Pelayanan gizi
Pelayanan penunjang .
L P
LANSIA
NO KELURAHAN BUMIL BULIN BAYI BALITA
(60+ th)
Dalam kurun waktu tahun 2013 sampai dengan tahun 2018, terjadi 7 kasus
kematian ibu yang terlaporkan. Jumlah kematian ibu tersebut didapatkan dari
hasil penjumlahan jumlah kematian ibu hamil, jumlah kematian ibu bersalin, dan
jumlah kematian ibu nifas
Pelayanan Antenatal (K 1 Dan K 4)
Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan
dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman. Kegiatan pelayanan antenatal
meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi
fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada
ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan adalah promotif dan
preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4.
Dari data yang ada terlihat cakupan K1 Ibu Hamil di UPTD Puskesmas
Kecamatan Pancoran Mas tahun 2018 cukup tinggi, yaitu sebesar 99,6%,
menurun dari cakupan K1 tahun 2017 yaitu 99,7%. Sedangkan cakupan K4
tahun 2018 sebesar 97.7%, meningkat dari cakupan pada tahun 2017 yaitu
sebesar 96%. Angka cakupan K4 ini sudah mencapai target nasional 95%. Hal
ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kehamilan
sedini mungkin sudah cukup baik, namun perlu upaya terus-menerus untuk
meningkatkan cakupan pelayanan K4 ibu hamil ini karena tahun 2018 masih
ditemukan 1 kasus kematian ibu nifas di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Pancoran Mas.
Pertolongan Persalinan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan
pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya
kompetensi kebidanan (profesionalisme). Cakupan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel. Tahun 2018 jumlah ibu bersalin yang
ditolong oleh tenaga kesehatan (linakes) sebesar 97.5%, meningkat dari cakupan
tahun 2017 sebesar 95,9%. Angka ini menunjukkan masih ada 2.5% ibu hamil
yang belum terlayani di oleh tenaga kesehatan. Untuk itu perlu penggalangan
komitmen dari lintas sektoral untuk mendukung ibu hamil melakukan
pemeriksaan kehamilan dan persalinan di fasilitas kesehatan, termasuk PONED
UPTD Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas agar semakin dikenal oleh
masyarakat.
Ibu Hamil Resiko Tinggi
(Risti)/Komplikasi Yang Ditangani
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan Puskesmas, diperkirakan sekitar 20% diantara ibu
hamil yang ditemui dan diperiksa, tergolong dalam kasus resiko tinggi/komplikasi yang membutuhkan
rujukan. Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb< 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole
>140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedema nyata, eklampsia, ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam,
letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat / sepsis dan
persalinan prematur.
1 PENANGGUNG JAWAB 1 -
DOKTER
2 TENAGA TEKNIS ATLM 1 4
a. Ukuran ruangan 3 x 4
b. Langit dan dinding berwarna terang
c. Terdapat 1 akses pintu untuk akses petugas
d. Terdapat 1 akses loket untuk akses pasien
e. 1 Wc di dalam laboratorium
Terdapat 3 kotak sampah
a. Non medis
b. Medis
limbah tajam
limbah non tajam
a. Rak reagen
b. Lemari
c. Meja
d. Kursi petugas dan pasien
e. Bad pengambilan darah pasien
1. Hematologi
hb, hematokrit, jumlah trombosit, jumlah
leukosit, jumlah eritrosit, dan 3 diffcount
(monosit, neutrofil batang, neutrofil
segmen).
pemeriksaan hematologi menggunakan
metode automatik
2. Kimia klinik
a. pemeriksaan glukosa, asam urat, dan kolesterol
(menggunakan stik dan semi automatik )
b. SGOT, SGPT, ureum, creatinin ( menggunakan
metode semi automatik)
3. Mikrobiologi
pemeriksaan BTA (Bakteri tahan asam) jika BTA
positif dilakukan pemeriksan HIV dan GDS
4. Imunologi
goongan darah, hbsag, hiv, widal
5. Urinalisa
PH, berat jenis, glukosa, keton, bilirubin, blood,
urobilinogen, nitrit, protein, sedimen eritrosit,
sedimen leukosit, kristal dan sedimen epitel
menggunakan stik urin
PENYELENGGARAAN
1. KONSELING
Pasien loket pendaftaran pemeriksaan umum R. Konseling R.
Farmasi
Data konseling tidak direkap, tetapi masalah penyakit berbasis lingk yang
menjadi masalah :
- DBD
- DIARE
- TB
- FILARIASIS
2. INSPEKSI KESLING
DBD : Pengamatan media lingk dan perilaku masy
ex : Pemeriksaan tempat penampungan air, kaleng bekas
DIARE : Pemeriksaan sanitasi makanan
Intervensi Kesling
Apabila anggota keluarga positif HIV maka anggota keluarga lain akan dialkukan pemeriksaan
Pelaporan Online
Kemitraan dengan LSM HIV dalam Penjaringan
B. IMS
Hanya pemeriksaan symptom saja, laboratorium belum
Penyakit tertinggi adalah :
1. HT
2. PENYAKIT JANTUNG
3. DM
Gangguan Jiwa 6%
Tidak Merokok 56% (3 )
Air Bersih 97,7%
SIMPULAN SARAN
72
SARAN
• Perlu dilakukan tindak lanjut penelitian berupa
intervensi disertai follow-up setelah intervensi untuk
mengetahui lebih spesifik apa yang menjadi masalah
masyarakat terkait rokok.
• Seluruh pihak, dimulai dari RT, RW, dan lembaga
terkait di masyarakat dapat memulai untuk
mengedukasi warga tentang bahaya merokok,
sehingga warga, dengan keluarganya yang merupakan
unit terkecil di masyarakat dapat semakin sadar
pentingnya untuk tidak merokok.
• Mencari alternatif dalam penyuluhan (misalnya
disertai kuis, tanya jawab, pemutaran film,
pemanggilan narasumber kompeten dibidangnya)
terkait rokok agar menarik minat masyarakat untuk
mengetahui lebih lanjut tentang rokok dan
bahayanya.
73
Tokoh Masyarakat (RT, RW)
•Lebih aktif memberi motivasi agar dapat meningkatkan perilaku penggunaan KB.
•Rutin memberikan penyuluhan tentang KB sehingga meningkatkan pengetahuan warga tentang KB.
Kader Kesehatan
•Memotivasi dan memberikan pengetahuan kepada warga, khususnya Pasangan Usia Subur
(PUS), agar dapat meningkatkan pemakaian KB.
Masyarakat
(khususnya Pasangan Usia Subur)
•Lebih teliti dalam memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan sehingga tidak menimbulkan efek
samping yang dapat mengganggu kesehatan ataupun penampilan PUS.
•Berkonsultasi kepada tenaga medis yang ada, sehingga PUS tetap bisa menggunakan alat
kontrasepsi dan menjadi akseptor KB
•Lebih membuka diri terhadap informasi-informasi mengenai program KB.
•Melakukan follow up, pemantauan dan evaluasi terhadap masalah kesehatan, terutama
penggunaan KB di Kel. Pancoran Mas, Depok.
Dalam
Luar Gedung
Gedung
Unit
Promosi SMD
Kesehatan
Penyuluhan
Kegiatan Tidak Merokok
Prolanis di Sekolah
PHBS
Posyandu,
Posbindu
Kunjunga
n ke
Rumah
Kurangny tenaga kesehatan
Adanya pemegang program yg merangkp
jabatan
Kurang berjalannya tenaga surveilans dalam
pengendalian penyakit TB dan DBD
Pencatatan pelayanan kesling tidak direkap
Hanya 1 kelurahan di daerah wilayah
puskesmas yang telah melakukan PIS-PK
Kepada Dinas Kesehatan terkait untuk
menambah tenaga kesehatan di PKM agar
tidak ada yang merangkap jabatan
Diharapkan pemegang suatu program
memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai
Diharapkan tenaga surveilans tidak hanya
melakukan pendtaan, tetapi juga mengolah
dan menganalisis data sehingsga menghailkan
informasi.
Puskesmas lebih mengoptimalkan wktu untuk
melakukan PIS PK sehingga semua kelurahan
terdata untuk IKSnya.