Anda di halaman 1dari 8

Mariposa

Karya:Revan Aditya

Pagi hari mulai menampakkan mentari. Mendaki terus ke puncak bumi. Cahayanya
yang terang menyoroti seorang lelaki. Lelaki super cool bernama Iqbal Guanna Freedy. Awas,
jangan sampai kalian tergoda hanya dengan mendengar namanya. Pantas saja, siapa yang tidak
tergoda dengan rambut lurus dan rapi dengan sepasang alis tebal menaungi kedua bola mata yang
indah. Hidung mancung plus wajah yang bersih sangat menggambarkan tampannya paras sang
Iqbal. Lelaki cuek berhati es namun kadang sangat peduli.
Khususnya pada Natasha Kay Loovi. Tapi kalian bisa memanggilnya dengan nama
Acha, gadis super cantik bagaikan bidadari namun dengan sikap hiperaktif yang membuatnya
terlihat seperti kekanak-kanakan. Ya walaupun begitu, tak bisa dipungkiri kalau Acha memiliki
paras yang sangat cantik sampai Iqbal pun menaruh hati padanya.
Mereka hidup di abad 32, zaman canggih dengan segala teknologi yang diciptakan
oleh tangan-tangan ilmuwan hebat masa depan. Contohnya saja sudah ada mobil terbang dan
kereta bawah laut. Juga dilengkapi dengan alat persenjataan militer canggih yang digunakan
dalam perang.
Hari itu Iqbal berencana mengajak Acha jalan jalan berdua ke Museum Teknologi
Abad 32. Kesukaan mereka akan teknologi membuat acara jalan jalan mengunjungi museum
seperti ini sudah menjadi acara rutin yang tidak boleh terlewatkan. Iqbal berdiri di depan pagar
rumah Acha. Menunggu jawaban telepon dari penghuni rumah.
"Masih lama?" Tanya Iqbal di telepon
"Bentar Iqbal!!! Acha lagi ngukir alis dulu!!!"
"Hmmm, kenapa ndak dari tadi coba?" Kesal Iqbal
"Hehe Iqbal lucuu. Bercanda kok Iqbal. Acha keluar sekarang nihh." Benarkan? Ada
saja tingkah Acha yang membuat Iqbal geleng-geleng kepala.
Tak lama kemudian, sang penghuni rumah muncul dibalik pagar rumah dengan
celana jeans dan kaus biru langit cerah yang dibalut sepotong jaket levis berwarna senada dengan
celananya. Rambut panjang lurus terurai. Hitam mengilat bak tinta pekat. Kulit dan wajahnya
putih bersih sangat kontras dengan pakaiannya. Ya, inilah Acha, walaupun dengan hanya sedikit
bedak dan foundation sudah bisa membuat para lelaki tak berkedip melihatnya.
"Gimana Iqbal? Acha udah cantik belum?" Tanya Acha polos.
"Hm." Jawab Iqbal sambil berbalik menuju mobil terbangnya.
"Ihh Iqballl!!! Acha itu lagi nanya sama Iqbal. Iqbal jangan main pergi aja dong! Acha
kan-" Ocehan Acha terhenti ketika tiba-tiba Iqbal berbalik dan menatapnya lekat.
"Iya Natasha, kamu udah cantik." Empat kata. Empat kata saja sudah bisa membuat
hati Acha berdegup kencang. Rona merah di pipinya terlihat jelas membuat Iqbal tersenyum.
Mereka berdua pun mulai masuk ke mobil. Mobil terbang itu kini mengudara di atas
awan, meninggalkan rumah Acha. Terlihat kelihaian Iqbal mengemudikan roda empat terbang
itu. Tak butuh waktu 30 menit, mobil Iqbal telah sampai di museum. Iqbal bersyukur karenanya.
Pasalnya selama perjalan Acha tak hentihentinya mengoceh di samping Iqbal. Tapi walau begitu,
Iqbal tetap menyukainya.
"Ndak bakalan turun nih?" Tanya Iqbal.
"Ouhh iya Iqbal. Udah nyampe aja, cepet banget." Tak menanggapi Acha, Iqbal
langsung keluar dari mobilnya dan membuka pintu mobil untuk Acha. Romantis ya, hehe. Acha
tersipu malu karenanya.
Acha dan Iqbal menuju pintu masuk museum. Saat ini di depan mereka terlihat
sebuah gedung megah berlantai lima. Putih bersih warnanya dengan plat merah-biru mengelilingi
bangunannya yang berbentuk seperti telur putih raksasa. Di atas bangunan itu terpampang nama
"Museum Teknologi Canggih Abad 32". Terbayang bagaimana mewahnya museum itu.
"Masuk yuk!" Ajak Iqbal
"Ayokkkk!" Mereka mulau berjalan menuju pintu masuk, namun....
"Kenapa Iqbal?"
"Ada yang lupa."
"Hah? Lupa apa?"
"Lupa digandeng." Iqbal meraih tangan Acha, mereka masuk beriringan ke dalam
museum. Begitu masuk, mereka sudah disambut dengan ucapan selamat datang dari robot
pelayan yang menyuguhi mereka dua gelas susu cokelat kesukaan Iqbal dan Acha. Acha dan
Iqbal menikmati susu cokelat mereka sambil melihat-lihat teknologi canggih yang ada di sana.
Beberapa hal mereka amati di sana, seperti skateboard terbang, kain tembus pandang, kacamata
penglihat bau bahkan sampai dengan baju Spiderman yang dikombinasikan dengan teknologi
roket Iron-man dan dilengkapi dengan tameng Captain America. Hmm sungguh kombinasi
yang bagus bukan?
Setelah puas berada di ruangan teknologi, kini Acha dan Iqbal berada di ruangan benda
sejarah. Sama seperti sebelumnya, ruangan ini pun menyimpan banyak sekali benda bersejarah
yang tak ternilai harganya. Namun anehnya, mereka melihat suatu ukiran yang terbuat dari kaca
mengkilat. Tapi lebih anehnya, ukiran kaca itu seperti terbelah menjadi dua bagian dan dua
bagian dari ukiran kaca itu disimpan secara terpisah. Acha dan Iqbal memutuskan melihat lebih
dekat ukiran kaca itu. Satu bagian dilihat Acha satu bagian lainnya dilihat Iqbal. Amati baik-
baik, cermati dan simpulkan. Kalau kedua bagian itu disatukan maka akan berbentuk.....
"KUPU KUPU!" Seru Iqbal dan Acha.
"Tapi Cha, coba liat baik-baik, ada namanya." Ucap Iqbal sambil terus mengamati
ukiran kaca itu. Tulisannya....
"Mari-"
"-Posa"
"MARIPOSA!!!" Tiba-tiba ukiran kaca itu bersinar dengan sangat terang. Seketika
terbang menjadi dua cahaya. Kedua cahaya itu kini menyatu menjadi sebuah portal yang besar.
Acha dan Iqbal terpaku melihatnya. Tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Tak lama
kemudian portal itu membesar, mencoba menghisap mereka berdua. Dalam waktu sekejap portal
itu kini hampir memenuhi ruangan. Acha dan Iqbal saling beroegangan erat. Namun apadaya,
Acha yang badannya sudah mulai masuk ke portal tak bisa lagi Iqbal tahan. Dengan paksa, portal
itu melepaskan pegangan tangan mereka. Acha terhempas, masuk ke dalam portal. Iqbal pun tak
bisa bertahan. Tubuhnya ikut terhempas masuk ke dalam portal.
Iqbal tak tahu apa yang terjadi. Saat ini yang bisa dia lihat adalah hitam. Gelap. Hanya
hitam yang dapat Iqbal lihat. Tapi tunggu, ada titik putih di sana. Sepertinya cahaya. Lama
kelamaan cahaya itu terus mendekat, semakin mendekat dan mendekat. Iqbal mengamatinya,
ternyata itu adalah ukiran yang Iqbal dan Acha lihat di museum. Namun anehnya ukiran kaca itu
kini sudah menyatu membentuk sebuah kupu-kupu bernama Mariposa.
"Hey anak manusia!" Panggil Mariposa
"Kau....kau..."
"Ya, akulah Mariposa." Tiba-tiba ruangan gelap itupun berubah menjadi putih. Putih
sejauh mata memandang. Iqbal tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang.
Lebih aneh, sekarang ukiran kaca itu berubah menjadi kupukupu sungguhan. Warnanya terang
dan cerah. Hitam di sekelilingnya. Warna biru, pink, kuning dan oranye berkombinasi
membentuk sebuah kesan aesthetic padanya.
"Kau kaca yang-" Ucap Iqbal terpotong
"Jangan panggil aku kaca! Di duniamu mungkin aku hanya sebuah ukiran kaca. Namun,
aku disini adalah apa yang kau lihat. Panggilah aku dengan namaku!" Kesal Mariposa.
"Cihh, kenapa aku disini? Apakah kau yang membawaku? Dan dimana Acha? Ke mana
kau membawanya?" Tanya Iqbal bertubi-tubi. Alasannya satu, karena dia sangat
mengkhawatirkan Acha.
"Itu tergantung pada takdir kalian." Jawab Mariposa
"Takdir kami? Apa maksudmu?" Tanya Iqbal tak mengerti.
"Benar. Takdir kalianlah yang akan menentuka semuanya. Jika kalian ditakdirkan untuk
kembali bertemu, mungkin kalian akan baik-baik saja. Tapi-" Suara Mariposa mulai serius dan
penuh penekanan.
"Jika takdir tak mempertemukan kalian, maka kemungkinan kalian untuk selamat hanya
0,00001 persen. Jadi-"
"Aku tidak mengerti. Kau ini kupu-kupu atau guru matematika? Tanya Iqbal sedikit
bercanda.
"Ini serius manusia! Jikalau kau tidak bertemu dengan temanmu, maka kau tidak akan
bisa menyatukan Mariposa. Itu artinya kau dan temanmu tidak akan selamat!" Sedikit
menakutkan. Kali ini sepertinya kupu kupu ini serius, pikir Iqbal.
"Jadi aku hanya perlu menemukan Acha dan menyatukan lagi dirimu dengan bagian
dari dirimu yang lain? Itu saja?" Tanya Iqbal memperjelas.
"Ya, tapi ini tidak semudah kedengarannya. Kau akan menghadapi apa yang kau tidak
sangka-sangka." Ucap Mariposa.
Iqbal berpikir, mungkin apa yang dikatakan si kupu kupu ini-eh-Mariposa ini benar.
Dia tak tahu dimana Acha dan bagaimana cara menemukannya.
"Tapi kupu-kupu, eh maksudku Mariposa, bagaimana caraku menemukan Acha?
Sedangkan aku sendiri pun tak tahu aku dimana." Tanya Iqbal.
"Hmm, menurut takdir, kalian berdua akan bertemu di suatu tempat. Tempat di mana
tempat itu sejahtera, tidak ada tangisan ataupun penderitaan. Yang ada hanyalah tawa bahagia
dari semua orang. Kau bahagia begitu juga dengan temanmu." Jelas Mariposa.
"Tapi di ma-"
"Sudah, sekarang waktunya dirimu untuk mulai melangkah. Semoga berhasil Iqbal."
Itu adalah kalimat terakhir dari Mariposa. Setelahnya ruangan itu kembali gelap. Sesaat
kemudian Iqbal mengedipkan mata. Alangkah terkejutnya dia, Iqbal sekarang sedang sky diving.
Ya, terjun payung tanpa parasut sehelai pun.
"Apa, apa yang terjadi?! Ini gawat! Parasut, parasut. Tak ada parasut. Aaaaa......" Iqbal
pikir dirinya akan mati.
{Sementara itu di permukaan bumi...}
"Menyerahlah Putri Akira! Serahkan Chi-mu padaku dan akan aku pertimbangkan
keselamatanmu!" Ancam Pangeran Yuan.
"Itu adalah mimpi yang tidak pernah kau capai. Aku rela mati demi Chi-ku." Tolak sang
Putri.
"Baiklah kalau itu yang kau mau, aku akan mengabulkannya". Cahaya api keluar dari
tangan Pangeran Yuan siap menembak Sang Putri. Namun sebelum itu terjadi Iqbal lebih dahulu
muncul dari balik awan. Tubuhnya menghantam air sungai. Iqbal tersadar. Segera ia berenang ke
permukaan. Iqbal muncul dari dalam air dan menyaksikan apa yang terjadi.
"Oyy, apakah diantara kalian tidak ada yang berniat membantuku?" Ucap Iqbal pada
kedua orang di depannya yang kini memandanginya dengan mulut terbuka. Tentu saja, siapa
yang tidak merasa aneh ketika ada seseorang yang entah dari mana datangnya tiba-tiba saja
meluncur dari langit tepat dihadapan mereka.
"Siapa kau? Darimana kau datang?!" Tanya Pangeran sambil berteriak.
"Dasar manusia-manusia ndak punya akhlak. Bukannya ditolongin ini malah diintrogasi"
Celoteh Iqbal sembari berenang ke tepi sungai. Iqbal naik ke permukaan dengan baju yang basah
kuyup, berjalan mendekati Pangeran Yuan.
"Walaupun basah, kita masih bisa berkenalan, kan? Namaku Iqbal. Salam kenal." Ucap
Iqbal sambil mengulurkan tangan kepada Pangeran Yuan. Dengan sigap Pangeran mengeluarkan
katana-nya dan langsung mengarahkannya pada Iqbal. Iqbal mematung ditempatnya. Berusaha
menahan rasa kagetnya dengan tetap keep smile.
"Kau pikir kau siapa ingin berjabat tangan dengan seorang Pangeran sepertiku?!" Ucap
Pangeran Yuan marah.
"Ouhhh..." Iqbal mengangguk.
"Jadi kau adalah Pangeran ya... . Dan kau, apakah kau putri dari pangeran ini?" Tanya
Iqbal
"Aku bukan kekasihnya!" Tangkis Putri Akira.
"Kalau begitu, kalian disini, apa yang kalian lakukan?" Lagi, Iqbal bertanya.
"Memang apa urusanmu? Sebaiknya kau pergi, karena kalau tidak aku pastikan hari ini
adalah hari terakhirmu." Ancam Sang Pangeran.
"Baik, baik. Aku pergi, aku pergi." Ucap Iqbal sambil berbalik.
"Tunggu! Jangan pergi!" Teriak Putri Akira
"Tolong aku! Dia ingin mencelakaiku" Mohon Putri Akira
"Diam kau!!!" Bentak Pangeran Yuan
"Ouhh, jadi kau adalah peran antagonis di cerita ini ya? Kalau begitu aku akan
menghentikanmu." Ucap Iqbal dengan berani.
"Memangnya kau siapa ingin menghentikanku? Ku habisi kau!!!" Dengan cepat
Pangeran Yuan melompat dan menebaskan pedangnya pada Iqbal.
DARRR......
Sebuah peluru tepat menembus kepala Sang Pangeran. Ya, peluru itu berasal dari
pistol Iqbal. Ternyata sebelum katana menebasnya, Iqbal sedah lebih dulu menembakkan
pistolnya pada Pangeran Yuan. Saat ini Pangeran Yuan terkapar dingin dengan kepala tak habis-
habisnya mengeluarkan darah.
"Tepat."
"Kau baik-baik saja?" Tanya Iqbal pada Putri Akira.
"I... iya."
"Baguslah." Iqbal mendekat ke arah mayat Pangeran Yuan. Iqbal berjongkok dan
mendekatkan mulutnya ke depan wajah Sang Pangeran seperti hendak membisikkan sesuatu.
Iqbal lalu meletakkan tangannya di atas wajah Sang Pangeran dan mengusapnya. Seketika mata
Pangeran pun tertutup.
Iqbal lalu mengambil katana Pangeran dan mencucinya di sungai. Iqbal berjalan
mendekati Putri Akira kembali.
"Kenapa dia ingin mencelakaimu?" Tanya Iqbal
"I, i...tu. Kau tidak perlu mengetahuinya." Jawabnya
"Nonaa!" Suara teriakan terdengar di belakang mereka. Iqbal berbalik, mendapati
seorang pria tua di sana. Pria tua itu terlihat membawa tombak.
"Hey!!! Menjauhlah dari Nona Akira!" Teriak pria tua itu. Sekarang, tiba-tiba di
sekitar Iqbal sudah banyak prajurit lengkap dengan senjata tombaknya.
"Nona, apa kau baik-baik saja?" Tanya pria tua itu pada Putri Akira. "Tenang
Kakek tua, gadis itu baik-baik saja. Aku menyelamatkannya dari orang itu." Tunjuk Iqbal.
"Hah? Itu kan Pangeran Yuan. Nona apakah itu benar?"
"Ya paman, dia benar." Jawabnya.
"Bagaimana kau mengalahkannya anak muda? Siapa kau? Dan darimana kau
berasal?" Tanya kakek tua itu pada Iqbal.
"Perkenalkan, namaku Iqbal. Aku dan tentang diriku akan kuceritakan nanti.
Sekarang, apakah kalian bisa memberiku makanan? Aku lapar ." Ucap Iqbal sambil tersenyum.
Akhirnya Iqbal pun dibawa oleh Kakek tua dan Putri Akira menuju istananya.
Istananya begitu besar dan indah. Tembok tinggi menggapai awan, taman bunga warna-warnu
mengharumkan dan para penjaga yang gagah berdiri di barisan depan. Di sana Iqbal disuguhi
berbagai makanan. Tapi saat hendak memakannya Iqbal teringat Acha. Apakah Acha baik-baik
saja? Apa Acha sudah makan? Ataukah belum?
Keesokan harinya Iqbal bersiap untuk pergi mencari Acha. Iqbal teringat ia
menyimpan fota Acha yang mereka ambil di museum. Iqbal merogoh saku celananya dan benar
saja di dalamnya ada foto Acha. Foto itu sedikit kusut karena basah. Di foto itu terlihat Acha
yang tengah ber-selfie menampilkan sebuah senyum manis dan serangkain gigi putih berderet.
Acha saat itu sangat cantik dan ceria. Iqbal jadi merindukan Acha. Dia berharap dia segera bisa
menemukan Acha. Tak terasa setetes air mata terjun bebas dari pipinya.
"Dia cantik, siapa namanya?" Tanya seseorang dibelakang Iqbal. Iqbal sedikit kaget
mendapati Putri Akira dibelakangnya.
"Ouh, hehe. Namanya Natasha, tapi aku biasa memanggilnya Acha." Ucap Iqbal
"Ahhh, apa dia kekasihmu?"
"Ya, aku berharap itu segera terjadi"
"Benarkah? Aku ingin sekali bertemu dan berkenalan dengannya. Sepertinya ia sangat
sopan dan bisa diajak bicara." Iqbal menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Di mana dia sekarang?" Tanya Putri lagi
"Entahlah." Iqbal memandangi langit. Memejamkan matanya. Seperti tengah
menerawang keberadaan Acha
"Aku tidak tahu dia di mana sekarang. Aku terpisah darinya saat kami memasuki
portal yang membawa kami ke sini. Sekarang misiku adalah untuk menemukannya dan
menyatukan kembali bagian dari ukiran kaca ini dengan bagian lainnya yang Acha pegang.
Itulah satu-satunya jalan agar kami bisa pulang." Ceratai Iqbal. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa
bercerita begitu saja pada orang yang baru ia kenal kemarin. Tapi karenanya ia merasa sedikit
lebih tenang.
"Aku berharap kau segera menemukan kekasihmu dan di mana pun ia berada, aku
harap dia baik-baik saja." Ucap Putri dengan tulus
"Terima kasih, hehe"
Tiba-tiba mereka bedua mendengar suara ribut dari depan istana. Tak menunggu
lama Iqbal dan Putri segera menuju ke bagian depan istana. Iqbal mendapati suatu pasukan
berkuda telah berada di deoan gerbang dengan persenjataan lengkap seperti hendak berperang.
"Kalian telah melakukan kesalahan besar dengan membunuh Pangeran Yuan! Kami
dari Dinasti Long akan membuat kalian membayar mahal atas perbuatan kalian!" Ancam
pemimpin pasukan itu.
"Ma, maafkan kami. Kami tidak sengaja mengahabisi Pangeran Yuan. Itu karena
Pangeran Yuan berusaha merampas chi Putri Akira." Mohon si Kakek tua.
"Apapun alasan kalian, kami tidak bisa memaafkannya."
"Jangan salahkan mereka!" Suara itu terdengar dari atas gerbang istana. Terlihat Iqbal
disana berdiri tegap dengan keyakinan sekuat baja. Iqbal melompat dari atas benteng dan
langsung mendarat tepat di depan pemimpin pasukan itu.
"Akulah yang kalian cari. Akulah yang membunuh Pangeran Yuan." Ucap Iqbal
dengan berani.
"Ternyata kau yang sudah membunuh Pangeran Yuan. Kurang ajar kau !!!"
"Sabar, sabar tuanku. Jangan habisi dia. Dia tidak sengaja membunuh Pangeran Yuan.
Aku mohon mengertilah!" Pinta si Kakek.
"Kalian membelanya, berarti kalian ada di pihaknya. Baiklah aku putuskan kita akan
berperang antara Dinasti Ming dan Dinasti Long. Kita akan berperang di bukit Cheung.
Bersiaplah untuk mati!" Ancam pemimpin pasukan itu. Tak lama kemudian pasukan Dinasti
Long kembali pulang untuk mempersiapkan peperangan.
"Hey kalian, cepat umumkan agar para warga mengungsi ke tempat yang aman.
Sebelum Dinasti Long meratakan tempat ini dengan tanah" Perintah Si Kakek kepada
prajuritnya.
"Itu tidak perlu" Ucap Iqbal
"Apa maksudmu nak?"
"Mereka mengajak kita berperang. Kita harus berperang" Ucap Iqbal.
"Kau tidak mengerti anak muda!" Ucap Si Kakek.
"Kekuatan mereka sangat besar. Armada perang mereka sanagt banyak dan
persenjataan mereka pun lengkap. Kita bukan tandingan mereka." Ucap Si Kakek
memperingatkan. Iqbal tersenyum dan berkata
"Aku bingung, kalian ini yang lemah atau memang mereka yang kuat? Kalian itu
lemah karena kalian takut pada mereka. Kalian sebenarnya kuat, tapi kalian itu penakut.
Janganlah kalian melihat jumlah mereka, jangan kalian lihat persenjataan mereka. Tapi lihatlah
hati mereka." Ucap Iqbal lantang.
"Mereka kuat karena kesombongannya. Mereka kuat karena mereka menganggap
kalian itu lemah. Jadilah kuat! Jadilah berani! Mari kita kalahkan mereka bersama dengan apa
yang kita punya." Ajak Iqbal meyakinkan semua orang di sekitarnya.
"Anak muda, kau benar," Ucap Si Kakek
"Tapi bagaimana caranya?" Tanya Putri Akira.
"Aku memiliki ide, tapi apakah kalian bersedia membantuku?"
"Tentu saja. Kami dari Dinasti Ming bersedia membantumu" Ucap Si Kakek.
"Baiklah, begini rencananya..."
Seminggu telah berlalu dan pasukan Iqbal telah siap berperang. Selama satu minggu
ini Iqbal, Kakek, da Putri Akira telah menyiapkan segalanya. Iqbal telah memobilisasi
pasukannya menuju tempat-tempat tertentu. Setelahnya mereka benar-benar telah siap dengan
tekad pejuang yang rela mati demi memperjuangkan Chi Sang Putri.
Pasukan Dinasti Long telah datang. Pasukan mereka amat banyak dan benar saja
persenjataan mereka sangat lengkap. Hawa ketakukan menghampiri Iqbal. Namun dia usir cepat
hawa itu. Iqbal tak akan gentar menghadapi mereka.
Panglima perang musuh turun dari kuda dan berdiri dengan sombongnya.
"Mana panglima perang kalian? Apakah dia takut? Keluarlah! Hadapi Aku!" Ucapnya
dengan sombong. Iqbal dengan cepat melesat menuju ke arahnya.
"Aku lawanmu, kemarilah!" Ucap Iqbal berani. Panglima itu melompat ke depan
Iqbal. Panglima itu mengeluarkan senjatanya dan bersiap menyerang Iqbal.
"Kuhabisi kau!!!" Senjata diarahkan pada Iqbak namun Iqbal mebghindar dengan
cepat. Sebaliknya Iqbal saat ini mengeluarkan pistolnya dan...
DAARRR.....
Satu lagi peluru keluar dari pistol itu dan masuk ke dalam kepala Panglima itu. Dan
tentu saja, Panglima itu langsung died.
"Kami tidak akan takut pada kalian. Majulah jika kalian berani" Teriak Iqbal lantang
memancing emosi pasukan musuh.
"Beraninya kau!. Semua pasukan SERANGG!!!" Teriak semua panglima musuh.
Dengan cepat Iqbal menunggangi kudanya dan bergegas kembali ke pasukannya. Di
belakangnya pasukan musuh mengejar dengan kuda mereka.
"TEMBAKKK!!!" Teriak Iqbal. Seketika pasukan pemanah muncul dari gunung gunung
dan dari semak semak menghujani pasukan musuh dengan panah yang datang seperti hujan deras
yang turun dari langit. Tak bisa menghindar, pasukan penunggang kuda berjatuhan, pasukan
pertahanan musuh mulai kocar-kacir. Saat itulah Iqbal memanggil pasukannya untuk menyerang
balik mereka.
"Habisi mereka!!! Jangan sisakan satu orang pun!" Teriak Iqbal sambil menyerang
mengobrak-abrik pasukam musuh. Peluru demi peluru ia tembakan tanpa ada satupun yang
meleset.
Pasukan musuh terdesak. Tak ada lagi yang mereka bisa lakukan selain melarikan diri.
Tapi dengan kecerdasan Iqbal tak ada satu pun pasukan musuh yang melarikan diri. Mereka
tewas oleh pasukan Iqbal yang ternyata sudah menanti di kaki gunung. Dan akhirnya peperangan
ini dimenangkan pasukan Iqbal dari Dinasti Ming. Tak ada yang tersisa selain mayat musuh di
sekitar gunung Cheung.
Tapi sebelum Iqbal dan pasukannya pergi, salah satu mereka kembali dengan terburu-
buru membawa sepucuk surat. Ia langsung menuju Iqbal yang sudah bersama Kakek dan Putri
Akira.
"Putri, Putri! Kami menemukan ini tadi." Prajurit itu memberikan surat itu pada Putri
Akira. Putri Akira membacanya.
"Iqbal, kau harus membacanya!" Ucap Putri. Iqbal pun membacanya dengan teliti.
"Kakek tua! Tunjukkan padaku di mana istana Dinasti Long" Tanya Iqbal tergesa-gesa.
"Mau apa kau kesana Nak?" Tanya Kakek khawatir.
"Mereka menculik Acha Kek! Aku harus pergi ke sana!" Desak Iqbal.
"Istananya berada di sana Nak." Tunjuk Kakek ke arah utara.
"Terima kasih Kek. Do'akan aku berhasil." Ucap Iqbal yang langsung pergi menunggang
kudanya menuju istana Dinasti Long yang bernama Zi Long.
Tak memakan waktu lama, kini Iqbal telah sampai di gerbang istana. Gerbang itu
terbuka seperti disengaja. Iqbal langsung masuk ke dalam. Istana itu tampak

kosong, tak ada satupun orang di sana. Istana Long yang biasanya riuh akan orangorang yang
berlalu lalang, sekarang sunyi dan sepi. Malah terkesan seram dengan gumpalan awan hitam
yang membendung di atas istana Raja Zi Long. Iqbal pun dengan cepat menuju istana. Kini Iqbal
telah berada di lantai teratas istana. Di sana Iqbal melihat Acha yang terbaring dengan tangan
menggenggam Mariposa. Disampingnya berdiri seorang lelaki.
"Kau... Zi Long" Ucap Iqbal.
"Benar, akulah raja Dinasti Long"
"Aku telah banyak mendengarmu dari orang-orang. Tentang kehebatanmu menghabisi
saudaraku, Yuan. Tentang kau yang bekerja sama dengan Dinasti Ming untuk melawanku. Dan
masih banyak lagi" Ceratai Sang Raja
"Kalau begitu, lepaskanlah temanku jika kau masih ingin hidup!" Ucap Iqbal lantang.
"Ternyata benar, kau memang sombong. Baiklah kini saatnya kau membuktikan
kesombonganmu. Majulah! Lawan aku!" Ucap Raja Zi Long. Iqbal pun maju dan mengeluarkan
pistolnya,
"Matilah Kauu!!!" DAARRR
"Apa?!" Ternyata peluru Iqbal dapat ditangkis dengan mudah oleh Raja Zi Long.
"Perlu kau ketahui, selain gelarku sebagai Raja Dinasti Long, aku juga memiliki gelar
sebagai Raja Iblis Nobunaga!!!" Awan merah menggelegar. Petir tak habisnya menyambar.
Suasana di sekitar Iqbal terasa lebih menyeramkan.
"Iqbal!" Panggil Raja Iblis
"Akan ku perlihatkan kekuatan yang sebenarnya!" Dengan secepat kilat Raja Iblis
berhasil menyabetkan pedangnya pada Iqbal. Dampaknya dada Iqbal kini sedikit demi sedikit
mulai meneteskan darah. Ia sekarang terbaring lemas karena rasa sakit didadanya. Tapi Iqbal tak
menyerah begitu saja. Ia bangkit dan berkata
"Cih, pedangmu kurang tajam Raja Iblis!" Ucap Iqbal. Iqbal menengadahkan
kepalanya dan-
"Akh... Akh...Kau.." Ternyata Raja Iblis berada di depannya dan kini tengah
mencekik Iqbal dengan tangan kirinya. Mengangkat Iqbal sampai tak bisa berbuat apa-apa.
"Kau masih muda, tapi kini kau akan mati lebih cepat ditanganku" Ucap Raja Iblis
DARRR DARRR DARRR. Iqbal menembakkan tiga peluru ke perut Raja Iblis dan
berhasil membuatnya mundur dan melepaskan Iqbal.
"Aku... TIDAK AKAN MATI SEBELUM ACHA!!!" Tiba-tiba sebuah cahaya
bersinar dengan terang dan menjelma menjadi sebilah pedang putih bercahaya bertuliskan
"Mariposa".
"Ayo Iqbal! Habisi dia!"
"Musnahkan dia dengan pedang itu Nak!" Teriak Putri Akira dan Si Kakek di bawah
sana. Disambut dengan seruan menggelegar dari para pasukan Dinasti Ming yang ternyata
mengikuti Iqbal secara diam-diam. Sekarang di sekitar istana Raja Iblis dipenuhi oleh pasukan
dari Dinasti Ming.
Iqbal melihat pedang ditangannya,
"Mariposa berikan kekuatanmu. Bantu aku menghabisinya!" Iqbal berlari ke Raja Iblis
dan menusukkan pedangnya ke tubuh Raja Iblis. Raja Iblis berusaha menahannya dengan
pedangnya. Namun tekad Iqbal lebih besar. Usaha Raja Iblis sia-sia.
"MUSNAHLAH KAU RAJA IBLIS!!!" Tak dapat lagi menahannya, kini
pedang Iqbal sudah masuk ke perut Raja Iblis dan keluar lewat punggungnya. Dan tentunya, kini
Raja Iblis mati dengan pedang tertancap di perutnya. Seluruh pasukan kini bersorak gembira
karena Raja Iblis kini sudah tiada di tangan seorang Iqbal.
Iqbal teringat Acha, dia langsung berlari ke arahnya. Acha masih tak sadarkan diri.
Iwbal coba untuk menyadarkannya.
"Hei Cha, bangun Cha!" Ucap Iqbal sambil menteskan air mata.
"Cha, kamu mau bangun ndak sih?" Ucap Iqbal makin keras. Tapi Acha masih belum
sadarkan diri.
"ACHA CANTIK PACARNYA IQBAL NDAK BAKALAN BANGUN?!" Teriak
Iqbal sambil menangis memeluk Acha. Iqbal memeluk Acha erat. Apakah acha akan bangun
lagi? Apakah Acaha sudah... . Semuanya kelam bagi Iqbal. Ia tak bisa berbuat apa-apa sekarang.
Suasana di istana berubah jadi menyedihkan.
"Iya, Iqbal juga ganteng kok, pacarnya Acha"
"Acha? Acha!" Teriak Iqbal. Iqbal menangis bahagia. Kini Acha sudah sadar dan
mulai pulih.
"Iqbal, sakit ya dadanya?"
"Ndak Cha, udah ndak kok."
"Iqbal masih punya misi kan?" Iqbal teringat akan Mariposa.
"Ayo, kita satuin bareng-bareng!" Ajak Iqbal
"Ayo!" Iqbal membantu Acha berdiri sambil menggenggam belahan Mariposa.
Mereka menyatukan Mariposa dan dengan ajaibnya Mariposa kini berubah menjadi kupu-kupu
yang Iqbal jumpai.
"Kalian berhasil Iqnal dan Natasha. Sejarang apa yang kalian mau?" Tanya Mariposa.
"Acha mau pulang aja, udah lama nih nggak nyobain masakannya mamah. Iya kan
Iqbal?"
"Iya, kami sekarang hanya ingin pulang."
"Baiklah, ada kata-kata sebelum pergi?" Tanya Mariposa lagi
"Ouh iya, Putri Akira, Kakek tua, dan semua rakyat Dinasti Ming, terima kasih atas
bantuan kalian." Ucap Iqbal berterima kasih .
"Makasih ya udah bantu Pacarnya Acha!" Teriak Acha juga.
"Bersiaplah, kalian akan pulang. Sampai jumpa Iqbal dan Natasha." Iqbal dan Acha
memejamkan mata. Tiba-tiba hiruk pikuk tidak lagi mereka dengar.
"Iqbal, ini udah pulang?" Tanya Acha.
"Ndak tau, kita buka mata sekarang jangan nih?" Jawab Iqbal kembali bertanya.
"Maaf, kalian sedang apa ya?" Tanya penjaga museum di depan mereka. Iqbal dan
Acha membuka mata dan...
"Kok di meseum lagi?" Tanya mereka bersama.
" Daritadi kalian begitu terus. Udah lima menit loh"
"APAAAA?! BARU LIMA MENIT?!!!"

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai