1)
Salah satu pelaku yang terlibat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah tim
kesehatan termasuk tenaga keperawatan. Tenaga keperawatan yang terlibat
dalam pelayanan kesehatan harus senantiasa memberikan pelayanannya secara
kontinyu dan konsisten selama 24 jam. Mereka menghadapi berbagai masalah
kesehatan yang dialami oleh pasien atau keluarganya. Disamping itu, mereka
juga harus memfokuskan pelayanannya pada keberlangsungan kegiatan
pelayanan itu sendiri.
Mereka sendiri mengalami berbagai respon fisik dan psikologis yang tidak dapat
diabaikan karena akan mempengaruhi kinerjanya sehari-hari. Untuk itu, mereka
memerlukan pemimpin yang melalui proses kepemimpinannya mampu
mengendalikan, memotivasi, bertindak sebagai layaknya pemimpin yang
diharapkan, dan menggali potensi yang dimiliki stafnya untuk dibantu dan
dikembangkan
Kepemimpinan kontemporer dalam keperawatan
Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu
mengarahkan profesi keperawatan dalam menyesuaikan dirinya ditengah-tengah
perubahan dan pembaharuan sistem pelayanan kesehatan. Kepemimpinan ini
seyogyanya yang fleksible, accessible, dan dirasakan kehadirannya, serta bersifat
kontemporer.
Hal ini karena mereka lebih memahami paradigma lama dimana setiap
pemimpin yang sedang menjalankan fungsi kepemimpinannya harus
ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi dari yang lain dan mereka merasa
memiliki hak untuk dilayani (deserve to be served).
Selain itu, stress kerja pada umumnya dialami banyak karyawan maupun
pemimpin karena adanya tekanan dalam berbagai hal mulai dari ketersediaan
waktu, keinginan menghasilkan sesuatu yang berkualitas, dan keterbatasan
sumber, serta upaya melakukan sinergi positif dari berbagai latar belakang
pendidikan dan kemampuan. Untuk itu, setiap pemimpin keperawatan
seyogyanya memahami konsep pengendalian stress agar dapat tetap
mengarahkan orang yang dipimpinnya kearah produktifitas yang tinggi.
Pada saat ini sistem pelayanan kesehatan dioperasikan dalam lingkungan yang
berorientasi pada bisnis dan ditandai dengan kompetisi berfokus pada pasar,
biaya, serta pendapatan organisasi (revenue) (Rocchioccioli & Tilbury, 1998).
Namun demikian, para pemberi pelayanan dilingkungan pelayanan kesehatan
ditantang untuk mampu memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi tetapi
berbiaya rendah. Meskipun kualitas merupakan konsep ilusif yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun para pelaku bisnis pelayanan termasuk
tenaga keperawatan dituntut untuk mampu mengendalikan biaya.
Oleh karena itu, pada situasi industri kesehatan seperti ini diperlukan tenaga
keperawatan yang memiliki kemampuan leadership yang menonjol untuk turut
terlibat aktif dalam menganalisa dan mengendalikan biaya pelayanan. Mereka
harus berperilaku kepemimpinan yang dapat mempengaruhi orang lain (teman
sejawat didalam maupun diluar profesi) untuk turut bekerja secara lebih baik
dalam rangka menekan biaya namun tetap berfokus pada kualitas pelayanan.
Suatu tujuan akhir pelaksanaan praktik keperawatan adalah memberikan
pelayanan keperawatan yang efisien dan efektif dengan tetap mengutamakan
kualitas. Sistem pemberian asuhan difasilitasi oleh tujuan ini.
Pada saat ini, beberapa jenis struktur telah disusun dan ditetapkan untuk
merefleksikan sistem pelayanan yang diberikan disuatu tatanan. Departementasi
merupakan cara utama untuk membentuk hubungan kerja yang spesifik dan
tanggung jawab dari masing2 departemen. Pembagian fungsi (sistem fungsional)
dikembangkan sebagai jenis lain struktur organisasi dalam tatanan pelayanan
kesehatan.
Demikian juga ketrampilan menilai ini harus dilakukan oleh pemimpin perawat
diberbagai bidang atau sistem lain. Ia harus mencermati apa yang dilakukan oleh
orang lain sebagai bawahannya dengan mempertahankan obyektifitas dan
memahami mengapa bawahan melakukannya. Melalui pemahaman ini pemimpin
akan mampu berinteraksi berdasarkan pengetahuannya tentang bawahan
tersebut.
Namun, cara memotivasi ini tidak harus selalu sama karena motivasi seseorang
untuk bekerja utamanya berasal dari dalam diri bawahan yang sulit dilihat secara
sekilas oleh pemimpin. Oleh karena itu, dalam memotivasi bawahan, seorang
pemimpin keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang dapat
memotivasi bawahan baik secara internal maupun eksternal, termasuk
didalamnya menetapkan insentif (Swansburg & Swansburg, 1999; Rocchiccioli &
Tilbury, 1998; Chowdhury, 2003).
Perilaku kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan kekuatan dinamis yang penting dalam memotivasi
dan mengkoordinasikan organisasi atau institusi untuk mencapai tujuan. Selain
itu, kepemimpinan juga adalah kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri
dan menghasilkan dukungan dari bawahan sehingga tujuan yang ditetapkan
bersama dalam organisasi dapat tercapai. Seorang pemimpin dianggap berhasil
menjalankan fungsi kepemimpinannya apabila berdasarkan upayanya untuk
memperlihatkan kriteria perilaku berikut dapat menghasilkan keluaran secara
efektif. Kriteria itu adalah seperti yang dijelaskan DuBrin (2000) berikut ini.
Sebagai pembina yang sadar bahwa pengembangan potensi orang lain terletak
sebagian besar pada dirinya sebagai pemimpin, maka ia juga seyogyanya harus
bersedia untuk memberi umpan balik dan dorongan positif. Salah satu tugas
dasar seorang pemimpin adalah memberi umpan balik tentang kinerja dan
perilaku yang diperlihatkan bawahan. Umpan balik baik yang positif maupun
negatif harus diberikan dengan tepat, sesuai tempat, dan waktu sehingga dapat
membantu bawahan untuk tumbuh dan berkembang serta menjadi kekuatan
untuk memotivasinya dalam berkinerja dan berperilaku lebih baik. Umpan balik
yang diberikan sebaiknya pada akhir peristiwa, bersifat spesifik, memberi
kesempatan pada bawahan untuk menjelaskan, dan berfokus pada perilaku
bukan personal bawahan.
Penutup
Para perawat yang berada pada posisi kepemimpinan memiliki tanggung jawab
yang luas dalam arena pelayanan kesehatan. Hal ini karena lingkungan pelayanan
kesehatan saat ini memberikan banyak peluang untuk perawat memperoleh
status professionalnya dengan secara proaktif berespon terhadap kebutuhan
perubahan dan harapan masyarakat.
Namun, meskipun lambat, saat ini profesi ini mulai memahami bahwa kekuatan
dan kekuasaan serta peranan politik telah menjadi salah satu faktor penentu
mencapai tujuan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan sekaligus
meningkatkan otonomi keperawatan. Oleh karena itu, ketika terjadi banyak
perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan maka para pemimpin perawat
harus berpartisipasi secara aktif dan proaktif untuk mencari jalan bagaimana
mempengaruhi pengambil keputusan dalam sistem pelayanan kesehatan dan
membuat untuk didengar suaranya oleh mereka. Para pemimpin perawat
memiliki kapasitas kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan publik sepanjang
mereka memiliki berbagai potensi kepemimpinan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.