harinya, jenazah Putri sudah sampai di pemakaman.
Adul: Joni! (berlari dengan terengah-engah) Aku sudah dengar kabar dari teman-teman
kalau Putri meninggal karena kanker otak.
Joni: Iya. Hari ini akan dimakamkan.
Adul: Kalau begitu, ayo kita pergi ke pemakaman Putri. Aku ingin melihatnya untuk
terakhir kalinya.
Joni: Ya, ayo (bergegas menuju pemakaman).
Sesampai di pemakaman, Joni dan Adul melihat Bu Yuli yang berlinang air mata.
Joni: Putri, kenapa kamu cepet banget ninggalin aku? Aku nggak mau pisah samamu.
Adul: Sudahlah jon, kita harus relakan kepergian Putri. Ini semua sudah takdir.
Joni: (menangis sambil memandangi batu nisan Putri) Putri, kenapa kamu pergi
sebelum aku bisa bahagiain kamu. Asal kamu tahu, Put, di hatiku enggak ada sahabat
sebaik kamu. Kamu itu sahabat sejatiku yang selalu menemaniku dalam suka ataupun
duka. Put, semoga kamu tenang di alam sana..

Anda mungkin juga menyukai