Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEWIRAUSAHAAN DALAM

KEPERAWATAN

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kewirausahaan:

Rose et al (2006) melakukan penelitian atas faktor-faktor yang menunjang kesuksesan


entrepreneur di Malaysia. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Faktor utama kesuksesan entrepreneur adalah inisiatif pribadi (personal initiative).


Entrepreneur dengan inisiatif pribadi yang tinggi akan dapat mengembangkan
manajemen, meningkatkan ketrampilan operasi usaha dan memiliki sikap (attitude)
yang selalu belajar dan berkembang.
2. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu entitas juga merupakan faktor
pembeda yang menunjang keberhasilan entitas entrepreneur. Terdapat hubungan
positif yang signifikan antara berbagai aspek dalam area sumberdaya manusia dengan
pertumbuhan entitas usaha.

3. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, entrepreneur pendiri perusahaan harus


senantiasa meningkatkan manajemen perusahaan, meningkatkan kualitas produk dan
jasa yang dihasilkan, meningkatkan pemanahamn atas kebutuhan pasar dan makin
mendengarkan umpan balik (feedback) yang disampaikan oleh konsumen.

4. Kelangsungan hidup entitas usaha juga dipengaruhi oleh kemampuan untuk


memahami trend dan memperkirakan secara tepat apa yang akan terjadi di masa
mendatang.
Entrepreneur pendiri perusahaan harus terlibat dalam proses perencanaan strategis,
utamanya terkait dengan kondisi persaingan yang terjadi. Hal ini dianggap penting
guna menjamin kelangsungan hidup perusahaan di masa mendatang.

Beberapa faktor yang bersifat individual yang perlu dimiliki oleh entrepreneur adalah :

a. Kepemimpinan
b. Percaya diri dan determinasi
c. Fokus dan diferensiasi
d. Memilliki pola pikir optimis
e. Berpikir kreatif dan inovatif dan continuous learning
f. Pengambilan keputusan yang cepat dan terukur
g. Sikap tanggap terhadap perubahan lingkungan
h. Ekonomis dan efisien
i. Memiliki visi masa depan (mampu memperkirakan dan merencanakan)
j. Sikap terhadap resiko (memiliki risk appetite yang terukur)

Selain hal-hal yang bersifat inheren dalam diri entrepreneur, terdapat pula faktor eksternal
yang dapat mendukung kesuksesan entrepreneur diantaranya :
1. Adanya landasan legal yang kondusif dalam bentuk peraturan perundangan yang
mendukung tumbuh dan berkembangnya entrepreneurship. Secara natural, sebagian
besar entrepreneur adalah usaha kecil dan menengah. Dengan demikian, lingkungan
yang tercipta haruslah mendukung UKM untuk memiliki akses ke sumber
pembiayaan, akses pasar, akses teknologi dan akses informasi.
2. Adanya budaya dan pola pikir (mindset) yang mendukung entrepreneurship sebagai
sumber nafkah. Kegagalan dalam berusaha dipandang sebagai suatu proses
pembelajaran, dan bukan sebagai alas an untuk meninggalkan kegiatan usaha. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga inti (spouse) merupakan salah satu
faktor keberhasilan entrepreneur.

B. Keseimbangan antara kualitas dan akses

Keperawatan bukanlah profesi yang statis dan tidak berubah melainkan profesi yang terus
bergerak menuju masa depan. Profesi tersebut terus berkembang secara terus menerus sejalan
dengan perkembangan dinamika masyarakat, globalisasi, dan tantangan ekonomi. Dinamika
keperawatan juga sejalan dengan masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
perawatan berubah, karena perubahan gaya hidup.

Perubahan dunia keperawatan yang diharapkan harus disesuaikan dengan keadaan dan
lingkungan sosial di Indonesia. Namun, perubahan tersebut bukanlah perkara mudah. Jalan
menanjak penuh tantangan harus dihadapi bahkan ketika memulai menjalani perubahan
tersebut.

Nursepreneur sebagai agent of change harus berusaha menunjukkan jati diri menghadapi
banyak tantangan global saat ini baik tantangan internal maupun eksternal. Tantangan
tersebut semakin meningkat seiring tuntutan menjadikan profesi perawat yang dihargai
profesi lain dan khalayak umum. Salah satu tantangan yang patut mendapat perhatian khusus
bagi seorang nursepreneur yaitu dampak konsep entrepreneurship dalam bidang keperawatan
yang erat kaitannya dengan profesionalisme pelayanan keperawatan kepada masyarakat.

Tantangan tersebut sudah seharusnya disikapi secara serius oleh seorang nursepreneur agar
keperawatan di Indonesia ke depan lebih siap untuk berkompetisi di era globalisasi. Beberapa
dampak entrepreneurship dalam bidang keperawatan antara lain: keseimbangan antara
kualitas dan akses pelayanan kesehatan, dampat teknologi, penanggung jawab mutu
pelayanan keperawatan, serta isu etik dengan insentif keuangan.

Dengan jiwa entrepreneurship, masalah sehari-hari yang dihadapi perawat dapat menjadi
uang. Hal tersebut dikarenakan seorang nursepreneur memiliki orientasi pada keuntungan.
Sebagai contoh, masalah menumpuknya botol infus bekas, abocate yang tak terpakai,
penunggu pasien, terpisahnya orang tua yang sakit dengan anak, dan sebagainya.

Semua hal tersebut dapat dijadikan ladang menggali keuntungan perawat dalam menjalankan
bisnisnya. Sehingga hal yang dikhawatirkan ketika perawat mengimplementasikan bisnisnya
akan berdampak pada keseimbangan antara kualitas pelayanan kesehatan dan akses
keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan tersebut. Pelayanan kesehatan akan
mengalami perubahan paradigma dari berorientasi kemanusiaan bergeser ke orientasi bisnis.
Paradigma pelayanan kesehatan yang berorientasi ke bisnis menuntut tidak hanya berorientasi
kemanusiaan tapi juga berorientasi pada keuntungan. Pada akhirnya pelayanan kesehatan pun
tidak dikelola dengan profesional. Kualitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan biaya oleh
klien, peningkatan kualitas, serta kuantitas sarana medis menjadi hal yang rawan ketika
terjadi pergeseran paradigma pelayanan kesehatan yang berorientasi ke bisnis.

Perawat yang memiliki jiwa entrepreneurship juga dikhawatirkan akan berdampak pada
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Nursepreneur akan sibuk berorientasi
pada keuntungan semata dalam memberikan asuhan keperawatan ke pasien. Pelayanan
kesehatan kepada pasien menjadi seadanya dan tidak sesuai standar asuhan keperawatan yang
sudah ditetapkan ketika tidak ada nilai keuntungan yang akan didapatkan.

Jika mereka tidak berorientasi pada keuntungan akibat pelayanan yang diberikannya, maka
mereka akan kehilangan sumber pemasukan tambahan dari pelayanan kesehatan yang telah
diberikan. Padahal, keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu,
keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia (Perry & Potter, 2005).

C. Dampak Teknologi

Memasuki dunia usaha yang makin kompetitif, seorang nursepreneur harus memiliki
kecerdasan menangkap peluang usaha. Dunia usaha zaman sekarang telah melahirkan
kreatifitas dan inovasi yang cukup tinggi. Dunia marketing atau pemasaran saat ini sudah
bertransformasi, dari media tradisional ke media digital.
Oleh karena itu, seorang nursepreneur harus melek teknologi. Bayangkan jika
seorang nursepreneur tidak dapat menggunakan komputer. Padahal, perkembangan teknologi
begitu pesat dewasa ini. Kehadirannya membawa suatu perubahan yang berarti. Segala hal
menjadi terasa lebih praktis dan serba instan.
Nursepreneur yang memiliki kreaktivitas dan kemampuan dalam memanfaatkan sesuatu
untuk dikembangkan menjadi peluang usaha baru mempunyai peranan penting dalam
menciptakan inovasi teknologi dalam bidang keperawatan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Contohnya saja saat ini sudah diterapkan teknologi dalam pelayanan
asuhan keperawatan seperti sistem registrasi online, penggunaan robot untuk merawat
pasien, telenursing, dan berbagai hal lainnya. Dengan teknologi tersebut, perawat dapat
melakukan pengumpulan database pasien, organizer, mengakses secara cepat informasi
tentang obat dan penyakit, perhitungan kalkulasi obat dan juga bisa digunakan untuk
membuat rencana asuhan keperawatan.
Selain itu, perawat sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang meliputi pelayanan
terhadap masyarakat mulai dari tahap promotif, preventif, sampai rehabilitatif, dapat
menggunakan teknologi sebagai promosi kesehatan yang efektif dan bisa diakses oleh
siapapun.
Kemajuan teknologi di bidang keperawatan memang dapat memberikan banyak manfaat
terutama dalam pemerataan akses dan informasi terhadap kesehatan, namun banyak juga
pihak yang khawatir terhadap dampak buruk yangakan ditimbulkannya dari kemajuan
teknologi kesehatan tersebut.
Contohnya adalah berkembangnya teknologi tentang penyedia informasi kesehatan atau alat
diagnosa kesehatan yang dapat digunakan sendiri sehingga membawa kekhawatiran terhadap
eksistensi profesi perawat di tengah-tengah masyarakat. Bagaimanapun teknologi tetaplah
sebuah alat untuk kehidupan manusia, jika tidak bijak menggunakannya tetap akan membawa
keburukan untuk kehidupan manusia

D. Isu Etik dengan Insentif Keuangan

Perkembangan dunia entrepreneurship yang pesat membawa dampak yang luas dalam
berbagai aspek termasuk pelayanan kesehatan. Hal yang wajar ketika lembaga pelayanan
kesehatan pada umumnya atau rumah sakit pada khususnya memperoleh keuntungan dari
proses penyembuhan yang mereka lakukan, asalkan berada dalam batas-batas norma yang
ada. Norma–norma yang termaktub dalam kode etik rumah sakit, yang mencerminkan
bagaimana bisnis rumah sakit dijalankan sehingga pada akhirnya rumah sakit dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat.

Weber (2001) dalam buku berjudul Business Ethics in Health Care: Beyond Compliance
berpendapat bahwa dalam menjalankan etika, lembaga pelayanan kesehatan harus
memperhatikan tiga hal yaitu: (1) sebagai pemberi pelayanan kesehatan; (2) sebagai pemberi
pekerjaan; dan (3) sebagai warga negara. Weber menyatakan bahwa tiga hal tersebut
merupakan ciri–ciri organisasi pelayanan kesehatan yang membedakannya dengan
perusahaan biasa. Dasar etika bisnis pelayanan kesehatan adalah komitmen memberikan
pelayanan terbaik dan menjaga hak-hak pasien (Trisnantoro, 2009).

Berdasarkan buku Weber (2001) juga terdapat sebagian etika bisnis pelayanan kesehatan
yang berhubungan langsung dengan prinsip-prinsip ekonomi yaitu biaya dan mutu pelayanan,
insentif untuk pegawai, kompensasi yang wajar, dan eksternalitas (Trisnantoro, 2005).
Pelayanan keperawatan juga merupakan bagian pelayanan kesehatan sehingga isu etika
kesehatan juga menjadi isu etika keperawatan. Ciri-ciri tersebut dapat dipergunakan sebagai
pedoman bagi nursepreneur dalam menyusun strategi membangun atau mengembangkan
bisnisnya.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, tidak dapat dihindarkan munculnya
insentif keuangan untuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang berhubungan dengan
besarnya pendapatan rumah sakit atau berdasarkan kinerja keuangan rumah sakit.

Sebagai bagian dari etika bisnis, rumah sakit harus memberikan gaji dan pendapatan lain
yang cukup untuk sumber daya yang bekerja di rumah sakit. Rumah sakit sebagai layaknya
lembaga tempat bekerja harus memberikan kompensasi bagi stafnya secara layak.

Namun, fakta yang terjadi saat ini, suatu tindakan tidak etis ketika pihak rumah sakit
menggaji perawat berdasarkan upah minimum pekerja karena perawat mempunyai risiko
tinggi tertular penyakit dan mempunyai pola kerja shift merupakan risiko hidup tidak sehat.
Padahal, pada kasus lain, petugas bagian Radiologi telah mendapatkan tunjangan khusus dan
pemberian makanan tambahan untuk menghadapi risiko akibat radiasi.

Rumah sakit pemerintah pun saat ini menganggap hal biasa jika gaji dan pendapatan perawat
rendah. Hal tersebut merupakan pengaruh konsep misionarisme masa lalu yang menempatkan
para perawat sebagai pegawai misi yang bekerja bukan atas dasar profesionalisme tapi
berdasarkan motivasi surgawi. Dampak penerapan tersebut menjadikan perawat diperlakukan
sebagai aparat pemerintah, bukan sebagai profesional.

Akibatnya untuk mendapatkan pendapatan lain, perawat tidak hanya pada satu rumah sakit.
Dalam hal ini, rumah sakit, sebagai tempat bekerja, berperilaku tidak etis dalam hal mengatur
pendapatan perawat. Ketidaketisan tersebut terutama dalam memberikan kompensasi jauh di
bawah standar profesional. Memang masalah penting dalam hal ini berkaitan dengan berapa
standar pendapatan perawat. Tanpa standar pendapatan tersebut sulit bagi rumah sakit dan
para profesional melakukan penilaian mengenai masalah tersebut.

Selain itu, sistem pembayaran insentif eksklusif yang diberikan rumah sakit kepada dokter,
dimana dokter dibayar berdasarkan tindakan yang dilakukan (fee for service). Namun hal
tersebut, tidak berlaku bagi tenaga kesehatan lainnya termasuk perawat. Padahal, dalam etika
bisnis pemberian insentif sebaiknya dilakukan berdasarkan kriteria mutu tertentu yang
mempengaruhi kinerja pelayanan kesehatan.

Suatu hal yag memprihatinkan apabila dokter sering meninggalkan pasien di rumah sakit
untuk bekerja di tempat lain. Mereka justru mendapat insentif tinggi karena senioritas bukan
pada jumlah maupun mutu pekerjaan. Oleh karena itu, penting bagi seorang nursepreneur
memahami etika bisnis dan etika keperawatan dalam menjalankan bisnisnya terutama
kaitannya dengan sistem insentif keuangan.

Ketika membangun atau mengembangkan bisnisnya, seorang nursepreneur memang pasti ada
harapan bahwa individu, kelompok, maupun masyarakat akan menggunakannya, baik orang
yang sakit maupun sehat. Namun, seringkali seorang nursepreneur terbentur dengan beberapa
isu yang terkait dengan etika keperawatan itu sendiri. Pelayanan keperawatan bagi seorang
nursepreneur memiliki sifat khusus.

Sifat khusus tersebut menimbulkan kebutuhan akan norma-norma dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Etika bisnis pelayanan keperawatan berkaitan dengan isu ekonomi
yang akan banyak menggunakan pernyataan-pernyataan yang sifatnya normatif antara lain,
apabila nursepreneur menyusun rencana strategis, apakah kegiatan itu berarti mengharapkan
orang menjadi sakit? Apakah ada etika bisnis bagi nursepreneur dalam menjalankan
bisnisnya?

Jika ada, nilai apa yang akan dipergunakan? Apakah nursepreneur secara etik layak
memberikan pelayanan keperawatan yang membedakan seorang pasien dengan yang lainnya
sesuai dengan keuntungan yang akan didapatkannya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya
dapat dijawab dengan pemahaman akan etika keperawatan serta penggunaan etika tersebut
dalam menjalankan bisnisnya.

Berbisnis dalam bidang keperawatan tidak ada ilmu yang paling relevan digunakan perawat
dengan jiwa entrepreneur, sehingga akan menimbulkan masalah yang kaitannya dengan
uang. Bahkan banya perawat beranggapan bahwa berbisnis di bidang keperawatan
bertentangan dengan kode etik dan nilai-nilai keperawatan. Kerapkali pelaku bisnis tidak
mengindahkan aturan-aturan, norma-norma serta nilai moral yang berlaku dalam bisnis
karena bisnis merupakan suatu persaingan, sehingga pelaku bisnis harus memfokuskan diri
untuk berusaha dengan berbagai macam cara dan upaya agar bisa menang dalam persaingan
bisnis yang ketat.
Nursepreneur juga dianggap akan menurunkan penilaian masyarakat terhadap perawat.
Selain itu, untuk menghindari terjadinya konflik personal, perawat lebih senang bekerja di
klinik tempat praktik dokter dibandingkan menjalankan fungsi mandiri dari perawat itu
sendiri. Sehingga pada akhirnya eksistensi perawat di mata masyarakat dianggap tidak ada
perannya.

Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar karena ternyata beberapa pelaku bisnis
dapat berhasil karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu. Bahkan
seorang pelaku bisnis yang ingin mematuhi dan menerapkan aturan moral atau etika akan
berada pada posisi yang menguntungkan. Sama halnya dengan berbisnis di bidang
keperawatan, seorang nursepreneur harus berpegang teguh pada etika keperawatan dalam
menjalankan bisnisnya.

Terdapat berbagai hal penting ketika mendirikan sebuah bisnis. Seperti hal sumber daya :
sumber daya manusia yaitu tentang siapa yang akan melaksanakan kegiatan bisnis, tentang
dari mana dan bagaimana mengelola bisnis, tentang kemana produk yang dihasilkan akan
dipasarkan, tentang bagaimana metode yang dilaksanakan dalam semua kegiatan bisnis,
tentang memutuskan penggunaan mesin di dalam bisnis, tentang dari mana mendapat bahan
mentah dan bagaimana mengelola bahan mentah tersebut, dan berbagai hal penting lainnya.

Setelah bisnis siap dijalankan, perlu dipertanyakan kembali apakah bisnis tersebut telah
memperhatikan aspek hukum? Karena bisnis dengan hukum tidak dapat dipisahkan seperti
bisnis dengan komponen-komponen lainnya. Selain hukum mengandung pengertian aturan-
aturan yang dapat diberlakukan untuk mengatur hubungan-hubungan antar manusia dan
antara manusia dengan masyarakatnya, bisnis juga mengandung pengertian keseluruhan
kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan terus menerus, yaitu
berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk
diperjualbelikan, dipertukarkan atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

Keteraturan tersebut selain keteraturan dalam mengelola dan menghasilkan sebuah produk
dan manajemen yang bagus di dalam perusahaan, termasuk juga tentang bagaimana
perusahaan menanggapi hukum yang berlaku di masyarakat baik yang tertulis (tersurat)
maupun tidak tertulis (tersirat). Hukum dapat dipahami sebagai perangkat asas dan aturan
yang diberlakukan oleh negara untuk mengatur suatu perilaku dan atau diterapkan oleh hakim
untuk menyelesaikan perkara. Hukum juga diciptakan untuk menjamin “stabilitas sosial’.
Dengan memperhatikan aspek hukum di dalam bisnis, tentu saja diharapkan juga terjadinya
stabilitas sosial terutama yang terjadi sehari-harinya di dalam kehidupan perusahaan.

E. Sistem Legal dalm kewirausahaan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari kedua kata yaitu hukum dan
bisnis yang kemudian menjadi suatu kesatuan kalimat hukum bisnis itu sendiri merupakan
seperangkat kaidah-kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur dan menyelesaikan
persoalan-persoalan dalam aktivitas antar manusia dibidang perdagangan.

Dengan rumitnya pengertian hukum di dalam bisnis tersebut, tentu saja akan membawa
kemudahan dalam mejalankan proses/kegiatan bisnis di dalam kesehariannya. Karena,
berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan perusahaan akan berpijak pada setiap ketentuan
yang telah disepakati bersama dan sah secara hukum. Sehingga, tidak akan ada yang dengan
gampang menyimpang dari peraturan jika sebelumnya telah ditetapkan aspek hukum dalam
dunia bisnis yang sedang ditekuni. Dan akan gampang menentukan kebijakan selanjutnya
ketika terdapat jejak rekam jika sesuatu terjadi perselisihan antara beberapa pihak yang
berkaitan dan tiap persoalan dapat diselesaikan dengan baik dan dengan seadil-adilnya.

Perhatian yang memadai terhadap aspek hukum saat pengambilan keputusan Bisnis akan
banyak membawa manfaat dalam menyikapi, menyiasati, atau mengendalikan setiap keadaan,
sehingga kemungkinan munculnya permasalahan, risiko atau kerugian dikemudian hari dapat
dihindari atau diperkecil. Baik permasalahan yang terjadi itu sifatnya internal maupun
eksternal. Artinya, baik permasalahan yang terjadi antara karyawan dengan perusahaan
maupun perusahaan dengan lingkungan.

Maka dari itu, keperluan yang bersifat hukum perlu disiasati sejak awal. Contoh untuk
keperluan internal adalah kontrak kerja yang diberikan kepada karyawan. Kontrak kerja
tersebut harus dituliskan sebaik dan sejelas mungkin agar segala permasalahan yang terjadi
dijawab oleh kontrak yang berkekuatan hukum tersebut. Sedangkan, untuk yang
kepentingannya eksternal, dalam hal ini lingkungan luar, perlu menyiasati tentang bagaimana
menghindari perselisihan antara perusahaan dengan lingkungan di sekitarnya. Dan menjawab
kegelisahan masyarakat yang ada di sekitarnya tentang bagaimana legalitas perusahaan
tersebut dengan membuat izin-izin perusahaan seperti di bawah ini :

i) Izin lokasi : sertifikat (akte tanah), bukti pembayaran PBB yang terakhir, rekomendasi dari
RT / RW / Kecamatan.

ii) Izin usaha : Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan
hukum lainnya, NPWP (nomor pokok wajib pajak), Surat tanda daftar perusahaan, Surat izin
tempat usaha dari pemda setempat, Surat tanda rekanan dari pemda setempat, SIUP
setempat, Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen.

Serta kelengkapan hukum yang lainnya yang dianggap perlu. Persiapan matang tentang
hukum dalam bisnis memang rumit di awal, tapi akan memberikan keuntungan dan
kemudahan dikemudian hari. Karena tidak adanya hal yang patut dipertanyakan ketika
hukum saja telah berata “iya” terhadap bisnis yang kita jalankan. Jadi, perhatikan aspek
hukum dalam bisnis yang Anda jalankan, dan rasakan manfaatnya.

Anda mungkin juga menyukai