PENDAHULUAN
1
Meningkatnya permintaan dan kualitas yang tinggi memicu perusahaan
untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Permasalahan yang timbul adalah
ditemukannya defect atau cacat yang terjadi pada part highgradeA melebihi standar
yang telah ditetapkan perusahaan yaitu 0.30% Berikut catatan hasil input data OEE
pada bulan Agustus hingga Oktober 2018 berupa data part rework seperti pada tabel
1.1
Tabel 1. 1 Data OEE produksi Part Highgrade A Department produksi Pada Bulan
Agustus Hingga Oktober 2018
2
pecah adalah terjadinya keretakan atau kerusakan pada bagian Evac.
Gambar 1.2 Diagram pareto jenis difect part highgrade A dari bulan
Agustus sampai bulan Oktober 2018 pada PT.TNA
Melihat fenomena yang terjadi pada gambar 1.2 pengambilan data yang
telah dilakukan di PT. TNA dari bulan Agustus hingga Oktober 2018 berupa data
inspeksi part highgrade A mengalami kegagalan tertingi pada defect terkelupas997
pcs, 5.9% dari total produksi atau 57.8% dari percentase kegagalan produk.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode yang tepat
untuk mengetahui penyebab defect guna menekan tingkat defect pada
partterkelupas. Sehingga perlu adanya pengendalian kualitas untuk menekan defect
yang disebabkan proses produksi dan menghasilkan produk yang berkualitas.
Untuk melihat potensi-potensi defect atau cacat yang akan terjadi pada
proses produksi, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan salah satu
teknik yang sistematis untuk menganalisa kegagalan dalam proses produksi. Dengan
adanya FMEA dalam menganalisa suatu kegagalan diharapkan dapat membawa
pengaruh besar terhadap kualitas produk yang dihasilkan dan juga menekan dalam
hal biaya. Berdasarkan fenomena yang terjadi dan data masalah yang didapat maka
penulis mengambil praktek kerja lapangan sekaligus melakukan analisa dan
penelitian terkait hal tersebut.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas maka masalah yang dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Kegagalan produk tertingi terjadi pada defect terkelupas
2. Dibutuhkan analisa penyebab defectterkelupas..
3. Diperlukan usulan perbaikan untuk menurunkan kegagalan produk pada
proses produksi.
4. Adanyacost of poor quality yang dihasilkan pada saat proses produksi.
Mengacu pada permasalahan yang ada maka tujuan dari PKL dan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan part
terkelupas yang timbul.
2. Menganalisa kegagalan part terkelupas pada proses produksi dari incoming
Raw material sampai dengan Deliverydengan tahapan metode FMEA.
3. Membuat usulan perbaikan kegagalan part terkelupas dengan metode
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
4. Mengetahui biaya yang ditimbulkan akibat defect terkelupas?
Adapun manfaat dari PKL dan penelitian ini secara langsung maupun tidak
adalah sebagai berikut :
4
1. Perusahaan
Dapat digunakan sebagai masukan untuk menganalisa mode kegagalan pada
proses produksi insulator dashboard yang akan terjadi dikemudian hari.
2. Penulis
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat menambah
pengetahuan penulis mengenai FMEA, selain itu juga dapat menambah
pengalaman dalam mengolah data, menganalisa serta mengambil kesimpulan
berdasarkan teori yang diperoleh semasa perkuliahan berlangsung.
3. Pembaca
Diharapkan hasil penelitian dapat beguna menambah pengetahuan dan
menjadi referensi bagi pembaca mengenai FMEA.
BAB II
LANDASAN TEORI
5
atau pelayanan tersebut. (Badariah Nurlailah, 2016)[2].Jadi FMEA digunakan untuk
mengidentifikasi potensi kegagalan, efek yang diimbulkan pada operasi dari produk
dan mengidentifikasi aksi untuk mengatasi masalah tersebut.
6
Merupakan angka prioritas resiko yang didapatkan dari perkalian severity,
occurance, dan detection.RPN = S x O x D
9. Tindakan yang direkomendasikan (Recommended Action)
Setelah nilai RPN didapatkan lalu diurutkan berdasarkan tingkat tertinggi
sampai terendah, maka tindakan perbaikan harus segera dilakukan terhadap bentuk
kegagalan dengan nilai RPN tertinggi.
7
6. Untuk menjamin bahwa semua bentuk mode kegagalan yang dapat
diperkirakan berikut dampak yang ditimbulkan terhadap kesuksesan
oprasional sistem telah dipertimbangkan.
7. Membuat daftar kegagalan potensial dan mengidentifikasi seberapa besar
dampak yang ditimbulkan.
8. Sebagai basis analisa kualitatif keandalan dan ketersediaan.
8
signifikan dihasilkan tidak dapat digunakan (scrap)
Gangguan yang bersifat 6 Seluruh (100%) komponen yang
sedang dihasilkan perlu dilakukan pengerjaan
ulang secara off-line dan diterima
(rework)
Gangguan yang bersifat 5 Sebagian (<100%) komponen yang
sedang dihasilkan perlu dilakukan pengerjaan
ulang secara off-line dan diterima
(rework)
Gangguan yang bersifat 4 Seluruh (100%) komponen yang
sedang dihasilkan perlu dilakukan pengerjaan
ulang in-station sebelum menuju proses
selanjutnya
3 Sebagian (100%) komponen yang
dihasilkan perlu dilakukan pengerjaan
ulang in-station sebelum menuju proses
selanjutnya
Gangguan bersifat minor 2 Efek yang kecil pada proses, operasi
atau operator
Tidak Ada 1 Tanpa efek
Sumber : McDermott dkk (2009)[3]
2.1.8.Occurance (Tingkat Kejadian)
Tingkat Kejadian (Occurance) adalah kemungkinan bahwa penyebab
tersebut akan terjadi dan menghasilkan bentuk kegagalan selama masa penggunaan
produk. Occurance merupakan nilai rating yang disesuaikan dengan frekuensi yang
diperkirakan dan atau angka kumulatifdari kegagalan yangdapat terjadi.
Table 1.2 tingkat Occurance FMEA proses
9
1 dari 1000 satuan 4
0,5 dari 1000 satuan 3
Rendah : Kegagalan jarang terjadi 0,1 dari 1000 satuan 2
Hampir tidak ada kegagalan terjadi ≤ 0,01 dari 1000 satuan 1
Sumber : McDermott dkk (2009)[3]
SKOR
KEMAMPUAN METODE DETEKSI TERHADAP RESIKO
DETECTI
Tidak ada metode deteksi, mode deteksi yang tidak mampu memberikan ccukup
9 atau 10
waktu melaksanakan rencana kontingensi
Metode deteksi tidak terbukti atau tidak efektif, metode deteksi tidak diketahui
7 atau 8
untuk mendeteksi tepat waktu
5 atau 6 Metode deteksi memiliki tingkat efektifitas yang rata-rata medium
Metode deteksi sangat efektif dan hampir pasti resiko akan terdeteksi dengan
1 atau 2
waktu yang cukup melaksanakan rencana kontingensi
10
Mutu atau kualitas adalah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang
atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk
apa barang atau hasil tersebut dimaksudkan.(Tjandrawan I.D. 2005)[12].
Berdasarkan definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mutu suatu barang
ditentukan oleh keseluruhan sifat serta faktor yang saling berhubungan yang
terdapat pada barang tersebut yang harus sesuai dengan tujuan untuk apa barang
tersebut dibutuhkan agar dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen.
Pada dasarnya sistem kualitas modern dapat dicirikan oleh lima karakteristik
sebagai berikut :
1. Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan
2. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pastisipasi aktif yang dipimpin
oleh manajemen puncak dalam proses peningkatan kualitas secara terus –
menerus
3. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanyapemahaman dari setiap orang
terhadap tanggungjawab spesifik terhadap kualitas
4. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanyaaktifitas yang berorientasi
kepada tindakanpencegahan kerusakan, bukan berfokus pada upayauntuk
mendeteksi kerusakan saja.
Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatufilosofi yang
menganggap bahwa kualitas merupakan “jalan hidup” (way of life).
(Puspitasari,2015)[11].
Terdapat 3 (tiga) jenis kegagalan produk yang terjadi pada kegiatan
produksi, yaitu :
1. Dijual Langsung
Kegagalan yang djual langsung adalah jenis produk gagal atau produk cacat
yang tidak lulus terhadap inspeksi, namun masih layak untuk dijual langsung
kepada konsumen yang siap menampung produk jenis cacat seperti ini.
2. Dikerjakan Kembali (reworked)
Kegagalan ini merupakan jenis cacat yang dapat dimasukkan ke dalam
proses produksi lagi untuk diproses lebih lanjut, untuk menghasilkan suatu produk
lain dalam kondisi yang tidak cacat lagi.
3. Dibuang Langsung (scrap)
Kegagalan ini merupakan jenis produk cacat yang paling parah. Artinya
produk cacat ini merupakan hasil dari proses produksi yang sudah tidak ada artinya
11
lagi. Dalam artian, produk cacat tersebut sudah tidak mungkin pula untuk dijual,
karena tingkat kegagalan jenis produk ini, merupakan kegagalan yang tidak dapat
diusahakan apa – apa. (Puspitasari,2015)[11].
12
c. Produk dikembalikan (returned product) adalah biaya yang berkaitan
dengan penerumaan dan penempatan produk cacat yang dikembalikan
oleh pelanggan.
3. Biaya penilaian (appraisal costs) merupakan biaya-biaya yang berhubungan
dengan penentuan derajat konformasi terhadap persyaratan kualitas
(spesifikasi yang diharapkan).
a. Inspeksi dan pengujian kedatangan material merupakan biaya yang
berkaitan dengan penentuan kualitas dari material yang dibeli, apakah
melalui proses inspeksi pada saat penerimaan, melalui inspeksi yang
dilakukan pada pemasok, atau melalui ispeksi yang dilakukan pihak
ketiga.
b. Inspeksi dan pengujian produk akhir, biaya yang berkaitan dengan
evaluasi tentang konformasi produk dalam proses terhadap persyaratan
kualitas.
c. Audit kualitas produk, biaya-biaya untuk melakukan audit kualitas pada
produk dalam proses atau produk akhir.
4. Biaya pencegahan (prevention costs) merupakan biaya-biaya yang
berhubungan dengan upaya pencegahan terjadinya kegagalan internal
maupun external, sehingga meminimum biaya kegagalan.
a. Perencanaan kualitas, biaya-biaya yang berkaitan dengan aktivitas
perencanaan kualitas secara keseluruhan, termasuk penyiapan prosedur-
prosedur yang diperlukan untuk mengkomunikasikan rencana kualitas
ke seluruh pihak yang berkepentingan.
b. Peninjauan ulang produk baru (new product review), biaya yang
berkaitan dengan rekayasa kendala dan aktivitas lain terkait dengan
kualitas.
c. Pengendalian proses, biaya inspeksi dan pengujian dalam proses untuk
menentukan status dari proses.
d. Audit kualitas merupakan biaya yang berkaitan dengan evaluasi atas
pelaksanaa aktivitas dalam rencana kualitas secara keseluruhan.
13
Seven tools merupakan 7 alat atau teknik yang berbentuk grafik untuk
mengidentifikasi dan menganalisa persoalan atau permasalahan yang berkaitan
dengan kualitas dalam proses produksi.
14
2.3.2Lembar periksa (check sheet)
Lembar periksa merupakan suatu formulir dimana item-item yang akan
diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar dapat dikumpulkan
secara mudah dan tingkas.
1. Dalam pengunaan check sheet bertujuan untuk memudahkan proses
pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana sesuatu masalah
sering terjadi.
2. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi, juga
menyusun data secara otomastis, memisahkan antara opini dan fakta.
2.3.3Diagram pareto
Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi
ditunjukan oleh grafik batang pertama yang tertingi serta ditempatkan pada sisi
paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukan
oleh grafik batang terakhir yang terrendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan.
Pada dasarnya diagram pareto dapat dipergunakan sebagai alat interpretasi
yaitu menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-masalah atau
penyebab-penyebab dari masalah yang ada. Kemudian memfokuskan perhatian
pada isu-isu kritis dan penting, melalui pemberian rangkingterhadap masalah-
masalah atau penyebab dari masalah itu dalam bentuk signifikan.
15
Pareto Chart of Jumlah
300 100
250 80
200
60
Percent
Defect
150
40
100
20
50
0 0
Jumlah 665 212 239 332 345 224 266 238 Other
Defect 56 55 41 34 34 32 22 21 12
Percent 18,2 17,9 13,4 11,1 11,1 10,4 7,2 6,8 3,9
Cum % 18,2 36,2 49,5 60,6 71,7 82,1 89,3 96,1 100,0
2.3.4Diagram sebab-akibat
Diagram sebab–akibat (cause-efect diagram)adalah suatu diagram yang
menunjukkan hubungan diantara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian
proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukan faktor-
faktor penyebab dan karakteristik kualitas yang disebabkan faktor-faktor penyebab
tesebut. Diagram ini sering disebut juga diagram tulang ikan atau ishikawa`s
diagram. Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah, untuk membantu menemukan
ide-ide untuk solusi suatu masalah, juga untuk menyelidiki atau mencari fakta lain
lebih lanjut. Ada 5 faktor untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya
penyimpangan kerja secara detail, yaitu :
1. Manusia (man)
2. Metode kerja (work method)
3. Mesin atau perlalatan (machine/equipment)
4. Bahan baku (raw material)
5. Lingkungan kerja (work environment)
16
Cause-and-Effect Diagram
Measurements Material Personnel
17
a. Kapan akan melaksanakan ?
b. Kapan seharusnya melaksanakan ?
c. Kapan lagi dapat dilaksanakan ?
d. Kapan lagi seharusnya dilaksanakan ?
5. Why (mengapa) ?
a. Mengapa melaksanakan ?
b. Mengapa melaksanakan disana ?
c. Mengapa melaksanakan pada saat itu ?
d. Mengapa melaksanakan dengan cara itu ?
6. How (bagaimana) ?
a. Bagaimana akan melaksanakan ?
b. Bagaimana seharusnya melaksanakan ?
7. How much (berapa banyak) ?
a. Berapa biaya spesifik yang dibutuhkan ?
b. Berapa biaya akhir yang dibutuhkan
BAB III
METODE PELAKSANAAN
18
Daihatsu. Dalam menjalankan bisnisnya ada beberapa perusahaan-perusahaan
kompetitor sejenis yang memproduksi produk yang sejenis dengan PT. TNA. Hal
tersebut menjadi salah satu alasan agar pasar yang selama ini sudah didapatkan
tidak berpindah ke kompetitor dan bisa memperluas pasar yang belum dikuasai
dengan meningkatkan teknologi dan menjaga loyalitas pelanggan dengan
memperhatikan kualitas produk yang dihasilkanya.
19
DIAGRAM ALIRAN METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
TAHAP AWAL PENELITIAN
Identifikasi masalah
Perumusan masalah
DATA
Prioritas defect
menggunakan Pareto
5W+2H
TAHAP AKHIR
Kesimpulan
Selesai
20
Tanpa perumusan masalah suatu kegiatan penelitian akan menjadi melebar
dan bahkan tidak akan membuahkan hasil. Dalam beberapa penelitian
dimana permasalahan sangat sederhana terlihat bahwa tujuan penelitian
merupakan jawaban dari rumusan masalah.
3. Studi pustaka
Pada tahap ini peneliti melakukan studi literatur terhadap landasan teori
yang akan digunakan sebagai acuan pada pembahasan nanti.
4. Pengumpulan data
a. Data primer
Studi lapangan adalah pengumpulan data secara langsung ke lapangan
dengan menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi.
b. Data sekunder
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungan dengan masalah yang dipecahkan.
5. Diagram pareto
Dengan menggunakan diagram pareto, penulis dapat mengklasifikasikan
kendala-kendala terbesar yang terjadi. Bila telah ditemukan kendala terbesar
maka penulis mulai mencari akar masalah mengunakan metode
selanjutnya.Langkah-langkah membuat diagram pareto :
a. Menentukan masalah apa yang akan diteliti, mengidentifikasi penyebab-
penyebab permasalahan yang akan dibandingkan.
b. Membuat ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi kejadian
dari masalah yang telah diteliti menggunakan datacheck sheet.
c. Membuat daftar masalah secara urut berdasarkan frekuensi kejadian
mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah, kemudian hitung
frekuensi kumulatif, presentase total kejadian secara kumulatif.
6. Cause and Effect Analysis
Menggunakan cause and effect diagram ini penulis menganalisa akar nilai
RPN terbesar yang sangat berpengaruh pada produktivitas. Bila akar
permasalahan diketahui maka penulis menberi usulan dengan harapan dapat
meningkatkan kualitas produk.Langkah-langkah membuat cause and effect
diagram, adalah sebagai berikut :
a. Mulai dengan pertanyaan masalah-masalah utama yang penting.
21
b. Tulis pertanyaan masalah itu pada kepala ikan yang merupakan akibat
(effect). Tuliskan pada sisi sebelah kanan kertas kemudian gambarkan
tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempat pertanyaan masalah itu
didalam kotak.
c. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama yang mempengaruhi masalah
sebagai tulangbesar, juga tempatkan dalam kotak faktor-faktor penyebab
utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi kedalam pengelompokan
dari faktor-faktor manusia, mesin, material, metode kerja, lingkungan,
dan lain-lain. Faktor-faktor penyebab masalah dapat dikembangkan
dengan cara brainstorming.
d. Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab
utama, serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang
sedang.
e. Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-
penyebab sekunder, serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan
sebagai tulang kecil.
f. Tentukan item-item penting dari setiap faktor dan berilah faktor-faktor
penting tertentu yang mempunyai pengaruh nyata terhadap masalah.
g. Catatlah informasi penting yang ada didalam diagram.
7. Pengolahan data FMEA
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan metode
failure mode and effect analysis (FMEA). Berikut ini merupakan tapan-
tahapan dalam melakukan proses pengolahan data :
a. Nilai severity
Severity adalah langkah pertama untuk menganalisa resiko, yang
menghitung seberapa besar dampak atau intensitas kejadian
mempengaruhi hasil akhir proses, dampak tersebut dirating mulai skala 1
sampai 10, dimana 10 merupakan dampak terburuk dan penentuan
terhadap rating.
b. Nilai occurance
Apabila sudah ditentukan rating pada proses severity, maka tahap
berikutnya adalah menentukan rating terhadap nilai occurance.
Occuranceadalah kemungkinan penyebab kegagalan yang akan terjadi
dan menghasilkan bentuk kegagalan selama masa proses produksi.
22
c. Nilai detection
Setelah memperoleh nilai occurance, selanjutnya menentukan nilai
detection. Detection merupakan fungsi untuk upaya pencegahan terhadap
proses produksi dan mengurangi tingkat kegagalan pada proses produksi.
Setelah memperoleh nilai severity, occurrance dan detection pada proses
produsi part holder wire maka akan diperoleh nilai RPN dengan cara mengkalikan
nilai severity, occurance dan detection (RPN= S x O x D). Kemudian dilakukan
pengurutan berdasarkan nilai RPN tertinggi sampai yang terendah. Setelah itu,
kegiatan proses produksi yang mempunyai nilai RPN paling besar dan mempunyai
peranan penting dalam suatu kegiatan produksi, diberikan usulan perbaikan untuk
menurunkan tingkat defectpada produk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
4.1 PenentuanDefect Kritis
Identifikasidefect merupakan salah satu tahapan yang dilakukan oleh quality.
Dalam pelaksanaan penelitian ini perlu dilakukan identifikasi defectpada proses
yang sering menjadi penyebab terjadinya cacat suatu produk pada proses produksi
yang menyebabkan tingginya kegagalan atau cacat pada part Highgrade A.
Berdasarkan data dari departement quality PT.TNA pada part highgrade A
bulan Agustus hingga Oktober 2016, (seperti terlampir pada BAB I gambar 1.2
pareto defect di PT. TNA pada bulan Agustus hingga Oktober 2018)dari diagram
pareto tersebut didapat bahwa prioritas perbaikan dilakukan pada defecttidak
menempel yang mengalami defect paling besar.
24
5. Safi`i
Jabatan pada PT.TNA sebagai Foreman produksi yang padapenelitian ini
bertugas untuk memberikan masukan dan memberikan pendapat
berdasarkan fakta dilapangan (Mahasiswa STT Karawang).
Tim ini dibentuk dengan tujuan untuk mendiskusikan mengenai penyebab
defect terkelupas pada proses produksi highgrade A. Dari hasil diskusi tersebut
kemudian dimasukkan dalam diagram sebab akibat. Dari diagram sebab akibat
tersebut dapat diketahui beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penyebab
defect terkelupas, dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut :
Material Man
Material Felt mentah bagian Tidak menjalankan
tengah BIQ
Produk
terkelupas/
tidak
Bagian part kurang mendapatkan menempel
tekanan
kekeliruan dalam design
Pemotongan produk saat Part menempel di dies
produk masih panas Kapasitas mesin chiller kurang
dies kotor
Stanbye one flow procces Chiller panas
Dies overheat belum ada planing cleaning dies
Methode Machine/tools
Berikut ini adalah gambaran alur proses produksi dari produk highgrade A,
yang terbagi menjadi dua line produksi yang berbeda
25
Recycle
26
a. Recieveing material merupakan proses penerimaan bahan baku dari supplier
yang dikerjakan oleh departemen warehouse bersama dengan quality untuk
melakukan inspeksi
b. Penyimpanan material merupakan tempat penyimpanan material dengan
memisah-misahkan sesuai dengan areanya
c. Persiapan raw material adalah proses pengambilan Raw material dari
gudang untuk dikeluarkan ke bagian produksi. Yang terdiri dari Raw
material A, B, C, dan D.
d. Mixing adalah proses pencamuran Raw material A, B, C dan D
menggunakan mesin pencampur dengan komposisi yang sudah ditentukan.
Ada dua jenis produk yang dihasilkan dari sini yaitu material hard dan
material soft, yang membedakan adalah komposisi dari raw material
tersebut.
e. Forming merupakan proses pembentukan dari serpihan-serpihan raw
material yang berasal dari mixing dan mesin recycle (dengan persentase
yang sudah ditentukan) menjadi bentuk lembaran felt dengan mesin forming.
Dalam proses ini ditentukan pula gramase dari lembaran felt yang akan
diproduksi.
f. Oven merupakan proses pemanasan lembaran felt dari mesin forming
dengan suhu yang sudah ditentukan sehingga didapatkan lembaran felt yang
terbentuk.
g. Cutting merupakan proses pemotongan lembaran felt dengan ukuran panjang
dan lebar sesuai dengan kebutuhan dengan mengaturnya pada panel
pengoperasian. Dalam proses ini juga dilakukan pengepakan/penyusunan
lembaran felt yang sudah jadi kedalam palet. Dalam proses ini juga
dilakukan proses pengecekan dan pemisahan felt yang OK dan yang scrap,
untuk direcycle kembali.
h. Storage adalah tempat penyimpanan palet-palet yang berisi lembaran felt
sesuai dengan jenis dan gramasenya.
2. Proses produksi finish good
a. Persiapan material merupakan proses pengambilan lembaran felt dari
gudang untuk dikeluarkan ke line berikutnya.
27
b. Oven hard merupakan proses pemanasan dari lembarn felt hard dengan
seting waktu dan suhu yang sudah ditentukan agar lembaran felt tersebut
bisa dibentuk sesuai dengan yang diharapkan.
c. Press Forming hard adalah proses pembentukan dari material yang sudah
dipanaskan dengan menggunakan dies yang sudah ditentukan.
d. Glue spray adalah pelapisan material hard yang sudah dibentuk
menggunakan adhesive.
e. Pemanasan septum merupakan proses pemanasan septum dengan
mengguanakan meja heater agar bisa dibentuk sesuai dengan yang telah
ditentukan.
f. Press hard + septum merupakan proses perekatan dan pembentukan septum
dengan felt hard hasil dari press forming hard.
g. Trim 1 merupakan proses pemotongan produk proses sebelumya
menggunakan dies. Dalam proses ini selain mendapatkan produk untuk
proses selanjutnya juga menghasilkan recycle felt dan scrap dari sisa-sisa
potongan kecilnya.
h. Glue spray merupakan proses pelapisan adhesive produk hasil dari trim 1
i. Oven soft merupakan proses pemanasan lembaran felt soft dengan seting
waktu dan suhu yang sudah ditentukan.
j. Press forming hard+septum+soft merupakan penggabungan produk hasil
trim 1 yang sudah dilapisi adhesive dengan material felt soft yang sudah
dipanaskan menggunakan dies yang sudah ditentukan.
k. Final trim adalah proses pemotongan produk dari proses sebelumya (press
forming hard+septum+soft) menjadi produk jadi. Dalam proses ini selain
mengasilkan produk jadi juga menghasilkan recycle felt dan scrap.
l. Assembly merupakan proses pemasangan komponen-komponen yang
dibutuhkan dalam produk hasil final trim.
m. Final inspection merupakan proses pengecekan part 100% terhadap produk
produk jadi yang sudah dilakukan perakitan komponen.
n. Packing merupakan proses pengepakan produk jadi yang sudah dilakukan
pengecekan dan dinyatakan part OK dengan penempelan kanban dan QC
pass pada palet packingnya.
o. Pulling merupakan proses penarikan part finish good dari area produksi
untuk dilakukan penyimpanan di gudang.
28
p. Storage merupakan tempat penyimpanan produk finish good dalam lokasi
yang sudah ditentukan.
q. Quality predelivery merupakan pengecekan ulang produk yang sudah
dipersiapkan dari gudang sebelum dilakukanya pengiriman ke pelanggan,
untuk menjamin produk yang dikirim sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
4.3.2 Identifikasi potensi kegagalan proses produksi highgrade A
Tabel 4.1 Identifikasi mode kegagalan produk
29
PROSES POTENSI KEGAGALAN
-Produk tidak terbentuk
Press forming hard+trim -Pounch dies aus / produk tidak terpotong
-Produk rusak
-Pemberian adheshive tidak sesuai dengan
Glue spray robot
bagianya
Preheat septum -Lembar septum kurang matang
-Lembar septum terlalu matang / rusak
-Penempatan /seting produk tidak sesuai kontur
Press hard+septum dies
-Produk rusak / septum pecah/sobek
-Pounch dies aus / produk tidak terpotong
Trim 1
-Hole produk melenceng
-Pemberian adheshive tidak sesuai dengan
Glue spray
bagianya
material rusak
-Material terlalu matang (gosong)
Oven soft
-Material kurang panas
-Kesalahan material
-Penempatan /seting produk tidak sesuai kontur
Press hard+septum+soft dies
-Produk rusak
-Pounch dies aus / produk tidak terpotong
-Hole produk melenceng
Final trim
-Hole / slite tidak terpotong
-Ada bagian produk yang tidak menempel
-Fastener / label tidak terpasang
-Fastener / label terbalik
Assembly -Ukuran fastener salah
-Label salah
-Staples tidak terkunci sempurna
-Berat produk diluar standart
Inspection
-Appearance produk NG
-Kesalahan jumlah packing
Packing
-Misspacking / tercampurnya part NG
-Terjadi kerusakan produk saat proses pulling
Pulling
-Misspulling / salah produk WIP yang diambil
30
PROSES POTENSI KEGAGALAN
-Produk tercampur
Storage finish good -Produk rusak saat penyimpanan
-Produk tidak FIFO
-Produk NG
Q-Gate and Repacking
-Kuantity produk tidak sesuai
-Produk tidak sesuai dengan surat jalan
Delivery
-Produk tidak ada identitas
Data tersebut diatas diperoleh dari hasil pengamatan dan observasi langsung
dilapangan mulai dari proses kedatangan material sampai dengan proses pengiriman
dari proses produksi highgrade A.
4.3.3 Pembobotan nilai severity
Tabel 4.2 Pembobotan nilai severity
NILAI
PROSES POTENSI KEGAGALAN AKIBAT POTENSIAL KEGAGALAN SEVERITY
(S)
Incoming Raw material tidak sesuai dengan spesifikasi Tidak bisa digunakan untuk produksi 8
material Raw material rusak saat pengiriman Tidak bisa digunakan untuk produksi 7
Storage raw Terjadi kerusakan saat penyimpanan Tidak bisa digunakan untuk produksi 6
material Raw material terlalu lama tersimpan Tidak bisa digunakan untuk produksi 7
Terjadi kesalahan jenis Raw material Tidak bisa digunakan untuk produksi 8
Prepare raw
Terjadi kerusakan saat proses prepare Tidak bisa digunakan untuk produksi 3
material
Terjadi kekurangan kebutuhan produksi Poduksi tidak bisa membuat produk 3
Oven heat Lembaran felt banyak kotoran Finis Good yang dihasilkan kotor 5
31
NILAI
PROSES POTENSI KEGAGALAN AKIBAT POTENSIAL KEGAGALAN
SEVERITY
Perbaikan Teacing robot Ada bagian part yang tidak terkena Melt 6
Glue spray robot
Nosle Spray gun bermasalah Penyemprotan tidak sempurna 5
Final trim
Pounch dies aus Hole/slit tidak terpotong 5
Packing Produk rusak saat packing Produk NG dan banyak part rework 6
Pulling Terjadi kerusakan produk saat proses pulling Produk NG dan banyak part rework 6
32
4.3.4 Pembobotan nilai occurance
Tabel 4.3 Pembobotan nilai occurance
NILAI
NILAI
PROSES POTENSI KEGAGALAN AKIBAT POTENSIAL KEGAGALAN SEVERITY PENYEBAB POTENSIAL KEGAGALAN
OCCURANCE (O)
(S)
Incoming Raw material tidak sesuai dengan spesifikasi Tidak bisa digunakan untuk produksi 8 Kesalahan pengiriman dari suplier 1
material Raw material rusak saat pengiriman Tidak bisa digunakan untuk produksi 7 Kesalahan prosedur pengiriman dari suplier 2
Storage raw Terjadi kerusakan saat penyimpanan Tidak bisa digunakan untuk produksi 6 Terkena air selama penyimpanan 3
material Raw material terlalu lama tersimpan Tidak bisa digunakan untuk produksi 7 Tidak mengikuti FIFO 3
Terjadi kesalahan jenis Raw material Tidak bisa digunakan untuk produksi 8 Identitas kurang jelas 3
Prepare raw
Terjadi kerusakan saat proses prepare Tidak bisa digunakan untuk produksi 3 Kesalahan prosedur pengiriman warehouse 2
material
Terjadi kekurangan kebutuhan produksi Poduksi tidak bisa membuat produk 3 Stok raw material habis 5
terjadi kesalahan komposisi Raw material Produk NG 7 Kesalahan presentase penimbangan raw 3
Mixing material
masuknya benda asing kedalam mixing Roll mesin akan rusak 9 Kualitas raw material kurang 3
Forming Lembaran kurang terbentuk Produk NG dan di recycle 7 Komposisi raw material saat mixing kurang baik 3
Finis Good yang dihasilkan mengembang, menambah Kualitas raw material kurang 4
Lembaran felt tidak matang sempurna 5
waktu untuk rework produk Saringan oven kotor 6
Oven heat Lembaran felt banyak kotoran Finis Good yang dihasilkan kotor 5 Kualitas raw material kurang 5
Ukuran tidak standart Lembar felt NG dan direcycle 6 Kesalahan saat seting ukuran material 3
Berat tidak standart Lembar felt NG dan direcycle 6 Kesalahan saat seting gramase material 3
Sisa potongan felt masuk ke bagian bawah Oven RUL Cuter pemotong tumpul 3
Pemotongan tidak sempurna 6
yang berpotensi kebakaran Sliter pemotong tumpul 3
Terjadi kesalahan material Produk finish Good NG 7 Identitas material kurang jelas 4
prepare material Terjadi kekurangan material Tidak bisa memproduksi produk 2 Kesalahan planing PPIC 5
Terjadi kerusakan material Tidak bisa digunakan dan direcycle 5 Proses prepare material kurang baik 2
5 Bagian ujung/pangkal material tidak terkena hembusan panas 4
Penempatan material tidak sesui Bagian material tidak matang oven
Seting material di dies tidak tepat Produk overcut 3 Kesalahan ukuran material 3
Press forming
produk tidak terpotong sempurna 4 Lama pemakaian 5
hard+trim Pounch dies aus
Menambah CT proses 2 Pemotongan manual 4
33
NILAI NILAI
PROSES POTENSI KEGAGALAN AKIBAT POTENSIAL KEGAGALAN PENYEBAB POTENSIAL KEGAGALAN
SEVERITY OCCURANCE (O)
Perbaikan Teacing robot Ada bagian part yang tidak terkena Melt 6 Teaching awal kurang tepat 3
Glue spray robot
Nosle Spray gun bermasalah Penyemprotan tidak sempurna 5 Ada kotoran masuk 3
Suhu Table heater tidak stabil Septum(Evac) pecah 6 Termokople meja heater bermasalah 2
Preheat septum
Pemanggangan terlalu lama Septum(Evac) lumer 8 Suhu meja heater tida rata 3
Seting produk tidak sesuai kontur dies Produk melenceng 8 Operator belum mengetahui datum point saat 3
Press
seting produk
hard+septum Dies panas (over heat) Produk lengket di dies 4 Chiller mesin panas 7
Lama pemakaian 3
Pounch dies aus Produk tidak terpotong sempurna 5
Trim 1 Kerataan mesin kurang bagus 2
Penempatan produk di dies tidak tepat Produk melenceng 7 Operator belum mengetahui datum point saat 3
seting produk
Penyemprotan terlalu tipis Produk mengelupas 5 Semburan spray gun melt kurang baik 3
Glue spray
Nosle Spray gun bermasalah Penyemprotan tidak sempurna 6 Ada kotoran masuk 3
6 Bagian ujung/pangkal material tidak terkena hembusan panas 4
Penempatan material tidak sesui Bagian material tidak matang oven
Penyumbatan di lubang dies Hole/slit tidak terpotong 5 Operator tidak teratur dalam pengambilan scrap 5
Fastener / label tidak terpasang Produk NG dan banyak part rework 6 Jumping proses 3
Fastener / label terbalik Produk NG dan banyak part rework 6 Tidak mematuhi Instruksi kerja 2
Assembly Ukuran fastener salah Produk NG dan banyak part rework 6 Kesalahan saat persiapan material 2
Staples tidak terkunci sempurna Produk NG dan banyak part rework 6 Jig staples rusak 4
Berat produk diluar standart Produk NG dan bisa diperbaiki ulang 8 Material tidak sesuai standart 2
Inspection
Appearance produk NG Produk NG dan banyak part rework 8 Kesalahan saat proses produksi 4
Packing Produk rusak saat packing Produk NG dan banyak part rework 6 Cara packing tidak sesuai Instruksi kerja 3
Pulling Terjadi kerusakan produk saat proses pulling Produk NG dan banyak part rework 6 Proses puling kurang berhati-hati 3
Storage finish Produk tercampur FIFO produk tidak berjalan 4 Area penyimpanan kurang 3
good Produk rusak saat penyimpanan Produk NG 6 Terpapar benda asing 2
Q-Gate and Produk NG saat repacking Terkirim ke customer 8 Cara packing tidak sesuai Instruksi kerja 2
Repacking kuantity produk tidak sesuai Klaim customer 8 Misspacking 2
Produk tidak sesuai dengan surat jalan Kesalahan pengiriman barang 8 Misspacking 1
Delivery
Produk tidak ada identitas Produk tidak sesuai dengan keinginan customer 8 Kesalahan part saat pengangkutan 1
34
4.3.5 Pembobotan nilai detection dan nilai RPN
Tabel 4.4 Pembobotan nilai detection dan nilai RPN
NILAI
NILAI NILAI RPN
PROSES POTENSI KEGAGALAN AKIBAT POTENSIAL KEGAGALAN SEVERITY PENYEBAB POTENSIAL KEGAGALAN KONTROL PROSES YANG DILAKUKAN
OCCURANCE (O) DETECTION (D)
(S)
Raw material tidak sesuai dengan spesifikasi Tidak bisa digunakan untuk produksi 8 Kesalahan pengiriman dari suplier 1 3 24
Incoming material Check sampling kedatangan material
Raw material rusak saat pengiriman Tidak bisa digunakan untuk produksi 7 Kesalahan prosedur pengiriman dari suplier 2 2 28
Terjadi kerusakan saat penyimpanan Tidak bisa digunakan untuk produksi 6 Terkena air selama penyimpanan 3 pengecekan area penyimpanan 3 54
Storage raw material
Raw material terlalu lama tersimpan Tidak bisa digunakan untuk produksi 7 Tidak mengikuti FIFO 3 pengecekan area penyimpanan 3 63
Terjadi kesalahan jenis Raw material Tidak bisa digunakan untuk produksi 8 Identitas kurang jelas 3 Pengelompokan Raw material sesuai 2 48
jenisnya
Prepare raw material Terjadi kerusakan saat proses prepare Tidak bisa digunakan untuk produksi 3 Kesalahan prosedur pengiriman warehouse 2 Retraining operator 4 24
Terjadi kekurangan kebutuhan produksi Poduksi tidak bisa membuat produk 3 Stok raw material habis 5 Kontrol stok 4 60
terjadi kesalahan komposisi Raw material Produk NG 7 Kesalahan presentase penimbangan raw material 3 Retraining operator 4 84
Mixing
masuknya benda asing kedalam mixing Roll mesin akan rusak 9 Kualitas raw material kurang 3 Visual kontrol 2 54
Forming Lembaran kurang terbentuk Produk NG dan di recycle 7 Komposisi raw material saat mixing kurang baik 3 Visual kontrol 3 63
Finis Good yang dihasilkan mengembang, menambah Kualitas raw material kurang 4 Visual kontrol 3 60
Lembaran felt tidak matang sempurna 5
waktu untuk rework produk Saringan oven kotor 6 Klining 2kali 1minggu 2 60
Oven heat Lembaran felt banyak kotoran Finis Good yang dihasilkan kotor 5 Kualitas raw material kurang 5 Visual kontrol 3 75
Dengan suhu Oven standart akan menghasilkan produk FG Visual kontrol 3 45
Lembaran felt terlalu matang 5 Suhu burner oven tidak stabil 3
yang gosong Pengaturan suhu oven 3 45
Ukuran tidak standart Lembar felt NG dan direcycle 6 Kesalahan saat seting ukuran material 3 Kontrol ukuran 3 54
Berat tidak standart Lembar felt NG dan direcycle 6 Kesalahan saat seting gramase material 3 Penimbangan 3 54
Cuting Cuting aus Lembar felt rusak 5 Lama pemakaian 3 Spare part penggantian 2 30
Sisa potongan felt masuk ke bagian bawah Oven RUL yang Cuter pemotong tumpul 3 Visual kontrol 4 72
Pemotongan tidak sempurna 6
berpotensi kebakaran Sliter pemotong tumpul 3 Visual kontrol 4 72
Operator kesusahan dalam prepare 3 Area penyimpanan kurang 6 Check area penyimpanan 4 72
Tercampurnya material yang berbeda spesifikasinya
FIFO material tidak akan berjalan 3 Area penyimpanan kurang 6 Check area penyimpanan 4 72
Material storage
Terkena air hujan saat penyimpanan 3 Check area penyimpanan 4 60
terjadi kerusakan lembar felt saat penyimpanan Material tidak bisa digunakan pada proses berikutnya 5
Terkontaminasi benda asing 2 Check area penyimpanan 4 40
Terjadi kesalahan material Produk finish Good NG 7 Identitas material kurang jelas 4 Kanban produksi 2 56
prepare material Terjadi kekurangan material Tidak bisa memproduksi produk 2 Kesalahan planing PPIC 5 Kontrol stok 2 20
Terjadi kerusakan material Tidak bisa digunakan dan direcycle 5 Proses prepare material kurang baik 2 Retraining operator 4 40
Penempatan material tidak sesui Bagian material tidak matang 5 Bagian ujung/pangkal material tidak terkena hembusan panas oven 4 Marking posisi material berdasarkan IK 2 40
Termokople oven bermasalah 3 Thermo kontrol 5 75
Oven hard Suhu oven tidak stabil Material kurang panas/overheat 5
Saringan sirkulasi oven kotor 4 Klining rutin tiap minggu 2 40
Kesalahan material Produk finish Good NG 8 Identitas material kurang jelas 4 Kanban produksi, Visual 2 64
Seting material di dies tidak tepat Produk overcut 3 Kesalahan ukuran material 3 Visual kontrol 3 27
Press forming
produk tidak terpotong sempurna 4 Lama pemakaian 5 Repair dies 4 80
hard+trim Pounch dies aus
Menambah CT proses 2 Pemotongan manual 4 Visual kontrol 3 24
35
NILAI NILAI NILAI RPN
PROSES POTENSI KEGAGALAN AKIBAT POTENSIAL KEGAGALAN PENYEBAB POTENSIAL KEGAGALAN KONTROL PROSES YANG DILAKUKAN
SEVERITY OCCURANCE (O) DETECTION (D)
Perbaikan Teacing robot Ada bagian part yang tidak terkena Melt 6 Teaching awal kurang tepat 3 Visual kontrol 3 54
Glue spray robot
Nosle Spray gun bermasalah Penyemprotan tidak sempurna 5 Ada kotoran masuk 3 Visual kontrol 3 45
Suhu Table heater tidak stabil Septum(Evac) pecah 6 Termokople meja heater bermasalah 2 Thermo kontrol 5 60
Preheat septum
Pemanggangan terlalu lama Septum(Evac) lumer 8 Suhu meja heater tida rata 3 Visual kontrol 3 72
Seting produk tidak sesuai kontur dies Produk melenceng 8 Operator belum mengetahui datum point saat seting 3 Marking pada kritikal datum 3 72
Press hard+septum produk
Dies panas (over heat) Produk lengket di dies 4 Chiller mesin panas 7 Pemberian silikon saat mulai lengket 3 84
Lama pemakaian 3 Visual kontrol 3 45
Pounch dies aus Produk tidak terpotong sempurna 5
Trim 1 Kerataan mesin kurang bagus 2 Preventive Maintenance 2 20
Penempatan produk di dies tidak tepat Produk melenceng 7 Operator belum mengetahui datum point saat seting 3 Marking pada kritikal datum 3 63
produk
Penyemprotan terlalu tipis Produk mengelupas 5 Semburan spray gun melt kurang baik 3 Visual kontrol 3 45
Glue spray
Nosle Spray gun bermasalah Penyemprotan tidak sempurna 6 Ada kotoran masuk 3 Visual kontrol 3 54
Penempatan material tidak sesui Bagian material tidak matang 6 Bagian ujung/pangkal material tidak terkena hembusan panas oven 4 Marking posisi material berdasarkan IK 2 48
Termokople oven bermasalah 3 Thermo kontrol 5 75
Oven soft Suhu oven tidak stabil Material kurang panas/overheat 5
Saringan sirkulasi oven kotor 4 Klining rutin tiap minggu 2 40
Kesalahan material Produk finish Good NG 8 Identitas material kurang jelas 4 Kanban produksi, Visual 2 64
Press Penempatan /seting produk tidak sesuai kontur dies Produk melenceng 5 Operator terburu-buru saat seting produk 5 Review proses 3 75
hard+septum+soft Dies panas (over heat) Produk terkelupas / tidak menempel 5 Chiller mesin panas 9 pemasangan chiller dan blower 3 135
Produk sudah melenceng saat proses sebelumnya 2 Pengecekan dengan Checking Fixture 5 70
Seting produk di dies tidak tepat Part melenceng 7
Operator belum mengetahui datum point saat seting 3 Pengarahan / training dari leader 4 84
Final trim produk
Pounch dies aus Hole/slit tidak terpotong 5 Lama pemakaian 3 Visual kontrol 3 45
Penyumbatan di lubang dies Hole/slit tidak terpotong 5 Operator tidak teratur dalam pengambilan scrap 5 Pengambilan scrap setiap kali press 3 75
Fastener / label tidak terpasang Produk NG dan banyak part rework 6 Jumping proses 3 Pengarahan / training dari leader 4 72
Fastener / label terbalik Produk NG dan banyak part rework 6 Tidak mematuhi Instruksi kerja 2 Pengarahan / training dari leader 4 48
Assembly Ukuran fastener salah Produk NG dan banyak part rework 6 Kesalahan saat persiapan material 2 Visual kontrol 3 36
Label salah Produk NG dan banyak part rework 6 Label tercampur 3 Visual kontrol 3 54
Staples tidak terkunci sempurna Produk NG dan banyak part rework 6 Jig staples rusak 4 Visual kontrol 3 72
Berat produk diluar standart Produk NG dan bisa diperbaiki ulang 8 Material tidak sesuai standart 2 Penimbangan part awal, tengah, akhir 2 32
Inspection produksi
Appearance produk NG Produk NG dan banyak part rework 8 Kesalahan saat proses produksi 4 Visual kontrol 3 96
Packing Produk rusak saat packing Produk NG dan banyak part rework 6 Cara packing tidak sesuai Instruksi kerja 3 Review proses 4 72
Pulling Terjadi kerusakan produk saat proses pulling Produk NG dan banyak part rework 6 Proses puling kurang berhati-hati 3 Pengarahan / training dari leader 4 72
Produk tercampur FIFO produk tidak berjalan 4 Area penyimpanan kurang 3 Kontrol stok 2 24
Storage finish good
Produk rusak saat penyimpanan Produk NG 6 Terpapar benda asing 2 Check area penyimpanan 4 48
Produk NG saat repacking Terkirim ke customer 8 Cara packing tidak sesuai Instruksi kerja 2 Pengarahan / training dari leader 4 64
Q-Gate and Repacking
kuantity produk tidak sesuai Klaim customer 8 Misspacking 2 Check quantity sebelum delivery 2 32
Produk tidak sesuai dengan surat jalan Kesalahan pengiriman barang 8 Misspacking 1 Check produk sebelum delivery 2 16
Delivery
Produk tidak ada identitas Produk tidak sesuai dengan keinginan customer 8 Kesalahan part saat pengangkutan 1 Check produk sebelum delivery 2 16
36
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa proses press hard+septum+soft memiliki nilai
RPN tertinggi pada kegagalan dies panas. Sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan segera.
Dari diagram fishbone diketahui bahwa penyebab produk terkelupas adaah karena
beberapa faktor dari faktor mesin, manusia, metode dan material.
4.4 Analisa 5W + 2H
Tabel 4.5 analisa 5W + 2H
What Where Why (akar permasalahan)
When (waktu Who
(defect (sumber Faktor How (usulan perbaikan)
kejadian) Penyebab defect (PIC)
apa) defect) penyebab
Selama proses Produk Proses Manusia Kurang training Dalam setiap minggu rutin Produksi
press hard terkelupas pendingin dilakukan pertemuan semua
+evac + soft an produk leader dan operator
kurang
baik Material Kualitas Raw material dibuatkan rencana audit suplier Eng.
kurang baik rutin
Metode Pemotongan saat Penambahan meja pendinginan Eng.
produk masih panas sebelum pemotongan
37
Dalam satu hari perusahaan menetapkan karyawan tidak boleh menjalankan lembur
lebih dari 3 jam pada hari kerja. Perhitungan upah lembur perusahaan juga sudah
menggunakan perhitungan jam berjalan yaitu 1,5x upah perjam pada jam pertama lembur
dan 2x upah perjam pada jam seterusnya.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan setiap kali over time sebanyak 3 orang, yaitu
satu orang produksi, satu orang quality dan satu orang warehouse.
Material yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan adalah glue stik, kebutuhan
untuk satu piece part rework rata-rata satu batang. Harga glue stik perbatang sebesar tiga
ratus rupiah. Sehingga besar biaya materialnya adalah jumlah part rework x Rp.300.
Total biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan perbaikan produk bisa
dirumuskan dengan jumlah biaya tenaga kerja ditambah dengan jumlah biaya material yang
dibutuhkan.
175 x 60 detik
Waktu yang dibutuhkan (jam) ¿ = 1,9 jam = 2 jam
3.600 detik
Tabel 4.6 jumlah jam lembur sebelum perbaikan bulan Agustus
Jam upah lembur
Hari ke-
lembur jam ke-1 jam ke-2 jam ke-3
1 2 1,5x 2x
TOTAL 3,5x
# Biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk rework = (3,5 jam x Rp.26.162) x 3 orang
= Rp. 274.700
= Rp. 52.000
= Rp. 326.700
38
2. Perhitungan biaya rework produk terkelupas bulan September
301 x 60 detik
Waktu yang dibutuhkan (jam) ¿ = 2,9 jam = 3 jam
3.600 detik
# Biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk rework = ( 5,5jam x Rp.26.162) x 3 orang
= Rp.431.700
= Rp. 90.300
= Rp. 522.000
521 x 60 detik
Waktu yang dibutuhkan (jam) ¿ = 8,6 jam = 9 jam
3.600 detik
Tabel 4.8 jumlah jam lembur sebelum perbaikan bulan Oktober
Jam upah lembur
Hari ke-
lembur jam ke-1 jam ke-2 jam ke-3
1 3 1,5x 2x 2x
2 3 1,5x 2x 2x
3 3 1,5x 2x 2x
TOTAL 16,5x
# Biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk rework = ( 16,5 jam x Rp.26.162) x 3 orang
= Rp.1.295.000
39
# Biaya material yang dikeluarkan = 521 pcs x Rp.300
= Rp. 153.300
= Rp. 1.451.300
Tabel 4.9 Data Inspeksi Part rework highgrade A bulan November dan Desember 2018
TOTAL PRODUKSI
6918 5262
(pcs)
PART REWORK PER JUMLAH
No BULAN
JENIS REWORK REWOR
.
Nov % Des % K (Pcs)
5,4
1 TERKELUPAS 588 8,5 286 874
4
0,0
2 MENGEMBANG 6 0 0 6
9
2,2 0,9
3 EVAC PECAH 158 50 208
8 5
Untuk mengetahui harga dari jumlah defect yang dialami produk dalam satu bulan di
bulan Desember yaitu:
286 x 60 detik
Waktu yang dibutuhkan (jam) ¿ = 4,8 jam = 5 jam
3.600 detik
Tabel 4.10 jumlah jam lembur setelah perbaikan bulan Desember 2018
Jam upah lembur
Hari ke-
lembur jam ke-1 jam ke-2 jam ke-3
1 3 1,5x 2x 2x
2 2 1,5x 2x
TOTAL 9x
40
# Biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk rework = ( 9 jam x Rp.26.162) x 3 orang
= Rp.706.400
= Rp. 85.800
= Rp. 792.200
2 SEPTEMBER 522.000
3 NOVEMBER 1.451.300
Dari tabel 4.11 dapat dilihat terjadi penurunan biaya yang cukup signifikan pada bulan
Desember 2018 setelah diterapkan usulan perbaikan berdasarkan analisis 5w + 2h.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tahapan yang sudah dilakukan pada tahap annalisa sebagai usulan
perbaikan untuk mengurangi tingkat defect pada produksi part Highgrade A dengan
menggunakan metode FMEA. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
yaitu sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penyebab utama sering terjadinyadefect
terkelupas pada produk highgrade A adalah diesyang sudah panas.
2. Analisa yang telah dilakukan dengan tahapan FMEA berdasarkan hasil dari diskusi
team, diperoleh hasil penilaianseverity, occurrencedan detection.Didapat hasil
penyebab potensial defect terkelupas yaitu dies sudah panas dengan nilai severity7,
nilai occurrance6 dan nilai detection 5. Diperoleh nilai RPN yaitu 210.
3. Diperoleh nilai RPN tertingi pada produk part highgrade yang disebabkan oleh
kapasitas mesin chiller yang kurang sehingga saat air sirkulasi dalam chiller tidak bisa
mendinginkan dies, produk saat dipress yang seharusnya mengalami cooling down
untuk perekatan hotmelt dies sudah panas. Sehingga diperlukan proses pendinginan di
luar setelah proses press soft, sehingga diharapkan terjadi pengurangan defect.
4. Cost yang ditimbulkan untuk proses rework pada partdefect terkelupasterjadi
kenaikan berturut-turut selama tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Agustus 2018
hingga Oktober 2018. Biaya tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2016 yaitu sebesar
Rp. 863.346. Bulan November belum mengalami penurunan karena masih dalam
proses analisa. Penurunan defect terjadi pada bulan Desember setelah menerapkan
beberapa usulan.
42
5.2 Saran
Beberapa saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian di PT. Tuffindo Nittoku
Autoneum adalah sebagai berikut:
1. Karena biaya untuk penambahan mesin chiller sangat mahal, hal yang bisa dilakukan
yang lebih murah adalah dengan memaksimalkan proses cooling down part after
presssebelum dilakukan pemotongan.
2. Diperlukan pengujian adheshive lain yang bisa mempunyai daya rekat pada suhu
tinggi sebagai alternative pengganti.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Alfi Rizki (2016). Anallisa tingkat resiko kegagalan proses produksi pasted bag
kemasan semen dengan metode FMEA
2. Badariah Nurlailah dkk (2016). Penerapan metode Failure Motode and Effect analysis
(FMEA) dan Expert System (Sistem Pakar).
3. Dermott Mc dkk (2009). Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) sebagai tindakan
pencegahan pada kegagalan pengujian
4. Ellianto Dwi SM dkk (2015). Usulan penerapan learn six sigma, FMEA dan fuzzy
untuk meningkatkan kualitas produk botol sabun cair.
5. Gasperz, V (2014). Pedoman Implementasi Program SIX SIGMA Terintegrasi
Dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama.
6. Gasperz, V. (2011). Total Quality Management Untuk Praktisi Bisnis dan Industri.
Bogor. PT. Niaga Swadaya.
7. Gasperz, V. (2012). All-In-One Management Toolbook. Bogor. PT.Gramedia Pustaka
Utama.
8. Ginting, R. (2007). Sistem Produksi.Yogyakarta. PT. Graha Ilmu.
9. Hasbullah Hasbullah dkk (2017). Analisis Kegagalan Proses Insulasi Pada Produksi
Automotive Wires (AW) Dengan Metode Failure Mode and effect Analysis (FMEA)
pada PT. JLC.
10. Parwati Indri C dan Sibarani Pranto J (2016). Analisis Pengendalian Kualitas Produk
Steel Pipes dan Tubulars Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) Pada PT. Dwi Sumber Arca Waja Batam.
11. Puspitasari NB (2014). Penggunaan FMEA dalam mengidentifikasi resiko kegagalan
proses produksi sarung ATM (Alat Tenun Mesin).
12.Tjandrawan Iskandar Denny (2005). Total Quality Management Dalam Upaya
Meningkatkan Mutu Produk Guna Menunjang Aktivitas Perusahaan.
44