Anda di halaman 1dari 13

TOKOH NASIONAL

1. PERAN SOEKARNO DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Ir. Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 6 Juni


1901. Ir. Soekarno lahir dari pasangan Raden Sukemi
Sosrodiharjo dengan ida Ayu Nyoman Rai. Beliau pertama kali
bersekolah di sekolah rakyat (Volkschool), Standard School,
Europeesche Lagere School di Sidoarjo, Jawa Timur. Pada tahun
1915 Soekarno melanjutkan ke sekolah HBS di Surabaya dan
kemudian melanjutkan ke THS di Bandung. Pada tahun 1925
Soekarno lulus dari perguruan tinggi dan menyandang gelar
insinyur.

Pada waktu belajar di Surabaya, Soekarno banyak belajar


tentang politik, terutama dari politikus besar bernama
Cokroaminoto. Dari sinilah rasa nasionalisme dalam diri Soekarno makin menggelora.
Soekarno mulai menulis di majalah Oetoesan Hindia dengan nama samaran Bima. Pada
waktu kuliah di Bandung, Soekarno tinggal di rumah Haji Sanusi. Di rumah Haji Sanusi ini
Soekarno pernah berinteraksi dengan tokoh politik tiga serangkai dari organisasi /ndische
Partij. Setelah lulus kuliah tahun 1925, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di
Bandung. Perkumpulan tersebut merupakan cikal bakal berdirinya PNI. PNI didirikan
Soekarno pada tanggal 4 Juli 1927.

Saat Jepang menjajah Indonesia, Jepang menyadari bahwa Soekarno merupakan tokoh
penting sehingga Jepang mulai memanfaatkan Soekarno sebagai alat untuk menarik
perhatian penduduk Indonesia terhadap propaganda Jepang. Ketika Jepang mulai terjepit
dalam Perang Asia Timur Raya, Soekarno mulai aktif mempersiapkan kemerdekaan.
Soekarno pernah menjabat sebagai pemimpin Putera. Dalam keanggotaan BPUPKI Soekarno
menjadi ketua Panitia Sembilan dan dalam PPKI menjadi ketuanya.

Dalam sidang PPK!, Soekarno terpilih menjadi presiden Republik Indonesia pertama dan
Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Dengan didampingi Moh. Hatta, Soekarno
membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Ir. Soekarno meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta dan jenazahnya
dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Sebagai wujud rasa terima kasih bangsa dan negara atas
jasa-jasa Ir. Soekarno, pemerintah menganugerahkan gelar kepada Ir. Soekarno sebagai
Pahlawan Proklamasi.

Sebagai tokoh pada masa perjuangan hingga masa kemerdekaan, Bung Karno menjadi
panutan bagi para pejuang kemerdekaan yang lain. Berikut ini adalah peran Bung Karno
dalam proklamasi kemerdekaan RI.

 Menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda bersama
Bung Hatta dan Ahmad Subarjo.
 Menandatangani teks proklamasi bersama Bung Hatta.
 Membacakan teks Proklamasi.
2. PERAN TOKOH NASIONAL MOHAMMAD HATTA DALAM
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAM

Kemerdekaan Indonesia saat ini tak lepas dari perjuangan tokoh penting
nasional, salah satunya adalah Mohammad Hatta. Seperti diketahui, Moh.
Hatta merupakan sosok yang mendampingi Soekarno ketika
melangsungkan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tak hanya menjadi pendamping, Moh. Hatta juga menjadi sosok penting
yang memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Tanah Air.
Tanpa jasa Bung Hatta, Indonesia tak akan bisa menjadi negara yang
merdeka seperti saat ini.

Salah satu peran Moh. Hatta adalah merumuskan teks proklamasi


kemerdekaan Indonesia bersama dengan Soekarno dan Ahmad Soebardjo. Berikut adalah 4
peran Mohammad Hatta dalam kemerdekaan Indonesia.

Merumuskan Teks Proklamasi

Moh. Hatta memiliki peranan besar dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Bersama
Soekarno dan Ahmad Soebardjo, pria berdarah Minang ini turut menyusun naskah
proklamasi. Moh. Hatta diketahui menyumbang kalimat pertama untuk teks proklamasi.
Selain merumuskan naskah, Bung Hatta juga menandatangani teks proklamasi bersama
Bung Karno.

Mendampingi Soekarno dalam Upacara Proklamasi

Dengan pakaian serba putih, Moh. Hatta turut mendampingi Soekarno dalam upacara
Proklamasi. Kala itu, para pemuda mendesak Soekarno utuk segera membacakan teks
proklamasi. Namun, Soekarno menolak membacakannya jika Hatta belum hadir. Lima menit
sebelum upacara, Moh. Hatta akhirnya hadir dan mengikuti upacara.

Menjadi Wakil Presiden Indonesia

Setelah melangsungkan upacara proklamasi, Moh. Hatta resmi dilantik sebagai Wakil
Presiden pertama di Indonesia. Saat itu, Moh. Hatta bertugas dengan Soekarno yang
menjabat sebagai Presiden Indonesia.

Memperjuangkan Indonesia di Konferensi Meja Bundar

Meski telah resmi merdeka, Belanda masih enggan mengakui kedaulatan Indonesia. Belanda
masih berupaya merebut Indonesia lewat agresi militer hingga perjanjian internasional.
Beruntungnya, Indonesia memiliki sosok Moh. Hatta.

Berbekal tekad dan kemampuannya, Moh. Hatta berhasil mendesak Belanda dan mengambil
simpatik dunia pada Konferensi Meja Bundar. Akhirnya, Indonesia pun mendapat
pengakuan dari Belanda dan dunia.

(GTT)
3. SEJARAH DAN PERJUANGAN JENDERAL SUDIRMAN UNTUK KEMERDEKAAN
INDONESIA
Kemerdekaan Indonesia terlahir dari perjuangan para pahlawan yang
panjang. Salah satunya adalah sejarah dan perjuangan Jenderal Sudirman
untuk kemerdekaan Indonesia.

Dikutip dari laman Perpustakaan Nasional, Jenderal Sudirman lahir di


Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya
bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem.

Sudirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa,


sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia
melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo.

Ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah
diadopsi. Ketika Sudirman pindah ke Cilacap pada 1916, ia bergabung dengan organisasi
Islam Muhammadiyah dan menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam kegiatan
ekstrakurikuler.

Perjuangan Jenderal Sudirman

1. Perang Gerilya
Melansir buku Sejarah Jenderal Soedirman di Kabupaten Bantul, Jenderal Sudirman
memimpin Perang Gerilya yang berlangsung selama tujuh bulan.

Dalam menjalankan peperangan tersebut, kondisi fiisk Sudirman dalam keadaan


sakit berat. Hal itu membuatnya harus ditandu untuk memimpin pasukannya.

Sudirman memimpin perjuangan gerilya dengan berpindah-pindah dalam keadaan


kesehatannya yang semakin menurun.

Meski dalam kondisi tersebut, Jenderal Sudirman telah menjelajahi wilayah gerilya di
daerah selatan Yogyakarta, Keresidenan Surakarta, Madiun, dan Kediri. Akhirnya,
Belanda bersedia mengadakan perundingan dengan pihak Indonesia.
2. Perundingan Roem Royen
Saat perundingan tengah berlangsung pada 1 Mei 1949, Jenderal Sudirman
mengeluarkan amanat kepada para komandan kesatuan agar tidak turut memikirkan
Perundingan Roem Royen.

Perjanjian Roem Royen merupakan salah satu dari cara perjuangan guna
mempertahankan kemerdekaannya melalui strategi diplomasi sehingga kekuasaan
pemerintahan Republik Indonesia kembali lagi ke Yogyakarta.
Setelah presiden kembali lagi ke Yogyakarta, Jenderal Sudirman pun diminta untuk
kembali juga ke Yogyakarta, tapi ia menolak.
Atas penolakan tersebut, pihak pemerintah meminta bantuan Kolonel Gatot
Subroto, yang pada waktu itu menjabat sebagai Panglima Divisi XI yang memiliki
hubungan baik dengan Jenderal Soedirman.
Gatot mengirim surat yang bertujuan untuk membujuk Jenderal Sudirman agar mau
kembali lagi ke Yogyakarta. Pada 10 Juli 1949, dengan berbagai pertimbangan dan
maksud untuk menghargai Gatot, Jenderal Sudirman bersama pasukannya bersedia
kembali lagi ke Yogyakarta.

Mulai sejak itu, Jenderal Sudirman kembali bersama pasukannya dan menetap di
Yogyakarta tetapi penyakitnya kambuh kembali.

Pada 29 Januari 1950, Jenderal Sudirman meninggal dunia di Magelang dan


dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia meninggal di usia 34
tahun dan dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
3. Peran Jenderal Sudirman
Tercatat beberapa peran penting Jenderal Sudirman dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, sebagai berikut.
4. Mengusir sekutu
Pada 12 Desember 1945, Kolonel Sudirman memimpin TKR mengusir sekutu dari
Ambarawa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari pengaruh sekutu.
5. Memimpin Peta
Pada awal proklamasi kemerdekaan Indonesia, Sudirman memimpin pasukan
Pembela Tanah Air (PETA) dalam merebut senjata dari tentara jepang yang ada di
Indonesia.
6. Menjadi Ketua BKR
Pada 23 Agustus 1949, pemerintah membentuk Badan keamanan Rakyat (BKR).
Sudirman diangkat menjadi ketua BKR untuk wilayah Banyumas.
Itulah sejarah singkat tentang Jenderal Sudirman dan perjuangannya untuk
kemerdekaan Indonesia

4. PERAN TOKOH NASIONAL SULTAN SYAHRIR DALAM MEMPERTAHANKAN


KEMERDEKAAM
Setelah kejadian penculikan Sjahrir hanya bertugas sebagai
Menteri Luar Negeri, tugas sebagai Perdana Menteri diambil alih
Presiden Soekarno. Namun, pada tanggal 2 Oktober 1946,
Presiden menunjuk kembali Sjahrir sebagai Perdana Menteri agar
dapat melanjutkan Perundingan Linggarjati yang akhirnya
ditandatangani pada 15 November 1946.
Tanpa Sjahrir, Soekarno bisa terbakar dalam lautan api yang telah
ia nyalakan. Sebaliknya, sulit dibantah bahwa tanpa Bung Karno,
Syahrir tidak berdaya apa-apa.
Sjahrir mengakui Soekarno-lah pemimpin republik yang diakui rakyat. Soekarno-lah
pemersatu bangsa Indonesia. Karena agitasinya yang menggelora, rakyat di bekas
teritori Hindia Belanda mendukung revolusi. Kendati demikian, kekuatan raksasa
yang sudah dihidupkan Soekarno harus dibendung untuk kemudian diarahkan secara
benar, agar energi itu tak meluap dan justru merusak.
Sebagaimana argumen Bung Hatta bahwa revolusi mesti dikendalikan; tak mungkin
revolusi berjalan terlalu lama, revolusi yang mengguncang ‘sendi’ dan ‘pasak’
masyarakat jika tak dikendalikan maka akan meruntuhkan seluruh ‘bangunan’.
Agar Republik Indonesia tak runtuh dan perjuangan rakyat tak menampilkan wajah
bengis, Sjahrir menjalankan siasatnya. Di pemerintahan, sebagai ketua Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP), ia menjadi arsitek perubahan Kabinet
Presidensil menjadi Kabinet Parlementer yang bertanggung jawab kepada KNIP sebagai
lembaga yang mempunyai fungsi legislatif. RI pun menganut sistem multipartai. Tatanan
pemerintahan tersebut sesuai dengan arus politik pasca-Perang Dunia II, yakni
kemenangan demokrasi atas fasisme. Kepada massa rakyat, Sjahrir selalu menyerukan
nilai-nilai kemanusiaan dan anti-kekerasan.
Dengan siasat-siasat tadi, Sjahrir menunjukkan kepada dunia internasional bahwa
revolusi Republik Indonesia adalah perjuangan suatu bangsa yang beradab dan
demokratis di tengah suasana kebangkitan bangsa-bangsa melepaskan diri dari
cengkeraman kolonialisme pasca-Perang Dunia II. Pihak Belanda kerap melakukan
propaganda bahwa orang-orang di Indonesia merupakan gerombolan yang brutal,
suka membunuh, merampok, menculik, dll. Karena itu sah bagi Belanda, melalui
NICA, menegakkan tertib sosial sebagaimana kondisi Hindia Belanda sebelum Perang
Dunia II. Mematahkan propaganda itu, Sjahrir menginisiasi penyelenggaraan
pameran kesenian yang kemudian diliput dan dipublikasikan oleh para wartawan
luar negeri.
Ada satu cerita perihal sikap konsekuen pribadi Sjahrir yang anti-kekerasan. Di
pengujung Desember 1946, Perdana Menteri Sjahrir dicegat dan ditodong pistol oleh
serdadu NICA. Saat serdadu itu menarik pelatuk, pistolnya macet. Karena geram,
dipukullah Sjahrir dengan gagang pistol. Berita itu kemudian tersebar lewat Radio
Republik Indonesia. Mendengar itu, Sjahrir dengan mata sembab membiru memberi
peringatan keras agar siaran itu dihentikan, sebab bisa berdampak fatal dibunuhnya
orang-orang Belanda di kamp-kamp tawanan oleh para pejuang republik, ketika tahu
pemimpinnya dipukuli.
Meski jatuh-bangun akibat berbagai tentangan di kalangan bangsa sendiri, Kabinet
Sjahrir I, Kabinet Sjahrir II sampai dengan Kabinet Sjahrir III (1945 hingga 1947) konsisten
memperjuangkan kedaulatan RI lewat jalur diplomasi. Sjahrir tak ingin konyol
menghadapi tentara sekutu yang dari segi persenjataan jelas jauh lebih canggih.
Diplomasinya kemudian berbuah kemenangan sementara. Inggris sebagai komando
tentara sekutu untuk wilayah Asia Tenggara mendesak Belanda untuk duduk berunding
dengan pemerintah republik. Secara politik, hal ini berarti secara de facto sekutu
mengakui eksistensi pemerintah RI.
Jalan berliku diplomasi diperkeruh dengan gempuran aksi militer Belanda pada 21
Juli 1947. Aksi Belanda tersebut justru mengantarkan Indonesia ke forum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Setelah tidak lagi menjabat Perdana Menteri
(Kabinet Sjahrir III), Sjahrir diutus menjadi perwakilan Indonesia di PBB. Dengan
bantuan Biju Patnaik, Sjahrir bersama Agus Salim berangkat ke Lake Success, New
York melalui New Delhi dan Kairo untuk menggalang dukungan India dan Mesir.
Pada 14 Agustus 1947 Sjahrir berpidato di muka sidang Dewan Keamanan PBB.
Berhadapan dengan para wakil bangsa-bangsa sedunia, Sjahrir mengurai Indonesia
sebagai sebuah bangsa yang berabad-abad berperadaban aksara lantas dieksploitasi
oleh kaum kolonial. Kemudian, secara piawai Sjahrir mematahkan satu per satu
argumen yang sudah disampaikan wakil Belanda, Eelco van Kleffens. Dengan itu,
Indonesia berhasil merebut kedudukan sebagai sebuah bangsa yang memperjuangan
kedaulatannya di gelanggang internasional. PBB pun turut campur, sehingga Belanda
gagal mempertahankan upayanya untuk menjadikan pertikaian Indonesia-Belanda
sebagai persoalan yang semata-mata urusan dalam negerinya.
Van Kleffens dianggap gagal membawa kepentingan Belanda dalam sidang Dewan
Keamanan PBB. Berbagai kalangan Belanda menilai kegagalan itu sebagai kekalahan
seorang diplomat ulung yang berpengalaman di gelanggang internasional dengan
seorang diplomat muda dari negeri yang baru saja lahir. Van Kleffens pun ditarik dari
posisi sebagai wakil Belanda di PBB menjadi duta besar Belanda di Turki.
Sjahrir populer di kalangan para wartawan yang meliput sidang Dewan Keamanan PBB,
terutama wartawan-wartawan yang berada di Indonesia semasa revolusi. Beberapa
surat kabar menamakan Sjahrir sebagai The Smiling Diplomat.
Sjahrir mewakili Indonesia di PBB selama satu bulan, dalam dua kali sidang. Pimpinan
delegasi Indonesia selanjutnya diwakili oleh Lambertus Nicodemus Palar (L.N.) Palar
sampai tahun 1950.

5. KI HAJAR DEWANTARA: PEMIMPIN PENDIDIKAN DAN PEJUANG


KEMERDEKAAN
Ki Hajar Dewantara, atau sebenarnya bernama Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat, adalah tokoh yang tak terlupakan dalam sejarah Indonesia.
Lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualaman, Yogyakarta, Ki Hajar
Dewantara dikenal sebagai bapak pendidikan nasional dan pejuang
kemerdekaan yang berdedikasi. Inilah kisah inspiratif tentang peran besar Ki
Hajar Dewantara dalam membentuk sistem pendidikan Indonesia dan
kontribusinya terhadap perjuangan kemerdekaan.

1. Pendidikan dan Perjalanan Hidup Ki Hajar Dewantara


Ki Hajar Dewantara mendapatkan pendidikan formal di ELS (Europesche
Lagere School) yang kemudian menempuh pendidikan di STOVIA (School tot
Opleiding van Indische Artsen), sekolah kedokteran ternama di Hindia Belanda. Namun,
semangatnya untuk memperjuangkan hak-hak rakyat kecil dan keadilan sosial membuatnya
keluar dari dunia kedokteran dan beralih ke dunia pendidikan.

2. Prinsip Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara


Ki Hajar Dewantara dikenal dengan prinsip pendidikannya yang dikenal sebagai “Tjeritera”
atau “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.” Filosofi ini
mengandung arti bahwa seorang pendidik harus menjadi contoh yang baik, membangun
semangat untuk mencapai kebaikan, dan memberikan bimbingan kepada peserta didik.
3. Pendidikan untuk Semua
Salah satu kontribusi besar Ki Hajar Dewantara adalah gagasannya tentang pendidikan
untuk semua, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau etnis. Beliau percaya bahwa
setiap anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

4. Taman Siswa: Model Pendidikan Alternatif


Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922, sebuah lembaga pendidikan
yang menjadi cikal bakal dari sistem pendidikan nasional Indonesia. Taman Siswa bertujuan
memberikan pendidikan yang memadai tanpa memandang status ekonomi, dan ini menjadi
landasan bagi sistem pendidikan kita saat ini.

5. Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan


Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam pergerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan.
Beliau menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
pada tahun 1945 dan terlibat dalam penulisan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

6. Penghormatan dan Pengakuan


Pada tahun 1959, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan tertinggi, yaitu gelar
Pahlawan Nasional, kepada Ki Hajar Dewantara sebagai pengakuan atas jasanya dalam
bidang pendidikan dan perjuangan kemerdekaan.

7. Warisan dan Pengaruh


Warisan Ki Hajar Dewantara terus hidup melalui sistem pendidikan nasional, dan nama
beliau diabadikan dalam hari pendidikan nasional yang diperingati setiap tahun pada tanggal
2 Mei. Selain itu, lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia juga sering menggunakan
namanya sebagai bentuk penghormatan.

Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan yang memberikan kontribusi besar terhadap dunia
pendidikan di Indonesia. Semangatnya untuk memajukan bangsa melalui pendidikan dan
kemerdekaan tetap menginspirasi kita hingga saat ini. Peringatan akan jasanya menjadi
pengingat bahwa pendidikan memiliki peran krusial dalam membangun masa depan yang
lebih baik.

TOKOH DAERAH

1. PERAN TOKOH DAERAH SULTAN AGUNG HANYOKROKUSUMO DALAM


MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAM

Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah raja Kesultanan


Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Nama aslinya adalah
Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas
Rangsang. Sultan Agung merupakan putra dari pasangan Prabu
Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Sultan Agung naik
takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun.
Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa
kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya
setelah empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan Mataram Islam. Pada masa
pemerintahan Sultan Agung daerah pesisir seperi Surabaya dan Madura berhasil ditaklukan.
Pada kurun waktu 1613 sampai 1645 wilayah kekuasaan Mataram Islam meliputi Jawa
Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Kehadiran Sultan Agung sebagai penguasa
tertinggi, membawa Kerajaan Mataram Islam kepada peradaban kebudayaan pada tingkat
yeng lebih tinggi. Sultan Agung memiliki berbagai keahlian baik dalam bidang militer, politik,
ekonomi, sosial dan budaya,yang menjadikan peradaban kerajaan Mataram pada tingkat
yang lebih tinggi.
Sultan Agung merupakan penguasa lokal pertama yang secara besar-besaran melakukan
perlawanan dengan Belanda yang kala itu hadir lewat kongsi dagang VOC (Vereenigde Ooos
Indische Compagnie). Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia dilakukan pada
tahun 1628 dan 1629. Perlawanan tersebut disebabkan karena Sulan Agung menyadari
bahwa kehadiran VOC di Batavia dapat membahayakan hegemoni kekuasaan Mataram
Islam di Pulau Jawa. Kekuasaan Mataram Islam pada waktu itu meliputi hampir seluruh Jawa
dari Pasuruan sampai Cirebon. Sementara itu VOC telah menguasai beberapa wilayah
seperti di Batavia. Selain itu, kehadiran VOC akan menghambat penyebaran agama Islam di
Jawa yang dilakukan Sultan Agung. Sultan Agung memiliki prinsip untuk tidak penah
bersedia berkompromi dengan VOC maupun penjajah lainnya. Namun serangan Mataram
Islam terhadap VOC yang berkedudukan di Batavia mengalami kegagalan disebabkan
tentara VOC membakar lumbung persediaan makanan pasukan kerajaan Mataram Islam
pada saat itu.
Di samping dalam bidang politik dan militer, Sulan Agung juga mencurahkan perhatiannya
pada bidang ekonomi dan kebudayaan. Upaya yang dilakukan Sultan Agung antara lain
memindahkan penduduk Jawa Tengah ke Karawang, Jawa Barat, di mana terdapat sawah
dan ladang yang luas dan subur. Sultan Agung juga meneruskan pendahulunya untuk
meletakan dasar perkembangan Mataram Islam dengan memberikan pengajaran dan
pendidikan kepada rakyat Mataram Islam sehingga pada masa pemerintahannya,
menempatkan ulama dengan kedudukan terhormat, yaitu sebagai pejabat anggota Dewan
Parampara (Penasihat tinggi kerajaan). Disampning itu dalam struktur pemerintahan
kerajaan didirikan Lembaga Mahkamah Agama Islam, dan gela raja-raja di Mataram Islam
meliputi raja Pandita, artinya disamping sebagai penguasa, raja juga sebagai kepala
pemerintahan dan kepala agama (Islam)
Selain itu Sultan Agung juga berusaha menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan Indonesia asli
dengan Hindu dan Islam. Misalnya grebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan
kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang saat ini dikenal sebagai garebeg Puasa dan Grebeg
Maulud. Selain itu Sultan Agung juga mengenalkan penanggalan tahun saka dan kitab
filsafat Sastra Gendhing. Adapun keberhasilan Sultan Agung dalam bdang kebudayaan yaitu
dapat mengubah perhitungan peredaran Matahari ke perhitungan peredaran bulan,
sehingga dianggap telah menuliskan tinta emas pada masa pemerintahannya. Berkat usaha
yang dilakukan oleh Sultan Agung dalam memajukan agama dan kebudayaan Islam, ia
memperoleh gelar Susuhunan (Sunan) yang selama ini diberikan kepada Wali.
Di lingkungan keraton Mataram Islam, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa
Bagongan yang harus dipakai oleh para bangsawan dan pejabat demi untuk menghilangkan
kesenjangan satu sama lain. Kebijakan ini diharapkan dapat terciptanya rasa persatuan di
antara penghuni istana. Menjelang tahun 1645 Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat.
Dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan
Mataram mulai dari dirinya. Sultan juga menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan
hidup trah Mataram. Sesuai dengan wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal dunia tahun
1645 digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram.

2. PANGERAN DIPONEGORO DALAM MELAWAN PENJAJAHAN DI TANAH JAWA


Beliau merupakan salah satu pahlawan nasional yang turut melawan
penjajahan Belanda. Di bulan kemerdekaan ini, Direktorat SMP akan
mengupas sosok Pangeran Diponegoro serta peristiwa Perang Diponegoro
sebagai upaya perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Pangeran Diponegoro adalah putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III
memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo, lahir pada 11 November 1785
di Yogyakarta. Sosok Pangeran Diponegoro dikenal secara luas karena
memimpin Perang Diponegoro atau disebut sebagai Perang Jawa karena
terjadi di tanah Jawa. Perang ini merupakan salah satu pertempuran
terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya
di Nusantara.
Perang tersebut terjadi karena Pangeran tidak menyetujui campur tangan Belanda
dalam urusan kerajaan. Selain itu, sejak tahun 1821 para petani lokal menderita akibat
penyalahgunaan penyewaan tanah oleh warga Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman. Van
der Capellen mengeluarkan dekrit pada tanggal 6 Mei 1823 yang menyatakan bahwa semua
tanah yang disewa orang Eropa dan Tionghoa wajib dikembalikan kepada pemiliknya per 31
Januari 1824. Namun, pemilik lahan diwajibkan memberikan kompensasi kepada penyewa
lahan Eropa.
Pangeran Diponegoro membulatkan tekad untuk melakukan perlawanan dengan
membatalkan pajak Puwasa agar para petani di Tegalrejo dapat membeli senjata dan
makanan. Kekecewaan Pangeran Diponegoro juga semakin memuncak ketika Patih Danureja
atas perintah Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati
makam leluhurnya. Beliau kemudian bertekad melawan Belanda dan menyatakan sikap
perang.
Pada hari Rabu, 20 Juli 1825, pihak istana mengutus dua bupati keraton senior yang
memimpin pasukan Jawa-Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro dan
Mangkubumi di Tegalrejo sebelum perang pecah. Meskipun kediaman Diponegoro jatuh
dan dibakar, pangeran dan sebagian besar pengikutnya berhasil lolos karena lebih mengenal
medan di Tegalrejo. Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pasukannya bergerak ke
barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga
keesokan harinya tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota
Bantul.
Pangeran Diponegoro kemudian pindah ke Selarong, sebuah daerah berbukit-bukit
yang dijadikan markas besarnya. Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong,
sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai
basisnya. Pangeran menempati goa sebelah barat yang disebut Goa Kakung, yang juga
menjadi tempat pertapaannya, sedangkan Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia
menemani Pangeran setelah dua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di
sebelah Timur.
Penyerangan di Tegalrejo memulai perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun.
Diponegoro memimpin masyarakat Jawa, dari kalangan petani hingga golongan priyayi yang
menyumbangkan uang dan barang-barang berharga lainnya sebagai dana perang, dengan
semangat “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati”; “sejari kepala sejengkal tanah
dibela sampai mati”.
Sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro. Bahkan Diponegoro
juga berhasil memobilisasi para bandit profesional yang sebelumnya ditakuti oleh penduduk
pedesaan, meskipun hal ini menjadi kontroversi tersendiri. Perjuangan Diponegoro dibantu
Kyai Mojo yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan. Dalam perang jawa ini
Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubuwono VI serta Raden
Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan.
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan
menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai
Mojo, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran
Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada
Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan
Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan
diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Oleh karena itu, Pangeran Diponegoro
ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya
di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Perang Diponegoro yang terjadi selama lima tahun (1825 – 1830) telah menelan
korban tewas sebanyak 200.000 jiwa penduduk Jawa, sementara korban tewas di pihak
Belanda berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi.
Selain melawan Belanda, perang ini juga merupakan perang (sesama) saudara antara orang-
orang keraton yang berpihak pada Diponegoro dan yang anti-Diponegoro (antek Belanda).
Akhir perang ini menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.
Setelah perang Diponegoro, pada tahun 1832 seluruh raja dan bupati di Jawa tunduk
menyerah kepada Belanda kecuali bupati Ponorogo Warok Brotodiningrat III, justru hendak
menyerang seluruh kantor belanda yang berada di kota-kota karesidenan Madiun dan di
jawa tengah seperti Wonogiri, karanganyar yang banyak dihuni oleh Warok.
Begitulah peristiwa perang Diponegoro yang dipimpin langsung oleh Pangeran Diponegoro.

3. PERJUANGAN PATTIMURA DAN RAKYAT MALUKU MENGUSIR PENJAJAH


siapakah sebenarnya Pattimura dan apa peran Pattimura dalam sejarah
Indonesia?
Thomas Matulessy juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura atau
Pattimura adalah Pahlawan nasional Indonesia dari Maluku. Pattimura lahir
di Haria, Saparua, Maluku Tengah pada 8 Juni 1783 dari keluarga Matulessy.
Ayahnya bernama Frans Matulessy dan ibunya bernama Fransina Silahoi.
Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarir dalam
militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Namanya kemudian dikenal
karena memimpin perlawanan rakyat Maluku melawan Belanda melalui
perang Pattimura.
Sejak abad ke 17 dan 18 berlangsung serentetan perlawanan
bersenjata melawan Belanda (VOC) dikarenakan terjadi praktik penindasan
kolonialisme Belanda dalam bentuk monopoli perdagangan, pelayaran
hongi, kerja paksa dan sebagainya. Penindasan tersebut dirasakan dalam semua sisi
kehidupan rakyat, baik segi sosial ekonomi, politis dan segi sosial psikologis.
Selama dua ratus tahun rakyat Maluku mengalami perpecahan dan kemiskinan. Rakyat
Maluku memproduksi cengkeh dan pala untuk pasar dunia, namun mayoritas masyarakat
tidak ada keuntungan dari sisi ekonomi yang dirasakan. Alih-alih mendapatkan keuntungan,
rakyat Maluku justru semakin menderita dengan adanya berbagai kebijakan seperti pajak
yang berat berupa penyerahan wajib (Verplichte leverantien) dan contingenten serta
blokade ekonomi yang mengisolasi rakyat Maluku dari pedagang-pedagang Indonesia lain.
Pada fase kedua pendudukan Inggris di Maluku pada tahun 1810 – 1817 harus berakhir pada
tanggal 25 Maret 1817 setelah Belanda kembali menguasai wilayah Maluku. Rakyat Maluku
menolak tegas kedatangan Belanda dengan membuat “Proklamasi Haria” dan “Keberatan
Hatawano”. Proklamasi Haria disusun oleh Pattimura.
Ketika pemerintah Belanda mulai memaksanakan kekuasaannya melalui Gubemur
Van Middelkoop clan Residen Saparua Johannes Rudolf van der Berg,pecahlah perlawanan
bersenjata rakyat Maluku. Diadakan musyawarah dan konsolidasi kekuatan dimana pada
forum-forum tersebut menyetujui Pattimura sebagai kapten besar yang memimpin
perjuangan. Pada tanggal 7 Mei 1817 dalam rapat umum di Baileu negeri Haria, Thomas
Matulessy dikukuhkan dalam upacara adat sebagai “Kapitan Besar”.
Setelah dilantik sebagai kapten, Pattimura memilih beberapa orang pembantunya yang juga
berjiwa ksatria, yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy,
Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.
Pattimura bersama Philips Latumahina dan Lucas Selano melakukan penyerbuan ke benteng
Duurstede.
Berita tentang jatuhnya benteng Duurstede ke tangan pasukan Pattimura dan
pemusnahan orang-orang Belanda, menggoncangkan dan membingungkan pemerintah
Belanda di kota Ambon. Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard memutuskan
militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetjes. Ekspedisi tersebut
kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes.
Mengetahui hal tersebut, dengan segera Kapitan Pattimura mengatur taktik dan
strategi pertempuran. Pasukan rakyat sekitar seribu orang diatur dalam pertahanan
sepanjang pesisir mulai dari teluk Haria ,sampai ke teluk Saparua. Pattimura bersama
pasukannya berhasil mengalahkan Beetjes dan tentaranya.
Pada tanggal 20 Mei 1817 diadakan rapat raksasa di Haria untuk mengadakan
pernyataan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Peringatan
kebulatan tekad ini dikenal dengan nama Proklamasi Portho Haria yang berisi 14 pasal
pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut.
Proklamasi ini membangkitkan semangat juang yang mendorong tumbuhnya front-front
pertempuran di berbagai tempat bahkan sampai ke Maluku Utara.
Pada tanggal 4 Juli 1817 sebuah armada kuat dipimpin Overste de Groot menuju
Saparua dengan tugas menjalankan vandalisme. Seluruh negeri di jazirah Hatawano dibumi
hanguskan. Siasat berunding, serang mendadak, aksi vandalisme, dan adu domba dijalankan
silih berganti. Belanda juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap Pattimura dan para
pembantunya.
Pada tanggal 11 November 181 7 dengan didampingi beberapa orang pengkhianat,
Letnan Pietersen berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina. Para tokoh pejuang
akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal
16 Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura
dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh pemerintah Republik
Indonesia. Pahlawan Nasional Indonesia.

4. PANGERAN ANTASARI: PERJUANGAN DAN DEDIKASI UNTUK KALIMANTAN


SELATAN
Pangeran Antasari, seorang pahlawan nasional dari Kalimantan Selatan,
menorehkan jejak sejarah yang tak terhapuskan dalam perjuangannya
melawan penjajahan dan ketidakadilan. Dalam artikel ini, kita akan
membahas secara lengkap biografi Pangeran Antasari, mulai dari latar
belakang kehidupannya hingga peran heroiknya dalam melawan
penindasan.

 Latar Belakang Keluarga


Pangeran Antasari lahir pada tanggal 20 Februari 1809 di Keraton Pagatan,
Kesultanan Banjar, yang saat itu menjadi wilayah bagian dari Kalimantan
Selatan. Beliau memiliki keturunan bangsawan dan terlahir dari keluarga yang memiliki
pengaruh di wilayah tersebut. Ayahnya, Sultan Muhammad Seman, merupakan penguasa
yang dihormati di Kerajaan Banjar.

 Pendidikan dan Kebijakan


Pangeran Antasari mendapatkan pendidikan awalnya di lingkungan kerajaan, dan seiring
berjalannya waktu, beliau memperdalam pengetahuannya tentang kebijakan dan
administrasi. Keterlibatan aktifnya dalam mengelola wilayah kekuasaannya membuktikan
kemampuannya dalam memimpin dan membuat kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

 Perlawanan Terhadap VOC


Pada awal abad ke-19, Hindia Belanda meluaskan pengaruhnya di wilayah Kalimantan
Selatan, termasuk Kesultanan Banjar. Pangeran Antasari, sebagai seorang pemimpin yang
peduli terhadap rakyatnya, menolak penindasan yang dilakukan oleh Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang Belanda. Pada tahun 1859, Pangeran
Antasari memimpin perlawanan terhadap VOC. Ia berhasil mempersatukan suku-suku Dayak
di Kalimantan Selatan untuk menghadapi penjajah. Perang Banjar yang dipimpin oleh
Pangeran Antasari menjadi salah satu perlawanan sengit dan mendalam terhadap
kekuasaan kolonial.

 Kematian dan Warisan


Sayangnya, perjuangan Pangeran Antasari tidak berakhir dengan kemenangan mutlak. Pada
tahun 1862, beliau tertangkap oleh pasukan VOC dan diasingkan ke Pulau Java. Pangeran
Antasari meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 1862 di Surabaya.Namun, meskipun
beliau telah tiada, warisan dan semangat perjuangan Pangeran Antasari tetap hidup.
Pangeran Antasari, dengan keberaniannya menghadapi penjajahan dan melindungi
rakyatnya, menjadi simbol perlawanan dan patriotisme. Biografi lengkapnya menginspirasi
generasi-generasi selanjutnya untuk menghargai nilai-nilai keadilan, kemerdekaan, dan
perjuangan tanpa kenal lelah. Pangeran Antasari tetap hidup dalam sejarah Indonesia
sebagai pahlawan yang gigih dan berdedikasi untuk melawan ketidakadilan dan penjajahan.
5. KISAH PERJUANGAN MARTHA CHRISTINA TIAHAHU MELAWAN KOLONIALISME
BELANDA
Martha Christina Tiahahu merupakan nama yang masyhur dalam
sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Ia
adalah seorang pahlawan wanita pemberani dan menjadi salah satu
simbol perjuangan rakyat Maluku melawan kekuasaan kolonial
Belanda pada abad ke-19.
Martha Christina Tiahahu lahir pada tanggal 4 Januari 1800 di daerah
Nusalaut, Maluku. Ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, adalah seorang
panglima perang yang juga turut berjuang dalam perang Pattimura
melawan Belanda pada tahun 1817.
Sejak usia muda, Martha Christina Tiahahu sudah menunjukkan
keberaniannya. Ia tidak hanya terampil dalam pekerjaan rumah
tangga sehari-hari, tetapi juga aktif terlibat dalam medan
pertempuran melawan tentara kolonial Belanda. Ia terlibat langsung dalam pertempuran,
dan tak gentar meski amunisi habis. Keberaniannya melempar batu ke musuh Belanda
ketika amunisi habis membuat sejarawan Belanda terkagum-kagum.
Tak hanya keberaniannya, Martha juga dikenal sebagai pemimpin yang progresif. Ia
meyakini bahwa kemerdekaan adalah hak setiap bangsa, dan ia berjuang tanpa kenal lelah
untuk melepaskan tanah airnya dari belenggu penjajahan. Semangatnya menginspirasi tidak
hanya para pejuang seangkatannya, tetapi juga kaum perempuan untuk ikut serta dalam
perjuangan melawan penjajah.
Meskipun tertangkap oleh Belanda pada tahun 1817 bersama ayahnya dan para
pejuang lainnya, Martha tidak pernah kehilangan semangat. Setelah kematian ayahnya, ia
bahkan lebih intens terlibat dalam perjuangan, meskipun itu membahayakan nyawanya. Ia
ditangkap kembali dan diangkut ke pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa di
perkebunan kopi. Meskipun dalam kondisi yang sangat sulit, ia terus melakukan perlawanan
hingga akhir hayatnya.
Martha Christina Tiahahu meninggal pada tanggal 2 Januari 1818 di tengah
perjalanan kapal menuju pulau Jawa. Namun, semangat dan perjuangannya tetap dikenang
hingga hari ini. Setelah kemerdekaan Indonesia, ia diakui sebagai Pahlawan Nasional.
Sebagai bentuk penghormatan kepada jasa-jasanya, Pemerintah membangun monumen
patung Martha Christina Tiahahu yang berlokasi di Karang Panjang, Kota Ambon. Tidak
hanya itu, wajah Christina Tiahahu juga diabadikan pada lembar uang Rp5.000 emisi tahun
1985. Selain itu, setiap tanggal 2 Januari juga diperingati sebagai Hari Martha Christina
Tiahahu.
warisan dan semangat Martha Christina Tiahahu akan terus hidup, menginspirasi
generasi-generasi selanjutnya untuk terus berjuang mempertahankan kemerdekaan dan
martabat bangsa. Nama dan kisahnya menjadi simbol keberanian dan semangat perjuangan
melawan penjajahan. Monumen patungnya di Ambon dan penggunaan namanya dalam
berbagai hal adalah bukti penghormatan atas dedikasi dan pengorbanannya dalam
memerdekakan tanah air.

Anda mungkin juga menyukai