Anda di halaman 1dari 52

Syair Bayan Budiman

1) Bismillah itu pertama kalam

Dengan nama Allah khalik al-‘alam

Kelimpahan rahmat siang dan malam

Kepada segala mu’min dan Islam

2) Alhamdulillah puji yang nyata

Diturunkan Allah kepada kita

Puji yang amat adalah serta

Sekalian kembali kepada Tuhan kita

3) Pujinya empat suatu ma’na

Dikarangkan oleh fakir yang hina

Sekalian berhimpun ada keempatnya

Kepada Allah Tuhan yang Ghana

4) Ar-Rahman itu suatu sifat

Ma’nanya murah sekalian tempat

Seisinya alam laut dan darat

Sekaliannya itu beroleh nikmat

5) Ar-Rahmim itu sifat yang sani 143)

Ma’nanya sangat mengasihani

Barang yang Islam hati nurani


Makanya Allah ada mengampuni

143) Sani= mulia

6). Dengarkan tuan suatu madah 144)

Sikarang oleh fakir dalam gundah

Sungguh pun syair bukannya mudah

Kalaukan ada memberi faedah

7) Fakir mengarang belum biasa

Kalam dipegang seribu rasa

Jikalau ada tersalah bahasa

Melainkan Allah mengampun dosa

8) Fakir yang dhaif dagang yang hina

Menyurat syair sebrang guna

Jikalau salah lafadz dan makna

Melainkan ampun Tuhan yang Ghana

9) Fakir menyurat tiada bertentu

Laksana kaca pecah di batu

Jikalau ada tersalahnya itu

Mohonkan ampun juga disitu

10). Mengarang bukannya mudah

Duduk berpikir tunduk tengadah


Jikalau ada dagang yang salah

Mohonkan ampun kepada Allah

11) Hati fakir sangatlah duka

Melihat kelakuan adik dan kaka

Kepada ibadat banyak tak suka

Dunia akhirat kenalah murka

Dunia pun tidak lagi sentosa

Dekatlah ia hendak binasa

Baiklah kita berbuat jasa

Kepada Allah Tuhan Yang Esa

12) 144) madah= kata yang digunakan untuk puji-pujian

Dunia ini tiada berguna

Kepada anbia orang yang Ghana

Sebab takut akan terkena

Pikirlah tuan yang bijaksana

13). Baiklah berpikir ibu dan bapa

Akan ibarat fakir yang papa

Siang dan malam janganlah lupa

Akannya Allah Tuhan yang baqa

14) Ibarat fakir tuan dengarkan

Entah ia entah pun bukan


Ibadat tidak dikerjakan

Lalai dengan minum dan makan

15) Fakir yang dhaif mengingati

Saudara aja berkecil hati

Baiklah kita berbuat berbakti

Akan bekal dibawa mati

16) Seperti orang yang muda-muda

Kepada berguru haram tiada

Ilmu sepatah di dalam dada

Mabuk begurau dengan senda

17) Saudara wai jangan tersalah sangka

Bukannya dunia negeri yang baqa

Sekedarkan duduk dengan seketika

Akhirnya kelak berpindah juga

18) Syair ini dengarkan olehmu

Barang orang mencari ilmu

Di dalam kitab banyak yang jemu

Di dalam syair baharu bertemu

19) Fakir nan tidak mengada-ada

Akan ilmu di dalam dada


Terkarang di dalam kertas Walanda

Di dalamnya banyak gurau dan senda

20) Adalah konon suatu cerita

Sekalian unggas yang ada di udara

Ia bersoal sama saudara

Memahamkan ilmu jangan cedera

21) Awa berkata si burung Nuri

Kepada unggas bijak bestari

Ia berkata sama sendiri

Marilah kita berperi-peri

22) Bermadah pula si burung Helang

Ia berkata berulang-ulang

Hamba ini orang yang malang

Ilmu di dalam habislah hilang

23) Bersyair pula burung Merpati

Cobalah suruh unggas ghairati

Baiklah kita bebuat bakti

Serta ilmu kita tuntuti

24) Ayo hai segala ibu dan bapa


Kita nan sangat menaruh alpa
Hidup nan tidak lagi berapa
Kepada ibadat kita lupa

25) Bermadah pula si burung Dewata

Benar sekali kakanda berkata

Jikalau begitu bicara kita

Janganlah loba cari harta

26) Kepada ilmu janganlah lagi lalai

Di dalam Neraka badan tersalai

Gilalah dengan nasi dan gulai

Ilmu dan amal dihalai balai

27) Apabila lagi mencari makan

Ilmu tak dapat kita amalkan

Dari ilmu kita buangkan

Baik juga soal jadikan

28) Kita nan duduk di dalam dunia

Baiklah berguru kita sekaliannya

Jikalau sudah dunia nan fana

Sesal pun tiada bersama

29)Jentayu berkata sambil bersenda

Benarlah sangat kata kakanda

Kita nan sekalian yang muda-muda


Fikir di sini haram tak ada

30) Disahut Pasi seraya bermadah

Dengan demikian betapakah sudah

Hatinya beta sangatlah gundah

Dari dunia lagikan pindah

31) Nuri bersyair berperi-peri

Ilmu Allah baik dicahari

Kepada ilmu kita pelajari

Masakan tiada ia memberi

32) Nuri berkata sambil bersenda

Bukannya hamba mengada-ada

Sementara badan lagikan muda

Caharilah ilmu jangan tiada

33) Cenderawasih burung yang sakti

Sangatlah kuat berbuat bakti

Kepada Tuhan Rabb al-‘Alamin

Sementara hidup belumnya mati

34) Burung unggas angkasa

Duduk mengaji senantiasa (hlm.5)


Kepada ilmu terlalu perkasa

Mengajarkan sembahnyang serta puasa

35) Tekukur bermadah suram durja

Lakunya seperti orang yang manja

Hamba mengaji baharu mengeja

Dapat pun belum sudah tuahlah sahaja

36) Hamba mengaji orang berdua

Berkawan dengan si burung Rawa

Apatah akal kedapatan tua

Jadilah hamba amat kecewa

37) Burung Ketitir menjawab kata

Kakanda ini sangatlah dusta

Jikalau sebab tidak berharta

Baiklah ambil kepada beta

38) Badanlah tuah baik mengaji

Mendapatkan sekalian lebai 145) dan haji

Jikalau ada di sanalah kita janji

Mendapat ilmu lagi terpuji

39) Tiung bermadah sambil melompat

Hamba pun salah juga berpendapat


Hendak mengaji tiada dapat

Akhirat melepas dunia nan dapat

40) Hamba ini salah memilih

Kepada dunia juga ditolih

Negeri akhirat tiada kalih

Akhirat lepas dunia tak bolih

41) Merak menyahut memantikkan jari

Laku seperti orang menari

Ilmu tak dapat lagi dicahari’badan pun sudah sugul 146) dan negeri

42) Hendak mengaji mencari berkat


Badan pun tidak berangkat

Jikalau ada kurang yang dekat

Kucoba juga jalan bertingkat

145) lebai= orang yang mengetahui tentang agama

146) sugul= masygul

43) Bersyair pula burung Rawa

Hamba ini sangat kecewa

Hendak mengaji badanlah tua

Tetapi sudah sekali dua

44) Apatah akal bebalnya sangat


Kata sepatah haram tak ingat

Seperti orang hilng semangat

Entahpun hendak mati bangat

45) Berkata burung Punai dara-dara

Hatinya hamba tidak terkira-kira

Pengajian hamba banyak cedera

Atas di bawah habislah lara

46) Bermadah pula burung Pipit

Hendak mengaji badan pun sakit

Jikalau ada lebai dan syahid

Kucoba juga barang sedikit

47) Jangan seperti si burung Kentung

Ilmu akhirat di hitung-hitung

Baik mencari gula dan tepung

Membuat penganan burung

48) Bermadah pula si burung Merbah

Ilmu akhirat hamba tak gundah

Baik mencari penganan zuadah

Lekas berasa kepada lidah


49) Bemadah pula si burung Siual

Mengaji musyakat haram tak betul

Salah sedikit guru memukul

Lalu tak dapat mengaji ushul

50) Mengaji setahun lalu berhenti

Sebab tak tetap di dalam hati

Tatkalanya beta berbuat bakti

Ibu dan bapa habislah mati

51) Bermadah pula burung Pekak batu

Sungguhpun miskin badan piatu

Tiadalah tinggal sembahyang lima waktu

Kasta ta’ral hawalnya satu

52) Pergam 147) berkata awal setinja

Apalah sudah ada belanja

Berpaksa serta rasa tinja

Di situ awal kita bekerja

53) Bermadah pula Bayan Tashdik

Kita berpaham adik beradik (hlm.7)

Bertanyakan guru yang sidik

Mersik 148) kepada kita pawasik


54) Bermadah pula serindit sorak hebat

Terlalu tinggi aib martabat

Usul itu belum dijabat

Rukun syahadat belumnya dapat

55) Uncat berkata sambil menjait

Baik dengarkan kita watat

Jikalau tiada tahu ilmu hakikat

Tahi kambing disangka buntat 149)

56) Menyahut serindit burung piatu

Orang paham tiada begitu

Hendaklah mengajar biarlah tentu

Merusakkan pekerjaan sembahyang lima waktu

57) Menjadi kita tiada terkira-kira

Mendengarkan paham sanak saudara

Paham dahulu sudah ceddera

Seperti orang menggenggam bara

147) pergam = burung merpati besar

148) mersik = bunyi yang kuat, nyaring

149) buntat = batu empedu

58) Uncat berkata sambil melompat

Betapun salah jua pendapat


Beta mengaji orang berempat

Betapapun baharulah tahu membaca sifat

59) Lalu bersyair burung Kekencul

Beta mengaji tiada betul

Sifat itu bernama usul

Bertuhankan Allah penghulu akan Rasul

60) Cobalah saudara janganlah bahil

Kita ketahui wajib mustahil

Biarlah tahu batin dan dzahir

Daripada awal datang ke akhir

61) Bermadah pula si burung Lawa

Ia berkata ada berpeluh

Di dalam hati hancur dan luluh

Daripada itu menjadi suluh

62) Lu berkata menundukkan muka

Jawablah coba adik dan kaka

Orang berfirman guru jenaka

Inilah bernama isi Surga

63) Merak menjawab mula pertama

Sahaya mengaji belumlah lama


Sudah juga mengadap ulama

Sudah mendapat rukun yang lima

64) Berkata sendiri sudah terpuji

Tiada pikirkan sobat janji

65) Janji itu sudahlah dahulu

Di dalam akhirat kita terpalu

Jangan ditukar sunat dan fardlu

Orang kemudian disangkakan dahulu

66) Bermadah pula gagak surah

Ia berkata manis suara

Mengapatah diam sanak saudara

Memahamkan ilmu jangalah cedera

67) Segala kakanda jawablah pantas

Bersoal jangan berates

Beta dengarkan pantas memantas

Tiadalah pahamkan di dalam kertas

Orang bersoal usul budiman

Bersabda kepada kawan dan teman

Janganlah tinggalkan hadist dan firman

Itulah tanda orang budiman


68) Iman Islam tauhid ma’rifat

Kita yang utama tiada dapat

Hendak mengaji tiadalah sempat

Tiadalah tahu makna yang empat

69) Bermadah pula bururng Perling

Lagi dahulu beta berpaling

Setahun mengaji ke Lebai keliling

Habis secupak berganti seling

70) Kakanda jangan mengikut sahaya

Kepada akhirat tiada percaya

Dunia banyak bumi yang sedia

Telebih manis kayu hara

71) Pikirlah tuan awang dan dayang

Berbuat bakti malam dan siang

Hidup kita seumpama wayang

Tiadalah sadar nyawa melayang

72) Luh berkata hatinya malu

Ampun kepada tuan penghulu

Baik coba kita dahulu


Mana yang sunat mana yang fardlu

73) Jalik berkata karena Allah

Di dalam kitab sudah terjumlah

Baik mengaji suatu masalah

Supaya tahu benar dan salah

74) Pikirkan orang emas tempawan

Nafsu amarah baik kau lawan

Biarlah hampir kepada Tuhan

Jangan menjadi sekalian hewan

75) Masalah muftadin kecil tuan

Baik laki-laki baik perempuan

Soal dan jawab supaya berlawan

Baharulah ma’rifat berbetulan

76) Sawiyah bermadah beta nan dagang

Sungguhpun beta panjangnya pinggang

Hendak bertanya kepda tukang

Ma’rifat mana nan kita pegang

77) Ayo hai enci 150) berilah beta

Dengan bagaimana sahaya meminta


Jikalau ada untungnya kita kata

Tatkala mati jauh serta

150) enci= panggilan kepda orang lelaki atau perempuan yang sederhana atau lebih muda.

78) Sawiyah berkata berulang-ulang

Kepada merpati burung terbang

Baharulah sahaya hendak menyelang

Sepatah ingat sepatah hilang

79) Hilanglah sudah peringatan

Tidak tahu segala amatan

Sahaya hela dan makan

Ilmu akhirat dilaksanakan

150) enci= panggilan kepda orang lelaki atau perempuan yang sederhana atau lebih muda.

80) Lalu bermadah pula merpati

Adindah bertanyakan bersungguh-sungguh hati

Sahayapun tidak juga mengerti

Hendak mengenal Rabb al-‘izzati

81) Ayo adindah baiklah dahulu

Mahulah sahaya jangan malu

Baiklah mengaji sunat dan fadlu

Itulah pesanan yang telah lalu


82) Janganlah tuan berkecil hati

Kepada hamba fakir bermati

Mengaji usul amat-amati

Pengenal itu biarlah pasti

83) Sudahlah dapat usul dikaji

Fiqih pula hendak diketahui

Jikalau untung seperti janji

Menjadi lebai 151) lagi terpuji

84) Jikalau adinda takut kecewa

Dapatkan kakanda si burung Rawa

Itulah guru kita yang tua

Jikalau dapat dengan fatwa

85) Sawiyah bemadah pintakan doa

Sahaya mendapatkan si burung Rawa

Kepada ia meminta fatwa

Jikalau dapat sepatah dua

86) Ia berjalan tidak terperi’

Tidak memandang kanan dan kiri

Sedikit berjalan banyak berlari

Datang ke rumah ia terdiri


87) Rawa memandang dengan segera

Naiklah tuan lebai indera

151) lebai= orang yang mengetahui tentang agama

88) Ayo adinda apa bicara

Lebai nan datang dari udara

89) Serta naik duduk bersila

Kopiyahnya hitam atas kepala

Berjalan selama selama berbuat pahala

Minta doa menjauhkan bala

90) Rawa segera ia bertanya

Lebai indera hendak kemana

Sampai ke kampung fakir yang hina

Banyaklah lagi orang yang bahana

91) Ampunlah tuan ke bawah tahta

Sawiyah yang hina hendak berkata

Jikalau ada kenang dan cinta

Hamba tuan hendak meminta

92) Sawiyah bermadah mula pertama

Hendak bertanya ilmu ulama


Yang mana tuan terima

Biarlah kita berjalan bersama-sama

93) Rawa menjawab terlalu cepat

Adalah lebai mengaji sifat

Yang duapuluh itu ma’rifat

Itulah sahaja sahaya yang dapat

94) Wajib mustahil baiklah kajilah

Kepa kita sudah terjumlah

Jikalau tak dapat menjadi salah

Janganlah lebai berbuat lelah

95) Ayo hai lebai orang budiman

Baik mengaji qa’il iman

Mengatakan kalmia kitapun nyaman

Berapa hadist dengan firman

96) Sekalian kita tolabul ilmu

Di dalam usul sudah bertemu

Kajilah fiqih janganlah jemu

Supaya dapat agama olehmu

97) Sawiyah menyembah mengikut jari


Lakunya seperti orang menari

Sudahlah nasib untung sendiri

Hendak bertanyakan berapa peri

98) Lalu berkata si burung Sentara

Sungguhpun sahaya orang bersetara

Barang perkataan terlalu angkara

Banyaklah lebai sahaya kira-kira

99) Sambil tersenyum si burung Sentara

Ilmu haqiqah jangan dibongkar

Ikrarnya teguh berputar-putar

Usul itu sudah disetara

100) Sahaya berlayar ke sana-sini

Dikatakan banyak mencari bini

Yakinlah juga dengan subhani

Sudah mengaji kitab Ma’ani

101) Hakikat itu sukarlah adik

Dikaji dahulu tafsir dan baik

Kepada guru hendak selidik

Tiadalah boleh kitab mantik

102) Baiklah dahulu kita nana abang


Janganlah lebai tekong gampang

Batu yang pecah dikatakan lubang

Kayu cawang dan tambang

103) Lalu berkata si burung Kurawa

Bukit yang besar hendak dibawa

Cenderawasih hendak dirawa

Mendengar Sentara hendak tertawa

104) Perasaan sanat orang terbilang

Barang khabarnya tiada berkalang

Bagai seperti halubalang

Segenap negeri ia menyelang

105) Sawiyah hendak dibawa pulang

Lebai ilmu tiada dibilang

Jikalau disuruh si burung Helang

Biar disambar dibawa pulang

106) Burung lemba pula berkata

Seekor Rawa pandai berdusta

Mengaji kita berhabis rata

Bukannya begitu orang meminta


107) Tatkala orang bersuruhkan ilmu

Siang dan malam tiadalah jemu

Dia berjenaka ditengah jemu

Baharulah ini aku bertemu

108) Seekor Rawa berangkat lalu berdiri

Sambil menoleh kanan dan kiri

Niatnya hendak maunya lari

Takut digocoh 152) orang tampari

109) Sekalian kakanda janganlah murka

Akan penjabaran orang jenaka

Ampun kepada adik dan kaka

Ambillah kitab segeralah buka’

110) Bersyair Nuri unggas udara

Benarlah seperti kata saudara

Daripada Allah lagi memelihara

Dapatlah juga melepaskan sara

111) Tekukur bermadah menghamparkan bulu

Berkata sambil mendekkan hulu

152) Gocoh= dipukul, ditinju

hulu bagian tubuh dari leher ke atas; kepala


112) Sekedar soal sunat dan fardlu

Tidaklah hamba memberi malu

113) Kepada Tiung Nuri bertanya

Syahadat itu berapa kalimanya

Mana hadist mana firmannya

Baiklah segera beri jawabnya

114) Tiung bermadah sambil melompat

Hamba disitu hampir tak dapat

Jikalau ia tukar tempat

Menjadi hamba juga diumpat

115) Barang apapun cobalah

Dijawabnya juga insya Allah

Asyhadu an la ilaha illa Allah

Itulah hadist daripada Rasulullah

116) Itulah hadist bukannya firman

Sabda Nabi akhir al-zaman

Syahadat yang kedua dalil firman

Titah Tuhan khalik al-Rahman

117) Asyhadu ana Muhammad Rasulullah


Itulah dalil daripada Allah

Entah benar entahpun salah

Hamba tiada berbanyak ulah

118) Nuri bermada sambil tertawa

Sekalian paham orang yang tua

Sekedarkan soal kalimat yang dua

Menjawab juga sepatah dua

119) Nuri bermadah sahayapun lupa

Hendak bertanya kepada bapa

Istinja itu fardlu berapa

Jawablah tuan jangan bertimpa

120) Merka menjawab katanya pasti

Sahayapun susah di dalam hati

Bahasa isntinja mengharti

Tetapi sudah sahaya tuntuni

121) Tatkala hamba laginya muda

Sekaliannya semuanya ada

Sampaikan tua haram tak ada

Hilang seperti disambar garuda

122) Berkata pula si burung Merak


Nantilah dahulu janhanlah bergerak

Bapa lagi hendak terberak

Sekaliannya unggas habis bersorak

123) Rawa berkata sambil mengigit

Dimanakah perut tidakkan sakit

Sekalian dipaju 153) tidak sedikit

Habis sepinggan 154) baharu bangkit

153 dipaju = lahap, rakus (semuanya dimakan)

154 pinggan = piring besar

124) Sekalian unggas habis tertawa

Lalu marah si burung Rawa

Mengapa begitu samanya tua

Tidakkah dapat sepatah dua

125) Jawablah dulu barangnya dapat

Oleh orang sepanjang tempat

Tidakkah malu akan diumpat

Janganlah segan hendak melompat

126) Merak berkata sambil berdiri

Perutnya sakit tidak terperi

Sakitnya sahaja dini hari


Samalah tua coba oleh diri

127) Unggas Rawa sangatlah murka


Merah padam warnanya muka
Badanlah tua tidak meluka
153 dipaju = lahap, rakus (semuanya dimakan)
154 pinggan = piring besar

128) Akan skalian adik dan kaka

Unggas Rawa pula berkata

Ayo hai anakanda cahaya mata

Hamba menjawab kalau tak nyata

Pahamlah habis disambar buta

129) Hamba bawa guru kepada haji

Lamalah sudah tidak mengaji

Mahukah anakanda kita berjanji

Jikalau salah jangan dikaji

130) Merak menjawab dengan segera

Katanya dengarkan oleh saudara

Jikalau paham tidak cedera

Firman isjinja tiga perkara

131) Pertama menghilangkan rupa warna

Kedua menghilangkan bau yang hina


Ketiga menghilangkan rasa di sana

Istinja kita baharulah sempurna

132) Kepada Belatuk Nuri bertanya

Isyarat bersuci berapa banyaknya

Sepatah tidak dijawabnya

Pura-pura tidak didengarnya

133) Nuripun marah sangat terlalu

Katanya mengapa diri terkelu

Soal datang bertalu-talu

Orang yang tua diberi malu

134) Lihatlah akal si burung Belatuk

Pura-pura berbuat mengantuk

Seka 155) pun ada ia tercatuk 156)

Tidak dirasa bersin dan batuk

155) Seka= menyapu (menggosok-gosok)

156) catuk = duduk dengan kepala tertunduk sedikit

135) Bermadah pula si Rajawali

Mengapa saudara tiada perduli

Jawablah coba barang sekali

Jadikan tanggal jangan pamali


136) Bermadah pula burung Merpati

Cobalah juga saudara lihati

Jikalau ia udah nan mati

Maka tak mau ia menyahuti

137) Bermadah pula burung Dewata

Benar sekali kakanda berkata

Tanda orang sudahlah buta

Mulutnya tak mahu ia berkata

138) Bermadah pula burung Jentayu

Soal adinda tidaklah payu

139) Bersyairlah Beladu unggas di awan

Janganlah ia kemalu-maluan

Mengapatah pula diumpat kawan

Supaya ilmu kita beketahuan

140) Punai pun segera menyahuti

Sekedar itu hamba mengerti

Isyarat bersuci hamba tuntuti PERINTAH

Yaitu hafazh 157) di dalam hati

157) Hafazh = hapal

141)Nuri berkata sambil bersabda


Sekianlah paham orang yang muda

Berkat ilmu di dalam dada

Menjawablah juga barang yang ada

142) Dengan adindah Nuri mesurat

Itupun suatu pula akhirat

Bersuci itu berapakah isyarat

157) Hafazh = hapal

Jikalau tak dapat menjadi mudarat

143) Disahuti adindah unggas-unggas

Hendak berguru tidak kuasa

Karena tak dapat banyaknya bahasa

Hamba bersoal kurang periksa

144) Hamba berkata karena Allah

Kepada saudara hamba katakanlah

Mengaji setahun lamanya sudahlah

Baharu mengaji Alhamdulillah

145) Serta mengaji Alhamdulillah

Memalukan hurup banyak yang salah

Tiadalah rupanya diberi Allah

Hambapun lalu berhentilah


146) Bermadah Nuri unggas bestari

Rajawali jawablah oleh diri

Jawablah adindah berperi-peri

Jikalau tak dapat baik pelajari

147) Segera menyahut Rajawali

Hamba tidak mengaji sekali

Sebab kita tidak bertali

Emaspun tidak ada sekali

148) Tetapi ada menddengar warta

Jikalau benar bagai cerita

Bersuci itu isyarat yang nyata

Empat isyarat mahulah serta

149) Pertama air keduanya batu

Tanah dan kayu keempatnya itu

Kepada Islam ia berkata tentu

Di dalam kitab keluarny itu

150) Bersyairlah Nuri unggas udara

Ayahanda jawab dengan segera


151) Fadlu junub berapa perkara

Kepada pikiran hai saudara

152) Pergam 158) menyahut mukanya merah

Katanya jangan ayahanda kerah

Jikalau tak tentu khabarnya dan saudara

Akhirnya anakanda juga yang dimarah

158) pergam= burung mepati besar

153) Ayahanda mengaji tiada berapa

Sedikit dapat banyak yang lupa

Tetapi ada mendengar pertapa

Hampir tak dapat olehnya bapa

154) Tetapi adalah menengar warta

Kepada segala siding pendita 159)

Junub itu fadlu yang nyata

Fardlu tiga adalah serta

Pertama niat dengan air serta

Kedua menyampaikan air segala anggota

Ketiga menghilangkan najis yang lata

Jikalau ada pada badan kita

159) pendita= orang yang banyak ilmu, orang yang bertapa


155) Kepada Belatuk Nuri bertanya

Mengambil air sembahyang berapa fardlunya

Baiklah beri segera jawabnya

Supaya ingat kita sekaliannya

156) Belatuk berkata sambil berdaham-daham

Hamba jawab janganlah waham 160)

Hamba di situ kuranglah paham

Itupun jikalau ada olehmu

160 waham= curiga, buruk sangka, was was.

157) Hamba bertangguh barang sehari

Di dalam kitab hendak dicari

Jikalau dapat hamba kemari

Sekedar soal itu hamba beri

158) pergam= burung mepati besar

159) pendita= orang yang banyak ilmu, orang yang bertapa

160 waham= curiga, buruk sangka, was was.

158) Lalu yang seraya bersabda

Itulah pantangan orang yang muda

Jiaklau tidak ilmu di dalam dada


Janganlah hendak mengada-ada

159) Di dalam kitab tiadakan kurang

Sekaliannya ilmu disana terkarang

Paham dihati juga yang jarang

Di dalam sepuluh tidak seorang

160) Tidaklah ingat kata yang dahulu

Sudah bercakap tidaklah malu

Nahu dan mantik dikatakan lalu

Mengapa tak dapat sunat dan fardlu

161) Bernadah pula Nuri baik budi

Kepada unggas burung kudidi 161)

Berilah perkara wajibkan mandi

Berilah tahu jikalau sudi

161) kudidi = burung

162) Kudidi berkata insya Allah

Hamba menjawab tuan dengarkalah

Enam perkara disuruhkan Allah

Fardlu mandi hanya itulah

163) Airlah itu pertamanya

Kedua bertemu dua khitannya


Ketiga perempuan datang haidnya

Keempat nipas atas dirinya

164) Kelima wiladah 162) wjib semata

Keenam mati wajiblah serta

Yang bukannya sabil kematian kita

Menjawab wajib sekalian rata

161) kudidi = burung

162) wiladah= mandi yang diwajibkan bagi ibu yang baru melahirkan

165) Kepada laying-layang Nuri bertanya

Kepada mayat berapa fardlunya

Baiklah segera beri jawabnya

Supaya boleh didengar sekaliannya

166) Layang-layang berpikir tunduk tengadah

Menjawab soal bukannya mudah

Kebanyakan unggas yang telah sudah

Paham di hati hilang di lidah

167) Layang-layang menjawab terlalu cepat

Hamba di situ hampir tak dapat

Tetapi rasanya pendapat

Kepada mayat fardlunya empat


168) Pertama niat di dalam hati

Mengata nawaitu hadza ‘al-mayati

Mencucurkan air jangan berhenti

Supaya suci badan yang mati

169) Mengaturkan air berganti-ganti

Itulah fatwa hamba tuntuti

Supaya sempurna kepada yang mati

Kepada yang hidup beroleh bakti

170) Kedua itu dikafankan

Ketiga itu disembahyangkan

Itulah fatwah yang hamba pegurukan

Entahpun iya entahpun bukan

171) Keempatnya dikuburkan

Serta pula ditalqinkan

Jikalau salah tuan tunjukkan

Supaya boleh hamba pahamkan

172) Nuri berkata benarlah itu

Tidak bersalahan barang suatu

Rukun sembahyang berapakah disitu

Berilah tahu supaya tentu


173) Layang-layang berkata

Sabarlah dahului hai saudara

Hamba tidak terkira-kira

Pahamnya hamba belumlah mesra

174) Layang-layang bermadah sampai bercura163)

Katanya dengarkan oleh saudara

Jikalau paham tiada cedera

Rukun sembahyang mayat tujuh perkara

163)bercura=kelakar,olok-olok, berseloroh.

175) Pertama-tama berdiri mayat didekati

Kedua takbir ushali hadza al-mayati

Takbirnya empat berganti

Supaya sah kepada hati

176) Ketiga fatihah pula dikata

Keempat shalawat pula serta

Demikianlah fatwah sekalian pandita

Janganlah tertanggung kepada kita

177) Kelima membaca Allahuma la tahrimna

Keenam salam pula di sana

Baik-baik mengatur katanya


Jikalau tak dapat baik bertanya

178) Ketujuh tertib dibangkan 164) pula

Demikianlah sudah hak ta’ala

Orang sembahyang beroleh pahala

Di dalam Mahsyar tidak kendala

164) Dibangkan= diazankan

179) Takbirnya empat dibilangkan satu

Mayat di hadapan jadikan waktu

Hakikat sembahyang hendaklah tentu

Janganlah menghendaki real dan suku

163)bercura=kelakar,olok-olok, berseloroh.

164) Dibangkan= diazankan

180) Banyak juga orang begitu

Sembahyang haram barang suatu

Masuklah sembahyang hendaklah tentu

Hakikatnya itu seperti batu

181) Mengaturkan diri terlalu payah

Dinamai orang fardlu kifayah


Juga bukannya lebai berkifayah

Pasti tak terjawab soal ia

182) Nuri berkata benarlah itu

Tiada bersalahan barang suatu

Jikalau bukan lebai yang tentu

Tidak terjawab soalnya itu

145) lebai= orang yang mengetahui tentang agama

183) Nuri bermadah sambil bersabda

Dengan unggas yang muda-muda

Rukun sembahyang berpakah adinda

Berilah tahu kepada kakanda

Disahut oleh si burung Pekaka

Berkata gurau jenaka

Hamba ini orang celaka

Paham haram tidak terbuka

184) Disahut oleh si burung Murai

Berkata sambil dada ditagai

Hati hamba sangatlah ghalabah

Di dalam paham jadilah berubah

185) Hamba ini orang yang hina


Mengaji sepatah haram tak guna

Daripada saudara kuat bertanya

Dijawab juga barang yang kena

186) Murai menjawab dengan ikhlas

Rukun sembahyang itu tiga belas

Hendaklah amalkan janganlah malas

Di akhirat jamah beroleh balas

187) Pertama niat di dalam hati

Kedua tertib ingati

Mengaturkan dia berganti-ganti

Supaya sah amal shalati

188) Ketiga berdiri dengan betulnya

Jikalau tidak dengan betulnya

Keempat takbit serta niat

Supaya sah amal shalatnya

189) Kelima membaca fatihah yang tentu

Membenarkan huruf barisnya itu

Jikalau salah barang sesuatu

Menjadi batal hukumnya itu


190) Keenam ruku’ pula dikerjakan

Badan yang betul dibungkukkan

Ketujuh i’tidal didirikan

Serta yakin diamalkan

191) Kedelapan sujud pula dikatakan

Kesembilannya bangkit duduk sebentar

Bilangan kita jadi bertukar

Supaya sah kerja yang sukar

192) Kesepuluhnya itu duduk kemudian

Serta membaca tahiyat sekalian

Kesebelas shalawat pula dibilangkan

Baharulah sempurna amal dikerjakan

193) Ke duabelas salam ke kanan

Ke tigabelas tertib mengatur bilangan

Janganlah syak saudara sekalian

Itulah jadi simpulan iman

194) Nuri bermadah kepada Merbah

Jawablah adinda betullah sudah

Paham kakanda begitulah


Dunia akhirat jangan berubah

195) Bermadah Nuri berulang-ulang

Kepada Belatuk unggas terbilang

Berapa perkara syarat sembahyang

Beri jawab janganlah saying

196) Anakanda ini tiada bergurauan

Bertanyakan pula kepada kawan

Laksana orang mabuk cendawan

Sekalian orang hendak dilawan

197) Anakanda ini sangat perduli

Bertanyakan tidak suka sekali

Jikalau ada orang mahu membeli

Pasti engkau ku juali

198) Sunat fardlu janga dikatakan

Kepada hamba semuanya bukan

Jikalau ada benda yang dimakan

Kepada hamba baik diberikan

199) Hamba menjawab sembahyang sekali

Baharulah itu mengata usali

Tidak berasa sekali-sekali


Lalulah hamba balas perduli

200) Dicoba pula tiga hari

Membaca syahadat tunjukkan jari

Dinanti sampai tujuh hari

Mukanya pun haram tidak berseri

201) Sebab itulah hamba tak indah

Kepada pikir tidak faedah

Baik mencari penganan juadah 165)

Bangatlah berasa kepada lidah

Bangat: lekas; segera

165) Juadah= kueh, penganan

202) Nuri mengucap astagfirullah

Al-‘adzim alazi la ilaha illa Allah

Inilah orang laknatullah

Menjadi kafir na ‘uzubillah

165) Juadah= kueh, penganan

203) Nuri mengucap astagfirullah

Al-‘adzim wa atubu illa Allah

Tujuah puluh esa i’tiqad yang salah

Menjadi kafir na’uzubillah

Rawa mengucap ya Rabbana wa fu’ana


Wamahaladzi kana mina

Inilah I’tiqad yang tiada sempurna

Kepada ahlu 1-sunat tiada berguna

204) Tidakakah diri sadarkan mati

Makanya tak mau berbuat bakti

Tiada juga diamat-amati

Pekerjaan tidak dengan pasti

205) Saudara jangan tersalah sangka

Bukan dunia ini negeri yang baqa

Sekedar duduk dengan seketika

Akhirat kelak berpindah juga

206) Dunia ini sahajakan tinggal

Berlayar ke akhirat negeri yang kekal

Apabila sudah suah tanggal

Tiada sempat mencari bekal

Tatkala kita di dalam dunia

Perbekalan kita hendaklah sedia

Menantikan seketika meninggalkan dia

Ke negeri akhirat tempat yang mulia


207) Sedikit tidak percaya

Akan Allah Tuhan yang sedia

Sangatlah diberi ingatkan dunia

Akhirat diberi oleh perdaya

208) Bermadah Nuri unggas udara

Si burung Kentung hai suadara

Diberinyalah menjawab berura

Sunat sembahyang berapa perkara

209) Si burung kentung menyahut kata

Bukanlah dahulu hamba bercerita

Ilmu akhirat hamba tak serta

Mana perintah Tuhannya kita

210) Hamba berkata dari mula

Tidak mengenal Allah Ta’ala

Sampai sekarang ditanya pula

Akalnya hendak membuat kendala

211) Saudara itu orang pesonya

Sekalian orang habis ditanya

Barang siapa orang yang kena

Bolehlah ia menjawabnya
212) Hamba jangan ditanya lagi

Pastilah kakanda hamba pemaki

Hamba pun hendak bangat pergi

Mencari makan sementara pagi

213) Hamba ini orang yang keji

Sepatah haram tidak mengaji

Janganlah saudara bertanya lagi

Di Luh Mahfud sudah terjanji

214) Hamba mengaji sahaja tidaklah

Dimanakan dapat benar dan salah

Kemudian barang perintah Allah

Barang yan dikarunia terimalah

215) Nuri mengucap sambil tertawa

Astagfirullah tobat sudah

Tauhid ma’rifat tidak dibawa

Di dalam akhirat sangat kecewa

216) Nuri mengucap astagfirullah

Wa atubu taubat alaika

Itulah akal orang celaka

Bahagia di dalam api neraka


217) Malik al-Maut hadir menanti

Mengambil nyawah berganti-ganti

218) Burung jelatik seraya bersabda

Janganah segera orang yang muda

Jikalau tidak ilmu di dalam dada

Pemberi Allah sahajakan ada

219) Bermadahlah bagi si burung Pekaka

Janganlah diri syak dan sangka

Dikarunia Allah dengan neraka

Dimakan api hitamlah muka

220) Bersyairlah pula si burung Camar

Dirimu tidak takutkan amar

Ilmu dan amal tidaklah gemar

Senantiasa badan di dalam camar

221) Jikalau badan tidaklah suci

Negeri akhirat sangatlah keji

Mukanya hitam bagai jeruji

Segala yang memandang sangatlah keji

222) Jikalau tidaklah amal dan ilmu

Selang di dunia sangatlah hianatmu


Tambahan di akhirat tiada gunamu

Tiada yakin kepada hatimu

223) Inilah tanda orang yang sesat

Menuntut ilmu tiada dengan nasehat

Siksa neraka tiadakah dahsat

Lidahmu terjulur sampai ke pusat

224) Lidahmu idak memuja Allah

Negeri akhirat engkau rasalah

Di sanala tentu benar dan salah

Habislah akal tipu dan alah 166)

166) alah=kalah

225) Bermadah pula si burung Merak

Suadara jangan melalui syara’

Badan nan tidak dapat bergerak

Dengan nerraka ia diarak

226) Badan nan arak masuk neraka

Siksanya tidak berseketika

Serta dengan lapar dan dahaga

Inilah tanda orang celaka


227) Bersyair bagi burung Dewata

Siksa neraka yang amatlah nyata

Segala mereka itu terlata-lata

Seperti orang tidak bermata

228) Ingat orang dan dayang

Hidup kita seumpama wayang

Sementara belum nyawa melayang

Tuntutlah ilmu jangan kepalang

229) Bersyair pula si Burung Rawa

Ia berkata sambil tertawa

Ilmu dan amal baik dibawa

Di dalam akhirat jangan kecewa

230) Bermadah pula si burug Pipit

Kuburnya itu terlalu sempit

Datanglah malaikat membawa semangat

Besi hangat lidah diapit

231) Badan tergoyong seperti bangkai

Datanglah siksa berbagai-bagai

Dengan neraka badan disoraki


166) alah=kalah

Sesal pun tidak lagi terpakai

232) Tatkala di dalam dunia dan mana

Mendirikan sembahyang mulia dan hina

Jikalau sudah ia nan pana

Sesal pun tidak lagi berguna

233) Menyesalah kelak saudara di sana

Karena sebab sdah terkena

Dikarenakan sembahyang tiada berguna

Tatkala masih di dalam dunia

234) Bersyair bagi si burung Merpati

Hidup nan kita menantikan mati

Baikalah kita berbuat bakti PERINTAH

Kepada Tuhan Rabb al-‘Izzati

235) Dengan kehendak Tuhan Rabbani

Tamatlah sudah karangan ini

Barang yang Islam hati nurai

Mengambil ibarat ia di sini

236) Tamatlah syair unggas angkasa


Fakir mengarang tidak periksa

Jikalau ada tersalah bahasa

Melainkan Allah mengampun dosa

237) Syair burung tamatlah sudah

Dikarang di dalam kitab Allah

Jiklau ada kata tersalah-salah

Mohonkan ampun kepada Allah

238) Tamatlah syair bayan budiman

Kata di dalam hadist dan firman

Dunia pun sudah akhir zaman

Baiklah kita membawa iman

239) Syair burung tamat al-kalam

Ajma’in bi 1-khair wa s-sallam

Baiklah berpikir segala Islam

Supaya terbuka hati yang kelam

240) Habis tertulis waktu tengah hari

Perkataan ini sukar dicari

Inilah karangan orang yang bahari

Keliling negeri sudah diedari


241) Di Singapura tempat yang mengarang

Hurupnya jangal perkataannya terang

Keliling negeri ia pergi menyerang

Masyhur namanya disebut orang

Masyhur: dikenal orang banyak; terkenal;

242) Di dalam Betawi ditulis baharu

Yang menyuruh tan punya penyuruh

Ketika tuan tinggal di Pasar Baru

Terlalu banyak orang megaru biru

243) Tamatlah syair bayan

Kepada dua puluh hari bulan

244) Wallahu a’lam bi sh-shawab

Wailaihi l-marji’u wa al-maab

Anda mungkin juga menyukai