Anda di halaman 1dari 22

BAB VI

PANCASILA SEBAGAI
SISTEM ETIKA
PENGANTAR
Etika merupakan hal yang sangat diperlukan
dalam menjalankan kehidupan berbangsa
dan bernegara, karena dengan memiliki
etika maka kita mampu menjalankan
kehidupan bernegara dengan baik sebagai
masyarakat yang mempunyai perilaku yang
baik, kebiasaan hidup yang baik ini dianut
dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi yang lain. Dalam artian ini, etika
sama maknanya dengan moral. Etika juga
merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah
suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana
kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan
berbagai ajaran moral.
Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yang
hidup dalam realita sosial, keagamaan, maupun adat
kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya juga nilai-
nilai yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa pun dan
kapan pun. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang
sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai
sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di
dalam etika Pancasila terkandung nilai- nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Pancasila sebagai sistem etika di samping
merupakan way of life bangsa Indonesia, juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun
untuk memberikan tuntunan atau panduan
kepada setiap warga indonesia dalam bersikap
dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan
untuk mengembangkan dimensi moralitas
dalam diri setiap individu sehingga memiliki
kemampuan menampilkan sikap spiritualitas
dalam kehidupan bermasycarakat, berbangsa,
dan bernegara. Mahasiswa sebagai peserta
didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-
akademik yang memerlukan sistem etika yang
orisinal dan komprehensif agar dapat
mewarnai setiap keputusan yang diambilnya
dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan ilmiah
yang diambil tanpa pertimbangan moralitas,
dapat menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu
sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu
hampa nilai (value –free).
KONSEP URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM
ETIKA
Pengertian Etika
Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa
yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Ethos dan
ethikos. Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat
yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan
dan perbuatan yang baik66. Istilah moral berasal dari
kata latin yaitu mores, yang merupakan bentuk jama‟
dari mos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan
watak, kelakuan, tabiat, dan cara hidup. Sedangkan
dalam bahasa Arab kata etika dikenal dengan istilah
akhlak, artinya budi pekerti. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia disebut tata susila. K Bertens dalam buku
etikanya menjelaskan lebih jelas lagi.
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam
bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang
biasa; padang rumput; kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak;
perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak artinya
adalah adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada
diri seseorang atau kepada masyarakat. Kebiasaan hidup yang
baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
lain.
MACAM MACAM ETIKA

Etika Deskriptif Etika deskriptif


Merupakan usaha menilai tindakan atau prilaku berdasarkan pada
ketentuan atau norma baik buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama
di dalam masyarakat.

Etika Normatif
Mendasarkan diri pada sifat hakiki kesusilaan bahwa di dalam perilaku
serta tanggapan- tanggapan kesusilaannya, manusia menjadikan norma-
norma kesusilaan sebagai panutannya.
Etika Deontologi
Etika Deontologi adalah suatu tindakan dinilai baik buruk berdasarkan apakah
tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Dengan kata lain, suatu
tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang baik pada dirinya sendiri,
sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya suatu
tindakan dinilai buruk secara moral karena tindakan itu memang buruk secara
moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita lakukan.

Etika Teleologi
Etika Teleologi menilai baik buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau
akibat dari tindakan tersebut. suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan baik
dan mendatangkan akibat baik. Jadi, terhadap pertanyaan, bagaimana harus
bertindak dalam situasi kongkret tertentu, jawaban teleologi adalah pilihlah
tindakan yang membawa akibat baik. Dengan demikian, bisa dikatakan
bahwa etika teleologi lebih bersifat situasional dan subyektif. Kita bisa
bertindak berbeda dalam situasi yang lain tergantung dari penilaian kita
tentang akibat dari tindakan tersebut.
Urgensi dan Pentingnya Pancasila Sebagai
Sistem Etika
Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal- hal
sebagai berikut.
Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan
bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-
prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga negaraharus
didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada norma
agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma
agama, maka prinsip tersebut memiliki kekuatan (force) untuk
dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya.
Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus,
yaitu tindakan manusia yang mengandung implikasi dan
konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus homini, yaitu
tindakan manusia yang biasa.
Tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi moral
diungkapkan dengan cara dansikap yang adil dan beradab
sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia dan
antar makhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan
yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.

Ketiga,hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan


untuk hidup bersama sebagai warga bangsa yang
mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan
individu atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan
pada semangat kebersamaan, solidaritas sosialakan
melahirkankekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai
yang bersifat memecah belah bangsa.
Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada
prinsip musyawarah untuk mufakat.
Artinya,menghargai diri sendiri sama halnya dengan
menghargai orang lain. Kelima, hakikat sila keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwudan dari sistem etika yang tidak menekankan
pada kewajiban semata (deontologis) atau
menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi
lebih menonjolkan keutamaan (Virtue ethics) yang
terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.
Urgensi Pancasila sebagai sistem etika antara lain ialah sebagai
berikut ini: Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika
sama halnya dengan menempatkan pancasila sebagai sumber
moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan
keputusan yang diambil setiap warga negara ; Pancasila sebagai
sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan
baik lokal, nasional, regional, maupun internasional ;

• Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi


berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara
sehingga tidak keluar dari semangat negara kebangsaan yang
berjiwa pancasilais ; Pancasila sebagai sistem etika dapat
menjadi filter untuk menyaring pluralitas nilai yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
globalisasi yang mempengaruhi pemikiran warga negara.
• .
Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika76 terkait dengan problem yang
dihadapi bangsa Indonesia sebagai berikut. Pertama, banyaknya kasus
korupsi yang melanda negara Indonesia sehingga dapat melemahkan sendi-
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kedua, masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama
sehingga dapat merusak semangat toleransi dalam kehidupan antar umat
beragama, dan meluluhlantakkan semangat persatuan atau mengancam
disintegrasi bangsa

Ketiga, masih terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam


kehidupan bernegara, seperti: kasus penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan
Cebongan Yogyakarta, pada tahun 2013 yang lalu. Keempat, kesenjangan
antara kelompok masyarakat kaya dan miskin masih menandai kehidupan
masyarakat Indonesia. Kelima, ketidakadilan hukum yang masih mewarnai
proses peradilan di Indonesia, seperti putusan bebas bersyarat atas pengedar
narkoba asal Australia Schapell Corby.
Keenam, banyaknya orang kaya yang tidak bersedia membayar pajak dengan
benar, seperti kasus penggelapan pajak oleh perusahaan, kasus panama papers
yang menghindari atau mengurangi pembayaran pajak. Kesemuanya itu
memperlihatkan pentingnya dan mendesaknya peran dan kedudukan Pancasila
sebagai sistem etika karena dapat menjadi tuntunan atau sebagai Leading
Principle bagi warga negara untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.

Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegara sebab berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup. Namun,
diperlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai-nilai moral yang hidup tersebut
agar tidak terjebak ke dalam pandangan yang bersifat mitos.
Sumber Historis, Sosiologis,
Politis tentang Pancasila
Sebagai Sistem Etika
SUMBER HISTORIS
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk
sebagai Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai
Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistemetika, tetapi nilai-nilai moral
telah terdapat pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde
lama telah mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh

Presiden Soekarno disebut dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki


sendiri). Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem etika
disosialisasikan melalui penataran P-4 dan diinstitusionalkan dalam wadah
BP-7. Ada banyak butir Pancasila yang dijabarkan dari kelima sila Pancasila
sebagai hasil temuan dari para peneliti BP-7.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam
hirukpikuk perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaraan etika
politik. Salah satu bentuk pelanggaran etikapolitik adalah abuse of power, baik
oleh penyelenggara negara di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan inilah yang menciptakan korupsi
di berbagai kalangan penyelenggara negara.

SUMBER SOSIOLOGIS

Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam


kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang
Minangkabau dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh
pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan
lokal yang bertebaran di bumi Indonesia ini sehingga memerlukan
penelitian yang mendalam.
SUMBER POLITIS
Sumber Politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma
dasar (Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan
perundangan-undangan di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori
hukum itu suatu norma yang berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah
Sumber
SumberHistoris, Historis,Sosiologis,
Sosiologis,
memperoleh kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi
suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah
Politis
Politis tentang tentang PancasilaPancasila
kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut (Kaelan, 2011: 487).

Sebagai
sistem etikaSistem
Sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai Etika
merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang
sifatnya abstrak, sedangkan perundang-undangan merupakan norma yang ada
di bawahnya bersifat konkrit.
Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan juga dengan
praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur-struktur sosial, politik,
ekonomi. Etika politik memiliki 3 dimensi, yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik
itu sendiri. Dimensi tujuan terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan
masyarakat dan hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan.
.
Dimensi sarana memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi sistem
dan prinsip-prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan
negara dan yang mendasari institusi-institusi sosial. Dimensi aksi politik
berkaitan dengan pelaku pemegang peran sebagai pihak yang
menentukan rasionalitas politik. Rasionalitas politik terdiri atas
rasionalitas tindakan dan keutamaan. Tindakan politik dinamakan
rasional bila pelaku mempunyai orientasi situasi dan paham
permasalahan
DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM
ETIKA
Tantangan terhadap sistem etika Pancasila, Pertama tantangan terhadap sistem
etika Pancasila pada zaman Orde Lama berupa sikap otoriter dalam pemerintahan
sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan negara yang menerapkan
sistem demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem etika
Pancasila yang lebih menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat. Kedua
tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait dengan
masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan penyelenggaraan
negara.

Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosial karena nepotisme, kolusi, dan
korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu. Ketika,
tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa eforia
kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya,
munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan
kebebasan berdemokrasi
Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang
dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk mengatur perilaku
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila
terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk
perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya

Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa


Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur
perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam
kehidupan bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan
kekuasaan) dapat diminimalkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai