Anda di halaman 1dari 12

Tugas Makalah

Metodelogi Penilitian Agama dan Permasalahannya

Mata Kuliah
Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampun:
FAUZA ANDRIYADI, S.H.I., M.S.I.

Oleh:
KELOMPOK VII

1. SILMI ARIFA :190603007


2. DINDA TIARA NITA :190603012

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
2022 M/ 1443 H
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang

Anggapan bahwa penelitian keagamaan sering kali kurang tepat, sehinggatidak


dapat menerangkan dengan jelas apa sebenarnya makna di balik fakta-fakta
keagamaan tersebut. Maka perlu adanya metodologi penelitian agama. Upaya
membangun suatu metodologi agama yang khas ini dilandasi oleh adanya
pendapat ahli khususnya non-Barat yang menganggap bahwa dalam penelitian

agama sudah waktunya dipikirkan adanya pendekatan yang “bukan Barat”.


Pendapat yang menyatakan bahwa manusia sekarang hidup dalam suatudunia
dunia yang dikosongkan dari dimensi spiritualnya adalah salah. Adabeberapa
pengecualian, dunia modern ini lebih religius.

Agama merupakan objek penelitian keagamaan. Wujud dari objekpenelitian itu


sendiri hakikatnya adalah ide tau pemikiran dan dalil atau wahyu.Untuk
melakukan sebuah penelitian keagamaan ada beberapa aspek yang perludiketahui
yaitu: penelitian dari naskah primer, kitab suci atau wahyu, penelitiankepustakaan,
dan penelitian lapangan. Pada makalah ini kami akan coba menguakproblematika
metodologi penelitian keagamaan dari sumber-sumber atau referensiyang akurat.

Rumusan masalah

A. Ilmu agama dan perkembangan ilmu sosial

B. Problematika dalam metodelogi penelitian agama

C . Orientasi keilmuan islam


BAB II
PEMBAHASAN

A. Ilmu agama dan perkembangan Ilmu sosial

Ilmu merupakan bentuk kata dasar dari bahasa arab yang berarti persepsi atau
pemahaman. Definisi ilmu sendiri banyak beragam pendapat. Diantaranya adalah
Ilmu merupakan sebuah persepsi atas sesuatu yang sesuai dengan fakta kenyataan.
Fakta yang dimaksud adalah kesesuaian persepsi tadi dengan Ilmu Allah atau
dengan yang tertulis di lauh mahfuz, atau sesuai dengan pemahaman logika, baik
yang berdasar lewat pemikiran dan penalaran atau yang tanpa pemikiran sama
sekali sebagaimana ilmu yang diperoleh dari penginderaan panca indera kita.
Persepsi bahwa Allah Esa adalah ilmu. Persepsi tentang rasa panas ketika kulit
terpapar api adalah juga ilmu dan lain sebagainya. Lawan dari Ilmu adalah jahlun
(kebodohan) yaitu persepsi atas sesuatu yang menyalahi fakta kenyataan atau bisa
disebut dengan jahlun murakab (kebodohan bertingkat). Misalnya pemahaman
bahwa alam semesta ini bersifat kekal abadi. Ada juga jahlun basith yaitu ketidak
tahuan akan sesuatu sama sekali.

Ketika sepasang anak manusia melakukan perkawinan, pada diri mereka terjadi
peralihan status, yaitu dari bujangan dan gadis menjadi beristeri dan bersuami.
Secara demografis peralihan ini bermakna perubahan status marital, dari status
tidak kawin menjadi status kawin. Status yang baru itu menjadi titik tolak untuk
memperoleh status lainnya, di antaranya sebagai menantu dari mertua, sebagai
kakak ipar dari adik ipar, dan seterusnya. Semua status itu bersifat statis. Namun,
pada masing-masing status itu menuntut aspek dinamis, yakni “peranan yang
seharusnya” dilakukan (prescriptive role), yakni hak dan kewajiban suami isteri,
hak dan kewajiban sebagai menantu, sebagai ipar, dan seterusnya. Ketika hak dan
kewajiban itu ditunaikan dalam kehidupan keluarga (orientasi dan prokreasi),
yakni dalam wujud interaksi, maka terjadi “peranan yang dilaksanakan”
(descriptive role atau actual role) oleh masing-masing pihak. Oleh karena itu,
keluarga disebut sebagai satuan sosial terkecil, yang di dalamnya, antara lain,
terjadi interaksi antar anggota keluarga.

Ketika dari interaksi suami isteri itu membuahkan kelahiran anak, maka
terjadi tiga perubahan sekaligus. Pertama, perubahan status masing-masing suami
dan isteri dan kedua suami isteri. Suami tetap menjadi suami dari isterinya,
kemudian menjadi bapak dari anaknya, dan bersama isterinya menjadi orang tua
dari anaknya. Sedangkan isteri tetap menjadi isteri dari suaminya, kemudian
menjadi ibu dari anaknya, dan bersama suaminya menjadi orang tua dari anaknya.
Penambahan jumlah status itu berakibat terhadap unsur keluarga lainnya. Mertua
menjadi kakek dan nenek dari cucunya, dan adik ipar menjadi paman dari
keponakannya. Kedua, terjadi perubahan jaringan hubungan keluarga yang lebih
luas dan lebih rumit, baik dalam keluarga orientasi masing-masing suami isteri
maupun dalam keluarga prokreasi mereka. Dalam jaringan itu, terdapat alokasi
otoritas dan alokasi protokoler dalam urusan keluarga dan publik, serta pola
hubungan sosial yang menyertainya, yang mengacu kepada nilai dan norma sosial
dalam satuan sistem sosial atau lingkaran kebudayaan. Ketiga, terjadi perubahan
jumlah manusia, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan
masyarakat, bahkan bagi penghuni muka bumi (dunia, dalam arti ruang dan
waktu). Penambahan jumlah manusia itu, memiliki makna antropologis,
sosiologis, dan demografis. Kalahiran dilengkapi dengan ritus keagamaan, antara
lain akikah (Islam) dan pembaptisan (Kristen). Kelahiran juga berarti penambahan
hak dan kewajiban dalam keluarga. Di samping itu, kelahiran (fertilitas) berarti
penambahan jumlah penduduk dalam suatu kawasan. Ketika jumlah manusia
dihitung secara mutlak, maka dikenal sebagai pertambahan penduduk. Ketika
pertambahan penduduk itu dihitung secara relatif, maka dikenal sebagai
pertumbuhan penduduk (population growth). Kini, pertambahan dan pertumbuhan
penduduk itu menjadi salah satu gejala kehidupan manusia di muka bumi yang
dipelajari secara khusus, yakni studi kependudukan, dengan mengerahkan
berbagai disiplin ilmu (alamiah, sosial, dan humaniora).

Apa yang dikemukakan di atas, merupakan hal yang biasa dialami oleh semua
manusia secara universal, di mana pun dan kapan pun, selama kehidupan umat
manusia berlangsung. Hal itu dapat dipandang sebagai cikal bakal pengkajian
perubahan sosial (social change). Atas perihal itu, muncul satu pertanyaan: apa
hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan agama? Manakala agama
dipandang sebagai seperangkat nilai dan norma kehidupan manusia yang
bersumber dari keyakinan, maka hubungan antara keduanya sangat erat.
Keabsahan perkawinan, khususnya di Indonesia, didasarkan kepada hukum agama
yang dipeluk oleh warga negara. Hak dan kewajiban suami isteri dan hak antara
orang tua dan anak didasarkan kepada hukum agama yang telah memperoleh
legalisasi produk kekuasaan negara. Demikian pula, proses peralihan (inisiasi)
yang menjadi peristiwa terpenting dalam kehidupan manusia, yaitu kelahiran,
perkawinan, dan kematian memperoleh transendensi agama yang dipeluk oleh
anggota keluarga.

Boleh jadi jumlah anak yang diinginkan oleh orang tua didasarkan kepada
nilai-nilai dan norma sosial yang dianut oleh mereka. Berkenaan dengan hal itu,
dalam pengkajian kependudukan, terutama keluarga berencana, agama yang
dipeluk oleh satuan masyarakat dipandang berpengaruh terhadap fertilitas,
meskipun melalui beberapa variabel antara (intermediate variables), yakni faktor-
faktor hubungan kelamin (intercourse variables), faktor-faktor kehamilan
(conception variables), dan faktor-faktor kelahiran dengan selamat (gestation
variables). Berkenaan dengan fertilitas ini, terutama penggunaan alat kontrasepsi,
khususnya intra uterine devices (IUD), dalam pelaksanaan program keluarga
berencana di Indonesia, telah dikeluarkan fatwa MUI tentang penggunaan alat
tersebut, sebagai pembatalan terhadap fatwa 11 orang ulama yang dikeluarkan
sebelumnya
Uraian ringkas di atas menunjukkan tentang suatu hubungan timbalbalik
antara agama dengan pertumbuhan penduduk, sebagai salah satu dimensi
perubahan sosial. Hubungan itu, secara umum, mencakup tiga unsur, yakni unsur
norma sosial yang bersumber dari ajaran agama yang dijadikan dasar keabsahan
perkawinan dan norma interaksi suami isteri; unsur perilaku manusia, yakni
interaksi suami isteri dan antar ulama dalam proses perumusan fatwa MUI; dan
unsur biologis, yakni proses reproduksi yang berawal dari hubungan kelamin
suami isteri. Unsur norma sosial secara umum berpengaruh terhadap unsur
perilaku manusia dan unsur biologis secara khusus. Unsur perilaku manusia
secara umum berpengaruh terhadap unsur norma sosial dan unsur biologis secara
khusus. Demikian pula, unsur biologis secara umum berpengaruh terhadap unsur
norma sosial dan unsur perilaku manusia secara khusus.

sementara itu, konsep perubahan sosial dapat diartikan lebih sempit terutama
ketika akan dilakukan penelitian. Perubahan sosial dapat didefinisikan secara
spesifik, dengan menggunakan tolok ukur tertentu Ia dapat berarti kemajuan,
kemunduran, pertumbuhan, perkembangan, modernisasi, reformasi, revolusi,
evolusi, transformasi, adaptasi, modifikasi, dan sebagainya. Kemajuan (progress)
atau kemunduran (regress), merupakan perubahan sosial (terutama kultural) yang
didasarkan kepada tolok ukur nilai tertentu. Ada unsur penilaian terhadap
perubahan sosial, baik pada periode tertentu maupun secara kumulatif. Oleh
karena itu, untuk melakukan penilaian dibutuhkan kriteria dan indikator tertentu.

Perkembangan merupakan suatu perubahan sosial (struktural dan kultural),


yang dinyatakan secara kualitatif. Dalam bidang ekonomi dikenal pula konsep
perkembangan sebagaimana digunakan oleh Widjaya (1982), Pudjiwati Sajogyo
(1983), Boserup (1984), Suwarsono dan Alvin Y. So (1991). Boserup (1984)
mendiskusikan tentang peranan wanita dalam perkembangan ekonomi di 42
negara, yang dibagi menjadi empat kawasan: Afrika di Selatan Gurun Sahara,
Daerah Pengaruh Arab, Asia Selatan dan Tenggara, dan Amerika Latin. Meskipun
dalam penelitian itu tidak secara khusus dihubungkan dengan afiliasi agama,
namun dalam beberapa hal keempat “pola pekerjaan” itu berhubungan dengan
agama yang dipeluk oleh masyarakat dalam kawasan masing-masing, terutama
agama Islam dan agama Hindu.

B. Problematika dalam metodelogi penelitian agama

1.Pengertian Penelitian

Penelitian berasal dari kata teliti, dalam Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S.
Poerwadarminta berarti cermat atau seksama. Penelitian sama artinya dengan
penyelidikan atau pemeriksaan yang dilakukan secara teliti. Dalam ilmu
pengetahuan penelitian bisa kita artikan sebagai upaya menemukan jawaban yang
bisa dipertanggungjawabkan atas sejumlah masalah berdasarkan data-data yang
terkumpul melalui prosedur-prosedur ilmiah; sistematis, terkontrol, bersifat
empiris dan kritis.
Penelitian (Research) adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari
suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitian juga
berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah
pengetahuan. Pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-
kajian sehingga terdapat penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi
pengetahuan-pengetahuan masa lalu melalui penemuan-penemuan baru.

2. Pengertian Agama
Definisi agama yang diberikan oleh para ilmuwan berbeda-beda. Ini mungkin
karena adanya pengaruh dari agama yang dianut oleh para ilmuwan tersebut.
Setidaknya kita akan kemukakan beberapa definisi agama menurut ilmuwan-
ilmuwan berikut:
· Kepercayaan terhadap kekuatan gaib. (E.B. Taylor)
· Perasaan dan pengamalan seseorang yang menganggap bahwa mereka
behubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai tuhan. (James)
· Suatu ketundukan kepada kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia yang
dipercaya mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia.
(J.G. Frazer)
· Ikatan yang harus dipatuhi manusia yang berasal dari kekuatan yang lebih tinggi
dari manusia. (Harun Nasution)
· Suatu peraturan tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang berakal untuk
memegang peraturan tuhan itu atas pilihannya sendiri untuk mencapai kebaikan
hidup dan kebahagiaan kelak di akhirat. (Taib Tahir abdul mu’in)

3. Penelitian Agama
Dari definisi-definisi di atas dapat kita ambil beberapa aspek pokok yang
terkandung dalam agama. Pertama, sistem credo (keimanan) terhadapap kekuatan
gaib di luar kemampuan manusia, kedua, sistem ritus (peribadatan) terhadap apa
yang dianggapnya tuhan, ketiga, sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan
antar manusia dan alam.
Melihat dari asal usulnya, menurut klasifikasi Hegel, filosof Jerman, agama dapt
kita bagi 3, yaitu:

1. Agama individual, yaitu agama yang timbul karena dorongan hati manusia
yang dihasilkan oleh pemikiran seseorang sebagai realisasi dorongan hati
nurani.

2 Agama alamiah, yaitu agama yang timbul dari perasaan takut terhadap
kekuasaan alam yang kadang-kadang membahayakan keselamatan manusia.
.
3 Agama absolut, yaitu agama yang mempunyai doktrin ajaran yang tidak dapat
diganggu/diubah oleh manusia karena dia turun dari tuhan dalam bentuk wahyu.

4. Pengertian Desain Penelitian


Ada banyak defenisi mengenai desain penelitian, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat
sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
dalam penelitian.
Desain penelitian adalah cetak biru ( blue print ) terhadap pengumpulan,
pengukuran dan penganalisisan data
.Desain penelitian adalah kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna
mengumpulkanm mengukur dan melakukan analisis data sehingga dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

5. Langkah-langkah atau Desain Penelitian Agama Islam


Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

1 Desain dalam merencanakan penelitian


Desain dalam perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian,
sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesa maupun
dalam membuat kesimpulan. Desain rencana penelitian yang baik akan dapat
menterjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian secara
praktis

2. Desain pelaksanaan penelitian


Meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih
pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat-alat
untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding, editing dan memproses
data yang dikumpulkan, termasuk juga proses analisa data serta membuat laporan.

3 Desain Sampel
Desain sampel yang akan digunakan dalam operasional penelitian amat
tergantung dari pandangan efisiensi, yaitu :
a. Mendefinisikan populasi
b. Menentukan besarnya sampel
c. Menentukan sampel yang representati

4 Desain Alat ( Instrumen )


Yang dimaksud dengan alam disini adalah alat untuk mengumpulkan data.
Desain terhadap alat untuk mengumpulkan data sangat menentukan dalam
pengujian hipotesa. Alat yang digunakan dapat sangat berstruktur (check list dari
kuesioner), kurang berstruktur (interview guide), ataupun suatu outline biasa di
dalam mencatat pengamatan langsung.

5 Desain Analisa
Dalam desain analisa, maka diperlukan alat-alat yang digunakan untuk
membantu analisa. Penggunaan statistik yang tepat yang sesuai dengan keperluan
analisa harus dipilih sebaik-baiknya.
C. Orientasi keilmuan islam
Adalah yang menjadi ciri khas dari Islam adalah sikap adaptif dan toleran
terhadap adanyanya perkembangan-perkembangan sosial budaya manusia. Sikap
ini telah mengukuhkan Islam menjadi agama yang siap untuk menghadapi seluruh
perubahan waktu yang diiringi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi
dan
informasi. Karena itu ada semacam keyakinan dari seluruh mereka yang memeluk
agama Islam bahwa agama ini adalah agama yang al-Islam shalih li kuli zaman wa
makan (Agama yang sesuai di setiap waktu dan di setiap tempat).
Namun sikap adaptif dan toleran yang sering disebutkan dengan univarsalisme
Islam itu sering sekali menjadi pertanyaan yang mendasar bagi Islam itu sendiri
dan lebih khusus kepada Pendidikan Agama Islam, yaitu pertanyaan tentang
benarkah Islam memiliki konsep tersendiri tentang Pendidikan Agama Islam itu
sendiri. Dan pertanyaan ini pernah dilontarkan oleh Syed Hossen Naser yang
beranggapan bahwa Islam hanya mengadaptasi bahkan mengadopsi sistem dan
lembaga pendidikan yang berasal dari lingkungan sosial budaya dan masyarakat
yang dijumpainya Pernyataan ini jika dipahami secara literal, maka akan
membenarkan suatu anggapan bahwa memang pendidikan agama Islam adalah
pendidikan yang tidak memiliki orientasi yang jelas, karena sifatnya yang elastis
dan multi tafsir. Namun jika dipahami secara universal, maka sesungguhnya
orientasi pokok dari pendidikan Islam adalah universalisme itu sendiri. Adanya
sikap adaptif dan akomodatif itu sendiri menegaskan relevansi dan sekaligus
signifikansi nilai-nilai Islam terhadap perkembangan.

Di dalam sejarah perkembangan pendidikan Islam, Islam telah memaikan


perannya tidak hanya pada aspek ritual keagamaan, tetapi di bidang-bidang lain
keadaannya tumbuh seiring dengan pertumbuhan pemeluk Islam itu sendiri. Pada
masa-masa awal tidak terdapat penolakan dari pihak manapun tentang perlunya
ilmu pengetahuan bagi pemeluk Islam. Dan pemahaman ini kemudian
berkembang dengan pesat pada dinasti-dinasi Islam ditandai dengan lahirnya
institusi-institusi Pendidikan Islam, seperti observatorium, maktab-maktab, dan
kuttab-kuttab yang menandai kejayaan Islam.

Secara operasional pendidikan Islam diorientasikan kepada dua hal sekaligus :


1. Mendidik manusia untuk menjadi hamba Allah yang tugasnya mengabdi
kepada Allah ( ‘abd Allah) dan menghadirkan dirinya sendiri sebagai manusia di
muka bumi (khalfah fi- alrd).
Orientasi pendidikan Islam yang pertama ini jika mengacu kepada
UndangUndang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya
potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada
Tuhan Yana Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warta negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam
konteks ini Pendidikan agama Islam karena itu diorentasikan pada pembentukan
manusia atau pemimpin bagi orang-orang yang beriman dan bertakqwa (imam li
al-muttaqin)
2. Mendidik manusia dalam rangka menumbehkembangkan kelengkapan dasar
dan potensi fitrah anak didik secara optimal untuk menuju kedewasaan intelektual
(intelectual ability) dan kematangan emosional (emotional maturity). Dalam
orientasi ini akan menyarankan desain operasional yang proposionl dan
proporsional. Dalam arti konsepsi ideal Pendidikan Agama Islam harus bisa
dilaksanakan dalam kerangka manajemen profesioanl mulai dari perencanaan,
strategi, metode, dan evaluasinya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Agama adalah kepercayaan-kepercayaan yang dianut para


penganutnya.Sedangkan penelitian agama adalah mencari, menelaah, meneliti
sertamenemukan jawaban atas permasalahan dan pertanyaan seputar keyakinan
manusia kepada sebuah kekuatan di atas kekuatan manusia yang mana
kekuatantersebut diekspresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian serta
sesuatuyang dianggap sakral dan suci.Untuk “penelitian keagamaan” yang
sasarannya adalah agama sebagai gejala sosial, tidak perlulah membuat
metodologi penelitian tersendiri

Pendidikan Islam memiliki dua orientasi pokok, yaitu pertama mengabdi


kepada Allah selaku khaliq dan memahami dirinya sebagai khalifah dimuka bumi.
Orientasi ini berguna untuk mendesain keyakinan anak didik agar tetap terbingkai
dalam nilai-nilai dan moralitas Islam. Kedua, mendidik dengan memahami adanya
fitrah anak didik, pada batas ini maka tidak hanya materi pendidikan Islam saja
yang urgen tetapi metode dan proses pembelajaran pun menjadi penting.

Saran

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik
dari isi dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila
pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta
saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki
penulisan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31873555/
METODOLOGI_PENELITIAN_KEAGAMAAN

https://uinsgd.ac.id/seputar-penelitian-agama-dan-perubahan-sosial/

http://methiafarina.blogspot.com/2012/06/problematika-metodologi-islam-
atau_07.html?m=1

http://elibrary.bpsdm.jabarprov.go.id/index.php?p=show_detail&id=62

273903-menilik-dasar-dan-orientasi-pendidikan-a-d3784082%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai