Anda di halaman 1dari 12

PANDANGAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN TERHADAP

SEKS DI LUAR NIKAH

Shindi Magdalena Hauoni, Reynalda B. Mauboy, Clara A. Manafe, Nutri Killa, Yandry
Diana Dethan

ABSTRAK
Kata seks tidak asing lagi dalam kehidupan. Seks adalah baik jika dilakukan setelah menikah.
Tetapi banyak orang terjerumus ke dalam perilaku seks sebelum menikah, dengan latar belakang
factor yang berbeda dan tidak memperdulikan nilai dan norma dalam masyarakat serta pandangan
agama terhadap perilaku mereka. Hal ini yang mendorong kami untuk menggali lebih dalam
tentang perilaku seks di luar nikah. Penulisan ini bertujuan untuk untuk mengetahui apa itu seks,
seks di luar nikah, factor penyebab terjadinya seks di luar nikah, dan dampak yang terjadi akibat
seks di luar nikah, serta untuk mengetahui pandangan Pendidikan agama Kristen terhadap seks di
luar nikah. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan studi pustaka, dimana studi
Pustaka adalah cara pengumpulan data material dalam kepustakaan. untuk itu, penulis mengambil
sumber referensi dalam bentuk buku, jurnal, dan artikel yang sudah dipublis. Sehingga dalam
tulisan ini, menghasilkan sebuah pandangan bahwa dalam Pendidikan agama Kristen memandang
perilaku seks diluar nikah adalah sebuah perbuat keji dan berdosa yang melanggar perintah Allah
dan norma-norma dalam masyarakat.

Kata kunci: seksual, seks di luar nikah, PAK

PENDAHULUAN
Seks seringkali dikenal dengan kata seksual atau seksualitas. Hal ini sesuai dengan
asal kata itu sendiri, dari Bahasa latin sexus yang berarti jenis kelamin. Oleh karena itu,
kata seks merujuk pada sifat biologis yang menunjukan manusia sebagai laki-laki atau
perempuan. Namun, Michel Faucault (Bernard 2013) membedakan antara seks dan
seksual/seksualitas. Seks digunakan untuk menunjukan identitas manusia, sedangkan
seksual/seksualitas merujuk pada seks dan aktivitas yang dilakukan. Stenzel dan Krigiss
(dalam Hanifah dkk, 2022) juga mengatakan bahwa seksualitas merupakan ekspresi fisik
yang terbentuk atas dasar ketergantungan, komitmen, dan kepercayaan. Lebih lanjut,
Hanifah menjelaskan bahwa seksualitas seringkali digunakan untuk mengekspresikan
hasrat, cinta, dan dorongan seksual dengan cara melakukan hubungan badan oleh
pasangan suami istri. Namun perbuatan seks terkadang dilakukan diluar dari ikatan
pernikahan.
Perbuatan seks di luar nikah adalah perbuatan seks yang dilakukan oleh orang-orang
di luar ikatan pernikahan. Perbuatan seksual pranikah adalah tindakan-tindakan yang
mengarah pada keintiman dua jenis kelamin yang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan sebelum adanya ikatan pernikahan (Crooks dalam Kusumaningrum (2007))

1
dalam Oktavia (2018). Lebih lanjut, Kartini Kartono (dalam Salisa, 2010) mengatakan seks
pranikah sama dengan pelacuran atau prostitusi karna perbuatan seksual yang mereka
perbuat tidak mengikuti nilai-nilai atau norma-norma dalam masyarakat. Menurut
masyarakat perilaku seksual dapat diatasi oleh ketentuan hukum adat, ajaran moral dan
agama dengan tujuan agar perilaku seksual dapat sesuai dengan batas-batas yang ada
dalam masyarakat (Muhammad Syariful).
Nilai merupakan sesuatu yang dianggap benar, sedangkan norma merupakan aturan
untuk bertindak (Tri, 2000) dalam Harningrum 2005. Nilai yang dimaksud adalah seks
sebagai kebutuhan jasmani suami-istri sedangkan norma yang dimaksud adalah
hubungan seks hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan. Akan tetapi, seiring
berjalannya waktu nilai dan norma mulai bergeser yakni seks dilakukan tanpa adanya
ikatan pernikahan. Berdasarkan nilai dan norma yang ada di atas, maka perbuatan seks
hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami-istri. Selain melanggar norma masyarakat
perbuatan seks diluar nikah juga melanggar ajaran agama, khususnya dalam pendidikan
agama Kristen.
Pendidikan agama Kristen memandang seks di luar pernikahan sebagai dosa atau
perbuatan yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Tindakan seks di luar nikah juga
merupakan suatu tindakan yang melanggar perintah dari Allah dan hal ini terdapat
dalam Kitab Keluaran 20:14, yaitu “Jangan berzinah”, perintah ke-7. Dengan kata lain,
Agama mengakui bahwa seksualitas adalah anugerah dari Tuhan kepada manusia
dalam ikatan pernikahan. Namun, anugerah itu seringkali disalahgunakan oleh manusia
di luar ikatan pernikahan. Perilaku seks di luar nikah yang salah ini, memiliki dampak
yang besar.
Menurut Lubis (dalam Srikit, 2018) mengatakan bahwa berdampak pada psikis, fisik,
dan sosial. Lebih lanjut Srikit menjelaskan bahwa dampak psikis yang diperoleh dapat
berupa ketakutan, kecemasan, serta rasa bersalah karna telah melakukan hubungan seks
diluar nikah. Sedangkan dampak fisik yang diperoleh dapat berupa penyakit menular
seksual (PMS), dan dampak sosialnya adalah mendapat gunjingan dari masyarakat
sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini dibuat untuk mengetahui tujuan
pendidikan agama Kristen, apa itu seks, seks di luar nikah, factor penyebab terjadinya
seks di luar nikah, dampak yang terjadi akibat seks di luar nikah, dan pandangan
Pendidikan Agama Kristen terhadap seks di luar nikah. Tulisan seperti ini pernah dibuat,
tiga diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh David Ming (2021) yang berjudul
“Pandangan Alkitab terhadap Seks Sebagai Landasan Iman Kristen” dengan
menggunakan metode deskriptif-kualitatif, yang bertujuan untuk mengupas tentang
Pendidikan seks, makna dan fungsi seks sesuai pandangan Alkitab secara tuntas. Dari
penelitian tersebut menghasilkan beberapa topik, yaitu 1) pandangan Alkitab tentang
Pendidikan seks, merupakan karya Allah pada manusia sejak diciptakan, 2) Seks adalah
sesuatu yang sacral, sebagaimana Allah melembagakan pernikahan pertama kali di

2
Eden, 3) pendidikan seks dapat direlasikan dengan doktrin kekudusan sebagai landasan
iman kristen.
Berikut, penelitian yang dilakukan oleh Yessi Achnes Ishaka (2015), dalam
penelitiannya yang berjudul “Respon Gereja Terhadap Fenomena Hubungan Seks Di
Luar Pernikahan” menggunakan metode penelitian kualitatif. Yang bertujuan untuk
menggambarkan respon GPIB Jemaat Bukit Sion Di Balik Papan terhadap realitas seks
bebas di kalangan remaja Khususnya Jemaat. Penelitian ini, memperoleh hasil bahwa
adanya kesadaran kolektif tentang hubungan seks bebas.
Terakhir, penelitian yang dilakukan oleh Theresa Silviana Fury (2017) dengan judul
“Perilaku Seks Diluar Nikah” menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan terjadinya seks di luar nikah.
Dengan hasil Faktor yang mempengaruhi terjadinya seks diluar nikah, yakni gagalnya
sosialisasi norma-norma dalam keluarga, semakin terbukanya peluang pergaulan bebas,
kekosongan aktivitas fisik dan kognitif dalam kehidupan sehari-hari, kepekaan
penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan bebas dan seks bebas,
banyaknya media yang mempertontonkan seks bebas, adanya kemudahan
mengantisipasi resiko kehamilan, rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko
penyakit berbahaya, serta tersedianya lokalisasi atau legalisasi pekerja seks.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan studi Pustaka. Studi
Pustaka adalah cara pengumpulan data material yang ada di ruang kepustakaan, seperti
koran, buku-buku, majalah, naskah, dokumen dan lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ( Koentjaraningrat 1983) dalam Mubarok 2019. Lebih lanjut Mubarok
menjelaskan bahwa studi Pustaka adalah Teknik pengumpulan data melalui ;iterator
atau sumber tertulis, misalnya buku, penelitian terdahulu, makalah, jurnal, artikel, dan
hasil laporan yang sesuai dengan penelitian yang dibahas.
Sumber data yang didapat oleh peneliti, bersumber dari dokumen atau arsip.
Dokumen yang digunakan berdasarkan masalah atau judul yang dipilih. Dokumen
tersebut dapat berupa buku, artikel, jurnal, skripsi dan segala dukumen yang berkaitan
dengan remaja dan seks, perilaku seks, seks di luar nikah, dan pandangan agama Kristen
mengenai seks di luar nikah..
Untuk teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis naratif.
Dimana metode ini berupaya untuk menyampaikan data dengan narasi atau cerita yang
memuat seluruh bagian penelitian terutama data yang terkait. Selain itu juga penelitian
ini berupaya membuat hasil penelitian mudah untuk dipahami.

3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan Agama Kristen
Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup,
wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus atau Sang Mesias. Agama Kristen percaya bahwa
Yesus Kristus adalah Anak Allah yang diutus datang kedunia untuk menyelamatkan
umat yang berrdosa. Mereka menyakini bahwa Yesus adalah Sang Mesias atau Sang
Juruslamat bagi seluruh umat manusia. Tempat ibadah umat Kristen disebut Gereja dan
Kitab Sucinya adalah Alkitab. Pemeluk Agama Kristen mengimani bahwa Yesus adalah
penggenapan dari nubuatan yang ada di Perjanjian Lama. Umat Kristen juga percaya
bahwa Yesus Kristus akan datang untuk kedua kalinya sebagai Raja dan Hakim bagi
dunia ini, mereka menjadikan Yesus Kristus dan Alkitab sebagai teladan dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam berperilaku, berpikir, maupun berbicara. Untuk
mengenali pribadi Yesus lebih mendalam maka diperlukan pembelajaran melalui
Alkitab, namun cakupan isi Alkitab sangatlah luas dan Bahasa yang digunakan sangatlah
sulit dimengerti oleh banyak orang. Oleh karena itu muncullah Pendidikan Agama
Kristen yakni untuk membantu memberikan pelajaran tentang Alkitab dan pribadi
Yesus. Hal ini didukung dengan pendapat tokoh gereja Agustinus, 345-430 (dalam
Sehertian, 2019) yang menyatakan bahwa PAK adalah Pendidikan yang bertujuan agar
setiap orang dapat bersekutu dengan Allah dengan cara para siswa membuka diri
kepada Firman Tuhan mendapat pengetahuan dan pengertian serta mampu untuk hidup
sebagai warga gereja dalam masyarakat. Pendidikan Agama Kristen adalah Pendidikan
yang bersifat Kristen atau Pendidikan yang berlandaskan iman Kristen (Nainggolan,
2009).
Robert W. Pazmino, 1988 (dalam Sehertian, 2019) menyatakan bahwa Pendidikan
Agama Kristen merupakan sebuah usaha sengaja dan berurutan yang dikuatkan dengan
usaha rohani dan manusiawi untuk meneruskan ilmu, nilai, perilaku, kemampuan, dan
tingkah laku yang sesuai dengan iman Kristen yang bertujuan untuk mengupayakan
perubahan, pembaharuan, dan reformasi diri sendiri, kelompok, bahkan susunan oleh
kuasa Roh Kudus sehingga peserta didik hidup sesuai dengan Kehendak Allah
sebagaimana dimuat didalam Alkitab.
Marthen Luther, 1483-1548 (dalam Jhon M. Nainggolan, 2009) menyatakan bahwa
Pendidikan Agama Kristen adalah Pendidikan yang melibatkan semua warga gereja agar
makin sadar akan dosa dan hidup dalam Firman Allah sehingga bisa melayani dan
bertanggung jawab dalam Persekutuan Gereja.

Seks di Luar Nikah


Kata seks berarti jenis kelamin, Ada beberapa kata yang maknanya serupa dengan
seks yaitu seksual dan seksualitas. Seks adalah proses reproduksi atau perbedaan
karakter jenis kelamin dan berkaitan dengan segala sesuatu tentang kesenangan atau
kepuasan organ dengan rangsangan kemaluan dan terkait dengan kecembuan serta

4
hubungan badan. Seks bersifat naluria pada manusia. Seks merupakan kebutuhan dasar
manusia. Seks merupakan segala bentuk perilaku untuk memuaskan hasrat atau hawa
napsu yang ada pada diri seseorang. Sedangkan Seks di luar nikah adalah hubungan
intim yang dilakukan oleh dua pihak tanpa adanya ikatan pernikahan. Hal ini didukung
oleh pendapat para ahli yang mengemukakan argumennya tentang seks di luar nikah.
Sarwono (2002) dalam fury (2017) mengatakan seks pranikah adalah hubungan seksual
yang dilakukan oleh dua insan tanpa terikat adanya status pernikahan. Neli (2010)
dalam Makasau hubungan seksual pranikah adalah hubungan suami -istri yang
dilakukan oleh pasangan yang belum menikah. Hubungan tersebut bisa terjadi pada
masa pacaran ataupun pertunangan. Julianto dan Roswitha (2009) dalam Fury (2017)
Hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan di luar
pernikahan dan tanpa ada tanggungjawab di dalamnya. Sarwono (2007) dalam Fury
(2017) Perilaku seks pranikah adalah perilaku yang didorong oleh hawa nafsu seksual
dengan lawan jenis maupun sesama jenis.
Adapun Taufik (2010) dalam Srikit Nurkamiden (2018) menjelaskan bahwa ada
Batasan-batasan dalam perilaku seksual, 1) perilaku seksual adalah Tindakan yang
bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis, melalui sentuhan fisik sampai pada
tahap hubungan intim selayaknya suami istri. 2) Aktivitas seksual adalah perilaku yang
dilakukan untuk menuntaskan hasrat seksual yang bertujuan untuk mendapatkan
kenikmatan organ kelamin. 3) Perilaku seksual pra nikah adalah perilaku seks dimana
dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan resmi baik itu menurut hukum dan agama.
Perilaku seks pranikah adalah segala perbuatan yang terjadi karna adanya dorongan oleh
hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Perilaku seksual
sering dilakukan karna adanya rasa ingin tau yang besar dan ingin mencoba pengalaman
baru. Pelaku perilaku seksual terkadang tidak menyadari adanya dampak yang timbul,
mereka juga mengangggap perilaku tersebut masih dalam batas wajar dan tidak
berlebihan (Setyadani, 2013). Perbuatan seks diluar nikah dapat berupa perasaan tertarik
sampai pada berkencan, saling merayu, dan bersenggama. (Herbert Miles, 2001)
mengatakan bahwa banyak pasangan yang menganggap bahwa bercumbu-rayu pada
masa pengenalan adalah hal yang normal dan tidak berbahaya, sampai pada akhirnya
masuk pada tindakan bersetubuh. Perbuatan seksual itulah yang sering dilakukan pada
masa modern yang kemudian menimbulkan akibat berupa perasaan bersalah, frustasi,
emosi yang tidak stabil sehingga terjadinya tindakan menggugurkan kandungan yang
dilakukan oleh para wanita (Wahyuni, 2020). Setiap tindakan yang dilakukan pastinya
memiliki faktor pemicu. Sama halnya dengan perilaku seks diluar nikah yang dipicu oleh
beberapa faktor.

5
Faktor Penyebab Terjadinya Seks di Luar Nikah
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya seks di luar nikah. Sarwono (2003)
dalam Theresa Fury (2017) menyatakan bahwa ada 10 faktor pemicu terjadinya seks di
luar nikah, anatara lain:
1. Kurangnya sosialisasi norma-norma agama dan moralitas dalam keluarga
Keluarga merupakan salah satu pemicu terjadinya seks di luar nikah yaitu dimana
keadaan ekonomi keluarga yang rendah, keluarga broken home, kurangnya
komunikasi antara anak dan orang tua, tidak adanya pengawasan dari orang tua,
dan kurang adanya perhatian dari orang tua terhadap anaknya sehingga membuat
anak mencari perhatian di luar tanpa diketahui mana yang benar dan mana yang
salah. Herbert Miles (2001) mengatakan bahwa pengetahuan anak tentang seks
berasal dari orang tua dan keluarga. Orang tua juga tidak memberikan pendidikan
seks, serta pengajaran tentang pentingnya Pendidikan moralitas dan agama kepada
anak sejak dini, karna merasa anak sudah cukup mengerti sehingga pada saat
memasuki masa remaja anak memiliki rasa keingintahuan yang tingi terhadap seks
kemudian membuat anak mulai mencoba dan terjadilah perilaku seks itu yang
melanggar moral dan agama . Pada penelitian yang dilakukan oleh Erna (2015)
dalam Nurkamiden (2018) menunjukkan bahwa adanya hubungan yang penting
antara tugas orang tua dan perilaku seksual remaja dimana diperlukan kemampuan
orang tua untuk melakukan pendekatan dengan anak agar dapat membimbingnya
sehingga dapat berperilaku seksual yang baik.
2. Adanya peluang pergaulan yang dimiliki
Pergaulan yang bebas didukung oleh peluang yang ada. Perilaku seksual terjadi
karna anak kurang mendapat perhatian dan control dari orang tua sehingga anak
merasa mempunyai peluang untuk bergaul dan mencari perhatian di lingkungan
luar. Sehingga dapat terpengaruh dengan lingkungan dan teman sebayanya,
diakibatkan teman sebaya dan lingkungan menjadi tempat mencari tau hal tentang
seks yang terkadang membawa pengaruh yang buruk (Azinar, 2013).
3. Banyak waktu luang
Banyaknya waktu luang yang dimilki, tidak dapat dimanfaatkan dengan baik
sehingga menyebabkan seseorang memikirkan hal negative dan berupaya untuk
mencari kesenangan, seperti masturbasi, melamun atau berimajinasi. Banyaknya
waktu luang membuat seseorang tidak dapat mengontrol diri terhadap perilaku
seksualnya, sehingga diperlukan pengalihan seperti kesibukan dengan kegiatan-
kegiatan yang positif untuk dapat mengalihkan seseorang dari dorongan seksual
yang ada dalam dirinya ( Dewi, 2015).
4. Gampang terpengaruh terhadap pergaulan bebas
Dalam hasibuan (2015) mengatakan bahwa seseorang terkadang lebih peka dengan
nilai-nilai baru dan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap pengaruh globalisasi
dan arus informasi serta pergaulan yang bebas. Sehingga dalam pergaulan bebas

6
tersebut, seorang terlalu mudah menerima hal baru tanpa bisa memilah yang baik
dan yang buruk secara benar termasuk seks, sehingga timbul rasa penasaran,
kemudian mulai mencoba tanpa memikirkan akibat dari perbuatan tersebut, salah
satunya yaitu perilaku seks di luar nikah.
5. Rendahnya kepedulian dan kontrol masyarakat
Masyarakat terkadang masa bodoh dengan pergaulan bebas pada masa sekarang,
dan acuh saat melihat orang berpacaran dan berciuman. Menurut (Ghifari, (2003)
dalam (Fitriah, 2017)), dalam Untari (2018), mengatakan bahwa keadaan lingkungan
yang kurang sehat, antara lain adanya kesenjangan kemunikasi dalam lingkungan,
sehingga terkadang masa bodo denga napa yang terjadi dalam lingkungan.
6. Media social
Banyak media yang menyediakan segala yang berkaitan dengan seks (situs-situs
porno) yang mudah diakses, seperti internet, majalah, vcd, atau memlalui
handphone. Seotjiningsih (2006) dalam Dewi (2015) menyatakan bahwa salah satu
faktor terjadinya seks di luar nikah adalah karna terpapar media pornografi.
7. Adanya kemudahan dalam menanggulangi resiko kehamilan
Banyaknya alat kontrasepsi yang mudah diperoleh dan dijual secara umum,
membuat pelaku seks di luar nikah merasa aman. Sehingga pelaku seks di luar nikah
yang sudah hamil lebih memilih melakukan aborsi illegal. Guttmacher Institute
(2008) dalam Fitriani (2022) mengatakan bahwa perempuan yang memilih aborsi
illegal, melakukannya dengan berbagai cara yaitu: aspirasi vakum, dilatasi, kuret,
medikasi oral dan pijatan pengguguran kandungan, akupuntur, jamu dan ramuan
yang dimasukan ke dalam kelamin Wanita.
8. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya seks di luar nikah
Kurangnya pengetahuan dan informasi tentang bahaya seks di luar nikah
merupakan salah satu factor yang mempengaruhi terjadinya seks di luar nikah.
dalam tulisan Sri Raudhati dan Rizka Novianti (2014) mengemukakan bahwa
pengetahuan tentang bahaya seks dapat menunda terjadinya perilaku seks di luar
nikah.
9. Sikap dan busana yang mengundang Hasrat seksualitas
Wanita zaman sekarang lebih menyukai dan mulai mengikuti budaya barat, seperti
pakaian yang minim digunakan. Melihat aurat yang terbuka mengundang pikiran
laki-laki yang ingin melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan. Pergeseran
nilai-nilai dan norma dalam masyarakat membuat gaya hidup mulai mengikuti
budaya luar, sehingga dapat terjerumus dalam pergaulan seks yang dapat
mengakibatkan kehamilan (Aisyaroh, 2009 dalam Dewi, 2015).
10. Tersedia lapangan pekerjaan
Dengan mudah memperoleh pasangan untuk melakukan hubungan seks di tempat-
tempat yang disediakan. Hanya dengan membayar maka dengan mudah
mendapatkan kepuasan seksualitas oleh para Wanita maupun lelaki yang

7
membutuhkan uang. Keadaan tersebut menjadi faktor pemicu terbukanya lapangan
pekerjaan tersebut. Aryani (2010) dalam Dewi (2015) mengatakan bahwa kemiskinan
menjadi pemicu bagi seseorang untuk melakukan seks di luar nikah. Sampai
sekarang lokasi sangan mudah dijangkau oleh siapapun tanpa batas usia asalkan
mempunyai uang.
Dalam tulisan Pelamonia (2010) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan hubungan seks pranikah adalah faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor
ekonomi, faktor budaya, serta faktor kurangnya Pendidikan agama. Sedangkan dalam
tulisan Romauli Hasibuan, dkk (2015) memuat beberapa ahli yang mengemukakan
pendapatnya tentang faktor penyebab seks di luar nikah yaitu:
• Aryani (2010), adanya dorongan biologis, pemberian fasilitas yang berlebihan
(termasuk uang), pudarnya nilai-nilai moral dan etika di masyarakat, serta
kemiskinan yang membuat Wanita melakukan hubungan seks di luar nikah.
• Santrock (2011), faktor terjadinya seks di luar nikah karna dipaksa, merasa sudah
siap, ingin dicintai, takut di ejek karna masih gadis atau perjaka.
• Seotjiningsih (2006), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
hubungan seks di luar nikah adalah hubungan orang tua dan anak yang buruk,
pengaruh teman sebaya, kurangnya pengetahuan tentang agama, pengaruh media
social.
• Hurlock (2007), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi adalah peran orang
tua dalam memberikan Pendidikan agama dan budi pekerti, kasih sayang, sopan
santun, rasa aman, dan membiasakan seseorang selalu menaati peraturan yang ada
dalam masyarakat.

Dampak Seks di Luar Nikah


Dalam tulisan Susi Harningrum & Daru Purnomo (2014), menyatakan bahwa ada
2 dampak yang timbul akibat seks di luar nikah yaitu: 1) menciptakan kenangan buruk.
Apabila seseorang yang terbukti telah melakukan seks di luar nikah maka secara moral
perilaku dihantui rasa bersalah yang berkepanjangan, serta keluarga pun menanggung
malu sehingga beban mental semakin berat. 2) mengakibatkan kehamilan dan aborsi.
Satu kali saja berhubungan seks bisa mengakibatkan kehamilan jika dilakukan pada
subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks bebas dapat menjadi beban mental yang hebat,
sehingga muncullah Tindakan menggugurkan kandungan dan pembunuhan bayi yang
berakibat fatal bagi pelaku yaitu berupa kemandulan bahkan kanker rahim.
Adapun tulisan Pelamonia (2020) yang mengemukakan beberapa dampak dari seks di
luar nikah yaitu:
• Dampak Psikologi
Dampak psikologi yang dapat terjadi adalah perasaan emosi, takut, cemas, depresi.
Seks pra nikah juga dapat menyebabkan rasa insecure dalam diri, rasa penyesalan
yang mendalam, serta kekosongan diri.

8
• Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis yang dapat terjadi antara lain dapat menimbulkan kehamilan
yang tidak diinginkan, sehingga pelaku terkadang mengambil jalan pintas yaitu
aborsi.
• Dampak Sosial
Dampak sosial yang terjadi antara lain dikucilkan, putus sekolah, perubahan tugas
menjadi seorang ibu, dan juga tekanan masyarakat yang mencela dan menolak
pelaku.
• Dampak Fisik
Dampak fisik yang akan timbul adalah penyakit menular seksual (PMS) yang
ditularkan Ketika telah melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan.
• Dampak Kehamilan
Kehamilan menjadi hal yang mungkin meskipun pelaku memakai alat kontrasepsi.
Kemungkinan besar pasangan yang kumpul kebo beresiko perceraian Ketika menika
sehingga mengakibatkan orang tua tunggal jika memiliki anak.
• Dampak Perkawinan
Pasangan yang aktif secara seksual sebelum menikah kerap kali mengalami masalah
pada saat menikah, diakibatkan sering membandingkan kehidupan sebelum
perkawinan dan setelah perkawinan karna kurangnya rasa puas. Hal tersebut
membuat hubungan sering tidak bertahan.
Selain dampak-dampak di atas, dalam Herbert Miles (2001) mengemukakan
beberapa alasan mengapa masyarakat menolak seks di luar nikah. 1) Bahaya kehamilan
di luar nikah, 2) penularan penyakit kelamin, 3) merusak sikap-sikap dan konsep-konsep
pemuda tentang seks, 4) rasa penyesalan yang berlarut-larut merusak minat satu dengan
yang lain, 5) meninggalan rasa ketidakpercayaan, ketakutan serta kecurigaan, 6)
hubungan seks terjadi karna seseorang belum dewasa secara pikiran, 7) seks harusnya
dilakukan setelah menikah, agar pasangan dapat belajar Bersama segala sesuatu tentang
seks, 8) pengendalian seksual sebelum menikah benar-benar bermanfaat karna
menimbulkan rasa percaya pada diri sendiri, pasangan, dan orang lain, dan 9) hubungan
seks sebelum menikah merusak arti penting bulan madu, sehingga menjadi tidak berarti
lagi.

Pandangan Masyarakat Terhadap Seks di Luar Nikah


Perilaku seks di luar nikah selain memiliki dampak yang besar, perilaku tersebut
juga melanggar nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Nilai
merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi menjadi penentu dalam hidup bermasyarakat.
Menurut Fraenkel dalam Soenarjati Moehadjir dan Cholisin (1989:25, dalam Siregar dkk,
(2015)) nilai pada dasarnya disebut sebagai ukuran penuntun dalam menentukan
sesuatu itu baik, indah, berharga atau tidak. Sedangkan norma adalah pedoman atau
tatik tumpu bagi tingka laku dan perbuatan seseorang atau masyarakat yang berasal

9
pada nilai. Lebih lanjut Siregar menjelaskan bahwa nilai dan norma saling berkaitan.
Norma merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun sanksi yang harus diterima apabila malanggar norma. Perilaku seksual di luar
nikah melanggar semua nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Mahmud, dkk
(2015) Adapun bentuk nilai yang ada di masyarakat, yaitu nilai sosial, nilai kebenaran,
nilai keindahan, nilai kebaikan atau nilai moral, dan nilai religious. Selain nilai-nilai
adapun bentuk-bentuk norma dalam masyarakat yakni norma agama, norma kesopanan,
norma kesusilaan dan norma hukum.

Pandangan Agama Terhadap Seks di Luar Nikah


Pandangan Agama terhadap seks di luar nikah dalam Pyper dan Taylor (2011)
mengatakan bahwa hubungan seks sebagai suatu jalan untuk mengenal Allah di dalam
Kristus secara lebih penuh dirancang sebagai jalan untuk menjaga dan memandu
seksualitas. Atau, jika dinyatakan secara negative: semua penyalahgunaan seksualitas
dikarenakan tidak adanya pengenalan akan Kristus dan juga dapat merusak pengenalan
sejati terhadap Kristus. Seseorang yang tidak mengenal Allah pastinya akan selalu
dimangsa oleh hasrat-hasrat seksual, hal ini didukung dengan ayat alkitab dalam Roma
1:28 yang mengatakan : “ Karena mereka tidak merasa perlu untuk memiliki dan
mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran yang terkutuk untuk
melakukan apa yang tidak pantas dan tidak seharusnya dilakukan,” sama halnya dengan
hubungan seks diluar nikah. (David, 2021) Keyakinan bahwa semakin baik mengenal
Allah, maka seksualitas akan semakin suci, memuaskan dan meninggikan Kristus
dengan melakukan hubungan seks jika sudah ada ikatan pernikahan, sebaliknya dengan
cara yang berbeda baik pelaku maupun korban pelanggaran seksual ternoda oleh
kotoran dunia yang sudah jatuh. Karena itu dalam kehidupan seseorang harus
menguatkan diri untuk menolak ajakan atau napsu duniawi yang ada dan terus hidup
sesuai dengan nilai, norma-norma dalam masyarakat, perintah Allah dan pandangan
agama terhadap perilaku tersebut.
Agama Kristen memandang perilaku seks diluar nikah adalah sebuah perbuat keji
dan berdosa yang melanggar perintah Allah dan norma-norma dalam masyarakat ,
seperti dalam Imamat 18:22 Berbunyi “janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara
orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian”. Oleh karna itu dalam
1 Korintus 6: 9b berbunyi “ Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang
berzinah, banci, orang pemburit” Paulus menekankan agar kita menjauhi perbuatan
berzinah dan pencabulan karna itu adalah sebuah kesesatan. Seks yang benar adalah
dilakukan pada saat sudah ada ikatan pernikahan seperti ada tertulis dalam kitab Ibrani
13:4 “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu
mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi
Allah”.

10
Agama Kristen menekankan hidup sesuai perintah Allah, yang dimana Allah
tidak membenarkan adanya perilaku seks diluar nikah. Hidup yang benar adalah hidup
yang sesuai dengan perintah Allah, norma-norma dalam agama, dan juga etika Kristen.
Dalam Brotosudarmo (2007) mengatakan bahwa dalam etika Kristen ditekankan bahwa
sesuatu yang baik adalah sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Maka perilaku
seks diluar nikah yang dilakukan oleh para remaja merupakan suatu hal yang melanggar
etika Kristen dan diperlukan upaya pencegahan baik itu dari keluarga, gereja, maupun
pemerintah. Namun upaya-upaya tersebut tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya kemauan atau niat dari diri sendiri untuk hidup benar sesuai dengan perintah
Allah dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Agar dapat hidup benar sesua
dengan perintah Allah maka diperlukan pengenalan yang dalam akan pribadi Allah.
Dalam Brotosudarmo (2007) mengemukakan bahwa syarat untuk hidup sesuai dengan
perintah Allah dan etika Kristen adalah selalu dekat dengan Tuhan sang pencipta dan
selalu menyerahkan masalah yang dihadapi kepada Tuhan, sehingga perubahan seperti
itu sampai pada pengertian, yaitu masalah telah diambil alih oleh Tuhan sendiri.

KESIMPULAN
Perbuatan seks di luar nikah adalah perbuatan seks yang dilakukan oleh orang-orang
di luar ikatan pernikahan atau bisa dikatakan seks bebas. Perbuatan seks di luar nikah
pada masa sekarang ini termasuk hal yang lazim dilakukan. Orang-orang menganggap
seks adalah hal yang bisa dilakukan tanpa ikatan pernikahan, dalam hal ini mereka
menganggap seks adalah seseuatu yang dilakukan dengan istilah suka sama suka dan
sama-sama ingin tanpa paksaan dari satu pihak. Sehingga pemikiran ini mendukung
orang-orang melakukan seks dengan bebas, dengan siapapun itu bahkan tanpa adanya
ikatan pernikahan hanya untuk menuruti hawa napsu atau keinginan daging mereka
yang tinggi. Seks diluar nikah juga kerap kali dilakukan oleh pelaku, yang tanpa mereka
sadari hal tersebut melanggar norma dalam masyarakat, perintah Allah, dan juga etika
Kristen. Dalam agama Kristen memandang perilaku seks diluar nikah adalah sebuah
perbuat keji dan berdosa yang melanggar perintah Allah dan norma-norma dalam
masyarakat. Oleh karna itu diperlukan upaya pencegahan baik itu dari keluarga, gereja,
maupun pemerintah. Dan juga perlunya dorongan dari dalam diri untuk hidup benar
sesuai dengan perintah Allah.

DAFTAR PUSTAKA
Borrong, R. P. (2006). Etika Seksual Kontemporer. Bandung: Ink Media, 16.
Kali, A. (2013). Diskursus Seksualitas. Yogyakarta: LEDALERO.

11
Miles, H. (2001). Sebelum Menikah, Pahamilah Dulu Seks. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Nainggolan, J. M. (2009). PAK Dalam Masyarakat Majemuk Pedoman Bagi Guru Agama
Kristen Dalam Mengajar. Bandung: Bina Media Informasi.
Mahmud, M., Siregar, H. S., & Khoerudin, K. (2015). Pendidikan lingkungan sosial budaya.
Dewi, Y. I. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Seks Pranikah Pada
Remaja Putri Di SMAN 1 Pagai Utara Selatan Kabupaten Kepulauan
Mentawai. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Keperawatan, 2(1), 708-
718.
Brotosudarmo Drie (2007). Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi. Yokyakarta: Penerbit
Andi
Sosopater Karel (2016). Etika Pribadi. Penerbit PT Suara Harapan Bangsa
Raudhati, S., & Novianti, R. (2014). Pengetahuan Kesehatan reproduksi dengan sikap
remaja tentang seksual pranikah. Lentera: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, 14, 152133.
Titin Indah Pratiwi (2022) Faktor Penyebab Dan Upaya Penanganan Perilaku Seksual
Pranikah Remaja. Jurnal BK UNESA
Nisa, A. H. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pada Remaja
Literature (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS dr. SOEBANDI).
Untari, A. D. (2018). Analisis faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah
pada remaja yang tinggal di wilayah eks lokalisasi berdasarkan teori transcultural
nursing (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Sahertian Marhten (2019). Pendidikan Agama Kristen Dalam Sudut Pandang Jhon
Dewey. Yokyakarta: Teruna Bakti
Pardede Marioga (2021). Pendidikan Agama Kristen Untuk Perguruan Tinggi. Medan:
CV Sentosa Deli Mandiri
Fury Theresa (2017). Perilaku Seks Di Luar Nikah: Studi Kasus Faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku seks di luar nikah mahasiswa UKSW. Universitas Kristen
Satya Wacana: Salatiga
Ishaka Yessi (2015). Respon Gereja Terhadap Fenomena Hubungan Sek Di Luar
Pernikahan. Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga
Ming David (2021). Pandangan Alkitab Terhadap Seks Sebagai Landasan Iman Kristen.
Jurnal Teologi Cultivation
Tampenawas Alfons dan Mangantibe veydy (2020). Tinjauan Etis Kristen Terhadap
Seksualitas Di Kalangan Pemuda Pemudi Gereja. Manado: Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristiani
Makasau Rosmayasinta. Antara Moralitas Seksual dan Tren Pergaulan Bebas. Papua
Selatan: Sekolah Tinggi Katolik St. Yakobus
Azinar, M. (2013). Perilaku seksual pranikah berisiko terhadap kehamilan tidak
diinginkan. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2).
Z. Fitriani. (2022). Aborsi Di Kalangan Remaja Di Luar Nikah. Skripsi: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai