Anda di halaman 1dari 3

Aceh Tenggara Darurat Judi Online

Oleh

Abdullah
Ketua Kammi Aceh Tenggara

Di jaman tekhnologi yang semakin berkembang pesat, semua sektor kehidupan di


tuntut untuk mengikuti perkembangan jaman, baik di ibu kota bahkan sampe kepelosok
desa, seolah ketika manusia tidak mengikuti jaman maka akan tergilas dengan
ketertingagalan informasi dan sistem pola kehidupan, dan kini tekhnologi membuat
individu manusia semakin sibuk dengan gadget nya.

Tapi sejatinya hal ini jauh dari harapan masyarakat yang seharusnya dengan tekhnologi
bisa meningkatkan SDM manusia dengan kemampuan berpikir dan memanajemen pola
pemerintahan, tapi hari ini tekhnologi menjadi pasar bebas dan menghancurkan setiap
orang ketika salah langkah dalam menggunakannya.

Melihat aktivitas masyarat desa di Aceh Tenggara yang biasanya berdiskusi dan
berkumpul di warung kopi untuk bermusyawarah, tapi kini aktivitas itu hilang begitu saja
karena para masyarakat dominan bermain game judi online bahkan terkadang ada
yang sampai mengatakan ketika bermain judi online untuk mengadu nasib. Jadi seolah
mereka berharap dengan berjudi bisa merubah kehidupannya, dengan menang dan
mendapatkan uang.

Sementara ketika dilihat hasil dari perjudian, belum ada yang memang sehingga bisa
mengubah nasib seseorang menjadi kaya. Padahal yang mereka mainkan adalah
sebuah pengaturan sistem yang di mana itu adalah pengaturan jebakan, mirisnya pola
pikir seperti itulah semakin marak di kehidupan masyarakat dan bahkan sudah
mengimbangi kasus narkoba yang bisa menimbulkan kejahatan untuk mendapatkan
nya, hal ini biasa di sebut sakau chip.

Kasus seperti ini dampaknya sangat berbahaya bagi generasi penerus bangsa, ketika
hal ini terus menerus terjadi dan tidak ada pembinaan oleh pemerintah setempat
khususnya Dinas Syariat Islam yang melekat pada pemerintah Aceh, banyak generasi
yang lupa akan dirinya dan hanya berfokus pada kegiatan haram tersebut, padahal jika
dijelaskan secara rinci sudah tertuang di mana dalam qanun Aceh ancaman bagi
pelaku perjudian yaitu penjara maksimal 10 tahun atau denda maksimal Rp
25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). Secara khusus di Aceh diatur dalam Pasal 18
sampai Pasal 22 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
Menarik mengangkat isu dari maraknya perjudian yang terjadi, seperti aplikasi perjudian
online di lingkungan Aceh Tennggara saat ini, kasus perjudian online tidak hanya terjadi
dalam kalangan masyarakat saja bahkan mirisnya pejabat setempat juga turut serta ikut
bermain judi online, baik itu di jajaran pemerintahan kabupaten dan juga di jajaran
pemerintahan desa ini sangat menjadi polimik yang besar, bagaimana bisa terwujudnya
masyarakat yang adil dan sejahtera sedangkan pemerintahnya juga ikut andil dalam
perjudian, khusunya judi online.

Kejadian ini sangat memprihatinkan, karena bukan kaum tua saja yang bermain tapi di
lingkungan anak sekolah juga sudah menjadi pasar bebas yang membuat mereka jadi
malas belajar dan bisa jadi mereka menjadi pelajar yang hilang arah karena kecanduan
judi tersebut.

Untuk perjudian online saat ini hanya dengan bermodalkan telepon pintar dan uang
puluhan ribu rupiah mereka menjajal peruntungan, namun dalam jangka panjang
mereka kecanduan dan berpontensi melakukan tindakan criminal untuk terus berjudi,
Kementrian Komunikasi dan Informatika menyebut sejak tahun 2018 hingga mei 2022
pihaknya telah memutus akses 499.645 konten perjudian di platform digital.

Tapi pembrantasan judi online di Indonesia berat karena situs atau aplikasi judi online
terus bermuculan dengan nama yang berbeda, meski aksesnya telah di putus. Didalam
kasus ini si pemain judi online secara tidak sadar mereka sudah terperangkap siklus
perputaran yang menghancurkan bahkan ada suatu kalimat sering dikatan oleh si
pejudi “kalah penasaran kalau menang ketagihan” jadi mereka memang sudah
menjadikan judi untuk ladang penghasilan dan tidak tau kapan harus berhenti untuk
bermain judi.

Harapan penulis pemerintah sudah bisa fokus kepada pencegahan perjudian online di
lingkungan masyarakat karena ini sangat berbahaya, dan untuk dinas terkait yang
berwewenang memberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatan nya sesuai
Qanun Aceh seperti yang di sebut di atas khususnya bagi bandar judi online tersebut.

Pemerintah juga harus menindak tegas ketika ada oknum di pemerintahan juga turut
serta main judi online khusunya kepada pemerintahan desa, karena mereka adalah
pondasi awal bagi pencegahan dan bisa melakukan monitoring terhadap pejudi dan
memberikan arahan dan sangsi tegas agar meraka terhindar dari siklus kehancuran,
melihat ini sudah banyak yang terkena imbasnya mulai kaum muda sampai bisa
melakukan tindakan kriminal demi mendapatkan uang untuk bermain judi online dan
terlebih ada banyak rumah tangga yang bercerai di karenakan ekonomi sulit tapi tetap
saja bermain judi.

Anda mungkin juga menyukai