Anda di halaman 1dari 6

Yusuf Ramadan ( 22101082060 )

Laillia Nisfi Sya’bana ( 22101082061 )

Jawaban Soal 1

1. Jenis-jenis konfirmasi piutang:


a) Konfirmasi positif
Adalah komunikasi yang ditunjukkan kepada debitor untuk meminta konfirmasi secara langsung
apakah saldo yang disebutkan dalam konfirmasi tersebut benar atau salah.
b) Konfirmasi negatif
Konfirmasi negatit ditunjukkan kepada debitor, tetapi hanya meminta respon jika debitor tidak
menyetujui jumlah yang dinyatakan dalam konfirmasi.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan konfirmasi piutang:

Pertama, besar nilai piutang: Semakin besar nilai piutang, semakin penting konfirmasi piutang
untuk diperoleh. Jika piutang memiliki nilai yang signifikan, maka perlu mendapatkan konfirmasi
dari pihak yang berwenang untuk memastikan kebenaran dan keabsahannya.

Kedua, risiko kredit: Jika terdapat risiko kredit yang tinggi, konfirmasi piutang perlu dilakukan
untuk memastikan kemampuan pelanggan untuk membayar piutang. Risiko kredit dapat
bervariasi tergantung pada jenis bisnis, kondisi ekonomi, atau rekam jejak pembayaran pelanggan
sebelumnya.

Ketiga, lama piutang: Jika piutang sudah lama belum terbayar, konfirmasi piutang dapat
membantu untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi dan membantu dalam proses
pemulihan piutang.

Keempat, pengalaman dengan pelanggan: Jika pelanggan merupakan pelanggan lama yang
terbukti membayar piutang tepat waktu sebelumnya, maka mungkin tidak perlu melakukan
konfirmasi piutang setiap kali terdapat piutang baru.

Kelima, jenis produk/jasa: Jika jenis produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan rentan
terhadap penipuan atau pemalsuan, maka konfirmasi piutang perlu dilakukan untuk memastikan
transaksi yang dilakukan sah dan benar.
Keenam, ketentuan perjanjian: Jika dalam perjanjian kontrak dengan pelanggan sudah diatur
bahwa konfirmasi piutang perlu dilakukan, maka perusahaan perlu memastikan bahwa konfirmasi
piutang dilakukan sesuai dengan ketentuan perjanjian.

2. Jika selama melakukan audit piutang dagang, salah satu pelanggan klien tidak
menanggapi permintaan atas konfirmasi positif terhadap tagihan mereka, implikasinya adalah
bahwa auditor tidak memiliki keyakinan yang cukup tentang kebenaran tagihan tersebut. Hal ini
dapat menyebabkan penurunan keandalan laporan keuangan klien dan dapat menimbulkan
keraguan pada para pemangku kepentingan seperti investor dan kreditor.

Dalam situasi seperti ini, auditor harus mengambil langkah-langkah tambahan untuk
memperoleh bukti yang cukup mengenai kebenaran tagihan piutang tersebut. Auditor dapat
mencoba mengirimkan permintaan konfirmasi yang berulang kali atau mencari bukti alternatif
seperti surat kabar atau dokumen pengiriman yang menunjukkan bahwa barang atau jasa telah
diterima oleh pelanggan. Jika tidak mungkin untuk memperoleh bukti yang cukup, auditor harus
mempertimbangkan untuk melaporkan ketidakpastian yang signifikan pada laporan audit.

3. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi kolektibilitas piutang dagang adalah
sebagai berikut:

Pertama, periksa ulang catatan piutang dagang Anda dan pastikan bahwa informasi yang
diberikan oleh pihak yang mengkonfirmasi sesuai dengan catatan Anda.

Kedua, lakukan analisis rasio keuangan yang relevan seperti rasio utang piutang atau rasio omset
piutang untuk memastikan bahwa perusahaan yang bersangkutan dapat membayar piutang Anda
sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

Ketiga, tinjau riwayat pembayaran piutang dari perusahaan yang bersangkutan. Periksa apakah
ada keterlambatan pembayaran dalam periode sebelumnya atau adanya pembayaran yang tidak
tepat waktu.

Keempat, tinjau kondisi keuangan perusahaan tersebut, termasuk faktor-faktor seperti kinerja
operasional, kemampuan manajemen, serta kondisi pasar yang memengaruhi bisnis mereka.
Kelima, pertimbangkan juga faktor risiko seperti situasi ekonomi yang tidak stabil, persaingan
yang ketat, atau perubahan regulasi yang dapat memengaruhi kemampuan perusahaan untuk
membayar piutang Anda.

Dengan melakukan langkah-langkah di atas, Anda dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang kolektibilitas piutang dagang dari perusahaan yang bersangkutan dan memutuskan apakah
risiko yang terkait dengan piutang tersebut dapat diterima atau tidak.

Jawaban Soal 2

1. Pertama, ukuran rumah sakit yang kecil dan pencatatan yang buruk dapat meningkatkan risiko
kesalahan pencatatan penjualan, penerimaan kas, piutang usaha, dan piutang tidak tertagih.

Kedua, kurangnya tenaga di bagian accounting dan kurangnya pemeriksaan internal dan kinerja
yang hati-hati meningkatkan risiko kesalahan pencatatan dan pemrosesan data keuangan.

Ketiga, tingginya tingkat piutang usaha dan asset tetap meningkatkan risiko likuiditas dan
solvabilitas.

Keempat, utang bank yang besar dan penolakan kredit dari dua bank dapat meningkatkan risiko
likuiditas dan solvabilitas.

Kelima, defisit pajak daerah dan tingginya pengangguran dapat mempengaruhi kondisi ekonomi
lokal, yang dapat berdampak pada kondisi keuangan rumah sakit.

Keenam, konfirmasi tagihan yang tidak efektif dapat meningkatkan risiko kesalahan pada saldo
tagihan dan piutang usaha.

2. Pertama, pengujian terhadap pengendalian intern: Audit siklus penjualan dan penagihan harus
memeriksa apakah perusahaan telah mengimplementasikan pengendalian intern yang memadai
untuk memastikan bahwa proses penjualan dan penagihan berjalan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
Kedua, pengujian atas kelengkapan dokumen penjualan: Audit harus melakukan pemeriksaan atas
dokumen-dokumen penjualan seperti faktur penjualan, surat jalan, dan bukti pengiriman barang
untuk memastikan kelengkapan dan keakuratan data.

Ketiga, pengujian atas penjualan yang tidak bias: Audit juga harus memeriksa apakah terdapat
indikasi penjualan yang tidak bias, seperti penjualan palsu atau fiktif. Hal ini dapat dilakukan
dengan memeriksa apakah terdapat penjualan dengan nilai yang tidak wajar atau penjualan yang
dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang.

Keempat, pengujian atas piutang: Audit juga harus memeriksa piutang perusahaan dan
memastikan bahwa piutang tersebut dikumpulkan dengan benar dan tidak ada kecurangan atau
kesalahan.

Kelima, pengujian atas pencatatan dan pelaporan: Audit harus memeriksa pencatatan dan
pelaporan penjualan dan penagihan perusahaan untuk memastikan bahwa data yang dicatat dan
dilaporkan akurat dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

3. Pengujian pengendalian

a) Identifikasi pengendalian: Langkah pertama adalah mengidentifikasi pengendalian internal yang


ada dalam organisasi. Ini dapat dilakukan dengan membaca kebijakan, prosedur, dan dokumen
terkait lainnya.
b) Menentukan sasaran pengujian: Setelah pengendalian internal diidentifikasi, sasaran pengujian
harus ditentukan. Sasaran pengujian akan memastikan bahwa pengendalian internal berfungsi
seperti yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan bisnis.
c) Merancang pengujian: Setelah sasaran pengujian ditentukan, rencana pengujian harus dirancang.
Rencana pengujian harus menjelaskan bagaimana pengujian akan dilakukan, alat dan teknik yang
akan digunakan, dan data yang harus dikumpulkan.
d) Melakukan pengujian: Setelah rencana pengujian disusun, pengujian harus dilakukan sesuai
dengan rencana. Pengujian dapat dilakukan dengan mengumpulkan bukti seperti dokumen,
wawancara, atau observasi langsung.
e) Evaluasi hasil pengujian: Setelah pengujian selesai, hasil pengujian harus dinilai. Jika
pengendalian internal tidak efektif, maka tindakan perbaikan harus dilakukan. Jika pengendalian
internal efektif, maka langkah-langkah selanjutnya dapat dilakukan

Pengujian subtantive atas transaksi


a) Menentukan transaksi yang signifikan: Pertama-tama, perlu ditentukan transaksi-transaksi yang
signifikan. Transaksi-transaksi ini dapat dilihat dari jumlah yang besar, frekuensi transaksi yang
tinggi, atau jenis transaksi yang kompleks.
b) Mengumpulkan dokumen pendukung: Dokumen pendukung seperti faktur, kontrak, kwitansi, dan
bukti-bukti pembayaran harus dikumpulkan. Dokumen pendukung ini akan menjadi dasar dalam
mengevaluasi keabsahan transaksi.
c) Mengevaluasi keabsahan transaksi: Setelah dokumen pendukung dikumpulkan, evaluasi
dilakukan terhadap keabsahan transaksi. Hal-hal yang harus dinilai antara lain apakah transaksi
tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur dan kebijakan perusahaan, dan apakah transaksi
tersebut sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
d) Menilai risiko atas transaksi: Setelah transaksi dievaluasi, risiko atas transaksi juga perlu dinilai.
Risiko yang mungkin terjadi antara lain risiko atas kecurangan, risiko atas kesalahan akuntansi,
dan risiko atas kesalahan pengolahan data.
e) Menyelesaikan temuan: Jika ada temuan selama pengujian, maka harus diambil tindakan yang
tepat untuk menyelesaikan temuan tersebut.

Prosedur analitis

Pertama, saya akan menentukan tujuan pengujian dan apa yang ingin saya dapatkan dari
pengujian ini. Hal ini akan membantu saya memilih metode analisis yang tepat. Kedua, saya akan
mengidentifikasi data yang diperlukan untuk melakukan pengujian ini. Data tersebut bisa
diperoleh dari pengguna aplikasi atau sistem yang sedang diuji, data historis, atau data dari sistem
atau aplikasi yang serupa. Ketiga, saya akan mengumpulkan data yang diperlukan dan
memastikan data tersebut sesuai dengan tujuan pengujian. Setelah data terkumpul, saya akan
menganalisis data tersebut dan mencari pola atau kesalahan yang mungkin terjadi. Saya juga akan
memeriksa data untuk menemukan anomali atau perbedaan yang signifikan dari data historis atau
data yang diharapkan. Dan yang terakhir saya akan mengevaluasi hasil analisis untuk menentukan
apakah ada masalah atau kesalahan yang perlu diperbaiki. Hasil analisis juga akan membantu
saya untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pengujian.

Alasan penggunaan prosedur analitis adalah untuk memastikan bahwa pengujian


dilakukan dengan cara yang sistematis dan terstruktur. Metode ini memungkinkan saya untuk
menemukan masalah yang mungkin terjadi pada aplikasi atau sistem yang diuji, dan memberikan
kesempatan untuk melakukan perbaikan sebelum sistem atau aplikasi tersebut dirilis ke publik.
Selain itu, penggunaan prosedur analitis dapat membantu meningkatkan kualitas sistem atau
aplikasi yang sedang diuji dengan menemukan kelemahan atau kesalahan yang terjadi pada tahap
awal.

Pengujian perincian saldo

a) Menyiapkan skenario pengujian: Saya akan menyiapkan skenario pengujian yang mencakup
pengujian untuk setiap jenis transaksi yang mempengaruhi saldo, seperti deposit, penarikan,
transfer, atau biaya-biaya lainnya.
b) Menyiapkan data pengujian: Saya akan menyiapkan data pengujian yang mencakup transaksi-
transaksi yang telah dilakukan sebelumnya, baik itu transaksi yang berhasil atau transaksi yang
gagal.
c) Melakukan pengujian: Saya akan memasukkan data pengujian ke dalam sistem dan melakukan
pengujian perincian saldo dengan mengecek apakah saldo yang dihasilkan sesuai dengan hasil
yang diharapkan.
d) Menganalisis hasil pengujian: Saya akan menganalisis hasil pengujian untuk menentukan apakah
ada kesalahan dalam sistem atau tidak. Jika ada kesalahan, saya akan mencari tahu penyebab
kesalahan tersebut dan memberikan solusi untuk memperbaikinya.

Alasan untuk melakukan pengujian perincian saldo adalah untuk memastikan bahwa sistem
perbankan dapat menghitung saldo secara akurat. Pengujian ini penting karena saldo merupakan
informasi yang sangat penting bagi nasabah dan harus selalu akurat. Jika terdapat kesalahan
dalam perhitungan saldo, dapat mengakibatkan kerugian finansial bagi nasabah atau bahkan dapat
merusak reputasi bank. Oleh karena itu, pengujian perincian saldo harus dilakukan secara teratur
untuk memastikan keakuratan sistem perbankan.

Anda mungkin juga menyukai