Anda di halaman 1dari 68

KARYA TULIS

PENGARUH GAYA HIDUP HEDONISME TERHADAP

SYAKHSIYYAH ISLAM DIKALANGAN SANTRI MTS

PERSIS 04 CIANJUR

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat mu’allimien


Pesantren Persatuan islam 04 Cianjur

Oleh :

Arina Maftuhatul Jamila

NIS 131232030003210185
NISN 3056643060
KELAS XII IPA

PESANTREN PERSATUAN ISLAM 04 CIANJUR


TINGKAT MU’ALLIMIEN

Jl. Dr. Muwardi no. 171C Bypass Cianjur


2023/2024
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis saya yang berjudul:

Pengaruh Gaya Hidup Hedonisme Terhadapsyakhsiyyah Islam


Dikalangan Santri Mts Persis 04 Cianjur

Tidak pernah diajukan dalam penulisan karya tulis di Pesantren Persatuan Islam

04 Cianjur serta tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya

akui seolah-olah tulisan saya sendiri tanpa mengutip dan pengakuan kepada penulis

aslinya. Apabila dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran tersebut di atas,

maka kelulusan saya di Pesantren Persatuan Islam 04 Cianjur saya serahkan ke

asatidzah atau pihak yang berwenang.

Cianjur, 19 November 2023

Yang membuat pernyataan,

ARINA MAFTUHATUL JAMILA


LEMBAR PERSETUJUAN

Karya tulis ini dengan judul “Pengaruh Gaya Hidup Hedonisme Terhadapsyakhsiyyah
Islam Dikalangan Santri Mts Persis 04 Cianjur” ini telah dibaca dan disetujui oleh
pembimbing dan panitia karya tulis.

Guru Pembimbing

Endang Djarwati Ningrum S.Pd.


NITK: 1423.04.028

Ketua Pelaksana Sekretaris

Dede Kurnia. S.Pd. M. Rasyid Ridlo


NITK: 1423.04.045 NITK: 1423.04.056

Mengetahui,

Mudirul ‘AM Mudir Mu’allimien

E.Khoeruman Ghazaly. S.Pd.I Acep Zaenudin. S.Sos.


NITK: 1423.04.006 NITK: 1423.04.028
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini dengan judul “Pengaruh Gaya Hidup Hedonisme Terhadapsyakhsiyyah
Islam Dikalangan Santri Mts Persis 04 Cianjur” ini telah diuji dan di sahkan dalam
sidang karya tulis Pesantren Persatuan Islam 04 Cianjur tingkat Mu’allimien pada hari
Kamis, 23 November 2023.

Penguji 1 Penguji 2

Yayat Damyati Salim, M.Pd E. Khoeruman Ghazaly, S.Pd.I


NITK : 1432.04.022 NITK : 1432.04.006

Penguji 3

M. Saepurrohman, S.Pd, M.H

NITK : 1432.04.030
ABSTRAK

PENGARUH GAYA HIDUP HEDONISME TERHADAP SYAKHSIYYAH


ISLAM DIKALANGAN SANTRI MTS PERSIS 04 CIANJUR
Arina Maftuhatul Jamila

Penelitian ini menginvestigasi pengaruh gaya hidup hedonisme terhadap


syakhsiyyah Islam di kalangan santri. Gaya hidup hedonisme di kalangan santri saat ini
kian merajalela baik itu di sekolah, lingkungan tempat mereka tinggal dan yang lain
nya. Dari data dilapangan remaja khususnya santri mts sudah mulai terpengaruh dengan
prilaku hedonisme. Sebagaimana yang penulis pahami jelas bahwa hedonisme ini
sangat bertentangan dengan syakhsiyyah islam karena gaya hidup hedonis akan
membawa santri pada prilaku konsumtif, prilaku berlebih- lebihan (bermegah-megahan)
melebihi batas kemampuan yang dimilikinya. Untuk mengatasi tantangan ini, penelitian
ini menawarkan saran-saran berupa penguatan pendidikan agama, pembinaan karakter,
pengawasan lingkungan, pembekalan keterampilan, dan dukungan psikologis sebagai
langkah-langkah yang dapat membantu santri menjaga syakhsiyyah Islam mereka.
Dengan demikian, upaya ini bertujuan untuk memahami dan mengatasi pengaruh
negatif hedonisme dalam rangka menjaga prilaku santri baik dimasa sekarang maupun
masa yang akan datang. Jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan
kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang menghasilkan data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka dan dianalisis
dengan uji statistik. Populasi yang dipakai adalah santri kelas VII, VIII, dan IIX MTS
Persis 04, sampel yang dipilih menggunakan metode random simpling sebanyak 15
responden. Berdasarkan data yang telah dianalisis, persentase dari santri yang memiliki
gaya hidup hedonisme sebanyak 93%. Jadi kesimpulan dari penelitian ini adalah banyak
santri yang memiliki gaya hidup hedonsime yang bertentangan dengan syakhsiyyah
islam terutama dalam hal berpenampilan. Hedonisme akan ber impact kurang baik pada
masa depan santri apabila terus dibiarkan begitu saja tanpa solusi dan penanganan yang
benar sesuai dengan hukum islam

Kata kunci: Hedonisme, santri, syakhsiyyah islam

i
MOTTO

"Belajar bagaimana menggunakan rasa sakit dan kesenangan merupakan rahasia

kesuksesan. Bukan rasa sakit dan kesenangan yang menggunakan atau

mengendalikanmu. Jika kamu melakukan itu, kamu mengendalikan hidupmu.

Jika tidak, hidup yang akan mengendalikanmu" - Tony Robbins

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. atas ridho-Nya saya dapat

menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Adapun judul karya tulis ilmiah yang

saya ajukan adalah "Pengaruh gaya hidup Hedonisme terhadap Syakhsiyyah islam di

kalangan santri Mts Persis 04 Cianjur'".

Karya tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan, di

Muallimien Persis 04 Cianjur. Karya tulis ilmiah ini merupakan hasil upaya yang

dilakukan dengan tujuan untuk menggali lebih dalam dan menganalisis sebuah topik

penting dalam dunia ilmu pengetahuan.

Tidak dapat disangkal bahwa butuh usaha yang keras dalam penyelesaian

pengerjaan karya tulis ilmiah ini. Namun, karya tulis ilmiah ini tidak akan selesai tanpa

orang-orang tercinta di sekeliling penulis yang mendukung dan membantu, izinkan

penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. kepada kedua orang tua saya yang telah banyak-banyak mensuport saya selama

pengerjaan karya tulis ilmiah ini dan yang telah rela banting tulang untuk

memenuhi segala kebutuhan penulis, tanpa mereka penulis tidak akan sampai

pada tahap ini

2. asatidz/guru-guru yang ikut peran serta mensuport saya dalam pengerjaan karya

tulis ilmiah ini.

iii
3. kepada pembimbing penulis yaitu miss Endang Ningrum sekaligus sebagai wali

kelas yang telah membantu membimbing dengan segala kemampuan beliau di

tengah-tengah kesibukan yang sedang beliau jalani.

4. teman-teman penulis baik itu teman satu kelompok, teman satu kelas, teman

satu angkatan dan pihak lain yang ikut membantu dan memotivasi penulis.

5. Kepada ust Rahmat Khoerudin yang telah membantu penulis, dalam penyusunan

penulisan dengan beliau penulis merasa sangat terbantu.

6. Santri Mts Persis 04 Cianjur sebagai objek penelitian yang telah membantu dan

bekerjasama dalam mengisi kuesioner penelitian, penulis mengucapkan banyak-

banyak terimakasih tanpa mereka penulis tidak akan bisa menyelesaikan

penelitian ini.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah

Swt. dan akhirnya saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna, karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Untuk itu saya dengan

kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua

pihak demi membangun laporan penelitian ini.

Cianjur, 11 November 2023

Arina Maftuhatul Jamila

iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................

ABSTRAK ............................................................................................................................... I

MOTTO ................................................................................................................................. II

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... III

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... V

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................VII

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. VIII

BAB I........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ...........................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN ..........................................................................................................4
D. MANFAAT PENELITIAN......................................................................................................4

BAB II ......................................................................................................................................6

LANDASAN TEORITIS ........................................................................................................6

A. GAYA HIDUP HEDONISME .................................................................................................6


1. Pengertian Gaya Hidup Hedonisme .............................................................................6
2. Faktor Gaya Hidup hedonisme .....................................................................................7
3. Pandangan Gaya Hedonisme .......................................................................................8
B. SYAKHSIYYAH ISLAMIYYAH ...........................................................................................13
1. Pengertian Syakhsiyyah Islamiyyah ...........................................................................13
2. Pembentukan Syakhsiyyah ..........................................................................................22

v
BAB III ..................................................................................................................................28

METODE PENELITIAN .....................................................................................................28

A. JENIS PENELITIAN ...........................................................................................................28


B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ..................................................................................29
C. POPULASI SAMPEL...........................................................................................................29
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ........................................................................................29
E. TEKNIK PENGOLAHAN DATA ...........................................................................................30

BAB IV ...................................................................................................................................32

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................32

A. HASIL PENELITIAN ..........................................................................................................32


B. PEMBAHASAN..................................................................................................................47
1. Bagaimana pengaruh belanja pelaku hedonisme terhadap syakhsiyyah islam? ...47
2. Bagaimana pengaruh makanan pelaku hedonisme terhadap syakhsiyyah
islam? .............................................................................................................................48
3. Bagaimana pengaruh masa depan pelaku hedonisme terhadap syakhsiyyah
Islam? .............................................................................................................................49

BAB V ....................................................................................................................................51

SIMPULAN DAN SARAN...................................................................................................51

A. SIMPULAN .......................................................................................................................51
B. SARAN .............................................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................53

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR LAMPIRAN

➢ RIWAYAT HIDUP
➢ DOKUMENTASI PENELITIAN
➢ SAMPLE LEMBAR KUESIONER
➢ SURAT KEPUTUSAN JUDUL KARYA TULIS
➢ KARTU BIMBINGAN
➢ TABULASI OLAH DATA
➢ KARTU REVISI KARYA TULIS

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 ................................................................................................................... 28

Tabel 2 ................................................................................................................... 29

Tabel 3 ................................................................................................................... 30

Tabel 4 ................................................................................................................... 31

Tabel 5 ................................................................................................................... 32

Tabel 6 ................................................................................................................... 33

Tabel 7 ................................................................................................................... 34

Tabel 8 ................................................................................................................... 35

Tabel 9 ................................................................................................................... 36

Tabel 10 ................................................................................................................. 37

Tabel 11 ................................................................................................................. 38

Tabel 12 ................................................................................................................. 39

Tabel 13 ................................................................................................................. 40

Tabel 14 ................................................................................................................. 41

viii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk ciptaan allah yang Allah ciptakan secara istimewa,

yang menjadikan manusia itu istimewa ialah akal, sehingga akal inilah yang

membedakan manusia dengan makhluk lainya. Dengan akal inilah manusia berfikir

semakin manusia berfikir maka semakin berkembanglah pola pikir manusia dari

sinilah manusia mulai menciptakan teknologi-teknologi yang canggih dari masa ke

masa diantaranya teknologi yang manusia ciptakan dari bukti hasil kemajuan berpikir

manusia yaitu gadget, gadget inilah yang dapat menghubungkan manusia dengan

manusia lainya, tetapi saat ini banyak manusia yang malah menyalah gunakan gadget

mereka dan dari situlah muncul sebuah gaya hidup.

Gaya hidup menjadi perhatian khusus saat ini pasalnya gaya hidup yang

mengalami perubahan dan perkembangan pastinya akan muncul gaya hidup yang baru,

dan saat ini di indonesia yang sedang menjadi sorotan masyarakat ialah gaya hidup

hedonisme baik itu dikalangan pelajar, mahasiswa, hingga ibu-ibu sekalipun saat ini

sebagian besar sudah menggunakan gaya hidup hedonisme.

Hedonisme adalah sebuah paham atau nilai yang mengedepankan kesenangan

dan kenikmatan materi. Hidup hedon artinya gaya hidup yang mengejar kesenangan

dan kepuasan materi tanpa batas. Gaya hidup hedonisme di kalangan santri hari ini

kian merajalela baik itu di sekolah, lingkungan tempat mereka. tinggal dan yang lain

nya. Dari data dilapangan remaja khususnya santri mts sudah mulai terpengaruh

1
2

dengan prilaku hedonisme. Salah satu prilaku dari hedonisme itu diantaranya, santri

terpengaruh prilaku konsumtif, hampir 80% santri mts melakukan kegiatan/aktivitas

tersebut dengan tujuan untuk memenuhi keinginan dan mengikuti kegiatan modern.

Sebagaimana yang penulis pahami jelas bahwa hedonisme ini sangat

bertentangan dengan islam karena gaya hidup hedonis akan membawa santri pada

prilaku konsumtif atau prilaku berlebih-lebihan atau bermegah-megahan melebihi

batas kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan didalam salah satu ayat Al-qur’an

surah At-Takasur:01 Allah berfirman:

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (QS. At-Takatsur [108]: 1)

Dari ayat diatas menunjukan bahwa jika orang yang hidup bermegah-megahan,

berbangga-bangga, berlomba, bersaing, dan memperbanyak sesuatu akan

melalaikannya. Kelalaian ini tidak akan berhenti sampai ia masuk kedalam kubur.

Selain itu ada pula dampak lain dari hedonisme itu sendiri yaitu, santri menjadi

banyak yang tersesat dari potensi besar nya yang mana santri itu sebagai agen

perubahan. Sungguh kondisi ini tidak dapat di biarkan sehingga memang harus di ubah

apalagi jika sudah berpengaruh terhadap pembentukan syakhsiyah islam mereka.

Sudah jelas memang santri saat ini butuh sosok dokter yang dapat mengobati nestapa
3

mereka. Santri butuh pencerdasan untuk menemukan solusi bagi permasalahan

kehidupan. Inilah tugas sebagai agen perubahan .

Ada beberapa potensi besar yang dimiliki oleh santri mulai dari segi tenaga

yang kuat, waktu yang produktif, dan daya pikir yang tunggi. Kita butuh adanya para

pemuda pencetak peradaban mulia, yakni yang bersyakhsyiah islam, berani dan

berjiwa pemimpin profil seperti ini hanya akan lahir dari generasi islam.

Para santri harus serius dan bersemangat dalam mengkaji hukum islam secara

kaffah atau yang menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan untuk membentengi diri

agar tidak terpengaruh oleh hedonisme ini. Hidupkan islam dalam hati , pikiran, dan

tingkah laku, sekaligus menyiapkan diri menjadi barisan pemuda visioner yang kuat,

teguh, dan tangguh.

Potensi santri sebagai pemuda muslim tidak boleh dimanfaatkan atau

dikendalikan oleh sistem sekularisme karena hedonisme ini muncul akibat adanya

sistem sekularisme jika pemuda sudah terpengaruh oleh hedonisme maka mereka akan

abai kepada hukum syariat islam karena mereka menganggap bahwa hidup ini hanya

untuk kenikmatan saja dan memenuhi gaya hidup yang menunjang kepuasan 3F (food,

fun, fashion) yang jelas-jelas itu adalah pengaruh dari barat yang harus dihindari oleh

para santri. Saat ini memang naluri eksistensi diri para santri sedang tinngi dan itu

sudah menjadi fitrah, oleh sebab itu santri harus bisa mengengendalikan fitrah itu agar

terhindar dari gaya hidup hedonisme. Maka dari itu inilah alasan mengapa penulis
4

mengangkat judul’’ PENGARUH GAYA HIDUP HEDOISME TERHADAP

SAKHSYIAH ISLAM DIKALANGAN SANTRI MTS PERSIS 04 CIANJUR’’.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh belanja pelaku hedonisme terhadap syakhsiyah islam?

2. Bagaimana pengaruh makanan pelaku hedonisme terhadap syakhsiyah

islam?

3. Bagaimana pengaruh masa depan pelaku hedonisme terhadap

syakhsiyah islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh belanja pelaku hedonisme terhadap

syakhsiyah islam

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh makanan pelaku hedonisme

terhadap syakhsiyah islam

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh masa depan pelaku hedonisme

terhadap syakhsiyah islam

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis
5

a. Diharapkan dapat memberikan manfaat serta berguna bagi pembaca

maupun lembaga yang terkait.

b. Diharapkan bagi penulis dapat megetahui serta menghindari dari prilaku

hedonisme.

2. Bagi Pembaca

a. Diharapkan pembaca dapat paham terhadap apa itu hedonisme serta

dapat lebih waspada terhadap gaya hidup hedonisme ditengah

perkembangan teknologi saat ini

b. Diharapkan menambah wawasan bagi pembaca terhadap dampak

negatif dan positif dari hedonisme dan semoga dapat membantu

meminimalisir prilaku hedonisme.

3. Bagi Lembaga

a. Diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi lembaga untuk

memperbaiki atau mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan

dari prilaku hedonisme dilingkungan lembaga.


BAB II

LANDASAN TEORITIS
A. Gaya Hidup Hedonisme

1. Pengertian Gaya Hidup Hedonisme

a) Pengertian Gaya hidup

Menurut Setiadi, gaya hidup pada dasar nya merupakan suatu prilaku yang

mencerminkan masalah apa yang sebenarnya yang ada di dalam alam fikir pelanggan

yang cenderung berbaur dengan berbagai hal yang terkait dengan masalah emosi,

psikologis konsumen. Lalu menurut Sumaidi, gaya hidup adalah prinsip yang dapat

dipakai sebagai landasan untuk memahami tingkah laku dan yang melatarbelakangi

sifat khas individu. Gaya hidup juga merupakan pembimgbing dalah hidup individu dan

diperjuangkan terhadap segala macam rintangan. Hal tersebut memiliki dalam

menjalani kehidupan individu gaya hidup sebagai pembimbing dan akan di perjuangkan

dan diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.

Sedangkan menurut Dias Kanserin gaya hidup (lifestyle) didefinisikan sebagai

bagaimana seseorang menggunakan uangnya, bagaimana ia

mengalokasikan waktunya dan sebagainya. Menurut Handayani dan Patricia gaya hidup

adalah fungsi dan karakteristik individu yang telah terbentuk melalui interaksi sosial.

Secara sederhana, gaya hidup juga dapat diartikan sebagai cara yang ditempuh

seseorang dalam menjalani hidupnya, yang meliputi aktivitas , minat, kesukaan,

ketidaksukaan, sikap, konsumsi, dan harapan.

6
7

b) Gaya hidup Hedonisme

Menurut Mayasari, gaya hidup hedonis merupakan prilaku atau kebiasaan

seseorang individu untuk menghabiskan waktunya hanya demi bersenang-senang

bersama teman sepermainan dan ingin menjadi pusat perhatian dilingkungannya. Lalu

menurut Kunto, hedonisme merupakan aktivitas apapun yang dilakukan demi mencapai

kenikmatan bagaimanapun caranya, apapun sarananya, dan apapun akibatnya.

Hedonisme juga adalah gaya hidup yang menjadikan kenikmatan atau kebahagiaan

sebagai tujuan. Menurut Akhmad Shidqi seseorang yang memilih hedonisme sebagai

dasar-dasar pilihannya untuk hidup didasarkan pada pilihan pengalaman apa saja yang

membuatnya merasa nikmat, dan menghindarkan nya dari hal-hal yang tidak

menyenangkan. Sedangkan menurut Riyanto dan Susanto, gaya hidup hedonisme juga

diartikan yaitu terus menerus mencari kesenangan, kenyamanan, dan menghindari

penderitaan, kesusahan serta kesulitan, prinsipnya adalah mencari yang enak.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup hedonism

adalah aktivitas atau prilaku seseorang yang dilakukan dengan menghabiskan waktunya

hanya demi bersenang-senang, mencari kenikmatan, kenyamanan, dan menghindari

penderitaan, kesusahan serta kesulitan yang dijadikan tujuan hidup.

2. Faktor Gaya Hidup hedonisme

Gaya hidup adalah pilihan. Mengutip jurnal Psikopedagogia 3, ada dua faktor

dapat memengaruhi hedonisme.


8

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang

didasarkan pada keyakinan diri sendiri untuk bergaya hidup sesuai keinginannya.

Sikap dan anggapan bahwa seseorang harus menunjukan kemewahan,

kemegahan, dan senang menjadi pusat perhatian. Pemikiran seperti itu menjadi

faktor yang menyebabkan gaya hidup hedonis.

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah penyebab hedonisme yang berasal dari luar.

Pengaruh dari lingkungan secara langsung atau tidak langsung bisa menyebabkan

seseorang menjalani gaya hidup hedonis. Sebagai contoh, seseorang yang

berteman dengan orang-orang yang terbiasa hidup mewah, maka kemungkinan

besar orang tersebut juga turut mendunia mengikuti gaya hidup di lingkungan

pertemanan tersebut.

Faktor eksternal ini tak bisa dilepaskan dari atmosfer kapitalismeliberalisme

yang diterapkan di negeri ini. Dengan prinsip sekularisme, manusia hidup tanpa

tuntunan agama. Semata-mata hanya mengejar kesenangan dunia.

3. Pandangan Gaya Hedonisme

a) Pandangan Hedonisme Menurut Islam

Dari kacamata Islam, jelas hedonisme, sangat bertentangan dengan nilai ajaran

Islam. Islam tidak mengajarkan umatnya hidup berfoya-foya, glamour, ber- senang-
9

senang, dan bertingkah tanpa aturan. Hedonisme dalam islam diatur oleh Allah dalam

QS. At-Takatsur [108]:1

ْ
‫اهل ُك ُم التكَاث ُر‬

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (QS. At-Takatsur [108]:1)

Ayat ini bisa diartikan sebagai dampak dari bermegah-megahan yakni lalai. Lalai

dapat berarti mengindahkah kewajiban. Lalai menyebabkan manusia hanya berfikir

untuk dunia saja tanpa memikirkan kehidupan yang hakiki yakni di

akhirat.

Islam tidak melarang manusia untuk menikmati kehidupan dunia, namun

kenikmatan dunia tersebut harus sesuai dengan aturan Allah. Karena kehidupan dunia

yang halal memang diciptakan Allah untuk dinikmati dan disyukuri oleh manusia.

Namun kenikmatan dunia tersebut tidak boleh melampaui batas yaitu melanggar

batasan yang haram. Serta jangan sampai kenikmatan dunia tersebut melalaikan dari

mengingat Allah dan menjalankan kewajiban.

Mari menilik gaya hidup hedonisme seorang Qorun pada masa nabi Musa. Qorun

adalah orang terkaya di masa itu. Gaya hidupnya yang selalu mengenakan jubah

berbeda setiap keluar rumah dan jubah tersebut merupakan jubah termahal yang pernah

ada, kemudian ia memamerkannya. Tak hanya itu, Qorun mempunyai banyak tentara

pribadi, banyak istana, banyak kuda, banyak emas dan materi-materi lainnya yang

dipamerkan kepada masyarakat.


10

Singkat cerita, Allah menenggelamkan semua materi yang Qorun pamerkan

kepada masyarakat. Pamer sangat erat hubungan nya dengan sifat sombong padahal

dalam hadis dijelaskan:

‫ إِ َّن‬:ٌ‫ قَا َل َر ُجل‬.‫ الَ يَدْ ُخ ُل ْال َجنَّةَ َم ْن َكانَ فِي قَ ْلبِ ِه مِ ثْقَا ُل ذَ َّرةٍ مِ ْن ِكب ٍْر‬:َ‫ع ِن النَّبِي ِ قَال‬ َ ‫ع ْن‬
َ ،ٍ‫ع ْب ِد هللاِ ب ِْن َم ْسعُود‬ َ

ِ ‫ط ُر ْال َح‬
ُ ‫ق َوغ َْم‬
‫ط النَّاس‬ َ ‫ َب‬:‫ ْال ِكب ُْر‬.َ‫ إِ َّن هللاَ َجمِ ي ٌل يُحِ بُّ ْال َج َمال‬:َ‫ قَال‬.ً‫سنَة‬ َ ‫الر ُج َل يُحِ بُّ أ َ ْن يَ ُكونَ ث َ ْوبُهُ َح‬
َ ‫ َونَ ْعلُهُ َح‬،‫سنًا‬ َّ

[‫]رواه مسلم‬.

“Dari Abdullah bin Mas’ud (diriwayatkan bahwa) Nabi saw bersabda, tidak akan

masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada kesombongan meski (porsinya) kecil.

Berkata seorang lelaki, (kalau) ada seseorang yang menyukai pakaian dan sandalnya

bagus. Nabi saw bersabda, sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan,

sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia (lain)” [HR. Muslim

Nomor 147].

Islam mendidik umatnya zuhud-sederhana sesuai kemampuan, tidak pamer, dan

peduli terhadap mereka yang kesusahan/kesulitan. Hanya saja, tidak mudah mengubah

pola hidup hedonis menjadi islami. Di sinilah pentingnya hijrah dalam arti luas. Yakni

berubah dari kondisi tidak baik ke kondisi lebih baik, dari maksiat berubah menjadi taat

kepada Allah. Baik secara pribadi, masyarakat, dan negara.

Sikap hidup hedonis hanyalah bagian kecil dari kerusakan yang terjadi.

Kerusakan dan kemaksiatan lainnya banyak jumlahnya. Bagaimana fenomena ke-


11

musyrikan, kebejatan moral (maraknya perzinaan, pomografi-por- noaksi, LGBT, dll),

tindakan kriminal (pencurian, perampokan, korupsi, pembunuhan, perjudian, narkoba,

dll) terus menyeruak. Dari sisi ekonomi, riba masih menjadi basis kegiatan ekonomi.

Demikian pula banyaknya transaksi-transaksi batil lainnya. Bahkan dalam hal riba,

negara. Adalah pelaku utamanya dengan menumpuk utang luar negeri berbunga tinggi.

Kemiskinan yang meluas. Di bidang politik, jelas ne- geri-negeri kaum Muslim, terma-

suk negeri ini, tidak pernah diperhitungkan oleh negara-negara lain; kecuali sebagai

objek penjajahan negara-negara kapitalis dalam berbagai bidang.

Karena itu saat ini, kaum Muslim, bahkan dunia, memerlu- kan tatanan baru,

yakni tananan yang dibangun berdasarkan ideologi dan sistem Islam. Tatanan. Yang

menghasilkan peradaban mulia, yang terlahir dari rahimnya generasi mulia pembela

Islam, para cendekiawan Muslim yang ahli di berbagai bidang sekaligus ulama yang

mumpuni dalam agama.

Walhasil, penting bagi kaum Muslim saat ini untuk mewujudkan kan kembali

spirit hijrah. Di antara spirit hijrah yang paling penting adalah spirit penegakan sistem

pemerintahan Islam, penerapan syariah Islam serta pembentukan dan pembangunan

masyarakat Islam, yang nantinya menciptakan atmosfer islami. Sudah saatnya segera

meninggalkan sistem dan hukum jahiliyah. Terbukti sistem jahiliah ini memperburuk

keadaan dan menjauhkan dari keberkahan.

b) Pandangan Hedonisme Menurut Para Ahli

1) Pengertian Hedonisme Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1989)


12

Pengertian hedonisme adalah konsep diri, di mana gaya hidup

seseorang dijalani sesuai dengan gambaran yang ada dipikirannya.

Sebagai contoh pengertian hedonisme adalah seorang olahragawan,

biasanya gaya hidup sehat merupakan prinsip hidup dan menjadi

kesenangan tersendiri bagi mereka.

2) Pengertian Hedonisme Menurut W. Poespoprodjo (2010)

Pengertian hedonisme adalah suatu anggapan bahwa kesenangan

atau kenikmatan merupakan tujuan akhir hidup yang baik dan tertinggi.

3) Pengertian Hedonisme Menurut Levan`s & Linda (2003)

Pengertian hedonisme adalah pola perilaku yang dapat diketahui

dari aktivitas, minat maupun pendapat yang selalu menekankan pada

kesenangan hidup.

4) Pengertian Hedonisme Menurut Susianto (1993)

Pengertian hedonisme adalah pola hidup yang mengarahkan

aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup dan aktivitas tersebut

berupa menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain,

senang pada keramaian kota, senang membeli barang yang kurang

diperlukan dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

5) Pengertian Hedonisme Menurut Benthem dalam Faqih (2003)

Pengertian hedonisme adalah suatu dorongan individu untuk

berperilaku dengan memegang prinsip kesenangan.


13

B. Syakhsiyyah Islamiyyah

1. Pengertian Syakhsiyyah Islamiyyah

syasiyah Islamiyah menurut Syeikh Taqiyuddin An Nabhani adalah terbentuknya

pola piker dan pola sikap. Pola pikir ini di peroleh dari tshaqofah Islam yang

dimilikinya, sedangkan pola sikap merupakan kemampuan manusia mengendalikan

kebutuhan jasmani dan rohani sesuai dengan pemahaman Islam.

Islam telah memperbaiki diri manusia secara sempurna guna mewujudkan adanya

suatu syakhshiyah tertentu yang khas dan berbeda dengan yang lain. Islam telah

memperbaiki pemikiran dengan akidah Islam, yaitu menjadikan akidah sebagai

landasan berpikir (qa’idah fikriyah) yang menjadi dasar pemikiran manusia yang dapat

membina dan membentuk mafahim-nya; agar ia mampu membedakan antara pemikiran

yang benar dan yang salah tatkala melakukan standardisasi suatu pemikiran dengan

akidah Islam. Ia menjadikan akidah Islam sebagai dasar untuk membina dan

membentuk mafahim-nya, karena Islam merupakan qa’idah fikriyah. Dengan demikian

di samping akan terbentuk aqliyah yang dibangun berdasarkan akidah, sehingga ia

memiliki aqliyah yang khas, yang berbeda dengan yang lain, juga memiliki suatu tolak

ukur yang benar untuk setiap pemikiran/ide. Dengan demikian ia akan selamat dari

ketergelinciran dan kesalahan serta kerusakan berpikir. Ia akan tetap benar dalam

berpikir, dan tepat dalam memahami segala sesuatu.

Pada saat yang sama, Islam telah mengatur perbuatan manusia yang muncul dari

kebutuhan jasmani dan gharizah-nya dengan hukum-hukum syarak yang terpancar dari
14

akidah Islam. Peraturan-peraturan tersebut adalah peraturan yang benar, yang mengatur

gharizah, bukan menindasnya; yang dapat mengarahkan dan bukan membiarkannya liar

tanpa kendali. Islam menawarkan pemenuhan seluruh kebutuhannya secara serasi dan

harmonis, sehingga ia merasakan kebebasan dan ketenangan.

Di samping itu Islam menjamin pemenuhan seluruh kebutuhan manusia secara

harmonis, sehingga mendatangkan ketenangan dan ketenteraman. Islam telah

menjadikan akidah Islam sebagai akidah yang dapat dipikirkan (dijangkau oleh akal),

sehingga tepat untuk dijadikan sebagai landasan berpikir yang digunakan sebagai tolok

ukur terhadap seluruh pemikiran yang ada, dan dijadikan pula sebagai suatu pemikiran

yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan.

Sebab, manusia hidup di bumi yang merupakan bagian dari alam semesta, maka

pemikiran yang menyeluruh tersebut harus dapat memecahkan seluruh simpul-simpul

problem yang ada di dalam dan di luar diri manusia. Oleh karena itu pemikiran

menyeluruh yang disodorkan Islam ini sangat layak dijadikan sebagai mafhum umum,

yaitu sebagai tolok ukur yang dapat digunakan secara langsung pada saat terjadinya

perpaduan antara dorongan jasmani dan naluri dengan mafahim manusia terhadap

masalah yang dihadapi, sekaligus menjadi dasar terbinanya kecenderungan-

kecenderungan manusia.

Dengan demikian Islam telah menanamkan dalam diri manusia


15

suatu qa’idah fikriyah yang pasti, yang berfungsi sebagai tolok ukur yang paten bagi

mafahim maupun kecenderungan-kecenderungannya pada waktu yang bersamaan.

Dengan kata lain, ia berfungsi sebagai standar

bagi aqliyah dan nafsiyah-nya, sehingga dapat menghasilkan suatu kepribadian khas,

yang berbeda dengan kepribadian yang lain.

Dari sini kita dapati, bahwasanya Islam membentuk syakhshiyah Islamiyah

seseorang dengan akidah Islam. Dengan akidah itulah

dibentuk aqliyah dan nafsiyah-nya. Jelaslah bahwa aqliyah Islamiyah adalah berpikir

atas dasar Islam. Artinya, menjadikan Islam sebagai satu-satunya standar

umum tentang berbagai pemikiran mengenai kehidupan. Aqliyah

Islamiyah tidaklah hanya dimiliki oleh orang-orang cerdik pandai atau kaum

intelektual/pemikir saja, tetapi cukup bila seseorang menjadikan Islam sebagai asas

bagi seluruh pemikirannya secara praktis dan faktual, agar ia memiliki suatu aqliyah

Islamiyah dalam dirinya.

Adapun nafsiyah Islamiyah adalah menjadikan seluruh kecenderungannya atas

dasar Islam. Artinya, ia jadikan Islam sebagai satu-satunya standar umum dalam

aktifitas pemenuhan kebutuhan (jasmani dan naluri). Nafsiyah ini tidak hanya dimiliki

oleh kaum sufi (yang menghabiskan waktunya untuk beribadah), atau orang-orang yang

fanatik terhadap agamanya, tetapi cukuplah bila seseorang menjadikan Islam sebagai

standar bagi seluruh aktivitas pemenuhan kebutuhan (jasmani dan naluri)-nya secara

praktis dan layak, agar ia memiliki


16

suatu nafsiyah Islamiyah dalam dirinya.

Dengan aqliyah dan nafsiyahIslamiyah tersebut,terbentuklah syakhshiyah Isl

amiyah seseorang tanpa memerhatikan lagi apakah ia seorang alim ataukah jahil;

apakah ia melaksanakan fardu, sunah, meninggalkan yang haram dan makruh; atau

apakah ia melakukan lebih dari itu. Dengan kata lain mengerjakan berbagai perbuatan

yang mendatangkan ketaatan dan disukai Allah serta menjauhi hal-hal yang syubhat.

Perbuatan-perbuatan tersebut dapat mewujudkan/membentuk syakhshiyah

Islamiyah. Sebab setiap orang yang berpikir di atas landasan Islam dan menjadikan

hawa nafsunya tunduk terhadap Islam, berarti telah terbentuk dalam dirinya suatu

syakhshiyah Islamiyah.

Memang benar bahwasanya Islam memerintahkan memperbanyak

penguasaan tsaqafah Islamiyah untuk mengembangkan aqliyah tersebut, sehingga

memiliki kemampuan untuk menilai (membanding-bandingkan) setiap pemikiran.

Islam pun memerintahkan untuk melakukan amal-amal perbuatan yang wajib, mandub

(sunah) serta amal-amal perbuatan yang disukai Allah, meninggalkan sebanyak

mungkin perbuatan-perbuatan yang haram, makruh, atau syubhat, untuk memperkuat

nafsiyah tersebut sehingga memiliki kemampuan untuk menolak setiap kecenderungan

yang berlawanan dengan Islam.

Semua itu berfungsi untuk meningkatkan derajat syakhsiyah dan menjadikan

dirinya berjalan di jalan yang luhur dan mulia, tetapi bukan berarti orang yang tidak

mengerjakan semua itu tidak memiliki syakhsiyah Islamiyah. Dia tetap memiliki
17

syakhsiyah Islamiyah, sebagaimana halnya orang-orang awam yang tingkah lakunya

dianggap Islami, begitu pula para pelajar yang terbatas hanya mengerjakan perbuatan-

perbuatan yang wajib dan meninggalkan yang haramnya saja. Mereka masih memiliki

Syakhsiyah Islamiyah, walaupun kadar kekuatan Syakhsiyah Islamiyah-nya berbeda-

beda, namun demikian seluruhnya termasuk memiliki Syakhsiyah Islam.

Yang penting dalam menentukan bahwa seseorang memiliki Syakhsiyah

Islamiyah adalah tindakan yang menjadikan Islam sebagai asas bagi pemikiran dan

kecenderungannya. Dari sini dapat diketahui adanya perbedaan tingkatan Syakhsiyah

Islamiyah, Aqliyah Islamiyah (pola pikir islam) dan Nafsiyah Islamiyah

(kecenderungan jiwa Islam).

Oleh karena itu, suatu kesalahan besar bagi mereka yang menggambarkan bahwa

syakhshiyah Islamiyah itu ibarat “malaikat”. Besar sekali bahayanya (pendapat) orang-

orang semacam itu dalam masyarakat. Sebab, mereka akan mencari “malaikat” di

tengah-tengah masyarakat manusia dan pasti mereka tidak akan menemukannya,

sekalipun pada dirinya sendiri.

Akibatnya mereka pun dihinggapi rasa putus asa, kemudian menjauhkan diri dari

kaum muslimin. Para pengkhayal ini telah menyangka bahwa Islam itu hanya khayalan

belaka; dan mustahil diterapkan (dalam kehidupan). Islam itu ibarat sesuatu yang amat

indah, yang tidak mungkin bagi manusia mampu menerapkannya atau dapat meraihnya,

yang pada akhirnya mereka menjauhkan dan menghalangi manusia dari Islam, dan

melumpuhkan serta mematikan (semangat) banyak orang untuk beramal (berjuang).


18

Padahal Islam datang ke dunia untuk diterapkan secara nyata. Islam adalah

sesuatu yang riil bukan suatu hal yang sulit untuk menerapkannya. Setiap manusia,

betapapun lemah pemikirannya, dan bagaimanapun kuatnya naluri serta kebutuhan

jasmaninya, memiliki kemungkinan untuk menerapkan Islam pada dirinya dengan

mudah, setelah sebelumnya memahami akidah Islam dan mempunyai sosok

kepribadian yang Islami.

Sebab dengan hanya menjadikan akidah Islam sebagai suatu tolak ukur bagi pola

pikir dan kecenderungan (jiwa)-nya, kemudian berjalan sesuai dengan tolok ukur

tersebut maka pastilah ia memiliki syakhshiyah Islam. Kemudian ia perkuat

syakhshiyah-nya dengan menambah tsaqafah Islam untuk mengembangkan pola

pikirnya dan dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan (amal ibadah) yang

mendorongnya untuk taat (kepada Allah) dalam rangka memperkuat nafsiyah

(jiwa)nya, sehingga ia berjalan mencapai derajat yang luhur dan tetap

(mempertahankan) derajatnya yang tinggi itu di dunia, serta dapat meraih keridaan

Allah Swt di dunia dan akhirat.

Tatkala terbentuk pada diri seorang muslim aqliyah dan nafsiyah Islam maka dia

memiliki kemampuan untuk menjadi seorang prajurit sekaligus pemimpin pada waktu

bersamaan. Mampu menggabungkan antara rahmah (sifat kasih sayang-pen) dengan

syiddah (sifat tegas). Dia bisa hidup apa adanya atau diselimuti dengan kemewahan.

Dia memahami kehidupan dengan pemahaman yang benar. Dia sanggup menguasai

kehidupan dunia sesuai dengan haknya dan berupaya meraih kehidupan akhirat. Dia
19

tidak dapat ditaklukkan oleh sifat penghamba dunia, tidak didominasi sikap fanatik buta

terhadap agama dan tidak hidup menyengsarakan diri seperti yang dilakukan oleh

orang- orang India. Pada saat yang sama dia menjadi pahlawan jihad sekaligus singa

podium. Dia menjadi orang yang terkemuka/mulia namun bersifat rendah hati. Dia

mampu memadukan antara perkara imarah (peme- rintahan) dengan fiqih (hukum-

hukum syara’), juga memadukan antara aspek perdagangan dengan politik. Sifatnya

yang paling tinggi adalah sebagai hamba Allah, Sang Pencipta. Anda akan menemu-

kannya sebagai orang yang khusyu’ dalam shalatnya, berpaling dari perkataan yang sia-

sia, membayar zakat dan menundukkan pandangannya, menjaga amanat-amanatnya,

memenuhi kesepakatannya, menunaikan janji-janjinya dan berjihad di jalan Allah.

Itulah seorang muslim, dan itulah pula seorang mukmin. Dan inilah kepribadian

(syakhshiyah) Islam yang dibentuk oleh Islam, dan menjadikannya manusia sebaik-baik

ciptaan.

Allah telah menyebutkan ciri-ciri kepribadian tersebut di dalam al- Quran yang

mulia pada banyak ayat. Disebutkannya sebagai sifat-sifat para sahabat Rasulullah saw,

sifat-sifat orang mukmin, sifat-sifat hamba Allah

(‘ibadurrahman), dan sifat-sifat mujahid. Allah Swt berfirman:

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan

dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama

mereka.” (QS. Al-Fath [48]: 29)


20

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara

orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan

baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah.” (TQS. At-

Taubah [9]: 100).

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orangyang beriman, (yaitu) orangorang

yang khusyu dalam shalatnya, dan orang-orangyang menjauhkan diri dari

(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan

zakatnya.” (TQS. Al-Mukminun [23]: 1-4)

“Dan hamba-hamba Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang- orang

yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil
21

menyapa mereka, mereka mengucapkan kata- kata yang baik. Dan orang yang

melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.”

(TQS. Al-Furqan [25]: 63-64)

“Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad

dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang- orang yang memperoleh

kebaikan, dan mereka itulah (pula) orang- orang yang beruntung. Allah telah

menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka

kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”

(TQS. at-Taubah [9]: 88-89)


22

“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat yang memuji

(Allah), yang melawat, yang ruku, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan

mencegah berbuat mungkar, dan yang memelihara hukum-hukum

Allah. Dan gembirakanlah orang- orang mukmin itu.” (TQS. at-Taubah [9]:

112).

2. Pembentukan Syakhsiyyah

Ketika seseorang memahami sesuatu berdasarkan tata cara yang khas berarti dia

memiliki aqliyah (pola pikir) yang unik. Ketika seluruh dorongan pemuasan (atas

kebutuhan fisik dan naluri-pen) dikaitkan dan digabungkan secara pasti dengan

mafahim (persepsi) tentang sesuatu berdasarkan mafahim yang khas tentang kehidupan

berarti dia memiliki nafsiyah (pola sikap) yang unik. Dan takkala mafahimnya tentang

kehidupan menyatu dalam dirinya disaat pemahaman dan kecenderungannya

menentukan sesuatu berarti dia memiliki kepribadian yang unik. Jadi, syakhshiyah itu

adalah mengarahkan manusia, baik akal maupun kecenderungannya, terhadap sesuatu

dengan arahan yang dibangun diatas asas yang satu. Berdasarkan hal itu maka

pembentukan syakhshiyah adalah mewujudkan satu asas dalam berpikir dan muyulnya

seseorang. Asas ini kadangkala satu jenis, kadangkala beraneka ragam. Apabila asasnya

beraneka ragam maka hal itu layaknya menjadikan beberapa kaedah sebagai asas dalam

berpikir dan muyul. Memang hal itu juga menghasilkan seseorang yang berkepribadian,

akan tetapi kepribadiannya tidak mempunyai corak yang khas.


23

Dan apabila asasnya satu macam maka hal itu layaknya menjadikan satu kaedah

sebagai asas dalam berfikir dan muyul. Dan ini menghasilkan orang yang

berkepribadian khas dan mempunyai ciri yang unik. Inilah yang harus diwujudkan pada

diri manusia dan yang harus diusahakan ketika mendidik setiap individu.

Walaupun setiap pemikiran yang bersifat umum bisa dijadikan sebagai asas

dalam berpikir dan muyul, akan tetapi pemikiran tersebut hanya dapat dijadikan sebagai

asas untuk beberapa perkara saja bukan mencakup segala sesuatu. Dan tidak layak

dijadikan sebagai asas yang mencakup segala sesuatu, kecuali pemikiran yang bersifat

menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Karena pemikiran

menyeluruh tersebut merupakan kaedah berpikir yang diatasnya dibangun seluruh

pemikiran, dan yang menentukan segala jenis pandangan hidup.

Karena pemikiran yang menyeluruh itu adalah aqidah aqliyah, maka pemikiran

itulah yang yang layak mengikat seluruh pemikiran tentang pengaturan urusan

kehidupan dan mempengaruhi tingkah laku manusia di dalam kehidupan.

Namun demikian bukan berarti bahwa keberadaan pemikiran yang menyeluruh, atau

akidah aqliyah, yang layak dijadikan sebagai asas yang bersifat umum dan menyeluruh

bagi pemikiran dan muyul itu otomatis merupakan asas yang shahih. Namun pemikiran

menyeluruh itu hanya layak dijadikan sebagai asas saja, tanpa memperhatikan apakah

(pemikiran tersebut) benar atau salah. Yang menunjukkan asas itu benar atau tidak

adalah kesesuaiannya dengan fitrah manusia. Jika akidah aqliyah (yang diperoleh

melalui proses berpikir-pen) itu sesuai dengan fitrah manusia, maka ia adalah akidah
24

yang benar sekaligus asas yang shahih bagi pemikiran dan muyul, asas yang benar

untuk membentuk kepribadian. Akan tetapi jika bertolak belakang dengan fitrah

manusia maka pemikiran menyeluruh tersebut adalah akidah yang batil dan asasnya

pun batil. Yang dimaksud bahwa akidah itu sesuai dengan fitrah manusia adalah

sifatnya yang me- netapkan -apa yang ada dalam fitrahnya- berupa kelemahan dan

kebutuhannya terhadap Sang Pencipta Yang Maha Mengatur. Dengan kata lain (akidah

itu) sesuai dengan naluri beragama (gharizah at- ladayyun).

Akidah Islam adalah satu-satunya akidah aqliyah (yang diperoleh melalui proses

berpikir-pen) yang menetapkan apa yang ada dalam fitrah manusia berupa naluri

beragama. Akidah-akidah lainnya selain akidah Islam kadangkala sesuai dengan naluri

beragama (gharizah at-tadayyun) akan tetapi melalui proses perasaan (wijdan), bukan

melalui proses berpikir. Karena itu bukan termasuk akidah aqliyah. Kadangkala aqidah

itu adalah akidah aqliyah akan tetapi tidak menetapkan apa yang ada dalam fitrah

manusia, yaitu tidak sesuai dengan gharizah at-tadayyun.

Dengan demikian akidah Islam adalah satu-satunya akidah yang shahih, dan satu-

satunya yang layak dijadikan sebagai asas untuk berpikir dan muyul. Dari sini berarti

untuk membentuk kepribadian manusia harus menjadikan akidah aqliyah sebagai asas

dalam berpikir dan muyul. Karena akidah Islam adalah satusatunya akidah aqliyah yang

shahih dan satu-satunya asas yang shahih maka pembentukan syakhshiyah wajib

dilakukan dengan menjadikan akidah Islam sebagai satu-satunya asas dalam berpikir

dan muyul agar terbentuk dalam diri seseorang syakhshiyah Islam, yaitu kepribadian
25

yang tinggi lagi istimewa. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemben-

tukan syakhshiyah Islam dilakukan dengan membangun pemikiran dan muyul secara

bersamaan pada seseorang berdasarkan akidah Islam. Ini berarti telah terbentuk

syakhshiyah Islam. Namun demikian pem- bentukan ini bukan berarti bersifat

permanen, akan tetapi memiliki arti sebagai pembentukan syakhshiyah (kepribadian)

saja.

Tidak dijamin bahwa kepribadian ini selalu berasaskan akidah Islam, karena

kadangkala pada seseorang terjadi perubahan akidah dalam aspek pemikirannya,

kadangkala perubahan juga terjadi pada aspek muyulnya. Perubahan itu kadangkala

menyesatkannya, kadangkala juga menjadikannya fasik. Karena itu harus selalu

diperhatikan bangunan pemikiran dan muyulnya berlandaskan pada akidah Islam di

setiap waktu sepanjang kehidupannya, agar seseorang selalu memiliki kepribadian

Islam. Setelah pembentukan syakhshiyah tadi hendaknya melakukan aktivitas untuk

mengembangkan aqliyah (pola pikir) maupun nafsiyah

(pola sikap) nya. Pengembangan nafsiyah dilakukan dengan beribadah kepada

Allah dan bertaqarrub kepada- Nya dengan melakukan ketaatan dan selalu membangun

setiap kecenderungannya terhadap sesuatu berdasarkan akidah Islam. Sedangkan

pengembangan aqliyah dilakukan dengan menjelaskan (mensikapi) setiap pemikiran

berdasarkan akidah Islam dan memaparkannya dengan tsaqafah Islam.

Inilah metode pembentukan dan pengembangan syakhshiyah Islam. Ini pula

metoda yang ditempuh oleh Rasulullah saw. Beliau mengajak manusia untuk memeluk
26

Islam dengan menda'wahkannya kepada akidah Islam. Ketika mereka sudah memeluk

Islam beliau memperkuat akidah mereka dan memperhatikan keterikatan ini dengan

pemikiran dan muyul mereka berlandaskan akidah Islam, sebagaimana disebutkan

dalam beberapa hadits:

ِّ ُ‫عا ل َما ِّجهئت‬


‫به‬ َ ‫هؤمنُ أ َحد ُكهم َحتَّ َّّ ي ُكهونَ هَواهُ ت‬
ً ‫ب‬ ِّ ‫الَ ي‬

“Tidak beriman salah seorang diantara kamu sampai hawa nafsu

(keinginan)nya mengikuti (tunduk) terhadap apa yang aku bawa (Islam)'.”

Pada hadits lain dikatakan:

‫إلهيه ِّم هن والد ِِّّه َوَّ ولد ِِّّه‬


ِّ َّ‫هؤمنُ أ َحد ُكهم َحتَّ َّّ أ ُكونَ أ َحب‬
ِّ ‫الَ ي‬
»‫والناس أ هجمعين‬ ِّ

“Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga aku berada dalam

pikirannya ketika ia berpikir'.”

Kemudian beliau mulai menjelaskan ayat-ayat Allah yang diturunkan kepadanya

berupa al-Quran dan menjelaskan hukum- hukum serta mengajarkan

Islam terhadap kaum Muslim. Melalui tangan beliau dan para pengikutnya terbentuklah

pribadi-pribadi yang Islami sesuai dengan yang beliau bawa, syakhshiyah-syakhshiyah

tertinggi yang ada di alam semesta ini setelah syakhshiyah para nabi.

Berdasarkan hal ini tampak jelas bahwa dasar yang dilakukan pertama sekali pada

individu adalah menanamkan akidah Islam pada diri mereka. Kemudian membangun
27

pemikiran dan muyulnya berda- sarkan akidah tadi, lalu bersungguhsungguh

melakukan ketaatan dan mendalaminya dengan berbagai pemikiran Islam.


BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini memuat uraian tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,

populasi dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan analisa data.

Berikut ini pemaparannya.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan

penelitian yang menghasilkan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang

dinyatakan dalam bentuk angka-angka dan dianalisis dengan uji

statistik.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korealisasi, yaitu

penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan antara satu variabel

dengan variabel lainnya yang berbeda dalam suatu populasi melalui penelitian terhadap

santri Mts Persis 04 Cianjur Jl. Doktor Muwardi, Bojongherang. Metode penelitian ini

juga menggunakan metode penelitian lapangan artinya penulis terjun langsung ke

lapangan dan penulis bertemu dengan responden untuk memperoleh data yang

diperlukan dalam penelitian karya tulis

ini.

28
29

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan/dilaksanakan di Mts Persis 04 Cianjur. Serta penelitian

ini dilakukan/dilaksanakan pada hari tanggal, Sabtu, 11 November 2023

C. Populasi Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah santri di MTs Persis 04 Cianjur yang

berjumlah 208 santri

2. Sampel

Adapun sampel penelitian ini sebanyak 30 responden, terdiri dari kelas

VII, VIII, dan IX Mts Persis 04 Cianjur.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya

adalah kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan yang dilakukan oleh

peneliti kepada responden dengan cara memberi seperangkat pertanyaan ataupun

pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden.

Hasil jawaban responden telah penulis dapatkan berdasarkan lembar pertanyaan

atau kuesioner yang penulis bagikan kepada responden, dan responden menjawab

pertanyaan tersebut sesuai dengan pilihan jawaban yang telah penulis sediakan.
30

E. Teknik Pengolahan Data

Dalam menganalisis data penulis menghubungkan data yang satu dengan yang

lainnya, kemudian dibuat kesimpulan dari kelompok data atau pengujian hipotesis.

Dalam pengolahan data, penulis menggunakan perhitungan presentase (%) dari

setiap alternatif jawaban dibagi dengan keseluruhan jumlah responden, kemudian

dikaitkan dengan 100, atau dengan rumus;

F/N x 100% Keterangan:

F: Frekuensi Alternatif Jawaban

N: Jumlah Keseluruhan Responden

100% Bilangan Tetap

Untuk mempermudah dalam pengambilan analisis data hasil penelitian,

maka dibuat suatu rentangan presentase sebagai pedoman

penafsiran data.

0%: Ditafsirkan Tidak Ada

1-24% : Ditafsirkan Sebagian Kecil

25-49%: Ditafsirkan Hampir Setengahnya

50%: Ditafsirkan Setengahnya

51-74%: Ditafsirkan Sebagian Besar


31

75-99%: Ditafsirkan Hampir Seluruhnya

100%: Ditafsirkan Seluruhnya


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini melampirkan tabel hasil pengolahan data (angket) dari responden

sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

TABEL 1

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

1. Penampilan adalah hal Setuju 14 93%

terpenting Ragu-ragu 1 7%

Tidak setuju 0 0%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa hampir seluruhnya responden (93%)

setuju bahwa penampilan adalah hal terpenting. Sebagian kecil responden (7%) ragu-

ragu menyetujui bahwa penampilan adalah hal terpenting. Seluruh responden (0%)

tidak setuju bahwa penampilan adalah hal terpenting.

Jadi berdasarkan tabel di atas, hampir seluruhnya setuju bahwa penampilan

adalah hal terpenting dan menunjukan persentase yang paling banyak.

32
33

TABEL 2

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

2. Tampil modis membuat Setuju 10 67%

saya percaya diri Ragu-ragu 5 33%

Tidak setuju 0 0%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden (67%)

setuju bahwa tampil modis membuat responden percaya diri. Ditafsirkan hampir

setengahnya (33%) ragu-ragu bahwa tampil modis membuat responden percaya diri. Di

tafsirkan tidak ada (0%) tidak setuju bahwa tampil modis membuat saya percaya diri.

Jadi berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden setuju bahwa tampil

modis membuat responden percaya diri dan menunjukan persentase paling banyak.
34
35

TABEL 3

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

3. selalu Saya update Setuju 10 67%

fashion Ragu-ragu 1 7%

Tidak setuju 4 27%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa, ditafsirkan sebagian besar

responden (10%) setuju bahwa responden selalu update fashion. Ditafsirkan sebagian

kecil responden (7%) ragu-ragu bahwa responden selalu update fashion. Ditafsirkan

hampir setengahnya responden (27%) tidak setuju bahwa responden selalu update

fashion.

Jadi berdasarkan tabel diatas hampir sebagian responden menjawab setuju bahwa

responden selalu update fashion, dan menunjukan persentase yang paling banyak.
36

TABEL 4

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

4. Menurut saya trend Setju 7 47%

fasion adalah hal yang Ragu-ragu 5 20%

wajib diikuti Tidak setuju 3 33%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa hampir setengahnya responden

(47%) setuju bahwa menurut responden trend fashion adalah hal yang wajib diikuti.

Ditafsirkan sebagian kecil responden (20%) ragu-ragu bahwa menurut responden trend

fashion adalah hal yang wajib diikuti. Ditafsirkan hampir setengahnya responden (33%)

tidak setuju bahwa menurut responden trend fashion adalah hal yang wajib diikuti.

Jadi berdasarkan tabel di atas, hampir setengahnya responden setuju bahwa

menurut responden trend fashion adalah hal yang wajib diikuti dan menunjukan jumlah

persentase yang paling banyak.


37

TABEL 5

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

5. Saya selalu suka membeli apa Setuju 7 47%


yang saya mau
Ragu-ragu 6 40%

Tidak setuju 2 13%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa hampir setengahnya responden

(47%) setuju bahwa responden selalu suka membeli apa yang responden mau. Hampir

setengahnya reponden (40%) ragu-ragu bahwa responden selalu suka membeli apa

yang responden mau. Sebagian kecil responden (13%) tidak setuju bahwa responden

selalu membeli apa yang responden mau.

Jadi berdasarkan tabel di atas, hampir setengahnya reponden setuju bahwa

responden selalu suka membeli apa saja yang responden mau dan menunjukan

persentase yang paling banyak.


38

TABEL 6

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

6. Saya selalu belanja dalam Setuju 6 40%


jumlah yang banyak
Ragu-ragu 3 20%

Tidak setuju 6 40%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa hampir setengahnya responden

(40%) setuju bahwa responden selalu belanja dalam jumlah yang banyak. Sebagian

kecil responden (20%) ragu-ragu bahwa responden selalu belanja dalam jumlah yang

banyak. Hampir setengahnya responden (40%) tidak setuju bahwa responden selalu

belanja dalam jumlah yang banyak.

Jadi berdasarkan tabel di atas, responden imbang antara setuju dengan tidak

setuju bahwa responden selalu belanja dalam jumlah yang banyak dan menunjukan

persentase yang paling banyak.


39

TABEL 7

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

8. Saya selalu Setuju 6 40%

menghabiskan uang Ragu-ragu 5 33%

untuk belanja Tidak setuju 4 27%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa hampir setengahnya reponden

(40%) setuju bahwa responden selalu menghabiskan uang untuk belanja. Hampir

setengahnya responden (33%) ragu-ragu bahwa responden selalu menghabiskan uang

untuk belanja. Sebagian kecil responden (27%) tidak setuju bahwa responden selalu

menghabiskan uang untuk belanja.

Jadi berdasarkan tabel di atas, hampir setengahnya responden setuju bahwa

responden selalu menghabiskan uang untuk belanja dan menunjukan persentase yang

paling banyak.
40

TABEL 8

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

9. Saya selalu makan di cafe/resto Setuju 8 53%

bersama Ragu-ragu 1 7%

teman-teman Tidak setuju 6 40%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden (53%)

setuju bahwa responden selalu makan di cafe/resto bersama teman-teman. Sebagian

kecil responden (7%) ragu-ragu bahwa responden selalu makan di café/resto bersama

teman-teman. Hampir setengahnya responden (40%) tidak setuju bahwa responden

selalu makan di cafe/resto bersama teman-teman.

Jadi berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden setuju bahwa responden

selalu makan di cafe/resto bersama teman-teman dan menunjukan persentase yang

paling banyak.
41

TABEL 9

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

10. Saya lebih suka makanmakanan Setuju 8 53%


resto
Ragu-ragu 7 47%

Tidak setuju 0 0%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasrkan tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden (53%)

setuju bahwa responden lebih suka makan-makanan resto. Hampir setengahnya

responden (47%) ragu-ragu bahwa responden lebih suka makanmakanan resto. Tidak

ada responden (0%) tidak setuju bahwa responden lebih suka makan-makanan resto.

Jadi berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden setuju bahwa responden

lebih suka makan-makanan resto dan menunjukan persentase yang paling banyak.

TABEL 10
42

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

11. Saya lebih senang Setuju 3 20%

memesan makanan secara Ragu-ragu 4 27%


online
Tidak setuju 8 53%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Bersdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa sebagian kecil responden

(20%) setuju bahwa responden lebih senang memesan makanan secara online. Hampir

setengahnya responden (27%) ragu-ragu bahwa responden lebih senang memesan

makanan secara online. Sebagian besar responden (53%) tidak setuju bahwa bahwa

responden lebih senang memesan makanan secara online.

Jadi berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden tidak setuju bahwa

responden lebih senang memesan makanan secara online dan menunjukan persentase

yang paling banyak

TABEL 11
43

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

12. Saya lebih menyenangi makan- Setuju 1 7%


makanan western
Ragu-ragu 10 67%

Tidak setuju 4 27%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa sebagian kecil responden (7%)

setuju bahwa responden lebih menyukai makanan wastern. Sebagian besar responden

(67%) ragu-ragu bahwa responden lebih menyukai makanan wastern. Hampir

setengahnya responden (27%) bahwa responden tidak setuju jika responden lebih

menyenangi makanan wastern.

Jadi berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden menjawab bahwa

responden ragu-ragu untuk menjawab lebih menyukai makanan wastern dan

menunjukan persentase yang paling banyak.

TABEL 12
44

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

13. Dengan menyenangi Setuju 8 53%

trend fasion, berwisata kuliner Ragu-ragu 5 33%

di resto dan kafe- Tidak setuju 2 3%

kafe mahal dan juga

senang belanja sangat

mempengaruhi masa

depan anda

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden (53%)

setuju bahwa responden menyenangi trend fasion, berwisata kuliner di resto dan kafe-

kafe mahal dan juga senang belanja sangat mempengaruhi masa depan responden.

Hampir setengahnya responden (33%) menjawab ragu-ragu bahwa menyenangi trend

fasion, berwisata kuliner di resto dan kafe-kafe mahal dan juga senang belanja sangat

mempengaruhi masa depan responden. Sebagian kecil responden (3%) menjawab tidak

setuju bahwa menyenangi trend fasion, berwisata kuliner di resto dan kafe-kafe mahal

dan juga senang belanja sangat mempengaruhi masa depan responden.


45

Jadi berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden menjawab bahwa setuju

jika responden menyenangi trend fasion, berwisata kuliner di resto dan kafe-kafe mahal

dan juga senang belanja sangat mempengaruhi masa depan responden dan menunjukan

persentase yang paling banyak.

TABEL 13

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

14. Kebiasaan hidup Setuju 12 80%

hedonisme akan selalu Ragu-ragu 3 20%


terbawa ke masa depan
anda nantinya Tidak setuju 0 0%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa hampir seluruhnya responden (80%)

menyetujui bahwa Kebiasaan hidup hedonisme akan selalu terbawa ke masa depan

responden nantinya. Sebagian kecil responden (20%) ragu-ragu bahwa Kebiasaan hidup

hedonisme akan selalu terbawa ke masa depan responden nantinya. Sebagian tidak ada

responden (0%) menjawab tidak menyetujui bahwa Kebiasaan hidup hedonisme akan

selalu terbawa ke masa depan respoden


46

nantinya.

Jadi berdasarkan tabel di atas hampir seluruhnya responden setuju menjawab

bahwa Kebiasaan hidup hedonisme akan selalu terbawa ke masa depan responden

nantinya dan menunjukan persentase yang paling banyak.

TABEL 14

No Pertanyaan Alternatif Frekuensi Persentase


jawaban

15. Gaya hidup hedonisme Setuju 9 60%


memberikan impact yang
kurang baik bagi masa Ragu-ragu 2 13%
depan anda
Tidak setuju 4 27%

Jumlah 15 100%

Analisis Data :

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden (60%) setuju bahwa gaya

hidup hedonisme memberikan impact yang kurang baik bagi masa depan responden.

Sebagian kecil responden (13%) ragu-ragu bahwa gaya hidup hedonisme memberikan

impact yang kurang baik bagi masa depan responden. Sebagian kecil responden (27%)

tidak setuju bahwa gaya hidup hedonisme memberikan impact yang kurang baik bagi

masa depan responden.


47

Jadi berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden setuju menjawab bahwa

gaya hidup hedonisme memberikan impact yang kurang baik bagi masa depan

responden dan menunjukan persentase yang paling banyak.

B. Pembahasan

1. Bagaimana pengaruh belanja pelaku hedonisme terhadap syakhsiyyah islam?

Pengaruh belanja pelaku hedonisme terhadap syakhsiyyah islam ternyata sangat

berpengaruh, hal ini terbukti dengan jawaban no 8 yang menjawab "setuju" mencapai

(40%) yakni hampir setengahnya menyatakan bahwa responden selalu menghabiskan

uang untuk belanja, hal ini di perkuat juga dengan jawaban no 5 yang menjawab

"setuju" mencapai(47%) Yakni hampir setengah nya pula menyatakan bahwa

responden suka membeli apapun yang responden mau.

Dari hasil di atas Jika kita kaitkan dengan pengaruh belanja pelaku hedonisme

terhadap syakhsiyyah islam maka ada dua pandangan di dalam islam tentang hal

tersebut yang pertama, jika responden menghabiskan uang untuk belanja karena

responden ingin membelikan orang lain dalam jumlah yang banyak sehingga responden

harus mengeluarkan banyak uang untuk belanja jadi tidak semata hanya untuk dirinya

tetapi untuk kebutuhan orang lain juga maka hal itu tidak bisa dikatakan hedonisme

justru hal itu malah akan menjadi bernilai pahala bagi responden. Yang kedua, apabila

responden menghabiskan uang untuk belanja semata hanya memenuhi ambisinya

sendiri maka yang demikianlah yang termasuk kepada gaya hidup hedonisme.
48

sebagaimana teori yang terdapat pada bab II tentang syakhsiyyah islam yang didalam

nya membahas tentang islam telah mengatur perbuatan manusia yang muncul dari

kebutuhan jasmani dan gharizah- Nya dengan hukum-hukum syara yang terpancar dari

aqidah islam. Peraturanperaturan tersebut adalah peraturan yang benar yang mengatur

gharizah, bukan menindasnya; yang dapat mengarahkan dan bukan membiarkannya liar

tanpa kendali. Islam menawarkan pemenuhan seluruh kebutuhannya secara serasi dan

harmonis, sehingga ia merasakan kebebasan dan ketenangan.

Jadi sudah jelas bahwa gharizah seseorang itu perlu diatur dengan hukumhukum

syara tidak boleh dibiarkan liar begitu saja ia harus memiliki tolak ukur yang benar

untuk setiap pemikiran/ide. Dengan demikian ia akan selamat dari tergelinciran dan

kesalahan serta kerusakan berpikir, lalu akan terwujudlah suatu syakhsiyyah tertentu

yang khas dan berbeda dengan yang lain.

2. Bagaimana pengaruh makanan pelaku hedonisme terhadap syakhsiyyah


islam?

Pengaruh makanan pelaku hedonisme terhadap syakhsiyyah islam ternyata

sangat berpengaruh hal ini dibuktikan dengan jawaban no 10 yang menjawab ‘’setuju’’

mencapai(53%) yakni sebagian besar menyatakan bahwa responden lebih suka makan

makanan resto hal ini diperkuat pula dengan jawaban no 9 yang menjawab ‘’setuju’’

mencapai(53%) yakni sebagian besar menyatakan bahwa responden selalu memakan di

cafe/resto bersama teman-teman. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar responden

memiliki gaya hidup hedonisme yang jelas-jelas bertentangan dengan syakhsiyyah


49

islam(kepribadian islam) sebagai seorang muslim, karena sebagaimana tercantum pada

bab II landasan teoritis yang menyebutkan dalil tentang bermegah-megahan telah

melalaikan kamu (TQS. AtTakasur: 1) Ayat ini bisa diartikan sebagai dampak dari

bermegah-megahan yakni lalai. Lalai dapat berarti mengindahkah kewajiban contoh

bisa jadi ketika responden sedang makan di cafe/resto bersama teman-temannya mereka

akan lupa dengan waktu, mereka akan asik dengan dunia nya sendiri dan ketika sudah

tiba waktu untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim yakni sholat mereka

akan menunda-nunda bahkan tidak menutup kemungkinan mereka akan melupakan

kewajiban itu. Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang lalai terhadap kebaikan.

3. Bagaimana pengaruh masa depan pelaku hedonisme terhadap syakhsiyyah


Islam?

Pengaruh masa depan pelaku hedonisme terhadap syakhsiyyah islam teryata

sangat berpengaruh hal ini dibuktikan dengan jawaban no 15 yang menjawab "setuju"

mencapai (60%) yakni sebagian besar menyatakan bahwa responden menyetujui gaya

hidup hedonisme memberikan impact yang kurang baik bagi masa depan reesponden

dan jika dibiarkan begitu saja akan terus terbawa hingga masa depan dan hal itu pun

disadari oleh responden yang yang dibuktikan dengan jawaban no 14 yang menjawab

setuju mencapai(80%) yakni sebagian besar pula responden menyetujui bahwa

kebiasaan hidup hedonisme akan selalu terbawa kemasa depan responden nantinya.

Sudah jelas bahwa gaya hidup hedonisme tidak sesuai dengan syakhsiyyah

islam(kepribadian islam).
50

Syahsiah (kepribadian) setiap manusia terbentuk oleh akliah (cara berpikir) dan

nafsiah (cara bersikap)-nya. Jika akliah dan nafsiahnya hedonis maka akan

menghasilkan sifat yang konsumtif, matrealistis, dan hanya memikirkan dunia semata.

Dan tidak memikirkan akhirat nantinya padahal semua yang kita lakukan akan dimintai

pertanggung jawaban di akhirat kelak. Jadi kesimpulannya

hedonisme ini sangat mengikis kepribadian islam.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Hampir setengahnya cara santri di Mts Persis 04 Cianjur berbelanja sudah

terpengaruh oleh gaya hidup hedonisme yang dibuktikan dengan santri selalu

menghabiskan uang untuk belanja dan santri suka membeli apapun yang mereka

mau jelas hal itu sangat bertentangangan dengan syakhsiyah islam mereka

sebagai seorang muslim. Apalagi santri sebagai individu yang mendalami ajaran

islam.

2. Sebagian besar santri di Mts Persis 04 Cianjur sudah terpengaruh dengan cara

makan atau makanan pelaku gaya hidup hedonisme terbukti dengan santri lebih

suka makan di cafe/resto bersama dengan teman-temannya sungguh hal itu

sangat bertentangan dengan syakhsiyyah islam.

3. Sebagian besar santri Mts Persis 04 Cianjur menyetujui bahwa masa depan

pelaku hedonisme memiliki impact yang kurang baik bagi santri di masa depan

pelaku hedonisme akan menjadi individu yang matrealistis, konsumtif dan

hanya memikirkan dunia saja tidak memikirkan akhirat hal itu sangat mengikis

kepribadian islam(syakhsiyyah islam).

B. Saran

1. Penguatan pendidikan agama: madrasah/lembaga perlu memperkuat kurikulum


agama dengan fokus pada pemahaman mendalam tentang nilai-nilai islam dan

51
cara menghadapi godaan hedonisme. Ini termasuk ajaranajaran moral, etika, dan
ahklak yang kuat.
2. Pembinaan etika dan karakter: Penting untuk membina karakter dan etika santri
agar mereka memiliki landasan moral yang kokoh. Ini dapat mencakup program
pembinaan karakter, pelatihan kepemimpinan, dan keterlibatan dalam kegiatan
sosial yang positif.

3. Pengawasan Terhadap Lingkungan: Lembaga pendidikan perlu memastikan


bahwa lingkungan di sekitar santri mendukung nilai-nilai Islam. Hal ini
melibatkan pengawasan terhadap aktivitas di luar sekolah yang dapat
memengaruhi perilaku santri.

4. Pembekalan Keterampilan: Santri perlu dibekali dengan keterampilan yang


berguna untuk kehidupan sehari-hari dan karier mereka, sehingga mereka tidak
merasa perlu terjun ke dalam gaya hidup hedonistik untuk mencapai
keberhasilan materi.

5. Dukungan Psikologis: Pihak sekolah perlu menyediakan dukungan psikologis


dan konseling bagi santri yang mungkin terpengaruh oleh gaya hidup
hedonisme, agar mereka dapat mengatasi konflik internal dan eksternal dengan
lebih baik.

Dengan mengambil tindakan-tindakan ini, lembaga pendidikan dapat membantu


santri menjaga syakhsiyyah Islam mereka dan menghindari pengaruh negatif dari
gaya hidup hedonisme dalam upaya mencapai kehidupan dimasa

depan santri.

52
DAFTAR PUSTAKA

Celinediora, Mollievia. 2020. "ANALISIS GAYA HIDUP HEDONISME TERHADAP


PERILAKU KONSUMSI (IMPULSE BUYING) MAHASISWA DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM". Karya tulis ilmiah. Lampung: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung.

Inaya Hilmi. Wordpress. "Hedonisme Ala Qorun". 26 Agustus 2017. Diakses pada 27
Oktober 2023. Dari https://islamslogic.wordpress.com.

Media Umat, Edisi 317,7. "Hedonisme remaja hampa" 18 Agustus 2022.

Mundzir, Abinya. Kompasiana beyond blogging. ‘’Hati-hati dari sikap sombong!’’.


Diakses pada 17 Oktober 2023. Dari
https://www.kompasiana.com/abinya_mundzir/5512a426a333116a5eba7e
65/hati-hati-dari-sikap-sombong.

Para kontributor Liputan6. "15 Pengertian Hedonisme menurut para ahli, ini
penyebabnya". Diakses pada 25 September 2023. Dari
https://www.liputan6.com/hot/read/4691939/15-pengertian-hedonismemenurut-
para-ahli-ini-penyebabnya.

Para kontributor Muslimah News.’’ Kepribadian islam’’ Diakses pada 9 November


2023. Dari https://muslimahnews.net/2022/11/11/14094/.

Taqiyuddin an-Nabhani. 2003. "Kepribadian Islam (Asy-syakhshiyah alislamiyah)".

53
LAMPIRAN- LAMPIRAN

54
DOKUMENTASI PENELITIAN

55
56

Anda mungkin juga menyukai