Anda di halaman 1dari 78

Armitasari -- Benedikta Peni Langodai -- Dodi Effendi -- Fajar Avivul Havid –

Fajaruddin Ma’ruf -- Iqra Negara -- Maria Victa Agusta R -- Rudi Anggara


PUSKESMAS PANCORAN MAS - DEPOK
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
yang bertanggungjawab atas kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau
bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan
bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
 ObservasiLapangan merupakan bagian dari
rangkaian proses pembelajaran, karena pada
tahap ini dianggap sebagai suatu bentuk
pengkayaan dari materi yang telah diajarkan.
Tujuan yang hendak dicapai pada kegiatan ini
adalah untuk memberikan kesempatan bagi
peserta dalam melihat penerapan kegiatan
pelayanan Puskesmas secara nyata di
lapangan.
Selain untuk pencapaian tujuan diatas, OL juga mempunyai dasar pertimbangan
berdasarkan teori yang mengatakan bahwa proses belajar dapat terjadi melalui
2 (dua) cara yang berbeda, yaitu :

1. Belajar melalui pemahaman, dimana seseorang mulai belajar ketika


munculnya pemahaman atau pengertian yang terjadi akibat adanya hubungan
antara suatu hal dengan hal lainnya. Dalam kegiatan ini peserta OL akan
mendapat banyak pemahaman baru tentang bagaimana penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
2. Belajar melalui contoh, seseorang mulai belajar melalui pengamatannya
terhadap tingkah laku orang lain dan secara tidak sadar orang tersebut
kemudian meniru tingkah laku yang baru itu. Dalam kegiatan ini peserta OL
akan banyak melihat berbagai macam gambaran contoh yang sesuai ataupun
tidak sesuai dengan pedoman tentang pelayanan kesehatan di Puskesmas
pada umumnya secara langsung dan hal ini tentunya akan dapat memperkaya
pengetahuan dan keterampilan menuju kondisi yang lebih baik lagi dikemudian
hari.
 TujuanUmum
Setelah selesai melakukan OL, peserta
mendapatkan pengalaman nyata tentang
penerapan pelayanan kesehatan di
Puskesmas yang terintegrasi dengan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga, sebagai satu pengalaman (lesson
learnt) yang didapat dari proses pelatihan
pembekalan penugasan khusus tenaga
kesehatan individual.
Setelah selesai OL, peserta dapat:
Mengetahui cara yang dilakukan Puskesmas dalam
melakukan:
 Pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB;

 Pelayanan gizi

 Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit;

 Pelayanan kesehatan perseorangan

 Pelayanan promosi kesehatan

 Pelayanan penunjang .

 Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan


Keluarga.
 Mampu menyimpulkan tentang pelayanan kesehatan di
Puskesmas Pancoran Mas Depok
 Sasaran
observasi lapangan yaitu pelayanan
kesehatan di Puskesmas Pancoran Mas
 Observasi lapangan dilaksanakan pada :
 Waktu : Kamis, 2 Mei 2019
 Tempat : Puskesmas Pancoran Mas Depok
no kegiatan waktu
1 Berangkat dari BBPK Jakarta 11.00 – 12.30
2 Pembukaan 13.00 – 14.00
3 Pelaksanaan praktik lapangan 14.00 – 15.30
4 Exit meeting 15.30 – 16.00
6 Perjalanan menuju BBPK 16.00 – 18.15
Jakarta
PROFIL
PUSKESMAS
VISI
Visi UPTD Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas adalah “ Terwujudnya
Pelayanan Kesehatan Yang Unggul, Nyaman, dan Religius, Visi ini
merupakan penjabaran dari visi Dinas Kesehatan Kota Depok. UPTD
Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas bertekad untuk mewujudkan
masyarakat Depok yang sehat dengan memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu serta bekerja sama dengan lintas sektor dalam
menggerakkan peran serta masyarakat.
MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang profesional dan nyaman;


2. Mengembangkan sumber daya manusia kesehatan yang regius dan
profesional
3. Mengembangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat yang mandiri dan
kreatif
Puskesmas Pancoran Mas Depok….
 UPTD Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas marupakan
salah satu Puskesmas yang ada di wilayah Kota Depok,
terdapat di wilayah Kecamatan Pancoran Mas dengan
dua wilayah kerja yaitu Kelurahan Depok dan kelurahan
Pancoran Mas.
Geografis….
Terletak di daerah dataran rendah
dan berada di tengah – tengah
wilayah Kota Depok dengan luas
wilayah kerja seluas 903,55 Ha yang
terdiri dari luas wilayah Kelurahan
Depok sebesar 430,00 Ha dan
Kelurahan Pancoran Mas sebesar
473,55 Ha, dengan batas wilayah
kecamatan terdiri dari :
 Sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Beji
 Sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Cipayung
 Sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Sawangan
 Sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Sukmajaya
SITUASI GEOGRAFIS
DI WILAYAH PUSKESMAS PANCORAN MAS
TAHUN 2018

JARAK JAUH KE KONDISI RATA – RATA WAKTU


NO KELURAHAN LUAS JUMLAH FASILITAS KETERJANGKAUAN KE TEMPUH
KESEHATAN PUSKESMAS
(PUSKESMAS)

RT RW RODA RODA JALAN RODA RODA JALAN


2 4 2 4

1 DEPOK 430.00 116 23 5 KM V V V 10 mnt 20 mnt 30 mnt

2 PANCORAN 473.55 128 21 6 KM V V V 15 mnt 25 mnt 30 mnt


MAS
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR
DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PANCORAN MAS
TAHUN 2018

KELURAHAN DEPOK DAN


GOLONGAN KELURAHAN PANCORAN MAS
NO JUMLAH %
UMUR

L P

16.952 16.138 24,08


1 0 – 14 33.090

47.844 47.692 69,54


2 15 - 64 95.576

4.258 4.511 6,38


3 65+ 8.769

69.094 68.341 100


JUMLAH 137.435
JUMLAH PENDUDUK KELOMPOK RENTAN
DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PANCORAN MAS
TAHUN 2018

LANSIA
NO KELURAHAN BUMIL BULIN BAYI BALITA
(60+ th)

1 DEPOK 1.165 1.112 1.085 5.188 3.878

2 PANCORAN MAS 1.567 1.496 1.461 7.023 4.891

JUMLAH 2.732 2.608 2.546 12.211 8.769


PELAYANAN KIA-KB & IMUNISASI
Jumlah Kematian Ibu
di Kelurahan Depok dan Kelurahan Pancoran Mas
Tahun 2013-2018

Puskesmas 2013 2014 2015 2016 2017 2018


Pancoran Mas 0 2 0 2 2 1

Dalam kurun waktu tahun 2013 sampai dengan tahun 2018, terjadi 7 kasus
kematian ibu yang terlaporkan. Jumlah kematian ibu tersebut didapatkan dari
hasil penjumlahan jumlah kematian ibu hamil, jumlah kematian ibu bersalin, dan
jumlah kematian ibu nifas
Pelayanan Antenatal (K 1 Dan K 4)
Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan
dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman. Kegiatan pelayanan antenatal
meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi
fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada
ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan adalah promotif dan
preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4.
Dari data yang ada terlihat cakupan K1 Ibu Hamil di UPTD Puskesmas
Kecamatan Pancoran Mas tahun 2018 cukup tinggi, yaitu sebesar 99,6%,
menurun dari cakupan K1 tahun 2017 yaitu 99,7%. Sedangkan cakupan K4
tahun 2018 sebesar 97.7%, meningkat dari cakupan pada tahun 2017 yaitu
sebesar 96%. Angka cakupan K4 ini sudah mencapai target nasional 95%. Hal
ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kehamilan
sedini mungkin sudah cukup baik, namun perlu upaya terus-menerus untuk
meningkatkan cakupan pelayanan K4 ibu hamil ini karena tahun 2018 masih
ditemukan 1 kasus kematian ibu nifas di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Pancoran Mas.
Pertolongan Persalinan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan
pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya
kompetensi kebidanan (profesionalisme). Cakupan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel. Tahun 2018 jumlah ibu bersalin yang
ditolong oleh tenaga kesehatan (linakes) sebesar 97.5%, meningkat dari cakupan
tahun 2017 sebesar 95,9%. Angka ini menunjukkan masih ada 2.5% ibu hamil
yang belum terlayani di oleh tenaga kesehatan. Untuk itu perlu penggalangan
komitmen dari lintas sektoral untuk mendukung ibu hamil melakukan
pemeriksaan kehamilan dan persalinan di fasilitas kesehatan, termasuk PONED
UPTD Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas agar semakin dikenal oleh
masyarakat.
Ibu Hamil Resiko Tinggi
(Risti)/Komplikasi Yang Ditangani
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan Puskesmas, diperkirakan sekitar 20% diantara ibu
hamil yang ditemui dan diperiksa, tergolong dalam kasus resiko tinggi/komplikasi yang membutuhkan
rujukan. Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb< 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole
>140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedema nyata, eklampsia, ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam,
letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat / sepsis dan
persalinan prematur.

Diperkirakan jumlah ibu hamil resiko tinggi/komplikasi di Kelurahan Depok dan


Kelurahan Pancoran Mas tahun 2018 sebanyak 546 orang. Bumil risiko tinggi
yang ditangani sebanyak 512 kasus yang telah memperoleh penanganan sesuai
prosedur.
Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ
reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada
umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca
persalinan.
Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi
pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum, kandung kemih dan
organ kandungan. Karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko
kelainan bahkan kematian ibu nifas.
Pada tahun 2018 di Kelurahan Depok dan Kelurahan Pancoran Mas sebanyak
2.542 orang (97.5%) diantaranya telah mendapat pelayanan nifas sesuai standar. Angka
ini sudah diatas target yang diharapkan, yaitu sebesar 85%. UPTD Puskesmas Pancoran
Mas melalui anggaran DAK Kesehatan juga menganggarkan kegiatan kunjungan rumah
(homecare) ke rumah ibu nifas apabila ibu tersebut tidak kunjung datang untuk
melakukan pemeriksaan PNC (Post-Natal Care).
 Statusgizi merupakan salah satu indikator
yang digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan, dimana kondisi gizi seseorang
sangat erat kaitannya dengan permasalahan
kesehatan karena disamping merupakan
faktor predisposisi yang dapat memperparah
penyakit infeksi, kondisi gizi juga secara
langsung dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan pada individu. Untuk itu
dilakukan pemantauan terhadap status gizi
bayi dan balita karena masa tersebut
merupakan masa emas perkembangan
kecerdasan dan pertumbuhan fisiknya.
 Pelayanan UKP di PKM Pancoran Mas Depok:
 Pelayanan Rawat Jalan
 Pelayanan Rawat Inap
 Pelayanan UGD
 Pelayanan One Day Care
 Pelayanan Home Visite
 Pendaftaran
 Poli Umum
 Poli Anak
 Farmasi
 Poli Gigi
 Poli Lansia
 Dokter Umum dan Dokter Gigi
 Bidan
 Perawat
 Apoteker
 AsistenApoteker
 Kesehatan Lingkungan
 Pada tahun 2018 jumlah kunjungan rawat
jalan yang terdiri dari kunjungan baru dan
lama di UPTD Puskesmas Kecamatan
Pancoran Mas sebanyak 67.934 pasien.
Sedang kunjungan pasien gangguan jiwa
sebanyak 625 kali.
 Berupa Family Folder
 SOAP dalam rekam medis
 Digunakan untuk rawat jalan, rawat inap dan
UGD
 Tidak ada SOP yang dibuat
 Tidak ada panduan praktik klinis di
Puskesmas
 Panduan yang digunakan yaitu panduan dari
BPJS Kesehatan
 Alur pelayanan rawat
inap : Poli/UGD/VK 
rawat inap
 Pemberi layanan
dokter, perawat,
bidan
 Rawat inap hanya
untuk poned
 Belum ada sasaran
keselamatan pasien
 Pemberi layanan dokter,
bidan, perawat,
 Sertifikat
kegawatdaruratan tidak
semua nakes yang
bertugas di UGD
memiliki sertifikat
 Tidak ada triase
 Akses masuk mudah
 Rekam medis dari poli
umum
 Dilakukan di UGD
 Rekam medis dan diagnosa oleh dokter di
poli umum
 Pelaksana adalah petugas UGD yang jaga
 Merupakan Perawatan di Rumah
 Berupa observasi, dan asuhan keperawatan
 Sumber daya : apoteker dan asisten apoteker
 LPLPO dilakukan setiap bulan
 Obat disusun berdasarkan alfabetis, fifa dan fefo
 Sediaan tablet dan cair terpisah
 Tidak ada kode Lasa, dan high alert
 Obat narkotik tidak tersedia, psikotropika disimpan terpisah di lemari terkunci
 KIE tidak dilakukan dengan maksimal
NO JENIS TENAGA PNS NON PNS

1 PENANGGUNG JAWAB 1 -
DOKTER
2 TENAGA TEKNIS ATLM 1 4
a. Ukuran ruangan 3 x 4
b. Langit dan dinding berwarna terang
c. Terdapat 1 akses pintu untuk akses petugas
d. Terdapat 1 akses loket untuk akses pasien
e. 1 Wc di dalam laboratorium
Terdapat 3 kotak sampah
a. Non medis
b. Medis
 limbah tajam
 limbah non tajam
a. Rak reagen
b. Lemari
c. Meja
d. Kursi petugas dan pasien
e. Bad pengambilan darah pasien
1. Hematologi
hb, hematokrit, jumlah trombosit, jumlah
leukosit, jumlah eritrosit, dan 3 diffcount
(monosit, neutrofil batang, neutrofil
segmen).
pemeriksaan hematologi menggunakan
metode automatik
2. Kimia klinik
a. pemeriksaan glukosa, asam urat, dan kolesterol
(menggunakan stik dan semi automatik )
b. SGOT, SGPT, ureum, creatinin ( menggunakan
metode semi automatik)
3. Mikrobiologi
pemeriksaan BTA (Bakteri tahan asam) jika BTA
positif dilakukan pemeriksan HIV dan GDS
4. Imunologi
goongan darah, hbsag, hiv, widal
5. Urinalisa
PH, berat jenis, glukosa, keton, bilirubin, blood,
urobilinogen, nitrit, protein, sedimen eritrosit,
sedimen leukosit, kristal dan sedimen epitel
menggunakan stik urin
PENYELENGGARAAN
1. KONSELING
Pasien loket pendaftaran pemeriksaan umum R. Konseling R.
Farmasi
Data konseling tidak direkap, tetapi masalah penyakit berbasis lingk yang
menjadi masalah :
- DBD
- DIARE
- TB
- FILARIASIS
2. INSPEKSI KESLING
DBD : Pengamatan media lingk dan perilaku masy
ex : Pemeriksaan tempat penampungan air, kaleng bekas
DIARE : Pemeriksaan sanitasi makanan
Intervensi Kesling

- RAKOR LINSET & LINPO


- Dbd : Fogging,PSM, 3M, abate
- Diare: Penyuluhan
1. KONSELING KLINIK SANITASI
2. KONSELING LUAR GEDUNG
3. PEMANTAUAN JENTIK BERKALA
4. PENYELIDIKAN EPIDEMOLOGI
5. PEMICUAN STBM
6. INSPEKSI TTU
7. INSPEKSI DAM
8. INSPEKSI PIRT
9. INSPEKSI TPM
10. INSPEKSI TPS
11. INSPEKSI SAB
12. ISK LINGKUNGAN FISIK LINGKUNGAN
13. PENGAWSAN LIMBAH MEDIS PKM
14. MELAKSANAKANN FOGING FOKUS
15. MENGUKUR KEPADATAN LALAT DI TPS
16. MEREKAP HASIL KEGIATAN
17. MEMBUAT LAPORAN KLINIK SANITASI
18. MEMBUAT LAPORAN KONSELING DI LUAR
GEDUNG
19. MELAKUKAN RAKOR, LINSEK, RAPAT.
Sumber Daya
1. SDM : 1 tenaga kesling merangkap menjadi pemegang
program penyakit menular (DBD, malaria)
2. Sarana Prasarana : Ruang konseling, labor sudah ada tapi
belum lengkap. Labor hanya untuk pemeriksaan suhu,
kelembaban, pencahayaan, kebisingan
3. Pendanaan : DAK

C. Pemantauan & Evaluasi


Pemantauan Program 1 kali /tahun. Seharusnya
pemantauan dan evaluasi 3 kli/tahun

D. Pencatatan & Pelaporan


Setiap pasien yg melakukan konseling wajib didata dan
dilaporkan secara berkala kepada kepala Dinkes
 Jumlah kasus = 24 orang
 Pencapaian pengobatan TB dengan obat sesuai standar =
93,1%
 Alur Pelayanan
Batuk >2 minggu Pemeriksaan sputum BTA
+ Konseling
 Penjaringan TB :
PASIF : Dari kunjungan pasien ke Puskesmas
AKTIF : Penjaringan ke rumah yang dibantu oleh kader
Penjaringan aktif kurang karena kader yang tidak mau
mengambil dahak dan kurang paham.
 Ada tim penyuluh : 2 kali/ tahun
A. HIV
Jumlah penderita = 4 orang + HIV dari 300 orang diperiksa
 Penjaringan Pasif : Dari kunjungan
 Penjaringan Pasif : Melakukan pemeriksaan ke Lokasi yang rentan seperti Kafe dan restaurant
 Alur :
Tes HIV di PKM jika positif Konseling
Pengobatan ARV dirujuk ke RS

 Apabila anggota keluarga positif HIV maka anggota keluarga lain akan dialkukan pemeriksaan
 Pelaporan Online
 Kemitraan dengan LSM HIV dalam Penjaringan

B. IMS
Hanya pemeriksaan symptom saja, laboratorium belum
 Penyakit tertinggi adalah :
1. HT
2. PENYAKIT JANTUNG
3. DM

Deteksi dini di Posbindu


Konseling ada : sekolah (SMA)
Penyuluhan yang belum ada : ke kantor-kantor
Malaria : kasus 0
 DBD : Jan-September 2018 : 9 orang
Dari grafik dapat dilihat bahwa
tahun 2016-2017 kasus DBD
fluktuatif.
 Dari grafik dpat dianalisis bahwa
surveilans hanya dilakukan pada
saat kasus meningkat.
 Setelah kasus menurun tidak
dilakukan sehingga kasus dbd pd
thun 2017 meningkat kembali

-Tenaga surveilas sering tidak


melakukan PE
Pemegang Program DBD dan malaria -Tenaga Surveilans hanya
serta surveilans : Tenaga Kesling, melakukan pendataan
Sebaiknya tenaga kesmas maupun -Seharusnya surveilas melakukan
tenaga epidemiologi pengolahan dan analisis data dan
dilaporkan kepada pemegang
program.
-Terkadang tugas surveilas
dilakukan oleh pemegang progran
Pelayanan Promosi
Kesehatan dan
Pelaksanaan
Program Indonesia
Sehat dengan
Pendekatan
Keluarga
Indeks Persentase

Keluarga KB 47,5% (2)

Persalinan Faskes 87,6%

Imunisasi Dasar 90%

ASI Eksklusif 84%

Pemantauan TumBang Balita 90%

TBC Sesuai Pengobatan 42,9%

Hipertensi Teratur 13% (1)

Gangguan Jiwa 6%
Tidak Merokok 56% (3 )
Air Bersih 97,7%

Jamban Sehat 96,6%

Anggota JKN 75%


70

SIMPULAN SARAN

 Pengetahuan responden ttg definisi  Distribusi obat di Posbindu oleh nakes


(dokter) sesuai klinis & pemeriksaan
Hipertensi & salah satu Faktor Resiko pada peserta posbindu
hipertensi, yaitu keturunan, masih  Membuat kelompok LANSIA (PROLANIS
rendah lebih diaktifkan)
Tokoh masyarakat (RT, RW): memberi
 Sikap responden adalah baik 
pengetahuan pada warga ttg pentingnya
kontrol TD & minum obat HT secara
 Perilaku responden untuk minum obat rutin, memotivasi warga agar menjaga
Hipertensi secara rutin, membatasi pola makan dan berolahraga.
makanan berminyak & asin,  Kader: rutin melakukan pembaharuan
pendataan tekanan darah warga serta
berolahraga ≥ 3 kali dalam seminggu memotivasi warga, terutama lansia,
masih rendah untuk kontrol TD secara rutin di
posbindu.
Berdasarkan peninjauan keberhasilan penyuluhan  penyuluhan  Masyarakat: aktif mengikuti kegiatan
memperbaiki pengetahuan dan sikap, namun tidak cukup memperbaiki seperti posbindu & senam.
perilaku responden.  Puskesmas Pancoran Mas: Melakukan
follow up dan pemantauan terhadap
masalah kesehatan di RW 16 Kelurahan
Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran
Mas, Kota Depok.
SIMPULAN
•Pengetahuan masyarakat tentang rokok masih
rendah
•Peninjauan keberhasilan penyuluhan
menunjukkan peningkatan pengetahuan
masyarakat terhadap rokok, walaupun kurang
signifikan
•Dengan diadakan intervensi, dalam hal ini
penyuluhan diharapkan pengetahuan masyarakat
terhadap rokok dapat meningkat dan memberikan
perubahan perilaku yang signifikan

72
SARAN
• Perlu dilakukan tindak lanjut penelitian berupa
intervensi disertai follow-up setelah intervensi untuk
mengetahui lebih spesifik apa yang menjadi masalah
masyarakat terkait rokok.
• Seluruh pihak, dimulai dari RT, RW, dan lembaga
terkait di masyarakat dapat memulai untuk
mengedukasi warga tentang bahaya merokok,
sehingga warga, dengan keluarganya yang merupakan
unit terkecil di masyarakat dapat semakin sadar
pentingnya untuk tidak merokok.
• Mencari alternatif dalam penyuluhan (misalnya
disertai kuis, tanya jawab, pemutaran film,
pemanggilan narasumber kompeten dibidangnya)
terkait rokok agar menarik minat masyarakat untuk
mengetahui lebih lanjut tentang rokok dan
bahayanya.

73
Tokoh Masyarakat (RT, RW)
•Lebih aktif memberi motivasi agar dapat meningkatkan perilaku penggunaan KB.
•Rutin memberikan penyuluhan tentang KB sehingga meningkatkan pengetahuan warga tentang KB.

Kader Kesehatan
•Memotivasi dan memberikan pengetahuan kepada warga, khususnya Pasangan Usia Subur
(PUS), agar dapat meningkatkan pemakaian KB.

Masyarakat
(khususnya Pasangan Usia Subur)
•Lebih teliti dalam memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan sehingga tidak menimbulkan efek
samping yang dapat mengganggu kesehatan ataupun penampilan PUS.
•Berkonsultasi kepada tenaga medis yang ada, sehingga PUS tetap bisa menggunakan alat
kontrasepsi dan menjadi akseptor KB
•Lebih membuka diri terhadap informasi-informasi mengenai program KB.

Puskesmas Pancoran Mas

•Melakukan follow up, pemantauan dan evaluasi terhadap masalah kesehatan, terutama
penggunaan KB di Kel. Pancoran Mas, Depok.
Dalam
Luar Gedung
Gedung

Unit
Promosi SMD
Kesehatan
Penyuluhan
Kegiatan Tidak Merokok
Prolanis di Sekolah

PHBS

Posyandu,
Posbindu

Kunjunga
n ke
Rumah
 Kurangny tenaga kesehatan
 Adanya pemegang program yg merangkp
jabatan
 Kurang berjalannya tenaga surveilans dalam
pengendalian penyakit TB dan DBD
 Pencatatan pelayanan kesling tidak direkap
 Hanya 1 kelurahan di daerah wilayah
puskesmas yang telah melakukan PIS-PK
 Kepada Dinas Kesehatan terkait untuk
menambah tenaga kesehatan di PKM agar
tidak ada yang merangkap jabatan
 Diharapkan pemegang suatu program
memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai
 Diharapkan tenaga surveilans tidak hanya
melakukan pendtaan, tetapi juga mengolah
dan menganalisis data sehingsga menghailkan
informasi.
 Puskesmas lebih mengoptimalkan wktu untuk
melakukan PIS PK sehingga semua kelurahan
terdata untuk IKSnya.

Anda mungkin juga menyukai