Anda di halaman 1dari 4

MATERI 8 DAN LATIHAN

by Iwan Budiarso - Monday, 17 April 2017, 2:15 AM

 
Dear mahasiswa,

Tanpa terasa minggu ini merupakan minggu terakhir tutorial online. 

Pernahkan Anda menuliskan kisah atau cerita yang dialami? Jika jawabannya adalah
pernah, Anda dapat membuat tulisan itu menjadi bahan sebuah cerpen atau cerita
pendek.

Cerita pendek adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan
kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi.
Cerpen tergolong prosa fiksi dengan unsur-unsurnya, yaitu tokoh, alur, latar, judul,
sudut pandang, gaya dan nada, serta tema. Tokoh merupakan ciptaan pengarang,
meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam
nyata. Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan
kausalitas. Latar atau setting dibedakan menjadi tiga macam, yaitu latar tempat, waktu,
dan sosial.

Judul merupakan hal pertama yang paling mudah dikenal oleh pembaca. Sudut
pandang atau point of view memasalahkan siapa yang bercerita. Sudut pandang
dibedakan menjadi sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.
Gaya (gaya bahasa) merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang
pengarang. Gaya meliputi penggunaan diksi (pilihan kata), imajeri (citraan), dan
sintaksis (pilihan pola kalimat). Terakhir, tema merupakan makna cerita. Dalam tema
terkandung sikap pengarang terhadap subjek atau pokok cerita.

Selanjutnya, bagaimanakah cara membuat cerpen?

Seperti telah dikemukakan di awal, kisah atau cerita yang pernah dialami dapat menjadi
sebuah bahan cerpen. Anda tinggal meraciknya lebih jauh tulisan tersebut. Gunakanlah
imajinasi dan perasaan pada tulisan tersebut dan berilah ruh atau jiwa untuk
memberikan daya hidup pada cerita yang ditulis.

Ingat, sebanyak apapun bahan cerpen yang dimiliki, Anda harus berani memulai untuk
menulis. Menulislah! Mulailah menulis! Yakinlah bahwa Anda mempunyai gaya cerita
tersendiri serta tidak terpengaruh oleh gaya orang lain karena setiap
pengarang mempunyai cara yang berbeda.

Agar pengetahuan tentang cerpen lebih baik, silakan Anda meneliti cerpen di
bawah ini. Analisislah unsur-unsur yang membangun cerpen tersebut,
yaitu tokoh, alur, latar, judul, sudut pandang, gaya dan nada, serta tema.

Wajah di Balik Jendela


Odi tengah menyelesaikan tugas menggambarnya ketika merasa ada yang tak beres di
kamarnya. Ia segera meletakkan pensil gambarnya dan mengamati keadaan kamar.
Semua seperti biasanya. Tetapi, ketika Odi melihat ke jendela kamar, ia baru sadar,
kaca nako belum tertutup sempurna. Angin yang bertiup masuk itulah yang membuat
perasaannya tak tenteram.
Sambil merapatkan kaca nako, Odi mengamati keadaan di luar. Ia merasa heran
melihat daun palem yang tumbuh belum seberapa tinggi itu bergoyang.
“Tidak mungkin digoyang angin. Ah, pasti ada kucing yang lewat tadi,” pikir Odi
menenteramkan hati.
Odi kembali ke meja belajar, meneruskan pekerjaannya yang belum tuntas. Tetapi
beberapa menit kemudian, ia merasa ingin menoleh sekali lagi ke jendela kamar. Odi
berpekik kaget. Secara spontan, ia langsung menghamburkan langkahnya keluar kamar
menuju kamar bang Agus di sebelah kamarnya.
“Ada apa dengan kamu, Di?” tanya bang Agus ketika melihat Odi yang tiba-tiba masuk
ke kamarnya dengan wajah pucat pasi.
“Ada hantu ... ah, atau mungkin ...” Odi gugup.
“Di mana?”
“Di balik jendela kamar. Aku baru saja melihatnya,” jawab Odi.
Bang Agus langsung menuju kamar Odi, diikuti Odi di belakang. Ia segera menuju
jendela dan mengamati keadaan di luar. Sepi dan tidak ada benda apa pun yang aneh.
“Sebenarnya, apa yang kamu lihat tadi, Di?” tanya Bang Agus sekali lagi.
“Ada muka yang menempel di kaca jendela ini. Tetapi, aku tidak begitu jelas
melihatnya. Sepertinya, ia memakai mantel bertopi yang ia tutupkan ke kepalanya,” Odi
mencoba mengingat apa yang dilihatnya.
Bang Agus mendengus, “Buktinya di luar tidak ada apaapa. Sudahlah, kamu pasti lagi
ngelamun yang tidak-tidak barusan,” ujar Bang Agus. Odi ingin protes. Tetapi, dipikir-
pikir percuma saja. Bang Agus pasti akan tetap mengiranya mengada-ada.
“Tirai jendelanya ditutup saja. Terus, pintu kamarnya dibuka. Nanti, kalau kamu lihat
yang aneh-aneh lagi, teriak saja,” kata Bang Agus sambil meninggalkan Odi sendirian.
Odi menurut apa yang dipesan kakaknya. Kemudian, ia berusaha melupakan kejadian
yang baru dialaminya dan meneruskan pekerjaannya. Setelah tugas sekolahnya
selesai, seperti biasa, Odi merapikan kamarnya dahulu. Beberapa mainan yang
tergeletak di lantai, dikembalikan ke tempatnya. dua hari yang
lalu, Odi baru saja merayakan pesta ulang tahunnya. Banyak hadiah mainan, buku, dan
benda pajangan diterimanya, yang kini memenuhi kamarnya.
Ketika kantuk mulai menyerang, Odi langsung merebahkan diri di tempat tidurnya.
Matanya tak mau sedikit pun melirik ke jendela kamar. Ia ingin segera menceritakan
semuanya kepada Ibek, temannya yang senang memecahkan kejadian-kejadian aneh.
Esok harinya, ketika bertemu Ibek di sekolah, Odi langsung menceritakan tentang
wajah di balik jendela semalam. Saat istirahat tiba, Ibek mulai beraksi menanyakan
teman-teman sekelas seputar kado yang diberikan mereka pada ulang tahun Odi.
Tetapi, jawabannya tidak memberikan hal yang berarti bagi Ibek.
Malamnya, Ibek sengaja belajar bersama di rumah Odi. Sesekali, mereka memandang
ke jendela. Tetapi, yang mereka harapkan tidak muncul juga. “Rupanya, hantu itu takut
terhadapku,” bisik Ibek. Tak berapa
lama kemudian, ia pamit pulang meninggalkan rumah Odi.
Sepeninggal Ibek, Odi kembali gelisah. Apalagi, Ibek berpesan agar tirai jendela
kamarnya dibiarkan terbuka. Sementara, Odi pura-pura mencari kesibukan di meja
belajarnya. Akhirnya, ia tidak bisa menahan keinginan untuk menoleh ke jendela
kamarnya.
“Wajah itu lagi!” Odi langsung berteriak. Ia lari keluar kamar menuju kamar Bang Agus.
Buru-buru, diseretnya Bang Agus keluar rumah. Di halaman rumah, tepat di depan
kamar Odi, terlihat Ibek tengah bergumul seru mencekal seorang anak sebayanya yang
terus meronta.
“Hentikan! Dia itu Husen. Aku mengenalnya,” seru Bang Agus kemudian. Ibek
melepaskan cekalannya. Husen langsung berlari menghampiri Bang Agus. Ibek dan
Odi sama-sama ternganga ketika melihat Husen sibuk menggerak-gerakkan tangannya
dan anggota tubuh lainnya di depan Bang Agus. Anak itu rupanya tak dapat bicara.
“Beberapa hari yang lalu, aku membeli patung kayu yang dijual Husen di pasar untuk
kado ulang tahun Odi. Rupanya Husen ingin meminjam sebentar patung kayu itu, tetapi
sulit menemui aku. Makanya, dua malam ini, ia terus melihat kamarmu untuk
memastikan patung kayu itu masih ada.
Sekarang, coba kamu ambilkan patung itu,” pinta Bang Agus. Odi berlari ke kamar dan
kembali dengan patung kayu berbentuk kuda di tangannya. Begitu Husen diserahi
patung itu, ia buru-buru merogoh bagian dasar patung. Ada rongga kecil di sana. Dan,
dari dalamnya ia mengambil sebentuk cincin.
“Itu cincin peninggalan ibunya,” jelas Bang Agus setelah Husen mengembalikan patung
kuda kepada Odi. Bang Agus segera meminta mereka saling bersalaman, berkenalan,
dan saling memaafkan. Tak lama kemudian, Husen langsung pulang, disusul Ibek yang
bajunya sedikit terkoyak.
“Malam itu, Odi tidur nyenyak tanpa dibayangi ketakutan. Besok, ia ingin Bang Agus
mengajarkan bahasa isyarat agar ia juga dapat bicara dengan teman barunya itu.
Karya: Benny Ramdani
Diubah seperlunya

Demikian, selamat mengerjakan!

Berikut ulasan dari saya:

Tokoh

-          Tokoh utama: Odi

-          Tokoh tambahan: Bang Agus, Ibek, Husen

Alur (Plot)

Menggunakan alur maju. Rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerita digambarkan secara berturut-
turut. Awal cerita menggambarkan kegiatan tokoh Odi yang sedang mengerjakan tugas sekolah di
kamarnya. Konflik dalam cerita muncul ketika tokoh Odi merasakan ada sesuatu yang muncul di balik
jendela kamarnya. Konflik kemudian memuncak saat tokoh Odi berteriak dan Ibek temen Odi
mendapatkan seseorang yang selama ini sering muncul di balik kamar jendela Odi. Penyelesaian dari
cerita ketika tokoh Bang Agus menjelaskan kenapa tokoh Husen muncul di balik jendela kamar tokoh
Odi. Hal tersebut dipertegas dengan adanya jabat tangan sebagai tanda permohonan maaf dari tokoj Odi
dan tokoh Ibek kepada tokoh Husen.
 

Latar

-               Tempat

di kamar tidur Odi

di sekolah

di kamar bang Agus, kemudian menuju keluar rumah tepatnya di halaman rumah

-               Waktu

pagi hari

keesokan hari ketika Odi menceritakan kejadian semalam yang dialaminya kepada Ibek dan pada waktu
istirahat ketika Ibek menanyakan kepada teman-teman sekelasnya seputar kado hadiah ulang tahun
yang diberikan kepada Odi.

di malam hari ketika odi dan Ibek belajar bersama.

-                Sosial

            kondisi sosial Odi tergolong mampu. Hal tersebut terlihat dari kejadian di mana Odi merayakan
pesta ulang tahun.

Judul

Wajah di Balik Jendela

Sudut Pandang

Menggunakan sudut pandang persona ketiga “Dia” atau “Diaan” pada sudut persona “Dia”. Pengarah
berada di luar cerita.

Gaya dan Nada

Menggunakan gaya dan nada bahasa yang biasa digunakan sehari-hari.

Tema

Adalah mengenai seorang anak tuna wicara yang selalu muncul di balik jendela kamar Odi. Munculnya
tokoh Husen dibalik jendela kamar Odi dikarenaka Husen akan mengambil sesuatu yang terdapat pada
mainan Odi yang dibelikan kakaknya dari Husen.

Demikian dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai