NAMA : LURI
NIM : 22111019
PENERAPAN METODE PDCA DALAM PENINGKATAN KUALITAS PADA PRODUCT MADU CLB DI PT. CIPTA
LEBAH BERKAH (PT.CLB)
PT. Cipta Lebah Berkah (PT.CLB) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perlebahan. PT.CLB
memulai usaha dengan focus menjual madu hutan jambi, madu yang diproduksi berasal dari peternakan
lebah sendiri. PT.CLB sudah memiliki merk jual bernama MADU CLB. Sebelum didistribusikan madu CLB
di packing di rumah produksi dengan alur :
1
1. Tahap Plan (perencanaan)
Tahap Plan(perencanaan) merupakan langkah pertama dalam metode PDCA. Tahap ini
dilakukan sebagai awalan dalam perbaikan mutu untuk menentukan bagaimana standar
operasional prosedur (SOP) suatu perusahaan. Dalam pelaksanaannya banyak aspek yang harus
diperhatikan sebagai bahan perbaikan mulai dari bahan baku, kinerja karyawan, dan standarisasi
hasil produksi. Hasil yang diperoleh pada tahapan ini yaitu dapat mengetahui dan menentukan
masalah yang paling Dominan dan mencari penyebab masalahnya.
a. Check Sheet
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data awal pada bagian produksi madu, defect
pengurangan kadar air sebagai defect dengan penanganan prioritas karena pada proses
produksi, gagalnya pengurangan kadar air pada madu menjadi defect (cacat) yang paling
banyak ditemukan.
Tabel 1
Presentase setiap jenis defect produk Madu CLB
600 100%
500
80%
400
60%
300
40%
200
100 20%
0 0%
Kadar Air Madu Tumpah goresan pada stiker
2
Dari Diagram Pareto diatas, terdapat 3 jenis defect yang dominan yaitu jenis kadar
air (73%), madu tumpah (20%), dan goresan pada packaging (7%), dapat diketahui bahwa
defect kadar air yang mempunyai persentase paling tinggi dibandaingkan jenis defect yang
lainnya yaitu sebesar (73%).
Faktor utama yang menyebabkan defect, yaitu faktor manusia, metode pengerjaan,
mesin dan material. Kurang maksimalnya mesin ketika dimasukan madu ke mesin evaporasi
dengan kapasitas yang terlalu banyak maka hasil dari evaporasi untuk pengurangan kadar
air pada madu tidak sesuai standar. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
Faktor manusia (Man)
Faktor manusia adalah salah satu faktor yang sangat berperan aktif karena
manusia merupakan pelaku dalam hal seperti operator, dan sebagainya. Baik atau
buruknya hasil produk yang dihasilkan ditentukan oleh faktor manusia, hal ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab yaitu sebagai berikut:
a. Kurangnya ketelitian dari operator/karyawan.
b. Kurangnya pelatihan yang diberikan kepada operator sehingga operator,
kurang memahami standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
Faktor metode
Faktor metode adalah salah satu faktor yang sangat berperan dengan tujuan agar
cara dari suatu inspeksi dalam Quality Control dapat berjalan dengan tepat. Hal
inidipengaruhi oleh beberapa sebab yaitu:
a. Kesalahan penyetingan mesin
b. Metode penyetingan mesin tidak sesuai SOP (Standard Operating
Procedures)
Faktor mesin
Faktor mesin adalah salah satu faktor yang penting karena mesin merupakan alat
bantu utama yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa sebab, yaitu sebagai berikut:
a. Kurang memperhatikan suhu mesin injection molding saat awal pertama
produksi, dikarenakan pada saat awal produksi mesin sering sekali
trouble pada suhu sehingga harus di check kembali temperatur saat
produksi dimulai.
3
b. Cooling (pendinginan) yang terlalu cepat, dapat menyebabkan defect,
gagalnya pengurangan kadar air pada madu atau kadar air madu kembali
ke kadar air awal.
Faktor bahan baku
Faktor material adalah salah satu faktor yang sangat penting dimana faktor ini
merupakan penentu terbesar kualitas produk yang dihasilkan oleh proses
produksi, oleh karena faktor ini berhubungan langsung dengan segala sesuatu
yang dipergunakan oleh perusahaan sebagai komponen produk yang 40 akan di
produksi tersebut, dan terdiri dari bahan baku utama maupun bahan baku
pembantu. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa sebab, yaitu:
a. Suhu pengeringan di Hopper Resint Tank terlalu rendah, sehingga
menyebabkan masih adanya kadar air di material (bahan baku). Hal ini
dapat menyebabkan pelelehan yang tidak sempurna dan terdapat uap
didalam mesin pelelehan.
4
2. Tahap Do (Pelaksanaan) ( 5 W +1H)
Do (pelaksanaan) adalah langkah kedua dari metode PDCA. Dari diagram sebab akibat diatas,
maka tindakan perbaikan yang dilakukan dalam mengatasi masalah pengurangan kadar air pada
Madu CLB adalah sebagai berikut:
Table 2.
Melakukan perbaikan dengan metode 5W+1H
a. Perbaikan Faktor Manusia (Man) Melakukan pelatihan secara berkala (6 bulan sekali)
mengenai proses produksi di setiap bagian produksi untuk meningkatkan kinerja
karyawan dalam melakukan tugasnya.
b. Perbaikan Faktor Metode (Methode) Pemberian standar operasi kerja yang sesuai dengan
station kerja, agar dapat meminimalisir kesalahan penyettingan / pengaturan suhu mesin
pada saat awal produksi dimulai.
5
c. Perbaikan Faktor Mesin (Machine) Melakukan kegiatan pengecekan suhu mesin pada saat
mesin sedang beroperasi, waktu yang direkomendasikan yaitu setiap 12 jam sekali. Agar
suhu pada mesin tetap terjaga pada suhu normal dan terhindar terjadinya produk defect.
d. Perbaikan Faktor Bahan Baku (Material) Pemeberian pallet adalah salah satu saran agar
material (bahan baku) tetap terjaga kelembapannya. Karena jika material lembap proses
pengendapan madu menjadi lebih lama, sehingga menyebabkan masih adanya kadar air
di material (bahan baku). Hal ini dapat menyebabkan pengurangan kadar air yang tidak
sempurna dan terdapat uap didalam tong penyimpanan.
3. Tahap Check
Table 3.
Failure mode and effect analysis mengidentifikasi defect pengurangan kadar air
OCCURRENCE
DETECTION
SEVERITY
RECOMMENDED
RPN
ITEM JENIS DEFECT PENYEBAB DEFECT CURRENT CONTROL RANK
ACTION
diadakan semacam
pengontrolan
patroli oleh supervisor
Kurangnya kontrol terhadap temperatur
8 3 4 maupun leader produksi 96 3
dari karyawan mesin dilakukan setiap
yang bertujuan
6 jam sekali
mengecek
hasil dari pelatihan
pelatihan dilakukan
kurangnya harus disertai dengan
setiap 6 bulan sekali
6 pelatihan terhadap 4 3 pengecekkan dilapangan 72 5
untuk semua staff
operator oleh supervisor dan
produksi
leader
MADU PENGURANGAN diadakan training yang
penyetingan mesin
CLB KADAR AIR bertujuan untuk
kesalahan dilakukan sesuai SPK
9 6 6 menyamakan presepsi 324 2
penyetingan mesin yang berlaku di
setiap analis dalam
perusahaan
melakukan analisa
dibuatkannya
peletakan mesin pengecekkan mesin checksheet khusus
3 4 7 84 4
yang sesuai dilakukan setiap hari untuk pengontrolan
mesin
penyediaan alat ukur
pengecekkan produk
kelembapan ruangan agar material
8 6 secara visual dan 3 144 1
material tetap terjaga dan tidak
tempat penyimpanan
lembab
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa penyebab yang memiliki RPN paling tinggi adalah
kurangnya control pemeliharaan dan pengecekan suhu mesin. Dengan nilai occurance sebesar 6,
hal ini berarti penyebab tersebut masalahnya sulit untuk dihindari, nilai severity 9 ini berarti
penyebab tersebut benar-benar berpengaruh, sangat merugikan dan sangat kritis (very high), nilai
6
detection 6 hal ini berarti penyebab masalahnya ada kemungkinan untuk dapat diatasi
(moderatte). Pada tabel diatas telah ditentukan juga usulan tindakan yang sesuai untuk mengatasi
masalah-masalah yang terjadi, terutama pada penyebab yang memiliki nilai RPN paling tinggi. Dari
tabel diatas, dapat diketahui bahwa hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya defect
gagalnya dalam pengurangan kadar air yaitu dengan dibuatkan nya checksheet khusus untuk 46
Pengontrolan mesin, agar penggunaan mesin sesuai dengan kapasitas dan untuk perbaikan mesin
lebih rutin
7
Table 4.
Rekomendasi Check Sheet
Check Sheet
Bulan : Waktu Pemeriksaan Tempat:
Catatan :
Sebelum Sesudah
Tanggal
Cacat Tidak Cacat Cacat Tidak Cacat
8
5. SOP Pengurangan Kadar Air Madu CLB
9
6. Plan untuk Step berikutnya :
Penyebab utama yang diprioritaskan adalah kurangnya kontrol saat proses pengurangan kadar
aie madu dan kurangannya memperhatikan temperatur suhu mesin sehingga dapat
menyebabkan produk defect. Maka Plan yang dilakukan untuk selanjutnya adalah
Dengan dilakukan pembuatan checksheet khusus untuk pengontrolan mesin agar para
karyawan dapat lebih memperhatikan mesin yang akan dipakai untuk kegiatan produksi.
Meningkatkan frekuensi maintenance pada mesin pengurangan kadar air ( mesin
evaporasi dan dehumifier)
Pemeriksaan temperatur suhu mesin rutin sebelum memulai proses produksi
Dilakukan pengontrolan terhadap mesin apakah masih ada mesin yang mengalami
kerusakan pada saat proses produksi berlangsung. Kepala bagian produksi yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan penerapan ini
Diadakan jadwal pelatihan lebih rutin terhadap para operator terutama pada bagian
produksi, agar dapat memahami SPK (Surat Perintah Kerja) yang telah di terapkan
perusahaan, dan selalu memperhatikan mesin yang akan digunakan.
Melakukan pengontrolan terus menerus sehingga kinerja perusahaan agar dapat lebih
spesifik dan terarah dalam menyelesaikan suatu permasalahan kualitas.
Pengendalian Kualitas metode PDCA diterapkan disemua proses produksi untuk
menghasilkan produk berkualitas dan meningkatkan keuntungan untuk perusahaan.
Pembuatan check sheet khusus yang ditujukan untuk proses pengontrolan, misalnya
pengontrolan temperatur mesin produksi secara berkala.
10