DAKWAH FARDIYAH
Kompetensi:
Mahasiswa mampu menjelaskan dengan baik pengertian, keistimewaan, sasaran, sarana,
syarat dan adab dakwah fardiyah serta mampu menerapkan dalam aktivitas dakwah yang
dilaksanakannya.
Materi:
A. Pengertian Dakwah Fardiyah
Dakwah Fardiyah merupakan antonim dari dakwah jama’iyah atau ‘ammah, yakni
ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan seorang da’i kepada orang lain secara
perseorangan dengan tujuan memindahkan ma’u pada keadaan yang lebih baik dan diridhai
Allah. Perubahan tersebut misalnya dari kekafiran kepada keimanan, dari kesesatan dan
kemaksiatan kepada petunjuk dan ketaatan, dari sikap ananiyah (individualisme) kepada
sikap mencintai orang lain, mencintai amal jama’i atau kerjasama, dan senang kepada
jama’ah. Bisa juga memindahkan mad’u dari sikap acuh tak acuh dan tidak perduli menjadi
sikap komitmen terhadap Islam, baik akhlaknya, adabnya, dan manhaj (sistem)
kehidupannya, yang tentusaja perpindahan ini menuju arah yang lebih baik dan lebih diridhai
Allah SWT.1
Untuk lebih memudahkan dalam memahami pengertian dakwah fardiyah, dapat dilihat
dari tiga pengertian yaitu:
1. Mafhum Dakwah (Seruan/ajakan), yaitu usaha seorang da’i yang berusaha lebih dekat
mengenal mad’u untuk dituntun kepada jalan Allah, untuk mencapai sasaran dakwah ia
harus selalumenyertainya dan membina persaudaraan dengan mad’u karena Allah. Dari
celah-celah persahabatan inilah da’i berusaha membawa mad’u kepada keimanan,
ketaatan, kesatuan, komitmen, pada sistem kehidupan Islam dan adab-adabnya, yang
membuahkan sikap ta’awun (tolong-menolong) dalam kebaikan dan ketakwaan, dan
1
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqhud Dakwah al-Fardiyah, terjemahan As’ad Yasin,
Dakwah Fardiyah, Metode Membentuk Pribadi Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press,1995),
h.29).
membiasakannya beramar ma’ruf nahi munkar. Dakwah fardiyah dalam pengertian ini
merupakan kewajiban setiap muslim laki-laki maupun wanita.
2. Mafhum Hirarki. Dakwah fardiyah, ialah menjalin hubungan dengan masyarakat umum,
kemudian memilih salah seorang dari mereka untuk membina hubungan lebih erat,
karena da’i mengetahui bahwa orang tersebut layak menerima kebaikan disebabkan
keterkaitan dan komitmennya terhadap manhaj dan adab Islam. Dalam pengertian ini
seorang da’i harus; a. memilih penerima dakwah dengan baik sekaligus mengarahkan
keinginannya, menjalin hubungan dengannya, dan menjalin persaudaraan dengannya, b.
memperhatikan kepentingan kaum muslimin dengan menyingkirkan gangguan dari
mereka dan mengusahakan kema¡lahatan untuk mereka, c. memberi nasihat dan
pertolongan kepada setiap muslim, d. mencintai dan menampakan cintanya kepada
semua mad’u, e. bergaul dengan mad’u secara bijak, memberi nasihat yang baik, dan
bertukar pikiran dengan cara yang baik pula, f. memahami dan menyadari keadaan pihak
lain serta bersabar dalam menghadapinya, tidak boleh berputus asa dan harus berlapang
dada, g. menyampaikan secara terang-terangan apa yang seharusnya disampaikan kepada
mad’u pada setiap tahap dakwah fardiyah, yakni mengubah mad’u pada keadaan yang
lebih baik dan lebih diridahai Allah SWT, h. sadar bahwa dakwah fardiyah merupakan
pergaulan dan persaudaraan seorang da’i dengan orang lain dalam rangka mengajak
mereka ke jalan Allah.
3. Mafhum Tanzhimi (pengorganisasian), meskipun bersifat perorangan, mad’u dalam
dakwah fardiyah juga memerlukan pengaturan, penugasan, dan pengarahan yang semua
ini termasuk dalam tanzhim (pengorganisasian) dan asas-asasnya. Pengorganisasian yang
harus dipahami dan dilaksanakan oleh da’i dalam dakwah fardiyah meliputi tiga hal; a.
pengarahan (taujih) yaitu bimbingan seorang da’i kepada mad’u dalam rangka
berdakwah ke jalan Allah untuk membantunya memahami keadaan dirinya, memahami
persoalan dan hambatan-hambatan yang dihadapinya, menunjukkannya dengan cara
yang halus tentang kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya, juga membantunya agar
mad’u bisa dengan baik mengenal lingkungan, sosial, kebudayaan, ekonomi, politik, dan
keamanan sehingga mad’u dapat melaksanakan amaliah atau tugas-tugasnya sesuai
situasi dan kondisi yang diketahuinya, b. penugasan (tauzhif)seorang da’i harus cermat
dalam memilih tugas yang akan diberikan kepada mad’u sesuai dengan kemampuan dan
kondisinya. Hal ini sebab dakwah fardiyah bertujuan agar mad’u dapat melakukan
amalan yang sesuai serta tidak memberatinya dilihat dari satu sisi, dan dilihat dari sisi
lain ia dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. c. penggolongan (tashnif) ialah
mengelompokkan sesuatu agar mudah membedakannya antara yang satu dan lainnya.
Dalam hal ini tashnif berarti mengelompokkan kekuatan dan kemampuan penerima
dakwah agar dapat diketahui kemampuannya. Pengelompokkan ini dapat dilakukan
berdasarkan pola pikir, kebudayaan, kondisi rohaniah dan segi kepribadiannya. Tashnif
akan sangat membantu da’i dalam membina hubungan dengan mad’u, tanpa
pengelompokkan seperti ini da’i sulit mencapai hasil dengan baik dalam dakwahnya,
oleh sebab itu pengelompokkan ini adalah sangat penting diperhatikan dan dilakukan
oleh setiap da’i yang ingin sukses dalam melaksanakan dakwah fardiyahnya.2
2
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqhud Dakwah, h. 29-51.
tanda kebaikan, mau menerima dakwah, mencintai peraturan, dan patuh melaksanakan
kebaikan sesuai kemampuannya.
5. Mad’u dalam dakwah fardiyah selalu ditemani dan didekati, da’i berusaha menjalin
hubungan yang kuat dan melahirkan rasa persaudaraan semata-mata karena Allah,
persaudaraan yang menimbulkan hak dan kewajiban.
6. Da’i dalam dakwah fardiyah dituntut melakukan berbagai macam pembinaan guna
memenuhi kebutuhan mad’u dalam hal; membersihkan jiwanya dari kotoran jiwa dan
menguatkan hubungannya dengan Allah, membekali mad’u dengan pengetahuan agama
guna meningkatkan ibadahnya, dan membekali mad’u dengan pengetahuan tentang
kesehatan jasmaniah dan rohaniah.
7. Juru dakwah dalam dakwah fardiyah dituntut untuk senantiasa melayani kepentingan
mad’u tanpa menunggu permintaan atau undangan.3
7
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqhud Dakwah, h. 137-146.
D. Syarat dan Adab Dakwah Fardiyah
Materi ini sengaja tidak dibuat uraiannya, karena itu menjadi tugas bagi mahasiswa
untuk membacanya dan membuat kesimpulan dari yang telah dibacanya, pada buku Dakwah
Fardiyah karya Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, bab III Syarat dan Adab Dakwah
Fardiyah, mulai halaman 179- 321.
Evaluasi:
1. Buatlah satu uraian yang membedakan antara dakwah fardiyah dengan dakwah
ammah, baik itu dari segi pelaksanaan, tujuan yang hendak dicapai, dan efektivitas
pencapaian tujuan dakwahnya.
2. Tulis dan buatlah penjelasannya tentang macam-macam aktivitas dan stratifikasi amal
dakwah fardiyah.