Anda di halaman 1dari 4

REVIEW FILM DOKUMENTER

DIAM DAN DENGARKAN


Dosen pengampu: Dr. Immy Suci Rohyani, S.P., M.Si

Disusun Oleh:
Sania Salsabila Mardita
G1E0022044

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
Review Film Dokumenter “Diam & Dengarkan”
Film “Diam & Dengarkan” merupakan sebuah film dokumenter yang menyinggung
kondisi lingkungan di tengah pandemi Covid-19. Film ini menyajikan berbagai kirisis
lingkungan yang terjadi akibat eksploitasi yang dilakukan manusia secara besar-besaran.
Dalam film ini juga menjelaskan bagaimana hubungan kehidupan manusia, hewan, tumbuhan
air, udara, dan keseluruhan yang ada di alam dengan berbagai krisis lingkungan. Film “Diam
& Dengarkan” menyajikan enam bagian subtema yang berbeda.

Pada bagian pertama dengan judul “Kiamat yang Tak Terhindarkan” menceritakan
perjalanan kehidupan makhluk hidup di bumi dengan berfokus pada keberadaan manusia
yang menjadi pusat kehidupan. Hal ini berkaitan dengan teori Etika Antroposentrisme, yang
dimana manusia memiliki tahta tertinggi atau spesies yang meguasai bumi di alam dan
mengalahkan makhluk hidup lain yang sebenarnya hidup lebih dulu di alam. Ketika
munculnya sebuah virus yang menimbulkan wadah pandemi Covid-19 yang dapat
menghilangkan ratusan juta nyawa. Sehingga bumi dapat merasakan untuk rehat dari
berbagai padatnya aktivitas manusia yang dapat merusak bumi. Pandemi yang menyisakan
banyak waktu untuk istirahat dan merenung, adalah titik awal perjalanan baru manusia
sebagai spesies.

Bagian kedua dengan judul “Mens Sana In Corpore Sano” menjelaskan korelasi
antara kesehatan mental atau jiwa dan kesehatan fisik yang memiliki keterkaitan yang sangat
erat. Jika dikaitkan dengan keadaan pandemic, masyarakat harus menjaga diri sendiri dengan
menaati protocol kesehatan, namun tetap harus dalam mental yang sehat. Pandemi bukanlah
suatu yang baru terjadi dalam sejarah, sehingga dengan menerima dan menyadari
kemampuan manusia untuk beradaptasi serta menyeimbangkan anatara tubuh yang kuat
dengan jiwa yang sehat.

Bagian ketiga dengan judul “Kerajaan Plastik” memberikan gambaran tentang


inovasi-inovasi yang dibuat manusia dengan tujuan baik namun menjadi boomerang bagi
manusia dan alam itu sendiri. Film ini menjelaskan tentang sulitnya sampah plastic untuk
terurai, karena hanya 2 dari 9 limbah plastic yang dapat diurai. Limbah plastic tidak hanya
mencemari daratan saja, namun juga wilayah perairan yang dimana tanpa sengaja akan
dimakan oleh hewan laut dan akan kembali dikonsumsi oleh manusia. Tantangan besar untuk
memperlambat laju bahaya limbah plastik adalah dengan mencari alternatif atau pengganti
plastik dan mengurangi penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada bagian keempat yang berjudul “Air, Sumber (Gaya) Hidup” memberikan fakta
bahwa jumlah air yang digunakan sebagai sumber kehidupan manusia terbatas. Hal ini terjadi
karena manusia menggunakan air bukan hanya sumber kehidupan, namun bergerak menjadi
sumber peradaban yang berevolusi menjadi sumber energi, industry, agrikultur, rekreasi, dan
bahkan menjadi gaya hidup. Manusia terbiasa hidup dengan mengunakan bahan organic
yang sulit terurai seperti detergen, sabun, atau skincare karena lebih murah dibanding bahan
yang lebih ramah lingkungan.

Bagian kelima yang berjudul “Kehutanan yang Maha Esa” berfokus pada hutan yang
menjadi rumah bagi kenaekaragaman hayati atau berbagai jenis kehidupan di bumi,
contohnya udara, air, bahan makanan yang semuanya bergantung dari keanekaragaman
hayati. Oleh karena itu, hutan perlu dijaga dan dilestarikan dengan melakukan penghijauan
dan juga mengubah pola hidup. Mengubah pola hidup ini bisa dimulai dari memilah produk
makanan, sabun, sampo, hemat penggunaan kertas, mengurangi mengonsumsi daging, hemat
listrik, dan masih banyak lagi. Karena jika tidak mengubah pola hidup seperti itu dapat
menyebabkan pengundulan hutan secara tidak langsung.

Bagian terakhir atau keenam dari film ini mengangkat judul “Samudera Cinta” yang
menjelaskan tentang hubungan manusia dengan sesuatu yang bisa membuat mereka bahagia.
Salah satu narasumber, Prajna Murdaya, menyebutkan bahwa kebahagiaan yang diperoleh
dari uang hanya pada level tertentu. Selain karena uang, kebahagiaan manusia juga berasal
dari makanan yang di konsumsi setiap harinya. Semakin banyak keragaman makanan, dan
tingginya konsumsi energi dan prortein, maka semakin tinggi level kesejahteraan manusia
tersebut, namun berbanding terbalik dengan kesejahteraan bumi. Di bagian akhir, pandemi
Covid-19 disebut kondisi dimana seluruh manusia di bumi mengambil jeda dan
merefleksikan diri untuk lebih sadar akan hidup sehat dan memikirkan tentang lingkungan.

Keterkaitan Film Diam & Dengarkan dengan teori Etika Lingkungan

a) Teori Antroposentrisme
Pada bagian pertama di film ini berfokus pada keberadaan manusia yang menjadi pusat
kehidupan. Hal ini mendefinisikan teori Antroposentrisme yang dimana manusia
memiliki tahta tertinggi atau spesies yang meguasai bumi di alam dan mengalahkan
makhluk hidup lain yang sebenarnya hidup lebih dulu di alam. Semakin berkembangnya
zaman, manusia mengalami evolusi dan pasti akan memerlukan kebutuhan yang
bersumber dari alam sehingga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan karena manusia
hanya memikirkan kebutuhan hidupnya tanpa memikirkan kondisi alam.
b) Teori Biosentrisme
Teori ini berpandangan bahwa tidak hanya manusia saja yang memiliki nilai, namun
alam semesta juga memiliki nilai terlepas dari kepentingan manusia. Dengan berdasarkan
film Diam & Dengarkan ini, teori biosentrisme terlihat pada bagian ketiga yang
menjelaskan bahwa limbah plastik dapat mengancam kehidupan manusia, sehingga
manusia berpikir untuk mencari alternatif pengganti plastik agar dapat mengurangi
limbah dan menjaga keberlangsungan keanekaragaman hayati.
c) Teori Ekosentrisme (Deep Ecology)
Teori Ekosentrisme menyampaikan pandangan bahwa makhluk hidup dan benda abiotic
lainnya memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Kewajiban setiap makhluk hidup
tidak dibatasi, tetapi juga berlaku pada semua realistas ekologis. Pandangan ini
menunjukkan kehidupan tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk
hidup keseluruhan dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai