Anda di halaman 1dari 7

Tema : Persahabatan

Jono dan Budi


Karya : Evan B. Tambunan

Di saat hari pertama masuk sekolah, ada seorang anak yang bernama Jono Suherman.
Dia baru memasuki sekolah jenjang SMA. Beliau mempunyai hobi membaca sejak SMP. Dan
ini adalah hari pertama sekolah di jenjang SMA. Jono sangat senang sekali karena dapat
bertemu teman baru, dan guru baru. Para siswa – siswi baru sangat disambut antusias oleh
bapak kepala sekolah, para guru – guru, dan kakak kelas.

Pada saat pertama kali masuk kelas yang baru, Jono duduk di bangku depan dan
bertemu teman baru, dan berkenalan dengan teman baru yang kebetulan duduk sebangku.

“ Hai, perkenalkan namaku Jono Suherman. Kamu dapat memanggilku Jono. Oh ya, namamu
siapa?”

“ Halo, senang bertemu denganmu. Oh ya, perkenalkan namaku Gading Budiman. Kamu dapat
memanggilku Budi”

Di saat itu Jono berbincang dengan Budi, Jono pun berniat untuk mengajak Budi
selepas bel istirahat berbunyi untuk pergi ke perpustakaan.

“ Oh ya, Budi. Nanti kamu mau tidak pada saat istirahat nanti kita ke perpustakaan ya
untuk membaca dan mencari buku bacaan disana? ” tanya Jono.

“ Oh iya, aku mau. Kebetulan hobi ku suka membaca.” Jawab Budi

Akhirnya waktu istirahat pun tiba, Jono dan Budi pergi menuju ke perpustakaan.
Perpustakaan tersebut berada di lantai 2. Sesampainya di perpustakaan, Jono dan Budi mencari
buku bacaan yang menarik untuk dipinjam dan dibaca. Jono dan Budi mendapatkan buku
bacaan yang menarik untuk dibaca.
“Jon, kamu pinjam buku tentang apa saja?” tanya Budi.

“Oh, ini Bud. Aku pinjam 2 buku, yaitu buku tentang sejarah dan buku novel yang berjudul
“The Hobbit” . Di situ isi dalam novel The Hobbit adalah menceritakan tentang petualangan
sekelompok pencari harta yang hendak mengklaim kembali harta milik leluhurnya yang telah
direbut oleh naga jahat Smaug. Kelompok ini terdiri dari 13 kurcaci, satu hobbit, dan satu
penyihir. Dalam perjalanan tersebut, kelompok itu harus menghadapi berbagai marabahaya dan
rintangan, baik berupa bentang alam yang keras hingga monster monster mengerikan dari
sudut-sudut gelap Middle Earth, seperti orc, troll, serigala, elf galak, dan naga. Sebuah
perjalanan akbar yang akan mengubah banyak hal, mulai dari karakter Bilbo Baggins—sang
hobbit—hingga sejarah dari Middle Earth itu sendiri.” jawab Jono dengan panjang lebar sambil
menjelaskan isi dalam buku novel yang dipinjamnya.

“Sedangkan kamu pinjam buku apa saja, Bud?” tanya balik oleh Jono.

“Aku pinjam 2 buku novel yang berjudul “Laut Bercerita” dan “Laskar Pelangi.” jawab Budi.

Setelah itu, Jono dan Budi menuju ke bapak pustakawan untuk mendata buku yang akan
kami pinjam.

“ Hai, sepertinya kalian murid ajaran baru ya. Silahkan kalian mendaftar kartu perpustakaan.
Setelah itu, nanti bapak akan data buku yang kalian pinjam” sapa bapak pustakawan itu.

Setelah Jono dan Budi mendaftar kartu pustakawan, buku yang mereka pinjam akhirnya
didata. Sambil didata oleh bapak pustakawan, Jono dan Budi berbincang kepada bapak itu.

“ Bapak disini sudah berapa lama menjadi anggota pustakawan?” tanya Jono

“ Saya disini sudah 20 tahun menjadi anggota pustakawan. Kalau tidak salah mulai dari tahun
2000. Tetapi saya juga mengajar sebagai guru mapel Bahasa Indonesia di kelas 11” sahut bapak
tersebut.
“Disini ada berapa yang menjadi anggota pustakawan, pak?” tanya Budi

“Ada 3, yaitu saya, Bu Marni, dan Pak Firman. Oh ya, saya lupa memperkenalkan diri saya.
Perkenalkan nama saya bapak Heri. Sedangkan kalian namanya siapa?”

“ Senang bertemu dengan bapak, nama saya Jono dan ini teman saya yang bernama Budi.”

“ Halo Jono dan Budi. Oh iya, batas waktu kalian pinjam buku 1 minggu ya. Jangan lupa ya.”

“ Siap, pak Heri!” ucap Jono dan Budi .

Setelah selesai didata oleh bapak Heri, Jono dan Budi berpamitan kepada bapak Heri
dan kembali ke kelas. Sesampai di kelas, Jono berniat mengajak untuk mampir ke rumahnya

“Budi, nanti kamu mau mampir ke rumahku untuk main?” tanya Jono

“Aku mau. Kebetulan nanti aku free kok.” jawab Budi

“ Oke, kalau begitu nanti kamu ke rumahku jam 3 sore”

Waktu sudah menunjukkan jam 3 sore. Budi pun pamit dan izin kepada ibu-nya untuk
bermain ke rumah Jono. Akhirnya, Budi berangkat ke rumah Jono menggunakan sepeda.
Sesampai di rumah Jono, Budi mengetuk pagar rumah Jono

“ (Tok Tok Tok) Permisi, Assalamualaikum. Jono oh Jono”

“Waalaikumsalam, oh Budi. Masuk aja, Bud”

“Maaf ya kalo rumahku agak berantakan”

“Iya, Jon. Tidak apa – apa. Santai saja.”

Setelah itu, mereka bermain PS 2 bersama sampai maghrib. Adzan maghrib


berkumandang, mereka berhenti bermain PS dan melaksanakan Shalat Maghrib. Selesai
melaksanakan shalat maghrib, mereka membereskan alat PS. Setelah selesai membereskan,
mereka berbincang bincang santai. Budi melihat sebuah speaker kecil yang berada di meja
belajar Jono

“Jon, ini speaker punya siapa?” tanya Budi.

“Ini speaker punya ku. Kenapa emangnya?”

“Boleh kah aku meminjam speaker mu untuk 4 hari ini?”

“Boleh kok. Asalkan kamu jaga baik-baik yaa”

“Oke, Jon”

Waktu mulai menunjukkan jam 6 sore, Budi pun pulang ke rumah dengan membawa
speaker kecil punya Jono yang dipinjamnya. Sesampai di rumah, Budi mandi, berkemas –
kemas untuk sekolah besok, dan belajar.

Hari kedua sekolah, Jono mulai berinteraksi kepada teman – teman yang lain. Tetapi
dia lebih senang berinteraksi kepada Budi karena dia sudah menganggap Budi sahabatnya
sendiri dan dia sangat friendly kepada siapa saja, dan Budi juga sudah menganggap Jono
sahabatnya. (Kring kring kring) Waktu istirahat pun tiba, Jono dan Budi mengambil bekal di
dalam tas dan mereka makan bersama dengan teman teman yang lain. Setelah selesai istirahat,
mereka melanjutkan pembelajaran. Bel pulang berbunyi, seluruh siswa pun berkemas kemas
untuk pulang.

Sesampainya Budi di rumah, Budi mengerjakan tugas sekolah sambil mendengarkan


lagu lewat speaker yang dipinjam kemarin dari Jono. Budi asyik mendengarkan musik dari
speaker tersebut. Tiba – tiba, tangan Budi tidak sengaja tersenggol dan jatuh mengenai speaker
punya Jono. Speaker tersebut pun rusak dan tidak dapat dipakai.
“ Waduh, gimana ini. Kalau Jono tau ini pasti dia tidak mau berteman lagi denganku. Coba aku
perbaiki dulu siapa tau nanti bisa” ucap Budi dalam hati.

Budi mencoba untuk memperbaiki speaker terseebut, dan akhirnya bisa dan bersuara.

“ Huh, syukurlah bisa.”

Budi pun lega speaker tersebut bisa diperbaiki. Setelah Tiga hari dipakai, Budi
merasakan keanehan di speaker Jono. Speaker tersebut tidak bisa dipakai.

“ Waduh, speaker nya rusak lagi. Padahal sudah ku perbaiki. Sepertinya tidak bisa digunakan
lagi. Mana besok dikembalikan. Pasti Jono marah dan tidak mau berteman lagi denganku.”
ucap Budi dengan nada panik.

Keesokan harinya, langit di pagi hari terlihat tidak secerah itu. Wajah Budi terlihat
seperti murung dan cemas tidak seperti biasanya. Tiba – tiba Jono menghampiri Budi.

“ Hai, Budi. Apakah kamu membawa speakernya? Karena hari ini mau aku pakai”

“I-iya bawa. T-tetapi, speakermu saat itu aku tidak sengaja tersenggol dan jatuh saat
mengerjakan tugas dan speakermu sudah tidak bisa dipakai lagi. Maaf ya, Jon.” jawab Budi
dengan ketakutan

“APA? Kan sudah kubilang jaga baik – baik . Haduh, gimana sih, itu aku beli dengan uang
tabunganku. Mulai sekarang kita tidak berteman lagi”

“T-tapi, Bud?”

“Ah, tidak ada tapi – tapi. Minimal tanggung jawab. Pokoknya hari ini dan selamanya kita tidak
berteman lagi.” Jono pun meninggalkan Budi dengan wajah kesal dan bermain dengan teman
yang lain.

Setelah itu, Jono tidak duduk sebangku lagi dengan Budi. (Tok Tok Tok) Bel pulang
berbunyi, Budi pulang dengan raut wajah yang sedih. Sesampai di rumah, Budi membersihkan
diri dan sampai sampai Budi tidak nafsu makan dan malas melakukan kegiatan apa pun.
Beberapa hari kemudian, di hari Senin waktunya pengembalian buku. Jono dan Budi
mengembalikan buku tidak bareng seperti saat meminjam buku. Jono lebih dahulu ke perpus
mengembalikan buku.

“ Hai, Jono. Tumben kok kamu tidak bersama Budi mengembalikan buku?” tanya pak Heri

“Itu pak, Budi masih di kelas. Nanti dia menyusul mengembalikannya”

“Oh, oke”

Selepas itu, Jono keluar dari perpus dan berpapasan dengan Budi di tangga. Budi
menyapa Jono, tetapi Jono tidak menyapa balik. Setiba di perpus, Budi mengembalikan buku
yang dipinjam dengan raut wajah yang sedih.

“ Halo, Budi. Kamu mau mengembalikan buku ya. Tumben raut wajah mu sedih begitu. Ada
apa dengan kamu. Apakah kamu ada masalah? Ceritakan kepada bapak” tanya pak Heri dengan
halus

“ Halo, pak Heri. Iya pak. Sebenarnya saya ada masalah dengan Jono Cuma gara gara saya
tidak sengaja menjatuhkan speakernya Jono yang saya pinjam.Terus dia tidak mau memaafkan
saya dan tidak mau berteman lagi” jawab Budi dengan panjang lebar.

“ Ooo, begitu. Kalau begitu nanti bapak ke kelas ya.”

“Baik, pak”

Pak Heri pun menuju ke kelas Jono dan Budi dan memanggilnya

“ Jono, Budi bisa bertemu saya tidak diluar?”

Akhirnya Budi dan Jono keluar dari kelas dan menemui pak Heri.

“ Jono, apakah kamu bermusuhan dengan Budi?”

“Tidak, pak”

“ Udahlah gausah berbohong, Jono. Bapak tidak suka murid berbohong. Bapak sudah tahu
semuanya karena Budi tadi sudah bercerita kepada saya. Saya tadi melihat wajah Budi seperti
sedih . Kan karena masalah sepele bukan, karena masalah speaker. Lagian juga Budi pun tidak
sengaja menjatuhkannya. Mending minta maaf aja dan damai aja daripada tambah panjang
masalahnya” ucap pak Heri

“ Iya deh pak, maaf. Maafin aku ya Bud karena masalah kemarin”

“Iya. Tidak apa – apa, Jon. Jadi kamu mau menjadi teman dan sahabat ku lagi ?”

“ Tentu mau dong, Bud”

“ Nah, gini kan jadi enak tidak ada perselisihan lagi” ucap pak Heri dengan rasa senang

Akhirnya Jono dan Budi menjadi teman dan sahabat lagi.

TAMAT…

Anda mungkin juga menyukai