Anda di halaman 1dari 15

JUDUL: WAWASAN DUNIA KRISTEN TERHADAP ABORSI

BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini, peneliti memaparkan hal-hal yang berkaitan
dengan alasan peneliti memilih judul penelitian dalam penelitian ini. Adapun
judul penelitian ini yaitu, Analisis Pandangan Kristen terhadap Aborsi. Hal-hal
yang dipaparkan pada bagian pendahuluan ini meliputi latar belakang, masalah
penelitian, dan tujuan penelitian. Hal-hal tersebut dipaparkan sebagai berikut.

A. Latar Belakang
Aborsi telah menjadi salah satu isu yang kompleks dan kontroversial dalam
berbagai ranah, termasuk agama. Dalam konteks wawasan dunia Kristen,
pandangan terhadap aborsi dipengaruhi oleh prinsip-prinsip moral, ajaran
keagamaan, serta keyakinan akan nilai kemanusiaan yang ditekankan oleh iman
Kristen.
Secara umum, aborsi dapat dianggap sebagai keputusan sadar atau tindakan
yang dilakukan dengan sengaja untuk mengahiri hidup janin didalam kandungan.
Aborsi yang dilakukan dengan sengaja biasanya dilakukan karena adanya
berbagai macam alasan. Misalnya, pencabulan, kehamilan karena pergaulan dan
seks bebas, sehingga untuk menutupi dosa atau rasa malu tersebut maka biasanya
dilakukanlah aborsi. Maupun demikian, seringkali aborsi dilakukan karena adanya
pertimbangan faktor kesehatan.
Aborsi juga dikenal sebagai penghentian kehamilan dengan dikeluarkannya
janin atau embrio sebelum memiliki kemampuan untuk bertahan hidup diluar
rahim, sehingga mengakibatkan kematiannya. Aborsi yang terjadi secara spontan
disebut juga dengan “keguguran”. Aborsi yang dilakukan secara sengaja sering
kali disebut “aborsi induksi” atau “aborsi provokatus”. Ada juga prosuder serupa
yang dilakukan setelah janin berpotensi untuk bertahan hidup diluar rahim yang
juga dikenal dengan sebutan “aborsi tahap akhir”.
Tindakan aborsi sudah banyak terjadi dinegara-negara maju yang telah
mempratekkan hal ini. Pada tahun 2020, Kompas melaporkan adanya klinik yang
menyediakan layanan untuk melakukan aborsi. Berdasarkan laporan tersebut
dijelaskan bahwa, klinik aborsi tersebut sudah berjalan sejak 2017 dan
diperkirakan sudah 32.760 janin telah digugurkan selama klinik itu beroperasi.
Melalui penelitian ini, peneliti mencoba menganalisis serta memberikan
pemahaman tentang aborsi berdasarkan konsep perspektif Kristen. Dalam hal ini
tentunya berdasarkan pengetahuan dan pengajaran dari Alkitab. Oleh karena itu,
penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi gembala, pendeta, mahasiswa,
aktifis maupun tenaga medis untuk mencegah tindakan aborsi dalam lingkup
kekristenan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perspektif etika Kristen terhadap Aborsi?
2. Bagaimana pandangan etika Kristen terhadap Aborsi pada janin yang
cacat?
3. Bagaimana pandangan etika Kristen terhadap legalisasi tindakan aborsi
akibat pemerkosaan?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perspektif
etika Kristen dalam aborsi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk.
1. Mendeskripsikan perspektif etika Kristen terhadap Aborsi.
2. Mendeskripsikan pandangan etika Kristen terhadap Aborsi pada janin
yang cacat.
3. Mendeskripsikan pandangan etika Kristen terhadap legalisasi tindakan
aborsi akibat pemerkosaan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang relevan dengan
masalah yang dibahas dari beberapa ahli. Teori-teori yang digunakan sebagai
landasan untuk menganalisis. Teori-teori ini digunakan sebagai landasan untuk
menganalisis Wawasan Dunia Kristen Terhadap Aborsi. Teori-teori yang
digunakan antara lain, pengertian Aborsi dan Aborsi ditinjau dari perspektif etika
Kristen. Teori-teori tersebut dipaparkan sebagai berikut.

A. Pengertian Aborsi
Menurut Antonius Sahat Gabe Sinaga dalam jurnal Teologi Kristen:
Perspektif Etika Kristen terhadap Tindak Aborsi menyatakan bahwa Aborsi adalah
pengakhiran kehamilan dengan mengeluarkan hasil pembuahan (pertemuan sel
telur dan sperma) sebelum janin atau embrio dapat bertahan hidup di luar rahim,
yang pada akhirnya menyebabkan kematian.
Ada tiga jenis keguguran dalam bidang medis:
Aborsi spontan atau alamiah berlangsung tanpa tindakan apa pun, yang
kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sperma.
Aborsi buatan atau sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia
kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari
oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dokter, bidan atau sebagainya).
Aborsi terapeutik atau medis adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medis.

B. Aborsi Ditinjau dari Perspektif Etika Kristen


Etika Kristen merupakan prinsip yang didasarkan pada pengambilan
keputusan untuk melakukan sesuatu dengan senantiasa memperhatikan prinsip-
prinsip yang diajarkan oleh Alkitab.
Sedangkan menurut Brotosudarmo, “Ada tiga hal yang menentukan dalam
pengambilan keputusan etika Kristen yaitu: 1) Doa, Ibadah dan Roh Kudus; 2)
Gereja dan Persekutuan; 3) Alkitab”. Ketiga hal ini menurut Brotosudarmo sangat
mempengaruhi orang Kristen dalam pengambilan keputusan. Karena ketiga hal
tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan bagi orang Kristen. Karena orang
Kristen dalam pengambilan keputusan bukan seperti kaum pragmatism yang
mengutamakan manfaat dan tujuan dalam bertindak dan juga bukan berdasarkan
hati nurani dalam pengambilan keputusan. Tetapi orang Kristen dalam
pengambilan keputusan harus menyerahkan kepada Tuhan dalam arti berdoa dan
memohon kepada Tuhan dan didasarkan kepada kebenaran firman Tuhan.
BAB III
METOLOGI PENELITIAN
Pada bagian metodelogi penelitian, hal-hal yang dipaparkan meliputi :
metode penelitian, bentuk penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik dan
alat pengumpul data, dan teknis analisis data. Hal-hal tersebut dipaparkan sebagai
berikut.

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah dengan cara
menggambarkan atau mengungkapkan keadaan subjek dan objek yang teliti secara
apa adanya, artinya sesuai dengan fakta pada saat penelitian itu dilaksanakan.
Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan lebih teliti ciri-ciri sesuatu,
menentukan frekuensi terjadinya sesuatu dan prosedur penelitiannya harus
mengikuti ketentuan-ketentuan yang baku. (Sukandarrumidi, dalam Neliyana,
2020: 10).

B. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk
penelitian kualitatif. Bentuk kualitatif tidak menggunakan perhitungan,
maksudnya data yang akan dianalisis tidak berbentuk angka-angka. Hal ini sesuai
dengan pendapat Moeleong (dalam Neliyana, 2020: 10) yang menyatakan bahwa
data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Moleong (dalam Neliyana, 2020: 10) mengatakan bahwa bentuk penelitian pada
latar alamiah atau pada konteks dan suatu keutuhan (entity). Hal ini dilakukan
karena penelitian secara alamiah memerlukan data-data yang sesuai dengan
kenyataan-kenyataan yang terdapat dalam masyarakat itu sendiri. Dari penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam menggunakan penelitian kualitatif kali
ini peneliti akan mencari berbagai buku, artikel, dan jurnal-jurnal yang
berhubungan dengan hal yang diteliti oleh peneliti (studi literatur) untuk
mengumpulkan dan mengolah data-data yang akan digunakan untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian.

C. Sumber Data dan Data Penelitian


1. Sumber Data
Sumber data adalah semua informasi, baik merupakan benda nyata,
abstrak, ataupun dalam bentuk peristiwa/gejala. Menurut Lofland (dalam
Neliyana, 2020: 10) sumber data utama dalam penelitian kualiatif ialah
kata-kata dan tindakan. Dalam hal ini peneliti mendapatkan data-data dari
berbagai sumber seperti buku yang berhubungan dengan objek yang
diteliti, artikel-artikel, karya tulis ilmiah yang telah ditulis oleh orang, dan
jurnal-jurnal yang sudah dipublikasikan di berbagai sumber media.
Adapun yang menjadi sumber data utama dalam penelitian kami kali ini
yaitu sebagai berikut.
a. Jurnal Sekolah Tinggi Teologi Pelita Dunia (LUXNOS) yang berjudul
Aborsi Ditinjau Dari Perspektif Etika Kristen karya Yosia Belo tahun
2020.
b. Jurnal Teologi Kristen yang berjudul Perspektif Etika Kristen terhadap
Tindak Aborsi karya Antonius Sahat Gabe Sinaga tahun 2023.
c. Jurnal Teologi Kristen yang berjudul Pandangan Etika Kristen Terhadap
Kasus Aborsi di Indonesia karya Bagus Subambang tahun 2022.
d. Jurnal Teologi Berita Hidup yang berjudul Pandangan Etika Kristen
terhadap Tindakan Aborsi pada Janin yang Cacat karya Yanto Paulus
Hermanto dan Mishael Setiawan tahun 2022.
e. Jurnal Simpson yang berjudul Tinjauan Terhadap Legalisasi Aborsi karya
Agus Ilan dan Jamin Tanhidy tahun 2014.

2. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan yang berkaitan
dengan Wawasan Dunia Kristen terhadap Aborsi. Kutipan-kutipan
tersebut diperoleh dari data artikel buku, jurnal-jurnal, dan web yang telah
dikumpulkan oleh peneliti yang berkaitan dengan Aborsi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bagian ini kami akan membahas hasil penelitian kami berupa rumusan
yang terdiri dari perspektif etika Kristen terhadap Aborsi, pandangan etika Kristen
terhadap Aborsi pada janin yang cacat, dan pandangan etika Kristen terhadap
legalisasi tindakan Aborsi karena kasus pemerkosaan.
Berikut merupakan pembahasan hasil rumusan dari penelitian yang berjudul
Wawasan Dunia Kristen terhadap Aborsi.

A. Perspektif Etika Kristen terhadap Aborsi


Menurut Michael Banner, seorang ahli etika Kristen, berpendapat bahwa
aborsi atau pembunuhan janin dalam kandungan melanggar hak hidup yang
diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Kita tahu bahwa janin manusia memiliki
nafas kehidupan karena diberikan oleh Tuhan, sehingga melakukan aborsi sama
saja dengan membunuh. Oleh karena itu, menurut Banner, aborsi adalah illegal
dengan alasan apapun. Hukum Allah telah dilanggar (Banner, 1999).
Mengenai status janin memicu banyak kontroversi dan perbincangan.
Apakah aborsi dapat dibenarkan atau tidak sangat tergantung pada kondisi janin.
Hanya ada dua masalah yang dipertaruhkan dalam argument ini. Apakah janin
sudah dianggap sebagai manusia atau tidak, dan apakah aborsi sah atau tidak jika
janin adalah manusia (Banner, 1999). Etika Kristen dapat disikapi dengan baik
apabila kedua pertanyaan diatas terjawab.
Berdasarkan Wayne Grudem yang menyajikan bukti alkitabiah dalam
bukunya “Christian Ethics” bahwa janin dalam kandungan adalah individu yang
hidup sejak saat pembuahan. Dia menegaskan bahwa janin itu sepenuhnya dan
benar-benar manusia. Ia dikandung didalam Rahim wanita (ibunya) karena karya
ajaib Roh Kudus (Grudem, 2018). Meskipun Alkitab tidak menyebutkan aborsi,
bukan berarti tidak bisa memberikan solusi dalam masalah ini. Setiap diskusi
tentang aborsi atau sifat kehidupan manusia didalam Rahim harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip alkitabiah (Frame, 2008). Aborsi adalah
praktik yang mengakhiri hidup orang yang tidak bersalah, dan Alkitab
menjelaskan bahwa membunuh orang yang tidak bersalah adalah salah.
Dalam sisi pro-aborsi terkadang menyatakan bahwa karena anak yang
belum lahir tidak sadar, aborsi adalah legal. Tapi saat 1,5 bulan setelah
pembuahan, ditemukan bahwa adanya aktivitas gelombang otak (Rhodes, 2010).
Oleh karena itu, kesadaran itu sendiri sudah ada pada tahap awal perkembangan
janin akibat aktivitas gelombang otak. Membunuh anak yang belum lahir sama
dengan membunuh seseorang ketika mereka tidak sadarkan diri atau tertidur.
Tidak masalah apakah seorang anak lahir atau tidak ketika menentukan status
janin sebagai manusia, karena Alkitab telah memerintahkan bahwa anak yang
belum lahir harus diperlakukan sebagai manusia.

B. Pandangan Etika Kristen terhadap Aborsi pada Janin yang Cacat.


Dalam Lukas 1:41-44 dimana ketika Maria bertemu Elizabeth, maka anak
dalam kandungan Elizabeth melonjak kegirangan dan Elizabeth pun penuh
dengan Roh Kudus dan mengatakan bahwa bayi yang ia kandung melonjak
kegirangan. Dalam bahasa aslinya Elizabeth menggunakan kata bayi bukan janin
yang dipakai juga dalam Lukas 2:16 dalam menyatakan bayi Yesus yang telah
lahir. Hal ini membuktikan bahwa sejak dalam kandungan, janin memiliki pikiran
dan perasaan yang membuatnya dapat melonjak kegirangan.
Seorang bayi didalam kandungan bukanlah suatu bagian dari tubuh sang
ibu. Tubuh bayi adalah milik bayi itu saat ia berada didalam Rahim ibu seperti
yang dinyatakan dalam Mazmur 139:13-15. Tubuh ibu menopang tubuh bayi
dengan nutrisi dan lingkungan pelindung, namun kedua tubuh tersebut berbeda.
Aborsi bukan hanya tindakan pada tubuh ibu tetapi juga pembunuhan manusia
lain yang tubuhnya ada didalam tubuh ibunya. Alkitab mengajarkan bahwa orang
tua harus memikirkan anak yang belum lahir sebagai manusia sejak saat konsepsi
terjadi, dan oleh karena itu orang tua harus memberikan perlindungan hukum
kepada anak yang belum lahir paling tidak sama dengan orang lain dalam
kehidupan bermasyarakat.
Jika Alkitab telah menetapkan bahwa anak yang belum lahir harus
diperlakukan sebagai seorang manusia sejak saat pembuahan, maka dilahirkan
atau belum dilahirkan seharusnya tidak membuat perbedaan dalam penilaian
mengenai status kehidupan janin tersebut. Setiap orang tua pasti tidak akan
membunuh bayi mereka yang menderita cacat bawaan jika telah dilahirkan, maka
seharusnya orang tua tidak berpikir untuk melakukan aborsi untuk membunuh
bayi itu sebelum lahir.
Selain itu, sebelum kelahiran diagnosis cacat lahir mungkin bisa salah.
Terkadang seorang bayi dilahirkan dengan normal setelah diagnosis semacam itu.
Banyak cacat lahir sangat kecil dan tidak memiliki dampak signifikan pada
kehidupan anak dan bahkan ketika cacat lahir cukup signifikan, anak tersebut
masih dapat menjalani kehidupan yang Bahagia dan membawa banyak sukacita
dan berkat bagi keluarganya sendiri dan banyak orang lain. Hal ini menunjukan
bahwa apa yang dikuatirkan oleh si ibu yang mengandung tidak sepenuhnya
terjadi, bahkan bila hal itu terjadi, si ibu memperoleh kekuatan untuk
menghadapinya.

C. Pandangan Etika Kristen terhadap Legalisasi Tindakan Aborsi karena


Kasus Pemerkosaan
Hal yang paling mendasar bagi seorang wanita korban pemerkosaan adalah
melakukan aborsi terhadap bayi yang dikandungnya ialah menanggung rasa malu
terhadap masyarakat luas. Ini tidak hanya berlaku bagi kasus permerkosaan
semata, tetapi dapat juga menyerupai kasus seorang anak gadis yang dipaksa
berhubungan seks oleh pacarnya, kemudian setelah hamil ia ditelantarkan dan
disia-siakan. Tentunya ini menyisakan luka batin dan aib bukan saja bagi diri si
gadis, tapi juga bagi seluruh keluarganya.
Kasus diatas sudah sangat cukup menjadi alasan kuat bagi seorang wanita
untuk melakukan aborsi. Logikanya, korban pemerkosaan dan wanita yang hamil
diluar keinginannya tidak mau dan tidak mudah ambil resiko menanggung aib
yang akan ia tanggung seumur hidupnya jika ia melahirkan bayi yang tidak jelas
status dan orang tuanya. Hal inilah yang lazim menjadi dasar seorang wanita
korban pemerkosaan dan hamil diluar nikah melakukan aborsi. Pandangan ini
didukung oleh kelompok Pro-Choice yang cenderung berpendapat bahwa seorang
wanita memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan atas nasib hidupnya
tersebut.
Meski begitu, aborsi akibat pemerkosaan tidak bisa dilakukan begitu saja.
Diperlukan beberapa pembuktian yang kuat serta rekomendasi dari ahli. Aborsi
yang dilakukan tidak dapat dilakukan secara asal-asalan. Harus dibuktikan dengan
usia kehamilan dari surat keterangan dokter, keterangan penyidik, psikolog dan
ahli lainnya. Pemerintah juga memberi batas waktu paling lambat berusia 40 hari
dihitung sejak hari pertama haid berakhir.
Namun demikian, sangat penting memperhatikan pendapat dari Norman
L.Geisler yang memberikan pandangannya dalam kasus aborsi akibat
pemerkosaan sebagai berikut “Pemerkosaan bisa dimengerti menimbulan
persoalan emosional. Tetapi pemerkosaan terhadap ibu tidak membenarkan
pembunuhan anaknya. Jika janin adalah manusia, maka menghilangkan nyawanya
yang tak bersalah dengan sengaja adalah pembunuhan. Aborsi tidak menghapus
kejahatan pemerkosaan; ia menambahkan kejahatan lain kedalamnya. Masalah
pemerkosaan tak teratasi dengan membunuh bayi. Kita harus menghukum
pemerkosa yang bersalah, bukan bayi yang tak bersalah”.
Pendapat Geiser diatas, mempertegaskan sikap orang Kristen bahwa aborsi
terhadap bayi yang dikandung oleh seorang wanita yang diperkosa tidaklah
manusiawi dan salah sasaran. Lagipula tindakan aborsi ini bukannya melindungi
perempuan, faktanya malah menimbulkan kasus-kasus terjadinya aborsi yang
tidak aman bahkan dapat mengakibatkan kematian. Doroty I.Marx
mempertegaskan soal dampak yang dilakukan sembarangan demikian “Segala
pertimbangan medis menyangkut juga kodrat manusia dalam kesatuannya antara
dimensi fisik, mental, moral, psikologi dan rohani. Seandainya keputusan tentang
ya atau tidaknya melakukan pengguguran berdasarkan pertimbangan jasmani saja,
tanpa pertimbangan psikologis atau moral, maka ‘pertolongan’ tersebut dapat
mencelakakan si ibu”.
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa korban pemerkosaan maupun
hubungan seks bebas tidak dapat menjadi alasan yang kuat untuk melegalkan
tindakan aborsi. Baik dari segi moral, psikologis dan rohani. Oleh karena itu, lebih
diajurkan mendapat penangganan medis secepatnya pasca pemerkosaan dan
mengambil tindakan yang perlu guna mencegah kehamilan sebagaimana
disarankan oleh Geisler yaitu “Jika korban pemerkosaan mendapatkan perawatan
dokter secepatnya, biasanya pembuahan dapat dihindari”.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian-uraian dan rumusan permasalahan yang telah dibahas
sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian yang berjudul Wawasan Dunia
Kristen terhadap Aborsi yaitu sebagai berikut.
1. Tindakan aborsi bertentangan dengan ajaran Alkitab, aborsi adalah dossa
dan kejahatan. Menurut Alkitab, Tuhan sangat mencintai kehidupan
manusia sehingga Dia mengutus Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus,
untuk menebus umat manusia dari dosa. Nilai kehidupan manusia bagi
Tuhan ditunjukkan oleh hal ini dan aborsi tidak dapat diterima secara etis
dari perspektif Kristen karena etika mengajarkan orang Kristen untuk
mendasarkan keputusan mereka pada pertimbangan etis alkitabiah. Ajaran
Alkitab juga menentang aborsi.
2. Secara medis tindakan aborsi pada janin yang cacat diperbolehkan dan
dilindungi dengan payung hukum di Indonesia. Tindakan aborsi ini
diperbolehkan karena tindakan ini melindungi keluarga dari beban dan
dampak psikologis negatif yang dapat muncul di kemudian hari. Bayi yang
lahir dengan cacat lahir dapat menjadi beban baik secara psikologis,
finansial maupun social bagi kedua orang tua, saudara kandungnya, dan
keluarga besarnya. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka secara medis
dan hukum di Indonesia, tindakan aborsi pada janin yang cacat
diperbolehkan dan dilegalkan. Walaupun secara medis dan hukum
tindakan aborsi pada janin yang cacat diperbolehkan dan dilegalkan, tidak
berarti hal ini dibenarkan secara etika Kristen. Dari pembahasan diatas
dengan jelas diperlihatkan bahwa aborsi dengan alasan apapun, termasuk
aborsi terhadap janin yang cacat tidak diperbolehkan oleh Alkitab. Alkitab
dengan jelas memaparkan bahwa nilai kehidupan manusia didalam
kandungan adalah sama dengan kehidupan manusia setelah lahir, sehingga
aborsi adalah tindakn pembunuhan manusia yang secara tegas dilarang
dalam Alkitab.
3. Aborsi dengan alasan indikasi kedaruratan medis masih menjadi
pertimbangan legal yang oleh dunia medis. Namun, seharusnya orang
percaya menolak aborsi yang dilakukan dengan alasan apapun. Meskipun
pemerintah dalam hal ini mengakui keaktualan PP No.61 tahun 2014
adalah tentang Kesehatan Reproduksi dengan tujuan untuk melindungi
wanita, terutama yang hamil akibat pemerkosaan.

B. Saran
Dari hasil penelitian ini peneliti dapat memberikan saran berdasarkan apa
yang telah diketahui dalam Wawasan Dunia Kristen terhadap Aborsi.
1. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi referensi dalam
membuat karya tulis ilmiah. Tetapi harus memahami terlebih dahulu
materi etika Kristen terhadap aborsi sehingga dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah dengan baik.
2. Saran Bagi Pembaca
Bagi para pembaca, agar dapat mengetahui perspektif etika Kristen
terhadap aborsi dan harus membaca karya tulis ilmiah ini dengan baik dan
cermat.
DAFTAR PUSTAKA
Sinaga, Antonius Sahat Gabe. (2023). Jurnal Teologi Kristen: Perspektif Etika
Kristen terhadap Tindak Aborsi.
Banner, Michael. (1999). Christian Ethics and Contemporary Moral Problems
Cambridge University Press.
Brotosudarmo, R.M.D.S. (2007). Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai