TAHUN 2023
KABUPATEN BULUKUMBA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya kami Puskesmas Borong Rappoa dapat menyusun
Pedoman ini disusun untuk menambah pengetahuan dan menjadi acuan para staf bekerja, bagaimana cara meningkatkan dan membudayakan mutu,
mengetahui risiko-risiko baik itu sudah terjadi maupun belum terjadi, meningkatkan keselamatan pasien dan mencegah terjadinya penularan infeksi baik itu di
Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam proses
Semoga pedoman ini memberikan manfaat bagi seluruh pihak dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkesinambungan.
Borong Rappoa, 3 Januari 2023
TIM MUTU
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagaimana yang diamanatkan dalam Perpres Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN tahun 2020-2024 bahwa arah kebijakan dan strategi
Pembangunan Kesehatan 5 (lima) tahun ke depan adalah “Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta/Universal
Health Coverage (UHC) dengan penekanan pada penguatan upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Arah kebijakan
tersebut menekankan bahwa dalam rangka mewujudkan cakupan kesehatan semesta yang bermutu maka perlu penguatan pelayanan kesehatan dasar ( Primary
Health Care)..
Terkait hal tersebut maka peningktaan mutu pelayanan kesehatan dasar menjadi esensial, dan hal ini sejalan dengan apa yang diamanatkan World
Health Organization (WHO, 2018) bahwa ada keterkaitan erat antara mutu pelayanan kesehatan dasar dn capaian Universal Health Coverage (UHC).
Agar amanat WHO dan RPJMN tersebut dapat dilaksanakan, maka perlu penguatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas sebagai ujung tombak
terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan pereorangan. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur tentang Puskesmas
bahwa Puskesmas merupaakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan daerah kabupaten/kota yang berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dengan menggunakan upaya promotif dan preentif, sehingga peran pelayanan kesehatan dasar
Strategi penguatan pelayanan primer yang dilakukan oleh puskesmas adalah peningkatan akses, peningkatan mutu dan regionalisasi rujukan. Dalam
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas perlu adanya alat ukur pencapaian standard dan pencapaian mutu yang diharapkan yaitu dengan akreditasi FKTP.
Unsur penting dan sangat vital yang menentukan keberhasilan akreditasi FKTP adalah bagaimana mengatur sistem pendokumentasian dokumen.
Pengaturan sistem dokumentasi dalam proses akreditasi FKTP dianggap penting karena dokumen merupakan acuan kerja, bukti pelaksanaan dan penerapan
kebijakan, program dan kegiatan, serta bagian dari salah satu persyaratan akreditasi FKTP. Dengan adanya sistem
dokumen yang baik dalam suatu institusi/organisasi diharapkan fungsi-fungsi setiap personil maupun bagian-bagian dari organisasi dapat berjalan
Terkait dengan hal tersebut maka perlu disusun Pedoman Manual Mutu Puskesmas sebagai acuan Puskesmas dalam melakukan upaya peningkatan
1. Profil Organisasi
a. Gambaran Umum Organisasi
UPT Puskesmas Borong Rappoa merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kecamatan yang terletak di Jalan Poros Kelurahan Borong
UPT Puskesmas Borong Rappoa ditetapkan menjadi Puskesmas Rawat Inap dengan wilayah kerja sebanyak 5 desa dan 1 kelurahan, di
wilayah Kecamatan Kindang UPT Puskesmas Borong Rappoa didukung jaringan dibawahnya sebanyak 2 Pustu, 5 Poskesdes, 26 Posyandu Balita,
12 Posyandu Lansia.
Adapun batas-batas wilayah kerja UPT Puskesmas Borong Rappoa adalah sebagai berikut:
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Borong Rappoa terdiri dari 1 Kelurahan dan 5 Desa, antara lain sebagai berikut:
2) Desa Garuntungan
4) Desa Kindang
5) Desa Tamaona
6) Desa Kahayya
Sebagaimana halnya daerah lain yang ada di Sulawesi Selatan, Kecamatan Kindang mempunyai dua musim yaitu musim hujan yang berlangsung antara bulan
Desember sampai Juli, sedangkan musim kemarau berlangsung antara bulan Agustus sampai bulan November.
Keadaan perhubungan antara ibu kota kecamatan dengan setiap desa di Kecamatan Kindang cukup lancar dengan kondisi jalanan yang
sudah dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat, demikian pula hubungan dari ibu kota kabupaten satu ke kabupaten lainnya.
b. Kondisi Demografis
Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari kantor Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk yang tercatat sampai akhir tahun 2022 di wilayah kerja UPT Puskesmas Borong Rappoa sebanyak 14.664 jiwa. Jumlah penduduk laki-
2
laki sebanyak 7.295 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 7.369 jiwa dengan luas wilayah 112,94 km , jumlah dusun 25, jumlah KK 4.816,
Adapun perincian luas wilayah, jumlah penduduk, rata-rata jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel berikut:
c. Ketenagaan
Jumlah Luas Jumlah JUMLAH Jumlah
NO No Desa/Kel KUALIFIKASI PENDIDIKAN
ASN NON ASN
Dusun Wilayah L P Jumlah KK
1. Dokter Umum 2 -
2. 1. Borong
Dokter Rappoa
Gigi 21,86 km 1.818 1.673
2 3.491 1.018
-
3. S-2 Kesmas 1 -
2. Garuntungan 13,75 km 1.437 1.520 2.957 1.109
4. S2 Kebidanan - -
5. 3. Oro Gading
Profesi/ners 5,33 km 603 6556 1.258 4677
6. SKM 2 6
7. 4. Tamaona
Nutrisionis 17,05 km 1.268 1.344
1 2.612 768-
8. Apoteker 2 1
5. Kindang 40,27 km 1.540 1.546 3.086 1.063
9. D4 Kebidanan 2 1
10. 6. Kahayya
D3 Kesling 14,68 km 629 6311 1.260 3911
11. D3 Kebidanan 11 23
12. D3 Keperawatan 6 2
15 D4 Analisis kesehatan 2 -
16. SMA 1 -
JUMLAH 42 43
1) Visi
2) Misi
Meningkatkan mutu akuntabilitas, nasionalisme, etika public, komitmen, dan anti korupsi dalam memberikan pelayanan kesehatan.
e. Motto
P : Profesional : memiliki kompetensi dan kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
U : Unggul : Unggul dalam menciptakan ide-ide kreatif serta terobosan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
N : Nyaman : Memberikan pelayanan kesehatan dengan lingkungan yang bersih, indah, asri dan suasana penuh kekeluargaan.
C : Cepat dan tanggap : Memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan tanggap.
A : Akuntabel : Memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai pedoman dan standard pelayanan yang telah ditetapkan, terukur, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
K : Kreatif : memiliki pola piker, cara pandang dan pendekatan yang variatif terhadap setiap permasalahan.
2. Kebijakan Mutu
Pimpinan manajemen UPT Puskesmas Borong Rappoa telah menetapkan suatu Kebijakan Mutu. Pelayanan puskesmas yang diketahui dan
a. Kami seluruh Pegawai Puskesmas Borong rappoa berkomitmen Untuk Menyelenggarakan pelayanan Yang Berfokus Pada Pelanggan dan
memperhatikan Keselamatan Pelanggan dengan motto “Pelayanan Prima adalah Komitmen Kami”
b. Kebijakan teknis dalam perbaikan mutu dan keselamatan pasien ada pada lampiran manual mutu ini.
Sistem manajeman manual mutu dalam dokumen mutu ini diuraikan dengan menjelaskan proses pelayanan yang berlangsung dan dijalankan oleh UPT
Puskesmas Borong Rappoa. Penyelenggaraan upaya kesehatan di Puskesmas Borong Rappoa ini sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan tingkat pertama serta menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat pengembangan dan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan di atas dilaksanakan upaya penunjang.
Adapun uraian proses bisnis di UPT Puskesmas Borong Rappoa ini sebagai berikut:
4) Pelayanan Gizi
1) Pelayanan Umum
2) Pelayanan KIA-KB
4) Pelayanan Imunisasi
5) Pelayanan Kegawatdaruratan
8) Pelayanan Laboratorium
3) Kesehatan Kerja
4) Kesehatan olahraga
5) Kesehatan usia lanjut
6) Pengobatan tradisional
1) Pelayanan Kefarmasian
promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pelayanan gizi dan pelayanan
pengendalian penyakit menular. Pelayanan Klinis Perseorangan, dan Upaya Kesehatan Pengembangan dan Penunjang sebagaimana yang diuraikan pada proses
bisnis.
Dalam penyelenggaraan UKM dan UKP ini memperhatikan keselamatan sasaran/pasien dengan menerapkan manajemen risiko.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan manual mutu ini disusun sebagai acuan bagi Puskesmas Borong Rappoa dalam membangun sistem manajemen mutu baik untuk penyelenggaraan
2. Tujuan Khusus
Tersusunnya Pedoman Manual Mutu Puskesmas untuk tahun berikutnya dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan
masyarakat
Tersusunnya Pedoman Manual Mutu setelah diterimanya alokasi sumber dana untuk kegiatan tahun berjalan dari berbagai sumber
Landasan hokum yang digunakan dalam menyusun Pedoman Manual Mutu ini adalah
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Manajemen Puskesmas;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Dasar Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat Kesehatan MAsyarakat;
7. Acuan yang digunakan dalam menyusun Pedoman Manual Mutu ini adalah standar akreditasi puskesmas dan persyaratan ISO 9001:2008.
1. Dokumen adalah segala benda yang berbentuk barang, gambar ataupun tulisan sebagai bukti dan dapat memberikan keterangan yang penting dan
abash.
2. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase
4. Kebijakan mutu adalah maksud dan arahan menyeluruh dari suatu organisasi tentang mutu yang dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak. Inti
dalam kebijakan ini haruslah mencakup komitmen untuk mengikutsertakan persyaratan dan meningkatkan keefektifan secara terus menerus dari suatu
sistem manajemen mutu dan harus konsisten dengan kebijakan organisasi keseluruhan.
5. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap pelayanan yang telah
dterima.
6. Pasien adalah seseorang yang mencari atau menerima pelayanan atau perawatan medis.
7. Pedoman manual mutu adalah dokumen ketentuan dasar yang menuangkan langkah-langkah yang haus dilakukan dan merupakan dasar untuk
8. Pelanggan adalah orang atau pasien yan dating ke Puskesmas dengan maksud dan tujuan serta harapan tertentu untuk mendapatkan pelayanan yang
9. Perencanaaan mutu adalah suatu proses kegiatan secara berurutan yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna.
10. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan pencapaian proses pelayanan yang bermutu.
11. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penujang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Antara sarana dan
prasarana tidak terlalu jauh berbeda, kaena keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Utnuk membedakannya, sarana lebih ditujukan
kepada benda-benda yang bergerak, sedangan prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak.
12. Proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulangkali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika
ditempuh, setiap tahapan itu secaa konsisten mengarah pada hasil yang diinginkan.
13. Rekaman adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnesa, oenentuan fisik, laboratorium, diagnose segala pelayanan
dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat
darurat.
14. Sasaran mutu adalah target dari masing-masing layanan atau program yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
15. Tindakan korektif adalah tindakan perbaikan penting yang dilakukan untuk menjamin sistem panajemen mutu bebas dari permasalahan dalam segi
pelayanan medis maupun program dengan cara mengidentifikasi masalah, menganalisis akar masalah, mencari bentuk perbaikan dan pencegahannya,
16. Tindakan preventif adalah sebuah tindakan pencegahan yang dilakukan untuk menjamin sistem manajemen mutu bebas dari permasalahan dalam segi
pelayanan medis maupun program dengan cara mengidentifikasi masalah, menganalisis akar masalah, mencari bentuk perbaikan dan pencegahannya,
BAB II
A. PERSYARATAN UMUM
UPT Puskesmas Borong Rappoa menetapkan, mendokumentasikan, memelihara sistem manajemen mutu sesuai dengan standar akreditasi
Puskesmas. Sistem ini disusun untuk memastikan telah diterapkannya persyaratan pengendalian terhadap proses-proses penyelenggaraan pelayanan kepada
masyarakat baik penyelenggaraan upaya puskesmas maupun pelayanan klinis, yang meliputi kejelasan proses pelayanan dan interaksi proses dalam
penyelenggaraan pelayananan, kejelasan penanggung jawab, penyediaan sumber daya, penyelenggaraan pelayanan itu sendiri mulai dari perencanaan yang
berdasar kebutuhan masyarakat/pelanggan, verifikasi terhadap rencana yang disusun, pelaksanaan pelayananan dan verifikasi terhadap proses pelayanan dan
hasil-hasil yang dicapai, monitoring dan evaluasi serta upaya penyempurnaan yang berkesinambungan.
B. PENGENDALIAN DOKUMEN
Secara umum, dokumen-dokumen dalam sistem manajemen mutu yang disusun meliputi :
1. Dokumen level 1: Kebijakan dan uraian singkat sistem manajemen mutu UPT Puskesmas Borong Rappoa;
4. Dokumen level 4: Rekaman-rekaman sebagai catatan sebagai akibat pelaksanaan kebijakan, pedoman dan prosedur.
Prosedur pengendalian dokumen di Puskesmas Borong Rappoa ditetapkan oleh Kepala UPT Puskesmas Borong Rappoa yang dijadikan
Tujuan pengendalian dokumen ini adalah terkendalinya kerahasiaan dokumen, proses perubahan, penertiban, distribusi dan sirkulasi dokumen.
Identifikasi kebutuhan dilakukan pada tahap self assesment dalam pendampingan akreditasi. Hasil self assesment digunakan sebagai acuan untuk
mengidentifikasi dokumen sesuai standar akreditasi yang sudah ada di FTKP. Bila dokumen sudah ada, dapat diidentifikasi dokumen tersebut
2. Penyusunan dokumen
Kepala Subag Tata Usaha Puskesmas, Penanggung Jawab Admen di Puskesmas Borong Rappoa dan Penanggung Jawab UKM dan UKP bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan identifikasi/perubahan serta penyusunan dokumen. Penyusunan dokumen secara keseluruhan dikoordinir oleh tim mutu/tim
a. SOP yang telah disusun pelaksana atau unit kerja disampaikan ke Tim
1). Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan memperbaiki dokumen yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja baik segi bahasa
maupun penulisan
2). Mengkoordinir proses pembuatan dokumen sehingga tidak terjadi duplikasi /tumpang tindih dokumen antar unit
3). Melakukan cek ulang terhadap dokumen yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas
3. Pengesahan dokumen
Dokumen disahkan oleh Kepala Puskesmas
4. Sosialisasi dokumen
Agar dokumen dapat dikenali oleh seluruh pelaksana maka perlu dilakukan sosialisasi dokumen, khusus bagi SOP yang rumit maka perlu dilakukan
pelatihan
Kepala Puskesmas menunjuk salah satu anggota tim mutu/tim akreditasi sebagai petugas pengendali dokumen. Petugas tersebut bertanggung jawab atas:
a. Penomoran dokumen
Tata cara penomoran dokumen diatur pada kebijakan pengendalian dokumen, dengan ketentuan :
2). Kepala Puskesmas agar membuat kebijakan tentang pemberian nomor sesuai dengan tata naskah yang dijadikan pedoman
3). Pemberian nomor mengikuti tata naskah FTKP, atau ketentuan penomoran (bisa menggunakan garis miring atau dengan sistem digit)
d. Mendistribusikan dokumen yang sudah diberi stempel terkendali. Tata cara pendistribusian dokumen :
1). Distribusi adalah kegiatan/usaha menyampaikan dokumen kepada unit pelayanan yang memerlukan dokumen tersebut agar dapat digunakan
sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Mutu atau bagian Tata Usaha Puskesmas sesuai
3). Distribusi dokumen bias hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga untuk seluruh unit kerja lainnya
4). Bagi Puskesmas yang sudah menggunakan e-file maka distribusi dokumen bisa melalui jejaring area lokal, dan diatur kewenangan otoritas di
setiap unit kerja sehingga dapat mengetahui batas kewenangan dalam membuka dokumen
e. Menarik dokumen lama apabila dokumen ini adalah dokumen pengganti serta mengisi format usulan penambahan/penarikan dokumen
f. Mengarsipkan dokumen induk yang sudah tidak berlaku dengan membubuhkan stempel “Kedaluwarsa” dan kemudian menyimpan dokumen
a. Dokumen asli (master dokumen yang sudah dinomori dan sudah ditandatangani) agar disimpan di sekretariat Tim Mutu Puskesmas atau bagian
Tata Usaha Puskesmas, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di organisasi tersebut dengan tatacara pengarsipan dokumen dalam pedoman/tata
naskah. Penyimpanan dokumen yang asli harus rapih, sesuai metode pengarsipan sehingga mudah dicari kembali bila diperlukan.
b. Dokumen fotocopy disimpan di masing-masing unit pelayanan Puskesmas, dimana dokumen tersebut dipergunakan. Bila tidak berlaku lagi
atau tidak dipergunakan maka unit kerja wajib mengembalikan dokumen yang sudah tidak berlaku ke sekertariat Tim Mutu atau bagian
Tata Usaha sehingga di unit kerja hanya ada dokumen yang berlaku saja. Sekertariat Tim Mutu atau bagian Tata Usaha dapat memusnahkan
fotocopy dokumen yang tidak berlaku tersebut, namun untuk dokumen yang asli agar tetap disimpan, dengan lama penyimpanan sesuai ketentuan
c. Dokumen di unit pelayanan Puskesmas harus diletakkan di tempat yang mudah terlihat dan mudah dibaca oleh pelaksana.
7. Penataan dokumen
Untuk memudahkan pencarian dokumen akreditasi Puskesmas, dokumen dikelompokkan masing-masing berdasarkan BAB atau kelompok pelayanan
dengan diurutkan setiap urutan kriteria dan elemen penilaian, dan diberikan daftar secara berurutan.
a. Dilakukan setelah proses pengkajian serta mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang
d. Tanggal terbit pada sudut kanan atas cover merupakan tanggal terbit dokumen terkini (untuk dokumen selain kebijakan dan SOP)
C. PENGENDALIAN REKAMAN
Semua rekaman/arsip/catatan mutu dikelola dengan baik. Rekaman adalah dokumen berisi informasi historis yang timbul dari kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan pengendalian rekaman adalah untuk memastikan semua data kegiatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk perbaikan. Rekaman
dipastikan teridentifikasi dengan jelas dan ditata dengan rapi sehingga mudah dan cepat ditemukan bila diperlukan. Rekaman yang ada pada unit dikendalikan
a. Surat Keputusan : SK
c. Surat Tugas: ST
d. Laporan Hasil: LH
e. Berita Acara: BA
BAB III
A. KOMITMEN MANAJEMEN
Kepala Puskesmas, penanggung jawab manajemen mutu, penanggung jawab upaya, penanggung jawab pelayanan klinis, dan seluruh karyawan
untuk menerapkan seluruh persyaratan yang ada pada manual mutu ini.
harapan pelanggan, perencanaan penyelenggaraan upaya puskesmas dan pelayanan klinis, pelaksanaan pelayanan, monitoring dan evaluasi serta tindak lanjut
pelayanan.
C. KEBIJAKAN MUTU
Seluruh karyawan berkomitmen untuk menyelenggarakan pelayanan yang berfokus pada pelanggan, memperhatikan keselamatan pelanggan, dan
melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan. Kebijakan mutu dituangkan dalam surat keputusan Kepala Puskesmas yang meliputi kebijakan mutu
Sasaran mutu ditetapkan berdasarkan standar kinerja/standar pelayanan minimal yang meliputi indikator-indikator pelayanan klinis, indikator
penyelanggaraan upaya puskesmas. Perencanaan disusun dengan memperhatikan kebutuhan dan haapan pelanggan, hak dan kewajiban pelangan, serta upaya
Perencanaan mutu puskesmas dan keselamatan pasien berisi program-program kegiatan peningkatan mutu yang meliputi:
Tanggung jawab dan wewenang dari Kepala Puskesmas, wakil manajemen mutu/penanggung jawab mutu, penanggung jawab UKM dan tanggung
jawab pelayanan klinis dan seluruh karyawan dalam peningkatan mutu ada dalam lampiran pedoman ini.
1. Bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap keputusan strategis pada pelaksanaan program kerja puskesmas
5. Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan dalam penerapan sistem manajemen mutu
6. Memastikan setiap peraturan yang berkaitan dengan pelayanan telah dipahami oleh pihak terkait
8. Mengesahkan struktur organisasi manajemen mutu dan mengangkat Ketua Tim Mutu serta menyediakan sumber daya manusia yang
9. Memastikan bahwa tanggung jawab dan wewenang dikomunikasikan ke pelaksana terkait di dalam Puskesmas
10. Memeriksa dan meninjau struktur organisasi, tanggung jawab dan wewenang
11. Menetapkan, mengembangkan dan menganalsis standar kompetensi semua karyawan yang ada
13. Menetapkan dan memelihara sistem perbaikan berkesinambungan yang berhubungan dengan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas
2. Menjamin sistem manajemen mutu dipertahankan dan diperbaiki secara efektif dan efisiensi secara terus menerus sesuai dengan fungsinya
3. Melaporkan hasil atau kinerja sistem manajemen mutu kepada Kepala Puskesmas
4. Mengupayakan peningkatan kesadaran dan pemahaman karyawan dalam sistem manajemen mutu
5. Membina hubungan dengan pihak eksternal untuk hal-hal yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu
9. Menerapkan dan memelihara Sistem Manajemen Mutu Pukesmas yang dimengerti dan dilaksanakan oleh karyawan Puskesmas
10. Memastikan efektifitas pengendalian sistem manajemen mutu dalam rangka persyaratan akreditasi puskesmas
11. Melaksanakan dan menerapkan serta memelihara SOP pengendalian dokumen dan SOP pengendalian catatan
13. Sebagai penghubung dengan pihak luar dalam masalah yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas
15. Melaksanakan sosialisasi kebijakan mutu sumber daya manusia pada seluruh pegawai Puskesmas
16. Mengevaluasi dan meningkatkan kinerja sistem Manajemen Mutu melalui Audit Mutu Internal
19. Mengkoordinir untuk melakukan analisis data dan hasil audit mutu internal, kinerja Puskesmas dan hasil pengukuran kepuasan pelanggan
20. Mengkoordinir melakukan pengumpulan, pengukuran dan analisis data serta melaporkan kepada kepala Puskesmas
21. Memastikan proses manajemen mutu dilaksanakan sesuai dengan fungsi oleh masing-masing unit kerja sesuai dengan tujuan dan sasaran Puskesmas
22. Melaporkan kepada kepala puskesmas tentang efektifitas penerapan sistem manajemen mutu
Tanggung jawab dan wewenang p enanggung jawab upaya pelayanan klinis adalah:
6. Memberi masukan tentang kompetensi klinis pada tenaga klinis dan non klinis lainnya
7. Menyusun dan mengendalikan SOP serta dokumen lain yang berkaitan dengan tanggung jawab dan aktivitas termasuk aktifitas perubahannya
8. Melaporkan permasalahan di unit kerja masing-masing sesuai SOP dengan memperbaiki SOP yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi terkini
9. Melakukan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan serta melakukan perbaikan terus menerus
10. Memastikan pelaksanaan aktivitas dan tanggung jawab sesuai dengan kebijakan mutu Puskesmas
11. Melakukan peningkatan terus menerus Sistem Manajemen Mutu dan kinerja di unit kerja masing-masing
12. Memelihara Catatan Mutu Klinis maupun mutu Upaya Pelayanan di Puskesmas
13. Menetapkan dan mamantau serta menganalisa proses dalam pelayanan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas di masing-masing unit pelayanan
Tanggung jawab dan wewenang p enanggung jawab upaya kesehatan masyarakat adalah:
1. Menjelaskan tanggung jawab dan proses komunikasi dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu
2. Sebagai penghubung dengan pihak luar dalam masalah yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas
3. Sebagai penghubung dengan pihak luar dalam masalah yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas
2. Menindaklanjuti seluruh kegiatan Puskesmas yang berhubungan dengan peningkatan mutu terhadap pelanggan
Kepala Puskesmas menunjuk seorang wakil manajemen mutu yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir seluruh kegiatan mutu di
1. Memastikan bahwa Sistem Manajemen Mutu Puskesmas ditetapkan, diimplementasikan, dan dipelihara
2. Melaporkan kepada manajemen kinerja dari sistem manajemen mutu dan kinerja pelayanan
3. Memastikan kesadaran kesadaran seluruh karyawan terhadap kebutuhan dan harapan pelanggan
4. Membina dan melakukan hubungan dengan pihak luar dalam hubungannya dengan Sistem Manajemen Mutu dan Standar
G. KOMUNIKASI INTERNAL
Komunikasi internal dilakukan dengancara workshop (lokakaryamini), pertemuan, diskusi, email, sms, memo dan media lain yang tepat untuk
melakukan komunikasi.
Dokumen terkait :
- SK wakil manajemen
-Prosedur identifikasi persyaratan pelanggan
BAB IV
TUJUAN MANAJEMEN
A. UMUM
Pertemuan tinjauan manajemen merupakan proses evaluasi terhadap kesesuaian dan efektifitas penerapan sistem manajemen mutu yang
dilakukan secara berkala dan melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan operasional kegiatan organisasi. Pertemuan tinjauan manajemen dilakukan
1. Dilaksanakan secara berkala dengan interval waktu yang disesuaikan dengan tingkat kepentingan
4. Mengevaluasi efektifitas penerapan sistem manajemen mutu dan dampaknya pada mutu dan kinerja
5. Hasil pertemuan ditindaklanjuti dalam bentuk koreksi, tindakan korektif, tindkan preventif maupun perubahan pada sistem manajemen mutu maupun
sistem pelayanan
8. Pertemuan diawali dengan pembahasan hasil dan tindak lanjut pertemuan tinjauan manajemen sebelumnya
1. Hasil audit
3. Kinerja proses
Hasil yang diharap dari tinjauan manajemen adalah peningkatan efektivitas sistem manajemen mutu, peningkatan pelayanan terkait dengan
persyaratan pelanggan, dan identifikasi perubahan-perubahan, termasuk penyediaan sumber daya yang dilakukan.
BAB V
Kepala Puskesmas berkewajiban menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pelayanan di puskesmas. Penyediaan sumber
daya meliputi baik untuk penyelenggaraan administrasi manajemen, pelayanan UKM maupun pelayanan klinis.
Penyediaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Borong Rappoa terlatih dan kompeten yang meliputi proses rekrutmen, proses kredensial,
proses pelatihan dan peningkatan kompetensi diatur dalam dokumen sistem manajemen mutu.
C. INFRASTRUKTUR
1. Sarana kerja/infrastruktur untuk mendukung pekerjaan dan mencapai sasaran dan persyaratan produk maupun proses dipastikan terpenuhi
2. Melakukan pemeliharaan secara teratur terhadap alat-alat maupun fasilitas pendukungnya agar senantiasa dalam kondisi baik dan siap dioperasikan
3. Sarana kerja baru yang diperlukan secepatnya diidentifikasi dan ditindaklanjuti sesuai prosedur yang berlaku
4. Kasubag TU bertanggung jawab untuk memastikan kecukupan dan kelengkapan sarana kerja dan kelaikan kondsi sarana kerja pada bagian yang
dipimpinnya
D. LINGKUNGAN KERJA
2. Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan agar lingkungan kerja senantiasa dalam keadaan rapi, bersih, aman, dan nyaman
3. Karyawan dan pimpinan berkewajiban mengupayakan dan menjamin agar lingkungan kerjanya terkendali
4. Pengendalian llingkungan kerja dimaksudkan untuk mendukung komitmen mutu dan kepuasan pelanggan dan untuk mencapai kesesuaian terhadap
- Persyaratan kompetensi
- Prosedur pelatihan
- Data Karyawan
BAB VI
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
1) Perencanaan Upaya Kesehatan Masyarakat, akses dan pengukuran Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP)
Perencanaan pada tingkat Puskesmas adalah suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang
akan dilaksanakan kegiatan pada tahun berikutnya. Langkah pertama dalam mekanisme perencanaan upaya kesehatan masyarakat adalah menyusun RUK
dengan tahapan:
a. Tahap persiapan
Memepersiapkan petugas dengan pembentukan tim perencana tingkat Puskesmas agar memperoleh persamaan pandangan dan pengetahuan dalam
proses perencanaan.
Diperlukan data dan informasi untuk mengetahui dan memahami keadaan dan permasalahan operasinal puskesmas yang perlu ditanggulangi
berupa identifikasi masalah, penamaan dan penetapan prioritas masalah dengan melihat data situasi umum dana data khusus serta data pencapaian
penyebab terjadinya masalah dan akhirnya menyusun RUK. RUK ini kemudian diajukan ke dinas kesehatan kabupaten yang sudah dirumuskan ke
dalam format RUK yang mengandung jenis kegiatan lengkap dengan anggarannya
Tahap pelaksanaan kegiatan (RPK) yang disebut pula Plan Of Action (POA). Penyusunan RPK dilaksanakan melalui suatu pembahasan dalam
mini lokakarya pada tahun yang sedang berjalan setelah RAKERKESDA Kabupaten. RPK disusun setelah diterimanya alokasi dana yang
diberikan oleh pemerintah daerah ke Kabupaten. Puskesmas menelaah ulang tentang ususlan kegiatannya dalam rangka memantapkan,
Persyaratan sasaran adalah permintaan/harapan yang diinginkan oleh sasaran. Ini merupakan tanggung jawab wakil manajemen mutu. Tim mutu
mengidentifikas persyaratan sasaran sasaran dari hasil Survai Mawas Diri, manajemen mutu, tim mutu puskesmas menerima hasil SMD untuk
menentukan persyaratan sasaran sesuai denga prioritas dan kemampuan Puskesmas. Kemudian ditindak lanjuti dan diserahkan kepada Kepala
Wakil manajemen mutu mendistribusikan dan mendokumentasikan rencana tindak lanjut tersebut kemudian direspon ke unit pelayanan.
Untuk berkomunikasi dengan sasaran langkah awal TU membuat surat undangan untuk melakukan pertemuan dengan masyarakat, saat proses
pertemuan dengan masyarakat dilakukan monitoring dan evaluasi tentang penyelenggaraan program kegiatan Puskesmas, masyarakat
Puskesmas merencanakan dan melaksanakan upaya penyelenggaraan kesehatan masyarakat, dalam keadaan tekendali yang mencakup:
4. Ketersediaan dan pemakaian sarana dan pengukuran untuk memantau hasil upaya kesehatan masyarakat
1. Puskesmas menetapkan beberapa indikator yang diverifikasi baik melalui pengukuran atau pemantauan
2. Untuk indikator tersebut maka Puskesmas akan melakukan validasi dengan cara:
Menetapkan spesifik
Menetapkan rekaman yang dibutuhkan
1. Seluruh pelayanan puskesmas yang telah dilaksanakan harus diindentifikasi sehingga mampu ditelusuri
2. Umumnya proses identifikasi melalui laporan W2KPU, Bimtek P2P, kohort ibu, bayi dan balita, sistem informasi posyandu, F1, F2, kohort
balita gizi buruk, kohort ASI, daftar hadir kelas ibu hamil dan ibu balita
1. Hak sasaran
a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam memperoleh layanan UKM
b. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai pelayanan
d. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur, dan serta tidak diskriminatif.
2. Kewajiban sasaran
a. Membaca atau mengikuti informasi dan prosedur pemanfaatan pelayanan UKM demi keamanan dan keselamatan
a) Berdasarkan UU no 29 tahun 2004 pasal 53 tentang kewajiban sasaran adalah : Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang
kesehatannya
1. Manajemen resiko
a.Definisi
Adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan strategi untuk meminimalkan kerugiaan akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset Puskesmas
b. Tujuan
- Meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan mencegah penyimpangan hasil melalui pendekatan sistematis terkoordinasi dan
- Untuk melindungi orang, asset serta keuangan Puskesmas akibat terjadinya insiden, dan manajemen yang tidak efektif
C .Ruang lingkup
Perlindungan
Catatan rekam medik non elektronik dan catatan keuangan dilindungi dari kerusakan dan perusakan
5. Resiko lain-lain
Manajemen bahan berbahaya lainnya, bahan kimia, bahan biologis menular Manajemen limbah
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin
melalui pratik yang terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary, October 2003). Keselamatan pasien menghin-
darkan pasien dari cedera/cedera potensial dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.
Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas., meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas, terlaksananya program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (keja-
Assesment Resiko
Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Adverse Event /KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan)
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommission) ketimbang
daripada “underlying dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah (unprevetable adverse event) yaitu suatu KTD akibat komplikasi yang
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang dapat
mencederai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan*), karena pencegahan**), atau karena peringanan***).
Misal :
*) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
***) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan diberikan antidotum-nya
Puskesmas Borong Rappoa menetapkan dan merencanakan agar realisasi pelayanan konsisten dengan persyaratan-persyaratan dari sistem manajemen mutu, serta
telah didokumentasikan dalam bentuk yang sesuai dengan metode-metode operasional yang digunakan oleh puskesmas.
Menetapkan hal-hal berikut secara tepat dalam perencanaan proses untuk realisasi pelayanan:
Dokumen Terkait:
Kepala Puskesmas memastikan proses yang berhubungan dengan pelanggan untuk memenuhi kepuasan pelanggan sesuai Sistem Manajemen Mutu.
Wakil Manajemen mengidentifikasi dan memastikan persyaratan pelanggan untuk dipenuhi sesuai dengan sistem pelayanan mutu puskesmas dan menjamin pemenuhan
persyaratan pelanggan.
Penanggungjawab Unit Pelayanan Terkait melaksanakan pelayanan sesuai dengan sasaran mutu untuk memenuhi persyaratan pelanggan dan melakukan perbaikan un-
Puskesmas menetapkan dan menerapkan proses komunikasi yang efektif dengan pelanggan mengenai:
a) Informasi pelayanan
Puskesmas Borongrappoa menjamin bahwa setiap barang yang dibeli sesuai dengan persyaratan - persyaratan yang ditetapkan.
Menentukan pengadaan barang yang sesuai dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan Koordinator Unit Pelayanan Terkait
Puskesmas Borongrappoa dapat memenuhi kebutuhan barang yang diperlukan oleh pelanggan dalam proses pelayanan.
Alat Medis
Obat-obatan
Dokumen Terkait:
Puskesmas Borongrappoa menetapkan dan melaksanakan aktifitas verifikasi penerimaan untuk menjamin barang atau material yang dibeli sesuai den-
gan persyaratannya.
Perjanjian kerjasama adalah sebuah bisnis yang melibatkan dua orang atau lebih dalam kegiatan bisnis tersebut, rawan memunculkan terjadinya
perbedaan. Hal ini merupakan sebuah kewajaran dalam proses kemajuan sebuah kegiatan selama biasa disikapi dengan positif. Namun, bila disikapi dengan
negatif dan tidak dicari solusi atas perbedaan tersebut, bisa menjadi sebuah ancaman atas kelangsungan bisnis. Disinilah pentingnya dibuat perjanjian kerjasama
antara pihak- pihak yang terlibat dalam pelaksanaan bisnis. Perjanjian kerjasama dalam sebuah bisnis bisa dilakukan secara formal maupun informal. Hal ini
Tujuan perjanjian kerjasama adalah untuk menghindari masalah atau untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Namun ada beberapa hal lain yang menjadi tu-
juan dibuatnya sebuah perjanjian kerjasama pada berbagai macam aktivitas manusia yang melibatkan hubungan dua belah pihak atau lebih pada sebuah transaksi.
Dengan demikian, semua aktivitas yang akan dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses kerjasama, harus mengacu pada ketentuan yang sudah
b. Kepastian transaksi.
pihak dalam transaksi tersebut. Hal ini mengingat di dalam surat perjanjian kerjasama biasanya tercantum mengenai ketentuan bagi yang sudah disepakati dalam proses
kerjasama.
Puskesmas Borongrappoa menentukan pengendalian pelayanan dan proses pelayanan ruang lingkup puskesmas melalui:
e) Validasi ulang
3. Identifikasi dan ketelusuran
a) Seluruh pelayanan puskesmas yang telah dilaksanakan harus diidentifikasi sehingga mampu ditelusuri
b) Secara garis besar, proses identifikasi melalui proses rekam medik, buku registrasi, laporan kegiatan, laporan pro-
Hak Pasien memperoleh informasi mengenai tata tertib dan pperaturan yang berlaku di Puskesmas
2) Pasien memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi
3) Pasien memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar operasional profesi
4) Pasien memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
7) Pasien mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya
8) Pasien memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang diderit-
anya
9) Pasien mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medi, tujuan tindakan medis, alternate tindakan, resiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
11) Pasien menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak menganggu pengguna/pasien lainnya.
12) Pasien memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Puskesmas
13) Pasien mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan puskesmas terhadap dirinya
14) Pasien menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya
15) Pasien mengunggat dan atau menuntut puskesmas apabila puskesmas itu di duga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
16) Pasien mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik
a. Kewajiban
1) Pasien memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatan
2) Pasien mamatuhi nasehat dan petunjuk dokter, dokter gigi dan petugas Puskesmas
b. Kewajiban
1. Pasien memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah Kesehatan
2. Pasien mamatuhi nasehat dan petunjuk dokter, dokter gigi dan petugas Puskesmas
a. Puskesmas merawat dan menjaga dari kerusakan dan kehilangan barang milik pelanggan selama berada di bawah kendali Puskesmas atau di-
b. Bila barang milik pelanggan digunakan atau digabungkan dalam pemberian pelayanan (seperti: Data Rekam medik pasien, spesimen laborat-
orium, obat yang dibawa sendiri, alat kesehatan milik sendiri), maka barang tersebut harus diidentifikasi, diverifikasi, dilindungi dan dijaga.
c. Bila ada barang milik pelanggan yang hilang, rusak atau tidak sesuai maka hal tersebut harus dilakukan penanganan sesuai prosedur pengend-
a. Manajemen risiko
1) Definisi
adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan strategi untuk meminimalkan kerugiaan akibat kecelakaan pada manusia,
sarana prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset Puskesmas.
2) Tujuan
Meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan mencegah penyimpangan hasil melalui pendekatan sistematis terkoordinasi dan
berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien
Untuk melindungi orang, asset serta keuangan Puskesmas akibat terjadinya insiden, dan manajemen yang tidak efektif
3) Ruang lingkup
- Resiko terkait pelayanan pasien :
Catatan rekam medik non elektronik dan catatan keuangan dilindungi dari kerusakan dan perusakan
- Resiko lain-lain
Manajemen bahan berbahaya lainnya, bahan kimia, bahan biologis menular.
Manajemen limbah
- Resiko terkait hukum dan peraturan
b. Keselamatan pasien
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin
melalui pratik yang terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary, October 2003). Keselamatan pasien menghin-
darkan pasien dari cedera/cedera potensial dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.
Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas., meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat,menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas, terlaksananya program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (keja-
Assesment Resiko
Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommission) ketimbang
daripada “underlying dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah (unprevetable adverse event) yaitu suatu KTD akibat komplikasi
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang dpt menced-
erai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan*), karena pencegahan**), atau karena peringanan***).
Misal :
*) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
***) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan diberikan antidotum-nya
1) Hak pasien:
1. Mendidik pasien dan keluarga:Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tangung jawab pasien dalam as-
uhan pasien,
2. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan: Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
3. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien:Puskesmas harus
mendisain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien,
4. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan: Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga
5. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien:Puskesmas harus
mendisain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien,
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien:Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi melalui penerapan tujuh langkah menuju KPRS. Pimpinan menjamim berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselatan pasien dan program menekan atau mengurangi KTD. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan
komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien. Pimp-
inan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan
pasien,
7. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan men-
cakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan untuk meningkatkan dan ememlihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
8. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien:Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
9. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien:Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
Indikator Kinerja Klinis adalah variable untuk mengukur prestasi kegiatan perawat dan bidan dalam waktu tertentu. IKK dirumuskan dalam bentuk kuantitas untuk men-
gukur pelaksanaan SOP asuhan keperawatan / kebidanan.Variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung (WHO,1981)
Sistem klasifikasi indikator atas kerangka kerja yang logis dimana kontinum antara input –output:
a) Indikator input: merujuk pada sumber-sumber/fasilitas untuk melakukan kegiatan antara lain: personel, alat/fasilitas, informasi, dana, per-
aturan/kebijakan
c) Indikator output: mengukur hasil kegiatan mencakup pengetahuan, sikap, keterampilan/perubahan perilaku yang dihasilkan dari tindakan
(jangka Pendek)
d) Indikator outcome: mengukur/menilai perubahan atau dampak sautu program dalam jangka panjang contoh perubahan status masyarakat.
b) Kenyamanan, pelanggan dalam memperoleh pelayanan meliputi: ruangan, bebas kebisingan, tersedianya sarana sanitasi di wilayah pelay-
c) Keselamatan, tersedianya standar keselamatan pelayanan dalam hal institusi unit pelayanan, dalam keadaan bencana ataupun tidak.
d) Ketepatan, pelanggan mendapatkan kepastiuan dan ketepatan pelayanan baik berupa jasa pelayanan dan obat.
e) Ketelitian, pelanggan mendapatankan pelayanan yang sangat baik dan sangat teliti dari unit pelayanan
f) Keselamatan, tersedianya standar keselamatan pelayanan dalam hal institusi unit pelayanan, dalam keadaan bencana ataupun tidak.
g) Ketepatan, pelanggan mendapatkan kepastiuan dan ketepatan pelayanan baik berupa jasa pelayanan dan obat.
h) Ketelitian, pelanggan mendapatankan pelayanan yang sangat baik dan sangat teliti dari unit pelayanan
a) Pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembela-
jaran. Sistem pelaporan insiden dilakukan secara internal di Puskesmas . mengacu kepada Pasal 17 permenkes no 1691 tahun 2011 ayat
(1) menyatakan “Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit / yang telah ada dan dibentuk oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh In-
donesia (PERSI) masih tetap melaksanakan tugas sepanjang Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit belum terbentuk”
b) Laporan Insiden keselamatan pasien Internal adalah pelaporan secara tertulis setiap kondisi potensial cedera dan insiden yang menimpa
pasien, keluarga pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di Puskesamas. Laporan insiden keselamatan pasien eksternal KKP-Puskes-
mas. Pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-Puskesmas setiap Kondisi Potensial cedera dan Insiden Keselamatan Pasien yang ter-
jadi pada pasien, dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi dan solusinya.
c) Pelaporan insiden bertujuan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak
untuk menyalahkan orang (non blaming). Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada TKP Puskesmas secara berjenjang
d) TKP Puskesmas melakukan analisis dan memberikan rekomendasi serta solusi atas insiden yang dilaporkan dan melaporkan hasil
e) kegiatannya kepada kepala Puskesmas. Tim TKP Puskesmas harus melaporkan insiden, analisis, rekomendasi dan solusi Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) secara tertulis kepada Tim Pengendali Mutu sesuai format laporan
a. Analisa
a) Data-data proses atau implementasi sistem manajemen mutu harus dikelola dengan baik
b) Data dianalisa dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai, misalkan menggunakan teknik statistik.
c) data dilakukan oleh setiap Koordinator unit pelyanan, kegiatannya untuk mengetahui tingkat kinerja masing-masing proses/melihat kesenjan-
d) Prosedur analisa data dibuat oleh Wakil Manajemen dan menjadi acuan bagi semua fungsi lainnya.
e) Hasil analisa data harus mengarah pada pengidentifikasian ketidak-sesuaian ketidak-efektifan dan tindakan-tindakan perbaikan yang diper-
lukan.
- Kepuasan pelanggan
b. Tindak lanjut
3) Menyiapkan tempat tunggu pelayanan yang nyaman dan tersedianya tempat sanitasi pelanggan
6) Mengarahkan pelanggan agar tertib dalam proses pelayanan dan menunjukkan unit pelayanan yang dibutuhkahkan
8) Memberikan obat sesuai dengan iidentifikasi pelanggan dan ketepatan obat sesuai dengan SOP
9) Mengarahkan pelanggan untuk tertib keluar dari unit pelayanan. Dokumen Terkait : Prosedur Analisis Data
Dokumen terkait: Prosedur Analisa Data
3. Penerapan manajemen risiko
a. Resiko terkait pelayanan
1) Membuat alur pelayanan,
2) Memberikan nomer antrian pelanggan
3) Membuat identifiakasi pasien dalam medical record pasien
4) Memberikan kartu kunjungan berobat sesuai dengan identitas pelanggan
5) Memberikan hasil tertulis dari peeriksaan laboratorium
6) Menuliskan aturan minum obat
7) Memberikan KIE (Konseling, Informasi dan Edukasi ) di setiap unit pelayanan
b. Resiko terkait staff medis
1) Mengetahui alur pelayanan
2) Membuat aturan kepegawaian
3) Memakai Alat Pelindung Diri sesuai dengan kebutuhan
4) Tersedianya tempat cuci tangan dan dekontaminasi alat serta tempat pembuangan limbah medis
5) Menjalankan SOP yang telah dibuat
c. Resiko terhadap karyawan
1) Mengetahui alur pelayanan
2) Membuat aturan kepegawaian
3) Mengedukasi karyawan tentang sanitasi dan kebersihan lingkungan
4) Memahami dan menjalankan tupoksi masing-masing
d. Resiko terhadap Proferti
1) Membuat daftar inventaris barang setiap unit/ruangan
2) Menjauhkan barang-barang dari hal yang dapat merusak baik zat korusif maupun bukan korusif maupun bukan
3) Adanya prosedur pemeliharaan dan kebersihan.
4) Adanya perlindungan keamanan
e. Resiko terhadap hukum dan peraturan
1) Menginformasikan kepada karyawan mengenai peraturan yang terkait
2) Mengikuti dan menjalankan proses pelayanan sesuai peraturan yang berlaku.
3) Menjalankan SOP
4. Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan
a. Umum
Semua unit upaya pelayanan kesehatan masyarakat melakukan pengukuran terhadap kegiatannya.
4) Memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu Metode pemantauan/ pengukuran /analisa /perbaikan dipastikan sesuai dengan
tujuan.
Dokumen Terkait :
1. Prosedur Penanganan Keluhan Pelanggan
2. Prosedur Survei Kepuasan Pelanggan
2) Audit internal
a) Tujuan audit adalah untuk memastikan sistem manajemen mutu diimplementasikan secara efektif dan hasilnya sesuai dengan yang
telah direncanakan.
b) Tim audit dibentuk oleh Wakil Manajemen dan disahkan oleh Kepala Puskesmas dan dibekali pelatihan yang cukup sebelum
melaksanakan audit.
c) Program audit direncanakan oleh ketua tim audit dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan dan kekritisan unit yang akan di-
audit.
d) terencana dan terdokumentasi serta mengedepankan integritas dan independensi.
e) Audit harus dilakukan sesuai dengan prosedur audit yang telah ditetapkan.
f) Dalam setiap pelaksanaan audit , auditor harus memperhatikan hasil audit yang terdahulu untuk mengevaluasi efektivitasnya.
g) Kriteria audit, lingkup, frekuensi dan metode-metode yang akan digunakan dipastikan ditentukan dalam prosedur audit internal.
h) Pelaksanaan audit dilakukan secara objektif dan mengikuti ketentuan persyaratan audit.
i) Koordinator unit yang diperiksa bertanggung jawab untuk menindak-lanjuti temuan audit pada unit-nya.
j) Tindakan koreksi diambil segera mungkin untuk mengeliminasi ketidak-sesuaian yang telah ditemukan.
k) Tindak lanjut audit harus mencakup verifikasi terhadap tindakan tindakan yang telah diambil.
l) Ketua tim audit bertanggung jawab dan melapor kepada Wakil Manajemen
Dokumen Terkait : Prosedur Audit Internal
3) Pemantaun dan pengukuran proses, kinerja
a. Metode pemantauan dan pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas sistem manajemen mutu dan pelayanan
harus dipastikan keabsahannya.
b. Metode yang digunakan harus dapat dibuktikan kemampuannya untuk mencapai hasil yang telah direncanakan.
c. Bila hasil yang direncanakan tidak tercapai maka tindakan koreksi dan pencegahannya harus dilakukan untuk memastikan kese-
suaian terhadap produk.
Dokumen terkait : Standar Operasional Prosedur Pelayanan
7. Ketidak-sesuaian dan tindakan yang diambil harus dicatat bilamana pelayanan Puskesmas tidak sesuai diperbaiki maka
8. Bilamana pelayanan Puskesmas tidak sesuai telah terlanjur diterima pelanggan, maka puskesmas harus mengambil
d. Analisa data
1. Data-data proses atau implementasi sistem manajemen mutu harus dikelola dengan baik
2. Data dianalisa dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai, misalkan menggunakan teknik statistik.
3. Analisa data dilakukan oleh setiap Koordinator Pelayanan, kegiatannya untuk mengetahui tingkat kinerja masing-masing proses/
4. Prosedur analisa data dibuat oleh WM dan menjadi acuan bagi semua fungsi lainnya.
5. Hasil analisa data harus mengarah pada pengidentifikasian ketidak-sesuaian ketidak-efektifan dan tindakan-tindakan perbaikan
yang diperlukan.
6. Data dianalisa antara lain untuk memantau :
- Kepuasan pelanggan
e. Peningkatan berkelanjutan
1. Seluruh karyawan dan koordinator wajib melakukan peningkatan secara terus menerus terhadap efektivitas sistem
2. Semua perbaikan mengacu pada komitmen yang tertuang dalam kebijakan mutu,sasaran mutu, hasil audit, analisa
f. Tindakan korektif
1. Penyebab-penyebab terjadinya ketidak-sesuaian dipastikan dieliminasi/ dihilangkan dan dicegah dari terjadi lagi.
2. Tujuan dari tindakan koreksi dan tindakan prevensi adalah mencegah terulangnya masalah yang sama dan untuk men-
3. Agar proses tindakan koreksi berjalan lancar dan hasilnya efektif, dipastikan prosedur tindakan koreksi disediakan
yang mencakup:
g. Tindakan preventif
1. Tujuan dari tindakan tindakan preventif adalah mencegah terulangnya masalah yang sama dan untuk meningkatkan kinerja
puskesmas secara keseluruhan.
2. Upaya tindakan preventif dipastikan sesuai dengan skala dampak yang dapat ditimbulkan dari masalah tersebut.
3. Koordinator Unit bertanggung-jawab memastikan tindakan koreksi/ prevensi yang telah dilaksanakan efektif.
4. Prosedur tindakan preventif dipastikan dibuat
Dokumen terkait:
Prosedur Pengendalian Pelayanan rawat Jalan Prosedur Pengendalian Pelayanan Penunjang Prosedur
Pengendalian Program
PENUTUP
Manual mutu merupakan dokumen yang memberikan informasi yang konsisten tentang sistem manajemen mutu. Sehingga Manual Mutu ini disusun
untuk menjelaskan sistem Manajemen Mutu yang diterapkan pada UPT Puskesmas Borong Rappoa yang mencakup Kebijakan, Sasaran Mutu, komitmen dan Manajemen
Puskesmas. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas Borong Rappoa kegiatan yang dilakukan diantaranya yaitu peningkatan ak-
ses, peningkatan mutu dan regionalisasi rujukan. Sehingga untuk meningkatan mutu pelayanan puskesmas perlu adanya alat ukur untuk pencapaian standar pencapaian
mutu yaitu dengan akreditasi Puskesmas (FKTP). Akreditasi ini merupakan pengakuan terhadap Puskesmas yang memenuhi standar pelayanan fasilitas kesehatan tingkat
Penyelenggaraan Sistem Manajemen Mutu dilakukan melalui suatu proses yaitu proses penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat yang
meliputi kejelasan penanggung jawab, penyediaan sumber daya, penyelenggaraan pelayanan dari mulai perencanaan yang berdasar terhadap kebutuhan
masyarakat / pelanggan secara berkesinambungan. Penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penyelenggara Upaya Pelayanan Klinis harus melalui