Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

PENGOBATAN PADA PENYAKIT BRONKITIS DI DEPO RAWAT


JALAN UOBK RSUD R. SYAMSUDIN S.H

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Praktik Kerja Lapangan (PKL)

KOMPETENSI KEAHLIAN FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS

FEBY FEBRIANTI
NIS. 212210083

YAYASAN BINA DINAMIKA


SMK DHARMA KUSUMA CIANJUR
Jl.KH.Abdullah Bin Nuh RT 05/RW 18 Kelurahan
Pamoyanan Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur
Email : info@smkdharmakusumacianjur.sch.id
2023
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Feby Febrianti

NIS : 212210083

Judul Laporan : PENGOBATAN PADA PENYAKIT BRONKITIS DI


DEPO RAWAT JALAN UOBK RSUD R. SYAMSUDIN
S.H

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan


(PKL) ini sepenuhnya merupakan hasil karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya
yang merupakan plagiat (penjiplakan), pengambil alihan data, tulisan atau prmikiran
orang lain yang penulis akui sebagai hasil tulisan atau pemikiran penulis sendiri
ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku.

Atas pernyataan ini saya siap menerima resiko atau sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan pelanggaran etika keilmuan dalam
karya tulis ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keàslian karya tulis ini.

Cianjur, 15 Agustus 2023

Yang Membuat Pernyataan,

FEBY FEBRIANTI
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Feby Febrianti

NIS : 212210083

Judul Laporan : PENGOBATAN PADA PENYAKIT BRONKITIS DI


DEPO RAWAT JALAN UOBK RSUD R.
SYAMSUDIN S.H

Telah Disetujui Untuk Diajukan Pada Sidang Laporan PKL Kompetensi Keahlian
Farmasi Klinis dan Komunitas SMK Dharma Kusuma Cianjur

Menyetujui,

Pembimbing

Ai Nuraeni, SKM

NUPTK. 5057763665210113
v

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Ini Telah Dipertahankan Dan Telah Diperbaiki Sesuai Dengan Masukan
Dewan Penguji Sidang Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Pada tanggal : 31 Oktober 2023

Mengesahkan

Kompetensi Keahlian Farmasi Klinis dan

Komunitas SMK Dharma Kusuma Cianjur

Penguji Ketua Program Studi Farmasi

Asri lestari Sukmana, S.Farm Asri lestari Sukmana, S.Farm


NUPTK. 9834770671130182 NUPTK. 9834770671130182

Mengetahui

Kepala SMK Dharma Kusuma Cianjur

Dudun Sudrajat, SIP.,MM

NUPTK. 1036748651130133
v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan Syukur sebagai penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis telah dapat
menyelesaikan penyususnan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul
“Pengobatan Pada Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan yang Terletak di Paru-Paru
(Bronkitis) di Depo Rawat Jalan RSUD R. SYAMSUDIN SH Kota Sukabumi” Pada
Tahun 2023.

Dalam penulisan laporan ini dijelaskan tentang konsep laporan ini juga
ditujukan untuk memenuhi syarat agar dapat mengikuti Ujian Kompetensi Siswa
(UKS) dan Ujian Sekolah (US). Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah
sebagai rangkuman segala informasi, pengetahuan dan kegiatan-kegiatan yang telah
saya lakukan dan dapatkan selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Baik
yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, pengadaan, penyimpanan, struktur
organisasi dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan RSUD R. Syamsudin, SH.

Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis sangat menyadari


bahwa tanpa bantuan saran dan masukan dari sebagian pihak, penulis tidak mungkin
dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan baik Oleh karna
itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

Dalam pelaksanaan PKL ini saya menyadari bahwa kegiatan saya ini tidak
terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. Dudun Sudrajat, SIP., MM. selaku Kepala Sekolah SMK S Dharma Kusuma
Cianjur.
2. Aji Nurjaman, SS. selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum SMK
Dharma Kusuma Cianjur

v
vi

3. Dea Dinissa Pramita, S.Kep.,Gr selaku Ketua Pelaksana PKL (Praktik Kerja
Lapangan) sekaligus Pembingbing Monitoring selama PKL.
4. Desti Alianti Sukmana, S.Kep selaku Pembingbing Monitoring selama PKL.
5. Asri Lestari Sukmana, S.Farm selaku ketua Program Studi Farmasi SMK
Dharma Kusuma Cianjur
6. Ai Nuraeni, SKM selaku guru Pemimbing Sekolah selama penulisan laporan.
7. Fitriyah Silviyani, S.Farm.,Apt.,M.M selaku Pembimbing Instalasi di RSUD
R.SYAMSUDIN, SH Sukabumi
8. Bapak dan Ibu Guru dan Staf SMK Dharma Kusuma Cianjur
9. Kedua orang tua serta keluarga besar penulis yang telah banyak mendukung,
yang dengan sabar, baik membantu secara moral, material. Serta,
mencurahkan segala isi hati dengan do’a yang tidak terputus yang selalu
menyertai penulis setiap saat dan selalu mendoakan kelancaran penulisan
laporan ini.
10. Para Pimpinan Rumah Sakit dan seluruh staf di Instalasi Farmasi RSUD
R.SYAMSUDIN, SH Sukabumi
11. Teman-teman yang telah membantu dan mendorong saya dalam
menyelesaikan laporan ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas segala bantuan
dan saran-saran yang telah dipersembahkan untuk saya.

Semoga laporan yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi pengetahuan kita
semua. Untuk mencapai kesempurnaannya laporan ini, saya selaku pembuat kliping
mohon kritik dan saran agar laporan ini menjadi lebih baik. Sehingga dapat
bermanfaat khususnya saya selaku penyusun dan para pembaca.

Akhir kata, saya mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan
dalam penulisan laporan atau tingkah laku serta pembuatan saya saat pelaksanaan
PKL yang tidak sesuai.

vi
vii

Sekian penulisan laporan saya, semoga dapat bermanfaat untuk menambah


wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Penulis

Feby Febriyanti

vii
viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................v
KATA PENGANTAR................................................................................................v
DAFTAR ISI............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 TUJUAN.............................................................................................................3
1.3 MANFAAT.........................................................................................................3
1.3.1 MANFAAT BAGI SISWA..........................................................................3
1.3.2 MANFAAT BAGI SEKOLAH...................................................................3
1.3.3 MANFAAT BAGI INSTANSI....................................................................4
BAB II OBJEK PENELITIAN.................................................................................5
2.1 GAMBARAN UMUM.......................................................................................5
2.1.1 Profil Rumah Sakit.......................................................................................5
2.1.2 Pengertian.....................................................................................................6
2.1.3 Fungsi...........................................................................................................6
2.1.4 Peran.............................................................................................................6
2.2 PROGRAM POKOK..........................................................................................6
2.3 FASILITAS UTAMA DAN PENUNJANG......................................................7
2.4 JENIS PELAYANAN.........................................................................................9
2.5 STRUKTUR ORGANISASI............................................................................11
2.6 SEJARAH INSTANSI......................................................................................12
2.7 VISI DAN MISI PERUSAHAAN/INSTANSI................................................14
2.7.1 Visi.............................................................................................................14
2.7.2 Misi............................................................................................................14
BAB III LANDASAN TEORI.................................................................................15

viii
ix
3.1. Konsep Dasar Bronkitis...................................................................................15
3.1.1 Definisi.......................................................................................................15
3.1.2 Klasifikasi bronkitis...................................................................................15
3.1.8 Komplikasi.................................................................................................21
3.1.9 Penatalaksanaan.........................................................................................22
3.2 Konsep Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif.....................................................22
3.2.1 Pengertian Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif.........................................22
3.2.2 Etiologi.......................................................................................................22
3.2.3 Proses Terjadinya.......................................................................................23
3.2.4 Manifestasi klinis.......................................................................................23
3.2.5 Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................25
4.1 HASIL...............................................................................................................25
4.2 PEMBAHASAN...............................................................................................26
4.2.1 Obat Yang Sering Digunakan Di RSUD R. SYAMSUDIN, S.H..............26
BAB V PENUTUP....................................................................................................45
5.2 Saran.................................................................................................................45
5.2.1 Kepada Instansi Kesehatan........................................................................45
5.2.2 Kepada Instansi Pendidikan.......................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................47
Kutipan Buku..........................................................................................................49
Kutipan Internet......................................................................................................49
LAMPIRAN..............................................................................................................51
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................57

ix
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Logo RSUD R. SYAMSUDIN, S.H...........Error! Bookmark not defined.


Gambar 2 Struktur
Organisasi....................................................................................Error! Bookmark
not defined.
Gambar 3 RSUD R. Syamsyudin, S.H Pada Tahun 1920Error! Bookmark not defined.
Gambar 4 RSUD R. Syamsyudin, S.H Pada Tahun 1937….Error! Bookmark not defined.
Gambar 5 RSUD R Syamsyudin, S.H Pada Tahun 1976Error! Bookmark not defined.
Gambar 6 RSUD R. Syamsudin,S.H Kota sukabumi..Error! Bookmark not defined.
Gambar 7 Patofisiologi Bronkitis................................................................................20

x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keahlian professional setiap individu tidak semata-mata diukur dari nilai
akademik dan penguasaan pengetahuan saja. Namun, harus diimbangi dengan
praktik dan pengalaman langsung mengimplementasikan teori ke dalam praktik
kerja. Dengan demikian, dilakukanlah program Prakerin demi memberikan
pengalaman dan kesempatan secara langsung kepada siswa dan siswi SMK
mengaplikasikan keahlian yang dimiliki dalam kinerja langsung.

Kegiatan PKL merupakan salah satu bentuk kegiatan dari sekian banyak visi dan
misi SMK S Dharma Kusuma Cianjur.para Siswa tidak hanya dibekali dengan teori
belajar saja tetapi juga pemahaman tentang lingkungan yang mereka hadapi setelah
lulus sekolah.Kegiatan PKL dilaksanakan sesuai dengan Kemampuan atau Kejuruan
yang terdapat pada masing-masing siswa.

SMK Dharma Kusuma Cianjur memilih RSUD R.SYAMSUDIN,SH Kota


Sukabumi sebagai tempat Praktik Kerja Lapngan (PKL) untuk mengetahui
bagaimana budaya organisasi di sana. Rumah sakit ini berada di bawah naungan
pemerintah Sukabumi namun tidak berbeda dengan rumah sakit lainya di RSUD
R.SYAMSUDIN,SH juga menyediakan berbagai pelayanan dan fasilitas medis
salah satunya adalah Farmasi.

Organ pada manusia yang cukup penting yaitu Paru-paru merupakan salah satu
organ pada sistem pernapasan yang berfungsi sebagai tempat bertukarnya oksigen
dengan karbondioksida di dalam darah. Gangguan paru-paru ini menyebabkan
penderita sulit bernafas, sulit beraktivitas, kekurangan oksigen bahkan apabila tidak
cepat terdeteksi dapat menyebabkan kematian (Reni Rahmadewi & Rahmadi Kurnia,
2016). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, penyakit paru termasuk
salah satu penyakit yang kritis hingga saat ini.
2

Ada beberapa penyakit paru yang umum dijumpai yaitu Tuberkolosis (TB),
Bronkitis, PPOK (Penyakit Paru Obstrukti Kronis), dan Pneumonia (radang paru-
paru) (Reni Rahmadewi & Rahmadi Kurnia, 2016). Penyakit Tuberkulosis Paru
adalah suatu penyakit menular disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis (Kemenkes, 2014).

Penyakit yang kini menjadi kian marak adalah bronkitis. Bronkitis adalah
peradangan atau infeksi yang terdapat di saluran nafas yang menginfeksi pada
bronkus. Bronkitis biasanya menyerang pada anak yang disekitar tempat tinggalnya
terdapat polutan, seperti orang-orang merokok diluar atau didalam ruangan,
kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara, dan pembakaran yang
menyebabkan asap biasanya saat masak menggunakan kayu bakar. Pasien bronkitis
banyak ditemukan dengan keluhan seperti batuk, mengi, penumpukan sputum dan
sesak nafas (Marni, 2014).

Pembengkakan bronkus serta sekret yang kental akan mengakibatkan rusaknya


jalan pada pernafasan dan terganggunya pertukaran gas pada alveolus terutama pada
saat ekspirasi. Saluran pernafasan akan terperangkap di distal paru dan mengalami
kolaps. Rusaknya hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya ventilasi alveolar,
asidosi, dan hipoksia. Apabila penderita oksigennya kurang dan terjadi resiko
ventilasi tidak normal maka menurunnya PaO2 dan jika sampai ventlasi rusak maka
akan mengalami peningkatan PaCO2, hal itu dilihat dari sianosisnya. Apabila
menyakit mulai memarah maka produksi sekret akan berwarna kehitaman
disebabkan oleh infeksi pulmona (Somantri,2009). Untuk menangani masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak, intervensi yang bisa diberikan adalah
memanajemen jalan nafas dengan melakukan fisioterapi dada yang bertujuan untuk
mengeluarkan sekret, memperbaiki vetilasi dan meningkatkan kinerja otot pada
pernafasan. Fisioterapi dada menggunakan teknik yaitu berupa postural drainase,
clapping dan vibrasi

Berdasarkan uraian diatas, maka terdapat suatu permasalah serius pada pasien
dengan bronkitis, yaitu pada bersihan jalan nafas tidak efektif, sehingga penulis
3

tertarik untuk menyusun laporan dengan judul “Pengobatan Pada Penyakit


Pernapasan yang Terletak di Paru-Paru (Bronkitis) Di Depo Farmasi Rawat Jalan
UOBK RSUD R. SYAMSUDIN, S.H”. Dengan alasan ingin mengetahui gambaran
kegiatan pelayanan kefarmasian di UOBK RSUD R. SYAMSUDIN, S.H.

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pengobatan Pada
Penyakit infeksi saluran paru-paru(bronkitis)Di Depo Farmasi Rawat Jalan UOBK
RSUD R. SYAMSUDIN, S.H”

1.2.2 TUJUAN KHUSUS


1. Untuk megetahui Obat-obatan penyakit infeksi saluran paru-paru(bronkitis)di
Depo Rawat Jalan RSUD R. Syamsudin, SH.
2. Untuk mengetahui gejala-gejala penyakit infeksi saluran paru-paru(bronkitis)
3. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penyakit infeksi saluran paru-
paru(bronkitis)
4. Untuk mengetahui obat infeksi saluran paru-paru(bronkitis)yang
sering keluar di Depo Rawat Jalan.

1.3 MANFAAT
1.3.1 MANFAAT BAGI SISWA
Sebagai sarana evaluasi dan pengawasan Pengobatan Pada Penyakit infeksi
saluran paru-paru(bronkitis)Di Depo Farmasi Rawat Jalan UOBK RSUD R.
SYAMSUDIN, S.H

1.3.2 MANFAAT BAGI SEKOLAH


1) Sebagai bahan pengetahuan dan penelitian tentang Pengobatan Pada
Penyakit infeksi saluran paru-paru Bronkitis Di Depo Farmasi Rawat
Jalan.
2) Kesempatan untuk menjalin kerja sama serta lebih mengerti dan
melembaga dengan Dunia Industri
4

3) Dapat mematangkan pelajaran yang di sekolah di tempat PKL/Dunia


Industri

1.3.3 MANFAAT BAGI INSTANSI


1) Peluang untuk mendapat tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya,
2) Peluang untuk berperan serta dalam upaya meningkatkan mutu
tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
3) Sebagai bagian tidak terpisahkan dari upaya pembangunan nasional
sehingga melahirkan kebanggan tersendiri.
BAB II
OBJEK PENELITIAN

2.1 GAMBARAN UMUM

2.1.1 Profil Rumah Sakit

(Gambar 1 Logo RSUD R. Syamsudin, S.H)

Nama Rumah Sakit : UOBK RSUD R. SYAMSUDIN,

S.H.
Nomor Kode RSUD 3272014
Kelas RSUD : Kelas B Pendidikan

Alamat/Telepon/Fax : JL. Rumah Sakit No. 1 Kota Sukabumi


(0266) 225180-225181Fax. 212988
Email : rsud@sukabumikota.go.id
Jumlah Tempat Tidur : 400 TT
Luas Lahan/Tanah RSU : 49.357 M2
Luas Bangunan : 20.754,49
M2
Pemilik/Pengelola : Pemerintah Daerah (PEMDA) Kota
Sukabumi Kota / Provinsi : Kota Sukabumi / Jawa Barat
Terakreditasi : Paripurna
Standar International : ISO 9001:2015 & IWA-1:2005, ISO
14001:2015, ISO 45001:2018
5
6

2.1.2 Pengertian
Menurut American Hospital Association (1974) dalam (Azrul Azwar 1996),
Rumah Sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis profesional
yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis
serta pengobatan penyakit yang diderita.

2.1.3 Fungsi
Permenkes RI No. 159b/MenKes/Per/1998 (Wijono, 1997), fungsi rumah
sakit adalah :

a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik,


rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan Kesehatan.
b. Menyediakan tempat Pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan
paramedik.
c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang
Kesehatan.

2.1.4 Peran
Tugas rumah sakit melaksanakan pelayanan Kesehatan dengan
mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat
badan dan jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan
(promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan.

2.2 PROGRAM POKOK


RSUD R, SYAMSUDIN S.H memiliki 5 program akreditasi

1. Ada program orientasi peserta pendidikan klinis, dengan materi orientasi yang
meliputi :
a. Program RS tentang mutu dan keselamatan pasien

b. Program pengendalian infeksi


7

c. Program keselamatan penggunaan obat

d. Sasaran keselamatan pasien

2. Ada bukti pelaksanaan dan sertifikat program orientasi peserta didik klinis.

3. Ada bukti pelaksanaan dan dokumentasi peserta didik diikutsertakan dalam


semua program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RS.

4. Ada pemantauan dan evaluasi bahwa pelaksanaan pedidikan klinis tidak


menurunkan mutu dan keselamatan pasien yang dilaksanakan sekurang-
kurangnya sekali setahun yang terintegrasi dengan program mutu dan
keselamatan pasien

5. Ada survey kepuasan pasien terhadap pelayanan RS atas dilaksanakannya


pendidikan klinis sekurang-kurangnya sekali setahun

2.3 FASILITAS UTAMA DAN PENUNJANG


A. Fasilitas

1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

2. Unit Luka Bakar

3. Pelayanan Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik)

4. Pelayanan Penunjang Diagnostik

5. Patologi Klinik

6. Rehabilitasi Medik

7. Medical Check Up (MCU)

8. Patologi Anatomi

9. Ruang Operasi

10. Ruang Radiologi

11. Ruang Laboratorium


8

12. Instalasi Farmasi

13. Ruang Kantor dan Administrasi

14. Laundry

15. Kamar Jenazah

B. Penunjang

1. Radiologi

2. Hemodialisa

3. Cathlab

4. CT Scan

5. USG 4D

6. Laparoskopi

7. Endoskopi

8. Endoskopi THT

9. X-RAY

10. ESWL

11. Fibroscan

12. Laser CO2

13. Intervensi
C. Sarana & Prasarana

1. Instalasi air

2. Instalasi mekanikal dan elektrikal

3. Instalasi gas medik

4. Instalasi pengelolaan limbah


9

5. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran

6. Petunjuk standar, dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat

7. Instalasi tata udara

8. Sistem informasi dan komunikasi

9. Ambulan

2.4 JENIS PELAYANAN


1. Pelayanan Resep Tunai,

a. Terima resep pasien

b. Apoteker/Asisten Apoteker melakukan telaah resep

c. Petugas farmasi mengimput data resep ke computer

d. Kasir farmasi menginformasikan harga resep kepada pasien/keluarga


pasien
e. Pasien/keluarga pasien membayar resep

f. Pasien menerima kuitansi pembayaran

g. Siapkan etiket sesuai dengan resep. Etiket warna biru untuk obat luar
dan etiket warna putih untuk obat dalam
h. Obat disiapkan sesuai dengan permintaan pada resep

i. Obat dikemas dalam kemasan yang sesuai

j. Periksa Kembali kesesuaian obat yang telah disiapkan dengan resep

k. Serahkan obat ke pasien/keluarga pasien disertai informasi obat


2. Pelayanan Resep JKN

a. Terima resep

b. Periksa kelengkapan dan keabsahan resep (SEP, nama dokter, tanggal


penulisan resep)
10

c. Beri lembar checklist pada resep dan isi lembar checklist sesuai tahapan
kerja
d. Entri resep sesuai nama dan nomor rekam medik pasien

e. Beri jumlah harga obat di resep

f. Siapkan etiket warna putih untuk obat dalam atau warna biru untuk obat
luar.
g. Sediakan obat sesuai Formularium Nasional dan DPHO PT. Askes/e
katalog untuk obat yang tidak tersedia generiknya. (Resep Obat rawat
jalan pasien kronis disediakan untuk kebutuhan 7 hari).
h. Beri etiket, kemas, periksa kembali.

i. Serahkan obat ke pasien/keluarga pasien disertai informasi obat dan tanda


tangani bukti penerimaan obat.
j. Pasien penyakit kronik diberikan copy resep untuk mengambil obat
sisanya di apotek rekanan BPJS.
k. Untuk rawat jalan, copy resep dan surat elegabilitas peserta diserahkan ke
tim verifikasi.
3. Pelayanan Resep Nota Perusahaan
a. Terima resep dari nota Perusahaan

b. Periksa kesesuaian surat pengantar resep

c. Periksa kelengkapan dan keabsahan resep

d. Lakukan telaah resep

e. Print out harga obat (warna putih dan pink) kemudian lampirkan ke status
pasien (warna putih)

f. Obat disiapkan sesuai resep dengan sistem unit dose untuk pasien rawat
inap dan rawat jalan dengan sistem individual

g. Untuk pasien rawat inap catat jumlah harga obat pada kartu rawat
4. Pelayanan Retur Obat
11

a. Terima seluruh atau sisa obat yang tidak terpakai dari pasien yang akan
pulang atau meninggal atau alergi
b. Obat yang boleh diretur hanya obat yang dibeli di Instansi Farmasi
c. Terima bukti bon atau kwitansi pembelian obat sebagai barang bukti
pengembalian
d. Periksa bukti bon atau kwitansi pembelian obat asal obat, jenis, jumlah
serta kondisi dan keutuhan kemasan
e. Masukkan barang ke gudang, catat di kartu stok

f. Kembalikan uang pasien sesuai dengan harga jual obat yang tidak
terpakai
g. Bila pasien akan membeli resep obat baru maka obat dibayar sejumlah
harga obat yang telah dikurangi harga obat yang di retur

2.5 STRUKTUR ORGANISASI


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan
Departemen Kesehatan, Struktur organisasi rumah sakit umumnya terdiri dari Badan
Pengurus Yayasan, Dewan Pembina, Dewan Penyantun, Badan penasihat dan
penyelenggara.

(Gambar 2 Struktur Organisasi RSUD R. Syamsudin, S.H)


12

2.6 SEJARAH INSTANSI


Diresmikan tanggal 9 September 1920 berdasarkan SK Directur Van Binenlands
Bestuur Nomor 2101/A dengan nama Gemeente Ziekenhuis yang dikelola oleh
Gemeente Soekaboemi.

(Gambar 3 RSUD, R. Syamsudin, S.H Pada Tahun 1920)

Tanggal 27 Februari 1937 dijual kepada P. Guliek sebagai Eigendomsperceel


atas nama Roma Katholik Misi dengan nama Rumah Sakit St. Lidwina (Lidwina
Ziekenhuis). dikenal masyarakat dengan nama RS Bunut Sejak sebelum perang
kemerdekaan, telah dikenal sebagai rumah sakit umum rujukan Jawa Barat yang
melayani penduduk Kota Sukabumi, Kab.Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Lebak
(Banten) dan sebagian Kab. Bogor.

(Gambar 4 RSUD, R. Syamsudin, S.H Pada Tahun 1937)


13

Pada Pemerintahan Jepang (tahun 1943), pengawasan dan pengelolaannya


dilimpahkan kepada Sukabumi (sekarang Pemerintah Daerah Kota Sukabumi).

(Gambar 5 RSUD, R. Syamsudin, S.H Pada Tahun 1976)

Tanggal 15 Mei 1976 dengan Keputusan Walikota Nomor HK.021.1.7/Sk/1976


nama RSU St. Lidwina diubah menjadi RSU R. Syamsudin,
S.H. Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi, Tanggal 22 Pebruari 1979
berdasarkan Kepmenkes No. 51/Menkes/SK.II/79 RS St. Lidwina resmi menjadi
RSUD Kelas C R. Syamsudin, S.H. Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi.
A. Lokasi
RSUD R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi berlokasi di Jalan Rumah Sakit
Nomor 1, Kecamatan Cikole Kota Sukabumi, Latitude 106.934654, Longitude -
6.916718. yang memiliki akses yang baik sehingga memudahkan, bagi setiap
pelanggan untuk mencapainya.
14

(Gambar 6 Tampilan Depan RSUD, R. Syamsudin, S.H)

(Gambar 7 Lokasi RSUD, R. Syamsudin, S.H di Google Maps)

2.7 VISI DAN MISI PERUSAHAAN/INSTANSI

2.7.1 Visi
Terwujudnya UOBK RSUD R. Syamsudin, S.H. yang nyaman, professional
dan berkualitas berbasis nilai-nilai religious

2.7.2 Misi
1. Mewujudkan UOBK RSUD R. Syamsudin, S.H. yang nyaman berbasis green
hospital
2. Penyelenggaraan Pelayanan UOBK RSUD R. Syamsudin, S.H. yang
profesional berbasis kompetensi dan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran (IPTEKDOK)
3. Mewujudkan UOBK RSUD R. Syamsudin, S.H. yang berkualitas berbasis
patient centre care dan profesionalitas layanan pendidikan
4. Mewujudkan penyelenggaraan tatakelola rumah sakit yang baik, akuntable dan
inovatif
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Dasar Bronkitis


3.1.1 Definisi
Bronkitis adalah peradangan atau iritasi yang terjadi pada saluran bronkus,
yaitu pipa yang berfungsi sebagai penyalur udara dari bagian tenggorokan menuju
ke organ paru-paru. Masalah kesehatan ini bisa muncul dalam beberapa hari,
minggu, atau bahkan bulan. Bronkitis umumnya diawali dengan batuk, terkadang
diikuti dengan lendir atau dahak sebagai dampak dari peradangan pada bagian
dinding bronkus. Bronkitis yang tidak ditangani dan memburuk bisa
meningkatkan risiko terserang pneumonia dengan gejala, seperti demam, nyeri
pada dada, dan kesadaran menurun.
Bronkitis Yaitu peradangan atau juga bisa disebut infeksi yang terdapat di
saluran nafas yang menginfeksi pada bronkus. Bronkitis biasanya menginfeksi
pada anak-anak yang disekitar tempat tinggalnya terdapat polutan, seperti
orangorang merokok diluar atau didalam ruangan, kendaraan bermotor yang
menyebabkan polusi udara, dan pembakaran yang menyebabkan asap biasanya
saat masak menggunakan kayu bakar. Pasien bronkitis banyak ditemukan dengan
keluhan seperti batuk, mengi, penumpukan sputum dan sesak nafas (Marni, 2014).
3.1.2 Klasifikasi bronkitis
Bronkitis muncul karena terjadi peradangan pada bronkus. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penyempitan pada saluran napas dan penuh akan lendir.
Dahak atau lendir ini menumpuk sebagai bentuk respons dari imunitas tubuh saat
menangkap zat infeksi maupun non-infeksi yang menyebabkan bronkitis.
Lama-kelamaan, lendir yang menumpuk pada bronkus akan menutup dan
menyumbat saluran pernapasan. Hal ini akan memicu munculnya sesak napas dan
batuk sebagai respons tubuh pengidap untuk membantu mengeluarkan lendir.

15
16

Bronktis dibagi menjadi dua bagian, diantaranya:


1. Bronkitis akut
Bronkitis akut adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran nafas bawah, biasanya
akan muncul gejala yang lebih singkat dan mendadak. Pada bronkitis akut
penyebab pada peradangan dan infllamasi itu dikarenakan bakteri ataupun virus dan
kondisi akan lebih parah yang disebabkan oleh polusi udara karena rokok dan
kendaraan. Bronkitis akut biasanya terjadi karena infeksi yang menyerang bronkus.
Adapun penyebab infeksi tersebut adalah virus yang sama yang menjadi penyebab
infeksi saluran napas bagian atas (ISPA), salah satunya adalah Rhinovirus. Nah,
bronkitis akut akan muncul apabila ISPA tidak membaik dan justru menyebar ke
bagian bronkus.Bronkitis akut jug merupakan kondisi peradangan pada selaput
saluran bronkial yang biasanya terjadi dalam jangka pendek, yakni kurang dari 3
minggu. Jenis bronkitis ini bisa sembuh dengan sendirinya dan umumnya
disebabkan oleh virus. Pada jenis akut, beberapa virus yang menjadi penyebab
bronkitis adalah sebagai berikut:

1. Rhinovirus
2. Adenovirus
3. Influenza A dan B
4. Parainfluenza
5. Coronavirus
6. Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Sebanyak 95% kasus bronkitis disebabkan oleh virus. Namun menurut penelitian,
ada sekitar 1-10% kemungkinan bahwa penyebab bronkitis adalah beberapa
bakteri berikut ini.
1. Mycoplasma pneumoniae
2. Chlamydophila pneumoniae
3. Bordetella pertussis
Selain virus dan bakteri, adapun penyebab lain dari bronkitis, di antaranya yaitu
polusi udara dan kebiasaan merokok.
17

2. Bronkitis kronik
Sementara itu, bronkitis kronis umumnya terjadi sekitar 3 bulan atau beberapa
kali dalam jangka waktu 2 tahun. Bronkitis kronis sendiri termasuk dalam penyakit
paru obstruktif kronis atau PPOK. Jenis bronkitis ini lebih berisiko terjadi pada
orang-orang dengan usia sekitar 40 tahun atau lebih.
Adapun penyebab munculnya bronkitis kronis, yaitu peradangan yang terjadi
dalam waktu lama pada bronkus karena paparan asap rokok maupun senyawa kimia.
Hal ini bisa memicu munculnya reaksi peradangan yang diketahui dari adanya lendir
pada bagian dinding bronkus. Orang-orang dengan kebiasaan buruk merokok akan
menunjukkan reaksi peradangan yang berkelanjutan. Kondisi ini mengakibatkan
bronkus mengalami penyempitan sehingga akhirnya mengeras
Bronkitis kronik terjadinya peradangan pada bronkus yang berlangsung selama
beberapa saat dan terjadinya hambatan atau obstuksi pada aliran udara normal dalam
bronkus. Bronkitis kronik dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Ringan, biasanya muncul dengan gejala atau keluhan ringan seperti batuk.
b. Mokopurulen, biasanya muncul dengan ditandai batuk dengan
mengeluarkan dahak kental dan purulent/berwarna kekuningan.
c. Saluran pernafasan menyempit, biasanya muncul disertai gejala seperti
batuk berdahak disertai sesak nafas dan terdapat suara mengi (Nanda, 2015)

3.1.3 Etiologi

Bronkitis akut biasanya akan muncul disebabkan karena virus seperti virus
influenza, rhinovirus Syncirial Virus (RSV), Coxsackie virus dan virus
parainfluenza. Sedangkan menurut pendapat lainnyan penyebab ini bisa terjadi bisa
melalui zat iritasi yaitu seperti asam lambung hal ini ditemukan setelah terjadinya
aspirasi pada saat sesudah muntah yang menyebabkan bronkitis kronis. Dan pada
bronkitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya akibat dari Bardetella pertuassis,
Mycoplasma pneumonia bisa mengakibatkan terjadinya bronkitis akut dan dapat
terjadi terhadap anak diatas usia lima tahun atau remaja yang tidak diimunisasi.
18

3.1.4 Manifestasi klinis

Gejala yang paling umum terjadi pada penderita bronkitis adalah batuk. Batuk
yang dialami dapat berupa batuk kering atau berdahak. Pada batuk berdahak, dahak
yang keluar bisa berwarna putih, kuning, atau hijau. Tanda yang mencul pada
bronkitis kronik dan akut yaitu:

1. Pada bronkitis akut diantaranya:


a. Demam,
b. Batuk,
c. Terdapat suara tambahan,
d. Wheezing, dan
e. Produksi sputum meningkat.
2. Pada bronkitis kronis diantaranya:
a. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan disertai dengan batuk,
b. Tanda bronkitis akut bisa berlansung selama kurang lebih 2-3 minggu,
c. pernafasan menjadi sulit disebabkan saluran pernafasan atas tersumbat,
dan Produksi sekret meningkat dan berwarna hijau atau kuning (Nanda,
2015)
3. Faktor Resiko Bronkitis
a. Menjadi perokok aktif maupun pasif
b. Berusia kurang dari 5 tahun atau 40 tahun ke atas
c. Tidak melakukan vaksin pneumonia dan flu
d. Terlalu sering terpapar zat yang berbahaya, seperti amonia, klorin, dan
debu.
e. Imunitas tubuh yang lemah, seperti pada pengidap kanker atau penyakit
autoimun.
f. Mengidap kondisi medis lainnya, seperti GERD
19

3.1.5 Patofisiologi

Terjadinya bronkitis itu bisa diakibatkan oleh paparan infeksi maupun non
infeksi. Apabila terjadi iritasi maka timbullah inflamasi yang mengakibatkan
vasodilatasi, kongesti, edema mukosa dan bronkospasme. Hal ini dapat
menyebabkan aliran udara menjadi tersumbat, oleh sebab itu mucocilliary defence
pada paru mengalami peningkatan serta kerusakan, dan cenderung lebih mudah
terjangkit infeksi, pada saat timbulnya infeksi maka kelenjar mukus akan terjadi
hepertropi serta hyperplasia sehingga meningkatnya produksi secret dan dinding
bronkial akan menjadi tebal sehingga aliran udara akan terganggu. Sekret yang
mengental dan berlebih akan mengganggu dan alian udara menjadi terhambat baik
itu aliran udara kecil maupun aliran udara yang besar.

Pembengkakan bronkus serta sekret yang kental akan mengakibatkan rusaknya


jalan pada pernafasan dan terganggunya pertukaran gas pada alveolus terutama pada
saat ekspirasi. Saluran pernafasan akan terpeangkap di distal paru dan akan
mengalami kolaps. Rusaknya hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan ventilasi
alveolar, asidosis, dan hipoksia. Apabila penderita oksigennya kurang maka akan
terjadinya resiko ventilasi yang tidak normal, maka penurunan PaO2 akan terjadi dan
apabila sampai ventlasi rusak maka akan mengalami peningkatan PaCO2, hal itu
dilihat dari sianosisnya. Apabila menyakit mulai memarah maka produksi sekret
akan berwarna kehitaman disebabkan oleh infeksi pulmona (Somantri,2009).
20

3.1.6 Pathway bronkitis

Alergen Invasi kuman ke jalan nafas


Proses infeksi

Peningkatan akumulasi sekret


Batuk
Aktivitas IgE produktif
Menurunya menyebarnyabakteri/vir us ke seluruh tubuh (bakterimia/vir
Iritasi mukosa
krmampuan
bronkus
batuk
seca
Peningkatan
pelepasan

Demam
Edema mukosasel memproduksi mukus malaise

Malas
Gambar 3. 1 Patofisiologi Bronkitis. Sumber makan 2011 Hipertermi
: Muttaqin,
Bersihan Jalan
Nafas Tidak
Efektif Nutrisi kurang dari
kebutuhan
21

3.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan fungsi paru


Bertujuan untuk melihat batas normal kapasitas paru dan volume, apabila ada
kelebih atau kekurang itu menunjukkan malfungsi pada system paru.
Normalnya yaitu 12-16x / menit, yang dapat mengangkat udara sekitar lima
liter pada usia dewasa, dan pada usia anak normalnya adalah 24x / menit.
Nama alatnya yaitu spirometer.
2. Rontgen thoraks
Jika melihat konsolidasi di bagian paru itu menunjukan kapasitas paru
menurun.
3. Kadar gas darah
Untuk mengetahui ukuran oksigenasi, saturasi O2, kadar pada CO2,
pH/keseimbangan asam basa, kadar bikarbonat, dan kurang lebihnya basa.
Analisa pengukuran pada gas darah:
a. Saturasi O2 lebih dari 90%.
b. PaCO2 normal 35-45 mmHg,
c. PH normal 7,35-7,45,
d. Nilai normal PaO2 adalah 80-100 mmHg,
e. Total nilai normal CO2 yang terdapat pada plasma yaitu 24-31 mEq/l,dan
f. Nilai normal HCO3 yaitu 21-30 mEq/l
g. Pemeriksaan laboratorium
Tujuan dari pemeriksaan laboratorium agar dapat melihat perubahan
terhadap peningkatan eosinophil Sputum (Nanda, 2015).
3.1.8 Komplikasi
a. Efusi pleura dan pleuritis bisa secara bersamaan terjadi dengan
timbulnya pneumonia.
b. Bila dahak tetap tinggal akan terjadi bronkiektatis.
22

3.1.9 Penatalaksanaan
1. Tindakan keperawatan
2. Mengontrol batuk dan mengeluarkan sputum atau dahak (fisioterapidada),
3. Memberi minumm yang banyak
4. Sering mengubah posisi pasien,
5. Melakukan nebulizer, dan
6. Inhalasi.
7. Tindakan medis
1) Sebaiknya tidak diberikan obat antihistamin yang berlebih,
2) Pemberian antibiotic bila dicurigai adanya infeksi bacterial,
3) Berikan efedrin 0,5-1 mg/kg (berat badan) 3x dalam sehari, dan
4) Pembeian Chloran hidran 30 mg/kg BB sebagai sedative
3.2 Konsep Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
3.2.1 Pengertian Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Yaitu suatu hal yang terjadi pada seseorang yang sedang mengalami ancaman
nyawa ataupun potensial yang terdapat di saluran nafas, dikarenakan penderita
tidak mampu untuk melakukan batuk efektif. Diagnosa ini muncul apabila
munculnya tanda-tanda mayor seperti tidak mampuan melakukan batuk atau batuk
tidak efektif, serta tidak mampunya mengeluarkan mucus pada saluran pernafasan.
Dan untuk menegakkandiagnosi ini biasanya akan muncul tanda minor berpa
suara nafas yang tidaknormal, perubahan pada frekuensi nafas, pada irama
pernafasan, dan kedalaman nafas (Carpenito & Moyet, 2013). Bersihan jalan nafas
tidak efektif yaitu dimana saat seorang individu mengalami suatu anacama yang
nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan
untuk melakukan batuk secara efektif.
3.2.2 Etiologi
Faktor yang dapat mempengaruhi bersihan jalan nafas tidak efektif menurut
Tim Pokja SDKI SDPP PPNI (2018) yaitu:
1. Terdapat benda asing pada saluran nafas,
2. Adanya jalan nafas buatan,
23

3. Alergi pada saluran nafas,


4. Peningkatan produksi sputum,
5. Batuk tidak efektif,
6. Faktor fisiologis.
7. Proses infeksi,
8. Menurunnya kemampuan mengikat O2,
9. Menurunnya konsentrasi O2,
10. Meningkatnnya metabolisme, dan
11. Kondisi yang mempengarusi pergerakan dinding dada.
3.2.3 Proses Terjadinya
Obstuksi pada saluran nafas adalah suatu keadaan dimana terdapat pernafasan
yang tidak normal dikarenkan tidak mampunya untuk melakukanbatuk yang
efektif, biasanya sering diakibatkan oleh mucus yang mengentaldan berlebihan
disebabkan karena terjadinya infeksi, imobilisasi serta statis sekresi yang kurang
efektif. Jika terjadi secara terus menerus biamenyebabkan sumbatan yand dapat
menyebabkan udara akan terperangkap pada bagian distal pada saluran pernafasan.
Sehingga timbullah suara abnormal pada fase ekspirasi yang panjang.
3.2.4 Manifestasi klinis
Gejala-gejala menurut Tim Pokja SDKI SDPP PPNI (2018) seperti berikut:
1. Dyspnea,
2. Batuk,
3. Produksi sputum,
4. Wheezing, dan sesak Nafas
3.2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1) Latihan nafas
Untuk mengetahui ketidakmampuan penderita untuk melakukan batuk yang
efektif serta juga untuk tujuan membersihan trakea, laring, serta pada bronkus
dari secret atau kotoran yang terletak pada saluran pernafasan.
2) Bronkografi
Untuk mengetahui keadaan fisual bronkus sampai pada cabang bronkus.
24

3) Fisioterapi dada
Fisioterapi dada bertujuan untuk membantu mengeluarkan secret pada
penderita dengan gangguan pada pernafasan dengan teknik posturaldreinase,
clapping dan vibrasi.

4) Pemberian oksigen
Bertujuan agar kebutuhan oksigen tercukupi pada paru yang melalui jalannafas
dengan cara menggunakan alat bantu oksigen (Ikawati, 2013).
Gejala dan

tandaminor: Subjektif:

1. Sulit bicara.
2. Dyspnea.
3. Ortopnea.
Objektif:
1. Bunyi nafas menurun.
2. Gelisah.
3. Frekuensi nafasberubah.
4. Sianosis.
5. Pola mafas berubah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Dari hasil penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama 3
bulan di RSUD R, Syamsudin S.H, penulis mendapatkan berbagai macam ilmu
maupun pengalaman di bidang kefarmasian yang diperoleh selama Praktik Kerja
Lapangan (PKL). Penulis menjumpai perbedaan secara teori dan kenyataan
didunia kerja sebenarnya, sejak pertama kali memulai PKL banyak hal yang
penulis lihat di mulai dari bangunan, pegawai, fasilitas, cara bekerja, berhadapan
nyata dengan pasien yang akan diberikan pelayanan kefarmasian langsung.
Sebagai siswa/i PKL penulis harus bisa beradaptasi dengan aturan yang ada di
RSUD R, SYAMSUDIN S.H. Di sana penulis dapat belajar mengenai banyak
hal seperti alur kefarmasian, cara melayani pasien, cara meracik obat, dan cara
membaca resep dokter. Banyak hal yang saya temukan terutama dengan kasus
Bronkitis serta obatnya, penulis menemukan kasus Bronkitis yang ternyata
banyak ditemukan di RSUD R, SYAMSYDIN S.H terutama pada poli dalam
jumlah kunjungan yang di dapat dari RSUD R, SYAMSYDIN S.H dari periode
juli-semptember yang terkena penyakit Bronkitis mulai dari usia 5-40 tahun.
Banyaknya kasus penderita Bronkitis ini tidak luput dengan obatnya yaitu salah
satunya adalah Antibiotik nya cefixime, Codein, dan dexametason yang menjadi
agent of choice dalam pengobatan infeksi saluran pernafasan (Bronkitis) ini Oleh
karena itu Codein, dan dexametason menjadi obat yang banyak di gunakan
dalam tatalaksana terapi pengobatan yang sering digunakan di depo rawat jalan
UOBK RSUD R, SYAMSYDIN S.H, banyak pasien penderita Bronkitis yang di
berikan pengobatan menggunakan Cefixime, Codein, dan dexametason.

25
26

4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Obat Yang Sering Digunakan Di RSUD R. SYAMSUDIN, S.H
1. Cefixime
Indikasi Umum : Cefixime merupakan antibiotik yang memiliki spektrum
luas, aktif terhadap bakteri gram negatif mapun gram positif. Antibiotik ini
digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, otitis
media, faringiris dan tonsilitis, serta bronkitis akut dan kronis dengan

eksaserbasi akut.
Cefixime adalah obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai macam
infeksi bakteri. Obat ini dikenal sebagai antibiotik sefalosporin, yang
bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Cefixime tidak dapat
mengatasi pilek, flu, atau infeksi virus lainnya.

Dosis dan Aturan Pakai : Disarankan untuk menggunakan obat sesuai


dengan rekomendasi dan arahan dari dokter. Jangan meningkatkan atau
menghentikan dosis pemakaian tanpa seizin dokter. Jika kamu
mengonsumsi cefixime jenis kapsul, disarankan untuk menelan seluruhnya.
Jangan memotong, mematahkan, atau mengunyahnya.

Jika mengonsumsi tablet kunyah, hancurkan terlebih dulu sebelum


ditelan. Jika kamu mengonsumsi cefixime dalam bentuk sirup, sebaiknya
kocok botol terlebih dulu sebelum digunakan. Konsumsi dengan sendok
takar yang sudah disediakan dalam kemasan. Menggunakan takaran sendok
biasanya tidak sesuai.

Obat golongan antibiotik ini harus tetap digunakan dan dihabiskan,


meski kamu sudah jauh merasa lebih baik. Dosis yang diberikan sendiri
akan berbeda, tergantung kondisi keparahan penyakit yang dialami.
Sebelum mengonsumsi, kamu juga disarankan untuk membaca label dalam
kemasan.
27

Aturan pakai obat cefixime:

a. Obat tidak bisa digunakan untuk infeksi lain, kecuali atas rekomendasi dari
dokter.

b. Tidak disarankan untuk berbagi obat dengan orang lain.


c. Jika melewatkan dosis, segera minum ketika kamu mengingatnya.
Baik dalam bentuk kapsul, sirup, atau tablet, begini dosis konsumsi cefixime
yang disarankan:

1. Dewasa dan anak-anak di atas usia 12 tahun. Sebanyak 400 miligram satu
kali per hari atau 200 miligram setiap 12 jam.

2. Anak-anak usia 6 bulan hingga 12 tahun. Sebanyak 8 miligram per kilogram


berat badan per hari. Obat dapat dikonsumsi sebagai dosis tunggal atau dibagi
dalam dua dosis, yaitu 4 miligram per kilogram berat badan setiap 12 jam.

3. Anak-anak hingga usia 6 bulan. Penggunaan dan dosis disesuaikan dengan


berat badan dan kebutuhan masing-masing pengidap.

Dosis yang telah diterangkan diatas bisa berubah kapan saja tergantung
kondisi pasien yang sedang ditangani dan Kembali lagi pada resep yang sudah
disarankan oleh dokter yang menanganinya. Maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut.

1. Hati-hati terhadap reaksi hipersensitif karena reaksi-reaksi seperti syok dapat


terjadi.
2. Cefixime sebaiknya jangan diberikan kepada pasien yang masih dapat diobati
dengan antibiotik lain. Jika perlu, harus diberikan dengan hati-hati.
3. Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap bahan-bahan dalam sediaan atau
dengan antibiotik cephalosporin lainnya.
4. Cefixime harus diberikan dengan hati-hati kepada pasien-pasien berikut:
a. Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap penicillin.
28

b. Pasien dengan riwayat personal atau familial terhadap berbagai bentuk


alergi seperti asma bronkial, ruam, dan urtikaria.
c. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat.
d. Pasien dengan nutrisi oal yang rendah, yang sedang mendapatkan nutrisi
parenteral, pasien usia lanjut atau yang dalam keadaan lemah. Pasien harus
diamati karena dapat terjadi gejala defisiensi vitamin K.
1. Penggunaan selama kehamilan: Keamanan pemakaian cefixime selama
masa kehamilan belum dibuktikan. Sebaiknya cefixime hanya diberikan bila
manfaat terapeutik lebih besar dibandingkan risiko yang mungkin terjadi.
2. Penggunaan pada wanita menyusui: Belum diketahui apakah cefixime
diekskresikan melalui air susu ibu. Oleh karena itu, sebaiknya tidak
menyusui selama terapi dengan obat ini.
3. Penggunaan pada anak-anak: Keamanan dan efektivitas penggunaan
cefixime pada anak-anak dengan usia kurang dari 6 bulan belum dibuktikan
(termasuk bayi baru lahir dan prematur).
Kontra Indikasi : Pasien dengan riwayat syok atau hipersensitif terhadap
beberapa bahan dari obat ini.
Efek Samping : Syok, Hipersensitivitas, Hematologi, Hati, Ginjal, Saluran
Cerna, Pernapasan, Perubahan flora bakteri, Defisiensi vitamin, Pengaruh
terhadap tes laboratorium
Golongan Produk : Obat Keras (Merah)
Golongan Antibiotik : antibiotik sefalosporin
Farmakologi : cefixime diperantarai properti bakterisidalnya yang diperoleh
dengan menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Bioavailabilitas cefixime
di saluran cerna adalah 40–50%. Mayoritas cefixime diekskresikan di urin.
Resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap cefixime ditemukan di berbagai
negara, tetapi sebuah studi tahun 2022 menunjukkan adanya penurunan angka
resistensi tersebut.
29

Farmakodinamik : Cefixime berikatan dengan penicillin-binding proteins (PBP)


yang berada dalam dinding sel bakteri, menghambat langkah akhir sintesis
peptidoglikan atau dinding bakteri. Ketika pembentukan dinding sel terhambat,
aktivitas enzim autolysin dan murein hydrolase, yang merupakan enzim autolitik
dinding sel, tetap berlanjut sehingga bakteri mengalami lisis.
Studi menunjukkan cefixime memiliki efek antibakteri spektrum luas.
Cefixime efektif terhadap bakteri gram positif, seperti Streptococcus
pneumonia, Streptococcus pyogenes, dan bakteri gram negatif, seperti Haemophilus
influenzae, Moraxella catarrhalis, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Neisseria
gonorrhoeae. Oleh sebab itu, cefixime sering digunakan sebagai terapi infeksi
saluran kemih, otitis media, dan faringitis atau tonsilitis.
Farmakokinetik : dapat diabsorpsi dengan baik pada saluran cerna. Distribusi
cefixime cukup luas, mencapai kulit, sputum, urin, dan cairan empedu. Cefixime
dapat melewati plasenta, meskipun terdeteksi dalam jumlah minimal. Sebagian besar
cefixime diekskresikan di urin, sisanya di feses.
a) Absorpsi
Bioavailabilitas pada saluran cerna 40–50% pada pemberian sebelum atau
sesudah makanan. Pengaruh makanan hanya pada kecepatan absorpsi, dan bukan
pada tingkat absorpsi. Konsentrasi maksimum dalam serum dicapai dalam 2–6
jam. Minimum inhibitory concentration (MIC) bertahan hingga >24 jam pasca
administrasi obat.
b) Distribusi
Ikatan dengan protein serum sekitar 65%. Obat ini terdistribusi dengan baik
ke hampir seluruh jaringan dan cairan tubuh termasuk kulit dan jaringan ikat,
sputum, urin, empedu, sinovial, peritoneal, dan perikardial. Cefixime dapat melewati
plasenta, tetapi tidak terdeteksi pada dosis tunggal 100 mg.
c) Metabolisme
Bukti klinis menunjukkan cefixime tidak mengalami metabolisme. Tidak ada
bentuk metabolit aktif cefixime yang ditemukan di serum darah maupun urin.
d) Ekskresi
30

Sekitar 50% cefixime diekskresikan via urin dalam 24 jam. Obat ditemukan
di urin dalam bentuk tidak berubah. Sebagian cefixime, kurang lebih 10%,
diekskresikan melalui empedu, lalu keluar melalui feses. Waktu paruh cefixime
adalah sekitar 3–4 jam. Pada penderita gagal ginjal terjadi peningkatan waktu paruh
hingga 11,5 jam.
e) Resistensi
Semula cefixime termasuk sefalosporin spektrum luas oral yang efektif untuk
terapi gonorrhea. Akan tetapi, survei European Gonococcal Antimicrobial
Surveillance Programme (Euro-GASP) menunjukkan kasus resistensi Neisseria
gonorrhoeae terhadap cefixime pada 17 negara. Program yang sama dari World
Health Organization (WHO), atau disebut WHO-GASP, juga melaporkan
resistensi N. gonorrhoeae terhadap cefixime pada lebih dari 50 negara.
2. Codeine

Indikasi Umum : Codeine adalah obat untuk meredakan nyeri berat yang tidak
dapat diatasi dengan pereda nyeri lain. Selain itu, obat ini juga bisa digunakan
untuk meredakan batuk. Codeine dapat ditemukan dalam bentuk sediaan tunggal
atau dalam kombinasi dengan obat lain.

Codeine termasuk dalam obat golongan opioid. Untuk meredakan nyeri, obat ini
bekerja dengan cara memblokir sinyal rasa sakit di sistem saraf pusat, yaitu otak dan
saraf tulang belakang. Selain itu, obat ini juga dapat mengurangi kecemasan dan
stres yang disebabkan oleh nyeri berat.

Dosis dan Aturan Pakai Codeine

Dokter akan menentukan dosis codeine sesuai dengan kombinasi obat, kondisi,
dan usia pasien. Berikut adalah dosis umum codeine berdasarkan tujuan
penggunaannya:

Tujuan Meringankan nyeri

a. Dewasa: Dosis awal 15–60 mg tiap 4 jam. Dosis maksimal 360 mg per hari.
31

b. Anak usia di atas 12 tahun: 0,5–1 mg/kgBB, diberikan tiap 6 jam. Dosis
maksimal 240 mg per hari dan dosis maksimal per dosis 60 mg.

Tujuan Meredakan batuk

1. Dewasa: 15–30 mg 3–4 kali sehari.

2. Lansia: Dosis harus dikurangi pada orang tua dimana ada penurunan fungsi
hati atau ginjal.

3. Anak usia 12-18 tahun: Codeine tidak disarankan untuk digunakan pada anak-
anak, mengingat bahwa depresi fungsi pernafasan yang terganggu ketika
mengalami batuk.

Tujuan Mengatasi diare akut

1. Dewasa: 30 mg 3–4 kali sehari.

2. Lansia: Dosis harus dikurangi pada orang tua dimana ada penurunan fungsi
hati atau ginjal.

Cara Mengonsumsi Codeine dengan Benar

a. Konsumsilah codeine sesuai anjuran dokter dan baca aturan pakai yang tertera
pada kemasan obat.

b. Codeine bisa diminum sebelum atau sesudah makan. Namun, jika merasakan
mual, sebaiknya konsumsilah obat bersama makanan atau sesudah makan.

c. Telan tablet atau kapsul codeine secara utuh dengan bantuan air putih. Jika
Anda diresepkan codeine sirop, kocok obat terlebih dahulu dan gunakan sendok
takar yang disertakan dalam kemasan. Jangan gunakan sendok lain, karena
dosisnya bisa tidak tepat.

d. Gunakan obat pada waktu yang sama setiap harinya. Jika lupa mengonsumsi
codeine, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, bila jadwal minum obat
32

berikutnya sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan
dosis selanjutnya.

e. Jangan mengubah dosis maupun memulai atau menghentikan konsumsi obat


tanpa persetujuan dokter. Penggunaan obat yang tidak sesuai aturan dapat
menyebabkan kecanduan hingga overdosis. Segera temui dokter jika Anda
merasa membutuhkan codeine melebihi dosis yang ditentukan.

Perlu diingat, berhenti menggunakan obat secara mendadak dapat menyebabkan


terjadinya sindrom putus obat, seperti gelisah, cemas, sulit tidur, mual, atau diare.
Periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala sindrom putus obat setelah berhenti
mengonsumsi codeine. Simpan codeine di tempat sejuk dan kering, serta terhindar
dari sinar matahari. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Dalam meredakan batuk, codeine bekerja dengan menekan bagian otak yang
mengontrol refleks batuk. Alhasil, frekuensi batuk akan berkurang. Selain untuk
meredakan batuk, codeine juga kadang digunakan untuk mengurangi diare akut.

Merek dagang codeine : Codeine phosphate hemihydrate, Codikaf, Coditam,


Codipront, Codipront cum expectorant

Penjelasan Codeine

Golongan Obat resep

Kategori Obat golongan opioid

Manfaat Meredakan nyeri ringan hingga sedang

Mengurangi gejala batuk

Mengatasi diare akut

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak usia di atas 12 tahun


33

Codeine untuk ibu Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan


hamil dan menyusui adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi
terkontrol pada ibu hamil.

Obat ini hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang


diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Codeine dapat terserap ke dalam ASI. Jika sedang menyusui,


jangan minum codeine tanpa persetujuan dokter.

Bentuk obat Tablet, kapsul, dan sirop

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Codeine

Codeine tidak boleh digunakan sembarangan dan harus sesuai dengan resep
dokter. Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum minum codeine,
yaitu:

1. Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Codeine tidak
boleh dikonsumsi oleh orang yang alergi terhadap obat ini.

2. Jangan minum codeine jika dalam 14 hari terakhir Anda baru menggunakan
obat golongan monoamine oxidase inhibitors (MAOI).

3. Jangan gunakan codeine untuk mengatasi nyeri setelah operasi pengangkatan


amandel, terutama pada anak-anak.

4. Beri tahu dokter jika Anda pernah mengalami cedera kepala, tumor otak, atau
kejang.

5. Beri tahu dokter jika Anda menderita penyakit kantung empedu, penyakit
ginjal, penyakit hati, pankreatitis, hipotensi, obstruksi usus, pembesaran
prostat, hipotirodisme, atau penyakit Addison.

6. Beri tahu dokter jika Anda menderita gangguan pernapasan, seperti asma,
sleep apnea, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
34

7. Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang mengalami kecanduan
alkohol, penyalahgunaan NAPZA, atau gangguan mental, seperti depresi atau
pikiran untuk bunuh diri.
8. Jangan langsung mengemudi atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan
kewaspadaan setelah minum codeine, karena obat ini bisa menimbulkan
kantuk dan pusing.
9. Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk
suplemen dan produk herbal, untuk menghindari terjadinya interaksi obat.
10. Informasikan kepada dokter jika Anda sedang hamil, mungkin hamil,
berencana untuk hamil, atau menyusui.
11. Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan codeine sebelum
menjalani tindakan medis apa pun, termasuk operasi atau perawatan gigi.
12. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping
serius setelah mengonsumsi codeine.

Interaksi Codeine dengan Obat Lain

Berikut ini adalah beberapa interaksi yang mungkin terjadi jika menggunakan
codeine bersamaan dengan obat-obatan tertentu:

1. Peningkatan risiko terjadinya sindrom serotonin yang fatal jika digunakan


dengan obat golongan MAOI, seperti selegiline
2. Peningkatan risiko terjadinya penurunan fungsi napas, penurunan kesadaran,
bahkan koma, jika digunakan dengan obat penenang
golongan benzodiazepine, antihistamin, atau obat bius
3. Peningkatan risiko terjadinya sembelit parah jika digunakan dengan obat
golongan antikolinergik atau obat antidiare
4. Penurunan efektivitas codeine jika digunakan bersama quinidine
5. Peningkatan risiko terjadinya efek samping codeine jika digunakan
dengan cimetidine
6. Penurunan efek dari obat domperidone, metoclopramide, atau cisapride
35

Untuk mencegah terjadinya interaksi obat yang tidak diinginkan, konsultasikan


dengan dokter sebelum mengonsumsi codeine bersama obat lain.

Efek Samping dan Bahaya Codeine

Berikut adalah beberapa efek samping yang dapat dirasakan setelah


mengonsumsi codeine:

1. Mual
2. Muntah
3. Sembelit (konstipasi)
4. Sakit kepala
5. Pusing
6. Kantuk
7. Keringat berlebih

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika keluhan tersebut tidak kunjung mereda atau
malah memberat. Segera cari pertolongan medis jika muncul efek samping yang
lebih serius, seperti:

1. Sleep apnea
2. Mudah marah, depresi, atau halusinasi
3. Nyeri perut
4. Sulit buang air kecil
5. Detak jantung terasa cepat atau lambat
6. Perubahan penglihatan
7. Gejala penyakit Addison, yang ditandai dengan mual, muntah, hilang nafsu
makan, lelah yang tidak wajar, atau berat badan menurun
8. Perubahan suasana hati yang ekstrem, bisa sangat senang atau sangat sedih
9. Pusing seperti ingin pingsan
10. Kejang
36

Selain efek samping di atas, penggunaan codeine juga dapat menyebabkan


sindrom serotonin. Kondisi ini bisa memunculkan gejala demam, menggigil, detak
jantung cepat, gelisah, otot kaku atau kedutan, dan hilang keseimbangan. Segera ke
IGD terdekat jika Anda mengalami gejala tersebut

Secara farmakologi, codeine atau kodein merupakan agonis reseptor opiat yang
dapat bekerja dengan mengaktivasi reseptor µ. Obat ini ditandai dengan efek
analgesik kerja cepat. Metabolismenya dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh
polimorfisme CYP2D6 dan eliminasinya terutama terjadi melalui urine.

Farmakodinamik
Pembahasan aspek farmakodinamik codeine tidak lepas dari mekanisme kerja
reseptor opiat. Reseptor opiat merupakan reseptor yang berikatan dengan protein G
dan berfungsi sebagai pengatur transmisi sinaptik melalui protein G, yang kemudian
akan mengaktivasi protein efektor.

Ikatan antara senyawa opiat ke reseptor akan memicu pertukaran guanosin


trifosfat (GTP) dengan guanosin difosfat (GDP). Pembentukan GTP menghambat
aktivitas adenilat siklase, sehingga menurunkan kadar cAMP intraseluler. Hal ini
menyebabkan inhibisi berbagai neurotransmiter nosiseptif, seperti senyawa P,
GABA, dopamin, asetilkolin, dan noradrenalin.

Ikatan opiat pada reseptor juga turut menghambat pelepasan vasopresin,


somatostatin, insulin, dan glukagon. Pada saat bersamaan, senyawa opiat menutup
kanal kalsium tipe N dan membuka kanal kalium. Masuknya kalium ke
kompartemen intraseluler ini menyebabkan hiperpolarisasi dan penurunan
eksitabilitas saraf.

Codeine, seperti halnya agonis reseptor opiat lain yang lazim digunakan secara
klinis, bekerja melalui aktivasi reseptor µ (Mu Opioid Receptor, MOR). MOR
terdapat pada sistem saraf pusat (SSP), jaringan saraf selain SSP, dan jaringan
nonsaraf. Studi pada berbagai hewan coba menunjukkan peran penting MOR di SSP
37

dalam modulasi nyeri, sehingga reseptor opiat ini menjadi target terapeutik dalam
manajemen nyeri.

Namun, mekanisme kerja codeine terhadap MOR yang berperan dalam efek
analgesik codeine bukan merupakan satu-satunya efek codeine terhadap tubuh.
Keberadaan MOR yang luas di berbagai jaringan membuat codeine berisiko memicu
efek samping yang berhubungan dengan senyawa opiat, seperti depresi napas, mual
muntah, dan penurunan transit makanan di saluran cerna.

Farmakokinetik
Ditinjau dari sisi farmakokinetik, codeine memiliki waktu puncak plasma dan
waktu paruh plasma yang cepat serta memiliki volume distribusi yang besar.
Eliminasi utama terjadi melalui ginjal.
1. Absorbsi
Absorbsi codeine cukup cepat seperti ditunjukkan oleh puncak konsentrasi
plasma yang tercapai dalam waktu 60 menit setelah konsumsi oral. Bentuk
metabolit codeine lainnya seperti codeine-6-glukuronat dan morfin-6-glukuronat
juga memiliki waktu konsentrasi plasma puncak yang mirip (1–2 jam setelah
pemberian).
Di sisi lain, waktu paruh plasma codeine tidak berbeda antara pemberian
pada dosis 25 mg dan 50 mg (rerata t1/2: 2,0–2,1 jam). Namun, waktu paruh
plasma metabolit turunan codeine seperti morfin dan morfin-3-glukuronat dapat
mencapai 4–16 jam. Dengan demikian, meskipun hanya sebagian kecil codeine
diubah menjadi morfin yang lebih poten terhadap reseptor µ, keadaan steady
state dapat tercapai dalam kurun waktu 48 jam pada pemberian codeine 15 mg
tiap 4 jam.
2. Distribusi
Codeine memiliki volume distribusi yang cukup besar, yaitu 3–6 L/kg.
Sementara itu, hanya 7–25% codeine dalam plasma yang terikat pada protein.
3. Metabolisme
38

Jalur metabolisme utama codeine terletak di hati dan meliputi proses N-


demetilasi menjadi norcodeine, 3-Ο-demetilasi menjadi morfin, dan konjugasi
glukuronat. Sekitar 50–70% codeine diubah oleh UGT2B7 menjadi codeine-6-
glukuronat, yang memiliki afinitas sama dengan codeine terhadap reseptor µ.
Sementara itu, 10–15% codeine akan mengalami N-demetilasi menjadi
norcodeine oleh CYP3A4.
Sisanya akan mengalami 3-Ο-demetilasi oleh CYP2D menjadi morfin yang
merupakan metabolit dengan afinitas 200 kali lebih besar dibandingkan codeine
terhadap reseptor µ. Hampir 60% morfin dimetabolisme melalui glukuronidasi
menjadi morfin-3-glukuronat sedangkan 5–10% diubah menjadi morfin-6-
glukuronat oleh UGT2B7.[6]
Gen CYP2D6 merupakan gen yang paling banyak dipelajari dalam jalur
metabolisme codeine dan memiliki implikasi klinis yang esensial. Variasi
individual CYP2D6 dapat terbagi menjadi poor metabolizer (PM), extensive
metabolizer (EM), dan ultrarapid metabolizer (UM). Hal ini menentukan
efisiensi codeine dalam menimbulkan efek fisiologis yang diharapkan dan risiko
toksisitasnya.
4. Eliminasi
Hampir 90% dari seluruh dosis codeine yang dikonsumsi mengalami
eliminasi melalui urine. Sekitar 10% komponen codeine yang keluar melalui
urine berada dalam bentuk senyawa codeine.
3. Dexametason

Indikasi Umum : Dexamethasone adalah obat yang digunakan untuk meredakan


peradangan pada beberapa kondisi, seperti reaksi alergi, penyakit autoimun, atau
radang sendi. Selain itu, obat ini juga digunakan dalam pengobatan multiple
myeloma.
Dexamethasone adalah obat kortikosteroid yang berfungsi mencegah
pelepasan zat yang menyebabkan peradangan dalam tubuh. Obat ini sering
digunakan untuk mengobati berbagai kondisi peradangan seperti alergi dan
39

masalah kulit. Selain itu, dexamethasone juga sering digunakan untuk mengobati
kolitis ulserativa, radang sendi, lupus, psoriasis, dan gangguan pernapasan.

Dosis dan Aturan Pakai : Dosis dexamethasone berbeda-beda tergantung bentuk


obat, usia dan kondisi kesehatan pengidapnya. Di Indonesia, dexamethasone
umumnya tersedia dalam bentuk tablet seberat 0,5 miligram. Dalam satu strip tablet
berisi 10 butir obat. Selain itu, dexamethasone juga tersedia dalam bentuk injeksi
atau obat suntik sebanyak 5 miligram per mililiter sebanyak 100 ampul berukuran 1
ml. Berikut anjuran dosis dexamethasone berdasarkan bentuk obatnya:

1. Tablet
Dosis dexamethasone dalam bentuk tablet biasanya disesuaikan dengan umur
dan keparahan penyakit. Untuk orang dewasa, pemberian dosisnya bisa
berkisar 0,5–0,9 miligram per hari yang diminum 2–4 kali sehari, tergantung
kondisi penyakit. Sementara untuk anak-anak, dosis awal yang dianjurkan
adalah 0,02–0,03 miligram per kilogram berat badan yang diminum 3–4 kali
sehari.
2. Injeksi

Pada umumnya, dosis awal pemberian dexamethasone dalam bentuk injeksi


adalah 0,75 miligram sehari, tergantung dengan keparahan penyakit. Untuk
kasus yang lebih ringan, dosisnya akan disesuaikan lagi dan umumnya lebih
rendah. Selalu gunakan dexamethasone sesuai anjuran dokter. Ikuti semua
petunjuk pada label resep dan baca semua panduan pengobatan yang tertera
pada lembar instruksi. Kebutuhan dosis juga dapat berubah karena
pembedahan, penyakit, stres, atau keadaan darurat medis.

Dosis dexamethasone akan ditentukan berdasarkan kondisi yang akan


diatasi dan usia pasien. Secara umum, dosis dexamethasone oral adalah
sebagai berikut:

Kondisi: Peradangan dan penyakit autoimun


40

1. Dewasa: Dosis awal 0,5–9 mg per hari yang dibagi dalam 2–4 kali
konsumsi. Dosis akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit
dan respons pasien terhadap pengobatan.
2. Anak-anak: Dosis awal 0,02–0,3 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 3–
4 konsumsi. Dosis akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit
dan respons pasien terhadap pengobatan.

Kondisi: Multiple sclerosis

Dewasa: Dosis awal 30 mg per hari selama 1 minggu, kemudian


dilanjutkan dengan 4–12 mg per hari selama 1 bulan.

Kondisi: Multiple myeloma

Dewasa: 40 mg, dikonsumsi setiap 7 hari pada hari ke-1, 8, 15, dan 22
pengobatan. Selanjutnya, obat dikonsumsi setiap 4 minggu.

Dosis dexamethasone dalam bentuk injeksi atau suntik ditentukan oleh


dokter. Dexamethasone dapat diberikan melalui suntik ke dalam
pembuluh darah (intravena/IV). Khusus untuk radang sendi yang berat,
dexamethasone dapat disuntikkan langsung ke dalam sendi.

Cara Menggunakan Dexamethasone dengan Benar


1. Dexamethasone suntik akan disuntikkan ke dalam pembuluh darah atau
langsung ke sendi yang meradang oleh dokter atau petugas medis di bawah
pengawasan dokter.

2. Jika Anda diresepkan dexamethasone oral, ikuti anjuran dokter dan baca
informasi yang tertera pada kemasan obat sebelum menggunakannya. Jangan
mengurangi atau menambah dosis tanpa seizin dokter.
41

3. Dexamethasone tablet dan sirup sebaiknya dikonsumsi bersama makanan


atau segera sesudah makan untuk mencegah sakit maag. Telan
dexamethasone tablet dengan bantuan segelas air putih.

4. Untuk mengonsumsi dexamethasone sirop, gunakan alat takar yang tersedia


di dalam kemasan obat atau yang diberikan oleh dokter. Jangan
menggunakan alat takar lain atau sendok makan, karena dosis bisa jadi tidak
sesuai dengan yang diresepkan.

5. Konsumsi dexamethasone pada waktu yang sama setiap harinya agar


pengobatan efektif. Jika lupa mengonsumsi dexamethasone, segera konsumsi
begitu teringat. Namun, bila sudah mendekati jadwal konsumsi berikutnya,
abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.

6. Jangan menghentikan pengobatan tanpa persetujuan dokter, terutama jika


Anda sudah mengonsumsinya dalam jangka panjang. Hal ini dapat
memperburuk kondisi yang sedang diobati atau menyebabkan sindrom putus
obat, yang bisa ditandai dengan mual, muntah, bahkan syok.

7. Pada anak-anak, penggunaan dexamethasone jangka panjang dapat


menyebabkan gangguan pertumbuhan. Oleh karena itu, pemeriksaan tumbuh
kembang anak secara berkala sangat penting untuk dilakukan. Ikuti jadwal
kontrol yang ditentukan dokter.

8. Simpan dexamethasone di tempat bersuhu ruangan dan terhindar dari paparan


sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Dexamethasone yang digunakan untuk meredakan peradangan pada tubuh


bisa berbentuk obat minum atau cairan suntik. Dexamethasone juga bisa
ditemukan dalam bentuk obat tetes mata atau salep mata Dexamethasone khusus
mata (dexamethasone ophthalmic) hanya dapat digunakan untuk mengatasi
peradangan mata yang disebabkan oleh alergi berat, cedera, atau operasi.
42

Merek dagang dexamethasone : Cortidex, Dexamethasone, Dexaharsen,


Dextaco, Dextamine, Etadexta, Licodexon, Lorson, Omedeson, Pycameth,
Trodex

Penjelasan Dexamethasone

Golongan Obat resep

Kategori Kortikosteroid

Manfaat Menangani berbagai kondisi peradangan, reaksi


alergi, penyakit autoimun, dan multiple myeloma

Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak.

Dexamethasone untuk ibu hamil Kategori C: Studi pada binatang percobaan


dan menyusui memperlihatkan adanya efek samping terhadap
janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu
hamil.

Obat hanya boleh digunakan jika besarnya


manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko
terhadap janin.

Dexamethasone dapat terserap ke dalam ASI. Bila


Anda sedang menyusui, jangan menggunakan
obat ini tanpa persetujuan dokter.

Bentuk obat Tablet, kaplet, sirop, suntik

Kelas Terapi : Dexamethasone termasuk dalam obat golongan kortikosteroid. Obat


ini bekerja dengan cara menghambat respons sistem kekebalan tubuh berlebih yang
memicu peradangan. Dengan begitu, gejala yang menyertai peradangan juga dapat
membaik.

Farmakodinamik : Dexamethasone dapat melewati membran sel dan berikatan


dengan reseptor glukokortikoid di sitoplasma. Kompleks antara dexamethasone dan
reseptor glukokortikoid ini dapat berikatan dengan DNA sehingga terjadi modifikasi
43

transkripsi dan sintesis protein. Akibatnya, infiltrasi leukosit terhambat, mediator


inflamasi menurun, dan edema jaringan berkurang.

Interaksi Dexamethasone dengan Obat Lain

Berikut adalah beberapa interaksi antarobat yang dapat terjadi bila


dexamethasone digunakan bersamaan dengan obat lain:

1. Penurunan efektivitas dexamethasone jika digunakan bersama phenytoin,


rifampicin, carbamazepine, ephedrine, atau obat golongan barbiturat
2. Peningkatan risiko terjadinya efek samping dexamethasone jika digunakan
bersama erythromycin, ketoconazole, atau ritonavir
3. Peningkatan risiko terjadinya kadar kalium rendah (hipokalemia) jika digunakan
bersama kortikosteroid lain, teofilin, atau obat golongan diuretik
4. Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan bersama obat pengencer
darah, seperti warfarin atau aspirin
5. Peningkatan risiko terjadinya infeksi jika digunakan dengan vaksin hidup, seperti
vaksin MMR

Efek Samping Penggunaan Dexamethasone

Dexamethasone jarang menimbulkan efek samping apabila digunakan sesuai


dosis dan anjuran dokter. Namun, kamu tetap perlu waspada terhadap efek samping
berikut ini:

1. Gatal-gatal dan ruam;


2. Pembengkakan pada wajah, bibir, lidah dan tenggorokan;
3. Ketegangan otot, kelemahan, atau perasaan lemas;
4. Penglihatan kabur, sakit mata, atau melihat lingkaran cahaya di sekitar
lampu;
5. Sesak napas;
6. Penambahan berat badan yang cepat;
7. Depresi berat, pikiran atau perilaku yang tidak biasa;
44

8. Kejang;
9. Tinja berdarah atau lembek, batuk darah;
10. Detak jantung cepat atau lambat;
11. Sakit parah di perut bagian atas menyebar ke punggung, mual dan muntah;
12. Kram kaki;
13. Sembelit;
14. Peningkatan rasa haus atau buang air kecil.
BAB V
PENUTU
P

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan antara tinjauan pustaka dan tinjaun kasus pada pasien
dengan bronkhitis, maka penulisan dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.

Bronkitis adalah peradangan atau iritasi pada dinding saluran bronkus,


tepatnya pipa yang menyalurkan udara dari tenggorokan menuju paru-
paru. Ketika seseorang mengalami bronkitis, kondisi ini dapat berlangsung dalam
hitungan hari, minggu bahkan bulan. Bronkus sendiri berfungsi untuk
mengantarkan udara dari dan menuju paru-paru. Pada dasarnya, dinding bronkus
telah dilengkapi dengan lendir yang berguna menjebak partikel penyebab iritasi.

Hasil evaluasi setelah mengimplementasi dari rencana yang sudah disusun


dari keefektifannya terdapat perubahan pernapasan pasien normal dan
menurunkan kekentalan sekret untuk bisa dikeluarkan. Tujuan tercapai dalam
waktu 3 hari, pernapasan pasien normal dan sekret tidak ada atau hilang setelah
pemberian obat yang dianjurkan..

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam kesempatan ini adalah:

5.2.1 Kepada Instansi Kesehatan


Agar tetap berperan aktif dalam pemberian informasi dengan
mengadakan penyuluhan tentang pencegahan dan pengobatan penyakit
bronkhitis. Serta meningkatkan pelayanan dan mengembangkan keterampilan
para tenaga medis maupun para medis serta meningkatkan fasilitas ( sarana dan
prasarana ) demi keberhasilan dalam memberikan pengobatan pada penderita.

45
46

5.2.2 Kepada Instansi Pendidikan.


Diharapkan untuk memilih lahan praktek yang dapat menunjang bagi siswa
praktek keperawatan medikal bedah agar dapat memperluas lahan praktek bagi
siswa dan juga efektif dalam memberikan bimbingan kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bandi VA, Apicella MA, Mason E., Murphy TF, Siddiqi A., Atmar RL,
Greenberg SG Nontypeable Haemophilus influenzae pada saluran pernafasan
bagian bawah pasien bronkitis kronis. Saya. J.Pernafasan. Kritik. Perawatan
Med. 2021; 164 :2114–2119.
2. Barnes PJ Penyakit paru obstruktif kronik 12: pengobatan baru untuk
COPD. dada. 2013; 58 :803–808.
3. Barnes PM, Adams PF, Schiller JS Populasi: Survei Wawancara Kesehatan
Nasional, 2011. Vital Health Stat. 2013; 10 (217):1–81.
4. Bent S., Saint S., Vittinghoff E., Grady D. Antibiotik pada bronkitis akut:
meta-analisis. Saya. J.Med. 2011; 107 :62–67.
5. Chitkara RK, Sarinas PS Kemajuan terkini dalam diagnosis dan pengelolaan
bronkitis kronis dan emfisema. Saat ini. Pendapat. bubur
kertas. medis. 2022; 8 (2):126–136.
6. Cosio Piqueras MG, Cosio MG Penyakit saluran pernafasan pada penyakit
paru obstruktifkronik. euro. Bernafas. J.Sup. 2021; 34 :S41–
S49.
7. File TM Epidemiologi infeksi saluran
pernapasan. Semin. Bernafas. Menulari. 2020; 15 (3):184–
194.
8. Gern JE Infeksi virus dan bakteri dalam perkembangan dan perkembangan
asma. J. Klinik Alergi. imunol. 2020; 105 (2 Bagian 2):S497–
S502.
9. Giembycz MA Cilomilast: inhibitor fosfodiesterase 4 generasi kedua untuk
asma dan penyakit paru obstruktif kronik. Pendapat
Ahli. Selidiki. Narkoba. 2021; 10 (7):1361–1379.
10. Gonzales R., Bartlett JG, Besser RE, Cooper RJ, Hickner JM, Hoffman JR,
Sande MA Prinsip penggunaan antibiotik yang tepat untuk pengobatan
bronkitis akut tanpa komplikasi: latar
belakang. Ann. Magang. medis. 2021; 134 (6):521–529.

47
11. Gonzales R., Sande MA Bronkitis akut tanpa
komplikasi. Ann. Magang. medis. 2020; 133 (12):981–
991.
12. Hirschmann JV Apakah bakteri menyebabkan eksaserbasi
PPOK. Dada. 2020; 118 (1):193–203.
13. Infeksi virus Hogg JC pada masa kanak-kanak dan patogenesis asma dan
penyakit paru obstruktif kronik. Saya. J.Pernafasan. Kritik. Perawatan
Med. 2012; 160 :S26–S28.
14. Nikula KJ, Green FH Model hewan bronkitis kronis dan relevansinya dengan
studi penyakit yang disebabkan oleh partikel. Tarik
napas. beracun. 2020; 12 (Tambahan 4):123–153.
15. Pauwels RA, Buist AS, Calverley PMA, Jenkins CR, Hurd SS GOLD Komite
Ilmiah Strategi global untuk diagnosis, pengelolaan, dan pencegahan
penyakit paru obstruktif kronik. Saya. J.Pernafasan. Kritik. Perawatan
Med. 2021; 163 :1256–1276.
16. Reid PT, Sallenave JM Sitokin dalam patogenesis penyakit paru obstruktif
kronik. Saat ini. farmasi. Des. 2013; 9 (1):25–38.
17. Turato G., Zuin R., Saetta M. Patogenesis dan patologi
PPOK. Pernafasan. 2001; 68 (2):117–128.
18. Viegi G. Epidemiologi penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) Respirasi. 2001; 68 (1):4–19.
19. Ward SA, Casaburi R. Perspektif abad ke-21 tentang penyakit paru obstruktif
kronik. Pernafasan. 2001; 68 (6):557–561.
20. Sasaran mekanistik Wegner CD Novel untuk pengobatan bronkitis sub-akut
dan kronis. Saat ini. farmasi. Des. 2001; 7 (3):199–212.
21. White AJ, Gompertz S., Bayley DL, Hill SL, O'Brien C., Unsal I., Stockley
RA>. Resolusi peradangan bronkus berhubungan dengan pemberantasan
bakteri setelah pengobatan eksaserbasi bronkitis kronis. dada. 2003; 58 :680–
685.
22. Wilson R. Peran infeksi pada PPOK. Dada. 2021; 113 (4 Tambahan):S242–
S248.
23. Wisniewski A. Bronkitis kronis dan emfisema: membersihkan
udara. Perawatan. 2013; 33 (5):46–49.

48
Pergi ke:

1. Lenfant C., Khaltaev N. In: Inisiatif Global untuk Penyakit Paru Obstruktif
Kronik: Panduan Saku Diagnosis, Penatalaksanaan, dan Pencegahan
COPD. Lenfant C., Khaltaev N., editor. Departemen Kesehatan dan Layanan
Kemanusiaan AS, Layanan Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan
Nasional, Institut Jantung, Paru-paru, dan Darah Nasional; 2023. hlm.3–
24.
2. Bronkitis Balter MS dan Trakeobronkitis Demam Akut, Termasuk
Eksaserbasi Bronkitis Kronis. Dalam: Niederman MS, Sarosi GA, Glassroth
J., editor. Infeksi Saluran Pernafasan. Lippincott Williams dan
Wilkins; Philadelphia: 2021. hlm.141–154.
3. MacNee W. Bronkitis Kronis dan Emfisema. Dalam: Seaton A., Seaton D.,
Leitch AG, editor. Penyakit Pernafasan Crafton dan Douglas. Edisi 5.
Blackwell Sciences, Inc.; Malden, MA: 2020. hlm.616–695.
4. Siafakas, NM dan Tzortzaki, EG, Beberapa perokok mengembangkan COP
D. Mengapa, Respir. medis. 96(8) (2022) 615–24
5. Manajemen Klinis Penyakit Paru Obstruktif Kronik, T. Similowski, WA
Whitelaw dan J-PM Derenne (Eds.), Dekker, 2022
6. Patofisiologi Paru: The Essentials, JB West (Ed.), Williams dan Wilkins,
2011

7. Buku Panduan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Tahun Pelajaran 2023-2024


8. Buku Profil Tahun 2022 UOBK RSUD R. SYAMSYUDIN, S.H.

Kutipan Internet

https://www.halodoc.com/artikel/ini-dosis-dan-aturan-pakai-cefixime-kapsul-sirup-
dan-tablet diperoleh pada tanggal 12 oktober 2023

https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/cefixime-200-mg-10-kapsul diperoleh
pada tanggal 12 oktober 2023

49
https://www.alomedika.com/obat/antiinfeksi/antibakteri/cefixime/farmakologi
diperoleh pada tanggal 12 oktober 2023

https://www.alodokter.com/codeine diperoleh pada tanggal 12 oktober 2023

https://www.alodokter.com/codeine#:~:text=Codeine%20termasuk%20dalam%20ob
at%20golongan,yang%20disebabkan%20oleh%20nyeri%20berat. diperoleh pada
tanggal 13 oktober 2023

https://www.alomedika.com/obat/analgesik/analgesik-narkotik/codeine diperoleh
pada tanggal 13 oktober 2023

https://www.honestdocs.id/codeine diperoleh pada tanggal 14 oktober 2023

https://pionas.pom.go.id/obat/codein diperoleh pada tanggal 13 oktober 2023

https://www.alomedika.com/obat/analgesik/analgesik-narkotik/codeine/farmakologi

https://www.alodokter.com/dexamethasone diperoleh pada tanggal 13 oktober 2023

https://www.alomedika.com/obat/obat
endokrin/kortikosteroid/dexamethasone/farmakologi diperoleh pada tanggal 13
oktober 2023

https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-dosis-dan-cara-pakai-dexamethasone-yang-
tepat diperoleh pada tanggal 13 oktober 2023

50
LAMPIRAN

Tampilan Depan Resep Tampilan Belakang Resep

Etiket Putih Etiket Biru

Contoh Salinan Resep Kartu Stok

51
Contoh Copy Faktur Obat

Kertas Pemakaian Alkes/Obat

Contoh Faktur AKHP


Buku Surat Pesanan

Contoh Copy Surat Pesanan Lemari Obat Psikotropika/Narkotika

52
Cairan Elektrolit Pekat Rak Penyimpanan AKHP/BMHP di
Depo IGD

Lemari Penyimpanan Cairan Elektrolit Rak Penyimpanan Tablet Paten


Pekat

Rak Penyimpanan Sediaan Injeksi dan


Obat Luar Rak Penyimpanan Tablek High Alert dan
Generik

53
Trolly Emergency di IGD Tempat Meracik Sediaan Farmasi

Gudang Penyimpanan Sediaan Farmasi Rak Penyimpanan Obat Paten di


di Depo IGD Gudang

Rak Penyimpanan Obat High Alert di


Gudang Rak Penyimpanan Obat Luar/Mata di
Gudang

54
Rak Penyimpanan Sediaan Syrup Paten Rak Penyimpanan Sediaan Injeksi di
di Gudang Gudang

Palet Penyimpanan Sediaan Infus di Rak Penyimpanan Sediaan Injeksi


Gudang Generik di Gudang

Rak Penyimpanan Sediaan Obat Rak Penyimpanan Sediaan Syrup


Generik di Gudang Generik di Gudang

55
Rak Penyimpanan Obat Program di Melakukan Stock Opname
Gudang Di Gudang Obat

Menyiapkan Sediaan Farmasi di Depo Melakukan Penyimpanan Sediaan Obat


Cattleyya di Gudang Obat

56
RIWAYAT HIDUP

Nama : Feby Febrianti


NIS 2122210083
NISN 0067821532
Tempat/Tanggal Lahir: Cianjur, 25 Februari 2006
Alamat : Jl. Ir Hj Juanda panembong desa Mekarsari RT/RW
002/003 Panembong, Kec., Desa,
No. Telp/HP 083870884358
Email : febyfbrty664@gmail.com
Nama Orang Tua Kandung
Ayah : Misbah Musabiran
Ibu : Elis Lisnawati

Riwayat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Tahun Lulus


1 SDN PANEMBONG 2 2018
2 SMP AL-MADINA 2021

57

Anda mungkin juga menyukai