Anda di halaman 1dari 14

Nama : Fransisco Friadi Pasaribu

NIM : 2024011003
Prodi : Akuntansi

Tugas Audit

1. Jelaskanlah tujuan pemeriksaan liabilitas jangka pendek!

2. Jelaskanlah program substantif terhadap hutang jangka panjang!

3. Jelaskanlah audit atas ekuitas pemegang saham!

4. Berikan penjelasan saudara tentang salah saji potensial atas aktivitas penjualan
kredit!

5. Jelaskanlah dengan bagan alir sistem informasi akuntansi penjualan kredit

6. dan apa manfaatnya bagi tim audit terkait prosedur yang ada!

7. Jelaskanlah pengujian substantif terhadap liabilitas jangka pandek !

8. Jelaskanlah prosedur pemeriksaan jangka panjang!

9. Jelaskanlah tujuan pemeriksaan ekuitas pemegang saham!

10. Berikanlah penjelasan saudara terkait perancangana program audit untuk


pengendalian transaksi penjualan kredit !

11. Berikanlah rangkuman tugas proyek auditing yang pernah saudara kerjakan,
buatlah penjelasan saudara minimal 150-250 kata!

Jawab :

1. ) Tujuan pemeriksaan liabilitas jangka pendek adalah untuk memastikan bahwa


laporan keuangan suatu entitas mencerminkan secara akurat dan adil posisi
keuangan perusahaan pada akhir periode laporan. Liabilitas jangka pendek
merujuk pada kewajiban yang harus diselesaikan dalam jangka waktu kurang dari
satu tahun setelah tanggal laporan keuangan. Pemeriksaan liabilitas jangka pendek
melibatkan serangkaian langkah yang dirancang untuk memverifikasi,
mengkonfirmasi, dan memastikan keabsahan, jumlah, serta pengklasifikasian
liabilitas tersebut.

Beberapa tujuan utama dari pemeriksaan liabilitas jangka pendek meliputi:

1. Kepastian dan Akurasi: Memastikan bahwa semua liabilitas jangka


pendek yang harus diakui dalam laporan keuangan telah diidentifikasi dan
tercatat dengan benar. Ini mencakup memverifikasi jumlah, tanggal jatuh
tempo, dan syarat-syarat pembayaran.
2. Kepatuhan Hukum dan Peraturan: Memeriksa apakah liabilitas tersebut
sesuai dengan peraturan hukum dan peraturan keuangan yang berlaku. Ini
termasuk memeriksa apakah perusahaan mematuhi perjanjian kredit,
peraturan pajak, dan hukum lainnya yang berkaitan dengan liabilitas
jangka pendek.
3. Pengklasifikasian yang Tepat: Memastikan bahwa liabilitas yang akan
jatuh tempo dalam satu tahun diklasifikasikan dengan benar sebagai
liabilitas jangka pendek, sehingga mencerminkan dengan akurat posisi
keuangan perusahaan.
4. Keberlanjutan Usaha: Memeriksa apakah terdapat tanda-tanda yang
mengindikasikan ketidakpastian yang signifikan terkait dengan
kemampuan perusahaan untuk melunasi liabilitas jangka pendeknya. Ini
adalah aspek penting dalam menilai keberlanjutan usaha perusahaan.
5. Pengungkapan yang Memadai: Memastikan bahwa catatan kaki dan
pengungkapan dalam laporan keuangan menjelaskan secara memadai
jenis, jumlah, dan syarat-syarat liabilitas jangka pendek yang relevan.
2.) Program substantif terhadap hutang jangka panjang adalah serangkaian
prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen dalam rangka
memverifikasi dan menguji keabsahan serta akurasi hutang jangka panjang yang
tercatat dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Hutang jangka panjang adalah
kewajiban yang harus diselesaikan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
setelah tanggal laporan keuangan. Tujuan utama dari program substantif adalah
untuk memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan secara tepat posisi
keuangan perusahaan berkaitan dengan hutang jangka panjang tersebut.

Berikut adalah langkah-langkah yang biasanya dilibatkan dalam program


substantif terhadap hutang jangka panjang:

1. Konfirmasi Hutang: Auditor dapat mengirimkan konfirmasi langsung


kepada pihak-pihak yang memiliki informasi tentang hutang jangka
panjang tersebut, seperti pemberi pinjaman atau pihak berwenang yang
terkait. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa jumlah hutang, tingkat
suku bunga, tanggal jatuh tempo, dan syarat-syarat lainnya sesuai dengan
apa yang tercatat dalam laporan keuangan.
2. Pemeriksaan Dokumen: Auditor akan memeriksa dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan hutang jangka panjang, seperti perjanjian pinjaman,
surat pernyataan, catatan obligasi, dan dokumen hukum lainnya. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa ketentuan dalam dokumen tersebut
sesuai dengan yang dinyatakan dalam laporan keuangan.

3.) Audit atas ekuitas pemegang saham adalah proses pemeriksaan yang dilakukan
oleh auditor independen untuk memeriksa dan memverifikasi informasi yang
berkaitan dengan ekuitas pemegang saham dalam laporan keuangan suatu
perusahaan. Ekuitas pemegang saham mencakup modal saham, laba ditahan, dan
elemen-elemen lain yang menggambarkan klaim pemegang saham atas aset dan
laba perusahaan. Tujuan dari audit ekuitas pemegang saham adalah untuk
memastikan bahwa informasi terkait ekuitas pemegang saham yang tercantum
dalam laporan keuangan akurat, sah, dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.

Berikut adalah beberapa langkah yang biasanya dilibatkan dalam audit atas
ekuitas pemegang saham:

1. Pemeriksaan Catatan Saham: Auditor akan memeriksa catatan saham


untuk memastikan bahwa semua saham yang diterbitkan telah dicatat
dengan benar, termasuk jumlah saham, nilai nominal, dan pemegang
sahamnya.
2. Pemeriksaan Laba Ditahan: Auditor akan memeriksa catatan tentang
laba ditahan perusahaan. Hal ini mencakup verifikasi jumlah laba ditahan
yang diumumkan dalam laporan keuangan dan memeriksa perubahan-
perubahan dalam jumlah laba ditahan selama periode yang diaudit.

4.) Salah saji potensial atas aktivitas penjualan kredit merujuk pada situasi di
mana informasi yang terkait dengan penjualan kredit dalam laporan keuangan
suatu perusahaan mungkin tidak akurat atau sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku. Salah saji potensial ini bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk
kesalahan, pelanggaran kebijakan perusahaan, atau tindakan curang. Berikut
adalah beberapa contoh potensial dari salah saji penjualan kredit:

1. Pendapatan yang Dibesar-besarkan: Salah satu masalah umum dalam


penjualan kredit adalah pendapatan yang dibesar-besarkan. Ini terjadi
ketika perusahaan mencatat penjualan kredit yang belum pasti akan
terbayar atau saat perusahaan memberikan kredit kepada pelanggan yang
memiliki riwayat kredit yang buruk. Hal ini dapat menghasilkan
pendapatan yang tidak dapat direalisasikan dan penilaian yang terlalu
optimis atas kemampuan pelanggan untuk melunasi utangnya.
2. Kebijakan Kredit yang Tidak Terlaksana: Perusahaan mungkin
memiliki kebijakan kredit yang ketat untuk memeriksa kelayakan kredit
pelanggan sebelum memberikan penjualan kredit. Namun, jika kebijakan
ini tidak diterapkan secara konsisten atau jika terdapat pengecualian yang
tidak memadai, maka penjualan kredit mungkin diberikan kepada
pelanggan yang seharusnya tidak memenuhi syarat.
3. Pencatatan Penjualan yang Tidak Terotorisasi: Salah satu risiko
potensial adalah pencatatan penjualan yang tidak mendapat otorisasi yang
cukup. Hal ini bisa terjadi jika pegawai atau staf yang berwenang mencatat
penjualan kredit tanpa persetujuan atau pemeriksaan yang sesuai.
4. Pengakuan Pendapatan yang Tidak Sesuai: Pengakuan pendapatan dari
penjualan kredit harus sesuai dengan prinsip pengakuan pendapatan yang
berlaku. Salah satu kesalahan potensial adalah mencatat pendapatan
sebelum barang atau jasa benar-benar diserahkan kepada pelanggan atau
sebelum syarat-syarat penjualan terpenuhi.
5. Penyembunyian Kerugian atau Ketidakmampuan Melunasi: Dalam
beberapa kasus, perusahaan mungkin mencoba menyembunyikan kerugian
atau ketidakmampuan pelanggan untuk melunasi hutang mereka. Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menggeser utang dari satu periode ke periode
berikutnya atau dengan berbagai metode yang meragukan.
5.) Sistem informasi akuntansi penjualan kredit adalah suatu sistem yang
digunakan oleh perusahaan untuk mengelola dan mencatat transaksi penjualan
yang melibatkan kredit kepada pelanggan. Berikut adalah diagram alir (flowchart)
yang mengilustrasikan komponen utama sistem informasi akuntansi penjualan
kredit serta manfaatnya bagi tim audit:

Mulai

V
Penerimaan Pesanan Penjualan <-----> Verifikasi Kelayakan Kredit

| |

V V
Pengiriman Barang/Jasa Pengesahan Penjualan Kredit

| |

V V
Penagihan dan Penerimaan Pencatatan Transaksi Penjualan

Pembayaran dalam Jurnal Penjualan

| |

V V
Pencatatan Penerimaan Rekonsiliasi Laporan Penjualan

Pembayaran ke Akun Piutang dan Akun Penerimaan Tunai

V
Selesai

Penjelasan Komponen Utama:

1. Penerimaan Pesanan Penjualan


2. Verifikasi Kelayakan Kredit
3. Pengiriman Barang/Jasa
4. Pengesahan Penjualan Kredit
5. Penagihan dan Penerimaan Pembayaran
6. Pencatatan Penerimaan Pembayaran ke Akun Piutang
7. Pencatatan Transaksi Penjualan dalam Jurnal Penjualan
8. Rekonsiliasi Laporan Penjualan dan Akun Penerimaan Tunai

6.) Manfaat Bagi Tim Audit:

• Akses ke Informasi yang Terdokumentasi: Tim audit memiliki akses ke


catatan yang terdokumentasi dengan baik dalam sistem informasi
akuntansi penjualan kredit, yang memudahkan pemeriksaan transaksi dan
verifikasi informasi.
• Pemahaman atas Proses Bisnis: Melalui alur sistem informasi, tim audit
dapat memahami proses bisnis penjualan kredit perusahaan dan
menentukan di mana potensi risiko audit mungkin terjadi.
• Pemeriksaan Kelayakan Kredit: Tim audit dapat mengevaluasi apakah
perusahaan telah menjalankan prosedur yang sesuai untuk memverifikasi
kelayakan kredit pelanggan dan apakah persetujuan kredit diberikan
dengan benar.
• Pemantauan Pengakuan Pendapatan: Tim audit dapat memantau
pengakuan pendapatan dari penjualan kredit dan memastikan bahwa
pengakuan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
• Rekonsiliasi dan Verifikasi: Tim audit dapat melakukan rekonsiliasi
antara laporan penjualan dan akun penerimaan tunai serta memverifikasi
bahwa catatan transaksi penjualan sesuai dengan catatan pembayaran yang
diterima.

7.) Pengujian substantif terhadap liabilitas jangka pendek adalah serangkaian


prosedur audit yang dilakukan oleh auditor independen untuk memverifikasi dan
memastikan keabsahan, akurasi, serta pengungkapan yang tepat dalam laporan
keuangan terkait dengan liabilitas jangka pendek suatu perusahaan. Liabilitas
jangka pendek adalah kewajiban yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
kurang dari satu tahun setelah tanggal laporan keuangan.

8.) Prosedur pemeriksaan jangka panjang adalah serangkaian langkah yang


dilakukan oleh auditor independen dalam rangka memeriksa dan menguji
liabilitas jangka panjang yang tercatat dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
Liabilitas jangka panjang adalah kewajiban yang harus diselesaikan dalam jangka
waktu lebih dari satu tahun setelah tanggal laporan keuangan. Tujuan dari
prosedur pemeriksaan jangka panjang adalah untuk memastikan bahwa laporan
keuangan mencerminkan secara akurat dan adil posisi keuangan perusahaan
terkait dengan liabilitas ini. Berikut adalah beberapa prosedur pemeriksaan yang
umumnya digunakan:

1. Pemeriksaan Dokumen Kontrak: Auditor akan memeriksa dokumen


kontrak, seperti perjanjian pinjaman, surat pernyataan, catatan obligasi,
dan perjanjian lainnya yang berkaitan dengan liabilitas jangka panjang.
Tujuan adalah memastikan bahwa syarat-syarat kontrak telah diikuti dan
tidak ada pelanggaran yang signifikan.
2. Konfirmasi Liabilitas: Auditor dapat mengirimkan surat konfirmasi
langsung kepada pihak-pihak yang memiliki informasi tentang liabilitas
jangka panjang, seperti pemberi pinjaman atau pemegang obligasi. Surat
konfirmasi ini digunakan untuk memverifikasi jumlah liabilitas, tingkat
suku bunga, tanggal jatuh tempo, dan syarat-syarat lainnya.
3. Pengujian Kalkulasi Bunga: Auditor akan memeriksa kalkulasi bunga
yang digunakan untuk menghitung biaya bunga pada liabilitas jangka
panjang. Hal ini melibatkan memeriksa suku bunga yang digunakan dan
memastikan bahwa perhitungannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.
4. Pemeriksaan Dokumen Keamanan: Jika liabilitas jangka panjang
dijamin oleh aset tertentu (seperti obligasi yang dijamin oleh hipotek),
auditor akan memeriksa dokumen keamanan dan menilai apakah aset-aset
ini telah diidentifikasi dan dinilai dengan benar.
5. Pemeriksaan Pencatatan Transaksi: Auditor akan memeriksa pencatatan
transaksi terkait dengan liabilitas jangka panjang, termasuk pembayaran
bunga, pelunasan pokok, atau perubahan lain dalam kondisi liabilitas.
6. Penilaian Kepatuhan Hukum dan Peraturan: Auditor akan
mengevaluasi apakah perusahaan telah mematuhi peraturan hukum dan
peraturan yang berlaku dalam mengelola liabilitas jangka panjang, seperti
ketentuan perjanjian pinjaman atau obligasi.
7. Evaluasi Ketidakpastian: Auditor akan mengevaluasi apakah ada
indikasi ketidakpastian yang signifikan terkait dengan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Ini melibatkan
penilaian atas likuiditas perusahaan dan kemampuannya untuk
menghasilkan arus kas yang cukup.
8. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan: Auditor akan memeriksa
pengungkapan yang relevan dalam laporan keuangan, termasuk catatan
kaki yang menjelaskan jenis, jumlah, dan syarat-syarat liabilitas jangka
panjang

9.) Tujuan pemeriksaan ekuitas pemegang saham adalah untuk memastikan bahwa
laporan keuangan suatu perusahaan mencerminkan secara akurat dan adil posisi
ekuitas pemegang saham dalam perusahaan pada akhir periode laporan. Ekuitas
pemegang saham mencakup modal saham, laba ditahan, dan elemen-elemen lain
yang menggambarkan klaim pemegang saham atas aset dan laba perusahaan.
Pemeriksaan ekuitas pemegang saham adalah salah satu tahap dalam audit laporan
keuangan yang dilakukan oleh auditor independen. Berikut adalah beberapa
tujuan utama dari pemeriksaan ekuitas pemegang saham:

1. Kepastian dan Akurasi: Memastikan bahwa jumlah modal saham dan


laba ditahan yang tercatat dalam laporan keuangan benar dan sesuai
dengan bukti-bukti yang dapat diverifikasi. Ini melibatkan pengecekan dan
verifikasi jumlah modal saham yang dikeluarkan, jumlah saham yang
beredar, dan jumlah laba yang diumumkan.
2. Pengungkapan yang Tepat: Memeriksa pengungkapan yang terkait
dengan ekuitas pemegang saham dalam laporan keuangan, termasuk
catatan kaki yang menjelaskan komposisi ekuitas, perubahan dalam modal
saham, dan perubahan dalam laba ditahan.
3. Kepatuhan Hukum dan Peraturan: Memastikan bahwa perusahaan
mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dalam hal ekuitas pemegang
saham, termasuk peraturan terkait dengan pembayaran dividen dan
perubahan dalam modal saham.
4. Pengakuan Pendapatan Dividen: Memverifikasi pengakuan pendapatan
dividen dan memastikan bahwa dividen dibayar sesuai dengan ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku.
5. Pengujian Kepatuhan dengan Peraturan Internal: Memeriksa apakah
perusahaan telah mengikuti peraturan internal yang berkaitan dengan
distribusi dividen, penjualan saham, atau perubahan dalam struktur modal
saham.
6. Penilaian Kepatuhan dengan Prinsip Akuntansi: Memastikan bahwa
pengakuan dan pengungkapan ekuitas pemegang saham sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dan standar pelaporan keuangan.
7. Penilaian Kepatuhan dengan Kebijakan Perusahaan: Menilai apakah
perusahaan telah mengikuti kebijakan internalnya sendiri terkait dengan
ekuitas pemegang saham, seperti kebijakan pengelolaan laba ditahan atau
kebijakan distribusi dividen.
10.) Perancangan program audit untuk pengendalian transaksi penjualan kredit
adalah langkah penting dalam proses audit yang bertujuan untuk menilai
efektivitas dan keandalan pengendalian internal yang berhubungan dengan
penjualan kredit dalam suatu perusahaan. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa transaksi penjualan kredit dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang telah ditetapkan, serta untuk mengidentifikasi potensi risiko dan
kesalahan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan. Berikut adalah langkah-
langkah perancangan program audit untuk pengendalian transaksi penjualan
kredit:

1. Identifikasi dan Pemahaman Terhadap Pengendalian Internal:


Auditor harus memahami dengan baik kebijakan, prosedur, dan
pengendalian internal yang berkaitan dengan transaksi penjualan kredit
dalam perusahaan. Ini melibatkan wawancara dengan manajemen dan staf
terkait serta mengevaluasi dokumen-dokumen yang mendukung kebijakan
dan prosedur tersebut.
2. Penentuan Tujuan Pengendalian yang Akan Diaudit: Auditor harus
menentukan tujuan pengendalian yang akan diaudit. Tujuan pengendalian
adalah hasil yang diharapkan dari pengendalian internal, seperti penerapan
persetujuan kredit sebelum memberikan penjualan kredit kepada
pelanggan.
3. Penilaian Risiko: Auditor perlu menilai risiko yang terkait dengan
transaksi penjualan kredit, termasuk risiko kelayakan kredit pelanggan,
risiko kebijakan dan prosedur yang tidak dipatuhi, atau risiko kesalahan
pencatatan.
4. Pemilihan Pengujian Pengendalian: Berdasarkan penilaian risiko,
auditor harus memilih pengujian pengendalian yang sesuai. Pengujian ini
dapat mencakup pemantauan, inspeksi dokumen, pengujian ulang, atau
pengujian lainnya yang relevan.
5. Penjadwalan Waktu dan Sumber Daya: Auditor perlu menjadwalkan
waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pengujian
pengendalian. Ini termasuk menentukan tim auditor yang akan
melaksanakan pengujian dan jadwal pelaksanaannya.
6. Pelaksanaan Pengujian: Auditor akan melaksanakan pengujian
pengendalian sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Ini melibatkan
pemantauan proses bisnis, pemeriksaan dokumen, dan verifikasi prosedur
pengendalian yang ada.
7. Dokumentasi Hasil Pengujian: Hasil dari pengujian pengendalian perlu
didokumentasikan dengan baik. Auditor akan mencatat temuan dan
evaluasi terkait efektivitas pengendalian yang diuji.
8. Penilaian Efektivitas Pengendalian: Berdasarkan hasil pengujian
pengendalian, auditor akan menilai efektivitas pengendalian tersebut. Jika
pengendalian efektif, auditor dapat memutuskan untuk mengandalkan
pengendalian ini dalam pengujian substantif.
9. Pengembangan Strategi Pengujian Substantif: Jika pengendalian
ditemukan kurang efektif atau ada kelemahan dalam sistem pengendalian,
auditor akan mengembangkan strategi pengujian substantif yang lebih
mendalam untuk mengkompensasi risiko yang ada.
10. Laporan Hasil: Auditor akan melaporkan hasil pengujian pengendalian
kepada manajemen perusahaan dan merinci temuan dan rekomendasi yang
relevan.
11.) Pemeriksaan liabilitas jangka pendek adalah bagian integral dari proses audit
keuangan yang membantu memastikan bahwa perusahaan memenuhi kewajiban-
kewajibannya dalam waktu yang ditentukan dan bahwa laporan keuangannya
akurat dan dapat dipercaya. Hal ini juga memberikan keyakinan kepada pemegang
saham, kreditur, dan pihak terkait lainnya bahwa perusahaan beroperasi dengan
baik dan mematuhi peraturan keuangan yang berlaku. Auditor memiliki peran
krusial dalam memastikan bahwa liabilitas jangka pendek dikelola dengan baik
dan transparan, dan bahwa perusahaan memiliki keuangan yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai