Anda di halaman 1dari 8

CRITICAL REVIEW JURNAL

Legal, Social, And Ethical Issues In Euthanasia

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Paliatif

Oleh :

CIPTO
NIM. P 1337420921049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Critical Review Jurnal
Reviewer : Cipto

JUDUL PENELITIAN
Legal, Social, and Ethical Issues in Euthanasia
Review Judul : judul sangat singkat dan jelas yaitu mengulas tentang aspek legal, social dan etika
pada euthanasia

Penulis : Chris O. Abakare


Jurnal : Jurnal Predestination: Jurnal of Society and Culture, Vol. 1 No. 2,
Tanggal Publikasi : Maret 2021

ABSTRAK
Di era sekarang, terjadi perubahan besar dalam kepercayaan dan praktik yang berkaitan
dengan awal kehidupan. Keluarga berencana dan pengendalian kelahiran bukannya dikutuk
sekarang diterima sebagai tugas dan tanggung jawab. Sekarang aborsi dilegalkan dalam
keadaan tertentu, jika aborsi bisa dilegalkan dalam keadaan tertentu, lalu mengapa tidak
ada hukum euthanasia bagi orang yang tidak memiliki harapan hidup? Semua manusia
memiliki hak dasar untuk hidup. Namun, selalu ada dilema yang terlibat dalam
membiarkan orang yang menderita mati dan membunuh pasien yang tidak bersalah dengan
dalih yang salah. Dapat dikatakan bahwa isu-isu yang terlibat dalam euthanasia memiliki
implikasi yang signifikan bagi individu dalam masyarakat dan pembuat kebijakan. Banyak
orang berdoa agar mereka tidak kehilangan kegunaannya dan menjadi beban bagi kerabat
mereka berikutnya, memaksa mereka untuk menghabiskan sejumlah besar uang hanya
untuk menunda tak terelakkan. Eutanasia adalah topik yang kontroversial dan orang-orang
menjadi semakin sadar akan isu-isu yang terkait dengannya. Bukti ini adalah pertanyaan
dan argumen yang diatur dalam volume yang meningkat dari konferensi seminar publikasi,
keputusan pengadilan dan proposal legislatif. Karya ini mencoba untuk merangsang diskusi
dan tindakan yang tepat dalam menangani masalah saat ini. Karya ini berkonsentrasi pada
implikasi yang terlibat dalam hak asasi manusia untuk hidup khususnya di bidang
kedokteran dan juga bertujuan untuk memaparkan isu-isu euthanasia dari perspektif hukum,
sosial dan etika.
Kata kunci: eutanasia; Masalah Etika; Perspektif Hukum.
Review Abstrak :
Sistimatika : Jurnal ini di awali oleh abstrak sebagaimana jurnal pada umumnya dan dilengkapi
dengan kata kunci. Namun sistematika abstrak pada jurnal hanya memaparkan tentang latar
belakang penelitian sampai dengan tujuan saja dan tidak memuat metode dan desain penelitian
yang dilakukan, serta hasil dan simpulan dari hasil penelitian.

LATAR BELAKANG
Dalam situasi normal, pasien sering dirawat dalam keadaan normal, namun, dalam
kasus penyakit terminal yang parah atau stadium akhir, ia dapat dipertahankan selamanya
dalam kondisi menyakitkan yang ada atau dibiarkan mati. Dilema yang terlibat dalam
fluktuasi antara dua alternatif ini sering menjadi topik penting dan diperdebatkan di semua
zaman dan zaman yang akan datang. Dalam situasi ini, pertanyaan dapat diajukan dari
perspektif etika, sosial, hukum dan medis yang perlu ditangani dengan cara yang altruistik
dan bijaksana. Jika kita akan mengakhiri hidup pasien yang tidak bersalah yang berada
dalam kondisi yang menyakitkan tetapi lebih memilih untuk hidup maka muncul pertanyaan
etis; bagaimana kita bisa mengambil nyawa orang lain? Ini bertentangan dengan etika
kedokteran. Dan pertanyaan lainnya adalah, apakah etis untuk membiarkan dia tetap hidup
hanya karena kita secara moral tidak bisa membiarkan dia mati? Bisakah keluarganya
bersikeras untuk menjaga pasien tetap hidup atau hidupnya tidak dilanjutkan? Apa hak
hukum pasien dan keluarganya? Apa tanggung jawab dokter dalam memberikan perawatan
medis? Apakah legal untuk menghentikan perawatan? Dapatkah pasien sendiri
mempengaruhi keputusan yang diambil mengenai perawatan medisnya di masa depan?
Dalam karya ini, upaya telah dilakukan untuk menganalisis isu-isu yang dapat diperdebatkan
yang membentuk landasan dari karya ini. Lebih sering penekanan ditempatkan pada profesi
medis setiap kali pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan individu dan isu-isu terkait.
Kesulitan muncul dalam kasus pasien yang sakit parah di mana perdebatan etis tentang nilai
hidup adalah yang paling penting. Namun, perdebatan etis ini harus dilihat bersamaan
dengan pemeriksaan hukum euthanasia.

Review latar belakang :

Latar belakang jurnal ini menjelaskan tentang fenomena euthanasia yang terjadi saat ini. Penulis
tidak membuat asumsi tentang fenomena tersebut, namun penulis lebih menekankan dasar
pemikiran menggunakan kalimat-kalimat pertanyaan yang mengulas sebab-akibat penelitian ini
dilakukan. Bahasa yang digunakan cukup baik dan mampu menarik pembaca untuk mengetahui
lebih dalam substansi dalam jurnal ini.
 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan isu-isu euthanasia dari perspektif hukum,
sosial dan etika.
Review Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian tersebut dijelaskan secara umum dan
mudah dipahami oleh pembaca.
 Manfaat penelitian,
Jurnal ini tidak menyebutkan manfaat penelitian secara tersendiri.
 Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup aspek hukum, social dan etika terkait isu-isu
euthanasia.

TINJAUAN PUSTAKA
 Referensi—paraphrase
Referensi atau tinjauan pustaka dalam jurnal ini tidak terjabarkan secara khusus dalam judul
sub bab, namun dijabarkan dalam pembahasan sub bab isi jurnal. Paraphrase yang
digunakan penulis cukup baik dalam menjelaskan konteks euthanasia dari berbagai sumber
perundang-undangan atau kebijakan terkait.
 Penelitian Terkait dengan Variable
Penelitian ini tidak menyebutkan tentang penelitian terkait yang memiliki variable yang
berhubungan dengan variable penelitian ini.

METODA PENELITIAN
 Design
Jurnal ini tidak menyebutkan desain penelitian yang digunakan.
Review desain penelitian : mengikuti langkah-langkah metode ilmiah, sehingga reviewer
harus mencari makna dan substansi jurnal untuk menganalisis metode penelitian yang
digunakan.
 Sample
Penulis tidak menyebutkan secara jelas sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Reviwe sampel : berdasarkan kajian reviewer, penulis menggunakan pendekatan sampel
dari kajian literature kebijakan eutahanasia di berbagai Negara.
 Analisa
Jurnal ini tidak menyebutkan teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitiannya.
Review analisa data : Reviewer berasumsi bahwa analisa data pada penelitian ini
menekankan pada sintesa data euthanasia di berbagai Negara dengan perangkat pengukuran
tidak terstandar atau bersifat subyektif. Data-data berorientasi pada penemuan suatu
fenomena euthanasia yang dijabarkan secara naratif menggunakan kata-kata yang
menggambarkan kompleksitasnya.

HASIL PENELITIAN
Hasil kajian euthanasia dari perspektif hukum ; euthanasia dilegalkan oleh berbagai Negara seperti
Belgia, Luksemburg, Belanda, Oregon, Montana dan Washington. Bahkan di Swiss mempraktekkan
euthanasia aktif diterima dan dilegalkan sebagaimana dokter dapat memberikan suntikan
mematikan kepada pasien berdasarkan persetujuannya sehingga tidak ada kesalahan tindak pidana
dari pihak dokter. Sedangkan di Inggris tidak melegalkan euthanasia meskipun ada kasus yang
menyebutkan warna Negara Inggris melakukan euthanasia di Swiss. Upaya melegalkan euthanasia
memiliki sisi positif dan negatif. Beberapa kelompok menolak dan beberapa kelompok lain
menerima legalisasi. Sebagian besar dari kelompok agama menolak penerapan euthanasia dan
sebagian dokter juga menolaknya. Penerimaan atau penolakan terutama tergantung pada budaya dan
norma-norma moral negara itu.

Review hasil penelitian : Hasil penelitian berupa kajian kebijakan euthanasia di berbagai Negara
sangat terbatas. Penulis hanya menjelaskan legalitas euthanasia di Negara pioneer euthanasia. Tidak
banyak perspetif euthanasia di berbagai Negara yang dijelaskan dalam aspek legal di jurnal ini,
yaitu hanya menjelaskan konsep euthanasia yang diadopsi dan berlaku di Belanda.

PEMBAHASAN
 Analisa Pro dan Kontra
Argumen untuk legalisasi euthanasia : Eutanasia membantu untuk hidup dengan martabat
minimum serta menghormati hak-hak pasien. Ini dapat dianggap sebagai hak untuk
menentukan nasib sendiri atau hak untuk privasi pasien atau individu. Hak individu adalah "hak
untuk menentukan waktu dan cara kematian seseorang, 'hak untuk mati, kebebasan untuk
memilih cara mati', dan kebebasan untuk membentuk kematian" (Glenn 2003, hal. 173). Jika
dokter, bahkan setelah memberikan pengobatan terbaik, tidak dapat membawa pasien kembali
ke kehidupan aslinya, lalu apa perlunya penderitaan? Jika ada kesempatan untuk menjalani
kehidupan normal, penderitaan tidak terlalu menjadi masalah bagi pasien. Jika dia akan
meninggal dalam waktu satu bulan, maka kematian dini menyiratkan pembebasan awal dari
penderitaan. Poin kedua adalah, pasien akan mengambil pilihan eutanasia secara sukarela
karena itu adalah nyawanya sendiri. Jadi mereka harus mengambil keputusan. Pasien memiliki
hak untuk memilih apakah akan hidup atau mati. Jika pasien mengambil keputusan, itu akan
menjadi pilihan otonom dan martabat individu mereka. Otonomi dan martabat pasien akan
menjadi pilihan hidup mereka secara sukarela. Poin ketiga adalah bahwa tidak hanya satu
dokter tetapi setidaknya tiga dokter harus menyatakan bahwa pasien tidak memiliki ruang
lingkup pemulihan dari posisi saat ini. Jika dilakukan oleh dokter yang menyatakan bahwa
pasien tidak dapat kembali ke kehidupan normalnya maka layak untuk diterapkan euthanasia.
Kondisi keempat; dalam kebanyakan kasus euthanasia diterapkan tanpa persetujuan pasien.
Tujuan kerabat mungkin berbeda. Kerabat akan khawatir tentang biaya pengobatan jika pasien
di usia tua. Dalam situasi ini, kerabat berpikir bahwa dia hidup cukup dan waktunya hampir
berakhir. Uang yang dihabiskan untuknya tidak akan ada gunanya, jadi mereka
merekomendasikan untuk menerapkan euthanasia.

Argumen melawan legalisasi : jika euthanasia dilegalkan, itu akan mempengaruhi profesi
medis. Jika euthanasia dilakukan, maka orang tidak akan mempercayai dokter. Apapun
pengobatan yang diberikan kepada pasien, mereka tidak akan percaya pada dokter. Dengan kata
lain, dokter memberikan perawatan yang lebih baik kepada pasiennya bersama dengan
perawatan, daripada membunuh pasien. Saat ini institusi kesehatan dan rumah sakit hanya
bekerja untuk menyelamatkan nyawa masyarakat. Setelah euthanasia disahkan, mereka akan
menjadi pusat pembunuhan, dan profesi medis akan mulai melakukan malpraktik. Tugas
profesi medis dan pusat kesehatan adalah menyelamatkan nyawa. Jika euthanasia dilegalkan
secara bertahap mereka akan melupakan tugas mereka menyelamatkan nyawa. Eutanasia belum
dilegalkan di Nigeria karena umumnya kami mementingkan keluarga kami dan kami terikat
secara emosional satu sama lain. Alasan utama menentang legalisasi adalah bahwa "di Nigeria
di mana emosi dan budaya memainkan peran utama dan kami memiliki nilai-nilai sosial yang
kuat" (Ogar & Ogar 2018, hlm. 38). Setelah euthanasia disahkan, itu akan mengarah pada
praktik yang salah. Karena ini banyak orang yang tidak bersalah bisa mati.

Review Analisa pro dan Kontra : Jurnal ini menjelaskan analisa pro atau legalisasi euthanasia
dan kontra atau melawan legalisasi secara terpisah dan dianalisis secara jelas berorientasi
terhadap evidence based yang terjadi di suatu Negara tersebut. Sehingga hasil dari penelitian ini
mampu menjawab tujuan penelitian.

SIMPULAN & SARAN


Poin yang disampaikan dari karya ini adalah bahwa setelah menganalisis pro dan kontra
euthanasia dari perspektif hukum, sosial dan etika, jelas bahwa sangat sulit untuk menggeneralisasi
apakah euthanasia itu benar dan salah. Selalu ada dilema etika yang terlibat dalam memutuskan
apakah itu baik atau buruk, menemukan solusi umum atau absolut adalah ide yang tidak masuk akal
pekerjaan ini. Namun, bukan berarti tidak dalam posisi untuk menganalisisnya, menyeimbangkan
dengan manfaat dan kerugian euthanasia, bagi saya tampaknya euthanasia harus dilihat dengan
kacamata tiga enam puluh derajat. Pengalaman hidup pasien beserta lingkungan di mana ia berada
harus menjadi tolok ukur dalam memutuskan baik buruknya euthanasia. Di atas segalanya, menurut
situasi dan konteks di mana masalah itu muncul harus dilihat dari sudut yang berbeda sebelum
mengambil keputusan apa pun, dalam konteks ini harus dilihat dari alasan medis, hukum, sosial dan
etika sebelum mengambil keputusan. Solusi seperti itu akan rasional sekaligus etis dan juga solutif.

Review Simpulan dan Saran : Penulis menjabarkan simpulan dan saran dengan jelas sehingga
hasil penelitian ini mudah dipahami.

REFERENSI
1. Allam, O. S. (2018). Unmasking ―Alekwu‖ Religious Experience among the Idoma People
Group of Nigeria. GNOSI: An Interdisciplinary Journal of Human Theory and Praxis, 1(2),
118-130.
2. Askitopoulou, H., & Vgontzas, A. N. (2018). The relevance of the Hippocratic Oath to the
ethical and moral values of contemporary medicine. Part II: interpretation of the
Hippocratic Oath—today’s perspective. In European Spine Journal (Vol. 27, Issue 7,
pp. 1491–1500). https://doi.org/10.1007/s00586-018-5615-z
3. Byars, S. M., & Stanberry, K. (2019). Business ethics. Houston, TX: OpenStax College,
Rice University.
4. Callahan, D., & White, M. (1996). The legalization of physician-assisted suicide: creating a
regulatory Potemkin village. U. Rich. L. Rev., 30, 1.
5. Esikot, I. F., Bessong, P. K., & Ette, E. E. (2019). An Examination of Spinoza’s Moral
Philosophy. GNOSI: An Interdisciplinary Journal of Human Theory and Praxis, 2(1),
10-19.
6. Glenn, R. A. (2003). The right to privacy: Rights and liberties under the law. Abc-Clio.
7. Grisez, G. G., & Boyle, J. (1979). Life and death with liberty and justice (pp. 59-85). Notre
Dame: University of Notre Dame Press.
8. Hockey, L. (1987). The End of Life: Euthanasia and Morality. Journal of Medical
Ethics, 13(1), 50.John Keown, J. (2018). Euthanasia, ethics and public policy: an
argument against legalisation. Cambridge University Press.
9. Hurst, S. A., & Mauron, A. (2003). Assisted suicide and euthanasia in Switzerland. BMJ,
327(7405), 52–53. https://doi.org/10.1136/bmj.327.7405.52-c
10. Lorenzl, S., Butzhammer, L., & Nübling, G. (2017). Assisted Suicide of patients with
parkinsonian syndromes in Switzerland – the need of early and continuous integration
of palliative care and dignitiy therapy. Movement Disorders, 32(suppl 2).
Nwoye, L. (2018). A Critique of Hume’s Ethical Empiricism: Towards Addressing Ethical
Dilemmas in Making Moral Choices. GNOSI: An Interdisciplinary Journal of Human
Theory and Praxis, 1(2), 9-14.
11. Ogar, T. E., & Ogar, J. N. (2018). Globalization in Africa and Beyond: The Quest for Global
Ethics. GNOSI: An Interdisciplinary Journal of Human Theory and Praxis, 1(2), 38-47.
Paterson, C. (2008). Assisted suicide and euthanasia: a natural law ethics approach.
Ashgate. Publishing, Ltd.
12. Pojman, L. P. (2000). Life and death: a reader in moral problems. Wadsworth Publishing.
Rachels, J. (1986). The end of life: euthanasia and morality. New York: Oxford University
Press.
13. Tarabeih, M., Bokek-Cohen, Y., Abu Rakia, R., Nir, T., Coolidge, N. E., & Azuri, P.
(2020). Religious observance and perceptions of end-of-life care. Nursing Inquiry, 27(3).
https://doi.org/10.1111/nin.12347
14. Umasekar, S. (2010, February 14). The Fight for Dignity in Death. The Hindu Daily News
Paper, pp. 1-19.
15. Young, R. (2007). Medically assisted death. Cambridge University Press..
Young, R., Van Beinum, M., Sweeting, H., & West, P. (2007). Young people who self
harm. The British Journal of Psychiatry, 191(1), 44-49.

Review referensi : referensi yang digunakan oleh penulis bersumber dari peraturan perundang-
undangan dari berbagai Negara yang diteliti, kebijakan atau deklarasi dari suatu persatuan serta
jurnal penelitian sebelumnya. Penulisan referensi menggunakan APA style dan tampak rapi.

Anda mungkin juga menyukai