Anda di halaman 1dari 9

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium Sativum)

TERHADAP BAKTERI (Staphylococcus Aureus)

Yusril Ilham Fahmi*, Ana Andriana**, Diani Sri Hidayati***


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar
Jl. Unizar No. 20 Turida Mataram

ABSTRAK
Mikroorganisme alami yang ada dalam tubuh manusia disebut mikroorganisme normal atau
flora normal, namun dalam keadaan tertentu dapat bersifat patogen dan menimbulkan penyakit
infeksi salah satunya Staphylococcus Aureus. Bakteri ini sering resisten terhadap berbagai jenis
obat sehingga mempersulit pemilihan antimikroba yang sesuai untuk terapi. Bawang putih (Allium
Sativum) mempunyai bahan aktif yaitu alicin, flavonoid, ajoene, minyak atsiri dan saponin yang
mempunyai efek antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui daya hambat ekstrak
bawang putih (Allium Sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian True Experiment dengan rancangan Posttest
dengan Kelompok Kontrol (Posttest Only Control Group Design), menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 24 perlakuan dan 4 kali ulangan. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus yang diberi perlakuan ekstrak bawang putih
(Allium Sativum) dengan konsentrasi 250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 µg/mL, 1000 µg/mL, 2
kelompok kontrol terdiri dari kontrol positif ciprofloksasin dan kontrol negatif aquades steril. Daya
hambat diperoleh berdasarkan pengukuran zona hambat dan data yang diperoleh dari analisis
menggunakan uji One Way Anova.
Hasil pengukuran zona hambatan bakteri Staphylococcus aureus pada masing-masing
konsentrasi berturut turut adalah, konsentrasi 250 µg/mL sebesar 6.5 mm; 500 µg/mL,13.3 mm;
750 µg/mL, 15 mm dan 1000 µg/mL, 17.8 mm. Pada konsentrasi yang paling tinggi menghasilkan
daerah zona hambat yang terlebar. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai signifikan yakni 0,008
lebih kecil dari p value: 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa konsentrasi ekstrak bawang putih
(Allium Sativum) dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus.

Kata Kunci : Staphylococcus Aureus, Bawang Putih, Zona Hambat.

PENDAHULUAN abses yang merupakan kumpulan nanah


Penyakit infeksi masih merupakan atau cairan dalam jaringan (Wahyudi dan
penyakit yang paling banyak diderita oleh Sukarjati, 2013). Staphylococcus Aureus
penduduk di negara berkembang juga dapat menimbulkan infeksi yang
termasuk Indonesia. Salah satu penyebab lebih berat seperti pneumonia, mastitis,
penyakit infeksi adalah bakteri. phlebitis, meningitis, infeksi saluran
Mikroorganisme alami yang ada dalam kemih, osteomielitis, endokarditis, dan
tubuh manusia disebut mikroorganisme keracunan makanan serta penyebab
normal atau flora normal, namun dalam terjadinya infeksi nosokomial (Ansari et.
keadaan tertentu dapat bersifat patogen Al., 2016). Infeksi nosokomial disebut
dan menimbulkan penyakit infeksi salah juga dengan Hospital Acquired Infection
satunya Staphylococcus Aureus (Price dan (HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan
Wilson, 2012). berkembang selama pasien dirawat di
Staphylococcus Aureus rumah sakit (WHO, 2013). Terjadinya
menyebabkan infeksi pada luka berupa infeksi nosokomial paling sering pada

82
saat pasca operasi, infeksi saluran kemih, Tanaman bawang putih (Allium
infeksi saluran nafas dan infeksi aliran Sativum) adalah salah satu tanaman
darah (Kemenkes, 2013). Penyebab tradisional yang sudah lama digunakan
infeksi nosokomial yang terjadi di rumah dalam pengobatan untuk berbagai jenis
sakit umumnya disebabkan oleh dua penyakit (Fulder, et. al., 2012). Beberapa
faktor, yaitu faktor internal meliputi flora manfaat bawang putih (Allium Sativum)
normal dari pasien itu sendiri dan faktor yang sudah pernah diteliti adalah sebagai
eksternal meliputi lingkungan rumah antijamur, antioksidan, antibakteri,
sakit, makanan, udara, pemakaian infus, antiprotozoa dan juga diyakini memiliki
pemakaian kateter dalam waktu lama dan efek protektif terhadap sistem
tidak diganti-ganti, serta benda dan kardiovaskuler serta memiliki potensi
bahan-bahan yang tidak steril (Kowalski, sebagai antitumor (Majewski, 2014).
2007). Bawang putih (Allium Sativum)
Infeksi yang diakibatkan bakteri memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus Aureus biasanya diatasi berbagai bakteri patogen dalam tubuh
dengan pemberian antibiotik, akan tetapi manusia dan berspektrum luas serta
pada beberapa kasus telah ditemukan efektif terhadap bakteri gram positif dan
beberapa strain Staphylococcus Aureus gram negatif (Onyeagba, et.al., 2006).
yang resisten terhadap antibiotik seperti Komponen utama yang berperan dalam
Methicillin-Resistant Staphylococcus antibakteri dan terapeutik adalah
Aureus (MRSA) (Tokajian, 2014). kandungan dari sulfur dalam bawang
Bahaya resistensi antibiotik saat ini putih (Allium Sativum), diantaranya ialah
menjadi masalah kesehatan dunia yang Diallyl thiosulfinat (allicin) dan juga
serius baik di negara maju maupun negara Diallyl disulfide (ajoene) (Dusica, et.al.,
berkembang. Meningkatnya resistensi 2011).
bakteri terhadap antibiotik, memunculkan Beberapa hasil penelitian yang
penggunaan tanaman herbal sebagai pernah menguji efektivitas ekstrak
alternatif pengganti yang memiliki efek bawang putih dalam menghambat
samping yang kecil apabila dibandingkan pertumbuhan bakteri seperti, penelitian
dengan obat-obat yang diformulasikan yang dilakukan El-Mahmood (2009)
dari bahan kimia. Salah satu tanaman dengan menggunakan ekstrak air bawang
yang telah lama dipercaya memiliki putih dapat menghambat pertumbuhan
aktivitas antibakteri yang cukup baik bakteri uji meliputi bakteri
terhadap bakteri ialah bawang putih Staphylococcus Aureus, Escherichia Coli,
(Allium Sativum) (Duman, 2008). Streptococcus Pneumoniae, dan

83
Pseudomonas aeruginosa pada Sembalun Kabupaten Lombok Timur.
konsentrasi 40%-70%. Penelitian yang Bawang putih yang didapat dibersihkan
dilakukan Onyeagba et al. (2006) dengan menggunakan air, kemudian diiris tipis-
menggunakan ekstrak etanol bawang tipis dan dikering anginkan tanpa terkena
putih (Allium Sativum) di kombinasi sinar matahari. Bawang putih yang sudah
dengan lime (Citrus Aurantifolia Linn) kering kemudian diblender sampai halus,
mampu mengambat bakteri Bacillus spp., di timbang seberat 250 g kemudian di
Staphylococcus aureus, Escherichia Coli, ekstraksi dengan metode maserasi
dengan masing-masing zona hambatnya menggunakan pelarut etanol 96%
13 mm, 19 mm, dan 11 mm. sebanyak 500 mL selama 24 jam dengan
Penelitian ini bertujuan untuk 2 kali pengulangan. Selanjutnya hasil
mengetahui daya hambat ekstrak bawang maserasi disaring untuk memisahkan
putih (Allium Sativum) terhadap ekstrak etanol dan ampas bawang putih.
pertumbuhan bakteri Staphylococcus Ekstrak etanol yang diperoleh diuapkan
Aureus sehingga di dapatkan ekstrak kental
bawang putih. Ekstrak bawang putih yang
METODE PENELITIAN diperoleh diuji aktivitas antibakterinya
Penelitian ini menggunakan jenis terhadap bakteri Staphylococcus Aureus.
penelitian uji eksperimental secara in Konsentrasi ekstrak bawang putih yang
vitro dengan desain Post test Only digunakan untuk uji antibakteri yaitu
Control Group Design. Rancangan konsentrasi 250 µg/mL, 500 µg/mL, 750
penelitian ini adalah Rancangan Acak µg/mL, dan 1000 µg/mL.
Lengkap (RAL) dengan 6 kelompok Masing - masing konsentrasi
perlakuan yang terdiri atas ekstrak dimasukkan pada sumuran yang telah
bawang putih (Allium sativum) dengan dibuat dengan diameter 6 mm pada media
konsentrasi 250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 agar dengan jarak ± 15 mm masing –
µg/mL, 1000 µg/mL dan 2 kelompok masing sebanyak 100 µl (Ainurrochmah
kontrol terdiri dari kontrol positif et al., 2013). Hal yang sama juga
menggunakan ciprofloxacin dan kontrol dilakukan pada kontrol positif
negatif menggunakan aquades steril. Ciprofloxacin dan kontrol negatif aquades
Jumlah pengulangan tiap kelompok steril. Selanjutnya media agar diinkubasi
sebanyak 4 kali yang ditentukan pada suhu 37℃ selama 24 jam. Zona
berdasarkan rumus Federer. hambat yang terbentuk disekitar sumuran
Bawang putih yang digunakan diukur dengan menggunakan penggaris.
diperoleh dari desa Sembalun, Kecamatan

84
HASIL PENELITIAN dengan kontrol positif menggunakan
Penelitian tentang uji daya hambat antibiotik ciprofloxacin dan kontrol
ekstrak bawang putih (Allium Sativum) negatif menggunakan aquades steril.
terhadap pertumbuhan bakteri Masing-masing kelompok perlakuan
Staphylococcus Aureus yang telah diteteskan ke dalam media sumuran
dilakukan di laboratorium Terpadu Blood Agar (BA) yang telah
Fakultas Kedokteran Universitas Islam disuspensikan bakteri Staphylococcus
Al-Azhar. yaitu menggunakan ekstrak Aureus dan dilakukan pengulangan
bawang putih (Allium Sativum) dengan sebanyak 4 kali. Hasil penelitian yang
konsentrasi 250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 didapatkan di sajikan dalam Tabel 1.1 :
µg/mL, 1000 µg/mL yang dibandingkan
Tabel 1.1 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus.

Kelompok Luas Zona Hambatan (mm) Jumlah


Rata-rata
perlakuan diameter Makna
1 2 3 4
(k1) 250
14 0 12 0 26 6.5 Resisten
µg/mL
(k2) 500
15 12 14 12 53 13.3 Sensitif
µg/mL
(k3) 750
16 15 15 14 60 15 Sensitif
µg/mL
(k4) 1000
18 18 19 16 71 17.8 Sensitif
µg/mL
Kontrol (+) 14 13 15 14 56 14 Sensitif
Kontrol (-) 0 0 0 0 0 0 Resisten

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 di 1000 µg/mL menunjukan diameter zona
atas didapatkan bahwa penambahan hambatan rata-rata yaitu 6,5 mm, 13,3
ekstrak bawang putih (Allium sativum) mm, 15 mm dan 17,8 mm. Pada kontrol
mampu menghambat pertumbuhan negatif aquades steril tidak menghasilkan
bakteri Staphylococcus aureus pada diameter zona hambatan (0 mm) dan
konsentrasi 250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 kontrol positif ciprofloxacin menunjukan
µg/mL, dan 1000 µg/mL, dibuktikan angka rata-rata 14 mm.
dengan terbentuknya zona hambatan yang Berdasarkan hasil uji bakteri dapat
jernih di sekitar koloni bakteri dilihat adanya daya hambat ekstrak
Staphylococcus aureus. Konsentrasi bawang putih (Allium sativum) terhadap
ekstrak bawang putih (Allium sativum) pertumbuhan bakteri Staphylococcus
250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 µg/mL, dan aureus pada berbagai konsentrasi

85
terhadap zona hambatan seperti yang
ditunjukan pada Gambar 1.1 di bawah ini .
:

20 17.8
18
Luas Zona Hambatan (mm)

15
16 14
13.3
14
12
kontrol -
10
8 6.5 Kontrol +
6
Konsentrasi
250 µg/mL
4 Ekstrak
2 0
0
kontrol - Kontrol + 250 500 750 1000
µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL

Kelompok Perlakuan
Gambar 1.1 Grafik daya hambatan ekstrak bawang putih (Allium Sativum), kontrol
positif dan kontrol negatif terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
Aureus.

Berdasarkan Gambar 1. Uji daya persen peningkatan relatif kecil.


hambat ekstrak bawang putih (Allium Sedangkan diameter zona hambat untuk
Sativum) terhadap pertumbuhan bakteri kelompok
Staphylococcus Aureus menunjukan kontrol positif yaitu 14 mm, dan kontrol
bahwa zona hambat sudah terbentuk negatif tidak terdapat zona hambatan.
setelah masa inkubasi 24 jam pada suhu Analisis lebih lanjut mengenai uji
0
37 C dimana pada konsentrasi 250 µg/mL daya hambat ekstrak bawang putih
terdapat zona hambatan 6,5 mm, (Allium Sativum) terhadap pertumbuhan
sedangkan pada konsentrasi 500 µg/mL bakteri Staphylococcus Aureus dalam
diperoleh diameter zona hambat sebesar beberapa konsentrasi dilanjutkan dengan
13,3 mm, konsentrasi 750 µg/mL menggunakan uji statistik One Way
diameter zona hambatannya 15 mm dan Anova dan Tukey HSD. Hasil analisis
konsentrasi 1000 µg/mL diameter zona statistik (One Way Anova) diperoleh p
hambatannya 17,8 mm. Dapat dilihat value 0,008 (p < 0,05) yang berarti ada
bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi perbedaan bermakna pada tiap kelompok
ekstrak bawang putih (Allium Sativum) konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium
maka diameter zona hambatan yang Sativum), karena hasil yang didapatkan
dihasilkan akan semakin besar akan tetapi bermakna maka uji dilanjutkan dengan uji

86
Post Hoc Test Tukey HSD untuk melihat aktif yang terdapat pada ekstrak bawang
besarnya perbedaan dari berbagai putih (Allium Sativum) mampu
konsentrasi tersebut. Berdasarkan hasil menghambat pertumbuhan bakteri
uji Post Hoc Test Tukey HSD dapat Staphylococcus Aureus maka akan
dilihat bahwa perbandingan dua terbentuk zona hambat di sekitar sumur
kelompok konsentrasi yang memiliki nilai difusi. Luas zona hambat tersebut
p value < 0,05 menunjukan adanya selanjutnya diukur pada tiap-tiap
perbedaan bermakna antara dua kelompok konsentrasi.
konsentrasi tersebut yaitu konsentrasi 250 Menurut Harmita dan Radji (2008),
µg/mL dan konsentrasi 750 µg/mL adalah menjelaskan bahwa besar diameter zona
0,042, serta konsentrasi 250 µg/mL dan hambatan yang dibentuk oleh obat-obatan
konsentrasi 1000 µg/mL adalah 0,007. tradisional dikatakan sensitive bila
Sedangkan pada perbandingan diameter zona hambatan > 18 mm,
konsentrasi 250 µg/mL dan konsentrasi intermediet bila diameter zona hambatan
500 µg/mL (p=0,123), konsentrasi 500 13-17 mm dan resistent bila diameter
µg/mL dan konsentrasi 750 µg/mL zona hambatan < 12 mm. Berdasarkan
(p=0,920), konsentrasi 500 µg/mL dan pernyataan tersebut dapat dikatakan
1000 µg/mL (p=0,403), konsentrasi 750 bahwa ekstrak bawang putih (Allium
µg/mL dan 1000 µg/mL (p=0,757) Sativum) masuk dalam kategori
dimana nilai p-value > 0,05, sehingga Intermediet dan mampu menghambat
tidak terdapat perbedaan yang bermakna pertumbuhan bakteri Staphylococcus
antara dua kelompok konsentrasi tersebut Aureus dibuktikan dengan adanya zona
artinya pada konsentrasi tersebut hambatan yang terbentuk disekitar koloni
memiliki kecendrungan efek yang sama bakteri Staphylococcus Aureus.
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Berdasarkan penelitian yang telah
Staphylococcus Aureus. dilakukan menunjukan bahwa ekstrak
bawang putih (Allium Sativum) mampu
PEMBAHASAN menghambat pertumbuhan bakteri
Penelitian yang dilakukan adalah Stapyhlococus Aureus yaitu pada
untuk mengetahui adanya daya hambat konsentrasi 500 µg/mL , 750 µg/mL dan
ekstrak bawang putih (Allium Sativum) 1000 µg/mL secara berturut-turut
terhadap pertumbuhan bakteri diameter zona hambatnya yaitu 13,3 mm,
Staphylococcus Aureus dapat 15,0 mm dan 17,8 mm sudah
menggunakan uji kepekaan dengan memperlihatkan adanya zona inhibisi.
metode sumur difusi. Apabila senyawa Sedangkan pada antibiotik ciprofloxacin

87
diameter zona hambatnya yakni 14 mm, efektif adalah konsentrasi 1000 µg/mL
relatif kecil karena dosis obat yang dikarenakan luas zona hambatan yang
digunakan kecil disesuaikan dengan dihasilkan paling luas dan berdasarkan
konsentrasi terkecil ekstrak bawang putih hasil uji statistik nilainya signifikan.
yaitu 250 µg/mL, hal ini diketahui bahwa Hasil tersebut tidak terlepas dari
pada konsentrasi bawang putih (Allium senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak
Sativum) sudah memiliki daya hambat bawang putih (Allium Sativum) yang
meskipun konsentrasi yang digunakan berfungsi sebagai antimikroba yaitu
relatif kecil. minyak atsiri, saponin, flavonoid, ajoene,
Besarnya zona hambat yang alicin (Supardi, 2007). Menurut
terbentuk terus meningkat seiring dengan Djojoseputro tahun (2012), Minyak atsiri,
bertambah besarnya konsentrasi bawang tanin dan flavonoid berfungsi
putih (Allium Sativum). Zona hambat menghambat pertumbuhan bakteri dengan
terbesar adalah 17,8 mm pada konsentrasi cara melibatkan perubahan dalam
1000 µg/mL sedangkan zona hambat stabilitas molekul protein serta perubahan
terendah adalah 6,5 mm pada konsentrasi struktur protein, merusak membran
250 µg/mL. Semakin tinggi konsentrasi sitoplasma sel dan menyebabkan
ekstrak bawang putih (Allium Sativum) kerusakan dinding sel. Protein yang
maka semakin banyak kandungan zat mengalami proses denaturasi akan
aktif di dalamnya sehingga aktivitas kehilangan struktur sekunder dan tersier,
antibakterinya akan semakin besar dan karena tekanan dari senyawa eksternal
juga sebaliknya semakin rendah seperti alkohol atau klorofom ataupun
konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium panas yang akan menyebabkan
Sativum) maka semakin sedikit zat aktif ketidakstabilan pada dinding sel dan
di dalamnya sehingga aktivitas membran sitoplasma bakteri sehingga
antibakterinya akan semakin berkurang. fungsi permeabilitas selektif, fungsi
Berdasarkan hasil Post Hoc Test pengangkutan aktif, pengendalian
Tukey HSD dapat dilihat bahwa susunan protein sel bakteri terganggu.
perbandingan dua kelompok konsentrasi Gangguan integritas sitoplasma berakibat
yang memiliki nilai p value <0,05 pada lolosnya makromolekul, dan ion dari
menunjukan adanya perbedaan bermakna sel. Sel bakteri kehilangan bentuknya
antara dua kelompok konsentrasi tersebut sehingga lisis.
yakni konsentrasi 250 µg/mL dan 1000 Penelitian yang dilakukan El-
µg/mL (0.007). Oleh karena itu, Mahmood (2009) menjelaskan bahwa
konsentrasi yang digunakan yang paling bawang putih (Allium Sativum) mampu

88
menghambat pertumbuhan mikroba pengaruh yang signifikan pada ekstrak
Staphylococcus Aureus, Escherichia Coli, bawang putih (Allium Sativum)
S. Pneumoniae, dan Pseudomonas terhadap pertumbuhan bakteri
Aeruginosa ditandai dengan terbentuknya Staphylococcus Aureus.
zona hambat hal ini dikarenakan ekstrak Saran
bawang putih (Allium Sativum) memiliki 1. Bagi peneliti selanjutnya dapat
senyawa aktif yang bersifat sebagai digunakan sebagai rujukan untuk
aintimikroba seperti saponin, alkaloid, penelitian lebih lanjut ekstrak
flavonoid, minyak atsiri, dan alicin. bawang putih (Allium Sativum)
Berdasarkan hasil penelitian dan dengan menggunakan pelarut yang
hasil uji statistik, dapat disimpulkan berbeda, variasi konsentrasi yang
bahwa ekstrak bawang putih (Allium berbeda, menggunakan bagian lain
Sativum) dapat menghambat pertumbuhan dari tanaman bawang putih (Allium
bakteri Staphylococcus Aureus. Sativum), maupun menggunakan
bakteri dengan genus atau spesies
PENUTUP yang berbeda.
Kesimpulan 2. Perlu dilakukan penelitian lebih
Berdasarkan hasil penelitian dan lanjut dengan menggunakan
analisis data yang dilakukan dapat ditarik kromatografi untuk mengisolasi zat
kesimpulan bahwa : antibakteri bawang putih (Allium
1. Diameter zona hambatan pada media Sativum) yang paling efektif dalam
sumuran mulai terbentuk pada menghambat pertumbuhan bakteri
perlakuan dengan konsentrasi terendah Staphylococcus Aureus.
yaitu 250 µg/mL sebesar 6,5 mm.
DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi 500 µg/mL sebesar 13,3
Ainurrochmah, A., Ratnasari, E.,
mm, konsentrasi 750 µg/mL sebesar
Lisdiana, L., 2013, Efektivitas
15 mm dan diameter zona hambatan ekstrak daun binahong (Anredera
cordifolia) terhadap penghambatan
paling besar terlihat pada konsentrasi
pertumbuhan bakteri Shigella
1000 µg/mL sebesar 17,8 mm, kontrol flexneri dengan metode sumuran.
Jurnal Lentera Bio. 2 (3) : 233–7.
positif menghasilkan zona hambatan
Ansari, et. al. (2016). Risk factors
14.5 mm sedangkan kontrol negatif
assessment for nasal colonization
(aquades) tidak menghasilkan zona of Staphylococcus aureus and its
methicillin resistant strains among
hambatan.
pre-clinical medical students of
2. Uji statistik One Way Anova yakni p Nepal. BioMed Central Research
Notes, 9 : 214-221.
value 0,008 yang berarti terdapat

89
Duman, A., 2008, Investigation of Supardi, A., 2007, Uji Aktivitas
antibacterial effects of some Antibakteri Ekstrak ik Umbi
medicinal plants and spices on food Bawang Putih (Allium sativum
pathogens. Kalkas Univ Vet Fak Linn.) Lanang terhadap
Derg. Streptococcus pneumonia dan
Klebsiella pneumonia secara
Dusica, P., Vesna, D., Ljubisa B, Mihajlo
dilusi. Skripsi, Fakultas Farmasi
Z., 2011, Allicin and related
Universitas Setya Budi.
compounds: biosynthesis and
pharmacological activity. Phys Tokajian, S., 2014, New epidemiology of
Chem Tech. Staphylococcus aureus infections in
the middle east. Clinical
Djojoseputro, S., 2012, Hantam Stroke
Microbiology And Infection (CMI).
dan Kanker Dengan Kunyit Putih.
20(7): 624-628.
Stomata: Surabaya.
Wahyudi dan Sukarjati, 2013, Pengaruh
El-Mahmood, M., 2009, Efficacy of crude
Ekstrak Etil Asetat Getah Kamboja
extract of garlic (Allium sativum
( Plumeria acumenate. W.T. Ait)
Linn.), against nosocomial
Terhadap pertumbuhan dan daya
Eschericia coli, Staphylococcus
hambat Staphylococcus aureus
aureus, Streptococcus pneumoniea,
Stigma. Vol. 06, No 02:27-30
Pseudomonas aeruginosa, J Med
Plants Res. WHO, 2013, Prevention Of Hospital-
Acquired Infection. A parctical
Fulder, S., Blackwood, J., dan Soetrisno,
guide 2nd Ed., Departement of
E., 2002, Buku Pintar Terapi
Communicable Disease,
Bawang.
Surveillance and Response. USA.
Harmita dan Radji, M., 2008, Buku Ajar
Analisis Hayati, Edisi 3, Jakarta :
EGC.
Kemenkes RI, Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2012, Jakarta :
Kemenkes RI; 2013.
Kowalski, J., W., 2007, Air-Treatment
System for Controlling Hospital-
Acquired Infection. New York :
Immune Building System Inc.
Majewski, M., 2014, Allium sativum:
Facts and Myths Regarding Human
Health, J Natl Ins Public Health.
Onyeagba, R., Uogbogu, O., Okeke, C.,
2006, Studies on the antimicrobial
effects of garlic (Allium sativum
Linn), ginger (Zingiber officinale
Roscoe) and lime (Citrus
aurantifolia Linn). Afr. J.
Biotechnol. 552-554 p.
Price Sylvia, A., dan Willson Lorraine,
M., 2012, Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit,
Jakarta : EGC.

90

Anda mungkin juga menyukai