Anda di halaman 1dari 63

GIGITAN ULAR

Mukadimah
Sejak Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam, saat itu
pula terjadi interaksi antara Hawa dengan mahluk yang berupa ular. Ular
tersebut membujuk Hawa agar memetik serta menyantap buah dari pohon
yang dilarang didekati oleh mereka berdua, bujukan yang tak kenal lelah
tersebut berhasil meruntuhkan keyakinan Hawa, maka buah larangan
tersebut dipetik serta digigit, dikunyah lalu ditelan. Kemudian Hawa memaksa
Adam untuk makan dari buah yang sama, walau awalnya Adam menolak
tetapi karena rasa solider akhirnya habis jugalah buah tersebut dimakan
berdua. Selanjutnya seperti yang kita ketahui insiden tersebut berbuntut
diturunkannya mereka berdua dari kahyangan ke mayapada.

Mengapa Hawa dapat dibujuk dan disesatkan oleh ular ? Dalam


penciptaan sebagai istri Adam, Hawa adalah pasangan kedua yang
diciptakan Tuhan untuk menemani Adam di surga. Pasangan pertama yang
diciptakan Tuhan guna mendampingi Adam adalah Lilith yang diciptakan
nersamaan dan memakai bahan yang sama yaitu dari tanah. Menurut
ketentuan Tuhan Lilith harus patuh kepada Adam, justru sebaliknya karena
merasa satu tingkat dalam penciptaan Lilith tidak rela tunduk kepada Adam,
hal itu mengakibatkan Lilith tersingkir ke Mayapada. Kemudian Tuhan
menciptakan pasangan kedua bagi Adam yaitu Hawa yang diambil dari
tulang rusuk Adam ketika sedang tidur. Lilith kemudian datang membujuk
Hawa dalam gambaran berupa ular, sebagai pasangan pertama Adam sudah
barang tentu tidak banyak kesulitan bagi Lilith untuk meraih kepercayaan
Hawa.
Adam diciptakan bersama pasangan pertamanya Lilith, dari artefak 4000
tahun yang lalu Lilith digambarkan sebagai wanita bersayap, kaki yang
bercakar seperti burung, bermahkota dikepala dan memegang salib Ankh
di kedua tangan yang melambangkan kehidupan abadi.
Lady Lilith the seductress combing her golden hair, painted by Dante Gabriel
Rossetti from description of Lilith in Goethe’s Faust (1868-69 AD)

This article is about the demoness Lilith.

Lilith (1892), by John Collier.

Siapakah adanya Lilith? Dia diciptakan bersamaan dengan Adam untuk


menemaninya. Tetapi Lilith menolak ”menyembah” Adam, sebab Lilith
diciptakan dari nyawa wanita ( female spirit ) yang mempunyai posisi yang
sama dengan nyawa laki-laki ( male spirit ) Adam. Kemudian Lilith terbang
meninggalkan sorga dan menuju dunia khususnya tempat-tempat perairan
dan samudra. Ketika Tuhan menciptakan Hawa, Lilith kembali ke surga untuk
membujuk Hawa mempengaruhi Adam makan buah dari pohon larangan.

The Golden Apple

Ular dalam simbol pengobatan


Dalam tradisi pengobatan modern lambang ular sering dijumpai seperti
dalam simbol Aeskulapius dan Piala Hygeia.

Aeskulapius
Atau Asklepius adalah symbol tongkat yang dibelit oleh
ular.dimaksudkan sebagai seni pengobatan.. Yaitu ular yang dalam berganti
kulit mencerminkan kelahiran kembali dan kesuburan. Sedang tongkat
melambangkan otoritas sebagai dewa pengobatan
Piala Hygeia
Dikenal secara luas sebagai simbol farmasi, dalam mitologi Hygeia
dikenal sebagai adik dari Aeskulapius. Simbol klasik Hygeia berupa piala
yang berisi ramuan obat dengan ular memberikan kontribusi venom
didalamnya.

Macam jenis ular ular


Ular membentuk subordo Serpentes dari ordo Squamata. Zoologist
membadi ular dalam 10 sampai 13 famili, tetapi umumnya dipahami
pembagian dalam 11 famili. Jumlah anggota spesies dalam tiap tiap famili
juga masih dalam perbincangan.

Acrochordidae
Adalah famili ular sungai asia yang beranggotakan dua spesies, yaitu
Acrochordius javanicus dan Chersydrus granulatus. Kedua jenis ular tersebut
diburu untuk diambil kulitnya guna dibuat bahan sepatu dan tas.
Anilidae
Ada 12 spesies dan umumnya disebut ular pipa. Ular ular tersebut
tidak berbahaya. Mempunyai tubuh silindris dan sisa sisa anggota tubuh
bagian bawah, dan bersembunyi didalam tanah. Ular pipa ditemukan di
bagian tenggara Amerika selatan serta Asia tenggara.

Boidae
Famili ular ini terdiri dari Boa, penyebarannya nyaris seantero bumi
dan berisi sekitar 100 spesies. Ular ular tersebut tidak/( ringan ) berbisa, ular
peremas/ pelilit/ pembelit. Hampir semua spesies mempunyai sisa sisa
anggota tubuh bagian bawah. Banyak diantaranya mempunyai organ
penciuman disebut labial pit yang berada di bagian bibir.

Phyton kepala hitam


Colubridae
Famili dari umumnya berbagai ular, berisi sekitar 2000 spesies dan
termasuk hampir segala ular diatas muka bumi. Kebanyakan tidak beracun
dan ada yang berproduksi racun tidak mematikan. Ular ular tersebut
ditemukan hampir disemua peloksok muka bumi. Anggota dari famili ini
termasuk ular air, ular garter, racers, ular king, ular susu, ular sapi dan ular
terbang.

Elapidae
Famili ular ini terdiri 200 spesies termasuk kobra, mamba dan ular
coral. Semuanya berbisa dan sengatannya bisa mematikan bagi manusia.
Anggota ular ini ditemukan disemua bagian dunia kecuali sisi utara Amerika
utara dan sisi utara Eurasia. Kebanyakan ular ular tersebut berwarna
terang/cerah.
Hydrophidae
Anggotanya disebut ular laut dan ditemukan di perairan tropis. Walau
terutama ditemukan di Asia tenggara, dapat ditemukan juga di pasisir pasifik
amerika mulai dari selatan Meksiko sampai diutara amerika selatan. Ada 50
spesies

Dengan variasi ukuran 60 – 240 cm. Merupakan perenang yang handal,


tubuhnya agak pipih dar sisi ke sisi samping. Ekornya sangat pipih dari sisi
samping melebar yang berguna untuk berenang. Ular laut adalah ular
berbisa..

Leptotyphlopidae
Anggota dari keluarga ini disebut juga ular buta dan menyerupai
keluarga Typhlopidae. Ada sekitar 50 spesies yang tersebar di bagian
tenggara Amerika Serikat sampai Brazil dan di India Barat, Afrika dan Asia
tenggara. Ukuran ular ini jarang yang melebihi 30 cm.

Typhlopidae
Beranggotakan 200 spesies dan secara kolektif disebut ular buta.
Keluarga ular ini tidak berbahaya. Mata ular famili ini kurang berkembang,
tersembunyi dibawah lipatan lipatan kulit. Ular buta tersebar didaerah tropis
dan sub tropis. Bentuknya nyaris seperti cacing.
Uropeltidae
Dalam famili ini terdapat 45 spesies, asal kata bahasa Romawi,
ura=ekor dan pelte=tameng, disebut juga shield-tailed snake. Ular tersebut
terkubur didalam tanah. Pada bagian ujung ekornya bentuk pipih dan berupa
seperti tameng, merujuk pada julukannya. Banyak ditemukan di Srilangka dan
India selatan.

Viperidae
Berisi 150 spesies termasuk vipers, pit vipers dan ratlesnake. Ular ini
mempunya taring panjang melengkung yang bisa dilipat dan berbisa.
Xenopeltidae
Hanya terdapat satu spesies pada famili ini dan hanya ditemukan di
Asia tenggara, ular dewasa mencapai panjang 90 cm.

Ular berbisa
Dari sekitar 2700 species ular, hanya 90 species saja yang berbisa.
Karena itu tidak perlu takut bila bertemu dengan ular, tetapi kita tetap harus
waspada dan berhati-hati serta melihat tanda-tanda ular berbisa antara lain.

 Lebih aktif bergerak dimalam hari


 Ukuran dan bentuk tubuh relatif kecil
 Pupil bentuk elips ( pupil bundar tidak berbisa)
 Jejak gigitan setengah lingkaran=tidak berbisa
 Kobra yang berbisa mudah dikenali dengan leher bisa mengembang
 Tidak lari bila diserang/ diusir
 Safety first, bila tidak tahu benar akan ular tertentu, anggap berbisa
 Kulitnya berwarna terang

Jejak gigitan berbagai macam ular

Bisa ular ( Venom )


Merupakan modifikasi tinggi dari air ludah yang diproduksi oleh
kelenjar khusus oleh spesies ular tertentu. Kelenjar yang menghasilkan
zootoxin merupakan modifikasi dari kelenjar ludah parotis pada vertebra lain
dan bertempat pada tiap sisi kepala dibawah dan dibelakang bola mata,
diselubungi oleh sarung otot. Dilengkapi dengan alveoli besar untuk
menympan venom sebelum disalurkan memalui suatu saluran yang bermuara
pada taring ( fang ) yang berlumen ( mirip jarum suntik ) pada saat
dibutuhkan. Venom dari ular adalah kombinasi dari berbagai macam enzim,
kebanyakan diantaranya tidak berbahaya bagi manusia, sedikit diantaranya
toxin, semua unsur dalam venom ular mempunyai efek terhadap jaringan
tubuh manusia.
Patut dicatat bahwa venom ular umumnya tidak berbahaya bila
terminum, tertelan dan karenanya secara teknis bukan racun/ poison.
Reaksi kimia
Venom ular adalah campuran dari beraneka toxin dan bermacam
enzim yang berguna untuk memperlancar penjalaran toksin.

 Phosphodiesterase yang berfungsi mempengaruhi sistim jantung


terutama menurunkan tekanan darah.
 Venom ular menginhibisi cholineesterase yang membuat sang
mangsa hilang kontrol terhadap ototnya.
 Hyaluronidase meningkatkan permeabilitas jaringan guna
meningkatkan penyebaran enzim lain lainnya kedalam mangsa
jaringan.
 Amino acid peptidase dan protease bermanfaat untuk mencerna
mangsa. Amino acid peptidase juga memicu kerja enzim lain lainnya
serta memberikan warna kuning pada venom pada sebagian spesies.
 Sebagian venom ular mengandung ATPases yang merusak ATP
berakibat sang mangsa gagal menggunakan energi yang dibutuhkan.

Evolusi
Adanya venom menyebabkan dugaan kemungkinan manfaatnya untuk
adaptasi dalam mempercepat mencerna mangsa, tetapi ternyata pada ular
Western diamondback yang mempunya tingkat tinggi venom proteolitik,
menunjukkan bahwa tidak terjadi peningkatan waktu cerna pada saluran
gastro intestinal setelah venomisasi.
Western diamondback rattle snake of Arizona ( Amerika Serikat )

Suntikan bisa/ venom


Reseptor Acethylcholine diblokade oleh venom kobra, efek yang
sama dapat dihasilkan oleh dosis tinggi curare atau nikotin.
Curare (Chondrodendron tomentosum)

Curare is a large poisonous vine rich in alkaloids. The alkaloids relax muscles
and are used as an arrow poison. In South America, it is used to treat bruises,
fever, edema, and kidney stones. It is also used as an anesthesia.
Viper

Russel’s viper of India

Ular viper merupakan contoh bagus dari tingginya perkembangan alat


– alat pervenoman ular, walau efek toksik venomnya agak lebih rendah,
taringnya bisa disimpan/ ditekuk atau dikeluarkan waktu perlu menggigit dan
menyuntikkan bisa.

Elapid
Pada proteroglyphous elapid taringnya bentuk tubuler, pendek dan tidak
memiliki mekanisme penyimpanan/ penekukan fang.

Colubrid
Pada kebanyakan opisthoglyphous colubrid taringnya bersaluran
sempit berada diujung posterior maxilla, hampir 70% populasi ular termasuk
dalam famili colubrid.

Mekanika penggigitan
Gigi cadangan atau pengganti yang selalu ada disekitar belakang atau
samping gigi taring yang sedang berfungsi, terdapat pada semua ular, pada
saat itu tidak punya hubungan dengan saluran dari kantong bisa, sampai
pada ketika harus menggantikan taring bisa yang tanggal. Hal itu terjadi
karena taring pengganti harus jauga menjadi muara dari saluran kelenjar bisa
yang ada, karena itu jalur penyalur bisa juga tidak sama persis seperti
pendahulunya.
Dua genus, Doliophis dari elapid dan Causus diantara viper, nyata
terlihat mempunyai kelenjar bisa dengan saluran yang panjang, memanjang
dikedua sisi tubuh.

Doliophis spesies

Ketika menggigit, viper melakuikan “patukan”, bisa di injeksikan/


disuntikkan sesaat taring sudah jejak menembus kulit/ jaringan selanjutya
serta merta ditarik mundur mundur kembali. Proteroglyph atau opisthoglyph,
sebaliknya melakukan gigit cengkeram sambil menahan erart - erart selama
beberapa waktu. Venom yang kebanyakan jernih, cairan kental berwarna
merah muda atau kuning kencoklatan atau terkadang kehijauan, kadang
kadang dengan materi materi penyerta biasanya habis dalam beberapa
gigitan, selanjutnya kelenjar perlu di isi kembali.

Mekanika sembur bisa


Bisa dapat dikeluarkan juga dengan cara selain dari gigitan, seperti
pada “meludahkan/ menyemburkan” bisa yang didapatkan pada yang disebut
spitting cobra dari genus Naja dan Hemachatus. Ular ular yang mematikan
ini bila diganggu
Spitting cobra

mampu menembakkan bisa dari mulutnya sampai sejauh 1 – 3 meter.. Taring


ular ular tersebut mengalami modifikasi yang menyelaraskan dengan fungsi
menembakkan bisa. Didalam taring spitting cobra terdapat jalur menekuk 90
derajat pada bagian bawah taring. Bilamana ular merasa terganggu, otot dari
kelenjar bisa memeras kantung bisa dan hasinya bisa disemburkan keluar.
Seburan bisa 30 – 40 kali dan sang ular tetap dapat menggigit dengan bisa
yang mematikan.

Hamachatus haemachatus

Sembur bisa adalah suatu reaksi bertahan, sang ular mengarahkan


semburan pada mata pengganggu. Efek langsung berakibat kebutaan
sementara dan syok serta terkejut disebabkan inflamasi berat dari kornea dan
konjunktiva. Bila venom dicuci segera dengan air mengalir, tidak ada efek
jelek yang perlu dikuatirkan. Kebutaan bisa menetap bila tidak dilakukan
pembersihan venom. Venom yang kontak dengan kulit intak tidak ada bahaya
apapun, tetapi bila venom kontak dengan kulit luka akan terjadi keracunan.
Bila ”musuh” cukup dekat, maka sang kobra tidak repot-repot
menyemprotkan bisa, langsung menyengat dengan sengatan yang
mematikan.

Efek venom
Ada 3 macam efek berlainan dari venom terhadap jaringan tubuh

 Hemotoxic mempengaruhi sibtem jantung dan pembuluh darah


 Neurotoxic mempengaruhi sistim persyarafan dan otak
 Cytotoxic efek terhadap jaringan lokal ditempat gigiotan

Diketahui bahwa ukuran dari besarnya taring tidak mencerminkan kekuatan


bisa. Sifat kekuatan bisa dari Indo – Malay Lachesis tidak membahayakan
walau merupakan ular ular yang bertaring besar, sementara taring terkecil
dimiliki oleh Hydrophid.

Sebutan ular beracun ( poisonous snake ) sebenarnya suatu


kesalahan – racun dihisap atau ditelan, sedang venom disuntikkan
( Freiberg, 1984 ). Baru – baru ini diduga bahwa semua ular mempunyai
venom dengan derajat bervariasi ( Fry, 2006 ), semua ular mempunyai
kelenjar venom bahkan pada corn snake yang sering dijadikan peliharaan.
Yang membedakan bervenom dengan tidak bervenom adalah evolusi dari
Corn snake swallow a white mice

sistim penyaluran/penyuntikan venom, yang paling maju adalah viper, dengan


taring berengsel guna mencegah self envenomation, diputar keluar hanya
pada saat ular menyerang.

Secara penamaan marga ular bervenom dibagi menjadi 2 bagian besar famili

 Elapid – cobra termasuk didalamnya king cobra, krait, mamba,


copperhead Australia, ular laut dan olar coral
 Viperid – viper, rattlesnake, copperhead/cottonmouth, adder dan
bushmaster

Famili Atractspipidae ( burrowing asp, mole viper ) juga ada yang beracun,
famili
Atractpipidae

Ke tiga yang beracun adalah Colubridae (colubrid) beranggotakan


opistoglyphous ( taring belakang) berisi ular pohon, boomslang, ular vine, ular
mangrove, tidak semua colubrid bervenom.

Colubridae

Proteroglyphous ( taring didepan, bersaluran, posisi tetap )


Efek venom ular proteroglyphous ( hydrophid, cobra, Bungarus, Elap,
Pseudechis, Notechis, Acanthopis ) terutama terhadap sistim syaraf.

Ular welang ( Bungarus fasciatus )


Bila venom ular bersifat neurotoksik mengenai syaraf, terjadi efek gangguan
pernafasan ( paralisis ) sementara efek nyeri dan pembengkakan yang juga
terjadi tidak begitu ketara.

Gigitan dari proteroglyphous elapid yang terkecil ( ukuran ) seperti Elap atau
coral snake diketahui sampai saat ini cukup mematikan bagi menusia.

Coral snake

Viper
Efek venom viper ( Daboia, Echis, Lachesis, Crotalus ) terutama tertuju
pada sistim pembuluh darah, tidak terjadi pengaruh terhadap individu –
individu sel syaraf. Nyeri yang terjadi amat hebat dan dengan cepat di ikuti
dengan pembengkakan dan perubahan warna kulit. Dalam satu sampai tiga
jam kemudian di ikuti dengan muntah – muntah bahkan diare. Kulit
berkeringat dingin dan lembab seringkali dialami. Nadi menjadi sangat lemah,
ada pula sedikit dyspnoea dan terlihat pula kegelisahan. Pada kasus berat
( sering pada anak – anak ) terjadi koma. Setelah dua belas sampai dua
puluh empat jam gejala – gejala konstitusional mulai mereda, tetapi
sementra itu pembengkalan dan perubahan warna kulit semakin nyata dan
lebih menyebar. Tungkai menjadi phlegmon kadang supuratif. Setelah
beberapa hari mulai terjadi pemulihan, dalam pada itu kematian dapat terjadi
karena infeksi berat dan efek samping supurasi.
Toksisitas venom diantara viper berbeda beda, beberapa spesies yang
berasal dari India, Amerika dan Afrika berakibat fatal kecuali ditangani dengan
cepat dan tepat. Disisi lain Lachesis dari India dan Malaya tidak sering
berbahaya bagi menusia, gigitan mereka tidak lebih seperti sengatan lebah
besar, walaupun pernah dilaporkarn kematian pada korban anak – anak kecil.
American Mocassin / Cottonmouth, semi aquatic.
Opistoglyphous colubrid ( taring belakang )
Para ahli biologi jaman dulu mengenali bahwa ular yang bertaring
dibelakang mempunyai venom dengan toksisitas rendah dan efek utamanya
untuk immobilisasi mangsa sebelum ditelannya bulat - bulat. Tetapi pada
tahun 1957 terjadi kematian dua herpetologist akibat sengatan ular bertaring
dibelakang. Karenanya penilaian sekarang menyimpulkan sengatan ular
bertaring belakang potensial mematikan bagi vertebra besar seperti manusia.
Venom dari ular Boomslang meracuni sel – sel darah dan
mengencerkan darah ( hemotoksik ). Gejala awal adalah sakit kepala, mual,
muntah, kelemahan, disorientasi, lecet dan pendarahan pada semua lubang
tubuh. Boleh dikatakan pada dasarnya terjadi kematian kerena perdarahan.
Diantara berbagai ular bertaring belakang, Groen Boomslang
mempunyai venom yang paling mematikan di seantero dunia, walaupun
begitu sengatannya jarang fatal, sebab pada waktu menggigit Groen
Boomslang hanya mengeluarkan sedikit venom. Dibandingkan ular Black
Mamba yang menggigit dengan mengeluarkan banyak bisa..

Groen Boomslang

Gejala utama akibat sengatan dari ular spesies diatas adalah mual dan
perdarahan organ dalam, kematian disebabkan perdarahan otak dan
kolapsnya saluran pernafasan.
Black Mamba

Ular Aglyphous

Eksperimen pada sekresi kelenjar parotid Tropidonofus dan Zemenis


menunjukkan bahwa bahkan ular aglyphous sekalipun mempunyai bisa, dan
kesimpulan fisiologis yang membedakan antara ular tidak berbahaya atau
beracun adalah suatu gradasi, layaknya seperti tangga transformasi dari
suatu kelenjar parotis biasa menuju suatu kelenjar venom ataupun suatu
taring yang solid menjadi taring dengan tubulus atau beralur.

Tropidonofus
Interaksi dengan manusia

Gigitan ular
Manusia bukan ukuran untuk dimangsa oleh ular, kebanyakan ular
akan menyingkir, menghindar tidak akan menyerang manusia kecuali
terganggu atau dilukai. Ular tidak berbisa bukan merupakan ancaman bagi
manusia, walau harus tetap berhati – hati terhadap yang berukuran besar
dengan kemampuan membelitnya. Sengatan dari ular tidak berbisa umunya
tidak berbahaya bagi manusia, purwarupa gigi bertujuan untuk mengambil
serta memegang mangsanya, tidak untuk mengoyak atau menusuknmangsa.
Kemungkinan infeksi tetap ada disamping terjadi pula kerusakan jaringan,
gigitan ular berbisa/bervenom lebih berbahaya lagi bagi manusia.
Dokumentasi kematian akibat gigitan ular berbisa tidak jarang
ditemukan, manaka;la tidak fatal acapkali berakibat kerusakan jaringan yang
memerlukan amputasi anggota gerak atau bagiannya. Ada sekitar 725
spesies ular berbisa didunia dimana 250 spesies diantaranya diketahui dapat
membunuh manusia dengan sekali sengat. Walau Australia terdapat
populasi ular berbisa terbanyak di dunia, hanya sekali setahun terjadi gigitan
yang terbukti berbisa. Di India setiap tahun dilaporkan 250.000 gigitan ular
berbisa dengan 50.000 diantaranya berakhir dengan kematian.
Penanganan gigitan ular berbisa cukup bervariasi. Metode yang efektif
dan umum dipakai adalah dengan antibisa, serum yang dibuat dari bisa ular
itu sendiri. Sebagian antibisa adalah spesies spesifik ( monovalent )
sedangkan lainnya multi spesies ( polyvalent ). Contoh di Amerika Serikat,
semua spesies ular berbisa disana adalah pit viper, dengan perkecualian ular
coral. Untuk memproduksi

Antibisa, venom campuran dari berbagai spesies seperti rattlesnake,


copperhead dan cottonmouth disuntikkan pada tubuh kuda dengan dosis
ditingkatkan bertahap sampai terjadi immunisasi. Serumnya diambil dan
dikeringkan (freeze – dried), kemudian di rekonstitusi dengan air ateril untuk
menjadi antibisa (antivenin). Antibisa dari dari kuda menimbulkan reaksi alergi
pada sebagian manusia sehingga pemakaiannya harus berhati-hati
kemingkinan timbulnya syok anafilaktik. Antibisa dari spesies yang lebih
sangat berbahaya (seperti mampa, taipan dan cobra) dibuat dengan cara
yang sama di India, frika Selatan dan Australia dengan perbedaan berupa
antibisa yang spesies spesifik.

Atraksi ular
Disebagian belahan dunia, khususnya India dan Pakistan sering
dijumpai atraksi ular. Dimana ular ditempatkan dalam keranjang dan dengan
alat yang menyerupai seruling sang ular dibuat menari – nari.. Ular tidak
punya telinga luar dan tidak ada kecenderungan ular dipengaruhi oleh musik
(Bagla,2002)

Atraksi ular (India, Pakistan)

Antibisa (antivenom)
Antibisa adalah serum yang secara komersial diproduksi unutk
menetralkan efek akibat keracunan bisa ular berbisa tertentu. Bisa segar
diperoleh dari memerah ular secara manual ataupun dengan stimulasi
elektrik. Venom yang diektraksi dari ular2 tangkapan diambil tiap-tiap 20 atau
30 hari. Pada pemerahan manual, belakang kepala ular ditekan untuk
menginduksi gigitan pada wadah yang ditutupi karet, sambil dilakukan
tekanan terhadap kelenjar bisa, tekanan dilakukan berulang kali sampai bisa
habis keluar semua. Pada stimulasi elektrik, elektrode dipasang pada sisi
berseberangan dari kepala ular, menyebabkan otot-otot sekitar kelenjar bisa
berkontraksi, mengeluarkan bisa ke wadah pengumpul. Bisa tersebut
kemudian di freeze-dried (metode terbaik) atau dikeringkan dengan bantuan
agen pengering atau di vakum.
Kuda yang sehat dengan kisaran umur antara tujuh sampai delapan
tahun, diusuntikkan dosis rendah (tidak mematikan) cairan bisa (dibuat dari
bisa freeze-dried yang diencerkan secara fisiologis) secara bertahap dosis
dinaikan sampai mencapai kekebalan terhadap bisa tertentu. Sistim
kekebalan kuda menghasilkan antibodi (specialized protein), itulah yang
disuntikkan kepada korban gigitan ular berbisa untuk menetralisir efek
bisa.yang terjadi.
Guna menghasilkan antibodi, sejumlah tertentu darah ( 6 – 8 liter)
secara teratur diambil dari vena jugularis kuda, kemudian dicampur dengan
cairan sodium – citrate untuk mencegah penggumpalan dan kerusakan,
sedang globulin dimana antibodi tersebut menempel dipisahkan dan
dimurnikan. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 25 laboratorium yang
bekerja menghasilkan antibisa ular, di Indonesia antibisa ular di produksi oleh
Bio Farma di Bandung.

Bio Farma - Bandung

GIGITAN/SENGATAN ULAR
PEMBUKAAN
Ular merupakan spesies yang luar biasa, berhasil menyesuaikan diri
dengan berbagai kodisi alam, baik daratan, laut, hutan, padang rumput,
perairan dan padang pasir. Walaupun reputasinya menakutkan, sebaliknya
ular lebih takut terhadap manusia daripada sebaliknya, tetapi ada sebagian
ular yang berlaku agresif terhadap manusia walau tanpa ada provokasi
sekalipun. Diantaranya adalah ular tedung/sendok (Ophiophagus hannah)
dan pula black mamba (Dendroaspis polylepis)
Ular merupakan pemakan daging (carnivora), tidak beranggota
gerak. Makanannya berupa serangga, burung, mamalia kecil dan reptil
terkadang juga ular lain. Di dunia terdapat sekitar 400 dari 3000 spesies (
13%) yang berbisa (venom). Yang lainnya melilit mangsanya sehingga tidak
bisa bernafas atau mengalami henti jantung langsung, mangsa tersebut tidak
dihancurkan. Sebagian lain menggigit mangsanya kemudian ditelannya
secara keseluruhan.
Ular termasuk binatang berdarah dingin, karena itu tidak dapat
meningkatkan suhu tubuhnya terhadap suhu lingkungannya, aktivitas optimal
bila lingkungannya sejuk, serta paling nyaman pada suhu lingkungan antara
25 – 32 °C ( 77 - 90°F).

Ophidiophobia
Ophidiophobia atau ophiophobia merujuk kepada takut akan ular,
kadang takut ular disebut dalam istilah yang lebih umum, herpetophobia atau
takut akan reptil. Merupakan phobia yang sangat umum terhadap binatang,
zoophobia. Berasal dari kata Yunani, ”ophis” yang berarti ular, dan ”phobia”
berarti takut.

Comparison of the harmless Lampropeltis triangulum annulata (Mexican


milksnake) (top) with Micrurus tener (Texas coral snake) (bottom). Photo by
Charles Alfaro.
BAGAIMANA SENGATAN ULAR
Seraya menyengat ular menyuntikkan bisa yang berasal dari modifikasi
kelenjar ludah, venom/bisa merupakan modifikasi air liur yang membantu
dalam proses kimiawi pencernaan. Kekuatan bisa bervariasi, sehingga
sebagian mampu melumpuhkan bahkan membunuh mangsanya, Pada waktu
menyengat venom disalurkan melalui jalur dari kelenjar ( Duvernoy’s gland)
venom (mempunyai otot kontraksi) melalui taring yang bersaluran sampai
akkhirnya jaringan mangsa. Venom ular terdiri dari banyak substansi yang
semuanya mempunyai efek terhadap jaringan mangsanya, cara kerja protein
tersebut terbagi dalam 5 kategori :

 Cytotoxin yang menyebabkan kerusakan jaringan lokal .


 Hemotoxin menyebabkan perdarahan dalam ( luka dalam )
 Neurotoxin mempengaruhi sistim syaraf.
 Cardiotoxin bekerja langsung terhadap jantung.
 Myitoxin berefek pada otot.

WHO ( World Health Organisation) memperkirakan tiap tahun terjadi 5


juta gigitan ular dengan 125.000 diantaranya berakhir dengan kematian.
Sengatan ular kerap terjadi di iklim tropis, juga daerah perkebunan. Dalam
area demikian, sebagian besar penduduk berjalin dengan berbagai macam
jenis ular. Gigitan ular terhadap manusia terjadi karena
memegang/memelihara atau mengganggu ular. Di Amerika Serikat setiap
tahun terjadi 45.000 sengatan ular, 8000 sengatan diantaranya oleh ular
berbisa, 5 – 8 dari itu berakibat kematian.

Snake’s cage

Ular yang mana ?


Dua marga ( family) berisikan ular – ular yang berbahaya bagi
manusia. Yaitu marga elapid terdiri dari cobra ( Naja dan genus lain) di Asia
dan Afrika Selatan, Mamba (Dendroaspis) di afrika, ular coral ( Micrurus) di
Amerika dan elapid di Australia. Ular laut yang sangat berbisa merupakan
keluarga dekat dengan elapid dari Australia.
Marga viper terdiri dari ular ratle yang tersebar di Asia, Afrika dan
Amerika. Gigi taring ular ini agak panjang sehingga menyebabkan luka yang
dalam. Selain juga dapat mengantarkan kontaminasi bakteri berbahaya
seperti Clostridium tetani. Sedang marga colubrid yang berisikan
kebanyakan ( 80%) jenis ular tidak memiliki bisa yang berbahaya bagi
manusia, yang mempunyai bisa merugikan ada beberapa yaitu boomslang (
dyspholidus typus),
ular twig ( thelofornis), ular garter Jepang (Rhabdophis tigrinus) dan ular
coklat pohon (Boiga irregularis).

Colubridae

Gejala dan tanda sengatan ular


Pada awal kejadian yang timbul adalah hambatan psikologis berupa
ketakutan, panik dan ketidak stabilan emosi, yang kemudian berbuntut
dengan adanya mual, muntah, diare, vertigo, pusing, tachycardia, dan
kulit lembab/ keringat dingin. Publikasi melalui televisi, literatur dan folklore
untuk sebagian menumbuhkan kondisi seputar gigitan ular, korban bergelut
dengan pikiran dan kekhawatian akan ancaman kematian.
Sengatan oleh ular berbisa efeknya sangat bervariasi, mulai berupa
luka gigitan saja (dry snakebite: 25 – 50% ) sampai dengan sakit berat dan
kematian. Apa yang terjadi setelah gigitan ular berbisa kadang menyesatkan,
korbannya dapat bermula tanpa gejala apapun yang berarti yang sesaat
kemudian jatuh kedalam syok dan kesulitan bernafas.
Gejala dan tanda sengatan ular berbisa dapat diurai menjadi beberapa bagian
besar:
One such account is that of a 13 year old boy who was bitten by a Northern
Pacific rattlesnake on his hand. In all he spent 35 days in hospital and had
10 surgeries.

Lokal : sengatan oleh viper dan cobra sangat nyeri dan pegal. Dapat
dijumpai pembengkakan, perdarahan dan kemerahan kulit sekitar luka.
Pada gigitan kobra dapat pula disertai dengan kematian jaringan sekitar
luka.
Perdarahan : sengatan viper dan elapid Australia dapat menyebabkan
perdarahan organ dalam seperti otak dan usus. Korban sengatan bisa
berdarah pada luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka lama.
Perdarahan yang tak terkendali bisa berkibat jatuh kedalam syok dan
kematian.
Persyarafan : venom dari elapid dan ular laut dapat langsung
menyerang persyarafan, venom dari cobra dan mamba cepat mengakibatkan
berhenti kerja otot pernafasan yang bila tidak ditangani berakibat kematian.
Otot : venom dari viper Russell, ular laut dan elapid Australia
mengakibatkan kematian otot secara langsung di berbagai area tubuh.
Debris dari kerusakan otot terbut dapat mengganggu filtrasi ginjal yang
berujung pada gagal ginjal.
Mata : semburan bisa dari cobra/Naja dan ringhal’s?Hamachatus (ular
serupa cobra dari Afrika) dapat secara tepat megnenai mata, berakibat nyeri
mata dan kerusakan mata

Kapan mencari bantuan pengobatan ?


Setiap individu korban gigitan ular apapun harus dipertimbangkan
dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit, kecuali punya keyakinan bahwa
ular yang menyengat tersebut tidak berbisa. Patut diingat bahwa, keliru
mengenali ular berbisa bisa berakibat kesalahan fatal.
Korban sengatan ular berbisa perlu perawatan luka yang baik,
pemberian booster tetanus diperlukan setelah/setiap 5 tahun.
How long has it been since you've had a tetanus shot?

Pemeriksaan dan pengujian


Diagnosis berdasarkan perjalanan penyakit/kejadian, identifikasi
atau deskripsii ular penggigit sangat diperlukan sebab tidak semua ular
berbisa, dan untuk ular berbisa tertentu ada anti bisa yang tepat. Tanda bekas
gigitan atau trauma lokal (fang’s mark) dapat juga untuk mengenali apakah
berasal dari ular berbisa atau bukan. Nyeri dan bengkak acapkali menyertai
sengatan segala ular berbisa.
Pemeriksaan pernafasan pertama dilakukan, dibarengi kondisi
sirkulasi/ kardiovaskuler dan bila ada gejala lain-lain yang mengancam
keselamatan korban.
Luka gigitan diperiksa dan ditangani/pembersihan.
Pemeriksaan contoh darah dan kencing dimaksudkan untuk menilai
gangguan perdarahan, pengaruh terhadap sistim pembekuan, problem
ginjal dan kerusakan otot. Masalah tersebut kadang tidak ketara tetapi
menimbulkan konsekwensi fatal bila meleset dikenali.
Monitor ketat tanda – tanda vital terhadap kemungkinan perburukan,
demikian pula lokal ditempat gigitan dan sekitarnya apakah ada tanda
perburukan.
Korban gigitan perlu diberi tahu kemungkinan terjadinya komplikasi
sindrom kompartemen (compartment syndrome). Yang mungkin terjadi bila
pembengkakan sangat berat, pasien merasa nyeri hebat dan kesemutan,
selanjutnya tungkai/yang terkena memucat dan dingin, akibat terputusnya
aliran darah. Guna mengenali sindrom kompartemen perlu diingat 5P, pain,
palor, paresthesia, paralysis dan pulselesness. Bila tidak ditangani secara
tepat tungkai tersebut tidak jarang harus diamputasi.

Perawatan di rumah
Akal sehat diperlukan untuk menanggulangi sengatan ular berbisa atau
tidak. Gigitan ular berbisapun tetap memerlukan penanganan luka yang tepat
– cepat, yang merupakan kata kunci dalam setiap penanganan sengatan ular
berbisa. Booster tetanus perlu diberikan setiap lima tahun. Luka harus di cuci
dengan sabun dan banyak air, perhatikan adanya patahan gigi dan atau
kotoran pada tanda luka.

Hal – hal yang perlu dikerjakan :


Hindari gigitan kedua atau korban kedua, ular tetap dapat menyengat
dan menyuntikkan bisanya berkali – kali, 20 – 30 kali pada cobra di capello/
Portuguese ( snake with hood / hooded snake).
Identifikasi atau deskripsi dari ular, hanya bila cukup aman untuk
tidak disengat kedua kali atau korban berikutnya.
Jaga agar pasien tetap tenang, reaksi stress akut meningkatkan
peredaran darah menjadikan penyerapan venom meningkat dan
membahayakan pasien. Keluarga dan pengantar pasien perlu dijaga tetap
tenang, kepanikan keluarga pasien menyebar diantara mereka menyebabkan
pengambilan keputusan yang merugikan.
Usahakan posisi lengan yang terkena gigitan dalam posisi fungsional
dan lebih rendah dari posisi jantung.
Jangan berikan makanan ataupun minuman apapun kepada korban,
terutama yang mengandung alkohol, suatu vasodilator yang mempercepat
proses penyerapan venom.
Pindahkan/kirim korban secara aman dan cepat ke fasilitas unit gawat
darurat yang memadai kecuali dipastikan ular yang menggigit tidak berbahaya
(tidak berbisa). Perlu diingat kesalahan idebtifikasi dapat berakibat fatal, juga
gigitan yang awalnya nampak tidak berbahaya dapat berubah mengancam
nyawa terutama venom yang bekerja neurutoksik.

Venom extractractor

Laksanakan pertolongan pertama dalam batas pelatihan dan pengetahuan


kita.

Lepaskan benda –benda yang ”mengikat” korban, seperti ciccin dan


perhiasan lain – lain, menghindari terjepit pembuluh darah bila
pembengkakan menghebat.
Bila kita berada di tempat terpencil jauh dari fasilitas kesehatan
akibatnya transportasi terkendala, Tungkai yang terkena perlu di splint/
bebat, dengan memperhatikan kemungkinan terjadinya pembengkakan yang
akan mengakibatkan menjadi seperti tourniquet, memutus aliran darah.
Periksa apakah kuku dan jari jemari berwarna pink/ merah muda dan
hangat, tidak kesemutan dan nyeri tidak bertambah berat.
Bila diketahui terjadi sengatan oleh elapid yang sangat berbahaya dan
tidak terjadi efek lokal yang berarti, dapat diterapkan pressure immobilizer.
Teknik tersebut terutama untuk elapid Australia dan ular laut. Dibuat balutan/
bebat pada lokal gigitan diteruskan ke arah proksimal ekstremitas dengan
tekanan seperti bila membebat ankle sprain. Lalu, immobilisasi dengan
splint dengan memoerhatikan kemungkinan pengaruhnya terhadap aliran
darah. Teknik ini bisa membatasi kemungkinan efek sistimik venom yang
mematilkan tetapi dapat memperberat efek lokal yang terjadi.
Pemakaian alat sedot mekanik pernah dianjurkan pada masa lalu, padahal
sangat kecil kemungkinan tindakan tersebut akan mengeluarkan venom
secara bermakna, justru penyedotan tersebut mungkin memperberat luka
lokal yang ada.

Ada dua hal prinsip dalam penanganan evakuasi korban gigitan ular
berbisa yang satu sama lain menimbulkan konflik pada waktu awal kejadian,
terutama bila berawak dari daerah terpencil.
Pertama, korban harus dibawa secepat mungkin ke fasilitas gawat
darurat medis, sebab anti bisa ular disiapkan disana.
Kedua, tungkai yang tergigit hendaknya di imobilisasi untuk
memperlambat penyerapan venom.

Berbagai teknik pertolongan pertama pada masa lalu, saat


sekarang sudah tidak dianjurkan lagi, antara lain ,

Jangan memotong dan menghisap kedaerah gigitan ular, hal itu akan
lebih memperparah kerusakan yang ada, bahaya infeksi meningkat dan tidak
ada hasilnya dalam mengeluarkan venom yang ada.
Jangan menggunakan es, karena es tidak menghambat venom, justru
bisa menimbulkan frostbite.
Jangan menggunakan rangsang listrik, karena ternyata tidak
bermanfaat dan resiko luka bakar serta gangguan jantung.
Jangan memakai alkohol, walau dapat meringankan nyeri, tetapi
pelebaran pembuluh darah memudahkan penyerapan venom.
Jangan menggunakan tourniquet atau pengikatan tungkai/lengan,
terbukti tidak efektif dan meningkatkan kerusakan jaringan dengan resiko
kehilangan tungkai/lengan.

According to tradition, Cleopatra VII famously committed suicide by snakebite


to her left breast, after hearing of Mark Antony’s death, as seen in this 1911
painting by Hungarian artist Gyula Benczúr
Penanganan medis
Pertama kali yang ditangani
adalah kondisi gawat yang
mengancam nyawa, kesulitan
bernafas memerlukan intubasi
ETT (endo tracheal tube) dan
ventilator. Gangguan sirkulasi
darah memerlukan cairan intra
vena dan mungkin berbagai obat
untuk menanggulangi gejala
yang timbul : nyeri, kesemutan,
pembengkakan.

Serum anti bisa ular (SABU)


perlu diberikan pada korban
dengan gejala – gejala
signifikan. Pengobatan tersebut dapat menyelamatkan nyawa atau
menyelamatkan tungkai, SABU tidak jarang menyebabkan reaksi alergi
bahkan anphylactic shock, yang membahayakan nyawa dan perlu
pengobatan dengan epinephrine/ adrenaline.
SABU dapat pula menimbulkan serum sickness dalam 5 – 10 hari
setelah pemberian, gejala yang timbul berupa demam, nyeri sendi, gatal –
gatal, pembengkakan kelenjar lymph dan kelelahan. Kelainan tersebut
tidak membahayakan jiwa..
Cara pemberian SABU polivalen Bio Farma ( Ankystrodon
rhodostoma/ ular tanah, Bungarus fasciatus/ ular welang, Naja Sputatrix/
ular kobra), dua ampul SABU dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau Dextrose 5 %
dengan kecepatan 40 – 80 tetes per menit, dengan maksimum pemberian 20
ampul.
Walaupun tidak didapatkan gejala signifikan, korban gigitan ular perlu
diobservasi antara 6 – 12 jam, bila perlu 2 X 24 jam.
Luka gigitan harus dibersihkan, kadang tertinggal patahan gigi serta
kotoran yang perlu diangkat. Tetanus toxoid perlu untuk membooster daya
tangkal setiap lima tahun sekali. Pemberian antibiotik dengan
mempertimbangkan kondisi luka.
Bila terjadi compartement syndrome perlu tindakan bedah berupa
fasciotomy guna menyelamatkan tungkai/ lengan.
Tissue necrosis of snake bite

Acupressure
Penerapan acupressure adalah untuk mempercepat pemulihan .

 Four Gates will help to relax you. This can be helpful immediately
following emergency treatment for the bite. (Location: On the midline of
the lateral aspect of the thigh, 7 cun above the transverse popliteal
crease. When the patient is standing erect with the hands hanging
down close to the sides, the point is where the tip of the middle finger
touches. )

 Spleen 10 helps to detoxify the body. (Location: When the knee is


flexed, this point is 2 cun above the medosuperior border of the patella,
on the bulge of the medial portion of the quadriceps femoris (vastus
medialis) muscle. Alternative method: Cup your right hand to the
patients left knee, with the thumb on its medial side and the other four
fingers directed proximally. The point is where the tip of the thumb
rests.)
Diet
Banyak konsumsi sayuran berwarna hijau dan kuning, yang
merupakan sumber dari vitamin dan mineral yang penting.

belimbing, nanas dan pisang.

bayam, caisim, sawi hijau, bokcoi, brokoli dan daun singkong.

SHCI
Snake Hunter Club Indonesia
Adalah komunitas yang menyayangi ular, venom ular didedikasikan
untuk pencegahan/pengobatan efek venom dari luka gigitannya, disamping
itu banyak kegunaan lain – lain dari venom ular dan bagian – bagian ular
yang bermanfaat untuk kesehatan. Venom ular diolah sedemikian rupa
sehingga mempunyai efektivitas bekerja sebagai anti bisa ular dan
pengobatan terhadap berbagai macam penyakit. Pengobatan dengan
menggunakan anti bisa ular bisa diterapkan pada semua yang sedang sakit,
efeknya pasti ada sedikit maupun banyak , mulai dari menyembuhkan,
mengurangi atau sekedar meringankan keluhan yang ada, untuk penyakit
tertentu efeknya baru tampak setelah jangka waktu 1½ - 3 bulan, sedang
dalam menangani gigitan ular berbisa efeknya sangat dramatis, sejak mulai
dikulum/ dikumur di mulut sejak saat itu mulai punya efek mengobati ,
kurang dari 15 menit efek sitemis akibat bisa sudah mulai mereda dan
dalam setengah sampai satu jam efek sistemis sudah hilang, sedang efek
regional yang sudah terjadi timbul seperti bengkak hebat akan hilang/
mereda dalam 2 hari. Sedang efek lokal tempat gigi ular menggigit sembuh
setelah 1½ - 3 bulan.
SHCI membagi kategori venom ular menjadi 3 level, level I dengan
venom paling kuat/ mematikan, (masuk kategori elapid), level II (adalah
golongan crotalid/viperid) dan level III (sebanding dengan colubrid) dengan
jenis ularnya masing – masing.
Dalam level I ada ular kobra (cobra di capello) dan ular dedak
bromo, di

Cobra di capello

kelompok level II ada ular gibuk, belang, weling, gadung luwuk, welang,
sedang
Raattlesnake

kelompok level III termasuk talimongso, cabe, blandotan krawang, gadung,

blandotan macan, koros, puspa kajang, kadut, dumung macan, tamper, tali
picis, bawuk, samberlilen, air, dedak emprit, diamond, lare angon, sanca
kembang, sawah, sanca manuk, phyton, LSD, dowel.
Anti bisa yang dikembangkan bertujuan untuk memberikan kekebaln
terhadap ular yang terdaftar dalam levelnya masing – masing, disamping itu
mempunyai efektivits terhadap pengobatan. Level III mempunyai manfaat
pengobatan/ penyembuhan terhadap : malaria, tetanus, demam berdarah
dengue, rabies, luka cepat kering. Level II untuk mengobati diabetes,
typus, liver, asthma, alergi serta luka (organ) dalam. Sedang level I untuk
kanker darah, kanker tulang, HIV/.AIDS, flu burung/ flu H5N1, flu H1N1
swine flu/ flu babi. Dalam pengembangan lebih lanjut, yang juga berhasil
baik untuk diobati dengan ramuan anti bisa ular yaitu : APCD ( Acquired
prothrombin complex deficiency), Contussio maupun comotio cerebri, Anemia
bulan sabit, jerawat

konglobata, asthma kaitan alergi, Luka dekubitus, luka operasi yang terbuka,
nyeri pada keganasan,

Dekubitus

Penggolongan SHCI versus Penggolongan taxonomi dunia


Kekebalan universal

SHCI sejak awal berdirinya yaitu sekitar 50 tahun yang lalu, membagi
ular dalam tiga level bisa, semua ular didunia berbisa hanya efek bisanya
berbeda – beda, ada efeknya hampir tidak mempengaruhi tubuh sedikitpun
sampai yang mempunyai efek mematikan. Sedangkan baru – baru ini Fry,
2006 dari penelitiannya menyimpulkan hal yang sama dengan SHCI bahwa
semua ular berbisa hanya efek bisanya berlain – lainan, ada yang ringan
sampai ada pula yang mamatikan. SHCI memberikan level 1 pada ular
dengan tingkat bisa paling tinggi, sedangkan secara taxonomi golongan bisa
tertinggi dipenuhi oleh ular – ular yang berbisa paling kuat, pada
kenyataannya daftar isi ular level 1 SHCI dengan isi famili elapid
bersamaan , demikian pula level 2 SHCI persis dengan keluarga
crotalid/viperid, serta level 3 SHCI idem dengan golongan colubrid.
Dengan demikian pembagian level tingkat bisa SHCI sama persis isi ular
berbisanya dengan penamaan ular secara ular taxonomi, karena itu efek
kekebalan SHCI terhadap gigitan ular berbisa berarti universal/ mendunia.
Dalam pengertian kebal terhadap semua gigitan ular berbisa yang ada
dimuka bumi /dunia.

Bhakti sosial kesehatan


SHCI seringkali mengadakan bhakti social kesehatan yang
dilaksanakan di berbagai daerah di seluruh Indonesia, sampai usia SHCI
mendekati 50 tahun sudah mengobati sekitar 2 (dua) juta orang dari berbagai
golongan masyarakat dan bermacam penyakit. Keberhasilan pengobatan
SHCI boleh dibanggakan apalagi bila pasien disiplin berobat sampai 1½ - 3
bulan, hasil pengobatan yang diperoleh lebih bermakna.

Gigitan ular kobra


Tanggal 12 Agustus 2009, bapak Adhi Bhismo Wiraspati (Bhismo)
dipatuk oleh ular kobra Jawa ( Naja sputatrix). Hobi memelihara ular
(Phiton) sudah sejak kecil ditekuni oleh bapak Bhismo tersebut (cerita
ibunya), karena hobi demikian, 3 bulan yang lalu satpam tetangga
memberikan ular kobra hasil tangkapan di sawah daerah Bekasi.
Menjelang sore hari, sekitar pukul 17.00 wib bpk Bhismo baru mulai
membersihkan kandang kobra tersebut. Tiba – tiba sang kobra peliharaan
tersebut menggigit pergelangan tangan kirinya. Selain nyeri, juga terjadi
pembengkakan hebat dari tangan kiri sampai pertengahan lengan atas kiri.
Disamping itu terjadi pula gejala sistimik , kulit lembab, mual – mual. Keluarga
langsung membawa ke rumah sakit Global – Internasional di Bekasi /Kali
Malang, disana setelah 1 (satu) jam baru mendapat SABU (serum anti bisa
ular), tetapi timbul reaksi panas /febris setelah pemberian SABU tersebut.
Ibunya juga melihat bahwa ada kegugupan baik pada dokter maupun
perawat RS Gobal - Internasional dalam menangani gigitan kobra tersebut.

Bpk Bhismo 2 hari setelah gigitan kobra pada lengan kiri.(P. Salawati)
Beliau adalah teman dari almarhum Mbah Surip “ Tak gendong” We love you
full
(Photo2 dimuat dengan persetujuan, 24/09/09)

Ibu bapak(orang tua)nya kemudian menyimpulkan bahwa bila terus ditangani


disitu anaknya tidak mungkin tertolong dan bisa berakibat fatal. Setelah
mencari informasi melalui dr Dewo Aksoro Sp THT (RS Tria Dipa) dan DR dr
Harmin Sarana Sp B (RSAL Mintohardjo/MTH) maka diperoleh kabar bahwa
dr Gardjito Sipan Sp U mampu mengobati segala gigitan ular berbisa.
Kemudian dari itu dibuat janji temu di RSAL MTH, dengan menggunakan
ambulans RS Global maka dibawalah bp Bhismo ke IGD RSAL MTH beserta
rombongannya semua berbondong – bondong memenuhi IGD RSAL MTH,
sampai disana sekitar pukul 23.00 WIB.
Luka gigitan 2 hari sesudah dipatuk kobra
(Photo2 dimuat dengan persetujuan, 24/09/09)

Di IGD RSAL MTH diberikan ramuan anti bisa ular sesuai dengan prosedur
SHCI, dalam sekitar 15 menit gejala sistimik mulai mereda dan dalam satu
jam sudah tenang, pembengkakan pada tangan dan lengan hilang dalam 2
hari, kemudian sudah boleh berobat jalan. Semuanya menggunakan
ramuan anti bisa ular dari SHCI, untuk lukanya dirawat seperti biasa
(prosedur bedah), hanya sebagai salep dipakai formula dari SHCI- Jakarta.

Lokal luka 2 minggu setelah gigitan ( 26/08/09). Poli Urologi.


(Photo2 dimuat dengan persetujuan, 24/09/09)

Hari ke – 4 pasca gigitan ular cobra di capello, sudah manggung kembali


dalam profesinya sebagai seniman perkusi yang juga mengumpulkan anak –
anak jalanan untuk tampil di depan/ pelataran depan TIM ( Taman Ismail
Marzuku).
Foto tanggal 19 Nopember 2009, sekitar 12 minggu pasca gigitan

Gigitan ular di proyek pembangunan Apartment Kuningan City


- Jakarta
Proyek pembangunan pembangunan Apartment Kuningan City
terletak disebelah Mall Ambassador arah ke Rasuna Said di sisi sebelah kiri,
berseberangan dengan hotel J.W. Marriot- Jakarta.
Pada hari Kamis (Kliwon) tanggal 07 Januari 2010/21 Muharam 1431
H. Para pekerja bangunan sedang sibuk memindahkan potongan2 besi beton
untuk kontruksi bangunan tersebut, sekitar pukul 10.30 pagi mreka dikejutkan
oleh adanya ular warna ” belang – belang ” yang bersembunyi didalam
tumpukan besi beton .Mereka mundur dengan ketakutan dan memanggil
salah seorang tukang yang juga ”ahli” ular, yaitu Rishy namanya, seorang
lelaki berumur 29 tahun., tinggal di Bekasi ( keluar pintu tol Lippo) dekat SGC
( Super Grosir C ) tol ke Cikampek. Di rumahnya berjualan ular dengan
persediaan rata-rata 30 ekor ular sehari dari berbagai jenis : Kobra, ular
hijau ekor merah dan juga reptil lain seperti biawak. Bila persediaan ular
berkurang maka dia pergi berburu ular dipersawahan sekitar di Bekasi. Di
rumahnya ular tersebut dikumpulkan dalam satu kandang, diberi makan
katak yang juga banyak terdapat di pesawahan Bekasi. Ular ular tersebut
dipelihara oleh adiknya dan 2 orang anaknya, yang besar perempuan umur 9
tahun dan yang kecil laki-laki umur 3 tahun, istrinya sudah lama tidak dirumah
katanya pergi dengan ”PIL”, juga dibantu oleh adiknya. Masyarakat
sekitarnya tidak protes atau menolak kehadiran Rishy cs beserta ular2-nya,
karena Rishy cs banyak membantu orang sakit dengan obat-obatan berasal
bahan dari ular, untuk penyakit kulit seperti gatal-gatal diberikan gorengan
daging ular. Untuk menjadi fit-sehat disuguhi empdu ular segar dalam satu
sloki anggur kolesom. Disamping itu dia juga memberikan nasehat
pengobatan gigitan ular berbisa dengan bahan-bahan dari herbal, yaitu
berupa :1. Kangkung mentah dikunyah dimulut sampai halus, setelah itu
kunyah juga ubi jalar matang atau mentah ( merah ) campur dengan yang
sedang dikunyah kangkung mentah tsb, campuran kunyahan kangkung
mentah dan ubi matang tersebut dibuat/ dipakai untuk memboreh/salep
ditempat gigitan ular. 2. Alang- alang biru diseduh dan diminumkan kepada
mereka yang digigit ular.
Rishy kemudian datang ketempat tumpukan besi beton tempat ular
bersembunyi dan menarik ular tersebut, saat itu ibu jari tangan kanannya
digigit pertama kali oleh sang ular tersebut, akan tetapi dia tidak apa – apa
karena menurut pengakuannya dia sudah nbeberapa kali di patuk ular kobra
dan tidak ada akibat apa - apa , demikian pula anaknya pernah dipatuk ular
kobra juga tidak ada akibat apa-apa. Setelah itu ular tersebut dipegang
buntutnya dan bermain-main dengan ular tersebut sambil mengganggu rekan-
rekan sesama pekerja bangunan, salah satu rtekan kerjanya ketika diganggu
menendang ular tersebut balik ke arah Rishy, tepat ke arah tangannya dan
kemudian menggigit tangannya kembali. Jadi total dia sudah digigit 3 (tiga)
kali oleh ular tersebut. Mereka kemudian merasa sudah cukup bermain –
main dan mandor yang mengawasi merewka bermain juga memerintahkan
agar mereka segera bekerja kembali, karena proyek tersebut kejar tayang
waktu penyelesaiannya, tiap hari mereka bekerja 2 (dua) shift. Demikian pula
Rishy langsung melanjutkan kegiatan kerjanya, saat itu melanjutkan
mengangkat besi-besi beton ke posisi pengecoran. Sesaat kemudian Rishy
merasakan sakit kepala disertai pusing, ulu hati mual dan nafas sesak/
pendek seperti tersengal – sengal dan waktu menarik nafas terasa amat
berat. Sambil terhuyung – huyung dia menuju kantor proyek untuk minta
obat Novalgin/ Antalgin, mandor yang mengetahui hal itu segera memutuskan
untuk membawa Rishy kerumah sakit, karena proyek tersebut mempunyai
perjanjian kerja sama dengan RSAL Mintohardjo, kemudian Rishy dibawa ke
sana. Mereka sampai di RSAL Mth sekitar 1 ½ jam setelah kejadian dengan
Rishy mengalami gejala2 tersebut diatas.
Di UGD RSAL Mth dilakukan pemeriksaan seperti biasa, serta
pemasangan infus dengan venflon, pada saat pemasangan pertama di lengan
kiri dekat pergelangan tangan kiri pembuluh darah disitu pecah berulang kali,
walaupun pembuluh darah venanya besar (seharusnya mudah), ternyata di
lengan tersebut adalah tempat dimana jari – jari tangan jempol dan
telunjuknya 2 (dua) kali digigit ular , sehingga pembuluh darah di sisi tersebut
mulai rapuh, mudah pecah. Setelah lokasi pemasangan venflon dipindah ke
lengan bawah kanan, lancar dan terpasang dengan baik. Ini memberi
pelajaran yang bermakna bahwa pemasangan IV-line harus disisi bebas
gigitan atau trauma gigitan paling ringan pada multi gigitan seperti pada
pasien ini.
Dokter jaga UGD RSAL MTH waktu itu adalah Dr Emeth yang
kemudian menghubungi Dr Gardjito S Sp U, setelah melaporkan kasusnya
kemudian ditanyakan ular apa yang menggigit, tetapi tidak dapat dijawab
karena pasien seolah-olah me”rahasia”kan ular yang menggigit dirinya,
pasien boleh dikatakan ingin menyelesaikan akibat gigitan ular tersebut tanpa
mengaitkan dengan ular yang mengigitnya, yang sudah dilepaskannya
dengan damai.
Kemudian Rishy diberikan obat untuk gigitan ular, Takaran pertama
sebanyak 100 cc langsung diminumnya, yang dengan seketika esaknya
hilang, demikian pula mual dan pusing-nyeri kepala sirna. Kemudian masih
diberikan 2 kali takaran lagi dengan beda waktu masing-masing 15 menit.
Setelah itu pasien boleh pulang, berobat jalan.

Catatan
Ular yang mampu mengembangkan lehernya, ada tiga spesies yaitu :
1. Naja spesies (cobra di capello)
2. Ophiophagus hannah (ular tedung/king cobra)
3. Hamachatus haemachatus (Ringhal’s)

Ular penyembur bisa ada 2 spesies.


1. Naja spesies (cobra de capello)
2. Hamachatus haemachatus

Penggolongan level bisa SHCI dibandingkan dengan level bisa taxonomi,


adalah.
 Level I (bisa terkuat) SHCI ( kobra, dedak Bromo) sama dengan
famili elapid (bisa terkuat) taxonomi (kobra)
 Level II (bisa sedang) SHCI (belang, gibuk) sebanding dengan
keluarga crotalid (bisa sedang) taxonomi (Viper)
 Level III (bisa lemah) SHCI (Phiton) sesuai dengan golongan
colubrid (bisa lemah) taxonomi (Phyton)

Tindakan yang harus dilakukan pada gigitan ular (dianggap) berbisa :


Prinsip harus tepat dan cepat, tidak panik dan dimulai ditempat
kejadian :

Ditempat kejadian
i. Imoblisasi pasien sambil cegah gigitan kedua atau
mengigit orang kedua. Berbarengan dengan identifikasi
ular yang menggigit dengan deskripsi atau gunakan HP
/foto. Tidak perlu membunuh ular yang menggigit, ular
tersebut punya tugasnya yang tersendiri dalam
ecosystem minimal sebagai rodent control.
ii. Monitor tanda – tanda gangguan pernafasan,
pendarahan dan kelemahan otot.
iii. Cuci luka dengan sabun dan banyak air /mengalir
iv. Imobilisasi luka dengan splint (tidak erat), bidai
proksimal dari luka, dalam posisi fungsional) dan lebih
rendah dari jantung (mengurangi penyebaran bisa)
v. Luka jangan : dihisap /sedot, insisi, alkohol serta pakai
es, tidak pula di listrik.
vi. Siapkan transportasi secepat mungkin ke rumah sakit
yang dilengkapi derngan IGD serta ICU. Hati – hati
banyak IGD rumah sakit tidak siap /mampu menangani
gigitan ular berbisa, bila perlu koordinasikan dulu rencana
pengirimannya. 6 - 12 jam pertama merupakan saat –
saat puncak kritis efek bisa terhadap sistim pernafasan
serta kardiovaskuler.
vii. Puasakan pasien sampai di rumah sakit dokter
menentukan lain.

Dirumah sakit
Instalasi gawat darurat
1. Periksa pasien sesuai dengan prosedur kegawat – daruratan :
air way, breathing, cardio vasculair .
2. Monitor tanda – tanda kegawatan pernafasan dan
kardiovaskuler.
3. Siapkan ICU /ventilator bila sewaktu – waktu terjadi gangguan
pernafasan.
4. Pasang intra venous line dengan jarum besar, berikan SABU 2
ampul / dalam 500 cc Dextrose 5% / NaCL fisiologis, minimal
2000 cc per 24 jam. Maksimum pemberian SABU 20 ampul per
24 jam. Bila jenis ular yang mengigit diketahui dan ada SABU
yang sesuai berarti SABU monovalen diberikan, atau alternatif
bila ular penggigit tidak diketahui dapat diberikan bisa
polivalen.

'The pain isn't too bad...but I can't take my hat off!'


5. Rawat /tutup luka dengan balutan steril dan salep / kasa
antibiotic /antiseptic.
6. Waspadai terjadi kompartemen sindrom : 5P (pain, pallor,
pulselessness, paralysis, pale)
7. Berikan terapi suportif : tetanus toxoid, antibiotik

Ruang perawatan
Diutamakan monitor nekrosis luka dan supurasi yang bisa
menimbulkan sepsis. Bila perlu nekrotomi luka serta skin graft. Phisioterapi
pada anggota gerak perlu dikerjakan agar tidak terjadi kekakuan..

Jacobsen's Organ

Jacobson's Organ is an extrasensory organ in the roof of the snake's


mouth that sharpens its sense of smell. It consists of two hollow, highly
sensitive saclike structures. The snake's acute odor perception allows it
to track both prey and potential mates.

Duvernoy’s gland
Pair of venom producing glands are found in all the poisonous
snakes, which are positioned below and behind the eyes. They
are accompanied by a pair of maxillary teeth called fangs.
We can identify two types of venom producing glands.

1. True Venom

Elapids, Viperids and sea snakes have this type of venom


glands. The fangs are situated anteriorly.

2. Duvernoy's glands

Found in some Colubrids. Relatively small gland situated


posteriorly. Venom is ejected through a posterior fang.
Colubrids with well developed Duvernoy's glands are mildly
poisonous.
Kepala ular dan kadal

Fig. 300. - A, Head of Colubrine Snake (Coluber natrix); B, Head of Viperine Snake
(Pelias berus); C, Head of Blind-worm (Anguis fragilis), one of the serpentiform Lizards.
(After Bell).

Angulus fragilis, the serpentiform lizard


One such account is that of a 13 year old boy who was bitten by a Northern
Pacific rattlesnake on his hand. In all he spent 35 days in hospital and had
10 surgeries.

The following few pictures show graphic scenes from the operation and the damage caused by just one
bite. Not for the faint of heart

36 hours after bite

Arm during the 2nd surgery, 36 hours after the bite. You can see how unhealthy all the tissue is.

Second surgery
The hand, also during the 2nd surgery shows loads of dead tissue in the palm.

5th surgery, day 12

Hand during the 5th surgery, on Day 12. There is still a huge amount of dead tissue, but progress on
cleaning it out has been made. The surgeons have started the long process of closing the hand, using
staples and rubber bands.

8th surgery, day 23


Skin graft day 35

Skin graft on arm on Day 35. The holes have begun to fill in with tissue and the graft edges are starting
to attach to the surrounding skin.

Vascular flap surgery


Hand 3 days after vascular flap surgery to fix the thumb position back to normal. The surgeons took a
chunk of skin and muscle from the back, attached its artery and vein using microsurgery, and then
stitched it to the arm. This took 6 hours.

A small section of black tissue is visible below the flap. This is where there was blood clotting causing
the tissue to die, and over the following month new tissue grew to replace the dead, leaving no
permanent damage.
Lower Leg of 11 year old boy in Equador, 2 weeks after a Fer De Lance bite.
Extensive necrosis, pending amputation

Dangerous But Important to the Eco-system!

Although these snakes may pose a danger to humans, they are an


essential part of their local eco-systems. They are responsible for
controlling the population of rodents, which are far more dangerous to
humans, since they carry disease and destroy vast amounts of grain and
food.

These are snakes to be RESPECTED and avoided, but should NEVER be


killed indiscriminately! These amazing reptiles should be protected and left
alone to do their job.

Gigitan ular dewasa ini


Bagi sebagian masyarakat awam (Indonesia), masih percaya mitos
bahwa gigitan ular (secara realita) tidak bisa diobati,[ Dalam realita mitos lain,
gigitan ular (dalam mimpi) menjadi asa disebabkan ada indikasi dekatnya
suatu perjodohan] Ditambah kurangnya pengetahuan dan pelatihan pada
dokter2 maupun petugas kesehatan setempat dalam menangani gigitan ular
berbisa, hasil pelaksanaan pertolongan mereka hampir tidak banyak
membantu dibandingkan dengan pertolongan secara tradisional, tidak jarang
tindakan yang diterapkan justru menambah parahnya situasi. Banyak UGD
rumah sakit di kota besar maupun fasilitas kesehatan yang berada didaerah
terpencil tidak menyediakan SABU (serum anti bisa ular), yang merupakan
komponen penting dalam menangani gigitan ular berbisa. Umur SABU
yang pendek (1 tahun), kurangnya dosis SABU yang tersedia, ketidak
percayaan masyarakat untuk penanganan gigitan ular berbisa di UGD rumah
sakit, menyebabkan banyak SABU yang tidak terpakai di masa lalu,
penggunaan SABU tidak jarang menimbulkan komplikasi baik ringan berupa
serum sickness sampai berat yaitu syok anafilaktik. sehingga program
penyediaan SABU dikeluarkan dari prioritas obat –obatan UGD. Pemahaman
apakah itu SABU bila saat ini ditanyakan baik kepada awam maupun petugas
medis lebih kepada sebagai narkotika dan obat terlarang.
Pelatihan pada Palang Merah remaja, tidak menyentuh materi
penanganan gigitan ular berbisa, karena bayang – bayang bahwa gigitan ular
berbisa tidak tuntas ditangani bahkan di rumah sakit yang menyebut diri
mereka GLOBALISASI INTERNASIONALISASI. Kemampuan menanggulangi
gigitan ular berbisa akhirnya menurun, tidak ada standart yang bisa dijadikan
panduan dalam menggulangi baik ular maupun akibat gigitannya. Seperti
kejadian gigitan ular cobra di capello yang mematuk bapak Bhismo pada
tanggal 12 Agustus 2009 lalu, setelah menunggu SABU 1 jam, baru
didapatkan dan diberikan, dan justru timbul reaksi panas/ febris yang
merupakan salah satu side effect pemberian SABU. Timbulnya reaksi itu
merupakan efek samping penggunaan SABU asal serum kuda, disamping itu
ibunda bp Bhismo melihat bahwa baik dokter UGD maupun petugas
paramedic UGD rumah sakit tersebut diliputi kegugupa dan tidak professional
dalam menangani gigitan ular berbisa tertinggi dari cobra di capello.
The Clinical Management of Snake Bites in the South East Asian
Region/WHO
Annex -1 - Algorithm 1: Antivenom treatment of snake bite cases
Hal pertama yag harus dilakukan ketika digigit ular berbisa
jika kita sedang masuk ke hutan, sebaiknya kita membawa kotak p3k untuk
berjaga-jaga jika kita terluka, salah satu luka yg paling berbahaya disebabkan
oleh gigitan ular berbisa, jika kita terlanjur tergigit ular berbisa, segeralah
lakukan tahapan penanganan sbb :

1.JANGAN PANIK !

2.Amankan posisi penolong dan korban


Terutama dari bahaya lain seperti gigitan ular itu “lagi”, lokasi yang curam, dll.
Jika diri sendiri yang tergigit, ambil posisi yang aman, jauhi ular.

3.Imobilisasi pasien dan Lakukan pembalutan elastisdi atas luka gigitan untuk
menghentikan dan memperlambat laju bisa menuju ke jantung

4.Tenangkan korban, jangan banyak melakukan aktifitas/gerakan yang menguras


tenaga dan mempercepat detak jantung

5.Kenali ular yang menggigit (LANGKAH VITAL dan PENTING !)


Jika dapat mengenali ular, sesuaikan tindakan pertolongan sesuai dengan
karakter efek bisa nya terhadap manusia.

Ingat perbedaan berbisa rendah dan berbisa tinggi ! ....dan yang utama.....
- Jika luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa tinggi
- Jika luka gigitan membentuk huruf U dengan jumlah luka nayak berarti tidak
berbisa
- Jika tidak dapat mengenali jenis ular, anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi
dan

Selanjutnya, usahakan untuk menghafalkan ciri – ciri ular itu dan jika perlu,
bunuh ular tersebut untuk di bawa ke bagian medis .

6.Lakukan tindakan pertolongan pertama

Penanganan gigitan ular tidak berbisa.


Hanya akan menimbulkan luka sobek atau luka lecet dan gatal.
- Lepaskan pembalut elastis
- Cuci luka dengan air dan sabun atau pembersih luka (Revanol)
- Beri obat antiseptik.
- Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka agar cepat
kering
Ingat ! ular tidak perlu dibunuh............

Penanganan gigitan ular berbisa menengah


Akan mengakibatkan pembengkakan pada daerah sekitar luka, perubahan warna,
dan jika kondisi tubuh tidak fit, akan terasa demam panas – dingin sekitar 2 s.d.
7 hari.
- Lepaskan pembalut
- Cuci luka dengan pembersih luka yang ada (revanol)
- Beri antiseptik
- Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka agar cepat
kering
- Usahakan korban beristirahat sebentar
- Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi
- Beri vitamin tambahan
Ingat ! ular tidak perlu dibunuh............

Bila tergigit ular jenis raksasa, ular pyhton


Mengakibatkan pendarahan terbuka dan luka sobek.
- Posisikan bagian luka di atas dari posisi jantung untuk mencegah pendarahan,
lebih baik dalam posisi berbaring
- Hentikan Pendarahan ! dengan melakukan prosedur penanganan pendarahan
terbuka atau dapat pula dengan teknik torniquet.
- Istirahatkan dan tenangkan korban
- Upayakan untuk evakuasi ke rumah sakit dengan tetap memperhatikan
pendarahan agar tidak terbuka lagi.
- Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi
- Beri vitamin tambahan

Ingat !
- ular ini tidak beracun tetapi akan tetap berbahaya jika korban kehilangan
banyak darah.
- saat melepas gigitan dari korban, jangan paksakan dengan menarik kepala ular,
tapi mulut harus dibuka ! Perhatikan juga belitan ular.
- tidak perlu membunuh ular jenis ini kecuali.............................

Bila tergigit ular yang berbisa tinggi


Efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular.
Efek gigitan pada umumnya :
o Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
o Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
o Mulut terasa kering
o Pusing, mata berkunang - kunang
o Demam, menggigil
o Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang
terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah.

Penanganan jika tergigit dengan efek di atas:


- Posisikan bagian yang terluka lebih rendah dari posisi jantung
- Ikat diatas luka sampai berkerut. Setiap 10 menit, kendorkan 1 menit
- Buat luka baru deagn kedalam sekitar 1 cm dengan pisau, cutter, silet (yang
disterilkan atau tidak, tergantung situasi). Buat luka pada mulai dari bagian atas,
melalui lubang luka akibat taring. INGAT ! irisan luka baru jangan horisontal
tetapi vertikal.

- Keluarkan darah sebanyak mungkin dengan cara mengurut kearah luka baru.
korban akan terasa sangat kesakitan, sehingga perlu dilakukan dengan hati – hati
tetapi tetap berlanjut. Saat mengurut, ikatan dapat dikendorkan. Upaya
pengeluaran dapat dibantu dengan alat khusus “snake bite”, alat suntik (tanpa
jarum), batang muda pohon pisang, teknik menggunakan tali senar, dll....

tidak dianjurkan melakukan proses pengeluaran darah dan racun dengan


menyedot melalui mulut. Karena itu sangat beresiko pada si penolong karena
racun dapat mengkontaminasi mulut, gigi, gusi bahkan tertelan hingga lambung
dan usus.

- Proses itu dilakukan berulang –ulang hingga darah berwarna merah kehitaman
dan berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah segar.

- Evakuasi korban. Bawa ke ahli ular untuk penanganan pengeluaran bisa ular
lebih lanjut atau dapat pula dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
suntikan antivenom yang tepat. Usahakan mendapatkan antivenom monovalen
sesuai karakter bisa ular yang menggigit (haemotoxin atau neurotoxin)

- Informasikan pada dokter bila korban elergi terhadap obat tertentu, identifikasi.

- Perawatan merupakan hal yang penting. Usahakan untuk selalu berkonsultasi


agar luka cepat kering.

INGAT !
Tidak semua efek gigitan berbisa tinggi seperti diatas. Jika yang diserang hanya
syaraf, maka tidak terjadi pembangkakan, demam, pusing, muntah dll.
Penanganan gigitan ular welang, ular weling, ular laut, ular pudak seruni
membutuhkan teknik khusus karena spesifikasi racunnya berbeda.

Tujuh
- Jangan beri minuman beralkohol
- Korban tetap berusaha untuk sadar
- Berikan semua jenis makanan dan minuman yang bergizi
- Jangan bergerak berlebihan, istirahat yang cukup
- Jika perlu, segera evakuasi ke rumah sakit

Perbedaan antara genus Boiga sp dengan genus Bungarus sp


1. Tebal/lebar warna “cincin” kuning sama dengan warna hitam pada
Bungarus sp, sedang pada Boiga sp tebal warna “cincin” kuning jauh
lebih kecil dari warna hitam.
2. Ujung ekor Bungarus sp “tumpul” sehingga se-olah2 mempunyai 2
kepala, sedang ujung ekor Boiga sp “tajam”.
3. Level venom Bungarus sp termasuk sedang, sementara level venom
Boiga sp golongan ringan (yang tertinggi dari yang ringan atau yang
terendah dari yang sedang, kadang disebut juga pada level peralihan)
4. Disebut juga ular Taliwongso pada Boiga dendrophila, sedang
Bungarus fasciatus dinyatakan sebagai ular Weling. Ular Welang
( cincin hitam putih sama lebar) disebut juga Bungarus candidus.
Boiga dendrophila
Boiga dendrophila

Bungarus candidus

Anda mungkin juga menyukai