Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1Gambaran Umum Perusahaan
CV Tunas Mandiri Jaya Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
manufaktur pembuatan komponen atau part. CV Tunas Mandiri Jaya Teknik memulai sejarahnya
sebagai industri rumahan pada tahun 2002. Industri rumahan yang didirikan oleh bapak Maman
Rohiman, SE memiliki keterbatasan jumlah mesin sehingga hanya menerima jasa potong, bubut,
bor dan tap dengan jumlah kapasitas produksi yang kecil. Industri rumahan ini berkembang
menjadi berbadan hukum commanditaire vennotschaap (CV). Kepemilikan perusahaan ini terdiri
dari dua orang yang termasuk dalam satu keluarga sendiri.
CV Tunas Mandiri Jaya Teknik mengalami perkembangan kenaikan permintaan jasa proses
pemesinan pada tahun 2006, maka perusahaan sedikit demi sedikit menambah jumlah unit
mesin yang dimilikinya. Sejak bertambahnya jumlah mesin, perusahaan mampu memproduksi
komponen otomotif seperti baut, mur, sekrup, dan lain-lain dengan skala produksi yang besar.
Pada tahun 2006 CV Tunas Mandiri Jaya Teknik menjadi perusahaan subkontrak dari PT Star
Mustika Plasmetal. PT Star Mustika Plasmetal bergerak di bidang perakitan spion motor, dimana
besi Ass Stay spion motor diproses oleh CV Tunas Mandiri Jaya Teknik. Produk besi Ass Stay
spion motor menjadi prioritas utama pada CV Tunas Mandiri Jaya Teknik dari tahun 2006 hingga
tahun 2014. Perusahaan mampu memproses besi Ass Stay spion motor dengan kapasitas
minimal 15.00unit per hari. Salah satu tipe Ass Stay spion motor yang diproduksi yaitu Ass Stay 5
TP.
SHAPE* MERGEFORMAT
Gambar 4.1 Besi Ass Stay 5 TP
(SumberCV Tunas Mandiri Jaya Teknik)
4.2
Proses Produksi Besi Ass Stay 5 TP
Proses produksi besi AssStay 5 TP terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan awal proses
produksi besi Ass Stay 5 TP pada CV Tunas Mandiri Jaya Teknik yaitu bahan baku diproses
potong chamfer menggunakan mesin turret potong. Setelah proses potong chamfer selesai,
material besi Ass Stay 5 TP dibawa ke departemen kupas atau sayat untuk proses pengupasan.
Proses berikutnya adalah proses ulir menggunakan mesin thread. Hasil dari proses ulir, yaitu
produk besi Ass Stay 5 TP, sebelum dilakukan pengepakan besi Ass Stay 5 TP dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan barang sesuai dengan spesifikasi yang ada.
Gambar 4.2 adalah peta proses produksi besi Ass stay 5 TP pada CV Tunas Mandiri Jaya Teknik.
EMBED Visio.Drawing.11
Gambar 4.2 Peta Proses Operasi Besi Ass Stay 5 TP
(SumberCV Tunas Mandiri Jaya Teknik)
4.3.
Pengendalian Kualitas
Kegiatan pengendalian kualitas pada CV Tunas Mandiri Jaya Teknik dilakukan secara langsung
selama proses produksi besi Ass Stay 5 TP untuk memenuhi kepuasan konsumen.
Pemeriksaan produk besi Ass Stay 5 TP secara langsung selama proses produksi dilakukan
oleh pekerja pada seluruh hasil produksi besi Ass Stay 5 TP. Pemeriksaan dilakukan sebanyak
dua cara yaitu pemeriksaan ukuran dan pemeriksaan visual. Pemeriksaanukuran dilakukan
padaproses potong champer dan proses ulir dengan menggunakan alat caliper dan gauge.
Pemeriksaan visual dilakukan pada akhir proses produksi besi Ass Stay 5 TP. Hasil pemeriksaan
tersebut di catat kedalam alat kendali kualitas berupa lembar pemeriksaan (check sheet).
Standar kualitas perusahaan atau produk besi Ass Stay 5 TP yang berkualitas baik menurut
perusahaan adalah produk dengan ukuran yang sesuai dengan ketentuan serta berdasarkan
visual atau penglihatan tidak terdapat goresan, tidak karat dan tidak gompal. Tabel 4.1 adalah
tabel standar kualitas produk besi Ass Stay 5 TP.
Tabel 4.1 Standar Kualitas Produk Besi Ass Stay 5 TP
4.3.1

Tahap Pendefinisian

Tahap pertama pada metode DMAIC yaitu tahap pendefinisian. Pada tahap ini
mengidentifikasi masalah dan menentukan proporsi kecacatan yang sering terjadi dalam proses
produksi besi besi Ass Stay 5 TP. Proses pengendalian kualitas dalam proses produksi besi besi
Ass Stay 5 TPmemperlihatkan adanya produk yang mengalami kecacatan. Pengumpulan data
kecacatan produk besi Ass Stay 5 TP pada CV Tunas Mandiri Jaya Teknik menggunakan lembar
periksa. Berdasarkan lembar periksa terdapat 4 jenis kecacatan pada produk besi Ass Stay 5
TPyaitu cacat proses, cacat gores, cacat karat dan cacat gompal. Berikut adalah data kecacatan
yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Kecacatan besi Ass Stay 5 TP pada Bulan Maret 2016
No Jenis Cacat Jumlah Kecacatan (Unit)
1 Proses 225
2 Karat 35
3 Gores 31
4 Gompal 11
Total 302
(SumberCV Tunaas Mandiri Jaya Teknik)
Selanjutnya dibuat persentasi kecacatan dan diagram pareto yang berfungsi untuk
mengetahui cacat paling dominan dari proses produksi besi Ass Stay 5 TP. Berikut adalah tabel
persentasi kecacatan dan diagram pareto yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Persentasi Cacat besi Ass Stay 5 TP pada Bulan Maret 2016
Jenis Cacat Frekuensi (Unit) % Cacat % Kumulatif
Proses 225 74,503 74,503
Karat 35 11,589 86,092
Gores 31 10,265 96,357
Gompal 11 3,643 100
Total 302 100 Berdasarkan perhitungan tabel diatas maka dapat dibentuk diagram pareto. Berikut ini
adalah diagram histogram kecacatan proses besi Ass Stay 5 TP dapat dilihat pada Gambar 4.3.
EMBED Excel.Chart.8 s
Gambar 4.3 Diagram Pareto Besi Ass Stay 5 TP
Diagram pareto diatas menjelaskan banyaknya kecacatan yang terjadi pada besi Ass Stay 5 TP.
Dari pengamatan terdapat empat jenis kecacatan yang terjadi pada produk besi Ass Stay 5 TP.
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai jenis-jenis cacat tersebut:
Cacat proses merupakan kecacatan yang terjadi pada saat proses potong champer dan proses
kupas. Cacat proses yang terjadi berupa pemotongan benda kerja terlalu pendek, penguapasan
benda kerja terlalu dalam atau membentuk gelombang. Hal ini biasanya diakibatkan oleh pisau
yang tumpul atau penekanan pisau terlalu dalam.
Cacat gores merupakan cacat yang terjadi karena benda kerja terbentur dengan benda kerja
lainnya. Hal ini biasanya diakibatkan dari cara penempatan dan pengambilan komponen besi Ass
Stay 5 TP.
Cacat karat merupakan cacat yang terjadi karena benda kerja terkena air hujan atau cairan
lainnya yang menyebabkan karat.
Cacat gompal merupakan cacat yang terjadi pada proses ulir. Hal ini biasanya diakibatkan oleh
dies yang retak karena panas suhu.
4.3.2
Tahap Pengukuran
Tahap pengukuran dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap analisis peta kontol p dan tahap
pengukuran Defect Per Million Opportunities (DPMO) dan tingkat sigma. Data yang digunakan
pada tahap pengukuran adalah data proses produksi besi Ass Stay 5 TP pada bulan Maret 2016
di CV Tunas Mandiri Jaya Teknik. Total proses produksi besi Ass Stay 5 TP pada bulan Maret

2016 adalah sebanyak 9231 unit dengan banyak kecacatan produksi sebanyak 246 unit. Berikut
ini adalah data pengamatan yang telah dilakukan yang dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan pada Bulan Maret 2016
Hari Ke- Produksi Aktual (Unit) Jenis Cacat (Unit) Total (Unit)
Proses Gores Karat Gompal
1 523 8 1 2 0 11
2 200 6 2 2 0 10
3 181 8 0 1 0 9
4 390 9 1 1 0 11
5 125 7 2 0 0 9
6 339 8 3 0 1 12
7 459 11 0 3 0 14
8 383 5 2 0 0 7
9 482 11 0 0 1 12
10 384 7 0 2 1 10
11 420 9 2 4 0 15
12 398 11 2 0 0 13
13 557 13 0 0 2 15
14 200 7 2 0 0 9
15 254 9 0 2 0 11
16 528 12 0 4 1 17
17 278 7 2 3 0 12
18 311 7 0 1 0 8
19 387 8 0 0 1 9
20 515 12 3 2 0 17
21 575 10 1 0 2 13
22 273 9 2 4 0 15
23 300 8 1 0 1 10
24 285 10 3 4 0 17
25 484 13 2 0 1 16
Total 9231 225 31 35 11 302
Berdasarkan landasan teori yang ada, jenis peta kontrol yang akan dibuat adalah peta
kontrol p, karena jumlah sampel yang diambil bervariasi dan dihitung berdasarkan proporsi
kecacatan terhadap ukuran sampel. Data kecacatan yang dipilih dalam pembuatan peta kontrol p
ini adalah data hasil kecacatan proses, karena kecacatan proses adalah jenis kecacatan yang
paling dominan dengan nilai frekuensi kecacatan tertinggi pada proses produksi besi Ass Stay 5
TP pada bulan Maret 2016. Proporsi kecacatan proses dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Proporsi Kecacatan Proses Pada besi Ass Stay 5 TP pada Bulan Maret 2016
Hari Ke Produksi Aktual (Unit) Jumlah Cacat (Unit) Proporsi Kecacatan % Proporsi Kecacatan
1 523 8 0,01530 1,53
2 200 6 0,03000 3,00
3 181 8 0,04420 4,42
4 390 9 0,02308 2,31
5 125 7 0,05600 5,60
6 339 8 0,02360 2,36
7 459 11 0,02397 2,40
8 383 5 0,01305 1,31
9 482 11 0,02282 2,28
10 384 7 0,01823 1,82
11 420 9 0,02143 2,14
12 398 11 0,02764 2,76
13 557 13 0,02334 2,33

14 200 7 0,03500 3,50


15 254 9 0,03543 3,54
16 528 12 0,02273 2,27
17 278 7 0,02518 2,52
18 311 7 0,02251 2,25
19 387 8 0,02067 2,07
20 515 12 0,02330 2,33
21 575 10 0,01739 1,74
22 273 9 0,03297 3,30
23 300 8 0,02667 2,67
24 285 10 0,03509 3,51
25 484 13 0,02686 2,69
Total 9231 225 0,02437 2,44
Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.5, maka dapat ditentukan nilai Batas Kontrol Atas
(BKA) dan nilai Batas Kontrol Bawah (BKB) untuk peta kontrol p. Tabel 4.6 adalah tabel hasil
perhitungan batas control untuk kecacatan proses.

Tabel 4.6 Perhitungan Batas Kontrol Untuk Kecacatan Proses


Hari Ke Produksi Aktual (Unit) Jumlah Cacat (Unit) Batas Kontrol Atas (BKA) Batas Kontrol
Bawah (BKB)
1 523 8 0,0560 0,0094
2 200 6 0,0704 -0,0050
3 181 8 0,0724 -0,0070
4 390 9 0,0597 0,0057
5 125 7 0,0804 -0,0150
6 339 8 0,0617 0,0037
Tabel 4.6 Perhitungan Batas Kontrol Untuk Kecacatan Proses (Lanjutan)
Hari Ke Produksi Aktual (Unit) Jumlah Cacat (Unit) Batas Kontrol Atas (BKA) Batas Kontrol
Bawah (BKB)
7 459 11 0,0576 0,0078
8 383 5 0,0600 0,0054
9 482 11 0,0570 0,0084
10 384 7 0,0599 0,0055
11 420 9 0,0587 0,0067
12 398 11 0,0595 0,0060
13 557 13 0,0553 0,0101
14 200 7 0,0704 -0,0050
15 254 9 0,0662 -0,0008
16 528 12 0,0559 0,0095
17 278 7 0,0647 0,0007
18 311 7 0,0630 0,0025
19 387 8 0,0598 0,0056
20 515 12 0,0562 0,0092
21 575 10 0,0550 0,0105
22 273 9 0,0650 0,0004
23 300 8 0,0635 0,0019
24 285 10 0,0643 0,0011
25 484 13 0,0570 0,0085
Total 9231 225
Hasil perhitungan dari data di atas adalah perhitungan yang dilakukan secara manual dengan
menggunakan rumus peta kontrol p harian sebagai berikut :

EMBED Equation.3 = Rata-rata produksi aktual = EMBED Equation.3 = 369,24 Unit


EMBED Equation.3 = jumlah cacat/produksi aktual = EMBED Equation.3 = 0,03271
BKA
= EMBED Equation.3
= EMBED Equation.3
= 0,0560
BKB
= EMBED Equation.3
= EMBED Equation.3
= 0,0094
Gambar 4.4 Peta Kontrol P Proporsi Untuk Kecacatan Proses Pada Bulan Maret 2016
Berdasarkan peta kontrol P pada gambar 4.4, nilai BKA dan nilai BKB mengalami naik turun. Hal
tersebut dikarenakan jumlah produksi pada perusahaan tersebut tidak konstan sehingga
berpengaruh pada nilai BKA dan BKB. Pada grafik tersebut juga dapat dilihat, semua nilai
proporsi cacat produk besi Ass Stay 5 TP terletak diantara nilai BKA dan BKB, hal tersebut berarti
proporsi cacat produk besi Ass Stay 5 TP pada perusahaan tersebut masih terbilang normal.
Tahap kedua yaitu pengukuran DPMO dan tingkat sigma. Tujuan melakukan perhitungan
DPMO adalah untuk mengetahui peluang terjadinya cacat jika terdapat satu juta kesempatan.
Berdasarkan perhitungan DPMO dapat ditentukan level sigma yang digunakan untuk proses
produksi besi Ass Stay 5 TP pada CV Tunas Mandiri Jaya Teknik.
Langkah awal yang harus dilakukan sebelum menghitung DPMO dan level sigma adalah harus
menentukan terlebih dahulu nilai-nilai lain seperti unit (U), kesempatan (OP), cacat (D), cacat per
unit (DPU), total kesempatan (TO) dan cacat per total kesempatan (DPO). Berikut adalah
penjelasan terperinci mengenai perhitungan yang harus dilakukan untuk mendapatkan DPMO
dan level sigma:
Keterangan:
D = Total Kecacatan Produk
U = Total Unit Produksi
Cacat Per Unit (DPU) = EMBED Equation.3 = EMBED Equation.3 = 0,03271
Total kesempatan (TOP) adalah total terjadinya cacat di dalam unit di mana didapat dari
hasil perkalian antara total unit (U) dengan potensi terjadinya cacat atau potensi kejadian terukur
yang mungkin tidak terpenuhi spesifikasi batas dari karakteristik kunci kualitas (CTQ) yang
diinginkan oleh pelanggan terhadap hasil produksi. Total potensi terjadinya cacat pada hasil
produksi besi Ass Stay 5 TP adalah sebanyak 3, yaitu faktor manusia, faktor mesin dan faktor
lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, nilai peluang (O) sebesar 3 karena terdapat 3 potensi yang
dapat mengakibatkan tidak terpenuhi karakteristik kunci kualitas (CTQ). Berikut perhitungan total
kesempatan cacat:
Total Kesempatan Cacat (TOP) = EMBED Equation.3 x EMBED Equation.3
= 9231 x 3
= 27693 unit
Cacat per total kesempatan (DPO) adalah peluang terjadinya cacat yang diperoleh dari hasil
pembagi antara total cacat dengan total kesempatan (TOP), di mana hasil perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Cacat Per Total Kesempatan (DPO)
= EMBED Equation.3
=EMBED Equation.3
= 0,010905 cacat per total kesempatan
Berdasarkan semua hasil perhitungan di atas, maka dapat ditentukan nilai DPMO yang
menunjukkan banyaknya cacat yang terjadi jika terdapat satu juta peluang, yang diperoleh dari
hasil perkalian antara DPO dengan 10EMBED Equation.3 , berikut adalah perhitungan
banyaknya peluang cacat:
Banyaknya Peluang Cacat (DPMO)= DPO x 10EMBED Equation.3
= 10905 unit
Berdasarkan perhitungan diatas nilai DPMO yang didapatkan sebesar 10905 unit, maka
tingkat sigma berada diantara tingkat 3,7dengan DPMO sebesar 11011 dan tingkat 3,8dengan
DPMO sebesar 10724. Dengan demikian agar dapat mengetahui nilai sigma dapat dilakukan

dengan rumus interpolasi.


Kapabilitas sigma
EMBED Equation.3
EMBED Equation.3
Nilai kapabilitas sigma = 3,796
DPMO menunjukan kemungkinan kecacatan produk besi Ass Stay 5 TP sebesar 10905 unit
produk untuk satu juta produksi. Kecacatan tersebut merupakan suatu kerugian apabila tidak
dilakukan pengendalian kualitas.
Berdasarkan perhitungan kapabilitas sigma, nilai sigma pada CV Tunas Mandiri Jaya Teknik
adalah sebesar 3,796.
4.3.3
Tahap Analisis
Tahap analisis merupakan tahap untuk peningkatan kualitas dengan mengidentifikasi penyebab
kecacatan yang timbul pada proses produksi besi Ass Stay 5 TP. Alat yang digunakan dalam
tahap analisis untuk mencari akar penyebab masalah adalah dengan menggunakan diagram
sebab akibat.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terdapat tiga faktor yang menimbulkan kecacatan
pada produk besi Ass Stay 5 TP, yaitu berasal dari faktor manusia, mesin dan lingkungan. Berikut
adalah merupakan penjelasan secara terperinci dari penyebab kecacatan proses pada produk
besi Ass Stay 5 TP.
Faktor Manusia
Faktor manusia memiliki peranan penting dalam proses produksi besi Ass Stay 5 TP di CV Tunas
Mandiri Jaya Teknik. Sebagian besar jenis kecacatan produksi pada CV Tunas Mandiri Jaya
Teknik diakibatkan oleh faktor manusia, seperti faktor operator yang kurang pelatihan, hal ini
dapat mengakibatkan terjadinya kecacatan karena sebagian besar mesin yang digunakan
perusahaan untuk proses produksi masih menggunakan sistem manual. CV Tunas Mandiri Jaya
Teknik melakukan pelatihan hanya pada saat operator baru diterima.
Faktor Mesin
Faktor mesin akan mempengaruhi kecatatan ukuran pada besi Ass Stay 5TP, kecacatan ukuran
pada besi Ass Stay 5 TP disebabkan karena kurangnya perawatan mesin pada CV Tunas Mandiri
Jaya Teknik, bagian perawatan melakukan perawatan alat dan komponen dari mesin pada awal
bulan yaitu tanggal 1-5, dilakukan sebulan sekali pada setiap mesinnya. Kurangnya perawatan
mesin dapat menyebabkan beberapa hal diantaranya cekam collet chuck yang haus sehingga
mengakibatkan benda kerja tidak center, mengakibatkan kupasan yang dilakukan oleh pahat
menjadi bergelombang pada besi Ass Stay 5 TP, selain itu kondisi pahat yang tumpul pada
proses pengupasan mengakibat diameter kupas pada besi Ass Stay 5 TP menjadi besar.
Pemberian pelumas dilakukan oleh operator dan pengasahan pahat dilakukan oleh leader
produksi yang dilakukan sebulan sekali tanpa adanya pengecekan secara berskala.
Pada proses ulir, terjadi kecacatan ukuran diakibatkan oleh terjadinya keretakan pada rolling
dies. Keretakan terjadi ketika gesekan antara benda kerja dengan rolling dies secara terus
menerus diluar kapasitas. Perawatan mesin yang kurang juga menyebaBkan sisa serbuk
menempel pada rolling dies sehingga hasil gang ulir pada benda kerja menjadi tidak sesuai
ukuran.
Faktor Metode
Faktor metode menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas besi Ass Stay 5 TP pada
CV Tunas Mandiri Jaya Teknik. Faktor metode yangmenyebabkan kecacatan pada CV Tunas
Mandiri Jaya Teknik yaitu berada pada cara penyimpanan produk besi Ass Stay 5 TP yang hanya
ada pada keranjang tanpa ada penutup dapat mengakibatkan cacat karat yang diakibatkan dari
air yang menetes dari atapruangan penyimpanan, serta dapat mengakibatkan cacat gores yang
diakibatkan oleh serbuk scrap yang menempel pada keranjang tempat penyimpanan.
Berdasarkan uraian penyebab terjadinya kecacatan pada proses produksi besi Ass Stay 5
TP dari ketiga faktor yaitu manusia, mesin dan lingkungan. Dari ketiga informasi tersebut maka
disusunlah sebuah diagram sebab akibat seperti yang terlihat pada Gambar 4.5.
EMBED Visio.Drawing.11
Gambar 4.5 Diagram Sebab Akibat Kecacatan Proses Pada Produk Besi Ass Stay 5 TP

4.3.4
Tahap Perbaikan
Mengacu pada diagram sebab akibat yang telah dibuat, Tahap berikutnya adalah tahap
perbaikan yang akan dilakukan setelah sebelumnya telah dilakukan identifikasi penyebab dari
akar permasalahan kecacatan proses pada proses produksi besi Ass Stay 5 TP. Tahap perbaikan
ini berisikan masalah yang terjadi dan perbaikan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi
kecacatan pada proses produksi besi Ass Stay 5 TP. Tahap perbaikan dapat disajikan dalam
Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Usulan Perbaikan Untuk Mengurangi Kecacatan Besi Ass Stay 5 TP
EMBED Excel.Sheet.12
Usulan perbaikan dan analisis penyebab disajikan dengan metode 5W+1H yang terdiri dari
what(apa), why(mengapa), where(dimana), who(siapa), dan how (bagaimana). Penjelasan
5W+1H disajikan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Ringkasan Analisis Masalah Metode 5W+1H
EMBED Excel.Sheet.12Tahap perbaikan ini menjadi usulan perbaikan dari penulis untuk CV
Tunas Mandiri Jaya Teknik dalam permasalahan kecacatan pada proses produksi besi Ass Stay 5
TP. Usulan perbaikan ini tidak bisa langsung diimplementasikan oleh CV Tunas Mandiri Jaya
Teknik, karena ada beberapa faktor pertimbangan yang harus dipertimbangkan untuk
menerapkan usulan perbaikan ini. Salah satunya adalah usulan perbaikan ini didapatkan bukan
dari karyawan CV Tunas Mandiri Jaya Teknik.
4.3.5
Tahap Pengendalian
Tahap terakhir dalam metode DMAIC adalah merupakan tahapan untuk mengevaluasi perbaikanperbaikan yang telah dilakukan dan untuk menjaga kondisi yang sudah ada sehingga kecacatan
yang terjadi dapat dikurangi atau dibuat nol cacat. Berikut ini adalah cara untuk mencegah
munculnya permasalahan yang sama:
Melakukan pelatihan secara berkala kepada pekerja bagian produksi mengenai proses produksi
dan operator harus memahami betul prosedur yang ada pada CV Tunas Mandiri Jaya Teknik.
Melakukan pemeriksaan kondisi cekam collet chuck, pahat,dan rolling dies yang digunakan
selama produksi. Pemeriksaan dilakukan secara berkala untuk mengurangi jumlah kecacatan
yang terjadi.
Diperlukannya pengawasan pada tahap penyimpanan agar penanganan cacat karat dapat
dikurangi dan dapat langsung ditangani dengan cepat, dengan cara memberikan oli pelumas
untuk menghilangkan karat pada besi Ass Stay 5 TP.

IV-PAGE * MERGEFORMAT 2
IV-PAGE * MERGEFORMAT 14

IV-PAGE * MERGEFORMAT 15
IV-PAGE * MERGEFORMAT 1
I-PAGE * MERGEFORMAT 16

Anda mungkin juga menyukai