Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan Industri saat ini bergerak dengan cepat oleh karena itu industry
perlu memberikan perhatian lebih agar dapat bersaing dipasar secara kompetitif, Jika suatu
perusahaan ingin berkembang dalam pasar yang kompetitif, perusahaan tersebut harus
menyediakan produk berkualitas tinggi dengan ketepatan waktu pemenuhan permintaan

mutlak. Oleh karena itu, Meningkatkan efisiensi mesin sangat penting bagi perusahaan
untuk meningkatkan produktivitas mereka. Salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas adalah dengan melakukan evaluasi kinerja dan meningkatkan efisiensi
peralatan atau mesin produksi, sehingga memaksimalkan pemanfaatan mesin.

Perawatan yang tidak tepat terhadap mesin atau peralatan dapat menyebabkan
sejumlah masalah seperti keterlambatan dalam proses setup, penyesuaian yang memakan
waktu, penurunan kecepatan produksi, dan tingkat produk cacat yang tinggi. Dampaknya,
produktivitas dan efisiensi mesin perusahaan dapat menurun, yang berujung pada
peningkatan biaya operasional yang signifikan.

PT. Bakrie Pipe Industries merupakan sebuah perusahaan yang menghasilkan pipa
berbahan baku baja sesuai dengan spesifikasi dari penggunaan pipa itu sendiri, Perusahaan
ini memproduksi pipa baja dimulai sejak tahun 1959 dengan customer tetap di antaranya
adalah Adhi Karya PT, Inalum PT dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, PT.
Bakrie Pipe Industries (BPI) mengoperasikan tiga pabrik pembuatan pipa, yang masing-
masing memiliki kapabilitas dan wilayah kerja yang berbeda, ketiga pabrik tersebut adalah
Plant VAI-4 , plant WTM 8 & 16, dan Plant KT 24, masing masing plant tersebut di
kelompokan dengan diameter yang berbeda beda.

Berdasarkan wawancara dan permintaan dari pihak terkait maka pembahasan


selanjut nya akan lebih di utamakan pada produksi baja di plant WTM-8, pada wtm 8
memproduksi pipa berukuran 4 inchi - 8 inchi dengan ketebalan 2,9 mm – 8,18 mm, pipa
baja dengan diameter tersebut biasa nya digunakan oleh industri Oil dan Gas. Pada Plant
WTM-8 yang melibatkan serangkaian tahapan produksi termasuk mesin uncoiler, jointing,
forming, welding, cooling, sizing, dan cut off. Kerusakan pada salah satu mesin dapat
berdampak pada jalur produksi secara keseluruhan. Downtime yang disebabkan oleh
kerusakan tersebut berpotensi menyebabkan produktivitas bagi Perusahaan menurun. Oleh
karena itu, menjaga kelancaran operasi produksi sangat penting bagi perusahaan,
khususnya mengingat ketergantungan pada satu jalur produksi.
Berlandaskan pengamatan data pada PT. Bakrie Pipe Industries di Plant WTM - 8
dalam bulan januari 2023 sampai bulan Juni 2023 terdapat beberapa downtime yang tidak
direncakan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Unexpected Stopages Divisi Produksi WTM-8
Periode 1 Januari 2023 -30 Juni 2023 (Menit)

Activity Jan Feb Mrt Apr Mei Juni


HF Problem
0 0 0 0 110 0
Pahat Outer Problem
0 0 270 10 150 40
Pahat Inner problem
270 120 610 250 510 240
Pipa defect/Roll Mark 10 90 120 110 220 80
Ganti pisau cut off 60 160 100 60 160 100
gompal
Jointing putus 0 130 230 0 80 0
Roll Forming Problem 70 30 290 70 180 60
Roll SQ Problem 0 30 0 50 0 100
Roll Sizing Problem 0 30 0 0 0 120
Bearing Roll Problem 200 50 300 145 340 120
Pipa defect/Roll Mark 10 90 120 110 220 80
Sumber: Dokumen Perusahaan

Pada tabel diatas ini menunjukan downtime yang terjadi pada bulan januari 2023
sampai Juni 2023 banyak disebabkan oleh mesin welding, masalah yang sering terjadi yaitu
adanya masalah pada high frequency (HW), pahat outer dan pahat inner sehingga
mengganggu produktivitas mesin. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan produktivitas
pada mesin welding untuk mengetahui tingkat produktivitas dan membandingkannya dengan
standar nilai produktivitas dunia.
Untuk mengukur produktivitas dapat menggunakan metode Overall Equipment
Effectiveness (OEE). Metode ini memudahkan dalam menilai efektivitas mesin dengan
memperhatikan tiga indikator kunci, yaitu ketersediaan (availability), efisiensi kinerja
(performance efficiency), dan tingkat kualitas (rate of quality). OEE menjadi alat yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja mesin dan membantu dalam meningkatkan
produktivitas secara keseluruhan.

1.2 Perumusan Masalah


Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan
permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mendapatkan nilai OEE pada mesin atau peralatan yang sudah di
tentukan pada objek penelitian ini ?
2. Bagaimana mengetahui hasil dari OEE dan mengetahui hubungan unsur-unsur OEE
yang saling mempengaruhi satu sama lain?
3. Bagaimana menyusun rencana perbaikan untuk meningkatkan nilai OEE?

1.3 TUNJUAN DAN MANFAAT


1.3.1 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maksud dan tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh nilai OEE pada mesin atau peralatan yang telah ditentukan oleh
objek penelitiannya.
2. Untuk mengetahui hasil dari OEE dan mengetahui hubungan unsur-unsur OEE yang
saling mempengaruhi satu sama lain..
3. Untuk menyusun rencana perbaikan untuk meningkatkan nilai OEE..
1.3.2 Manfaat
Dengan laporan Kerja Praktek ini, diharapkan dapat memberikan data yang
berguna bagi PT. Bakrie Pipe Industries Plant WTM-8 untuk mengevaluasi tingkat
produktivitas mesin welding WTM-8. Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan
standar produktivitas dunia, perusahaan dapat mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang sejauh mana kinerja mesin welding WTM-8 dibandingkan dengan standar global.

1.4 PEMBATASAN MASALAH


Batasan-batasan yang diperlukan dalam penulisan laporan Kerja Praktek ini adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di PT. Bakrie Pipe Industries Plant WTM-8 pada rentang waktu
dari 18 September 2023 hingga 19 Oktober 2023.
2. Objek yang diamati dalam laporan Kerja Praktek ini adalah tingkat produktivitas mesin
welding WTM-8 di PT. Bakrie Pipe Industries Plant WTM-8.
3. Laporan Kerja Praktek ini tidak memasukkan analisis biaya sebagai bagian dari ruang
lingkupnya.
4. Data yang digunakan dalam penelitian ini terkait dengan downtime pada periode bulan
Januari 2023 hingga Agustus 2023.
5. Metode yang digunakan untuk penelitian Kerja Praktek ini adalah Overall Equipment
Effectiveness (OEE).
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan ini terdapat susunan dan terbagi dalam beberapa
bab penulisan laporan dengan pembagian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian, pembatasan masalah
dan sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran perusahaan secara umum yang berisi
sejarah umum perusahaan, visi, misi, struktur perusahaan dan proses produksi
yang ada pada PT. Bakrie Pipe Industries Plant WTM-8.
BAB III LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, terdapat penjelasan mengenai prinsip dasar teori, langkah-langkah
yang diambil, serta rumus yang terkait dengan pengolahan data yang diterapkan
pada permasalahan dalam penulisan ini.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data yang diperoleh pada saat Kerja Praktik di PT. Bakrie Pipe
Industries PLANT WTM-8. Selanjutnya, data yang telah terkumpul tersebut akan
diolah sesuai dengan metode yang telah ditetapkan.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pengolahan data yang
telah dilakukan saat kerja praktik di perusahaan.
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.2 SEJARAH PERUSAHAAN


Pada tahun 1959, PT Bakrie & Brothers menandai tonggak sejarahnya dengan
mendirikan pabrik pipa baja yang dikenal dengan nama “TALANG TIRTA”. Pada fase awal
ini, kapabilitas produksi perusahaan masih terbatas, hanya mampu memproduksi pipa
dengan diameter 5/8-1 ¼ inchi. Meskipun demikian, dengan tekad kuat, mereka memulai
perjalanan industri dengan kapasitas produksi awal sekitar 3.000 ton per tahun.
Seiring berjalannya waktu, komitmen PT Bakrie & Brothers untuk terus tumbuh dan
berkembang tidak pernah pudar. Hal ini terbukti pada tahun 1972, ketika perusahaan
berhasil meningkatkan kapasitas produksinya hingga mencapai 25.000 ton per tahun.
Prestasi ini tidak hanya menunjukkan peningkatan jumlah produksi, tetapi juga inovasi
dalam produksi pipa dengan diameter yang lebih besar, yakni hingga 4 inchi, khususnya
untuk pipa saluran air.
Tidak berhenti di situ, PT Bakrie & Brothers terus mengeksplorasi potensi pasar.
Pada tahun 1978, perusahaan berhasil meraih pencapaian signifikan dengan memproduksi
pipa baja berdiameter hingga 6 5/8 inchi. Keberhasilan ini tidak hanya berhenti pada
kapasitas produksi, tetapi juga pada spesifikasi produk. PT Bakrie & Brothers dengan
bangga telah memproduksi pipa yang memenuhi standar API (American Petroleum
Institute), khususnya untuk industri minyak dan gas, menandai kehadirannya sebagai
pemain penting di sektor ini.
Seiring dengan perkembangan industri dan tuntutan pasar yang semakin kompleks,
PT Bakrie Pipe Industries terus beradaptasi dan berinovasi. Pada tahun 1995, sebagai
upaya ekspansi dan peningkatan kapasitas produksi, perusahaan memperluas pabriknya.
Investasi strategis ini ditandai dengan pemasangan mesin KT 24 (Kaiser Torrance 24) dan
VAI 4 (Voest Alpine 4 inch). Dengan teknologi canggih ini, PT Bakrie Pipe Industries kini
mampu menghasilkan pipa baja dengan diameter yang lebih besar, mencapai 24 inchi,
memperkuat posisinya sebagai pemimpin industri dalam memenuhi kebutuhan pipa baja di
berbagai sektor.
Melalui perjalanan panjang ini, PT Bakrie Pipe Industries terus meneguhkan
komitmennya untuk memberikan produk berkualitas tinggi dan solusi yang inovatif bagi
pelanggannya, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri
pipa baja di Indonesia.

Gambar 2.1 Logo Perusahaan


Sumber: Pengumpulan Data
2.2 VISI DAN MISI PERUSAHAAN
Dalam berbagai perusahaan harus mempunyai visi dan misi yang jelas untuk
menjalankan dalam suatu proses bisnis. Visi dan misi didalam suatu perusahaan mampu
menunjukan bahwa perusahaan besar maupun perusahaan kecil mempunyai tujuan yang
ingin dicapai. PT. Bakrie Pipe Industries mempunyai visi dan misi, sebagai berikut :
2.2.1 Visi Perusahaan
“Menjadi perusahaan pipa baja terkemuka di wilayah ASEAN.”
2.2.2 Misi Perusahaan
Menyediakan produk yang dapat dipercaya, sesuai bahkan lebih baik dari
persyaratan yang ditetapkan pelanggan, degan harga yang kompetitif dan pengiriman tepat
waktu. Mengoperasikan aktifitas bisnis senantiasa didasari nilai-nilai integritas, profesional,
dan profitabilitas, mengutamakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, memuaskan
pelanggan dan meningkatkan nilai investasi bagi pemegang saham.

2.3 STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN


Struktur organisasi PT. Bakrie Pipe Industries membantu mencapai visi, misi, dan
tujuan perusahaan secara keseluruhan dan khusus oleh Stuktur Organisasi yang sesuai
dengan tanggung jawab dan kewenangannya.

2.3.1 Gambaran Struktur Organisasi PT. Bakrie Pipe Industries


Pada gambar bagan, PT. Bakrie Pipe Industries menggunakan struktur organisasi
berbentuk vertikal, yang menunjukkan pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah. Namun,
berdasarkan hubungan kerja dan aktivitas, wewenang, dan tanggung jawab, struktur
organisasi garis dan staf umumnya digunakan oleh perusahaan besar dengan daerah yang
luas. Bidang tugas yang digunakan bervariasi dan jumlah bawahan yang banyak, sehingga
pimpinan tidak dapat bekerja sendiri, tetapi memerlukan bantuan dari staf yang ahli dalam
bidang tertentu dan bertanggung jawab untuk memberikan nasehat, saran, dan Selain itu,
jenis struktur organisasi ini memfasilitasi hubungan yang seluruhnya tidak langsung antara
atasan dan bawahan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT.Bakrie Pipe Industries

Sumber: PT.Bakrie Pipe Industries

2.3.2 Gambaran Struktur Organisasi Plant WTM-8

STUKTUR ORGANISASI PLANT WTM-8


PT Bakrie Pipe Industries

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Plant WTM-8 PT Bakrie Pipe Industries

sumber : PT Bakrie Pipe Industries


2.3 Jam Kerja Karyawan dan Management

Untuk mencapai efisiensi kerja yang maksimum karena sifat pekerjaan perusahaan
berdasarkan pesanan (Order Produksi), perusahaan dapat mengatur jadwal kerja secara
berbeda pada setiap bagian atau jenis pekerjaan sesuai dengan sifat pekerjaannya. Jam
kerja perusahaan adalah 7 (tujuh) jam kerja dan jam istirahat kerja 1 (satu) jam, atau 8
(delapan) jam sehari tidak melebihi 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Jam kerja
operasional yang berlaku di PT. BPI dapat dilihat pada table 2.1.

Tabel 2.1 Jam kerja PT Bakrie Pipe Industries

HARI NON SHIFT SHIFT SHIFT KETERANGAN


SHIFT I II III

SENIN 07.30 - 07.30 - 16.00 - 20,00 00.00 - JAM KERJA


s/d 12.00 11.30 04.00
KAMIS 12.00 - 12.30 – 20.00 - 21.00 04.00 - ISTIRAHAT
1300 13.00 05.00
13.00 - 13.00 - 21.00 - 00.30 05.00 - JAM KERJA
16.30 16.30 08.00
JUM'AT 07.30 - 07.30 - 16.00 - 20,00 00.00 - JAM KERJA
11.30 11.30 04.00
12.30 - 12.30 – 20.00 - 21.00 04.00 - ISTIRAHAT
1300 13.00 05.00
13.00 - 13.00 - 21.00 - 00.30 05.00 - JAM KERJA
16.30 16.30 08.00

Sumber: PKB 2015-2017 PT Bakrie Pipe Industries

2.4 BAHAN BAKU PERUSAHAAN


Dalam proses pembuatan pipa baja, Bahan Baku yang digunakan adalah HRC (Hot
Rolled Coil). HRC adalah bentuk gulungan dari plat baja yang diperoleh dari pabrik-pabrik
logam, seperti PT Krakatau Steel. Setiap HRC memiliki variasi atau spesifikasi khusus yang
disesuaikan dengan kebutuhan produksi pipa baja, termasuk jenis baja yang diperlukan
serta ketebalannya. Sebagai contoh, dalam konteks industri, beberapa spesifikasi HRC yang
umum digunakan meliputi SS-400 dan SPHT-2 untuk memproduksi pipa baja dengan
standar ASTM A5-A. Sementara itu, untuk pipa baja yang mengikuti standar API,
spesifikasinya bisa mencakup API Spec.5L245M (BM) dan API Spec.5L485M (X70MS).
Gambar 2.4 Hot Rolled Coil

Sumber: PT.Bakrie Pipe Industries Departemen HRC

2.4 SPESIFIKASI PRODUK


Produk pipa yang dihasilkan oleh PT. Bakrie Pipe Industries memiliki
berbagai macam spesifikasi yang dapat dibedakan berdasarkan keguaan dari pipa
tersebut. Berikut spesifikasi produk pipa dan kegunaan pipa yang dihasilkan PT.
Bakrie Pipe Industries dapat dilihat pada

Tabel 2.2 Spesifikasi Pipa dan Kegunaanya

No Spesifikasi Fungsi
1. API SPEC 5L Pipa baja untuk mengalirkan minyak dan
gas alam
2. API SPEC 5CT Pipa baja untuk Casing dan Tubing pada
aplikasi minyak dan gas bumi
3. ASTM A53 Pipa baja yang digunakan untuk aplikasi
mekanik dan bertekanan seperti saluran
uap, gas dan udara
4. ASTM A52 Pipa baja untuk konstruksi dan tiang
pancang
5. SNI 0039:2013 Untuk saluran air bersih, air baku, air
Light Class (kelas tipis) pada sistem plambing, air pada sistem
hydrant dan air lainnya kecuali air minum
6. SNI 0039:2013 Untuk saluran air bersih, air baku, air
Medium Class (kelas medium) pada sistem plambing, air pada sistem
hydrant dan air lainnya kecuali air minum
7. SNI 0039:2013 Untuk saluran air bersih, air baku, air
Heavy Class (kelas tebal) pada sistem plambing, air pada sistem
hydrant dan air lainnya kecuali air minum
8. SNI 0068:2013 Pipa baja untuk konstruksi umum, seperti
Class 2 konstruksi sipil dan arsitektural,
PKB(STK)-400 menara/tiang baja, scafolding, menara
dan struktur lainya, kecuali tiang pancang
9. SIO Pipa baja untuk aplikasi umum
Sumber: PT. Bakrie Pipe Industries

2.5 CUSTOMER PT. BAKRIE PIPE INDUSTRIES


2.5.1 Internal Customer
 AMTRADE International Pty,Ltd
 ONE STEEL Limited (now, Arrium Ltd)
 DSL CORPORATION
 EAST COAST PIPE
 NIGS (National Irinian Gas Company)
 KOC (Kuwait Oil Company)
2.5.2 Domestic Non Oil & Gas Customer
• Adhi Karya, PT
• Aetra Air, PT
• Angkasa Podhomoro,PT
• Angkasa Pura, PT
• Bina Marga
• Direktoral Jendral Cipta Karya
• Ciputra World, PT
• Inalum, PT
• Jaya Konstruksi, PT
• Kementrian Pekerjaan umum RI
• Kementrian Perhubungan RI
• Nindya Karya, PT
• PAM Lyonnasise Jaya, PT
• PDAM
• Pelindo, PT
• Pertamina Geothermal Energy, PT
• Perusahaan Listrik Negara, PT
• PP, PT
• Summarecon Agung Tbk, PT
• Telkom, PT
• Wijaya Karya, PT
• Waskita Karya, PT
• Pertamina, PT
• Pertamina EP Karang, PT
• Pertamina Gas, PT
• Pertamina Hulu Energy – ONWJ, PT
• Pertamina Hulu Energy – WMO, PT
• Pertamina Prabumulih, PT
• Pertamina UP VI Balongan, PT
• Perusahaan Gas Negara, PT
• Petronas Caligali
• Petronas PC Ketapang, Ltd
• Punj Lloyd
• Rajawali Swiber Cakrawala, PT
• Rekayasa Industri, PT
• Rekin/ JOB Pertamina/ Hess
• Santa Fe
• Santos (SAMPANG) Pty, Ltd
• Sempec Indonesia
• Star Indonesia
• Vico Indonesia
• Wijaya Putra, PT

2.6 DISTRIBUTOR PT.BAKRIE PIPE INDUSTRIES


• Bintang Sukses Makmur
• Bahtera Sukses
• Diptajati
• Sejati
• Bajasakti
• Baru
• Prima Perkasa
• Setamurni
• Penikarya
• Papasari
• Benteng Anugerah Sejahtera
• Bahana Cipta
• Muara Dua
• AlisaCatur Adhirajasa (Cabang Lampung)
• AlisaCatur Adhirajasa (Cabang Bengkulu)

2.7 COMPETITOR PT.BAKRIE PIPE INDUSTRIES


• PT. KHI Pipe Industries
• PT. Stell Pipe Industry of Indonesia (SPINDO)
• PT. Indal Stell Pipe
• PT. Srirejeki Perdana Stell
• PT. Pabrik Pipa Indonesia

2.8 PROSES BISNIS BIDANG USAHA


PT. Bakrie Pipe Industries membuat pipa dengan berbagai diameter, mulai dari ½
inch hingga 24 inch. Pipa-pipa ini dibuat dengan pengelasan lurus menggunakan metode
High Frequency Electric Resistance Welding. Proses ini adalah penyambungan di mana
panas yang diperlukan untuk melelehkan logam dihasilkan oleh resistensi listrik logam.
logam akan diberikan arus Listrik yang sangat besar sehingga akan membuat temperature
logam meningkat hingga logam mencair. Pada saat logam mencair, pada benda kerja juga
diberikan tekanan agar proses penyambungan terjadi.

2.9 PETA PRODUKSI PLANT WTM-8


Diagram proses operasi ini berkaitan dengan semua aktivitas yang terjadi di mesin
WTM – 8 . Setiap bagian mesin saling terhubung, menciptakan alur produksi yang relatif
sederhana dibandingkan dengan proses manufaktur lainnya. Mesin ini biasanya beroperasi
selama 7 jam per hari pada jam kerja, dengan beberapa waktu berhenti tertentu. Kecepatan
mesin dalam pembuatan pipa bervariasi tergantung pada ukuran pipa yang sedang
diproses. Sebagai contoh, saat memproduksi pipa dengan ukuran 4” dan 8”, kecepatan
mesin adalah 35 meter per menit,. Karena mesin ini menggunakan prinsip produksi satu
arah, jika salah satu bagian mesin mengalami kerusakan, seluruh proses harus dihentikan
hingga perbaikan selesai dilakukan, baru kemudian dapat diaktifkan kembali.
Gambar 2.5 Flowchart WTM-8
Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries

2.10 PROSES PRODUKSI WTM-8


2.10.1 Uncoiler
Coil yang ada di jalur coil kemudian di masukkan kedalam mesin uncoiler dengan
tujuan untuk membuka gulungan roll coil kemudian masuk ke dalam proses perataan lembar
coil yaitu proses dimana coil tersebut diratakan dengan roll yang ada bagian atas dan
bawahnya.
Gambar 2.6 Mesin Uncoiler WTM-8
Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries

2.10.2 Leveling
Levelling merupakan perangkat yang berperan dalam menjadikan permukaan plat
baja menjadi datar, menghilangkan ketidakrataan alami yang mungkin ada pada gulungan
coil. Dengan bantuan mesin leveller, plat baja akan memiliki permukaan yang rata tanpa
gelombang, mempermudah proses lanjutan yang akan dilakukan. Alat ini terdiri dari lima roll,
dengan dua roll di bagian atas dan tiga roll di bagian bawah. Roll di bagian bawah memiliki
karakteristik yang dapat disesuaikan, sehingga penyesuaian dilakukan berdasarkan roll di
bagian atas yang bisa diatur tingkatannya.

Gambar 2.7 Mesin Leveling WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries
2.10.3 Shearing and Jointing
Prosedur ini menetapkan cara untuk menyambung antara ujung coil yang satu
dengan coil berikutnya dengan cara pengelasan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan untuk mendapatkan sambungan antara coil yang baik bagi proses selanjutnya.

Gambar 2.8 Mesin Shearing And Jointing WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries

2.10.4 Side Trimming


Side Trimming yaitu proses pemotongan lidah coil untuk penyambungan ujung coil
yang satu dengan yang lainnya serta mendapatkan ujung coil yang rata dan tegak lurus.
Untuk meratakan bagian kedua sisi dari plat digunakan mesin side trimmer yang ada di
mesin tersebut setelah proses pemotongan dan penyambungan lidah coil.

Gambar 2.9 Mesin Side Trimming WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries

2.10.5 Edge Scarfing


Edge scarfing merupakan cara menghaluskan dan meratakan pinggiran strip setelah
pemotongan di side trimmer, untuk mendapatkan permukaan yang halus dan bersih
sehingga diperoleh kualitas pengelasan yang baik.

Gambar 2.10 Mesin Edge Scarfing WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries

2.10.6 Forming
Merupakan peroses dimana skelp diberi gaya dan mengalami perubahan
bentuk (deformasi) secara perlahan denagn menggunakan roll-roll.

Gambar 2.11 Mesin Forming WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries
2.10.7 Welding
Pipa yang akan dibentuk tadi selanjutnya akan dilas. Pinggiran plat yang sudah
berbentuk silindris dengan cepat dipanaskan menggunakan mesin high frequency welding
(HFW).

Gambar 2.12 Mesin Welding WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries
2.10.8 Bead Removing
Bead removing yaitu proses pembersihan/ penyerutan butiran sisa pengelasan
didalam dan diluar pipa. Penyerutan sisa pengelasan ini di bagi 2, penyerutan kampuh las
bagian dalam dan kampuh las bagian luar.

Gambar 2.13 Mesin Bead Removing WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries

2.10.9 UT Online
Melingkupi teori dan prinsip kerja dan proses UT On Line pada pipa yang telah
melalui tahap pengelasan. Proses ini bertujuan untuk mengindikasikan hasil lasan jika
terdapat cacat dengan menyenprotkan cat kuning sebagai tanda. Dengan demikian pipa
baja dengan tanda tersebut akan diproses tambahan dengan diperbaiki hasil las-lasannya.
Gambar 2.14 Flowchart WTM-8
Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries

2.10.10 Heat Treatment


Melingkupi teori dan prinsip kerja dari proses annealing pada lasan pipa serta kriteria
penerimaannya.
Prinsip Kerja
a. Proses annealing ini merupakan proses pemberian panas pada lasan pipa dengan
inductor dan temperaturnya 800-900 °C, untuk mengetahui sifat-sifat fisik yang
dimiliki oleh logam / coil.
b. Lasan pada pipa dipanaskan menggunakan mesin annealing lalu didinginkan
secara perlahan.
c. Untuk kedalaman penetrasi annealing dilakukan oleh inspector annealing dengan
memperhatikan seluruh bagian las dan ketebalan dinding harus terpenetrasi
annealing.

Gambar 2.15 Flowchart WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries
2.10.11 Air Cooling dan Watter Cooling
Merupakan proses pendinginan bagian sambungan las (Seam) dengan
menggunakan udara (Air Cooling) dan air (Watter Cooling) agar struktur logam yang
mengalami proses annealing dapat kembali seperti semula sehingga sifat mekanisnya baik.

Gambar 2.16 Flowchart WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries

2.10.12 Sizing
Sizing berfungsi untuk mereduksi keliling atau diameter pipa, memperbaiki
kebulatan pipa (roundness), meluruskan pipa (straightening), dan memperbaiki ketidak
sempurnaan bentuk dan permukaan pipa. Sizing dilakukan dengan menjalankan pipa
melewati beberapa roll horizontal dan vertical.

Gambar 2.17 Flowchart WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries

2.10.13 Cut Off


tahap akhir dari proses produksi pipa, yang berupa mesin pemotong pipa. Fungsi
utama mesin ini adalah untuk memotong pipa menjadi panjang yang telah ditentukan
sebelumnya. Biasanya, panjang standar pipa adalah 5000 mm dan 12.200 mm, namun bisa
disesuaikan dengan permintaan pelanggan.Prosedur ini mengatur bagaimana pipa dipotong
sesuai dengan panjang yang diinginkan dengan menggunakan mesin pemotong pipa. Mesin
ini berperan penting dalam memastikan bahwa pipa dipotong dengan akurat dan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan produksi.

Gambar 2.18 Flowchart WTM-8


Sumber: PT. Bakrie Pipes Industries
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 PENGERTIAN PRODUKTIVITAS


Istilah produktivitas memiliki makna yang bervariasi bagi setiap orang. Secara
umum, produktivitas mengacu pada keterkaitan antara hasil yang dihasilkan secara nyata
atau fisik (baik barang maupun jasa) dengan masukan yang digunakan. Sebagai contoh,
"produktivitas" merupakan indikator efisiensi produktif yang dapat diukur melalui
perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Berikut adalah beberapa
definisi produktivitas dari berbagai sumber yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Menurut Sinungan Muchdarsyah, produktivitas adalah kunci ekonomi yang efektif
dalam penggerakannya, memerlukan keahlian dalam organisasi dan teknis agar
menghasilkan tingkat kegunaan yang tinggi. Ini berarti bahwa hasil yang dicapai sebanding
dengan sumber daya yang digunakan. Dengan meningkatkan efisiensi proses kerja,
pemborosan waktu, energi, dan input lainnya dapat diminimalkan sebanyak mungkin.
Dampaknya adalah peningkatan kualitas hasil dan potensi penghematan yang signifikan.

3.2 PERAWATAN MESIN


Peran manajemen pemeliharaan dalam industri terus meningkat karena biaya
pembelian teknologi baru semakin mahal (Bartz et al., 2014). Kegiatan pemeliharaan
dilakukan untuk memastikan agar proses manufaktur dapat beroperasi dengan efektif dan
efisien, dengan cara memperbaiki, mengganti, menyesuaikan, dan memodifikasi semua
mesin dan peralatan sesuai kebutuhan produksi . Proses manufaktur yang efektif dan efisien
pada akhirnya akan berdampak pada produktivitas, kualitas, dan kepuasan pelanggan
sesuai harapan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa manajemen pemeliharaan mesin
yang dilaksanakan dengan baik akan membantu perusahaan mencapai ketiga tujuan
tersebut.
Secara sederhana, perawatan adalah upaya untuk menjaga agar mesin dan peralatan tetap
berfungsi dengan baik. Meskipun definisi ini tetap relevan hingga sekarang, cara kita
memahami konsep perawatan dan lingkupnya terus berkembang seiring waktu.

3.3 OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENNES (OEE)


Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah ukuran efektivitas perusahaan atau
mesin. OEE dihitung dengan memperhitungkan ketersediaan peralatan, efisiensi proses
kerja, dan tingkat kualitas produk. OEE merupakan indikator yang menunjukkan seberapa
baik perusahaan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya, seperti tingkat keandalan
dan produktivitas, pada peralatan atau mesin yang digunakan dalam proses produksi.
Pengukuran OEE memberikan manfaat bagi perusahaan dengan memberikan
wawasan tentang seberapa efektif kemampuan peralatan atau mesin yang dimilikinya, serta
apakah masih layak untuk digunakan dalam kegiatan produksi. Keputusan mengenai
kelayakan peralatan atau mesin tersebut dapat ditentukan berdasarkan target yang
ditetapkan oleh perusahaan.

3.4 PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN OEE


Overall Equipment Effectivennes (OEE) Adalah sebuah indikator kinerja yang
sering digunakan dalam sektor manufaktur untuk menilai sejauh mana suatu fasilitas
produksi memanfaatkan waktu produksi secara efisien. Adapun Formula dalam Pengukuran
Overall Equipment Effectivennes (OEE) adalah :
OEE = Availability x Performance x Quality rate
Pada nilai OEE telah di tetapkan standar nya oleh Japan Institute of Plant
Maintenance (JIPM) secara umum digunakan oleh seluruh dunia. Berikut ini adalah nilai-nilai
standar OEE yang telah di tetapkan oleh JIPM:
1. Availability > 90%
2. Performance Efficiency > 95%
3. Quality Product > 99%
Idealnya, OEE yang diharapkan adalah 85%, yang dihitung dengan mengalikan
ketersediaan (90%), efisiensi (95%), dan tingkat kualitas (99%). Produksi yang mencapai
tingkat OEE 85% dianggap sebagai standar kelas dunia, dan banyak perusahaan
menganggapnya sebagai tujuan jangka panjang yang dapat dicapai

3.4.1 Pengukuran Availabillity Ratio


Availability adalah representasi dari rasio waktu yang tersedia untuk operasi mesin
atau peralatan. Dua faktor yang memengaruhi availability adalah kegagalan peralatan
(equipment failure) dan waktu persiapan dan penyesuaian (set up and adjustment). Aspek
penting dari Availability adalah waktu loading dan waktu operasional. Waktu loading
mencakup total waktu produksi dalam satu hari. Dengan demikian, rumus yang digunakan
untuk menghitung rasio availability adalah sebagai berikut:

Loading Time= availabel time-planned downtime (3.2)


Operation Time= availabel time-fail downtime (3.3)
loading time
Waktu siklus = (3.4)
jumlah pipa (output)
operation time
Availability ratio= ×100% (3.5)
loading time

Penjelasan:
a. Available time adalah total waktu yang tersedia.
b. Planned downtime adalah waktu di mana mesin tidak beroperasi secara terencana.
c. Fail downtime adalah waktu di mana mesin tidak beroperasi di luar rencana.
d. Loading time adalah waktu yang tersedia dalam sehari atau sebulan dikurangi dengan
waktu downtime mesin yang terencana.
e. Operation time adalah hasil dari pengurangan loading time dengan waktu fail
downtime mesin.
f. Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk menghasilkan produk.

3.4.2 Pengukuran Performance Ratio


Performance Ratio dalam Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah salah
satu komponen yang mengukur efisiensi dari sebuah proses produksi. Ini mengacu pada
seberapa baik mesin atau peralatan menjalankan proses operasionalnya dalam kondisi
normal, tanpa mempertimbangkan waktu yang hilang akibat downtime, setup, atau
perpindahan produk. Performance Ratio dihitung dengan membagi waktu operasional aktual
oleh waktu operasional yang dijadwalkan, dan hasilnya sering kali diekspresikan dalam
persentase. Semakin tinggi Performance Ratio, semakin efisien mesin atau peralatan
tersebut dalam menjalankan proses produksi dalam kondisi operasional yang stabil.
Performance ratio adalah hasil dari perkalian antara rasio kualitas produk yang
dihasilkan dengan waktu siklus ideal, dibagi oleh waktu yang tersedia (operation time).
Rumus yang digunakan untuk mengukur performance ratio adalah:

total downtime
Waktu kerja ( % ) =1- ×100% (3.6)
available time
Waktu Siklus Ideal = Waktu Kerja x Waktu Siklus (3.7)
Jumlah Produksi (output) × waktu siklus ideal
Performance Ratio = ×100%
(3.8)
waktu operasi

Penjelasan:
a. Waktu kerja (%), adalah persentase waktu yang digunakan mesin dalam kegiatan
kerja.
b. Waktu siklus ideal, adalah waktu optimal yang dibutuhkan untuk membuat produk.

3.4.3 Pengukuran Rate Of Quality Product


Pengukuran Rate of Quality Product adalah metrik yang digunakan untuk
mengevaluasi seberapa banyak produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi
memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Ini mengukur persentase produk yang
memenuhi spesifikasi atau standar tertentu dari total produk yang diproduksi dalam suatu
periode waktu tertentu. Pengukuran ini penting untuk menilai efektivitas dan konsistensi
proses produksi serta untuk mengidentifikasi area di mana peningkatan kualitas mungkin
diperlukan. Semakin tinggi tingkat produk berkualitas, semakin baik kinerja proses produksi.
Rate of quality product ini perlu mengamati dua faktor, diantaranya yaitu:

1. Nilai produksi (Output),


2. Nilai produk akhir (finish good).
Rate of quality product dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
finish good (3.9)
Rate of quality product = ×100%
Jumlah Produksi ( output)
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 PENGUMPULAN DATA


Tahap awal dalam penelitian ini melibatkan pengumpulan data di PT. Bakrie
Industrial Pipe selama periode Januari hingga Agustus 2023. Data yang terkumpul akan
diolah dengan tujuan untuk mengevaluasi efektivitas mesin welding VAI 04 menggunakan
metode Overall Equipment Effectiveness (OEE), sehingga dapat menghasilkan informasi
yang sesuai dengan target penelitian.
Proses pengelasan yang diterapkan di plant WTM-8 menggunakan metode High
Frequency Electric Resistance Welding (ERW). Proses ini menyerupai pengelasan kampuh
dan melibatkan arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi hingga 300 kHz untuk
menghasilkan panas yang diperlukan. Dalam proses ini, tabung atau pipa dikontakkan
melalui dua elektroda ke dalam Work Coil, yang kemudian menghasilkan panas di tepi sisi
plat yang akan dibentuk menjadi pipa. Setelah tepi sisi plat menjadi panas, mereka ditekan
bersamaan untuk membentuk inner bead dan outer bead yang kemudian diolah dengan
pahat.
4.1.1 DATA JAM KERJA MESIN WTM-8
Informasi mengenai waktu total yang tersedia (Available Time), downtime yang
direncanakan (planned downtime), dan downtime yang tidak dirancanakan (fail downtime)
dari mesin WTM-8 selama bulan Januari hingga Agustus 2023 terlampir dalam tabel berikut.
Tabel 4. 1 Data Jam Kerja Mesin WTM-8

Availabel Planned Fail


Bulan Time Downtime Downtime
(menit) (menit) (menit)

Januari 2830 960 280


Februari 12380 4260 290
Maret 6080 1740 40
April 8600 1860 510
Mei 8090 1860 140
Juni 11710 2580 710
Rata-Rata 21120 7250 430
Sumber : PT. Bakrie Pipe Industries
4.1.2 Jumlah Produksi dan Produk Cacat
Jumlah Produksi dan Produk cacat dalam periode Januari sampai bulan Juni 2023
Pada PT. Bakrie Pipe Industrie.
Tabel 4. 1 Data Produksi dan Produk Cacat

Bulan Jumlah Produksi (Batang) Jumlah Produk Cacat(Batang)

Januari 3951 189


Februari 7361 156
Maret 10792 604
April 15035 707
Mei 13693 782
Juni 8744 492
Rata-
488,333 9929,33
Rata
Sumber : PT. Bakrie Pipe Industries

4.2 PENGOLAHAN DATA


4.2.1 Menghitung Ratio Ketersediaan Mesin Welding (Availability Ratio)
Availability ratio merupakan indikator yang mengukur seberapa sering mesin atau
peralatan dapat beroperasi dalam periode waktu tertentu. Ratio ini membandingkan waktu
operasi dengan waktu yang diperlukan untuk persiapan. Hasil perhitungan ini berguna untuk
mengevaluasi ketersediaan peralatan yang dapat digunakan. Dalam menghitung nilai
availability, informasi mengenai waktu operasi, waktu pemuatan, dan waktu tidak aktif
diperlukan. Ketersediaan yang rendah dapat mencerminkan kurang optimalnya
pemeliharaan. Perhitungan waktu operasi dilakukan dengan mengurangkan waktu
pemuatan dari total waktu yang tersedia setelah dikurangi waktu tidak aktif yang telah
direncanakan.

Loading Time Januari = 13020 – 3780 = 1870 menit


Hasil perhitungan untuk bulan selanjutnya didapat seperti tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4. 2 Waktu Tersedia Mesin (Loading Time)

Bulan Availabel Time (menit) Planned Downtime (menit) Loading time (menit)

Januari 13020 3780 9240


Februari 14820 4680 10140
Maret 28380 10080 18300
April 23880 8700 15180
Mei 29280 10440 18840
Juni 17340 5820 11520
Rata-
21120 7250 13870
Rata
Sumber : PT. Bakrie Pipe Industries
Setelah memperoleh hasil loading time, langkah berikutnya adalah menghitung
waktu operasi yang diperlukan untuk membuat sebuah pipa dengan mengurangkan
loading time dari waktu yang tersedia setelah dikurangi downtime yang tidak
direncakan.
Operation Time Time januari=1870−280=1590
Hasil perhitungan pada periode selanjutnya didapat seperti tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4. 3 Waktu Operasi (Operation Time)

Waktu Operasi
Bulan Loading time (menit) Fail Downtime (menit)
(menit)

Januari 9240 270 8970


Februari 10140 120 10020
Maret 18300 880 17420
April 15180 260 14920
Mei 18840 770 18070
Juni 11520 280 11240
Rata-
5936,25 487,5 13440
Rata
Sumber: Pengolahan Data
Untuk menghitung Availability ratio pada mesin pengelasan, langkahnya
adalah dengan membagi loading time oleh waktu operasi, lalu hasilnya dikalikan
dengan 100% untuk mendapatkan persentase Availability ratio. Rumus perhitungan
pada bulan Januari 2023 adalah sebagai berikut.
8970
Availability ratio= ×100 %=97 , 08 %
9240
Hasil perhitungan untuk bulan selanjutnya didapat seperti tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4. 4 Rasio Keefektifan Mesin (Availibility Ratio)

Loading
Waktu Operasi Availability Ratio
Bulan time
(menit) (%)
(menit)

Januari 9240 8970 98,29%


Februari 10140 10020 95,91%
Maret 18300 17420 97,57%
April 15180 14920 98,29%
Mei 18840 18070 95,91%
Juni 11520 11240 97,57%
Rata-Rata 5936,25 5448,75 97,14%
Sumber: Pengolahan Data

4.2.2 Menghitung Tingkat Kinerja Mesin (Performance Rasio)


Performance Ratio adalah perbandingan antara jumlah produk yang dihasilkan dan
waktu siklus ideal, kemudian hasilnya dibagi dengan waktu operasi. Waktu siklus ideal
diperoleh dengan mengalikan persentase waktu kerja dengan waktu siklus. Waktu kerja
dihitung dengan membagi waktu yang tersedia dengan total keterlambatan, dan hasilnya
dikurangi dari 1.
1240
Waktu kerja januari=1− ×100 %=56 %
2830
Hasil perhitungan untuk bulan selanjutnya didapat seperti tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4. 5 Waktu Kerja

Total Downtime Availabel Time Waktu Kerja


Bulan
(Menit) (Menit) (%)

Januari 4050 13020 68,89%


Februari 4800 14820 67,61%
Maret 10960 28380 61,38%
April 8960 23880 62,48%
Mei 11210 29280 61,71%
Juni 6100 17340 64,82%
Rata-
2745 8193,75 64,48%
Rata
Sumber : Pengolahan Data
Waktu siklus adalah hasil dari pembagian Loading time dengan jumlah pipa yang
dihasilkan. Berikut ini adalah contoh perhitungan waktu siklus untuk bulan Januari 2023
menggunakan rumus 3.4.

1870
Waktu siklus januari= =0,4733 menit
3951
Hasil perhitungan untuk bulan selanjutnya didapat seperti tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4. 6 Waktu Siklus

Jumlah Produksi
Bulan Loading time (menit) Waktu Siklus (menit)
(Batang)

Januari 9240 3951 2,3386


Februari 10140 7361 1,3775
Maret 18300 10792 1,6957
April 15180 15035 1,0096
Mei 18840 13693 1,3759
Juni 11520 8744 1,3175
Rata-
13870 9929,33 1,5191
Rata
Sumber : Pengolahan Data

Setelah memperoleh nilai waktu siklus dan waktu kerja, langkah selanjutnya adalah
menghitung waktu siklus ideal. Waktu siklus ideal diperoleh dengan mengalikan waktu siklus
dengan waktu kerja.
Waktu Siklus Ideal Januari=56 % x 0,4733=0,266 menit
Hasil perhitungan untuk bulan selanjutnya didapat seperti tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4. 7 Waktu Siklus Ideal

Bulan Waktu Kerja (%) Waktu Siklus (menit) Waktu Siklus Ideal (menit)

Januari 68,89% 2,3386 1,6112


Februari 67,61% 1,3775 0,9314
Maret 61,38% 1,6957 1,0408
April 62,48% 1,0096 0,6308
Mei 61,71% 1,3759 0,8491
Juni 64,82% 1,3175 0,8540
Rata-
64,48% 1,5191 0,9862
Rata
Sumber : Pengolahan Data
Untuk menghitung kinerja Performance mesin pengelasan, Anda dapat
menggunakan rumus 3.8. Berikut adalah contoh perhitungan untuk bulan Januari 2023:

3951 ×1 , 6112
Performance ratio Januari= × 100 %=70 , 97 %
8970
Hasil perhitungan untuk bulan selanjutnya didapat seperti tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4. 8 Tingkat Kinerja Mesin (Performance Ratio)

Jumlah Waktu
Waktu Siklus Ideal Performance Ratio
Bulan Produksi Operasi
(menit) (%)
(Batang) (Menit)

Januari 3951 1,6112 8970 70.97%


Februari 7361 0,9314 10020 68.42%
Maret 10792 1,0408 17420 64.48%
April 15035 0,6308 14920 63.57%
Mei 13693 0,8491 18070 64.34%
Juni 8744 0,8540 11240 66.44%
Rata-
9929,33 0,9862 13340 66,37%
Rata
Sumber : Pengolahan Data
4.2.3 Menghitung Quality Rasio
Akumulasi nilai produk yang telah selesai atau tidak cacat adalah hasil dari data
pipa yang ditolak karena masalah dalam proses produksi. Quality ratio merupakan hasil dari
jumlah produk yang tidak cacat dibagi dengan total produksi, yang kemudian hasilnya
dikalikan dengan 100 persen, contoh perhitungan pada periode Januari 2023 sebagai
berikut.

3 761
Rate of quality product januari= ×100 %=95 ,22 %
3951
Hasil perhitungan untuk bulan selanjutnya didapat seperti tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4. 9 Rasio Kualitas (Quality Ratio)

Jumlah produksi Finish Good Quality Ratio


Bulan
(Batang) (Batang) (%)

Januari 3951 3762 95,22%


Februari 7361 7205 97,88%
Maret 10792 10188 94,40%
April 15035 14328 95,30%
Mei 13693 12911 94,29%
Juni 8744 8252 94,37%
Rata-Rata 9929,33 9441 95,24%
Sumber : Pengolahan Data
4.2.4 Menghitung Overall Equipment Effectivenees
Untuk mencari nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE), dilakukan dengan mengalikan ketiga
faktor yaitu Availability Ratio, Performance Ratio, dan Quality Rasio. Dengan menggunakan rumus pada ....,
berikut contoh perhitungan pada periode Januari 2023 sebagai berikut.
OEE = 97,08% x 70,97% x 95,22%=65,60%
Hasil perhitungan untuk bulan selanjutnya didapat seperti tabel 4.11 berikut ini
Tabel 4. 10 Overall Equipment Effectivenees

Availabel
Performance Ratio Quality Ratio OEE
Bulan Ratio
(%) (%) (%)
(%)

Januari 97,08% 70,97% 95,22% 65,60%


Februari 98,82% 68,42% 97,88% 66,18%
Maret 95,19% 64,48% 94,40% 57,95%
April 98,29% 63,57% 95,30% 59,54%
Mei 95,91% 64,34% 94,29% 58,19%
Juni 97,57% 66,44% 94,37% 61,17%
Rata-Rata 97,14% 66,37% 95,24% 61,44%
Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan analisis data, bulan Maret menunjukkan tingkat Overall Equipment


Effectiveness (OEE) yang paling rendah. Hal ini disebabkan oleh presentase downtime tidak
terencana (fail downtime) yang lebih tinggi dibandingkan bulan lainnya. Kerusakan pada
pahat inner menjadi penyebab utama tingginya fail downtime pada bulan tersebut. Sebagai
hasilnya, nilai OEE pada bulan Maret menjadi yang terendah karena masalah ini
mempengaruhi efisiensi.
Perbandingan antara nilai yang diperoleh dari pengolahan data dengan standar
yang ditetapkan oleh Japan Institute of Plant Maintenance terdokumentasi dalam Tabel 4.12.
Tabel 4. 11 Perbandingan Nilai Hasil dan Nilai Standar

Hasil Pengolahan
Parameter Standar Keterangan
Data
Availibility Ratio 90% 97,14% Sesai
Performance Ratio 95% 66,37% Tidak Sesuai
Rate Of Quality 99% 95,24% Tidak Sesuai
Overall Equipment
85% 61,44% Tidak Sesuai
Effectiveness
Sumber: Pengolahan Data
BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pengolahan data sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Penggunaan mesin welding secara efektif mencapai rata-rata 97,14%, memenuhi
standar OEE Japan Factory Maintenance Institute dengan nilai minimum 90%.
2. Meskipun begitu, efisiensi kinerja mesin welding hanya mencapai rata-rata 66,37%, di
bawah standar OEE yang menetapkan nilai minimal 95%.
3. Mesin welding memiliki kemampuan produksi rata-rata 95,24%, hampir memenuhi
standar OEE dengan nilai minimum 98%, namun hanya bulan Februari dan Juli yang
memenuhi standar tersebut.
4. Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin welding rata-rata sebesar 61,44%, jauh
di bawah standar minimum 85% dari Japan Factory Maintenance Institute. Bulan
Agustus mencatat tingkat OEE terendah, dimana downtime tidak terencana akibat
kerusakan pahat inner menjadi penyebab utama rendahnya nilai OEE.

5.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai