1 PENDAHULUAN
Latar belakang
produksi lebih efisien. Pada pabrik ketiga PT. DNIA yang mulai beroperasi secara
bertahap pada tahun 2013, belum mencapai target operasional yang ditetapkan oleh
perusahaan. Dalam tiga tahun pertama perusahaan masih berfokus kepada
pengembangan produk, dan 2 tahun selanjutnya perusahaan tidak dapat mencapai
target yang ditetapkan. Tidak hanya pada pabrik ketiga, keseluruhan pabrik pun
tidak mampu mencapai target yang ditetapkan selama 4 tahun terkahir. Masuknya
beberapa perusahaan pesaing dari beberapa negara seperti China dan Thailand
dengan harga produksi yang lebih murah, membuat perusahaan harus menambah
strategi operasional untuk dapat sistem produksi lebih ramping untuk dapat
menekan biaya produksi.
Strategi operasional sekarang dirasakan kurang untuk mendukung target
perusahaan. Terlihat secara menyeluruh terhadap pengurangan leadtime masih
belum ditentukan perusahaan pada satu tahun terakhir, pada Gambar 1 data internal
perusahaan menggambarkan lead time produksi. Terdapat beberapa loss waktu
produksi, dapat diambil contoh untuk produk VCT, waktu ketika perencanaan lead
time 62,5 jam dalam sistem produksi sedangkan aktual mencapai 96,17 jam.
Pengukuran dan analisis terhadap loss lead time dapat menggunakan peta aliran
nilai (value stream mapping) untuk melakukan pengukuran terhadap nilai tambah
(value add) dan bukan nilai tambah (non value add) sehingga dapat
mengindentifikasi terhadap pemborosan.
Produk J 150,7
173,2
Produk I 140,8
164,5
Produk H 142,2
159,4
Produk G 123,3
144
Produk F 104,0
122,7
Produk E 91,0
116,4
Produk D 74,7
99,6
VCT 62,5
96,17
Produk C 75,9
94,4
Produk B 60,8
86,9
Produk A 56,3
80,4
0 50 100 150 200
Gambar 1 Lead time produksi setiap produk di PT DNIA dalam satuan Jam tahun
2018.
Dari sisi lain, peningkatan upah PT DNIA mengalami peningkatan sekitar 10%
setiap tahunnya dan merupakan salah satu upah yang terbesar pada perusahaan grup
di Asia. Gambar 2 menunjukan perbandingan peningkatan upah di perusahaan grup
Asia PT DNIA. Pada tahun 2018 PT DNIA hanya mampu mengurangi mansec pada
proses produksi sebesar 13% dengan target yang ditetapkan sebesar 15% secara
total perusahaan. Fokus utama perusahaan dalam mengurangi mansec adalah
peningkatan Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan melakukan peningkatan
keluaran produksi dengan cara otomatisasi perangkat kerja secara menyeluruh.
Analisis kuantitatif metrik Overall Equipment Effectiveness (OEE) yang
merupakan bagian dari Total Productive Maintenance (TPM) dapat membantu
3
Rumusan masalah
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis.
1. Secara praktis, penelitian ini dilakukan untuk dapat membuat model prioritas
perbaikan berdasarkan konsep manufaktur ramping dan total productive
maintenance dengan metode VSM dan ORE untuk memberikan alternatif
perbaikan kinerja produksi.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai acuan oleh
penelitian lebih lanjut terkait dengan mengindentifikasi loss dengan metode
VSM dan ORE. Tidak hanya untuk industri otomotif, akan tetapi dapat
dilakukan pada industri lain seperti pertanian, agroindustri, dll.
Penelitian ini dilakukan di PT. DNIA produk VCT, pada seluruh lini produksi
yang dimiliki, karena memiliki perbedaan lead time antara rencana dan aktual
terbesar sebesar 33,7 jam.
2 TINJAUAN PUSTAKA