Mukadimah
Sejak Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam, saat itu
pula terjadi interaksi antara Hawa dengan mahluk yang berupa ular. Ular
tersebut membujuk Hawa agar memetik serta menyantap buah dari pohon
yang dilarang didekati oleh mereka berdua, bujukan yang tak kenal lelah
tersebut berhasil meruntuhkan keyakinan Hawa, maka buah larangan
tersebut dipetik serta digigit, dikunyah lalu ditelan. Kemudian Hawa memaksa
Adam untuk makan dari buah yang sama, walau awalnya Adam menolak
tetapi karena rasa solider akhirnya habis jugalah buah tersebut dimakan
berdua. Selanjutnya seperti yang kita ketahui insiden tersebut berbuntut
diturunkannya mereka berdua dari kahyangan ke mayapada.
Aeskulapius
Atau Asklepius adalah symbol tongkat yang dibelit oleh
ular.dimaksudkan sebagai seni pengobatan.. Yaitu ular yang dalam berganti
kulit mencerminkan kelahiran kembali dan kesuburan. Sedang tongkat
melambangkan otoritas sebagai dewa pengobatan
Piala Hygeia
Dikenal secara luas sebagai simbol farmasi, dalam mitologi Hygeia
dikenal sebagai adik dari Aeskulapius. Simbol klasik Hygeia berupa piala
yang berisi ramuan obat dengan ular memberikan kontribusi venom
didalamnya.
Acrochordidae
Adalah famili ular sungai asia yang beranggotakan dua spesies, yaitu
Acrochordius javanicus dan Chersydrus granulatus. Kedua jenis ular tersebut
diburu untuk diambil kulitnya guna dibuat bahan sepatu dan tas.
Anilidae
Ada 12 spesies dan umumnya disebut ular pipa. Ular ular tersebut
tidak berbahaya. Mempunyai tubuh silindris dan sisa sisa anggota tubuh
bagian bawah, dan bersembunyi didalam tanah. Ular pipa ditemukan di
bagian tenggara Amerika selatan serta Asia tenggara.
Boidae
Famili ular ini terdiri dari Boa, penyebarannya nyaris seantero bumi
dan berisi sekitar 100 spesies. Ular ular tersebut tidak/( ringan ) berbisa, ular
peremas/ pelilit/ pembelit. Hampir semua spesies mempunyai sisa sisa
anggota tubuh bagian bawah. Banyak diantaranya mempunyai organ
penciuman disebut labial pit yang berada di bagian bibir.
Elapidae
Famili ular ini terdiri 200 spesies termasuk kobra, mamba dan ular
coral. Semuanya berbisa dan sengatannya bisa mematikan bagi manusia.
Anggota ular ini ditemukan disemua bagian dunia kecuali sisi utara Amerika
utara dan sisi utara Eurasia. Kebanyakan ular ular tersebut berwarna
terang/cerah.
Hydrophidae
Anggotanya disebut ular laut dan ditemukan di perairan tropis. Walau
terutama ditemukan di Asia tenggara, dapat ditemukan juga di pasisir pasifik
amerika mulai dari selatan Meksiko sampai diutara amerika selatan. Ada 50
spesies
Leptotyphlopidae
Anggota dari keluarga ini disebut juga ular buta dan menyerupai
keluarga Typhlopidae. Ada sekitar 50 spesies yang tersebar di bagian
tenggara Amerika Serikat sampai Brazil dan di India Barat, Afrika dan Asia
tenggara. Ukuran ular ini jarang yang melebihi 30 cm.
Typhlopidae
Beranggotakan 200 spesies dan secara kolektif disebut ular buta.
Keluarga ular ini tidak berbahaya. Mata ular famili ini kurang berkembang,
tersembunyi dibawah lipatan lipatan kulit. Ular buta tersebar didaerah tropis
dan sub tropis. Bentuknya nyaris seperti cacing.
Uropeltidae
Dalam famili ini terdapat 45 spesies, asal kata bahasa Romawi,
ura=ekor dan pelte=tameng, disebut juga shield-tailed snake. Ular tersebut
terkubur didalam tanah. Pada bagian ujung ekornya bentuk pipih dan berupa
seperti tameng, merujuk pada julukannya. Banyak ditemukan di Srilangka dan
India selatan.
Viperidae
Berisi 150 spesies termasuk vipers, pit vipers dan ratlesnake. Ular ini
mempunya taring panjang melengkung yang bisa dilipat dan berbisa.
Xenopeltidae
Hanya terdapat satu spesies pada famili ini dan hanya ditemukan di
Asia tenggara, ular dewasa mencapai panjang 90 cm.
Ular berbisa
Dari sekitar 2700 species ular, hanya 90 species saja yang berbisa.
Karena itu tidak perlu takut bila bertemu dengan ular, tetapi kita tetap harus
waspada dan berhati-hati serta melihat tanda-tanda ular berbisa antara lain.
Evolusi
Adanya venom menyebabkan dugaan kemungkinan manfaatnya untuk
adaptasi dalam mempercepat mencerna mangsa, tetapi ternyata pada ular
Western diamondback yang mempunya tingkat tinggi venom proteolitik,
menunjukkan bahwa tidak terjadi peningkatan waktu cerna pada saluran
gastro intestinal setelah venomisasi.
Western diamondback rattle snake of Arizona ( Amerika Serikat )
Curare is a large poisonous vine rich in alkaloids. The alkaloids relax muscles
and are used as an arrow poison. In South America, it is used to treat bruises,
fever, edema, and kidney stones. It is also used as an anesthesia.
Viper
Elapid
Pada proteroglyphous elapid taringnya bentuk tubuler, pendek dan tidak
memiliki mekanisme penyimpanan/ penekukan fang.
Colubrid
Pada kebanyakan opisthoglyphous colubrid taringnya bersaluran
sempit berada diujung posterior maxilla, hampir 70% populasi ular termasuk
dalam famili colubrid.
Mekanika penggigitan
Gigi cadangan atau pengganti yang selalu ada disekitar belakang atau
samping gigi taring yang sedang berfungsi, terdapat pada semua ular, pada
saat itu tidak punya hubungan dengan saluran dari kantong bisa, sampai
pada ketika harus menggantikan taring bisa yang tanggal. Hal itu terjadi
karena taring pengganti harus jauga menjadi muara dari saluran kelenjar bisa
yang ada, karena itu jalur penyalur bisa juga tidak sama persis seperti
pendahulunya.
Dua genus, Doliophis dari elapid dan Causus diantara viper, nyata
terlihat mempunyai kelenjar bisa dengan saluran yang panjang, memanjang
dikedua sisi tubuh.
Doliophis spesies
Hamachatus haemachatus
Efek venom
Ada 3 macam efek berlainan dari venom terhadap jaringan tubuh
Secara penamaan marga ular bervenom dibagi menjadi 2 bagian besar famili
Famili Atractspipidae ( burrowing asp, mole viper ) juga ada yang beracun,
famili
Atractpipidae
Colubridae
Gigitan dari proteroglyphous elapid yang terkecil ( ukuran ) seperti Elap atau
coral snake diketahui sampai saat ini cukup mematikan bagi menusia.
Coral snake
Viper
Efek venom viper ( Daboia, Echis, Lachesis, Crotalus ) terutama tertuju
pada sistim pembuluh darah, tidak terjadi pengaruh terhadap individu –
individu sel syaraf. Nyeri yang terjadi amat hebat dan dengan cepat di ikuti
dengan pembengkakan dan perubahan warna kulit. Dalam satu sampai tiga
jam kemudian di ikuti dengan muntah – muntah bahkan diare. Kulit
berkeringat dingin dan lembab seringkali dialami. Nadi menjadi sangat lemah,
ada pula sedikit dyspnoea dan terlihat pula kegelisahan. Pada kasus berat
( sering pada anak – anak ) terjadi koma. Setelah dua belas sampai dua
puluh empat jam gejala – gejala konstitusional mulai mereda, tetapi
sementra itu pembengkalan dan perubahan warna kulit semakin nyata dan
lebih menyebar. Tungkai menjadi phlegmon kadang supuratif. Setelah
beberapa hari mulai terjadi pemulihan, dalam pada itu kematian dapat terjadi
karena infeksi berat dan efek samping supurasi.
Toksisitas venom diantara viper berbeda beda, beberapa spesies yang
berasal dari India, Amerika dan Afrika berakibat fatal kecuali ditangani dengan
cepat dan tepat. Disisi lain Lachesis dari India dan Malaya tidak sering
berbahaya bagi menusia, gigitan mereka tidak lebih seperti sengatan lebah
besar, walaupun pernah dilaporkarn kematian pada korban anak – anak kecil.
American Mocassin / Cottonmouth, semi aquatic.
Opistoglyphous colubrid ( taring belakang )
Para ahli biologi jaman dulu mengenali bahwa ular yang bertaring
dibelakang mempunyai venom dengan toksisitas rendah dan efek utamanya
untuk immobilisasi mangsa sebelum ditelannya bulat - bulat. Tetapi pada
tahun 1957 terjadi kematian dua herpetologist akibat sengatan ular bertaring
dibelakang. Karenanya penilaian sekarang menyimpulkan sengatan ular
bertaring belakang potensial mematikan bagi vertebra besar seperti manusia.
Venom dari ular Boomslang meracuni sel – sel darah dan
mengencerkan darah ( hemotoksik ). Gejala awal adalah sakit kepala, mual,
muntah, kelemahan, disorientasi, lecet dan pendarahan pada semua lubang
tubuh. Boleh dikatakan pada dasarnya terjadi kematian kerena perdarahan.
Diantara berbagai ular bertaring belakang, Groen Boomslang
mempunyai venom yang paling mematikan di seantero dunia, walaupun
begitu sengatannya jarang fatal, sebab pada waktu menggigit Groen
Boomslang hanya mengeluarkan sedikit venom. Dibandingkan ular Black
Mamba yang menggigit dengan mengeluarkan banyak bisa..
Groen Boomslang
Gejala utama akibat sengatan dari ular spesies diatas adalah mual dan
perdarahan organ dalam, kematian disebabkan perdarahan otak dan
kolapsnya saluran pernafasan.
Black Mamba
Ular Aglyphous
Tropidonofus
Interaksi dengan manusia
Gigitan ular
Manusia bukan ukuran untuk dimangsa oleh ular, kebanyakan ular
akan menyingkir, menghindar tidak akan menyerang manusia kecuali
terganggu atau dilukai. Ular tidak berbisa bukan merupakan ancaman bagi
manusia, walau harus tetap berhati – hati terhadap yang berukuran besar
dengan kemampuan membelitnya. Sengatan dari ular tidak berbisa umunya
tidak berbahaya bagi manusia, purwarupa gigi bertujuan untuk mengambil
serta memegang mangsanya, tidak untuk mengoyak atau menusuknmangsa.
Kemungkinan infeksi tetap ada disamping terjadi pula kerusakan jaringan,
gigitan ular berbisa/bervenom lebih berbahaya lagi bagi manusia.
Dokumentasi kematian akibat gigitan ular berbisa tidak jarang
ditemukan, manaka;la tidak fatal acapkali berakibat kerusakan jaringan yang
memerlukan amputasi anggota gerak atau bagiannya. Ada sekitar 725
spesies ular berbisa didunia dimana 250 spesies diantaranya diketahui dapat
membunuh manusia dengan sekali sengat. Walau Australia terdapat
populasi ular berbisa terbanyak di dunia, hanya sekali setahun terjadi gigitan
yang terbukti berbisa. Di India setiap tahun dilaporkan 250.000 gigitan ular
berbisa dengan 50.000 diantaranya berakhir dengan kematian.
Penanganan gigitan ular berbisa cukup bervariasi. Metode yang efektif
dan umum dipakai adalah dengan antibisa, serum yang dibuat dari bisa ular
itu sendiri. Sebagian antibisa adalah spesies spesifik ( monovalent )
sedangkan lainnya multi spesies ( polyvalent ). Contoh di Amerika Serikat,
semua spesies ular berbisa disana adalah pit viper, dengan perkecualian ular
coral. Untuk memproduksi
Atraksi ular
Disebagian belahan dunia, khususnya India dan Pakistan sering
dijumpai atraksi ular. Dimana ular ditempatkan dalam keranjang dan dengan
alat yang menyerupai seruling sang ular dibuat menari – nari.. Ular tidak
punya telinga luar dan tidak ada kecenderungan ular dipengaruhi oleh musik
(Bagla,2002)
Antibisa (antivenom)
Antibisa adalah serum yang secara komersial diproduksi unutk
menetralkan efek akibat keracunan bisa ular berbisa tertentu. Bisa segar
diperoleh dari memerah ular secara manual ataupun dengan stimulasi
elektrik. Venom yang diektraksi dari ular2 tangkapan diambil tiap-tiap 20 atau
30 hari. Pada pemerahan manual, belakang kepala ular ditekan untuk
menginduksi gigitan pada wadah yang ditutupi karet, sambil dilakukan
tekanan terhadap kelenjar bisa, tekanan dilakukan berulang kali sampai bisa
habis keluar semua. Pada stimulasi elektrik, elektrode dipasang pada sisi
berseberangan dari kepala ular, menyebabkan otot-otot sekitar kelenjar bisa
berkontraksi, mengeluarkan bisa ke wadah pengumpul. Bisa tersebut
kemudian di freeze-dried (metode terbaik) atau dikeringkan dengan bantuan
agen pengering atau di vakum.
Kuda yang sehat dengan kisaran umur antara tujuh sampai delapan
tahun, diusuntikkan dosis rendah (tidak mematikan) cairan bisa (dibuat dari
bisa freeze-dried yang diencerkan secara fisiologis) secara bertahap dosis
dinaikan sampai mencapai kekebalan terhadap bisa tertentu. Sistim
kekebalan kuda menghasilkan antibodi (specialized protein), itulah yang
disuntikkan kepada korban gigitan ular berbisa untuk menetralisir efek
bisa.yang terjadi.
Guna menghasilkan antibodi, sejumlah tertentu darah ( 6 – 8 liter)
secara teratur diambil dari vena jugularis kuda, kemudian dicampur dengan
cairan sodium – citrate untuk mencegah penggumpalan dan kerusakan,
sedang globulin dimana antibodi tersebut menempel dipisahkan dan
dimurnikan. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 25 laboratorium yang
bekerja menghasilkan antibisa ular, di Indonesia antibisa ular di produksi oleh
Bio Farma di Bandung.
GIGITAN/SENGATAN ULAR
PEMBUKAAN
Ular merupakan spesies yang luar biasa, berhasil menyesuaikan diri
dengan berbagai kodisi alam, baik daratan, laut, hutan, padang rumput,
perairan dan padang pasir. Walaupun reputasinya menakutkan, sebaliknya
ular lebih takut terhadap manusia daripada sebaliknya, tetapi ada sebagian
ular yang berlaku agresif terhadap manusia walau tanpa ada provokasi
sekalipun. Diantaranya adalah ular tedung/sendok (Ophiophagus hannah)
dan pula black mamba (Dendroaspis polylepis)
Ular merupakan pemakan daging (carnivora), tidak beranggota
gerak. Makanannya berupa serangga, burung, mamalia kecil dan reptil
terkadang juga ular lain. Di dunia terdapat sekitar 400 dari 3000 spesies (
13%) yang berbisa (venom). Yang lainnya melilit mangsanya sehingga tidak
bisa bernafas atau mengalami henti jantung langsung, mangsa tersebut tidak
dihancurkan. Sebagian lain menggigit mangsanya kemudian ditelannya
secara keseluruhan.
Ular termasuk binatang berdarah dingin, karena itu tidak dapat
meningkatkan suhu tubuhnya terhadap suhu lingkungannya, aktivitas optimal
bila lingkungannya sejuk, serta paling nyaman pada suhu lingkungan antara
25 – 32 °C ( 77 - 90°F).
Ophidiophobia
Ophidiophobia atau ophiophobia merujuk kepada takut akan ular,
kadang takut ular disebut dalam istilah yang lebih umum, herpetophobia atau
takut akan reptil. Merupakan phobia yang sangat umum terhadap binatang,
zoophobia. Berasal dari kata Yunani, ”ophis” yang berarti ular, dan ”phobia”
berarti takut.
Snake’s cage
Colubridae
Lokal : sengatan oleh viper dan cobra sangat nyeri dan pegal. Dapat
dijumpai pembengkakan, perdarahan dan kemerahan kulit sekitar luka.
Pada gigitan kobra dapat pula disertai dengan kematian jaringan sekitar
luka.
Perdarahan : sengatan viper dan elapid Australia dapat menyebabkan
perdarahan organ dalam seperti otak dan usus. Korban sengatan bisa
berdarah pada luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka lama.
Perdarahan yang tak terkendali bisa berkibat jatuh kedalam syok dan
kematian.
Persyarafan : venom dari elapid dan ular laut dapat langsung
menyerang persyarafan, venom dari cobra dan mamba cepat mengakibatkan
berhenti kerja otot pernafasan yang bila tidak ditangani berakibat kematian.
Otot : venom dari viper Russell, ular laut dan elapid Australia
mengakibatkan kematian otot secara langsung di berbagai area tubuh.
Debris dari kerusakan otot terbut dapat mengganggu filtrasi ginjal yang
berujung pada gagal ginjal.
Mata : semburan bisa dari cobra/Naja dan ringhal’s?Hamachatus (ular
serupa cobra dari Afrika) dapat secara tepat megnenai mata, berakibat nyeri
mata dan kerusakan mata
Perawatan di rumah
Akal sehat diperlukan untuk menanggulangi sengatan ular berbisa atau
tidak. Gigitan ular berbisapun tetap memerlukan penanganan luka yang tepat
– cepat, yang merupakan kata kunci dalam setiap penanganan sengatan ular
berbisa. Booster tetanus perlu diberikan setiap lima tahun. Luka harus di cuci
dengan sabun dan banyak air, perhatikan adanya patahan gigi dan atau
kotoran pada tanda luka.
Venom extractractor
Ada dua hal prinsip dalam penanganan evakuasi korban gigitan ular
berbisa yang satu sama lain menimbulkan konflik pada waktu awal kejadian,
terutama bila berawak dari daerah terpencil.
Pertama, korban harus dibawa secepat mungkin ke fasilitas gawat
darurat medis, sebab anti bisa ular disiapkan disana.
Kedua, tungkai yang tergigit hendaknya di imobilisasi untuk
memperlambat penyerapan venom.
Jangan memotong dan menghisap kedaerah gigitan ular, hal itu akan
lebih memperparah kerusakan yang ada, bahaya infeksi meningkat dan tidak
ada hasilnya dalam mengeluarkan venom yang ada.
Jangan menggunakan es, karena es tidak menghambat venom, justru
bisa menimbulkan frostbite.
Jangan menggunakan rangsang listrik, karena ternyata tidak
bermanfaat dan resiko luka bakar serta gangguan jantung.
Jangan memakai alkohol, walau dapat meringankan nyeri, tetapi
pelebaran pembuluh darah memudahkan penyerapan venom.
Jangan menggunakan tourniquet atau pengikatan tungkai/lengan,
terbukti tidak efektif dan meningkatkan kerusakan jaringan dengan resiko
kehilangan tungkai/lengan.
Acupressure
Penerapan acupressure adalah untuk mempercepat pemulihan .
Four Gates will help to relax you. This can be helpful immediately
following emergency treatment for the bite. (Location: On the midline of
the lateral aspect of the thigh, 7 cun above the transverse popliteal
crease. When the patient is standing erect with the hands hanging
down close to the sides, the point is where the tip of the middle finger
touches. )
SHCI
Snake Hunter Club Indonesia
Adalah komunitas yang menyayangi ular, venom ular didedikasikan
untuk pencegahan/pengobatan efek venom dari luka gigitannya, disamping
itu banyak kegunaan lain – lain dari venom ular dan bagian – bagian ular
yang bermanfaat untuk kesehatan. Venom ular diolah sedemikian rupa
sehingga mempunyai efektivitas bekerja sebagai anti bisa ular dan
pengobatan terhadap berbagai macam penyakit. Pengobatan dengan
menggunakan anti bisa ular bisa diterapkan pada semua yang sedang sakit,
efeknya pasti ada sedikit maupun banyak , mulai dari menyembuhkan,
mengurangi atau sekedar meringankan keluhan yang ada, untuk penyakit
tertentu efeknya baru tampak setelah jangka waktu 1½ - 3 bulan, sedang
dalam menangani gigitan ular berbisa efeknya sangat dramatis, sejak mulai
dikulum/ dikumur di mulut sejak saat itu mulai punya efek mengobati ,
kurang dari 15 menit efek sitemis akibat bisa sudah mulai mereda dan
dalam setengah sampai satu jam efek sistemis sudah hilang, sedang efek
regional yang sudah terjadi timbul seperti bengkak hebat akan hilang/
mereda dalam 2 hari. Sedang efek lokal tempat gigi ular menggigit sembuh
setelah 1½ - 3 bulan.
SHCI membagi kategori venom ular menjadi 3 level, level I dengan
venom paling kuat/ mematikan, (masuk kategori elapid), level II (adalah
golongan crotalid/viperid) dan level III (sebanding dengan colubrid) dengan
jenis ularnya masing – masing.
Dalam level I ada ular kobra (cobra di capello) dan ular dedak
bromo, di
Cobra di capello
kelompok level II ada ular gibuk, belang, weling, gadung luwuk, welang,
sedang
Raattlesnake
blandotan macan, koros, puspa kajang, kadut, dumung macan, tamper, tali
picis, bawuk, samberlilen, air, dedak emprit, diamond, lare angon, sanca
kembang, sawah, sanca manuk, phyton, LSD, dowel.
Anti bisa yang dikembangkan bertujuan untuk memberikan kekebaln
terhadap ular yang terdaftar dalam levelnya masing – masing, disamping itu
mempunyai efektivits terhadap pengobatan. Level III mempunyai manfaat
pengobatan/ penyembuhan terhadap : malaria, tetanus, demam berdarah
dengue, rabies, luka cepat kering. Level II untuk mengobati diabetes,
typus, liver, asthma, alergi serta luka (organ) dalam. Sedang level I untuk
kanker darah, kanker tulang, HIV/.AIDS, flu burung/ flu H5N1, flu H1N1
swine flu/ flu babi. Dalam pengembangan lebih lanjut, yang juga berhasil
baik untuk diobati dengan ramuan anti bisa ular yaitu : APCD ( Acquired
prothrombin complex deficiency), Contussio maupun comotio cerebri, Anemia
bulan sabit, jerawat
konglobata, asthma kaitan alergi, Luka dekubitus, luka operasi yang terbuka,
nyeri pada keganasan,
Dekubitus
SHCI sejak awal berdirinya yaitu sekitar 50 tahun yang lalu, membagi
ular dalam tiga level bisa, semua ular didunia berbisa hanya efek bisanya
berbeda – beda, ada efeknya hampir tidak mempengaruhi tubuh sedikitpun
sampai yang mempunyai efek mematikan. Sedangkan baru – baru ini Fry,
2006 dari penelitiannya menyimpulkan hal yang sama dengan SHCI bahwa
semua ular berbisa hanya efek bisanya berlain – lainan, ada yang ringan
sampai ada pula yang mamatikan. SHCI memberikan level 1 pada ular
dengan tingkat bisa paling tinggi, sedangkan secara taxonomi golongan bisa
tertinggi dipenuhi oleh ular – ular yang berbisa paling kuat, pada
kenyataannya daftar isi ular level 1 SHCI dengan isi famili elapid
bersamaan , demikian pula level 2 SHCI persis dengan keluarga
crotalid/viperid, serta level 3 SHCI idem dengan golongan colubrid.
Dengan demikian pembagian level tingkat bisa SHCI sama persis isi ular
berbisanya dengan penamaan ular secara ular taxonomi, karena itu efek
kekebalan SHCI terhadap gigitan ular berbisa berarti universal/ mendunia.
Dalam pengertian kebal terhadap semua gigitan ular berbisa yang ada
dimuka bumi /dunia.
Bpk Bhismo 2 hari setelah gigitan kobra pada lengan kiri.(P. Salawati)
Beliau adalah teman dari almarhum Mbah Surip “ Tak gendong” We love you
full
(Photo2 dimuat dengan persetujuan, 24/09/09)
Di IGD RSAL MTH diberikan ramuan anti bisa ular sesuai dengan prosedur
SHCI, dalam sekitar 15 menit gejala sistimik mulai mereda dan dalam satu
jam sudah tenang, pembengkakan pada tangan dan lengan hilang dalam 2
hari, kemudian sudah boleh berobat jalan. Semuanya menggunakan
ramuan anti bisa ular dari SHCI, untuk lukanya dirawat seperti biasa
(prosedur bedah), hanya sebagai salep dipakai formula dari SHCI- Jakarta.
Catatan
Ular yang mampu mengembangkan lehernya, ada tiga spesies yaitu :
1. Naja spesies (cobra di capello)
2. Ophiophagus hannah (ular tedung/king cobra)
3. Hamachatus haemachatus (Ringhal’s)
Ditempat kejadian
i. Imoblisasi pasien sambil cegah gigitan kedua atau
mengigit orang kedua. Berbarengan dengan identifikasi
ular yang menggigit dengan deskripsi atau gunakan HP
/foto. Tidak perlu membunuh ular yang menggigit, ular
tersebut punya tugasnya yang tersendiri dalam
ecosystem minimal sebagai rodent control.
ii. Monitor tanda – tanda gangguan pernafasan,
pendarahan dan kelemahan otot.
iii. Cuci luka dengan sabun dan banyak air /mengalir
iv. Imobilisasi luka dengan splint (tidak erat), bidai
proksimal dari luka, dalam posisi fungsional) dan lebih
rendah dari jantung (mengurangi penyebaran bisa)
v. Luka jangan : dihisap /sedot, insisi, alkohol serta pakai
es, tidak pula di listrik.
vi. Siapkan transportasi secepat mungkin ke rumah sakit
yang dilengkapi derngan IGD serta ICU. Hati – hati
banyak IGD rumah sakit tidak siap /mampu menangani
gigitan ular berbisa, bila perlu koordinasikan dulu rencana
pengirimannya. 6 - 12 jam pertama merupakan saat –
saat puncak kritis efek bisa terhadap sistim pernafasan
serta kardiovaskuler.
vii. Puasakan pasien sampai di rumah sakit dokter
menentukan lain.
Dirumah sakit
Instalasi gawat darurat
1. Periksa pasien sesuai dengan prosedur kegawat – daruratan :
air way, breathing, cardio vasculair .
2. Monitor tanda – tanda kegawatan pernafasan dan
kardiovaskuler.
3. Siapkan ICU /ventilator bila sewaktu – waktu terjadi gangguan
pernafasan.
4. Pasang intra venous line dengan jarum besar, berikan SABU 2
ampul / dalam 500 cc Dextrose 5% / NaCL fisiologis, minimal
2000 cc per 24 jam. Maksimum pemberian SABU 20 ampul per
24 jam. Bila jenis ular yang mengigit diketahui dan ada SABU
yang sesuai berarti SABU monovalen diberikan, atau alternatif
bila ular penggigit tidak diketahui dapat diberikan bisa
polivalen.
Ruang perawatan
Diutamakan monitor nekrosis luka dan supurasi yang bisa
menimbulkan sepsis. Bila perlu nekrotomi luka serta skin graft. Phisioterapi
pada anggota gerak perlu dikerjakan agar tidak terjadi kekakuan..
Jacobsen's Organ
Duvernoy’s gland
Pair of venom producing glands are found in all the poisonous
snakes, which are positioned below and behind the eyes. They
are accompanied by a pair of maxillary teeth called fangs.
We can identify two types of venom producing glands.
1. True Venom
2. Duvernoy's glands
Fig. 300. - A, Head of Colubrine Snake (Coluber natrix); B, Head of Viperine Snake
(Pelias berus); C, Head of Blind-worm (Anguis fragilis), one of the serpentiform Lizards.
(After Bell).
The following few pictures show graphic scenes from the operation and the damage caused by just one
bite. Not for the faint of heart
Arm during the 2nd surgery, 36 hours after the bite. You can see how unhealthy all the tissue is.
Second surgery
The hand, also during the 2nd surgery shows loads of dead tissue in the palm.
Hand during the 5th surgery, on Day 12. There is still a huge amount of dead tissue, but progress on
cleaning it out has been made. The surgeons have started the long process of closing the hand, using
staples and rubber bands.
Skin graft on arm on Day 35. The holes have begun to fill in with tissue and the graft edges are starting
to attach to the surrounding skin.
A small section of black tissue is visible below the flap. This is where there was blood clotting causing
the tissue to die, and over the following month new tissue grew to replace the dead, leaving no
permanent damage.
Lower Leg of 11 year old boy in Equador, 2 weeks after a Fer De Lance bite.
Extensive necrosis, pending amputation
1.JANGAN PANIK !
3.Imobilisasi pasien dan Lakukan pembalutan elastisdi atas luka gigitan untuk
menghentikan dan memperlambat laju bisa menuju ke jantung
Ingat perbedaan berbisa rendah dan berbisa tinggi ! ....dan yang utama.....
- Jika luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa tinggi
- Jika luka gigitan membentuk huruf U dengan jumlah luka nayak berarti tidak
berbisa
- Jika tidak dapat mengenali jenis ular, anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi
dan
Selanjutnya, usahakan untuk menghafalkan ciri – ciri ular itu dan jika perlu,
bunuh ular tersebut untuk di bawa ke bagian medis .
Ingat !
- ular ini tidak beracun tetapi akan tetap berbahaya jika korban kehilangan
banyak darah.
- saat melepas gigitan dari korban, jangan paksakan dengan menarik kepala ular,
tapi mulut harus dibuka ! Perhatikan juga belitan ular.
- tidak perlu membunuh ular jenis ini kecuali.............................
- Keluarkan darah sebanyak mungkin dengan cara mengurut kearah luka baru.
korban akan terasa sangat kesakitan, sehingga perlu dilakukan dengan hati – hati
tetapi tetap berlanjut. Saat mengurut, ikatan dapat dikendorkan. Upaya
pengeluaran dapat dibantu dengan alat khusus “snake bite”, alat suntik (tanpa
jarum), batang muda pohon pisang, teknik menggunakan tali senar, dll....
- Proses itu dilakukan berulang –ulang hingga darah berwarna merah kehitaman
dan berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah segar.
- Evakuasi korban. Bawa ke ahli ular untuk penanganan pengeluaran bisa ular
lebih lanjut atau dapat pula dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
suntikan antivenom yang tepat. Usahakan mendapatkan antivenom monovalen
sesuai karakter bisa ular yang menggigit (haemotoxin atau neurotoxin)
- Informasikan pada dokter bila korban elergi terhadap obat tertentu, identifikasi.
INGAT !
Tidak semua efek gigitan berbisa tinggi seperti diatas. Jika yang diserang hanya
syaraf, maka tidak terjadi pembangkakan, demam, pusing, muntah dll.
Penanganan gigitan ular welang, ular weling, ular laut, ular pudak seruni
membutuhkan teknik khusus karena spesifikasi racunnya berbeda.
Tujuh
- Jangan beri minuman beralkohol
- Korban tetap berusaha untuk sadar
- Berikan semua jenis makanan dan minuman yang bergizi
- Jangan bergerak berlebihan, istirahat yang cukup
- Jika perlu, segera evakuasi ke rumah sakit
Bungarus candidus