Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Dumai

adalah instansi pemerintah yang dibentuk berdasarkan amanat Undang-

Undang Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. BPBD

Kota Dumai adalah perpanjangan tangan pemerintah dalam

penanggulangan bencana yang terjadi di Kota Dumai termasuk kebakaran

hutan dan lahan. Sebagai sebuah organisasi, BPBD Kota Dumai memiliki

tugas dan fungsi dalam penanggulangan kebakaran hutan yang terjadi di

Kota Dumai, tugas dan fungsi yang diamanatkan tersebut bertujuan untuk

memperkecil resiko terjadinya kebakaran hutan yang telah digolongkan

sebagai bencana nasional di Provinsi Riau termasuk Kota Dumai.

4.4.1. Struktur Organisasi

Susunan organisasi Badan Penanggulan Bencana Daerah sesuai

dengan Peraturan Walikota Dumai Nomor 71 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Dumai ialah sebagai

Berikut :

a. Kepala;

b. Unsur Pengarah; dan

c. Unsur Pelaksana.

Adapun unsur pelaksanan sebagai yang dimaksud diatas terdiri dari :


a. Kepala Pelaksana;

b. Sekretariat Unsur Pelaksana;

c. Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan;

d. Seksi Kedaduratan dan Logistik;

e. Seksi Rehabilitas dan Rekontruksi; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

4.4.2. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi

Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai tugas

membantu Walikota dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah dibiddang penanggulangan bencana di daerah. Untuk

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Badan

penanggulangan Bencana Daerah menyelenggarang fungsi sebagai

berikut :

1. penetapan pedoman dan pengarahan terhadap usaha

penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan

bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi

secara adil dan setara;


2. penetapkan standarisasi serta penyelenggaran dan

penanggulangan bencana sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

3. penyusunan, penetapan dan penginformasian peta rawan

bencana;

4. penyusunan dan penetapan prosedur tetap penanganan

bencana;

5. pelaporan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada

Walikota setiap 1 (satu) bulan sekali dalam kondisi normal dan

setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

6. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;

7. pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang diterima dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan

8. penyiapan fungsi lain yang diberikan Walikota sesuai dengan

lingkup fungsinya

a. Unsur Pelaksana

Unsur pelaksanana mempunyai tugas melaksanakan

penanggulangan bencana secara terintegritas meliputi pra bencara,

saat tanggap darurat, dan pasca bencana. Unsur pelaksana

mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. pengoordinasian Unsur Pelaksana melalui koordinasi dengan

perangkat daerah lainnya;


2. pengoordinasian dengan instasi, lembaga usaha dan/atau pihak

lain yang diperlukan pada tahap pra bencana dan pasca

bencana;

3. pengkomandoan Unsur Pelaksana melalui pengarahan sumber

daya manusia, peralatan dari satuan kerja perangkat daerah

lainnya, instansi serta langkah-langkah lainnya yang diperlukan

dalam rangka penanganan darurat bencana;

4. pelaksanaan penanggulangan bencana yang dilaksanakan

secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan perangkat daerah

lainnya, instansi dengan memperhatikan kebijakan

penyelenggaraan penanggulangan bencana dan ketentuan

peraturan perundangan-undangan; dan

5. penyiapan fungsi lain yang diberikan Kepala Badan sesuai

dengan lingkup fungsinya.

b. Sekretariat

Sektertariat mempunyai tugas pokok membantu Kepala Pelaksana

dalam mempersiapkan perangkat pelayanan penunjang teknis

administrasi, keuangan, kepegawaian, pengelolaan urusan umum,

rumah tangga, perlengkapan, ketatausahan, kearsipan, pengandaan,

protokoler pengorganisasian, tatalaksana, hukum dan dokumentasi,

hubungan kemasyarakatan, perencanaan dan pelaporan;

Fungsi dari sekretariat dapat dirinci sebagai berikut:

1. Penyusunan program kerja di lingkungan sekretariat;


2. penyiapan bahan dan perumusan kebijakan teknis umum dan

kepegawaian;

3. penyiapan bahan dan perumusan kebijakan teknis keuangan di

lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

4. penyiapan bahan dan perumusan kebijakan teknis perencanaan,

evaluasi dan pelaporan;

5. pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di

lingkungan sekretariat;

6. pengoordinasian terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

di lingkungan sekretariat;

7. penyelengaraan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pokok

dan fungsi di lingkungan sekretariat;

8. pelaksanaan pengelolaan keuangan, aset, kepegawaian, hukum,

organisasi, urusan tata usaha umum lainnya serta penyelarasan

dan kompilasi program kerja di lingkungan Badan

Penanggulangan Bencana Daerah;

9. pemberian saran dan pertimbangan Kepada Kepala Pelaksana

berkenaan dengan tugas pokok dan fungsi kesekretariat;

10. pelaporan terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di

lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah; dan

11. penyiapan fungsi lain yang diberikan Kepala Pelaksana sesuai

dengan lingkup fungsinya.


c. Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan

Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas

merumuskan danmelaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis

bidang pencegahan dan kesiapsiagaan. Adapun uraian tugas Seksi

Pencegahan dan Kesiapsiagaan ialah sebagai berikut :

1. menyusun program kerja di seksi kedaruratan dan logistik;

2. merumuskan kebijakan teknis, fasilitasi, koordinasi, serta

pembinaan teknis di seksi kedaruratan dan logistik;

3. mengawasi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di

Seksi Kedaruratan dan Logistik;

4. mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas di

Seksi Kedaruratan dan Logistik;

5. menyelengarakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas di Seksi

Kedaruratan dan Logistik;

6. melaporkan terhadap pelaksanaan tugas di Seksi Kedaruratan

dan Logistik;

7. memberikan saran dan pertimbangan Kepala Pelaksana

berkenaan dengan tugas di Seksi Kedaruratan dan Logistik; dan

8. menyiapkan bahan tugas-tugas lain yang diberikan oleh sesuai

dengan lingkup tugasnya.

d. Seksi Rehabilitasi dan Rekontruksi


Seksi rehabilitasi dan rekontruksi memliki tugas yaitu merumuskan

dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis Seksi Rehabilitasi

dan Rekonstruski. Adapun fungsi Seksi Rehabilitasi dan Rekontruksi

adalah sebagai berikut :

1. menyusun program kerja di Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi;

2. merumuskan kebijakan teknis, fasilitasi, koordinasi serta

pembinaan teknis di Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi;

3. mengawasi terhadap pelaksanaan tugas di Seksi Rehabilitasi

dan Rekonstruksi;

4. mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas di

Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi;

5. menyelengarakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas di Seksi

Rehabilitasi dan Rekonstruksi;

6. memberikan saran dan pertimbangan kepala Kepala Pelaksana

berkenaan dengan tugas di Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi;

7. melaporkan terhadap pelaksanaan tugas pokokdan fungsi di

Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi; dan

8. menyiapkan bahan tugas-tugas lain yang diberikan oleh sesuai

dengan lingkup tugasnya

e. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga ahli dan

tenaga terampil dalam jenjang fungsional yang jumlahnya ditentutkan

berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Kelompok Jabatan


Fungsional mempunyai tugas dalam jabatan fungsional sesuai dengan

peraturan perundang-undangan serta membantu Kepala Badan sesuai

keahlian dan keterampilan dan fungsional masing-masing.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1. Hasil Penelitian Kinerja Pegawai Badan Penanggulangan

Bencana Daerah dalam Penanggulangan bencana Kebakaran

Hutan dan Lahan di Kota Dumai

Kinerja pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota

Dumai merupakan bentuk pencapaian hasil kerja yang dilakukan oleh

individu atau kelompok pada suatu periode kerja organisasi. Penilaian

kinerja dapat dinilai berdasarkan pencapaian hasil kerja secara kuantitas,

kualitas, efisiensi dan efektivitas kerja.

1. Kualitas Kerja

Kualitas kerja adalah mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh

setiap pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Wujudnya

dapat berbentuk keterampilan yang dimiliki sudah sesuai dan siap dalam

memberikan pelayanan darurat. Dalam hal ini kualitas kerja yang

difokuskan adalah kinerja keterampilan dari unit pelaksana kebakaran.

Jabatan fungsional petugas pemadam kebakaran itu sendiri diatur

dalam Permendagri No. 16 Tahun 2009 yaitu terdiri dari pemadam 1,

pemadam 2, pemadam 3, operator mobil pemadam, montir mobil serta

operator komunikasi. Jabatan struktural petugas pemadam kebakaran di


lapangan itu sendiri juga terdiri ddari komandam pleton, wakil komandan

pleton, komandan regu, driver serta anggota pemadam kebakaran.

“Sejauh yang saya ketahui,”

Peneliti melakukan wawancara Kepala UPT Damkar selaku pihak

yang terjun langsung kelapangan, berikut petikan wawancara yang telah

dilakukan :

“Sejauh ini saya melihat efisiensi kerja staf peralatan dapat dilihat dari
kualitas pekerjaan, menunjukkan bahwa perlu disesuaikan dari segi
kualitas dan standarisasi pekerjaan dalam penanggulangan
kebakaran dan bencana, di mana kualitas Standar Kualitas adalah
yang utama. template yang harus dipahami dan diketahui karyawan.
Saat ini untuk jabatan fungsional harus mengetahui kategori analitik
berdasarkan persyaratan dan kualifikasi umum, khusus, dan untuk
kategori struktural termasuk komandan pleton, wakil komandan,
komandan tim, pengemudi/operator dan anggota, sesuai dengan
Permendagri No 16 Tahun 2019. Namun juga saya merasakan
sumber daya manusia masih perlu ditingkatkan untuk melakukan
tugas penanganan dan pemadaman kebakaran dan pemulihan
bencana. Peningkatan SDM ini harus terintegrasi dengan capaian
kinerja secara kualitasa agar dapat menjamin pelaksanaan tupoki
pegawai berjalan dengan baik dan sesuai harapan”

Dari hasil wawancara dengan informan diperoleh dua point penting

yaitu yang pertama menunjukan bahwa kinerja pegawai telah disesuaikan

dengan mutu standardidasi kerja berdasarkan elemen analisis untuk

jabatan fungsional dan struktural. Di mana untuk jabatan fungsional

umumnya sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, sementara struktural

belum, yang berarti masih perlu untuk diaktualisaiskan.

Kemudian yang kedua menunjukan bahwa pencapaian kualitas kinerja

pegawai diupayakan dengan meningkatkan sumber daya manusia

dengan melakukan standarisasi kualitas kerja sesuai dengan


mengintegrasikan unsur-unsur analisis struktural dan fungsional sehingga

dapat dilakukan persis seperti pelaksanaan tugas utama yaitu manajemen

dan pengendalian kebakaran dan bencana.

Penulis juga melakukan wawancara terhadap masyarakat agar dapat

mengetahui pendapatnya mengenai kualitas kerja. Petikan wawancara

dari beberapa informan ialah sebagai berikut :

“menurut penilaian kami sebagai masyarakat Sebagai masyarakat


biasa, hanya bisa memahami bahwa kinerja yang ditunjukkan oleh
pegawai sudah berkualitas. Ini saya lihat ada beberapa kualitas
program prioritas yang telah dilakukan secara rutin yang berkaitan
dengan penanganan/penanggulangan kejadian kebakaran/bencana,
dan juga sampai saat ini, petugas damkar telah bekerja dengan baik
pada kualitas dan aksi nyata dalam melakukan penanganan
kebekaran/bencana dalam menghadapi segala resiko, korban ataupun
kerugian lainnya yang dialami masyarakat”

Hasil wawancara dengan informan menunjukan bahwa masyarakat

telah mengetahui bahwa kinerja pegawai sudah sejalan dengan kualitas

program prioritas yang dicanangkan oleh Pemadam Kebakaran dan

Penanggulangan Bencana dalam rangka meminimalisasi terjadinya risiko,

korban dan kerugian atas kejadian kebakaran/bencana bila tidak

dilakukan penyelamatan dan pengamanan secara cepat, lancar dan

terpadu. Masyarakat juga memberikan tanggapan penilaian kepada

petugas pemadam kebakaran dalam penanggulangan bencana dengan

hasil pencapaian kinereja yang bagus secara kualitas ataupun aksi

langsung/realisasi dilapangan yang dilakukan guna mengurangi resiko

korban dan kerugian atas kebakaran.


Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan mengenai

penilaian kualitas kinerja pegawai menunjukkan kesiapan dalam

memberikan pelayanan dan telah dilaksanakan dengan baik, khususnya

dalam keterampilan yang dimiliki pegawai Unit Pelaksana kebakaran.

2. Kuantitas Kerja

Kuantitas kerja merupakan akumulasi pekerjaan yang diselesaikan

oleh setiap pegawai di suatu instansi atau organisasi. Wujud dari jumlaha

pekerjaan yang dihasilkan dari tingkat kinerja pegawai yang ada. Peneliti

melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik

guna menanyakan kuantitas pegawai tentang bagaimana penilaian

masyarakat terhadap pelayanan yang telah diberikan yaitu sebagai

berikut:

“sebagai pegawai yang yang menangani dan mengelola kebakaran


dan bencana, kami perlu memberikan kepastian kepada masyarakat
untuk menindaklanjuti laporan yang ada. Setiap kejadian, kejadian
kebakaran, bencana harus mengidentifikasi tempat kejadian, cepat
berangkat mencari lokasi kerja, menyiapkan peralatan lengkap,
armada kendaraan dan personel langsung ke masing-masing tempat
untuk menerima berita. laporan kebakaran dan bencana diterima.
Penting untuk ditindaklanjuti untuk mengurangi risiko kebakaran dan
bencana yang sudah terjadi”

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai

pegawai yang memiliki tugas dan kewajiban dalam melakukan tugas

penanganan dan penanggulangan bencana khususnya bencana

kebakaran, harus selalu siap siaga untuk melakukan aksi tindak lanjut

atas laporan yang diterima agar masyarakat dapat terbantu walau minimal
hanya mengurangi resiko dari segi korban atau kerugian atas musibah

yang terjadi.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada Kepala Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kota Dumai guna mengetahui

antusiasme pegawai dalam mencapai visi misi yang ada.

“saya selaku pemimpin, selalu menghimbau kepada setiap pegawai


agar melakukan pekerjaan mereka dengan baik sehubungan dengan
peningkatan kuantitatif kinerja agar sejalan dengan visi misi yang ada.
Peningkatan tersebut baik secara kuantitas agar sesuai dengan
proses penanganan kebakaran dan penanggulangan bencana yang
ada”

Hasil wawancara dengan informan dapat diartikan bahwa setiap

pegawai yang ada sudah dihimbau agar dapat dan mampu menjalankan

setiap tugas agar sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan agar

dapat meningkatkan kuantitas kinerja yang ada.

Peniliti juga mewawancarai masyarakat guna melihat apa tanggapan

masyarakat terhadap kinerja pegawai di Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Kota Dumai.

“sebagai masyarakat yang hanya melihat dipermukaan, respon tindak


lanjut pegawai kebakaran secara kuantitas dalam melakukan
kewajibannya dalam penanganan dan penanggulangan kebakaran
dan bencana kami nilai telah bagus. Ini dapat dibuktikan dengan
sigapnya aksi dari petugas damkar jika terjadi kejadian kebakaran
atau bencana selalu bisa berada ditempat kejadian guna menjalankan
tugasnya dan juga dilengkapi dengan kemampuan yang sesuai dalam
menangani atau menanggulangi setiap kebakaran atau bencana yang
terjadi”

Hasil wawancara dengan informan dapat dilihat bahwa masyarakat

telah memberikan apresiasai atas kinerja yang dilakukan oleh pegawai

Badan Penanggulangan Bencana Daerah secara kuantitas dari proses


pola operasional penangangan dan penanggulangan yang terjadi di

tempat kejadian.

Berdasarkan wawancara dengan informan tentang penilaian kuantitas

kinerja pegawai menunjukkan bahwa pegawai telah melakukan tugasnya

dengan siap siaga guna melakukan berbagai jenis kegiatan operasional

yang telah menjadi konsensur milik bersama baik dillaksanakan.

3. Pelaksanaan Tugas

Pelaksanaan tugas ialah seberapa jauh seorang karyawan mampu

melakukan pekerjaan dengan akurat dan tidak ada kesalahan.

Pelaksanaan adalah salah satu kegiatan yang dapat dijumpai dalam

proses administrasi.

Pelaksanaan tugas itu sendiri berisi dari kesatuan pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan oleh suatu instansi atau organisasi agar teratur,

terarah, dah terencana agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Peneliti melakukan wawancara terhadap Kepala UPT Damkar untuk

menanyakan kesiapan unit pelaksana kebarakan ketika terjadi kebakaran

hutan di malam hari, adapun jawaban dari informan tersebut ialah sebagai

berikut :

“bagi kami yang harus diperhatikan ialah memperhatikan laporan


kebakaran tersebut, yaitu seperti lokasi kejadian, waktu kejadian dan
luas cakupan wilayah terdampak, hal ini agar kami dapat mencocokan
dan menyesuaikan kebutuhan yang diperlukan seperti berapa armada
yang harus diturunkan, personil yang harus diturunkan, apakah harus
ada kegiatan operasional bersama dengan pihak lain seperti TNI dan
lain lain agar dapat mengurangi tingkat kerugian atau tingkat
kesalahan yang ada”
Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa Pegawai Badan

Penanganan Bencana Daerah Kota Dumai telah mampu dan melakukan

pekerjaan mereka khususnya berkaitan dengan ruang lingkup

penanganan kebakaran hutan. Pegawai juga dianggap mampu dalam

mengurangi resiko dalam pekerjaan sehingga dapat menekan tingkat

kerugian yang ada.

Disamping kemampuan dalam melakukan tugas dalam penanganan

kebakaran, pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah juga harus

dapat melayani masyarakat. Oleh karena itu pegawai Badan

Penanggulangan Daerah Kota Dumai juga harus memiliki kemampuan

dalam melaksanakan tugas pelayanan terhadap masyarakat.

Penulis juga melakukan wawancara kepada Kepala Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kota Dumai untuk mengetahui apa

saja program-program Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota

Dumai dalam melakukan pelayanan terhadap aspirasi masyarakat, berikut

petikan wawancara yang telah dilakukan :

“saya memerintahkan kepada setiap petugas untuk sesegera mungkin


menindaklanjuti segala laporan atau aspirasi dari masyarakat tentang
kebakaran dan bencana, agar dapat bekerja secera dinamis dengan
pertimbangan tindakan tanggap yang praktis dan taktis, kami juga
bekerja dengan mengambil tindakan operasi gabungan atau khusus
untuk menanggapi kebakaran, oleh karena itu kegiatan yang kami
kerjakan selalu melibatkan penggunaan unit kendaraan dan peralatan
penyelamatan yang juga dilengkapi fasilitas komunikasi”

Dari hasil wawancara dengan informan dapat ditarik kesimpulan

bahwa dalam memikul sebuat tugas setiap pegawai harus memahami


tugas yang mereka emban. Dalam menerima segala bentuk pelaporan

atau masukan aspirasi masyarakat setiap pegawai harus mampu

menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan tugas

yang ada, mulai dari kegiatan aktivitas operasional statis sampai dengan

penggunaan sarana komunikasi untuk mempermudah proses kelancaran

pekerjaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan mengenai

pelaksanaan tugas pegawai Badan Penanggulangan Benca Daerah Kota

Dumai menunjukan bahwa pegawai telah dapat memahami dan

melaksanakan tugasnya sehingga dapat mengurangi tingkat resiko

kesalahan seminimal mungkin sehingga dapat mengurangi kerugian yang

akan terjadi.

4. Tanggung Jawab

Tanggung Jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan

kewajiban pegawai untuk melaksanakan pekerjaan yang di berikan oleh

perusahaan. Artinya, ketika seorang atau pegawai memliki tanggung

jawab untuk melakukan sesuatu, tetapi jika tidak melakukannya atau pada

kenyataannya hasil dari pekerjaan tersebut tidak sesuai, maka akan

mendapatkan konsekuensi. Dalam dunia kerja, tanggung jawab dapat

membantu seseorang untuk memilki komitmen dalam pekerjaannya dan

menyelesaikan sesuai yang diharapkan.


Tanggung jawab ini menjadi sangat penting bagi Badan

Penanggulangan Bencana Daerah dikarenakan tugas mereka sendiri

berkaitan dengan khalayak banyak pada kasus ini ialah kebakaran hutan.

Jika tidak sesuai dengan standar atau peraturan yang ada maka dapat

menimbulkan kerugian yang fatal dan serius.

Oleh karena itu penulis mewawancarai Kepala Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kota Dumai, berikut petikan dari hasil

wawancara tersebut:

“kegiatan pengadministrasian yang dilakukan oleh Badan


Penanggulangan Bencana Daerah Kota Dumai sudah dilaksanakan
dengan aturan yang ada. Kegiatan pengadministrasian menjadi
penting dikarenakan berkenaan dengan pelaporan kebakaran yang
dicatat dan diregitrasikan dalam suatu buku administrasi berdasarkan
jumlah kejadian, jumlah armada yang digunakan dan jumlah petugas
yang diturunkan”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas menunjukan

bahwa kinerja berupa tanggung jawab pekerjaan telah sesuai dengan

peraturan atau kebijakan yang ada dalam melaksanakan tugas dalam

penanggulangan bencana kebakaran hutan.

4.2.2. Hambatan Kinerja Pegawai Badan Penanggulangan Bencana

Daerah dalam Penanggulangan bencana Kebakaran Hutan dan

Lahan di Kota Dumai

4.2.3. Upaya dalam mengatasi Hambatan Kinerja Pegawai Badan

Penanggulangan Bencana Daerah dalam Penanggulangan

bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Kota Dumai

Anda mungkin juga menyukai