PENDAHULUAN
untuk menjaga kualitas mulai dari input, proses transformasi sampai pada output
khususnya dalam lini produksi. Pengawasan jalannya setiap proses dalam lini
produk.
CV. Salendra Bawana Karya yang berlokasi di Daerah Pandaan
permintaan kayu lantai, maka proses pembuatan wood flooring tanpa disadari
pada proses perbaikan ulang produk jadi yang tidak sesuai standart atau cacat,
1
2
tingkat ketelitian, akan tetapi masih saja tejadi rework dalam memperbaiki cacat
produk akhir.
Tabel 1.1
Hasil Produksi Dan Produk Cacat Kayu Lantai
(Per batang parket)
sebagai berikut :
3
pemborosan.
2. Sering terjadinya rework akibat terjadinya cacat produk akhir yang tidak
semakin meningkat.
usulan perbaikan.
8. Keseimbangan lintasan produksi diasumsikan normal
sebagai berikut :
1. Waste apa saja yang terjadi pada kegiatan proses produksi produk wood
flooring dan waste apa yang paling dominan untuk segera diatasi ?
2. Apa saja penyebab cacat atau gagalnya produk akhir wood flooring ?
3. Bagaimana peneliti mereduksi produk cacat pada wood flooring dan berapa
flooring
1. Bagi Akademik
lebih luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sixma serta waste dari lini proses produksi pembuatan Mur Baut.
baut memakan waktu cukup lama.Hal ini ternyata ada banyaknya waktu yang
terpakai untuk kegiatan set-up baik material maupun mesin dan terjadi
meminimalisasi waste di lantai produksi dan metode lean six sigma untuk
metode 5S dan Lean six sigma sudah menunjukkan perbaikan pada proses
six sigma.
6
7
memenuhi target, seperti DMAIC, seven tools, big picture mapping dan
produk.Metode six sigma didasarkan atas proses dan jenis cacat pada setiap
cacat dengan metode six sigma dengan pendekatan define, measure, analysis,
8
improve and control saja. usulan perbaikan proses kegiatan produksi masih
belum cukup jika tidak dilakukan analisa efisiensi yang berhubungan dengan
biaya.
Perusahaan akan lebih mendapatkan pertimbangan yang logis ketika suatu
penelitian yang akan dilakukan tidak hanya sampai pada usulan perbaikan
seberapa besar efisiensi yang dihasilkan dalam proses reduksi produk cacat
tersebut.
yang dilakukan oleh perusahaan baik bidang manufaktur maupun bidang jasa
(Gaspersz,2008)
aktifitas perusahaan.
value adding actities) dalam desain, produksi, maupun dalam supply chain
Terdapat lima prinsip dasar dalam melakukan proses Lean dalam suatu
harga yang kompetitif dan waktu pengiriman produk yang tepat waktu.
2. Mengidentifikasi value stream process mapping(pemetaan proses pada value
stream) untuk setiap produk atau dengan kata lain melakukan pemetaan
proses produk.
3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktifitas
lancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan sistem tarik.
5. Mencari terus-menerus berbagai teknik dan alat-alat peningkatan
peningkatan terus-menerus.
10
Lean six sigma merupakan kombinasi antara lean dan six sigma yang
tambah melalui peningkatan terus menerus untuk mencapai tingkat kinerja enam
informasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan
memperlancar aliran bahan baku, produk dan informasi, serta peningkatan terus
lean dan six sigma akan meningkatkan kinerja bisnis dan industri dengan
Processes, Project-by-project, and People) yang saling berkaitan satu sama lain,
waste, maka kualitas menjadi meningkat yang ditandai menurunnya waktu dan
biaya produksi.
5S, proses improvement yang meliputi lima tahapan (Seiri, Seiton, Seiso,
Seiketsu, dan Shitsuke) untuk menciptakan dan menjaga tempat kerja yang
memanggil setiap komponen (bahan baku, produk jadi, produk WIP) yang
atas tujuan dan kebutuhan dari sistem yang ada dari setiap perusahaan.
(Wikipedia 2009)
nilai tambah bagi jalannya proses produksi, proses kerja yang tidak teratur
atau tidak adanya standart kerja yang terdokumentasi dengan baik dan benar.
7. Transportation Waste, merupakan pergerakan setiap barang ,bahan baku,
berkembang.
utama yaitu, orang, kuantitas, kualitas, dan informasi, seperti ditunjukkan dalam
Tabel berikut :
aktifitas yang terjadi dalam sistem produksi.Ketiga tipe aktifitas tersebut adalah :
(Gaspersz,2008)
14
1. Value adding activity, yaitu semua aktifitas yang bisa memberikan nilai tambah
tambah, akan tetapi tetap perlu dilakukan dan harus dilakukan upaya menuju
Pemilihan tools ini dilakukan untuk memperoleh alat yang secara tepat
adanya penggambaran menggunakan salah satu dari value stream analysis ini
(Gaspersz,2008)
Tabel valsat terdiri dari jenis waste sesuai dengan delapan waste yang
Untuk waste High Correlation and usefulness (H) dengan faktor pengali = 9
Untuk waste Medium Correlation and usefulness (M) dengan faktor pengali =
3
Untuk waste Low Correlation and usefulness (L) dengan faktor pengali = 1
15
Tabel 2.2
Waste Finding Checklist
Keterangan Penilaian:
0 = No waste found
1 = Very little waste
2 = a little waste
3 = Considerable waste
4 = a lot of waste
Tabel 2.3
VALSAT TOOLS
Supply
Process Chain Production Quality Demand Decision
Waste/ Physical
Activity Variety Filter Amplification Point
Structur Response Structure
mapping Funnel Mapping Mapping Analysis
Matrix
Overproduction L M L M M
Waiting H H L M M
Transportation H L
Overprocessing H M L L
Inventory M H M H M L
Motion H L
Defect L H
Underutilized People L L M L H M H
Sumber : Hinies & Rich,1997(Handiningsih,2006)
Keterangan :
penambahan nilai.
time pada tiap area supply chain.tool ini bertujuan untuk menjaga dan
Tool ini juga biasa disebut decoupling point, yaitu titik dimana terjadi
7. Physical Stucture
perhatian cukup/lebih.
pada situasi dan kondisi setiap perusahaan itu sendiri, tergantung dari tujuan dan
Kualitas sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang
maupun jasa. Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan
produk adalah kualitas, biaya dan produktivitas. Sedang bagi konsumen adalah
kualitas, harga dan pelayanan purna jual. Dengan demikian kualitas adalah satu-
satunya hal yang paling penting bagi kedua belah pihak. Dalam banyak kasus,
tujuan (sifat-sifat khas lain) misalnya kemurnian, viskositas, warna dan benda
asin. Beberapa sifat-sifat khas lainnya bukan merupakan kualitas yang diminta
pelanggan. Suatu produk mempunyai sifat-sifat yang tidak diketahui baik oleh
beberapa sifat yang tidak diketahui sebaik sifat-sifat yang diketahui. Pada saat
proses-proses dipabrikan diganti, beberapa sifat yang tidak diketahui juga akan
diganti.
Kegunaan produk bagi para pelanggan adalah kualitas dari produk. Dalam
produk (barang dan jasa), proses dan lingkungan kerja, serta merupakan kondisi
Menurut Vincent Gaspersz (2008:6) six sigma adalah suatu upaya terus
atau jasa) yang bebas kesalahan (zero defects) target minimal 3,4 DPMO
(customer value).
hubungannya dengan kesalahan pada level six sigma, terdapat 3,4 kegagalan
untuk setiap satu juta kesempatan. Jadi misalnya, kita memproduksi 1juta
barang, maka yang cacat hanya 3,4 itu artinya secara persentase, kita meraih
(http://rajapresentasi.com/2009/04/ meraih-keunggulan-melalui-six-sigma).
intensif (http://beranda.net/faktorq/six.sigmasederhanal.htm).
Menurut Vincent Gaspersz (2007) Tingkat six sigma adalah hasil dari
Tabel 2.4
Tingkatan Six Sigma
Tingkat
DPMO COPQ
No Pencapaian
(Defect Per Million Opportunities) (Cost of Poor Quality)
Sigma
1. 1-Sigma 697.462 (sangat tidak kompetitif) Tidak dapat dihitung
2. 2-sigma 308.538 (rata-rata industri Tidak dapat dihitung
Indonesia)
3. 3-Sigma 66.807 25-40% dari
penjualan
4. 4-sigma 6.210 (rata-rata industri USA) 15-25% dari
penjualan
5. 5-sigma 233 5-155 dari penjualan
6. 6- sigma 3,4 (Industri kelas Dunia) < 1% dari penjualan
Sumber : ( Gaspersz, 2007).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sasaran six sigma adalah
menghasilkan produk pada level six sigma, sedangkan manfaat yang dapat
penting yang perlu dikemukakan dan diketahui terlebih dahulu agar selanjutnya
kebutuhan spesifik dari pelanggan akan sangat tergantung pada situasi dan
2. Cacat (defect)
atau proses gagal memenuhi kebutuhan seorang pelanggan, hal ini berarti
sebagai produk buruk. 10% cacat mengandung makna bahwa 99% produk
proses saat masalah itu ada, mencakup biaya tenaga kerja dan material
Dari paparan di atas dapat diartikan bahwa COPQ adalah total biaya
dan biaya langsung yang berkaitan dengan pencarian dan pembetulan cacat
4. Variasi (Variation)
perbedaan dalam kualitas pada produk, proses produksi (barang dan jasa)
di dalam sistem industri atau yang melekat pada proses industri yang
hasilnya.
masalah dan peningkatan proses melalui tahap DMAIC, yang harus melibatkan
manajemen dari tingkat atas sampai tingkat bawah secara intensif. DMAIC
DMAIC merupakan konsep cloose-loop dimana output dari tiap tahap akan
23
menjadi input bagi tahap berikutnya. Tahap-tahap dalam konsep DMAIC yang
untuk mencapai tingkat kualitas Six Sigma dan menentukan karakteristik CTQ.
Spesifik, menjelaskan secara tepat apa yang salah, bagian proses bisnis
tersebut dapat diperoleh misalnya dari laporan internal maupun umpan balik
pelanggan.
tertentu.
Pada tahap ini tidak banyak menggunakan statistik. Pada tahap ini dapat
Tahap Measure, tahap mengukur tingkat kinerja saat ini. Tahap ini berfungsi
memvalidasi atau menyaring masalah dan mulai meneliti akar masalah terhadap
terhadap sistem pengukuran, kita dapat mengetahui variasi yang terjadi apakah
berasal dari kesalahan pengukuran atau disebabkan oleh variasi produk. Tingkat
kinerja suatu proses dapat dipantau dengan melakukan analisis atas kapabilitas
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Pada tahap ini dapat digunakan
Tahap Analyze, tahap mencari dan menentukan akar penyebab dari suatu
membuat kita bingung mana yang akan kita selesaikan. Diagram Pareto dapat
dianalisis menggunakan diagram fish bone yang akan menjabarkan secara detil
sebab cacat. Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi peningkatan kualitas.
Selama tahap improve, tim proyek mengidentifikasi proses secara kritis melalui
Tahap Control, tahap mengontrol kinerja proses dan menjamin cacat tidak
muncul. Alat yang paling umum digunakan adalah diagram kontrol (SPC). Fungsi
Poka Yoke ditemukan oleh Shigeo Shingo pada tahun 1960an. Istilah Poka
Yoke berasal dari bahasa Jepang poka (kesalahan yang tidak disengaja) dan
proses agar kesalahan tidak mungkin terjadi atau minimal dapat dideteksi atau
dikoreksi.
pada industry manufaktur Jepang pada tahun 1950an. Akan tetapi menjadi
frustasi dengan pendekatan statistic karena beliau sadar bahwa hal tersebut
masalah terhadap satu produk. Bagian dari produk ini merupakan switch kecil
dengan dua push button yang dihubungkan dengan dua spring. Kadang-kadang
pekerja lupa untuk memasang spring tersebut. Biasanya kesalahan atau cacat
mengambil dua spring dari kotak komponen yang besar dan kemudian merakit
switch.
Pada pendekatan yang baru, pinggan atau piringan kecil diletakkan didepan
kotak komponen dan tugas pertama pekerja adalah mengambil dua spring
dari kotak dan meletakkanya pada piringan kemudian pekerja merakit switch.
Jika tidak ada spring dalam piringan, maka pekerja akan tahu bahwa dirinya
decade ke depan. Satu perbedaan krusial yang beliau buat adalah antara
kesalahan dan cacat. Kesalahan tidak dapat dielakkan; manusia tidak dapat
konsumen, dan cacat tidak dapat dielakkan. Tujuan Poka yoke adalah
merancang proses agar kesalahan dapat dicegah atau dideteksi dan dikoreksi
secepatnya. Saat ini konsep Poka yoke digunakan secara luas di Jepang. Toyota
defects.
just do it !
improvement immediately.
(Liker, Jeffrey and David Meier. Toyota Way Fieldbook. Jakarta:Erlangga, 2007)
Poka Yoke merupakan metode yang menggunakan sensor, alat lain atau
a. Metode Control
‘zero defect’.
b. Metode Peringatan
c. Metode Modifikasi
kerusakan yang sering terjadi pada mesin dapat diminimalisir dan mesin tidak
akhirnya menyebabkan produk menjadi cacat terlebih lagi mesin menjadi rusak
kesalahan operator semata. Kesalahan operator ini bisa juga disebabkan karena
kesalahan dari sistem (tidak adanya standar prosedur yang pasti), atau cara
kerja mesin yang sulit diikuti oleh operator. Oleh karena itu modifikasi mesin
1. Metode Kontak
Metode kontak didasarkan pada beberapa tipe dari alat sensor yang
Metode nilai tetap dipakai untuk proses dimana aktivitas yang sama diulang
3. Motion-step Methods
beberapa aktivitas yang berbeda yang berada dalam suatu rangkaian yang
dilakukan oleh operator tunggal. Hal ini serupa dengan situasi fixed-value
Defect Per Unit (DPU) merupakan ratio jumlah cacat per satu unit,
dihitung dengan cara jumlah cacat yang terjadi dibagi dengan jumlah unit
yang diproduksi.
Cacat
DPU
Unit yang diproduksi
atau kegagalan dibagi dengan banyaknya unit usaha yang diperiksa dikalikan
berikut ini :
Cacat
DPO
Unit yang diproduksi x CTQ
Cacat
DPO
Peluang / Opportunities
jumlah defect dalam sebuah proses per satu juta peluang. Perhitungan DPMO
berikut ini:
a. = 1000000-normsdist ((USL-Xbar)/S)*1000000+normsdist(LSL-
b. =1000000-normsdist (abs(USL-Xbar)/S)*1000000,
Untuk perhitungan DPMO yang memiliki satu batas spesifikasi atas, USL.
c. =1000000-normsdist (abs(LSL-Xbar)/S)*1000000
Untuk perhitungan DPMO yang memiliki satu batas spesifikasi bawah, LSL.
data dari seluruh populasi. Untuk menentukan berapa jumlah observasi yang
harus dibuat (N’). Untuk itu harus dibuat tingkat kepercayaan (confidence level)
N' s
x 1
Dimana :
s = Tingkat ketelitian
k = Tingkat kepercayaan
N’ = k2 / S2 x p (1 – p)
Dimana :
s = Tingkat ketelitian
k = Tingkat kepercayaan
diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Dengan kata lain tingkat ketelitian
yang sama.
ekspektasi pelanggan.
Indeks kemampuan proses yang dipakai adalah Cpm-Cpmk, dimana Cmp dan
Cmpk merupakan indeks kemampuan proses untuk short term condition (kondisi
keinginan pelanggan.
kemampuan proses Cpm-Cpmk untuk short term condition (kondisi proses yang
- Indeks Cpm untuk yang hanya memiliki satu batas spesifikasi (SL) dihitung
( SL T )
Cpm
6 X T 2
S2
1 x T / S
2
Cpmk Cpk /
Karena tidak terdapat T, maka nilai T diganti dengan X-bar atau nilai
Dimana
Cpmk
x LSL
3S
Sumber : ( Gaspersz,2007)
dimana :
SL = Spesification Limit
x = Nilai rata-rata
kriteria guna penilaian dari Cpm dan Cpmk adalah sebagai berikut:
a. Cpm, Cpmk > 2,00 : maka proses sangat mampu memenuhi spesifikasi target
b. Cpm, Cpmk antara 1,00 - 1,99 : maka proses berada di antara tidak sampai
yang memiliki tingkat kegagalan yang sangat kecil menuju nol (zero
c. Cpm, Cpmk < 1,00 : maka proses dianggap tidak mampu untuk mencapai
target kualitas pada tingkat kegagalan nol (zero defecf) kompetitif untuk
Di dalam program six sigma terdapat beberapa alat yang berfungsi sebagai
kunci yang dapat digunakan untuk membuka informasi yang akan menjawab apa
dengan seven tool, akan tetapi dalam penyelesaiannya six sigma hanya
membutuhkan tiga alat yang terdiri dari diagram pareto, diagram sebab akibat an
1. Mengetahui masalah.
1. Pareto Diagram
pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi
ditunjukkan grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi
paling kanan.
36
interprestasi:
3. Peta Kontrol
oleh penyebab umum (comnton causes variatin). Peta kontrol ini pertama
Dapat disimpulkan bahwa peta kontrol adalah suatu alat yang digunakan
untuk menentukan apakah proses dalam keadaan stabil secara statistik guna
antara lain :
1. Biaya kegagalan internal (internal failure cost), merupakan biaya yang
kegagalan, Biaya inspeksi dan pengujian ulang, Downgrading Cost, dan Biaya
seperti : Biaya jaminan, Biaya penyelesaian keluhan, dan Biaya produk yang
dikembalikan
3. Biaya Penilaian (appraisal cost), merupakan biaya yang berhubungan dengan
yang ditetapkan), seperti: Biaya inspeksi dan pengujian bahan baku, Biaya
inspeksi dan pengujian produk dalam proses, Biaya inspeksi dan pengujian
memproduksi lantai kayu (wood flooring) sejak tahun 1997, seiring dengan
cukup pesat.Dalam waktu sekarang ini proses produksi pembuatan lantai kayu
memiliki biaya yang cukup tinggi.Tanpa disadari ternyata dalam aktifitas proses
produksi sering terjadi rework yang disebabkan timbulnya produk cacat yang
diterima bagian inspeksi kualitas, dan ini merupakan suatu jenis pemborosan
suatu bentuk proses analisa yang menyebabkan adanya indikasi produk cacat
atau ada suatu prosedur aktifitas dalam proses yang perlu untuk dilakukan
perbaikan sehingga akan meningkatkan nilai sigma 3,4 DPMO sehingga defect
akan tereduksi dan ada suatu bentuk usulan perbaikan proses yang nantinya
39
40
yang terjadi pada setiap work cell.Dengan menggunakan tools VALSAT akan
didapat jenis waste yang menjadi prioritas untuk dilakukan proses pereduksian
sehingga perusahaan lebih mendapatkan keuntungan atau nilai tambah baik nilai
yang menjadi proritas bagi perusahaan untuk dilakukan analisa dan usulan
meningkatnya permintaan akan wood flooring ini.Untuk itu metode six sigma
dengan pendekatan DMAIC yang nantinya akan bisa mencapai zero defect (3,4
DPMO) dan didapatkan usulan perbaikan proses produksi yang nantinya menjadi
Control)
Merupakan Suatu visi penigkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per
sehingga semakin tinggi target sigma yang dicapai maka kinerja sistim industri
maka perhatikan enam aspek berikut: (1) identifikasi karakteristik produk yang
quality) individual, (3) menentukan apakah setiap CTQ itu dapat dikendalikan
batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang diinginkan pelanggan
(menentukan nilai USL dan LSL dari setiap CTQ), (5) menentukan maksimum
variasi proses untuk setiap CTQ (menentukan nilai maksimum standart deviasi
untuk setiap CTQ), dan (6) mengubah desain produk dan/atau proses
sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma, yang berarti
efektivitas dari upaya peningkatan proses dan keberhasilan dari aplikasi dalam
program Six Sigma dapat diukur melalui nilai C p yang terus menerus
kesempatan).
42
lain :
obyek penelitian, permasalahan sistem kerja atau keluhan baik yang bersifat
proses produksi, mesin atau fasilitas peralatan yang digunakan dalam proses
produksi, serta alur proses produksi mulai dari input sampai output yang
43
44
2. Data variabel dan data atribut yang diperoleh dan kemudian dilakukan test
kecukupan data.
4. Dengan indikator DPMO tersebut, maka dihitung sigma level dari masing-
masing proses.
Cpmk
6. Menganalisa hasil perhitungan dengan six sigma tools yaitu diagram pareto,
diagram sebab akibat dan peta kontrol untuk mencari akar penyebab masalah
45
Mulai
Mulai
Survey Perusahaan
Survey Perusahaan
Studi Literatur
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah
Data Jenis
Data Jenis
Pemborosan
Pemborosan
Perumusan Masalah (Kuisioner)
Perumusan Masalah (Kuisioner)
Data Proses
Data Proses
Produksi
Pengumpulan Data Produksi
Pengumpulan Data
Data Kapasitas
Data Kapasitas
Produksi & Jumlah
Produksi & Jumlah
Cacat Produk
Cacat Produk
Kesimpulan
Kesimpulan
mendapatkan bahan baku kayu yang merupakan bahan dasar utama kayu lantai
ini, CV. Salendra Bawana telah menjali hubungan yag baik antara Perhutani
kayu milik masyarakat sebagai supplier kedua. Selain itu pangsa pasar yang kuat
telah dirintis oleh perusahaan ini baik dalam negeri maupun luar negeri.
Asal Cara
Jenis Bentuk
Bahan Penyimpana
Bahan Baku Fisik
(DN/LN) n
47
48
pada tahap ini kayu gelondong ditempatkan dan di tata kesebuah rak yang
telah disediakan.
bagian.
Gerakan Band saw Rajang
Adalah gerakan belah kulit dari kayu gelondong yang terbagi menjadi dua
yang dinginkan.
Gerakan Pembelahan Multi Rip
Pada gerakan ini merupakan proses pembelahan untuk perataan samping
kedua bagian kayu tersebut dipotong dalam bentuk “lonjoran blabag” sesuai
dengan ukuran.
D. Departemen Penghalusan
Pada tahap ini bertujuan untuk menghaluskan kayu melalui mesin planer.
49
E. Departemen Pengeringan
Pada tahap ini bertujuan untuk mengeringkan kayu, dengan cara di open
nilai tambah dalam transformasi input menjadi output.Dalam penelitian ini telah
pimpinan perusahaan.
A. Departemen Persiapan.
langsung ditangani dengan cepat, karena apabila tidak cepat ditangani akan
menurunkan kualitas kayu akibat perubahan cuaca, akan tetapi sering kali
B. Departemen Pembelahan
dibagi dua, akan tetapi kulit pohonnya belum dipotong, sehingga departemen
C. Departemen Pemotongan
D. Departemen Penghalusan
bahan wood flooring yang masih belum rata/bersisik/ada titik mata, yang
blabag yang masih belum memenuhi standart kualitas yang telah ditetapkan.
E. Departemen Pengeringan
F. Departemen Pembentukan
Dalam departemen ini sering terjadi rework akibat ukuran potong produk
wood flooring yang memiliki ukuran panjang lebih dan perbaikannya dilakukan
secara manual.
perusahaan ini maka peneliti melakukan cheklist atas hasil kuisioner dalam
perusahaan ada biaya cukup besar yang tanpa disadari dikeluarkan oleh
kuisioner, terlihat hasil total bobot waste yang tertinggi adalah jenis defect
waste. Berikut adalah urutan jenis waste berdasarkan rangking prioritas waste
1. Defect 5. Motion
2. Inventory 6. Underutilized People
3. Waiting 7. Overproduction
4. Transportation 8. Overprocessing
Dari urutan tersebut defect waste merupakan urutan jenis pemborosan
disadari menunjukkan biaya yang cukup besar dan ini merupakan suatu
Pemilihan tool ini dilakukan untuk memperoleh tool yang dapat secara
stream analysis tools ini diharapkan dapat mengidentifikasi secara detail titik-titik
pemilhan tool tersebut adalah dengan waste workshop dan tabel VALSAT.
Tabel VALSAT terdiri dari delapan jenis waste yang dikemukakan tersebut
memiliki hubungan yang tinggi akan dikalikan dengan nilai 9, sementara yang
medium dikalikan dengan nilai 3 dan yang hubungannya rendah akan dkalikan
dengan nilai 1.
Supply
Process Production Quality Demand Decision
Waste/ Chain Physical
Bobot Activity Variety Filter Amplification Point
Structur Response Structur
mapping Funnel Mapping Mapping Analysis
Matrix
Overproduction 5 5 15 5 15 15
Waiting 7 63 63 7 21 21
Transportation 6 54 6
Overprocessing 4,5 40,5 13,5 4,5 4,5
Inventory 8,5 25,5 76,5 25,5 76,5 25,5 8,5
Motion 5,5 49,5 5,5
Defect 10,2 10,2 91,8
54
Sesuai dengan hasil perhitungan dari tabel perhitungan VALSAT maka tool
peta yang digunakan untuk menggambarkan segala aktifitas yang terjadi selama
proses produksi dari bahan baku hingga menjadi produk jadi, yang dalam
perusahaan ini berarti mulai dari kayu gelondongan sebagai input sampai pada
Tool ini mampu untuk mendeteksi dan mengealuasi jenis waste yang ada
sebagai berikut:
Mencatat semua aktifitas yang dilakukan mesin, peralatan, tenaga kerja yang
Terjadi waktu
3 Pemindahan Kayu ke kereta jepit 7,5
tunggu
Pembelahan kayu gelondong
Perlu pengukuran
4 jadi dua bagian dengan mesin 15
teliti
Bandsaw
Perajangan kayu untuk diambil Indikasi inventory
5 9,3
galihnya dengan mesin Bandsaw waste
56
Indikasi defect
16 Inspeksi kayu 6,6
waste(rework)
Indikasi waiting
17 Pemaletan/pengepakan 8,5
waste
Indikasi
18 Penggudangan 9,3
transportasi waste
pengaruh yang cukup menyita waktu operasi akibat terjadinya kegiatan rework
yang memerlukan biaya, waktu dan pekerja dalam melakukan perbaikan produk
wood flooring.
Untuk mereduksi produk cacat wood flooring khususnya yang dihasilkan
5.6 Analisa Defect Waste dengan Metode Six Sigma ( Pendekatan DMAIC )
Cacat produk wood flooring yang terjadi diklasifikasikan menjadi 7 kategori,
C 1 = Lebar miring
C 2 = Panjang kurang/lebih
C 3 = Berjamur
C 5 = Gopel
C 6 = Bersisik
C 7 = Retak
Dari kategori cacat produk wood flooring tersebut diatas merupakan jenis
cacat yang terjadi di Perusahaan Salendra Bawana Karya. Dari 7 kategori cacat
1. Cacat data varibel adalah jika karakteristik kualitas dapat diukur dan
adalah kategori :
C 1 = Lebar miring
C 2 = Panjang Kurang/lebih
2. Cacat data atribut adalah jika karakteristik kualitas tidak dapat diukur ke dalam
melalui penilaian pada setiap atribut tertentu pada unit produk berdasar pada
58
apakah unit produk tersebut sesuai dengan persyaratan atau tidak.Dalam hal
Berikut adalah data produksi dan total cacat produk wood flooring sesuai
flooring.Pada perusahaan ini produk wood flooring terdiri dengan tiga macam
cacat produk atau yang sering terjadi adanya rework yaitu proses perbaikan
panjang wood flooring yang tidak memenuhi ukuran standart dari perusahaan.
Untuk menjaga kualitas produk wood flooring, maka perusahaan telah
pada produk wood flooring mempengaruhi sifat fisik jika terpasang atau
karena timbul adanya rework untuk perbaikan dan hal itu akan menambah
biaya, sebaliknya ketika panjang wood flooring dibawah speifikasi juga akan
floring) ini diambil pada bagian akhir (finishing) selama 12 hari di bulan Maret
Adapun data jumlah produksi keseluruhan dan cacat kayu lantai CV.
Salendra Bawana karya seperti pada tabel di bawah. Data tersebut diperoleh
dari perusahaan, sedangkan data produk cacat diperoleh dari jumlah sampel
yang diperiksa pada jumlah produksi per hari, kemudian diperiksa menurut
data atribut produk yang ditemui pada CV. Salendra Bawana Karya adalah
sebagai berikut:
b. C6 = Bersisik/kasar
c. C7 = Retak
Tabel 5.7
Data Produk Cacat Atribut Pada Wood Flooring
8 813 81 6 10 3 19
9 820 82 8 7 3 18
10 825 83 8 7 4 19
11 813 81 7 8 5 20
12 814 82 8 11 3 22
Jumlah 982 94 96 52 250
Sumber : Hasil Pengamatan
Dalam tahapan ini akan kita definisikan proyek peningkatan kualitas six
sigma, dimana proyek ini akan menjadi fokus utama pada pembahasan
berikutnya.
a. Masalah Utama
perusahaan tentukan.
b. Tujuan Proyek
produk. Sebelum suatu produk dapat dikatakan sebagai produk yang tidak
62
pengertian.
flooring khususnya type B yang terjadi pada CV. Salendra Bawana Karya adalah
sebagai berikut:
C 1 = Lebar miring
C 2 = Panjang kurang/lebih
C 3 = Tidak Center
C 5 = Gopel
C 6 = Bersisik
C 7 = Retak
data jumlah cacat seperti di tabel 5.5 yang sering atau paling banyak terjadi dan
Dimana dari data jumlah cacat sesuai dengan kategori seperti dalam tabel
5.5 diatas akan di analisa dengan suatu diagram pareto untuk mengetahui
sebenarnya kategori cacat apa yang akan menjadi CTQ yang kemudian akan
memperbaiki proses produksi sehingga cacat yang menjadi CTQ tersebut bisa
Kategori Cacat C2 C1
Count 121 8
Percent 93,7 6,3
Cum % 93,7 100,0
Kategori Cacat C4 C6 C7 C3 C5
Count 96 84 77 20 9
Percent 33,6 29,4 26,9 7 3,1
Cum % 33,6 63 89,9 96,9 100,0
Dari diagram pareto tersebut diatas terlihat bahwa kategori cacat C4, C6
dan C7 memiliki tingkat prosentase diatas 25% dan dianggap cacat paling sering
terjadi atau bersifat kritis sehingga kategori cacat C4, C6 dan C7 dianggap
bahwa kategori cacat yang harus atau segera untuk dilakukan analisa sehingga
cacat dapat direduksi dan cacat tersebut akan menjadi CTQ ( Critical To Quality )
66
potensial penyebab kegagalan dalam proses produksi, dari CTQ yang akan
ditentukan nantinya akan diproses untuk menentukan nilai DPMO dan sigma
level.
Adapun yang menjadi CTQ (Critical To Quality, seperti dalam dua
kapabilitas proses dari kedua macam data (data cacat variabel dan data cacat
cacat varibel dan data cacat atribut yang telah disebutkan diatas.Dalam tahap
measure ini akan dilakukan test kecukupan data, peta kontrol dan kemudian
jumlah data yang telah diambil telah mencukupi atau belum untuk dilakukan
pengolahan data selanjutnya, yaitu untuk menentukan nilai DPMO dan sigma
level.
Test kecukupan data ini dilakukan pada data variabel dan data atribut
sehubungan dengan defect produk wood flooring, dimana test kecukupan data ini
0,05 )
Tabel 5.8
Data Panjang Wood Flooring ( cm ) Type B
N = 60
∑X = 5460,02
∑X2 = 29813784,04
K =2
S = 0,05
2
k
N x12 x1
2
N' s
x 1
N’ = 0,33
Pembuatan peta kontrol X dan peta kontrol P digunakan untuk data cacat
1. Pembuatan Peta kontrol untuk data cacat variabel (Peta kontrol X dan R)
perhitungan data cacat variabel pada produk wood flooring type B, maka
maka :
Mean / X Bar ( CL ) = 91
= 91 + 0,577 (2,9)
= 92,6
= 91 – 0,577 (2,9)
= 89,33
69
Gambar 5.4 Peta Kontrol X Chart Data Variabel Panjang Wood Flooring
Type B
Mean/ R ( CL ) = 2,9
diperoleh nilai 2,115 dan dalam tabel faktor D3 pada sub group atau ukuran
UCL/BKA = D4.R
= 2,115 (2,9)
= 6,13
LCL/BKB = D3.R
= 0 (2,9)
=0
70
Gambar 5.5 Peta Kontrol R Chart Data Variabel Panjang Wood Flooring
Type B
perhitungan data atribut dalam hal ini digunakan data tidak sesuai (cacat)
P (1 P )
UCL = P 3
n
P(1 P )
LCL = P 3
n
Keterangan :
Tabel 5.9
Data Peta Kontrol P Kategori Cacat Atribut Produk Wood Flooring Type B
250 = 0,25
P
982
Adapun hasil perhitungan nilai UCLp dan LCLp untuk cacat atribut
Tabel 5.10
Data hasil perhitungan nilai UCLp dan LCLp Cacat Atribut
5, maka d2 = 2,326.
= 1000000-normsdist ((USL-Xbar)/S)*1000000+normsdist(LSL-Xbar/S)*
dan bawah.
menggunakan rumus :
pengendalian kualitas 3-sigma, yang kemudian dapat dilihat juga nilai setiap
DPMOnya.
Tabel 5.11
Sigma Level Dan DPMO Data Cacat Variabel Panjang Untuk
Produk Wood Flooring Type B
Data Panjang(cm) Wood Flooring Type B
Hari Nilai
∑X X Bar UCL LCL R SD Cp DPMO
ke Sigma
1 450,8 90,12 92,6 89,33 4 1,72 0,37 1,12 648.024
2 464,9 92,98 92,6 89,33 2 0,86 0,75 2,25 226.627
3 452,8 90,56 92,6 89,33 6,6 2,83 0,22 0,66 799.546
4 451,5 90,3 92,6 89,33 4,3 1,84 0,35 1,05 673.645
5 449,3 89,86 92,6 89,33 3,7 1,59 0,4 1,2 617.911
6 463,75 92,75 92,6 89,33 2 0,86 0,75 2,25 226.627
7 457,4 91,48 92,6 89,33 3 1,28 0,5 1,5 500.000
8 464,85 92,97 92,6 89,33 2 0,86 0,75 2,25 226.627
9 455,9 91,18 92,6 89,33 3,5 1,50 0,43 1,29 583.166
10 450,6 90,12 92,6 89,33 3,6 1,54 0,41 1,23 60642
11 441,9 88,38 92,6 89,33 0,5 0,21 1,84 5,4 48
12 456,5 91,3 92,6 89,33 2,7 1,16 0,23 0,69 79103
Jumlah 20,89 4641969
Rata-Rata 1,74 405.165
Tabel 5.12
Sigma Level Dan DPMO Data Cacat Atribut Untuk Kategori C4(Ada Titik
Mata)Produk Wood Flooring Type B
Jumlah Jumlah Produk Sigma
Hari Ke DPMO
Sampel Tidak Sesuai Level
1 81 9 111.111,11 2,72
2 82 11 134.146,34 2,60
3 81 9 111.111,11 2,72
4 82 7 85.365,85 2,87
5 83 6 72.289,15 2,96
6 83 8 96.385,54 2,80
7 82 7 85.365,85 2,87
8 81 6 74.074,07 2,94
9 82 8 97.560,97 2,79
10 83 8 96.385,54 2,80
11 81 7 86.419,75 2,86
12 82 8 97.560,97 2,79
Jumlah 982 94 1.147.776,25 33,72
Rata-rata 82 8 95.648 2,81
Sumber : Pengolahan data
75
Dari tabel 5.12 di atas dapat diketahui bahwa DPMO rata-rata sebesar
Tabel 5.13
Sigma Level Dan DPMO Data Cacat Atribut Untuk Kategori C6(Bersisik)
Produk Wood Flooring Type B
Dari tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa DPMO rata-rata sebesar
Tabel 5.14
Sigma Level Dan DPMO Data Cacat Atribut Untuk Kategori C7(Ada Retak)
Produk Wood Flooring Type B
Dari tabel 5.14 di atas dapat diketahui bahwa DPMO rata-rata sebesar
proses dari data produk wood flooring yang merupakan data cacat variabel
maupun data cacat atribut yang telah disebutkan seperti diatas, yaitu sebagai
berikut :
1. Perhitungan Kemampuan Proses Untuk Data Cacat Variabel Panjang
USL - LSL
Cpm =
6 ( X - bar - T)2 + S2
91 – 89
= -----------------------
6 √ ( 91-90)2+2,92
= 0,11
Karena nilai Cpmk = 0 < 1,00 maka proses dianggap tidak mampu
mencapai target kualitas pada tingkat kegagalan nol ( zero defect ) sehingga
spesifikasi produk wood flooring yang berkaitan dengan cacat akibat ada titik
mata, kasar dan retak dan hal itu disebut data kualitatif.Data atribut ini sering
berbentuk kategori atau kualitatif seperti : baik, jelek, sukses atau gagal. Maka
kemampuan proses untuk jenis cacat atribut wood flooring adalah sebagai
berikut
78
Tabel 5.15
Cara pencatatan kemampuan proses data Cacat Atribut Kategori C4
(Ada Titik Mata)
Hasil
No Tindakan Persamaan
Perhitungan
1 Proses yang ingin diketahui - Pembuatan
lantai kayu
2 Berapa banyak produk yang diperiksa - 982
3 Berapa banyak produk yang tidak sesuai - 94
4 Hitung tingkat ketidaksesuaian (cacat) 0,095
5 Menentukan banyaknya CTQ Banyaknya 1
karakter CTQ
6 Peluang tingkat ketidaksesuaian per Langkah 4/ 0,095
karakter CTQ langkah 5
7 Kemungkinan ketidaksesuaian Langkah 6 x 95.000
1.000.000
8 Nilai sigma level - 2,81
Sumber : Pengolahan data
Tabel 5.16
Cara pencatatan kemampuan proses data Cacat Atribut Kategori
C6(Bersisik)
Hasil
No Tindakan Persamaan
Perhitungan
1 Proses yang ingin diketahui - Pembuatan
lantai kayu
2 Berapa banyak produk yang diperiksa - 982
3 Berapa banyak produk yang tidak sesuai - 96
4 Hitung tingkat ketidaksesuaian (cacat) 0,09
5 Menentukan banyaknya CTQ Banyaknya 1
karakter CTQ
6 Peluang tingkat ketidaksesuaian per Langkah 4/ 0,09
karakter CTQ langkah 5
7 Kemungkinan ketidaksesuaian Langkah 6 x 90.000
1.000.000
8 Nilai sigma level - 2,84
Sumber : Pengolahan data
79
Tabel 5.17
Cara pencatatan kemampuan proses data Cacat Atribut Kategori C7
(Ada Retak)
No Tindakan Hasil
Persamaan
Perhitungan
1 Proses yang ingin diketahui - Pembuatan
lantai kayu
2 Berapa banyak produk yang diperiksa - 982
3 Berapa banyak produk yang tidak sesuai - 52
4 Hitung tingkat ketidaksesuaian (cacat) 0,053
5 Menentukan banyaknya CTQ Banyaknya 1
karakter CTQ
6 Peluang tingkat ketidaksesuaian per Langkah 4/ 0,053
karakter CTQ langkah 5
7 Kemungkinan ketidaksesuaian Langkah 6 x 53.000
1.000.000
8 Nilai sigma level - 3,12
Sumber : Pengolahan data
seperti tersebut diatas yang meliputi : Pembuatan peta kontrol X chart, peta
kontrol R chart dan peta kontrol P, perhitungan DPMO, dan sigma level ( nilai
variabel panjang maupun untuk data cacat atribut ada titik mata, bersisik dan ada
80
retak seperti yang sudah dilakukan perhitungan perhitungan untuk kedua jenis
cacat tersebut.
5.6.8.1 Analyze Terhadap Data Cacat Variabel Panjang
A. Peta Kontrol X Chart dan R Chart Pada Panjang Wood Flooring Type B
Pada Peta kontrol X Chart data variabel panjang wood flooring type B
bervariasi dan ada beberapa nilai yang tidak berada dalam batas-batas
kontrol yang ditetapkan.Hal ini berarti bahwa proses produksi wood flooring
type B berada dalam keadaan tidak stabil dan luar kontrol, yang artinya ada
beberapa produk wood flooring type B yang dihasilkan berada dalam batas
tidak normal sehingga masuk dalam kategori cacat dan hal itu perlu suatu
Pada Peta kontrol R Chart data variabel panjang wood flooring type B
bervariasi dan ada beberapa nilai yang tidak berada dalam batas-batas
kontrol yang ditetapkan.Hal ini berarti bahwa proses produksi wood flooring
type B berada dalam keadaan tidak stabil dan luar kontrol, yang artinya ada
beberapa produk wood flooring type B yang dihasilkan berada dalam batas
tidak normal sehingga masuk dalam kategori cacat dan hal itu perlu suatu
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan yaitu untuk panjang produk wood
81
yang terus menerus turun dan pola sigma level akan meningkat pula,
sehingga akan mencapai sigma level mendekati atau bergerak menuju sigma
level 3,4.
mengenai panjang produk wood flooring type B seperti diatas, maka dapat
dan dianggap tidak kompetitif di pasaran, dan out put proses yang
ditentukan.
spesifikasi bawah yang diinginkan, karena nilai Cpmk < 1,00 maka
pasaran.
wood flooring type B yang tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
tersebut sehingga produk wood flooring type B yang akan dihasilkan di waktu
82
dengan harapan tidak ada atau mengurangi adanya rework akibat perbaikan
Tabel 5.18
Prioritas Rencana Perbaikan Kategori Cacat Variabel Panjang
Wood Flooring Type B
A. Peta Kontrol P untuk data cacat atribut pada kategori cacat ada titik
disitu terlihat bahwa memang tidak ada yang keluar dari batas atas maupun
batas bawah, artinya jumlah total cacat atribut dengan pengambilan sejumlah
sampel seperti diatas masih dalam batas kontrol. Akan tetapi sesuai dengan
tujuan six sigma yaitu upaya secara terus menerus dalam rangka mencapai
zero defect, maka perlu adanya suatu perbaikan sehingga jumlah cacat dalam
kategori cacat atribut bisa tereduksi sehingga peningkatan sigma level bisa
(6). Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk melakukan aksi perbaikan untuk
dipresentasikan bahwa dari satu juta kesempatan akan terdapat sebesar nilai
terus menerus, maka akan menunjukkan pola DPMO yang terus menerus
menurun dan pola sigma level yang meningkat secara terus menerus pula.
85
kayu (wood floring) didasarkan pada sigma level dan DPMO dan proses
floring) yang diperiksa sebanyak 982 pcs, jumlah lantai kayu (wood floring)
Dengan nilai sigma level yang sudah dihitung diatas harus ditingkatkan lagi
menuju tingkat kegagalan Zero Defect (0%) yang merupakan tujuan dan
menerus.
yang tertinggi dari proses produksi pembuatan lantai kayu (wood flooring) di
CV. Salendra Bawana Karya adalah jenis C4(ada titik mata), C6(Bersisik),
perlu diadakan evaluasi dan mencari solusi yang efektif dan efisien dan
ketidaksesuaian (cacat) produk lantai kayu (wood flooring) pada produk lantai
1. Diagram sebab akibat untuk data cacat variabel panjang produk wood flooring
Lingkungan Metode Manusia
type B.
Pencahayaan Konsentrasi
Hilang
Gerakan tangan
berubah Kurang hati-2
Sirkulasi Kurang teliti
udara Kejar waktu
Panjang Tidak
sesuai standart
Tidak ada penjepit
Perawatan kayu
kurang maks
Kecepatan Potong
tidak stabil
Mesin
86
2. Diagram sebab akibat untuk data cacat atribut kategori adanya titik mata
3. Diagram sebab akibat untuk data cacat atribut kategori kasar pada produk
Lingkungan Manusia
Kurang Teliti
Kurang hati-2
Pencahayaan
Permukaan
kasar
Kecepatan
Kayu kurang kering
Gambar
Perawatan 5.9 Diagramkurang
sebab akibat (cause effect diagram)
kurang maks
Kualitas BB
4. Diagram sebab akibat untuk data cacat atribut kategori adanya retak pada
Mesin Bahan Baku
produk wood flooring type B.
Penumpukan
WIP
Kurang hati-2
Pencahayaan
Adanya
Retak di
Permukaan
Gambar 5.10 Diagram sebab akibat (cause effectPemilihan
diagram)
Perawatan jenis BB
kurang maks Terjadi
Gesekan Kualitas BB
Faktor Manusia
pada faktor ini yaitu karena kurang telitinya para karyawan dalam melaku
standar dan perusahaan. Selain itu dari faktor kurang hari-hari dalam
bekerja, sumberdaya manusia yang kurang serta rasa mudah bosan juga
lantai kayu (wood flooring) adalah perawatan mesin, jenis mesin dan
flooring).
Faktor Metode
Ketidaksesuaian (cacat) produk lantai kayu (wood flooring) yang
disebabkan oleh faktor ini terjadi karena ukuran produk lantai kayu (wood
disebabkan oleh faktor ini terjadi karena kualitas bahan baku yang didapat serta
pengklasifikasian kayu yang kurang teliti ini juga yang menyebabkan terjadinya
Tabel 5.19
Prioritas Rencana Perbaikan Kategori Cacat Atribut Adanya Titik Mata
Wood Flooring Type B
Penyebab Usulan Penanganan
a. Manusia a. Manusia
- Kurangnya personil atau - Perlu penambahan operator
operator lapis kedua dalam proses
- Kurangnya hati-hati dalam penghalusan secara manual
proses penghalusan - Perlu pengawasan yang lebih
- Kurang teliti dalam proses intensif untuk menjaga
penghalusan konsentrasi dalam bekerja
b. Metode b. Metode
- Sering terjadinya - Penerapan sistem
penumpukan produk wip keseimbangan lintasan
sehingga terjadi harus diterapkan.
ketidaktelitian dalam - Perlu perhitungan waktu
penghalusan standart setiap proses yang
- Waktu untuk penghalusan mengacu pada produktifitas
dirasakan kurang proses dan produk
sehingga terjadi untuk
segera menuju proses
selanjutnya
c. Mesin/Alat
- Mesin penghalus c. Mesin/Alat
ketajamannya kurang - Perlu suatu standart mengenai
stabil akibat perawatan penentuan sampai berapa
yang kurang intensif lama suatu mesin penghalus
harus dilakukan penggantian
d. Bahan Baku konponen.
- Pemilihan bahan baku yang d. Bahan Baku
sejak awal kurang teliti - Perlu adanya pengarahan
(bawaan kayu) yang intensif kepada
e. Lingkungan karyawan borongan
- Kurangnya pencahayaan e. Lingkungan
sehingga mengganggu - Perlu penambahan tingkat
tingkat ketelitian pencahayaan
90
Tabel 5.20
Prioritas Rencana Perbaikan Kategori Cacat Atribut Adanya Bagian Kasar
Wood Flooring Type B
Tabel 5.21
Prioritas Rencana Perbaikan Kategori Cacat Atribut Adanya Retak
Wood Flooring Type B
91
Improve (Memperbaiki). Pada tahap ini akan dibahas tindakan dan langkah-
(cacat) produk lantai kayu (wood floring) baik dari kategori data cacat variabel
proses produksi produk lantai kayu (wood flooring) agar tidak terjadi
ketidaksesuaian (cacat) produk lantai kayu (wood floring) antara lain adalah
Tabel 5.22
Prioritas Rencana Tindakan Perbaikan Terhadap Kategori Cacat Variabel
Maupun Cacat Atribut
dilakukan upaya proses perbaikan kualitas baik data cacat variabel maupun data
cacat atribut, maka diperoleh data dengan pengamatan baru yaitu sebagai
berikut :
type B
Tabel 5.23
Hasil Data Panjang Wood Flooring ( cm ) Type B
N = 60
∑X = 5403,11
∑X2 = 29193597,67
K =2
S = 0,05
2
k x
2
N x 2
N' s
1 1
x 1
96
N’ = 0,04
panjang wood flooring sebagai data cacat variabel panjang dianggap cukup.
Tabel 5.24
Hasil Cacat Atribut Kategori C4,C6 dan C7
Hari Jumlah Jumlah Jenis Cacat
∑P p
ke Produksi Sampel C4 C6 C7
1 806 81 1 2 1 4 0,04
2 816 82 2 2 2 6 0,07
3 814 81 1 1 1 3 0,03
4 819 82 2 2 1 5 0,06
5 826 83 3 1 1 5 0,06
6 829 83 2 2 1 5 0,06
7 821 82 1 2 2 5 0,06
8 813 81 2 2 2 6 0,07
9 820 82 2 3 1 6 0,07
10 825 83 1 1 1 3 0,04
11 813 81 1 2 1 4 0,04
12 814 82 1 1 1 3 0,03
Jumlah 982 19 21 15 55 0,69
Sumber : Pengolahan data
N = 982
P = 0,29
K =2
S = 0,05
N’ = k2 / S2 x p ( 1 – p )
= 329,4
Karena nilai N’ < N , maka pengambilan data untuk kategori data cacat
kontrol X dan R )
perhitungan data cacat variabel panjang pada produk wood flooring type B,
Dalam tabel faktor A2 pada sub group atau ukuran sampel n = 5 diperoleh
= 90,27
= 89,8
98
Mean/ R ( CL ) = 0,39
Dalam tabel faktor D4 pada sub group atau ukuran sampel n = 5 diperoleh
nilai 2,115 dan dalam tabel faktor D3 pada sub group atau ukuran sampel n =
UCL/BKA = D4.R
= 2,115 (0,39)
= 0,8
LCL/BKB = D3.R
= 0 (0,39)
=0
99
5.7.2 Pembuatan Peta kontrol untuk data cacat atrbut.( Peta kontrol P )
55
P = 0,06
982
Karena jumlah sampel yang diperiksa tidak sama dalam jumlahnya, maka
Adapun hasil perhitungan nilai UCLp dan LCLp untuk cacat atribut
Tabel 5.25
Data hasil perhitungan nilai UCLp dan LCLp
Cacat produk atribut
5.8 Hasil Perhitungan DPMO Dan Sigma Level Dari Data Perbaikan
Tabel 5.26
Sigma Level Dan DPMO Data Cacat Variabel Panjang Untuk
Produk Wood Flooring Type B
Data Panjang Wood Flooring Type B
Hari
ke Nilai
∑X X Bar UCL LCL R SD Cp DPMO
Sigma
1 450,2 90,04 90,27 89,8 0,1 0,04 1,9 5,87 6
2 450,18 90,03 90,27 89,8 0,13 0,05 1,5 4,7 687
3 450,07 90,01 90,27 89,8 0,07 0,04 1,9 5,87 6
4 450,22 90,04 90,27 89,8 0,12 0,05 1,5 4,7 687
5 449,3 89,8 90,27 89,8 1,3 0,5 0,15 0,47 848.495
6 450,11 90,02 90,27 89,8 0,11 0,04 1,9 5,87 6
7 450,58 90,11 90,27 89,8 0,58 0,2 0,39 1,17 629.300
8 450,53 90,10 90,27 89,8 0,41 0,17 0,46 1,38 547.758
9 450,26 90,05 90,27 89,8 0,26 0,1 0,78 2,35 197.662
10 450,7 90,14 90,27 89,8 0,7 0,3 0,26 0,78 764.238
11 450,06 90,01 90,27 89,8 0,06 0,04 1,9 5,87 6
12 450,9 90,18 90,27 89,8 0,9 0,3 0,26 0,78 764.238
Jumlah 12,9 39,81 3753089
Rata-Rata 1,075 3,31 312.757
Sumber : Pengolahan data
Untuk Data Cacat Atribut Kategori C4, C6 dan C7
101
Tabel 5.27
Hasil perhitungan DPMO dan sigma level Cacat Atribut Kategori C4
(ada Titik Mata)
Jumlah
Hari Jumlah Nilai
Sample Produk Tidak DPMO
Ke Produksi Sigma
Sesuai/cacat
1 806 81 1 12.345,67 3,74
2 816 82 2 24.390,24 3,47
3 814 81 1 12.345,67 3,74
4 819 82 2 24.390,24 3,47
5 826 83 3 36.144,57 3,29
6 829 83 2 24.096,38 3,46
7 821 82 1 12.195,12 3,75
8 813 81 2 24.691,35 3,47
9 820 82 2 24.390,24 3,47
10 825 83 1 12.048,19 3,75
11 813 81 1 12.345,67 3,74
12 814 82 1 12.195,12 3,75
Jumlah 982 19 231.578,46 43,1
Rata-rata 82 2 19.298,2 3,59
Sumber : Pengolahan data
Dari tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa DPMO rata-rata sebesar
Tabel 5.28
Hasil perhitungan DPMO dan sigma level Cacat Atribut Kategori
C6(Bersisik)
Jumlah
Hari Jumlah Nilai
Sample Produk Tidak DPMO
Ke Produksi Sigma
Sesuai/cacat
1 806 81 2 24.691,35 3,47
2 816 82 2 24.390,24 3,47
3 814 81 1 12.345,67 3,74
4 819 82 2 24.390,24 3,47
5 826 83 1 12.048,19 3,75
6 829 83 2 24.096,38 3,46
7 821 82 2 24.390,24 3,47
8 813 81 2 24.691,35 3,47
9 820 82 3 36.585,36 3,29
10 825 83 1 12.048,19 3,75
11 813 81 2 24.691,35 3,47
12 814 82 1 12.195,12 3,75
Jumlah 982 21 256.563,6 42,56
Rata-rata 82 2 21.380,3 3,54
Sumber : Pengolahan data
102
Dari tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa DPMO rata-rata sebesar
Tabel 5.29
Hasil perhitungan DPMO dan sigma level Cacat Atribut Kategori C7
Jumlah
Hari Jumlah Nilai
Sample Produk Tidak DPMO
Ke Produksi Sigma
Sesuai/cacat
1 806 81 1 12.345,67 3,74
2 816 82 2 24.390,24 3,47
3 814 81 1 12.345,67 3,74
4 819 82 1 12.195,12 3,75
5 826 83 1 12.048,19 3,75
6 829 83 1 12.048,19 3,75
7 821 82 2 24.390,24 3,47
8 813 81 2 24.691,35 3,47
9 820 82 1 12.195,12 3,75
10 825 83 1 12.048,19 3,75
11 813 81 1 12.345,67 3,74
12 814 82 1 12.195,12 3,75
Jumlah 982 15 171.043,6 44,13
Rata-rata 82 1 14.253,63 3,67
Sumber : Pengolahan data
Dari tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa DPMO rata-rata sebesar
91 – 89
= -------------------------------
6 √ ( 90,05 - 90)2+0,162
= 2,08
3 x 0,16 3 x 0,16
= Min ( 1,97 ; 2,18 )
= 1,97
Cpmk = Cpk / √ 1 + ( X bar – T )/ S)2
= 1,97 / √ 1 + ( 90,05 – 90 )/ 0,16)2
= 1,9
Karena nilai Cpmk = 1,9 > 1,00 maka proses dianggap mampu dalam
mencapai target kualitas pada tingkat kegagalan nol ( zero defect ) sehingga
spesifikasi produk wood flooring yang berkaitan dengan cacat akibat ada titik
mata, kasar dan retak dan hal itu disebut data kualitatif.Data atribut ini sering
berbentuk kategori atau kualitatif seperti : baik, jelek, sukses atau gagal. Maka
kemampuan proses untuk jenis cacat atribut wood flooring adalah sebagai
berikut
Tabel 5.30
Cara pencatatan kemampuan proses data cacat atribut Hasil Perbaikan
Kategori C4(Ada Titik Mata)
Hasil
No Tindakan Persamaan
Perhitungan
1 Proses yang ingin diketahui - Pembuatan
lantai kayu
2 Berapa banyak produk yang diperiksa - 982
3 Berapa banyak produk yang tidak sesuai - 19
4 Hitung tingkat ketidaksesuaian (cacat) 0,02
5 Menentukan banyaknya CTQ Banyaknya 1
karakter CTQ
6 Peluang tingkat ketidaksesuaian per Langkah 4/ 0,02
karakter CTQ langkah 5
7 Kemungkinan ketidaksesuaian Langkah 6 x 20.000
1.000.000
8 Nilai sigma level - 3,59
Sumber : Pengolahan data
Tabel 5.31
Cara pencatatan kemampuan proses data cacat atribut Hasil Perbaikan
Kategori C6(Bersisik)
Perhitungan
1 Proses yang ingin diketahui - Pembuatan
lantai kayu
2 Berapa banyak produk yang diperiksa - 982
3 Berapa banyak produk yang tidak sesuai - 21
4 Hitung tingkat ketidaksesuaian (cacat) 0,0214
5 Menentukan banyaknya CTQ Banyaknya 1
karakter CTQ
6 Peluang tingkat ketidaksesuaian per Langkah 4/ 0,0214
karakter CTQ langkah 5
7 Kemungkinan ketidaksesuaian Langkah 6 x 21.400
1.000.000
8 Nilai sigma level - 3,54
Sumber : Pengolahan data
Tabel 5.32
Cara pencatatan kemampuan proses data cacat atribut Hasil Perbaikan
Kategori C7(Retak)
No Tindakan Hasil
Persamaan
Perhitungan
1 Proses yang ingin diketahui - Pembuatan
lantai kayu
2 Berapa banyak produk yang diperiksa - 982
3 Berapa banyak produk yang tidak sesuai - 15
4 Hitung tingkat ketidaksesuaian (cacat) 0,0153
5 Menentukan banyaknya CTQ Banyaknya 1
karakter CTQ
6 Peluang tingkat ketidaksesuaian per Langkah 4/ 0,0153
karakter CTQ langkah 5
7 Kemungkinan ketidaksesuaian Langkah 6 x 15.300
1.000.000
8 Nilai sigma level - 3,67
Sumber : Pengolahan data
5.10 Perbandingan Nilai DPMO dan Sigma Level Sebelum dan Sesudah
Perbaikan
105
Setelah diperoleh hasil nilai DPMO dan sigma level sebelum dan sesudah
perbaikan maka dibuat perbandingan antara nilai DPMO dan sigma level
Tabel 5.33
Hasil perhitungan Rata-rata DPMO dan sigma level
Sebelum Sesudah
Nilai Selisih Prosentase
Perbaikan Perbaikan
Jenis Data
Sigma Sigma Sigma Sigma
DPMO DPMO DPMO DPMO
level level level level
Data
Variabel 405.165 1,74 312.757 3,31 92.408 1,57 22,8 90,2
Panjang
Data atribut 95.648 2,81 19.298 3,59 76.350 0,78 79,8 27,75
(ada Titik
Mata)
Data atribut 90.702,88 2,84 21.380 3,54 69.322,88 0,7 76,4 24,6
(Bersisik)
Data atribut 52.937,27 3,12 14.253,6 3,67 38.683,67 0,55 73,07 17,63
(Ada Retak)
Sumber: Pengolahan data
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan
prosentase baik nilai DPMO maupun Sigma level setelah perbaikan yaitu untuk
data variabel panjang sebesar 22,8% untuk nilai DPMO dan 90,2% untuk nilai
sigma level. Sedangkan untuk data atribut kategori (ada titik mata) sebesar
79,8% untuk nilai DPMO dan 27,75% untuk nilai sigma level, kategori (bersisik)
sebesar 76,4% untuk nilai DPMO dan 24,6% untuk nilai sigma sedangkan
kategori (ada retak) sebesar 73,07% untuk nilai DPMO dan 17,63% untuk nilai
sigma.
Tabel 5.34
106
Tabel 5.35
Perbandingan Kemampuan Proses Data Cacat Atribut Kategori C4, C6, C7
Kriteria Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
Kategori Cacat C4 C6 C7 C4 C6 C7
Proses yang ingin diketahui Wood Flooring Type B Wood Flooring Type B
Berapa banyak produk yang 982 982 982 982 982 982
diperiksa
Berapa banyak produk yang 94 96 52 19 21 15
tidak sesuai
Hitung tingkat ketidaksesuaian 0,095 0,09 0,052 0,02 0,0214 0,0153
(cacat)
Menentukan banyaknya CTQ 1 1 1 1 1 1
Peluang tingkat ketidaksesuaian 0,095 0,09 0,052 0,02 0,0214 0,0153
per karakter CTQ
Kemungkinan ketidaksesuaian 95.000 90.000 52.000 20.000 21.400 15.300
Nilai sigma level 2,81 2,84 3,12 3,59 3,54 3,67
metodologi program peningkatan kualitas produk Six Sigma. Pada tahap ini hasil-
disebarluaskan dan dibuat standar pedoman kerja. Hal ini sangatlah penting
Sigma atau solusi dan masalah ketidaksesuaian produk (cacat) ini tidak
terjadi. Selain itu juga bermanfaat sebagai bahan belajar dan sumber informasi
untuk menuju tingkat kegagalan yang mendekati nol (zero defect) dapat tercapai
dapat lebih mudah untuk bersaing di pasar global dan menjadi perusahaan
berkelas dunia.
pergeseran dari sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan melalui konsep poka-yoke
(modifikasi mesin), nantinya akan menjadi pedoman dan fokus dalam upaya peningkatan
level sigma untuk periode-periode yang akan datang, seperti berikut ini :
Ada tiga cara untuk menilai bahwa suatu proses dapat ditunjukkan dengan
term ini dibatasi oleh teknologi dan desain dan disebut dengan potensial
Cp = USL – LSL
6.σ
Cp = 90,27 – 89,8
6.0,16
Cp = 0,52
Cpk = Cp * ( 1 – k )
k= 90 – 90,05___
(90,27 – 89,8 )/2
k = - 0,21
Cpk = 0,62
Zlt = 0,62 * 3
Zlt = 1,86
C. Z shift
Zshift merupakan perbedaan matematis antara kapabilitas proses short
Zshift = 0,3
hasil dari kontrol atau teknologi dapat dilihat pada gambar berikut ini :
jelek 2,5
A B
2
kontrol
Zshift 1
C D
111
0,5
Baik
1.5 2 3 4 5 6
Baik Jelek
Teknologi Zst
Gambar 5.16 Posisi Kuadran Indeks Kapabiitas Data Variabel Panjang
Nilai Zshift dan Zst kemudian diplot kedalam grafik, untuk melihat apakah
kapabilitas proses yang didapat hasil dari kontrol atau teknologi.Dari grafik diatas
dalam arti lebih merupakan hasil dari kontrol proses yang jauh lebih baik dari
teknologi yang tersedia.Oleh karena itu untuk kedepan perlu diterapkan teknologi
Tabel 5.36
Total cacat Wood Flooring Type B Sebelum Perbaikan
Tabel 5.37
Perhitungan Biaya Kualitas Sebelum Perbaikan
Tabel 5.38
Total cacat Wood Flooring Type B Setelah Perbaikan
Jenis Karakteristik Cacat Wood Flooring Total
Hari Ke Cacat
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7
1 0 3 0 1 0 2 1 7
2 0 2 2 2 0 2 2 10
3 0 2 0 1 1 1 1 6
4 1 2 2 2 2 2 1 12
5 0 0 2 3 0 1 1 7
6 0 1 3 2 1 2 1 10
7 0 0 0 1 0 2 2 5
8 2 1 2 2 0 2 2 11
9 0 2 3 2 0 3 1 11
10 0 2 3 1 1 1 1 9
11 0 0 0 1 0 2 1 4
12 0 2 0 1 0 1 1 5
Total 3 17 17 19 5 21 15 97
Sumber ; Data Pengamatan
114
Tabel 5.39
Perhitungan Biaya Kualitas Setelah Perbaikan
Keterangan Jumlah Biaya Total Quality
Unit /batang Cost
Untuk C1
Internal Failure cost
- Biaya Perbaikan Produk 3 Rp.5.300,- Rp.15.900,-
* Untuk C2
Internal Failure cost
17 Rp.3.400,- Rp.57.800,-
- Biaya Perbaikan Produk
* Untuk C3
Internal Failure cost
17 Rp.2.800,- Rp.47.600,-
- Biaya Perbaikan Produk
* Untuk C4
Internal Failure cost
19 Rp.2.800,- Rp.53.200,-
- Biaya Perbaikan Produk
* Untuk C5
Internal Failure cost
5 Rp.2.800,- Rp.14.000,-
- Biaya Perbaikan Produk
* Untuk C6
Internal Failure cost
21 Rp.4.000,- Rp.84.000,-
- Biaya Perbaikan Produk
* Untuk C7
Internal Failure cost
15 Rp.4.000,- Rp.60.000,-
- Biaya Perbaikan Produk
Jumlah Rp.332.500,-
Tabel 5.40
Prosentase Penghematan Biaya Akibat Penurunan Produk Cacat
(selama 12 Hari Pengamatan)
Prosentase
Kondisi Total Quality Cost Selisih
Penurunan
Sebelum Perbaikan Rp.1.447.800,- Rp.1.115.300,- 77,03 %
Setelah Perbaikan Rp.332.500,-
BAB VI
6.1 Kesimpulan
1. Dari rangking prioritas waste didapat defect waste merupakan waste yang
harus segera direduksi dengan metode six sigma melalui pendekatan DMAIC
2. Cacat produk wood flooring yang menjadi CTQ, yaitu sebagai berikut :
C 2 = Panjang kurang/lebih
C 6 = Bersisik
C 7 = Retak
3. Terjadi peningkatan sigma level sebesar 90,2% untuk cacat variabel panjang
dan untuk cacat atribut kategori (ada titik mata) sebesar 27,75%, kategori
perbaikan, yaitu
(lihat Lampiran I)
115
116
Bawana Karya bisa melakukan reduksi cacat produk wood flooring type B dari
415 unit menjadi 97 unit sehingga terjadi penghematan biaya atas dasar
6.2 Saran-Saran
2. Perusahaan sebaiknya melakukan kontrol mulai dari awal hingga akhir secara
performance produksi
proses produksinya.