Anda di halaman 1dari 84

SISTEM INFORMASI

DATA TUNGGAL UMKM


Usulan Peta Jalan Pengembangan
Basis Data UMKM
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis Data UMKM

Edisi Pertama, September 2021


ISBN 978-602-275-220-2

Penulis
• Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
• Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
• Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

©2021 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan


Publikasi ini didukung oleh pemerintah Australia melalui program MAHKOTA. Temuan, interpretasi, dan
kesimpulan yang ada pada publikasi ini tidak mencerminkan pandangan pemerintah Indonesia maupun
pemerintah Australia.

Dipersilakan untuk menyalin, menyebarkan, dan mengirimkan publikasi ini untuk tujuan non-komersial.

Saran pengutipan: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2021. Sistem Informasi Data
Tunggal UMKM: Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis Data UMKM. Jakarta: TNP2K
Untuk meminta salinan laporan ini atau keterangan lebih lanjut mengenai laporan ini, silakan hubungi
TNP2K melalui alamat info@tnp2k.go.id. Laporan ini juga tersedia di situs web TNP2K (www.tnp2k.go.id).

Diterbitkan oleh:
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia
Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat 10110
Telepon: (021) 3912812 | Faksimile: (021) 3912511
Surel: km.unit@tnp2k.go.id
www.tnp2k.go.id
SISTEM INFORMASI
DATA TUNGGAL UMKM
Usulan Peta Jalan Pengembangan
Basis Data UMKM

TIM PERSIAPAN PEMBUATAN PETA JALAN


SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL (SIDT) UMKM

Supervisor
Suprayoga Hadi (Sekretaris Eksekutif TNP2K)
Bambang Widianto (Staf Khusus Wakil Presiden Republik Indonesia)
Siti Azizah (Deputi Bidang Kewirausahaan Kemenkop UKM)

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH


Adi Trisnojuwono (Asisten Deputi Pemetaan Data, Analisis, dan Pengkajian Usaha)
Budi Mustopo (Kepala Biro Komunikasi dan Teknologi Informasi)
Edi Yanto (Pelaksana Tugas Kepala Bagian Teknologi Informasi)
Ahmad Fauzi (Kepala Bidang Pemetaan Data)
Mujiono (Tenaga Ahli Pengembangan Basis Data Tunggal KUMKM Terintegrasi)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN


PEMBANGUNAN NASIONAL
Ahmad Dading Gunadi (Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi)
Mariska (Perencana Muda)

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN


Elan Satriawan, Sudarno Sumarto, Raden Muhamad Purnagunawan, Latif Adam,
Mahfudh Ahmad, Rini Radikun, Fitria Purnama Sari, Taufik Hidayat

Supporting Commentaries/Input
Mohammad Maulana, Nur Hidayat, Bagoes Joetarto,
M. Eko Fadhillah

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN


Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis Data UMKM

KATA PENGANTAR

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mendominasi perekonomian Indonesia. Mereka
berkontribusi sebesar 61,1% terhadap produk domestik bruto dan mampu menciptakan
kesempatan kerja sebesar 116.978.631 orang atau 97% dari total tenaga kerja nasional.1
Karena itu, penguatan kewirausahaan UMKM menjadi salah satu agenda prioritas dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, dengan harapan
UMKM mampu meningkatkan kontribusinya terhadap nilai tambah ekonomi, lapangan
kerja, investasi, ekspor, dan daya saing perekonomian.

Ketersediaan Data mengenai pelaku UMKM menjadi sangat penting bagi pemerintah dalam
mengakselerasi intervensi program agar tepat sasaran berdasarkan karakter, kebutuhan,
dan lokasi usaha. Data juga sangat dibutuhkan untuk melihat bagaimana intervensi yang
diberikan pemerintah kepada pelaku usaha mampu meningkatkan kapasitas usaha. Data
yang dinamis juga akan membantu pemerintah dalam melakukaan monitoring dan evaluasi
program program pemberdayaan UMKM.

Kemenkop UKM sebagai leading sector dalam program pemberdayaan UMKM memiliki
mandat untuk mempersiapkan, melaksanakan, dan mengelola basis data tunggal bagi
UMKM.2 Sistem basis data tunggal bagi UMKM setidaknya ditargetkan untuk dapat mulai
tersedia pada tahun 2022.

Penyusunan buku Sistem lnformasi Data Tunggal UMKM: Usulan Peta Jalan Pengembangan
Basis Data UMKM merupakan salah satu upaya untuk mendukung pembangunan basis
data tunggal UMKM. Buku ini dapat diselesaikan atas kolaborasi antara Kemenkop UKM,
TNP2K, dan Kementerian PPN/Bappenas. Kolaborasi ini didasarkan pada kesamaan
pemahaman mengenai pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mewujudkan sebuah
basis data tunggal UMKM yang andal dan dapat dibagi-pakai.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
menyusun buku ini. Masukan, saran, dan kritik membangun kami harapkan untuk perbaikan
dan penyempurnaan buku ini.

Adi Trisnojuwono
Asisten Deputi Pemetaan Data, Analisis,dan Pengkajian Usaha, Kemenkop UKM

1
Lihat Analisis Hasil SE2016 Lanjutan: Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil (BPS,2019)
2
Diatur lebih lanjut melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan
Usaha Mikro,Kecil,dan Menengah

v
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

KATA PENGANTAR

Data merupakan komoditas penting yang dibutuhkan oleh berbagai pihak, mulai dari sektor
publik hingga privat. Bagi pemerintah, data sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan
dan pembangunan khususnya ketika merumuskan kebijakan publik berbasis bukti (evidence-
based policy). Data yang baik merupakan kebutuhan dasar dalam mendukung proses inisiasi,
implementasi, maupun evaluasi kebijakan dan program pembangunan yang telah dibuat.

Dalam konteks pembangunan ekonomi, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mendominasi
struktur usaha nasional dan merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian Indonesia.
Data proyeksi Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa 99% dari total usaha di
Indonesia merupakan usaha dengan skala mikro, kecil, dan menengah. UMKM juga menyumbang
sebesar 60% dari total PDB nasional.

Tidak sedikit program pengembangan dan pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
menargetkan UMKM sebagai penerima manfaat. Misalnya, pada isu pembiayaan, pemerintah
menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan target nasabah pelaku UMKM. Data pelaku
UMKM menjadi penting dalam program tersebut untuk mengetahui jumlah nasabah potensial
dan untuk menentukan estimasi anggaran yang dibutuhkan. Kondisi ini menuntut ketersediaan
data yang dapat digunakan sebagai dasar dan referensi bagi pemerintah untuk merumuskan
maupun mengevaluasi kebijakan terkait UMKM di Indonesia.

Pemerintah telah menunjukkan komitmen dalam upaya pembangunan basis data UMKM
melalui penetapan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan,
Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Dalam PP
telah dimandatkan penyusunan basis data tunggal UMKM menggunakan sistem informasi data
tunggal UMKM.

Berdasarkan mandat tersebut, inisiasi penyusunan buku Sistem Informasi Data Tunggal UMKM:
Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis Data UMKM yang dilakukan bekerjasama dengan
Kementerian Koperasi dan UKM serta TNP2K diharapkan dapat mendukung pembangunan
basis data tunggal UMKM.

Akhir kata, kami berterima kasih kepada seluruh pihak dan pemangku kepentingan yang
telah mendukung dan terlibat dalam proses koordinasi serta diskusi untuk memperkaya
peta jalan pengembangan basis data UMKM yang kami susun.

Ahmad Dading Gunadi


Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi, Bappenas

vi
KATA PENGANTAR

Pemberdayaan UMKM menjadi salah satu program prioritas Pemerintahan Jokowi - Ma’ruf
Amin dalam lima tahun ke depan. Selain dinyatakan dalam RPJMN 2020-2024, wujud dari
komitmen pemerintah untuk memberdayaakan UMKM terefleksikan sangat jelas dari materi
Undang-Undang No. 11/2020 mengenai Cipta Kerja. Beberapa terobosan dilakukan melalui
pencabutan dan perubahan beberapa regulasi terkait UMKM untuk memberikan perlindungan,
kemudahan, dan lebih memberdayakan UMKM.

Pengembangan Sistem Informasi Data Tunggal (SIDT) UMKM menjadi salah satu amanat
Undang-Undang Cipta Kerja yang diharapkan mampu berkontribusi secara positif dalam
proses pemberdayaan UMKM. SIDT didisain sebagai basis dalam proses pemberdayaan
UMKM yang integratif, sistematis, dan terstruktur. Secara eksplisit, terdapat beberapa
manfaat dari pengembangan SIDT. Pertama, Mendorong terciptanya sistem informasi
dan pendataan UMKM yang terintegrasi baik di tingkat Pusat maupun daerah. Kedua,
Menjadi dasar pertimbangan dalam proses perencanaan dan pembuatan kebijakan terkait
UMKM. Ketiga, menjadi dasar untuk penetapan penerima manfaat (targeting) program/
kegiatan pemberdayaan UMKM. Keempat, menjadi dasar pengukuran efektivitas program
pemberdayaan dan kemajuan kinerja UMKM.

Buku Sistem Informasi Data Tunggal UMKM: Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis Data
UMKM merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (Kemenkop UKM), Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K),
dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Kementerian PPN/Bappenas). Buku ini menguraikan rasional dan tujuan pembuatan
basis data untuk UMKM, konsep ideal untuk sebuah basis data, kondisi yang dihadapi saat ini
dalam pembuatan basis data, dan usulan langkah-langkah pembuatan Sistem Informasi Data
Tunggal, yang digambarkan dalam sebuah Peta Jalan.

Publikasi Buku ini diharapkan mampu mendorong akselerasi sinergi dan kerja sama berbagai
pemangku kepentingan dalam proses pengembangan SIDT UMKM. Kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyusun buku ini.
Masukan, saran, dan kritik membangun kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan buku ini.

Suprayoga Hadi
Sekretaris Eksekutif TNP2K

vii
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN.......................................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN................................................................................................................... x
RINGKASAN EKSEKUTIF............................................................................................................xii
1. LATAR BELAKANG.................................................................................................................. 1
2. DASAR HUKUM....................................................................................................................... 5
3. KONSEP KERANGKA KERJA.................................................................................................... 9
3.1 Konsep Dasar.............................................................................................................................9
3.2 Pembelajaran dari Negara Lain.............................................................................................12
3.3 Pembelajaran dari Indonesia ................................................................................................15
3.4 Visi Pengembangan SIDT UMKM oleh Kemenkop UKM.....................................................21
3.5 Usulan Kerangka Kerja Pengembangan SIDT UMKM..........................................................24
4. PERKEMBANGAN BASIS DATA UMKM SAAT INI................................................................ 39
4.1 Gambaran Umum Kondisi Pengembangan Basis Data UMKM Saat Ini............................39
4.2 Usulan Tindak Lanjut Pengembangan Basis Data Tunggal UMKM...................................42
5. LANGKAH AKSI PENGEMBANGAN SIDT UMKM................................................................. 55
5.1 Langkah Aksi Jangka Pendek..................................................................................................58
5.2 Langkah Aksi Jangka Menengah............................................................................................63
5.3 Langkah Aksi Jangka Panjang.................................................................................................65
PENUTUP.................................................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 69

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kerangka Utama SIDT UMKM................................................................................................7


Tabel 2. Pembelajaran dari Negara Lain...........................................................................................13
Tabel 3. Tata Kelola..............................................................................................................................27
Tabel 4. Infrastruktur...........................................................................................................................31
Tabel 5. Sumber Daya Manusia.........................................................................................................34
Tabel 6. Manajemen Data...................................................................................................................36
Tabel 7. Kondisi Basis Data Tunggal UMKM Saat Ini.......................................................................40
Tabel 8. Usulan Tindak Lanjut: Tata Kelola.......................................................................................44
Tabel 9. Usulan Tindak Lanjut: Infrastruktur....................................................................................46
Tabel 10. Usulan Tindak Lanjut: Sumber Daya Manusia................................................................47
Tabel 11. Variabel Minimum dalam Basis Data Pelaku Usaha.......................................................49
Tabel 12. Pra-daftar Data Prioritas....................................................................................................50
Tabel 13. Pra-daftar Lanjutan.............................................................................................................51
Tabel 14. Manajemen Data.................................................................................................................53
Tabel 16. Langkah Aksi Pengembangan SIDT UMKM......................................................................55
Tabel 17. Langkah Aksi Jangka Pendek*...........................................................................................58
Tabel 19. Konfigurasi Data Pokok dan Data Pendukung................................................................60
Tabel 18. Usulan Tugas dan Tanggung Jawab Gugus Tugas Pengembangan SIDT UMKM........61
Tabel 20. Langkah Aksi Jangka Menengah........................................................................................63
Tabel 21. Potensi Pengumpulan Data...............................................................................................65
Tabel 22. Langkah Aksi Jangka Panjang............................................................................................66

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Peta Jalan Pembuatan Basis Data (UNEP).........................................................................10


Bagan 2. Konsep Pembangunan Data Tunggal UMKM oleh Kemenkop UKM.............................21
Bagan 3. Kerangka Pikir Pengembangan SIDT UMKM....................................................................23
Bagan 4. Kerangka Kerja Pengembangan SIDT UMKM...................................................................24
Bagan 5. Tahap Pengumpulan Data..................................................................................................35
Bagan 6. Lini Masa Manajemen Data SIDT UMKM..........................................................................54
Bagan 7. Langkah Jangka Pendek......................................................................................................58

ix
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

DAFTAR SINGKATAN

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


Asdep Asisten Deputi
BDT Basis Data Tunggal
BKPM Badan Kordinasi Penanaman Modal
BI Business Intelligence
BLT Bantuan Langsung Tunai
BPS Badan Pusat Statistik
BPUM Bantuan Produktif Usaha Mikro
BSM Beasiswa untuk Siswa Miskin
BUMN Badan Usaha Milik Negara
Covid-19 Coronavirus Disease 2019
DTKS Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
DT-PPFM Data Terpadu Program Penangan Fakir Miskin
Dukcapil Kependudukan dan Pencatatan Sipil
DRC Disaster Recovery Center
DW Data Warehouse
ILO International Labour Organization
INSW Indonesia National Single Window
Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat
KAK Kerangka Acuan Kerja
KBLI Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
Kemenkeu Kementerian Keuangan
Kemenkominfo Kementerian Komunikasi dan Informatika
Kemenkop UKM Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Kemenkumham Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kemensos Kementerian Sosial
Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
KSP Kantor Staf Presiden
KUR Kredit Usaha Rakyat
KPI Key Performance Indicators
K/L Kementerian dan Lembaga
MFD Master File Desa
NIB Nomor Induk Berusaha
NIK Nomor Induk Kependudukan
NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak
ODS Online Data System
OSS Online Single Submission

x
PTSP Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PBDT Pemuktakhiran Basis Data Terpadu
PPLS Pendataan Program Perlindungan Sosial
LPEM UI Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PDB Produk Domestik Bruto
PDN Pusat Data Nasional
PEN Pemulihan Ekonomi Nasional
PKH Program Keluarga Harapan
PKS Perjanjian Kerja Sama
PMO Project Management Office
Pokja Kelompok Kerja
Raskin Program Beras untuk Keluarga Miskin
Pusdatin Pusat Data dan Teknologi Informasi
SDGs Sustainable Development Goals
SDI Satu Data Indonesia
SIDT Sistem Informasi Data Tunggal
SOP Standard Operating Procedures
SOTK Susunan Organisasi dan Tata Kerja
SP Sensus Penduduk
TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
UMi Program Pembiayaan Ultra Mikro
UMKM Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
UNEP United Nations Environment Programme

xi
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

RINGKASAN EKSEKUTIF

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian
Indonesia. Karena itu, pembuatan basis data UMKM menjadi salah satu prioritas nasional.
Keberadaan basis data UMKM penting terutama untuk penetapan target penerima program,
khususnya pemberdayaan UMKM guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) sebagai leading
sector program pemberdayaan UMKM memiliki peran penting dalam pengembangan basis
data tunggal untuk UMKM—yang selanjutnya disebut sebagai Sistem Informasi Data
Tunggal (SIDT) UMKM. Namun dalam pengembangan SIDT UMKM, Kemenkop UKM perlu
bekerja sama dengan pihak lain, baik kementerian maupun lembaga lain, yang terlibat
dalam upaya pemberdayaan UMKM.

Sistem Informasi Data Tunggal UMKM: Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis Data
UMKM merupakan hasil kerja sama antara Kemenkop UKM, Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas).
Dalam buku ini diuraikan alasan dan tujuan pembuatan basis data UMKM, konsep ideal
sebuah basis data, kondisi yang dihadapi saat ini, dan langkah-langkah yang diusulkan
dalam pembuatan SIDT UMKM—yang ditunjukkan dalam sebuah peta jalan.

Buku ini disusun berdasarkan hasil diskusi intensif dengan berbagai pihak. Sesuai dengan
amanat Undang-Undang Cipta Kerja, pembuatan SIDT UMKM dilakukan dengan melibatkan
kementerian/lembaga (K/L) lain pemilik data UMKM maupun yang melaksanakan program
pemberdayaan UMKM serta pemangku kepentingan lain yang terkait. Penerbitan buku
peta jalan ini diharapkan mendorong dan mengakselerasi terjadinya sinergi dan kerja sama
berbagai pemangku kepentingan guna terbentuknya SIDT UMKM.

xii
1. LATAR BELAKANG

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian
nasional. Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop
UKM), jumlah UMKM mencapai 64 juta atau 99,9 persen dari seluruh usaha yang beroperasi
di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) 20191 mencatat bahwa UMKM menyerap kurang-
lebih 97 persen tenaga kerja di dalam negeri, menyumbang 61,1 persen produk domestik
bruto (PDB) Indonesia, dan berkontribusi 14,4 persen terhadap ekspor nonmigas Indonesia.
Melihat besarnya peran UMKM, pengembangan sektor usaha ini akan berdampak langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkualitas dan inklusif.

Pengembangan UMKM menjadi semakin penting seiring terjadinya krisis ekonomi akibat
pandemi Covid-19. BPS melaporkan bahwa 8-9 dari 10 UMKM mengalami penurunan
penjualan2 dan, menurut laporan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)3, dua atau
tiga UMKM menutup usahanya untuk sementara ataupun secara permanen. Menghadapi
situasi demikian, pemerintah meluncurkan berbagai stimulus fiskal sebagai bagian dari
program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang berlangsung sampai hari ini.

Pentingnya pengembangan UMKM telah disadari pemerintah dan menjadi prioritas


pembangunan. Seperti dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024, penguatan kewirausahaan dan UMKM dalam meningkatkan
nilai tambah ekonomi, lapangan kerja, investasi, ekspor, dan daya saing perekonomian
dilakukan melalui pengembangan lima area prioritas. Walaupun begitu pemberdayaan
UMKM mengalami tantangan dengan tersebarnya berbagai program di berbagai
kementerian dan lembaga (K/L). Kajian yang dilakukan oleh TNP2K4 menunjukkan bahwa
setidaknya terdapat 21 program pemberdayaan UMKM di bawah 19 K/L yang telah
berjalan cukup lama. Sementara itu, dalam data Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tercatat program pengembangan
UMKM berdasarkan alokasi anggaran yang tersebar di 29 K/L5.
1
Lihat Analisis Hasil SE2016 Lanjutan: Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil (BPS, 2019).
2
Lihat Analisis Hasil Survei Dampak COVID-19 terhadap Pelaku Usaha (BPS, 2020).
3
Lihat The Clock is Ticking for Survival of Indonesian Enterprises, Jobs at Risk (ILO, 2020).
4
Lihat Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia (TNP2K, 2021). Kajian dilakukan oleh Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
5
Presentasi Kementerian PPN/Bappenas pada Diskusi Tindak Lanjut Penyusunan Pre-List Pendataan UMKM pada 18 Maret 2021. Sumber data dari
Matriks Pembangunan RKP 2021.

1
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Kehadiran basis data untuk UMKM melalui Sistem Informasi


Data Tunggal (SIDT) UMKM6 merupakan bagian penting proses
pemberdayaan UMKM untuk mengetahui lebih mendalam profil
para pelaku UMKM, yang setidaknya mencakup informasi mengenai
karakteristik usaha yang dijalankan.

Keberadaan Sistem Informasi Data Tunggal (SIDT) UMKM berguna dalam merencanakan
intervensi dan pemberdayaan UMKM, terutama dengan tersebarnya berbagai program
yang ditujukan bagi UMKM. SIDT UMKM akan membantu usaha pengembangan UMKM
lebih bersinergi dan berkesinambungan, serta menghindari tumpang-tindih antara satu
program dan program lainnya.

Pengembangan SIDT UMKM menjadi prioritas pemerintah sebagaimana tertuang dalam


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang disahkan pada 2020.
Tujuannya, untuk mendorong kemudahan berusaha dan pemberdayaan UMKM. Sesuai
dengan Undang-Undang Cipta Kerja, pembuatan SIDT UMKM bertujuan untuk:
• Mendorong terciptanya sistem informasi dan pendataan UMKM yang terintegrasi di
tingkat pusat dan daerah.
• Menjadi dasar pertimbangan dalam pembuatan kebijakan terkait UMKM.

Berdasarkan Kajian Percepatan Penguatan Basis Data UMKM pada 2020, Kementerian PPN/
Bappenas menyampaikan empat kebutuhan7 dalam mengembangkan basis data untuk
UMKM, yang meliputi:
1. Perencanaan pembangunan: Data merupakan komponen penting dalam proses
perencanaan pembangunan untuk perumusan kebijakan yang lebih tepat sasaran.
2. Penetapan sasaran: Menjadi dasar untuk penetapan penerima manfaat program
nasional.
3. Pemantauan dan evaluasi program UMKM: mengukur tingkat efektivitas program
pemberdayaan UMKM.
4. Pengukuran kinerja UMKM: Menganalisis perkembangan dan kemajuan UMKM
dengan menggunakan indikator tertentu.

Tahap perencanaan membutuhkan data yang tepercaya (reliable) untuk memastikan


program tepat sasaran. Dalam hal ini, adanya basis data bertujuan untuk memaksimalkan
efektivitas penyaluran dan ketepatan sasaran penerima manfaat program dan bantuan
pemerintah yang bersifat targeting, seperti Bantuan Produktif Usaha Mikro, Program
Keluarga Harapan, dan Bantuan Pangan Non-Tunai, untuk menghindari inclusion dan
exclusion error. Dalam pelaksanaannya, diperlukan koordinasi program UMKM antar-K/L,
termasuk pemantauan dan evaluasi untuk menilai keberhasilan intervensi pemerintah
dalam mencapai keluaran (outcome) yang direncanakan. Kemudian, pengukuran kinerja
diperlukan untuk menganalisis proporsi UMKM yang berhasil naik kelas dan perkembangan
UMKM terhadap indikator makro ekonomi nasional.
6
SIDT UMKM selanjutnya diatur dalam PP Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah.
7
Disampaikan dalam presentasi Kementerian PPN/Bappenas pada Diskusi Tindak Lanjut Penyusunan Pre-List Pendataan UMKM, 18 Maret 2021

2
Pentingnya pengembangan basis data untuk UMKM telah disadari oleh pemerintah,
sebagaimana disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Pekan Fintech Nasional
2020. Sri Mulyani mengeluhkan buruknya pendataan UMKM dan menyebut penyaluran
bantuan sosial untuk UMKM selama ini tidak mudah dilakukan, meski Indonesia memiliki
lebih dari 60 juta pelaku UMKM.

“Kita punya database yang sangat terfragmentasi. Ada yang berasal dari
perbankan, nonbank, dan Kementerian Koperasi dan UKM. Jadi, ini perlunya
mengintegrasikan [data] yang memungkinkan untuk eksekusi yang efektif, efisien,
dan tepat sasaran, serta bisa meminimalkan exclusion dan inclusion error.”
(Sri Mulyani, 2020)8

Pendapat yang sama disampaikan oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki yang
menyatakan bahwa tidak adanya data tunggal pelaku UMKM membuat dia kesulitan
mengambil kebijakan pada awal pandemi Covid-19.9 Penyediaan infrastruktur untuk
membangun SIDT UMKM menjadi prioritas dengan adanya Undang-Undang Cipta Kerja
yang baru diberlakukan. Dalam hal ini, Kemenkop UKM mendapatkan amanat untuk
menjadi wali data dan memiliki wewenang untuk melakukan koordinasi yang diperlukan
dalam pembuatan basis data tersebut.

Dalam arahannya kepada TNP2K10 pada Mei 2021, Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin
menyebutkan pengembangan data terpadu UMKM merupakan salah satu fokus kerja
Kantor Wakil Presiden pada masa jabatannya. Keberadaan data terpadu UMKM sangat
penting dalam pengentasan kemiskinan mengingat banyaknya anggota rumah tangga
miskin dan rentan yang bekerja untuk UMKM ataupun sebagai pemilik UMKM.

Data terpadu UMKM sebagai salah satu fokus kerja Kantor Wakil
Presiden dalam masa tugasnya sampai dengan Oktober 2024.
(Ma’ruf Amin, Wakil Presiden Republik Indonesia)

Buku ini dibuat untuk membantu Kemenkop UKM dalam membangun SIDT UMKM.
Dukungan terhadap pengembangan sistem informasi data UMKM yang terintegrasi
diberikan dalam pembuatan konsep awal, usulan kerangka kerja, dan bantuan teknis,
termasuk koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Konsep yang diajukan
dalam buku ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Kemenkop UKM sebagai
penanggung jawab utama penyelenggaraan SIDT UMKM.

8
Bisnis.com. “Pembentukan Pusat Data UMKM, Pemerintah Tak Bisa Sendirian”. Diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20201116/9/1318301/
pembentukan-pusat-data-umkm-pemerintah-tak-bisa- sendirian.
9
Investor.id. “Basis Data Tunggal UMKM Jadi Prioritas Kemenkop UKM”. Diakses dari http://brt.st/74NI.
10
Acara halal bihalal Kantor Wakil Presiden p.ada 19 Mei 2021.

3
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

4
2. DASAR HUKUM

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja menjadi dasar hukum
pengembangan SIDT UMKM. Pasal 88 Bab V Bagian Keempat undang-undang tersebut
berisi keharusan pemerintah pusat dan daerah membangun basis data tunggal,
yang wajib digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan mengenai
UMKM. Undang-undang tersebut kemudian diturunkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk menjelaskan lebih lanjut
cakupan pelaksanaannya. Pada Pasal 55 ayat (1) dinyatakan basis data tunggal UMKM
dikoordinasikan oleh kementerian.

Adapun pada Pasal 55 ayat (2) dijelaskan bahwa koordinasi tersebut setidaknya mencakup:
a. Mengumpulkan, memeriksa kesesuaian data, dan mengelola data yang disampaikan
oleh K/L dan pemerintah daerah; dan
b. Menyebarluaskan pemanfaatan data dengan memanfaatkan sistem jaringan data dan
informasi.

Di dalam peraturan dinyatakan bahwa koordinasi dilakukan oleh Kemenkop UKM


sebagai wali data dan berkoordinasi dengan BPS sebagai pembina data. Adapun K/L dan/
atau pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk menyampaikan data UMKM kepada
Kementerian Koperasi dan UKM.

Dalam Undang-Undang Cipta Kerja, lingkup kerja Kemenkop UKM


sebagai wali data mencakup mengumpulkan, memeriksa kesesuaian,
mengelola, dan menyebarluaskan data, yang memuat paling sedikit
identitas usaha dan identitas pelaku usaha.

Untuk identitas usaha, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal


(BKPM) melalui sistem Online Single Submission (OSS) mengeluarkan nomor induk berusaha
(NIB). Sementara itu, identitas perorangan mengacu pada data kependudukan berupa
nomor induk kependudukan (NIK) yang dikelola Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri. Ada wacana dari Kementerian
Keuangan untuk menggabungkan data NIK dengan data wajib pajak (nomor pokok

5
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

wajib pajak/NPWP)11 guna memudahkan identifikasi. Untuk itu, Kemenkop UKM perlu
menentukan identitas mana yang akan digunakan—apakah mengacu ke NIB, NIK, atau
identitas lain. Kemenkop UKM menggunakan kode tersendiri yang dinamakan ID UMKM
untuk data UMKM yang mereka miliki melalui Online Data System (ODS). Kemenkop UKM
cenderung menggunakan NIK sebagai identitas utama mengingat setiap warga negara
Indonesia memiliki identitas tunggal berupa NIK. Adapun identitas lain hanya dimiliki oleh
sebagian warga negara. Banyak usaha yang belum terdaftar yang tidak memiliki identitas
usaha sehingga NIK menjadi satu-satunya cara untuk mendapatkan data pelaku usaha
tersebut. Pembahasan selanjutnya mengenai identitas usaha dibahas dalam bagian
mengenai standardisasi data.

Untuk proses pendataan, Kemenkop UKM dapat berkoordinasi dengan BPS sebagai
pembina data. Di sini, Kemenkop UKM sekaligus dapat belajar dan bekerja sama dengan
lembaga yang paling berpengalaman dalam melakukan pendataan secara nasional
tersebut. Dalam pendataan, Kemenkop UKM dapat melibatkan dunia usaha, perguruan
tinggi, organisasi masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. Selain mendapatkan
data UMKM dari berbagai K/L melalui program pemberdayaan masing-masing, Kemenkop
UKM dapat memperoleh data melalui kerja sama dengan pihak swasta. Sebagai contoh,
dunia usaha memiliki program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang melaksanakan
program pemberdayaan UMKM sebagai bagian dari layanan bagi masyarakat di sekitar
lokasi usahanya.

SIDT UMKM sejalan dengan upaya pemerintah untuk


menyelenggarakan Satu Data Indonesia (SDI) sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Presiden
Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia disebutkan
bahwa Satu Data Indonesia atau SDI adalah kebijakan tata kelola data pemerintah untuk
menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan,
serta mudah diakses dan dibagi-pakaikan antar-instansi pusat dan instansi daerah.
Walaupun SDI tidak terbatas pada data UMKM, tetapi UMKM menjadi salah satu
prioritas penyelenggaraan SDI, sebagaimana dinyatakan dalam tiga program
strategis nasional, yaitu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), UMKM, dan
bantuan sosial.12 Dengan demikian, sangat dimungkinkan kolaborasi antara SIDT dan
SDI mengingat kedua program tersebut besar kemungkinan menjalani proses yang sama
dalam pengembangan infrastruktur dan pengumpulan data UMKM.

Ringkasan dari cakupan kegiatan pengembangan SIDT berdasarkan Undang-Undang Cipta


Kerja dapat dilihat pada Tabel 1.

11
Republika Online, 28 Mei 2021. “Sri Mulyani akan terbitkan aturan NIK dan NPWP digabung”. Diakses dari https://www.republika.co.id/berita/
qttl59368/sri-mulyani-akan-terbitkan-aturan-nik-dan-npwp-digabung.
12
Disampaikan pada acara sosialisasi rencana kerja Satu Data Indonesia 2021 pada 22 Maret 2021

6
Tabel 1. Kerangka Utama SIDT UMKM

DASAR HUKUM
Basis data tunggal UMKM: Pasal 55 Peraturan
Basis data tunggal: Pasal 88 Bab V Bagian
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Keempat Undang-Undang Nomor 11
Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Koperasi dan UMKM
KOORDINASI
ß Koordinasi oleh Kemenkop UKM.
ß Berkoordinasi dengan BPS.
ß Kementerian/lembaga dan/atau pemerintah daerah harus menyampaikan data usaha mikro,
kecil, dan menengah kepada Kemenkop UKM.
LINGKUP KERJA
• Mengumpulkan, memeriksa kesesuaian, mengelola, dan menyebarluaskan data.
• Memuat setidaknya identitas usaha dan identitas pelaku usaha.
• Pendataan dapat melibatkan dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dan
pemangku kepentingan terkait lainnya.
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL
ß Sistem jaringan data dan informasi.
ß Standar data dan interoperabilitas.
AKSES
ß Sistem informasi dapat diakses oleh publik.
ß Penyebarluasan meliputi pemberian akses, pendistribusian, dan pertukaran data.
Sumber: Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021

Pembahasan mengenai aspek teknis, seperti infrastruktur, sistem jaringan, standar data,
hingga akses, diperdalam dalam bab-bab selanjutnya.

7
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

8
3. KONSEP KERANGKA KERJA

3.1 Konsep Dasar

Pembuatan peta jalan ini antara lain mengacu pada panduan yang telah dibuat oleh
United Nations Environment Program (UNEP), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB)13 yang giat mendorong berbagai negara membangun basis data yang bisa diandalkan.
Panduan ini menjabarkan peta jalan untuk membangun basis data nasional yang dibuat
guna membantu proses koordinasi dalam mengumpulkan, membuat kerangka acuan,
dan menyebarkan data, terutama terkait dengan integrasi dan interoperabilitas data dari
berbagai sumber. Langkah-langkah tersebut menjadi peta jalan untuk membantu proses
pembuatan basis data di suatu negara.

Peta jalan yang dibuat UNEP menggambarkan pembagian tugas,


pelaksana, dan jangka waktu pelaksanaan. Pendekatan ini juga
menekankan pentingnya ukuran keberhasilan untuk mengetahui tingkat
efisiensi pelaksanaan guna meningkatkan kapasitas penyelenggaranya.

Dalam pendekatan UNEP, pembuatan basis data dimulai dengan baseline atau data awal
yang nantinya menjadi patokan dalam mengukur perkembangan atau keberhasilan suatu
program. Kemudian dilanjutkan dengan stakeholder mapping atau pemetaan pemangku
kepentingan untuk membangun keikutsertaan aktif para pemangku kepentingan dalam
pembuatan peta jalan. Selanjutnya, perlu dibuat kelompok kerja dengan memasukkan
pemangku kepentingan yang dapat menyumbangkan waktu dan keahliannya. Kelompok
kerja ini yang akan menentukan seberapa jauh pengembangan basis data akan dilakukan
dan seberapa banyak sumber daya yang diperlukan.

Kelompok kerja akan membuat peta jalan dengan rencana aksi


untuk pengembangan basis data, termasuk di dalamnya langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, jangka
waktu, peran dan tugas dalam struktur organisasi, dan mekanisme
pemantauan untuk menjaga kualitas data.

13
UNEP (2019). Roadmap for National LCA Database Development: Guidance and Recommendations from Around the World. United Nations Environment
Program, Economy Division – Life Cycle Initiative Unit.

9
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Secara ringkas, langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut,

Bagan 1. Peta Jalan Pembuatan Basis Data (UNEP)

Pemetaan Pemangku
Data awal Kelompok Kerja Peta Jalan
Kepentingan
(Baseline) (Working Group) (Road Map)
(Stakeholder Mapping)

Sumber: UNEP. 2019. Roadmap for National LCA Database Development: Guidance and Recommendations from Around the World (UNEP, 2019)

Dalam panduan UNEP tersebut, pembuatan peta jalan dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan visi dan misi,
2. Menyiapkan tata kelola dan struktur organisasi,
3. Memperoleh sumber pendanaan,
4. Menentukan kebutuhan sumber daya manusia,
5. Mempertimbangkan kebutuhan hosting,
6. Menentukan cakupan dan penggunaan basis data,
7. Menilai kebutuhan dan persyaratan kualitas data, dan
8. Menentukan format dan pertukaran (interoperabilitas) data.

Selanjutnya, untuk memperkaya pembahasan, digunakan acuan yang dibuat oleh


McKinsey & Company14 dalam panduan yang menjabarkan Faktor Kunci Keberhasilan (Key
Success Factors) dalam merancang suatu basis data.

Faktor kuncinya adalah ketersediaan dan keandalan data,


yaitu seberapa jauh data tersebut dapat diandalkan.

Dari sisi ketersediaan data, faktor yang perlu diperhatikan adalah luas cakupan
data. Dengan mempertimbangkan keseluruhan UMKM yang ada di seluruh negeri, dapat
disimpulkan bahwa SIDT UMKM perlu mencakup 64 juta jumlah pelaku UMKM di Indonesia.
Walaupun sudah tersedia data di berbagai K/L pemilik data dan sumber lainnya, tetapi
besar kemungkinan data tersebut belum mencakup 64 juta pelaku UMKM tersebut. Karena
itu, Kemenkop UKM berencana melakukan sensus untuk mendapatkan data lengkap
keseluruhan populasi. Untuk menggabungkan data tersebut diperlukan kode unik seperti
yang telah dibahas sebelumnya. Kemudian perlu dipertimbangkan akses terhadap data—
siapa yang dapat mengakses data tersebut dan bagaimana aturan mainnya.

Dari sisi keandalan data, faktor yang perlu dilihat adalah konsistensi data, yaitu
seberapa jauh data tersebut benar dan sesuai dengan kenyataannya. Kemudian juga

14
McKinsey & Company (2009). The National Credit Bureau: A Key Enabler of Financial Infrastructure and Lending in Developing Economies. McKinsey
Working Paper on Risks. Number 14. December 2009.

10
seberapa sering data tersebut harus diperbarui, terutama terkait dengan sifat usaha skala
mikro dan kecil yang heterogen dan cenderung sangat cepat berubah.

Sementara itu dari sisi perancangan basis data, McKinsey menjelaskan faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Dukungan regulasi
2. Kemampuan sumber daya manusia
3. Proses dan prosedur pembuatan basis data
4. Teknologi
5. Mekanisme pengumpulan data

Dalam kertas kerja yang dibuat oleh McKinsey tersebut, dikatakan bahwa negara-negara
berkembang memiliki kelemahan dalam kerangka hukum yang mengatur proses berbagi
data dan terutama yang terkait dengan perlindungan data. Hasil pertemuan TNP2K,
Kementerian PPN/Bappenas, dan Kemenkop UKM dengan mengundang K/L pemilik
data15 menunjukkan bahwa ada prosedur yang harus diikuti oleh Kemenkop UKM dalam
mengumpulkan data dari K/L pemilik data. Walaupun sudah diamanatkan dalam Undang-
Undang Cipta Kerja bahwa K/L harus menyampaikan data UMKM kepada Kemenkop UKM,
pelaksanaannya tidak berjalan mudah karena K/L menunjukkan sikap melindungi data
milik mereka.

Terkait dengan kemampuan sumber daya manusia, masalah yang dihadapi adalah
kurangnya kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi, kemampuan mengelola
proyek, dan kemampuan eksekusi rencana dari awal sampai selesai. Kesulitan yang dihadapi
oleh negara berkembang adalah mencari orang dengan keahlian dan pengalaman yang
dibutuhkan. Keterampilan dari sisi teknologi informasi sangat diperlukan karena proses
pengumpulan dan pengelolaan data di tingkat nasional membutuhkan infrastruktur yang
mampu mengolah dan menyimpan data dalam jumlah yang sangat besar sehubungan
dengan jumlah pelaku UMKM di Indonesia yang mencapai puluhan juta.

Proses dan prosedur pembuatan basis data juga memiliki dinamika tersendiri terkait
dengan aturan main dalam berbagi data, dukungan regulasi, konsekuensi untuk yang
tidak mengikuti aturan main dan pelanggaran, dan perlindungan data. Di samping itu,
perancangan dan teknologi, dan ketersediaan panduan/manual untuk menjalankan proses
tersebut. Para pemilik data juga perlu mendapatkan arahan dan buku petunjuk tentang
ketentuan berbagi dan memanfaatkan data, serta bagaimana mereka bisa menggunakan
platform yang disediakan.

Penggunaan teknologi terkait dengan infrastruktur, baik dari sisi perangkat lunak (software)
maupun perangkat keras (hardware), dan pengoperasiannya untuk jumlah data dalam
skala besar. Termasuk yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana mengintegrasikan
data dari sumber yang berbeda (integrasi dan interoperabilitas).

15
Diskusi telah diselenggarakan dengan beberapa K/L dalam pertemuan trilateral yang diselenggarakan pada 5-19 Maret 2021. Hasil kajian dibahas
lebih mendalam pada Bab III.

11
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Untuk mekanisme pengumpulan data, perlu dijabarkan data yang diharapkan dari sisi
variabel data dan format yang digunakan seperti yang ditetapkan dalam standardisasi
data. Perlu dijelaskan juga asal data tersebut dan proses pengumpulan datanya. Dalam
menjaga kualitas data yang diperoleh, diperlukan mekanisme untuk verifikasi dan validasi.

Kedua pendekatan tersebut, baik dari UNEP maupun McKinsey, dapat


saling melengkapi dan memperkuat penjelasan mengenai masing-
masing aspek.

Panduan dari UNEP memberikan langkah-langkah yang lebih lengkap. Walaupun begitu,
pendekatan McKinsey menekankan pentingnya dukungan regulasi dan aturan main dalam
mendorong keberhasilan pengembangan basis data. Berdasarkan panduan tersebut,
studi ini mencoba melihat penerapannya di Indonesia dan di negara lain untuk memetik
pembelajaran dari praktik baik tersebut.

3.2 Pembelajaran dari Negara Lain

Pada 2015, TNP2K melakukan studi awal16 mengenai pembelajaran


dari negara lain dan melihat praktik beberapa pemerintah daerah dalam
pengumpulan data hingga pembuatan basis data UMKM.

Pembelajaran diambil dari praktik di sejumlah negara, baik negara maju maupun negara
berkembang. Swedia dipilih sebagai contoh negara maju yang sudah memiliki sistem yang
baik. Negara tetangga, yaitu Malaysia dan Filipina, dipilih karena dianggap situasinya mirip
dengan Indonesia. Pembelajaran diperluas dengan mengambil India sebagai contoh negara
yang berhasil mengembangkan situs khusus untuk mendorong UMKM mendaftarkan diri
dan mengakses berbagai layanan pengembangan usaha.

Kesimpulan umum pembelajaran dari negara lain adalah penggunaan platform


digital untuk proses pendataan, yaitu portal daring, di mana pendataan
dilakukan secara mandiri oleh UMKM.

Secara khusus, pembelajaran dari India ditampilkan untuk melihat bagaimana pendataan
terhubung dengan program pemberdayaan UMKM yang sangat komprehensif, yang bisa
diakses dari satu laman situs web. Pembelajaran lebih lanjut dari India dapat dilihat pada
Boks 1. Contoh lain adalah Inggris yang menyediakan pendanaan untuk usaha rintisan
(startup fund) dengan syarat membuat perencanaan usaha (business plan) dan mengikuti
pelatihan tertentu, sehingga hal tersebut ekaligus menjadi program pemberdayaan.

16
Nicholas Burger, et al. SME Databases: International Practices and Opportunities for Indonesia. RAND Labor and Population, Working Paper May 2015,
prepared for TNP2K.

12
Tabel 2. Pembelajaran dari Negara Lain

Swedia Malaysia Filipina India


Pelaksana Pusat Statistik Lembaga khusus Lembaga khusus, Kementerian
Pemerintah data, di luar menangani UMKM
Kementerian Agenda Nasional
UMKM UMKM
Mekanisme • Melalui data • Melalui Sensus • Pendaftaran • Pendaftaran
Pendataan perpajakan Ekonomi usaha mandiri usaha mandiri
• Unit usaha • Pendaftaran melalui MSME
melakukan usaha mandiri Data Bank
pendaftaran,
update info,
dan penutupan
akun secara
mandiri
Platform Portal daring Portal daring Portal daring Portal daring

Peman- • Untuk • Akses publik • Akses publik: • Akses publik


faatan mendapatkan • Akses terutama • Akses ke
data statistik pengembangan untuk berbagai inisiatif
usaha kapasitas perizinan pengembangan
usaha kapasitas
usaha, program
pemerintah
Catatan Konteks Dibuat dalam Kapasitas/ Website yang
bisnis Swedia: rangka efektivitas menyediakan
mayoritas usaha mendorong Access database belum berbagai informasi
besar dan formal to Information cukup baik pelayanan untuk
bagi UMKM dibandingkan UMKM – pendanaan,
dengan milik perizinan,
Malaysia pemasaran, dst

Sumber: Burger, N. et al (2015). SME Databases: International Practices and Opportunities for Indonesia. TNP2K Working Paper.

13
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Boks 1. Pendataan dan Pemberdayaan UMKM di India

India memberikan contoh proses pendataan yang terhubung dengan program pemberdayaan
UMKM. Basis data UMKM diperoleh dari pendaftaran mandiri yang dilakukan oleh pelaku
UMKM melalui sebuah situs,17 dengan UMKM berkesempatan untuk memperoleh 29 jenis
layanan spesifik yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pembuatan portal daring ini merupakan pengembangan dari lembaga pelatihan yang
disediakan oleh pemerintah India dalam pemberdayaan UMKM. Penanggung jawab
pengembangan UMKM adalah Kementerian UMKM yang berkoordinasi dengan kementerian
lain. Kementerian UMKM dibantu oleh semacam dewan komisaris (Development
Commissioner MSME) merumuskan kebijakan, koordinasi, pelaksanaan, dan kegiatan
pemantauan dan evaluasi dalam pengembangan UMKM.

Untuk proses dan prosedur pembuatan basis data, situs tadi menjadi portal bagi
UMKM mendaftarkan diri ke berbagai program. Situs dikelola oleh National Informatics
Centre, Ministry of Electronics and Information Technology—semacam Kementerian
Komunikasi dan Informatika di Indonesia. Pengumpulan data dimulai ketika UMKM
melakukan pendaftaran mandiri melalui MSME Dashboard untuk mendapatkan berbagai
macam program pengembangan UMKM.

Pendaftaran UMKM18 berlaku untuk usaha yang sudah berjalan ataupun baru didirikan. Di
laman situs tersebut dijelaskan manfaat yang akan diperoleh UMKM, yaitu tingkat bunga
pinjaman yang lebih rendah daripada tingkat bunga yang berlaku, potongan untuk berbagai
biaya administrasi, dan kemudahan dalam mengikuti proses lelang pengadaan barang/
jasa pemerintah. Laman pendaftaran ini juga terhubung langsung dengan data perpajakan.
Pengisian data tak memakan waktu lama, dengan data yang dimasukkan meliputi nama usaha,
lokasi dan alamat, jenis usaha, jumlah tenaga kerja, aset, omzet, dan jawaban dari pertanyaan
apakah ingin bergabung dengan jaringan pemasaran yang disediakan pemerintah. Tersedia
juga tautan untuk mendapatkan bantuan dalam proses pengisian dari staf yang bertugas.

Selain tautan untuk pendaftaran resmi di situs yang disediakan oleh pemerintah, ada juga
informasi yang dipublikasikan di blog19 yang menjelaskan proses pendaftaran tersebut
dalam bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Manfaat pendaftaran mandiri
dijabarkan lebih lanjut dalam situs khusus20 yang menjelaskan manfaat tersebut dalam
sembilan kategori, yaitu:

17
Kunjungi my.msme.gov.in untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut.
18
Dapat dilihat pada tautan https://cleartax.in/s/msme-registration-india.
19
Dapat dilihat pada tautan https://www.shopify.in/blog/everything-you-need-to-know-about-msme-registration-for-your-business.
20
Dapat dilihat pada tautan https://vakilsearch.com/advice/advantages-msme-registration/.

14
1. Prioritas dalam mendapatkan pinjaman dari bank, yang mendapatkan mandat khusus
dari pemerintah India untuk mengalokasikan dana tersendiri untuk tujuan ini.
2. Bunga pinjaman yang lebih rendah dan pagu kredit yang lebih tinggi, terutama terkait dengan
persyaratan agunan.
3. Keringanan pajak terkait dengan pajak pendapatan, yang dapat membebaskan mereka
dari proses pemeriksaan pajak.
4. Skema penjaminan kredit untuk pinjaman sampai dengan jumlah tertentu untuk
membantu UMKM yang mengalami masalah dengan agunan.
5. Bantuan untuk promosi pemasaran dan ekspor.
6. Pemberian pelatihan dan bantuan modal untuk pengembangan prasarana usaha.
7. Pengembalian dana untuk mengambil sertifikasi Organisasi Standardisasi Internasional
(ISO).
8. Penunjukan langsung dalam proses pembelian barang oleh pemerintah untuk kategori
produk tertentu.
9. Dukungan pendanaan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tertentu dalam
proses produksi.

Sayangnya, di laman situs UMKM tersebut tidak banyak tersedia informasi mengenai
dukungan regulasi. Contoh dukungan regulasi bisa dilihat dari usaha pemerintah India
membangun public registry21 dengan membentuk gugus tugas.

Gugus tugas tersebut memiliki lingkup kerja yang meliputi:


• Melihat ketersediaan data yang ada dan kesenjangan (gap) yang harus diisi.
• Mempelajari praktik terbaik dari negara lain.
• Menetapkan ruang lingkup dan struktur pendataan.
• Mendorong tersedianya kerangka hukum untuk menjamin keamanan data.

3.3 Pembelajaran dari Indonesia

Beberapa pembelajaran juga dapat dipetik dari dalam negeri. Di antaranya dari pembuatan
sistem Online Single Submission (OSS), Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), Satu
Data Indonesia (SDI), dan sebuah contoh dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI). Masing-masing pembelajaran memberikan
sudut pandang yang berbeda dalam pembuatan basis data.

3.3.1. Online Single Submission (OSS)


Online Single Submission atau OSS dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik yang
mengamanatkan percepatan penanaman modal dan berusaha melalui perizinan berusaha
yang terintegrasi secara elektronik. Mulai diterapkan 9 Juli 2018, OSS merupakan sistem

21
Paul, Ahita. High Level Task Force Report Summary. Public Credit Registry for India. PRS Legislative Research, Institute for Policy Research Studies, New
Delhi, July 2, 2018.

15
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

berbasis teknologi informasi yang menghubungkan sistem pelayanan perizinan terpusat,


yakni Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), di Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM)—sekarang Kementerian Investasi/BKPM—yang saat ini menggunakan Sistem
Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) dengan PTSP
daerah menggunakan sistem SiCantik dari Kemenkominfo.

Di dalam OSS terintegrasi berbagai sistem dari lembaga-lembaga perizinan lainnya,


seperti sistem Administrasi Hukum Umum Online milik Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Indonesia National Single Window (INSW), serta Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan milik Kementerian Dalam Negeri, untuk memudahkan perizinan. BKPM dan
Kemenkop UKM meneken nota kesepahaman tentang sinergitas program dan kebijakan
dalam pengembangan UMKM dan koperasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran
data dan informasi antara BKPM dan Kemenkop UKM.

OSS dijalankan dengan melibatkan 25 K/L dan pemerintah daerah


hingga tingkat kabupaten/kota di 34 provinsi. Sistem OSS terhubung
secara real time dengan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Kemenkumham, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil
Kemendagri, dan Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu.

Sistem OSS menjadi contoh baik untuk pembuatan jaringan yang terintegrasi secara real
time dengan berbagai K/L dan pihak lainnya. Awalnya, perancangan dibuat di Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dengan sistem berbasis web yang menggunakan
infrastruktur cloud.22 Infrastruktur sistem OSS mencakup jaringan, perangkat keras, lisensi
perangkat lunak, dan perangkat pendukung. Sistem dialihkan ke BKPM pada 1 Maret 2019.

3.3 2. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)


Pembelajaran selanjutnya adalah pengalaman TNP2K dalam mengembangkan Basis Data
Terpadu yang sekarang diampu oleh Kementerian Sosial dalam bentuk Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial atau DTKS.23

DTKS24 yang dibangun oleh TNP2K untuk keperluan pemberian


bantuan sosial oleh Kemensos, memberikan pembelajaran terbaik dalam
membangun basis data tingkat nasional.

Untuk mekanisme pengumpulan data, dilakukan langkah-langkah persiapan, pengumpulan


data, dan tahap final. Untuk persiapan, dibuat pra-daftar (pre-list) atau daftar awal dan
ditentukan variabel-variabel pendataan dan indikatornya. Proses pendataan dilakukan
berjenjang dengan melibatkan seluruh pemerintah daerah. Seluruh proses pendataan
dilakukan oleh BPS. Setelah basis data terbentuk sesuai dengan kebutuhan, TNP2K
menyerahkan basis data tersebut untuk digunakan oleh Kemensos.
22
Lihat https://ekon.go.id/publikasi/detail/1247/pelayanan-sistem-oss-mulai-beroperasi-di-bkpm-awal-tahun-2019.
23
Informasi selanjutnya dapat dilihat di https://pusdatin.kemensos.go.id/pendaftaran-mandiri-dtks.
24
DTKS sebelumnya disebut BDT berisikan data anggota rumah tangga dengan tingkat konsumsi 40 persen terbawah yang secara spesifik by name
by address.

16
Gambaran selanjutnya mengenai DTKS dapat dilihat dalam Boks 2.

Boks 2. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

Data Terpadu Kesejahteraan Sosial atau DTKS adalah kelanjutan dari inisiatif Basis Data
Terpadu yang dibangun pada 2011 yang memanfaatkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010
dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Pemerintah bekerja sama dengan sejumlah
lembaga internasional di bawah koordinasi TNP2K menetapkan kebutuhan optimal program
perlindungan sosial bagi penduduk dengan tingkat kesejahteraan 40 persen terbawah.
Kebutuhan ini ditindaklanjuti dengan pendataan oleh BPS untuk mendapatkan nama, alamat,
serta karakteristik sosial ekonomi penduduk.

Kegiatan pendataan tersebut dikenal dengan pendataan program perlindungan sosial


(PPLS) 2011. Hasil pendataan digunakan untuk memperbaiki sasaran penerima program
perlindungan sosial yang meliputi Program Keluarga Harapan (PKH), program Beasiswa
untuk Siswa Miskin (BSM), program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin), program Bantuan
Langsung Tunai (BLT), dan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dari
pendataan tersebut, BPS berhasil mengumpulkan informasi dari 25 juta rumah tangga dan
96 juta individu. Hal ini menjadikan Basis Data Terpadu (BDT) sebagai basis data perlindungan
sosial terbesar di dunia.

BDT memperbaiki exclusion error dengan meningkatkan jumlah penerima bantuan sosial
dari kelompok masyarakat miskin dan memperbaiki inclusion error dengan menurunkan
jumlah penerima bantuan sosial dari kelompok masyarakat mampu. Hal ini terlihat dari hasil
Susesnas pada tahun-tahun sebelum dan sesudah adanya BDT.

Untuk menjaga kualitas dan akurasi dari BDT, pemutakhiran harus dilakukan pada seluruh
data secara berkala. Pada 2015, Basis Data Terpadu dimutakhirkan melalui kegiatan
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 oleh BPS. Pemutakhiran ini menambah jumlah
rumah tangga dan individu dalam BDT menjadi 27 juta rumah tangga dan 97 juta individu.

PBDT menjadi modal transformasi program perlindungan sosial di Indonesia. Transformasi


dan perluasan Jamkesmas menjadi Program Indonesia Sehat (PIS), Raskin menjadi Program
Keluaga Sejahtera (KKS), dan Beasiswa untuk Siswa Miskin menjadi Program Indonesia Pintar
(PIP), tidak terlepas dari ketersedian data penerima program di BDT. Perbaikan kontribusi
berbagai program tersebut pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat merupakan bukti
keberhasilan sistem penetapan sasaran melalui pembentukan dan pemutakhiran BDT.

DTKS/BDT juga menjadi referensi berbagai lembaga penelitian di seluruh dunia. Keterbukaan
dan transparansi pengelolaannya mendorong banyak lembaga pendidikan nasional
dan internasional bekerja sama dalam kegiatan penelitian menggunakan data dari BDT.
Organisasi regional seperti ASEAN dan organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-
Bangsa melakukan kunjungan guna mempelajari lebih jauh DTKS/BDT.

17
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Atas permintaan Menteri Sosial pada 2016, TNP2K menyerahkan pengelolaan BDT kepada
Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kemensos. Di bawah Kemensos, BDT berubah
nama menjadi Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin (DTPPFM). Selanjutnya,
DTPPFM berubah menjadi DTKS.

DTKS, yang sebelumnya bernama BDT, memiliki tiga kelompok kerja atau pokja yang
menjalankan masing-masing fungsi, yaitu:
1. Riset dan Kebijakan, yaitu kelompok kerja yang menghasilkan dokumen yang
mendefinisikan dasar-dasar BDT, elemen-elemen data yang digunakan dan landasan-
landasan teori pengukuran, dan kebijakan yang dikeluarkan dalam pemanfaatannya.
Kelompok kerja ini juga merekomendasikan saran-saran perbaikan secara keberlanjutan.
2. Pengelolaan Infrastruktur dan Layanan, yaitu kelompok kerja yang melakukan pengelolaan
proses akses terhadap data, memberikan layanan kepada K/L, pemerintah daerah, dan
pihak-pihak lain yang membutuhkan, memfasilitasi proses-proses pemutakhiran, dan
menjaga integritas dan keamanan data serta layanan.
3. Hubungan Kelembagaan, yaitu kelompok kerja yang membangun kerja sama dengan
berbagai lembaga untuk mempercepat pemanfaatan data. Kelompok kerja ini juga
membantu pelaksana program perlindungan sosial untuk melakukan adaptasi yang
diperlukan agar dapat memanfaatkan data sasaran penerima program secara optimal.

Kekuatan DTKS/BDT adalah pendekatan teknokratis berbasis bukti (evidence-based) yang


menjadi dasar dari berbagai kebijakan yang diambil. Sebelum diterapkannya kebijakan,
semua asumsi dan pendekatan diuji terlebih dahulu melalui kegiatan uji coba (pilot)
hingga menghasilkan bukti-bukti ilmiah yang dapat memperkuat ataupun memodifikasi
pelaksanaan kebijakan hingga memberikan hasil optimal. Hal ini penting dilakukan karena
peran sentral DTKS/BDT sebagai sumber referensi untuk penetapan sasaran penerima
program perlindungan sosial.

Pendekatan teknokratis dan prinsip berbasis bukti sangat membantu DTKS/BDT dalam
menghadapi gugatan maupun pertanyaan dari berbagai lembaga negara dan masyarakat
sipil. Pendekatan ini juga menjadikan DTKS/BDT memiliki karakteristik imparsial dan non-
sektoral, yang membuatnya lebih mudah diadopsi oleh berbagai lembaga sebagai data
sasaran.

Mengembangkan DTKS/BDT membutuhkan investasi yang cukup besar. Elemen-elemen


investasi tersebut meliputi:

18
1. Poses pendataan/pemutakhiran data secara berkala membutuhkan biaya dan tenaga
yang tidak sedikit. Pendataan pada 2011 menghabiskan dana sekitar Rp550 miliar dan
pemutakhiran pada 2015 menghabiskan dana sekitar Rp800 miliar. Pendataan dan
pemutakhiran sepenuhnya dilaksanakan oleh BPS yang memiliki jaringan hingga tingkat
di bawah desa/kelurahan (tingkat komunitas).
2. Pembangunan pusat data (data center) yang efisien. Pada 2011, pembangunannya
menghabiskan anggaran sekitar Rp6 miliar. Selain itu, pusat data juga memerlukan biaya
pemeliharaan dan operasional yang harus dianggarkan setiap tahun.
3. Perekrutan peneliti, ahli teknologi informasi, manajer, dan supervisor pengelola layanan
dengan kualifikasi terbaik untuk melayani kebutuhan K/L, pemerintah daerah, dan
masyarakat sipil.
4. Kegiatan penelitan, uji coba, sosialisasi, pelatihan, dan pengembangan keahlian (capacity
building) berkualitas tinggi yang menjadi kunci keberlanjutan pengelolaan, adopsi data
sasaran oleh pelaksana program, dan penguatan hubungan kelembagaan.

Tujuan utama DTKS/BDT adalah mendorong transformasi kebijakan pada program-program


perlindungan sosial yang bertujuan memperbaiki kualitas data sasaran program, mekanisme
pelaksanaan program yang lebih efisien berdasarkan temuan dalam data, dan efisiensi
anggaran negara dalam pelaksanaan berbagai program perlindungan sosial. DTKS/BDT
terus mendorong transformasi program perlindungan sosial berskala besar seperti jaminan
kesehatan, jaminan ketenagakerjaan, dan subsidi energi, baik listrik maupun elpiji.

3.3 3. Pembelajaran Lainnya


Satu Data Indonesia atau SDI bisa menjadi acuan dalam hal pembuatan struktur
pendataan. SDI merupakan kebijakan tata kelola data pemerintah yang bertujuan untuk
menciptakan data berkualitas, mudah diakses, dan dapat dibagi-pakaikan antar-instansi
pusat serta daerah. SDI dibentuk dan dijalankan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39
Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia. Dalam pelaksanaannya, seluruh data pemerintah
dan data instansi lain yang terkait dapat diakses melalui portal SDI.25. Sekretariat SDI
tingkat pusat berada di bawah Kementerian PPN/Bappenas. Dalam penyelenggaraannya,
SDI memiliki struktur di pusat dan daerah.

Struktur penyelenggaraan SDI dapat menjadi acuan dalam pembentukan struktur


organisasi SIDT UMKM. Mengacu pada Perpres Nomor 39 Tahun 2019, penyelenggaraan
SDI di tingkat pusat memiliki struktur yang terdiri dari:
• Dewan pengarah
• Forum SDI tingkat pusat
• Sekretariat SDI tingkat pusat
• Pembina data
• Wali data
• Produsen data

25
Bisa diakses melalui https://data.go.id/.

19
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Sementara itu, penyelenggaraan di tingkat daerah memiliki struktur yang mencakup:


• Forum SDI tingkat daerah
• Sekretariat SDI tingkat daerah
• Pembina data
• Wali data
• Wali data pendukung
• Produsen data

Tugas dewan pengarah meliputi:


1. Mengoordinasikan dan menetapkan kebijakan penguatan dan perbaikan tata kelola data
pemerintah.
2. Mengoordinasikan penyelesaian masalah dan hambatan pelaksanaan tata kelola data
pemerintah.

Forum SDI adalah wadah komunikasi dan koordinasi instansi pusat dan/atau instansi
daerah dalam penyelenggaraan SDI. Sementara itu, pembina data bertugas untuk
memberikan rekomendasi dalam perencanaan pengumpulan data, terutama dalam
menetapkan standar data dan struktur baku metadata.

Wali data adalah unit pada instansi pusat dan instansi daerah yang melaksanakan kegiatan
pengumpulan, pemeriksaan, dan pengelolaan data yang disampaikan oleh produsen
data, serta menyebarluaskan data. Produsen data adalah unit pada instansi pusat dan
instansi daerah yang menghasilkan data. Dalam hal ini, data dapat berupa data statistik,
data geospasial, dan data keuangan negara. Selain itu, ada juga pengguna data, yaitu
instansi pusat, instansi daerah, perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang
menggunakan data.

Pembelajaran lain bagi UMKM Indonesia adalah pendataan melalui


pendaftaran mandiri.

Situs www.ukmindonesia.id adalah dasbor yang dibuat oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi
dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) untuk membangun basis data UMKM
yang menjadi dasar bagi mereka dalam melaksanakan program pemberdayaan. Basis data
yang diperoleh cukup lengkap dengan isian yang mencakup profil usaha, pemilik usaha,
informasi usaha, dan informasi pendukung seperti program pendampingan yang pernah
diperoleh dan yang diharapkan ke depan. Pendataan dilakukan melalui pendaftaran
mandiri oleh pelaku UMKM, sehingga dapat menghemat biaya survei yang mahal. Sejauh
ini telah terkumpul data dari sekitar 5.000 UMKM di Indonesia.

Basis data yang dibuat oleh LPEM UI ini bisa menjadi contoh pendaftaran secara mandiri
oleh UMKM. Pelaku UMKM yang mendaftarkan diri memperoleh kesempatan untuk
ikut serta dalam program pemberdayaan. Melalui situs ini, pelaku UMKM mendapatkan
bantuan dalam mengurus perizinan sebagai insentif mendaftarkan diri.

20
Sebuah studi khusus dilakukan oleh Australian National University26 untuk menguji coba
beberapa pendekatan untuk mendorong pelaku UMKM mendaftarkan diri. Dalam studi
tersebut disebutkan cara menjangkau pelaku UMKM dengan lebih efektif adalah melalui
pesan singkat (SMS).

3.4 Visi Pengembangan SIDT UMKM oleh Kemenkop UKM

Kerangka kerja yang diusulkan oleh TNP2K diharapkan dapat menjadi acuan awal dalam
menyusun peta jalan pembuatan SIDT UMKM yang sedang dikembangkan oleh Kemenkop
UKM. Dalam hal ini, Kemenkop UKM telah membuat konsep pembangunan data tunggal
UMKM27 sebagaimana ditampilkan dalam Bagan 2.

Bagan 2. Konsep Pembangunan Data Tunggal UMKM oleh Kemenkop UKM

STRATEGI IMPLEMENTASI DATA TUNGGAL UMKM


KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BH
INN IK A
REPUBLIK INDONESIA
E KA T UN G G A L

PENATAAN REGULASI DATA DALAM


DAN KELEMBAGAAN FORMAT TERBUKA

STANDARDISASI &
SINKRONISASI DATA
Perbaikan DATA Rilis dan
Tata Kelola TUNGGAL Pemanfaatan
Data UMKM PORTAL SATU DATA Data Terbuka
UMKM
CAPACITY BUILDING

INTEROPERABILITAS MEMPERLUAS
DATA PEMANFAATAN DATA

Sumber: Satu Data Indonesia, Bappenas (2021)

Dapat dilihat pada bagan tersebut bahwa terdapat dua bagian besar dalam basis data
tunggal UMKM, yaitu tata kelola dan manajemen datanya sendiri. Tata kelola mencakup
dukungan regulasi, faktor sumber daya manusia (capacity building), pengintegrasian data
dari berbagai sumber (standardisasi dan interoperabilitas). Manajemen data mencakup
pengumpulan (portal dan format data) dan pemanfaatan data oleh berbagai pihak.

Konsep yang dibuat oleh Kemenkop UKM sejalan dengan konsep UNEP dan McKinsey yang
telah diperkenalkan sebelumnya28 dalam hal infrastruktur, sumber daya, manajemen data
dan regulasi. Bahkan, konsep Kemenkop UKM melengkapi konsep tersebut.

26
Dong, Sarah. Out of the Shadow: Encouraging Online Registration of Micro and Small Businesses through a Randomized Controlled Trial. Melbourne:
Crawford School of Public Policy, Australian National University, March 2021. Working Papers in Trade and Development No. 2021/05.
27
Disampaikan pada rapat koordinasi dengan berbagai K/L oleh Kemenko Perekonomian pada Februari 2021.
28
Lihat pembahasan di “Bab III.1 Konsep Dasar”.

21
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Berdasarkan gabungan ketiga konsep tersebut, diusulkan kerangka


kerja pengembangan SIDT UMKM menampilkan empat pilar, yakni
(1) tata kelola, (2) infrastruktur, (3) sumber daya manusia, dan (4)
manajemen data.

Dalam kerangka kerja yang diusulkan bagian sebelumnya, dukungan regulasi ditampilkan
dalam kerangka hukum yang menjadi landasan awal yang mendukung terbentuknya pilar-
pilar tersebut.

Selain itu, Kemenkop UKM membuat kerangka acuan kerja (KAK) pembuatan basis data
UMKM. Dalam KAK untuk Sistem Informasi Terintegrasi29, Kemenkop UKM menyebutkan
bahwa SIDT UMKM dibangun dengan mengacu pada Undang-Undang Cipta Kerja; PP Nomor
7 Tahun 2021, khususnya Pasal 55 tentang basis data tunggal; dan Perpres Nomor 39 Tahun
2019 tentang Satu Data Indonesia. Lingkup pekerjaan SIDT UMKM dijabarkan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan SIDT UMKM yang sesuai dengan teknologi blockchain
identity management.
b. Membangun aplikasi persiapan dan pembersihan data. Aplikasi ini terdiri atas beberapa
subaplikasi, yaitu e-form yang dapat digunakan untuk menginput data UMKM oleh dinas,
koperasi, dan lembaga pengusul; modul pra-proses data dan pembuatan identitas baru
untuk data UMKM yang memenuhi kriteria terverifikasi; dan tampilan untuk memperbaiki
data yang tidak memenuhi standar dari data yang telah diinput oleh dinas, koperasi,
maupun lembaga pengusul.
c. Membangun aplikasi pengolahan dan pemantauan data koperasi dan UMKM. Aplikasi
berbasis web ini untuk memonitor koperasi dan UMKM yang telah didaftarkan oleh
dinas, koperasi, atau lembaga pengusul terkait dengan kondisi data, status verifikasi
koperasi dan UMKM, informasi kategorisasi usaha, serta analisis yang dihasilkan dari
aplikasi analitik. Adapun pengembangan aplikasi sistem informasi mencakup fitur
standardisasi variabel data untuk sensus tahun 2022 yang bekerja sama dengan BPS,
intelijen bisnis berbasis GIS yang memiliki geotagging dengan latitude dan longitude,
sumber pembiayaan, jumlah tenaga kerja, pelaku usaha untuk data tunggal koperasi
dan UMKM, serta dapat melakukan crawling data UMKM di media sosial.
d. Melakukan pengujian terhadap SIDT UMKM yang dibangun dan dipastikan sesuai
dengan kebutuhan go live pada server produksi SIDT KUMKM Terintegrasi.
e. Melakukan perbaikan “bug” dan meningkatkan keamanan apabila ditemukan “bug”
dan kerentanan.
f. Blockchain identity management. Manajemen identitas berbasis blockchain menjadikan
entitas UMKM dan pelaku usaha dapat memiliki identitas unik berupa “alamat” blockchain
yang dapat dimanfaatkan untuk menelusuri berbagai aktivitas entitas dalam eksosistem
usaha. Entitas yang terdaftar dalam blockchain dapat memiliki informasi di dalam dan di
luar blockchain. Manajemen identitas ini memiliki fitur yang dapat memverifikasi suatu
kejadian yang melibatkan entitas dengan pengesahan (attestation) atau pemberian
testimoni dari pihak tepercaya dalam jaringan blockchain.

29
Kerangka acuan kerja (terms of reference) kegiatan tahun anggaran 2021 untuk Sistem Informasi Terintegrasi yang disampaikan oleh Asisten Deputi
Pemetaan Data, dan Pengkajian Usaha Deputi Bidang Kewirausahaan pada April 2021.

22
g. Go live pada server produksi SIDT UMKM. Sosialisasi penggunaan SIDT UMKM dan
penggunaan layanan web (web service).

KAK dibuat dalam rangkaian kegiatan pengembangan sistem pengelolaan data dan
informasi koperasi dan UMKM. Sehingga, Kemenkop UKM menyasar tidak hanya UMKM,
tapi juga pengembangan data dan sistem informasi untuk koperasi.

3.4.1 Tindak Lanjut Pengembangan SIDT UMKM


Pada awal Agustus 2021, persiapan pengembangan SIDT UMKM dimulai. Selain didasarkan
pada KAK, pengembangan basis data diselaraskan dengan kondisi terkini karena adanya
penyesuaian kebutuhan dari sisi fungsi dan dari sisi infrastruktur. Pada akhir Agustus,
sesuai target telah diselesaikan tahapan berikut:
• Kesepakatan arsitektur sistem
• Penyelesaian disain tahap I untuk desain fungsi dan desain basis data.
• Penyelesaian modul user interface untuk pengumpulan dan verifikasi data.
• Kesepakatan konfigurasi arsitektur infrastruktur server, penyimpanan, dan jaringan.

Untuk pengembangan selanjutnya, Kemenkop UKM mendasarkannya pada kerangka pikir


yang dibahas pada bagian selanjutnya.

3.4.2 Kerangka Pikir Pengembangan SIDT UMKM


Dalam menyusun dan mengembangkan SIDT UMKM, digunakan pendekatan analisis gap
(gap analysis) antara tujuan dan sasaran yang hendak dicapai serta kondisi yang dihadapi
saat ini. Dari hasil analisis gap tersebut kemudian disusun strategi dan langkah-langkah
untuk mencapai tujuan. Ilustrasi pola pikir dan gambaran global hasil untuk tiap tahap
ditunjukkan pada Bagan 3.

Bagan 3. Kerangka Pikir Pengembangan SIDT UMKM

Strategi dan
Kondisi Program
Tujuan Manfaat Outcome
saat ini Pembangunan
SIDT UMKM

Internal: • Penetapan visi, Tujuan: Manfaat: Kontribusi pada


• Regulasi misi, tujuan • Terciptanya sistem • Penyusunan pertumbuhan
• Tupoksi • Penetapan strategi informasi yang program ekonomi nasional
• Struktur organisasi dan program terintegrasi untuk • Pemantauan dan kesejahteraan
• Sumber daya yang • Penyusunan mengotomasi • Penilaian/Evaluasi masyarakat
tersedia (SDM, aktivitas dan lini proses dalam • Dukungan
waktu, anggaran) masa kegiatan pengambilan
pengumpulan, kebijakan
Eksternal: pengolahan, dan
• Kondisi data penyajian data
• Kondisi pelaku UMKM
usaha
• Kondisi pemangku Dasar:
kepentingan • Amanat undang-
lainnya undang/peraturan
• Pemenuhan
kebutuhan mitra/
pemangku
kepentingan

Sumber: Kemenkop UKM (2021)

23
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Kerangka yang dibuat oleh Kemenkop UKM ini mengacu pada praktik pengelolaan data
menurut Data Management Body of Knowledge (DMBOK) dari DAMA Internasional30.

3.5 Usulan Kerangka Kerja Pengembangan SIDT UMKM

Berdasarkan pembelajaran yang telah dibahas di bagian sebelumnya dan acuan yang dibuat oleh
Kemenkop UKM, kerangka kerja yang diusulkan untuk pembuatan basis data UMKM dijelaskan
pada Bagan 4.

Bagan 4. Kerangka Kerja Pengembangan SIDT UMKM

Visi & Misi


Sistem Informasi Data Tunggal UMKM

1 2 3 4

Tata Kelola Infrastruktur Sumber Daya Manajemen


Manusia Data

Pendanaan dan Pembiayaan

Kerangka Hukum (UU Cipta Kerja, PP Nomor 7/2021)

Sumber: Hasil analisis TNP2K

Proses pengembangan SIDT UMKM dalam kerangka kerja ini berlandaskan Undang-
Undang Cipta Kerja dan PP Nomor 7 Tahun 2021. Kemudian dengan dukungan pendanaan
dan pembiayaan, SIDT UMKM dibangun dengan mengacu pada empat pilar, yaitu tata kelola,
infrastruktur, sumber daya manusia, dan manajemen data. Pengembangan SIDT UMKM
ini berpegang pada visi dan misi, yaitu pandangan ideal tentang apa yang ingin dicapai
oleh SIDT UMKM dalam beberapa tahun ke depan (visi) dan bagaimana cara mencapai visi
tersebut (misi).

Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai visi dan misi pengembangan SIDT UMKM,
prasyarat, dan pilar-pilar dalam kerangka kerja pengembangan SIDT UMKM.

3.5.1 Visi dan Misi


Visi dan misi mengacu pada tujuan yang ingin dicapai dalam jangka panjang, umumnya
mengacu pada rencana strategis. Oleh Kemenkop UKM, tujuan dijabarkan sebagai:

“Mengembangkan ketersediaan sistem informasi data yang modern


dan terkini, agar terwujud pelayanan data dan informasi data kinerja
KUMKM yang valid dan terkini.”
30
DAMA International (2017), DAMA DMBOK – Data Management Body of Knowledge, Technics Publications, Basking Ridge, New Jersey, USA. Lihat
https://www.TechnicsPub.com.

24
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut sebagai:

“Tersusunnya data dan informasi terkini yang dapat dijadikan acuan


pengambilan suatu kebijakan pemberdayaan KUMKM.”

Kata `terkini’ mengindikasikan kecepatan dalam proses pendataan, pengolahan, dan


penyajian data dengan segala mekanismenya yang harus dijabarkan dalam langkah-
langkah pelaksanaannya. Adanya visi memberi arah tujuan yang ingin dicapai dalam
beberapa tahun ke depan dan strategi pelaksanaannya.

Pembuatan SIDT UMKM perlu mempertimbangkan kebutuhan


dan permasalahan dari calon pengguna, yaitu para pemangku
kepentingan, sehingga visi yang ditetapkan dapat membawa ke
tujuan bersama dan menjawab permasalahan yang dihadapi.

Visi yang menjawab kebutuhan pengguna akan mendorong pemangku kepentingan


memberikan dukungan dan ikut terlibat dalam proses. Karena itu, visi dan misi dibuat
dengan melibatkan para pemangku kepentingan dan prosesnya didahului dengan
pemetaan pemangku kepentingan seperti dijelaskan pada bab sebelumnya. Para
pemangku kepentingan ini dilibatkan sejak awal dan diminta memberi masukan dan
arahan pada setiap tahapan, sehingga semua pihak merasa menjadi bagian dari proses
pembuatan basis data ini. Adanya pelibatan atau komitmen mengikat para pemangku
kepentingan untuk bekerja sama akan sangat membantu dalam mendorong keterlibatan
para pemangku kepentingan di setiap proses.

3.5.2 Pendanaan

Pendanaan mencakup perhitungan kebutuhan biaya dan sumber


pendanaan antara lain untuk penyediaan sumber daya manusia dan
infrastruktur.

Kebutuhan biaya pengembangan SIDT UMKM mencakup infrastruktur awal, gaji untuk
personel yang terlibat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan data, peningkatan kapasitas,
sosialisasi, dan proses pendataan yang meliputi pengumpulan data, pemutakhiran, dan
pemantauan proses untuk menjaga kualitas data (pemantauan dan evaluasi).

Dalam hal ini, perhitungan untuk pendanaan dapat dilakukan dengan melihat:
• Kebutuhan investasi dan operasional
• Jumlah anggaran
• Sumber dana

Kebutuhan investasi mengacu pada kebutuhan di awal pembuatan basis data, yang
umumnya untuk kebutuhan infrastruktur. Sementara itu kebutuhan operasional mencakup

25
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

biaya yang harus dikeluarkan untuk pengoperasian basis data sepanjang masa berlakunya
basis data tersebut.

Sumber dana bisa berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau dari
sumber-sumber lain, seperti melalui skema kerja sama dengan lembaga donor asing.

Pendanaan juga dapat diperoleh dengan melibatkan sektor swasta. Sebagai contoh,
pembuatan infrastruktur awal untuk OSS dibantu dana hibah dari pemerintah Australia
melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT). Adapun pembangunan
infrastruktur awal DTKS didanai APBN.

3.5.3 Pilar-pilar Pengembangan SIDT UMKM

Pengembangan SIDT UMKM mencakup berbagai komponen penting


yang dapat dikelompokkan dalam pilar-pilar utama. Ada empat
pilar utama dalam pembuatan SIDT UMKM, yaitu (1) tata kelola,
(2) infrastruktur, (3) sumber daya manusia, dan (4) mekanisme
pendataan.

Komponen masing-masing pilar dijelaskan di bawah ini,

Pilar 1. Tata Kelola


Penyelenggaraan SIDT mengacu pada Undang-Undang Cipta Kerja dan PP Nomor 7 Tahun
2021. Dalam tata kelolanya, aturan tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk
regulasi turunan ataupun standar operasional prosedur (SOP) .

Dalam tata kelola, harus ada penanggung jawab yang memikirkan dan
membuat kerangka kerja pelaksanaan, termasuk merumuskan aturan main.

Penanggung jawab tersebut bisa terdiri dari para pihak yang memiliki keterkaitan langsung
maupun tidak langsung dalam pengelolaan data maupun program pemberdayaan UMKM.
Untuk menentukan siapa saja yang perlu terlibat dalam struktur tata kelola, perlu dilakukan
pemetaan pemangku kepentingan sehingga dapat diketahui siapa saja yang harus terlibat,
termasuk peran serta tanggung jawab yang harus dijalankannya.

Aspek-aspek dalam tata kelola dijabarkan sebagai berikut:


1. Regulasi dan SOP
2. Organisasi
3. Kerja sama dengan pihak lain
4. Integrasi data
5. Pemanfaatan data
6. Kerahasiaan data

26
Proses pengintegrasian data sebagai bagian dari pendataan dan pemanfaatan data
melibatkan kerja sama dengan K/L dan pemangku kepentingan lain, sehingga perlu dibuat
aturan main dan dalam bentuk regulasi agar memiliki kekuatan hukum. Selanjutnya,
regulasi tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk SOP untuk menjelaskan
tahapan pelaksanaannya.

Regulasi terutama perlu dibuat terkait dengan kerahasiaan data dan aturan bagi-
pakai. Dalam hal ini, kerahasiaan data dalam proses pertukaran (bagi-pakai) data untuk
perlindungan data konsumen (UMKM) diperlukan untuk mencegah pemanfaatan data
yang tidak bertanggung jawab. Perlu dibuat aturan khusus yang membahas seberapa jauh
akses terhadap data, data apa saja yang bisa akses, dan siapa yang boleh mengaksesnya.

Kerahasiaan data menjadi pertimbangan yang sangat penting


bagi K/L dan pihak swasta untuk bersedia berbagi data karena mereka
khawatir adanya penyalahgunaan data konsumen ataupun nasabah
(untuk yang berhubungan dengan dunia perbankan).

Panduan pelaksanaan juga perlu disusun untuk kegiatan pendataan dan pemanfaatan
data. Kemudian perlu juga ada indikator kinerja utama (key performance indicator/KPI)
sebagai alat ukur keberhasilan pelaksanaan.

Penjabaran masing-masing aspek dalam tata kelola ditampilkan dalam tabel di bawah ini
untuk menjelaskan output yang diharapkan dari masing-masing aspek tersebut.

Tabel 3. Tata Kelola

Tata Kelola Output


Regulasi dan SOP 1. Pembentukan organisasi terdiri dari K/L yang terlibat dalam
proses pembuatan SIDT UMKM
2. Perjanjian kerja sama antar-kementerian
3. Aturan pengumpulan data
4. Aturan pengorganisasian data
5. Aturan bagi-pakai
6. Aturan pemanfaatan dan kerahasiaan data
7. Aturan verifikasi dan validasi
8. Aturan pemutakhiran
Organisasi 1. Anggota
2. Struktur organisasi
3. Tugas dan tanggung jawab
4. Tugas dan peran anggota
5. Peran pemerintah daerah
Kerja sama dengan 1. Pemetaan pemangku kepentingan
pihak lain 2. Perumusan kerja sama

27
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Tata Kelola Output


Integrasi data 1. Platform yang digunakan
2. Akses untuk mengunggah (upload)
3. Integrasi vertikal (dengan instansi di tingkat daerah) dan
horizontal (dengan instansi di tingkat pusat)
Pemanfaatan data 1. Siapa yang boleh menggunakan
2. Persyaratan untuk menggunakan
3. Akses untuk mengunduh (download)
Kerahasiaan data 1. Jenis data yang boleh dibagi
2. Tampilan data
Pembentukan pusat 1. Struktur organisasi
data dan informasi 2. Uraian tugas tim pelaksana
(pusdatin) 3. Kemampuan teknis dan kualifikasi personel
4. Peningkatan kapasitas teknis
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Dengan mengacu pada kerangka kerja di atas, proses pengembangan SIDT UMKM
dimulai dengan pembuatan visi dan misi oleh Kemenkop UKM yang sejalan dengan
rencana strategis yang telah ditetapkan.

Kemudian untuk memenuhi amanat Undang-Undang Cipta Kerja, dibentuk tim pelaksana awal
yang akan menjalankan inisiatif awal, perencanaan, implementasi, dan pengawasan proses
pembuatan SIDT. Adapun terdapat beberapa pilihan bentuk tim pelaksana awal, antara lain:
1. Gugus tugas
2. Kelompok kerja (Pokja)
3. Project management office (PMO)

Ketiga jenis tim tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai pelaksana yang
dibentuk sementara untuk mengerjakan tugas tertentu dan jangka waktu tertentu,
dan bisa dibubarkan jika pekerjaan/program dipandang telah selesai. Pekerjaan gugus
tugas mengarah pada koordinasi kegiatan antar lembaga. Pokja mengacu pada tim kecil
untuk menjalankan tugas atau proyek tertentu. Sementara itu, PMO identik dengan
pembentukan kantor khusus di luar kementerian penanggung jawab untuk menjalankan
tugas pelaksanaan sebelum diserahkan kepada kementerian yang bersangkutan.

Mempertimbangkan pelibatan dan koordinasi K/L yang intensif dibutuhkan dalam


pembuatan basis data, Gugus Tugas dapat dipilih sebagai bentuk tata kelola. Gugus
Tugas 31 dibentuk oleh Kemenkop UKM sebagai leading sector dengan dibantu oleh K/L
lain yang menjadi anggota. Dalam perjalanannya, Gugus Tugas dapat memperkuat
kerangka hukum yang ada untuk mendukung proses pengembangan SIDT UMKM. Gugus
Tugas juga melakukan pendekatan untuk bekerja sama dengan K/L dan pemangku
kepentingan lainnya, termasuk pemerintah daerah dan dinas koperasi dalam membantu
penyelenggaraan SIDT UMKM.
31
Pada konteks ini, Gugus Tugas mengacu pada struktur organisasi lintas K/L yang akan membangun dan mengelola bersama basis data UMKM

28
Contoh proses pembentukan gugus tugas dapat mengacu pada pedoman yang
dikeluarkan oleh SDI, dengan struktur organisasi gugus tugas terdiri dari ketua, wakil
ketua, dan tim pelaksana.
1. Ketua memberi arahan kepada tim pelaksana dalam pemantauan, evaluasi, dan
penyelenggaraan SIDT UMKM.
2. Wakil ketua bertugas memberikan dukungan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan dan evaluasi, serta memberikan solusi untuk pelaksanaan pengembangan
SIDT UMKM.
3. Tim pelaksana termasuk di dalamnya adalah tim legal dan tim teknologi dan informasi.

Contoh tim pelaksana dapat terdiri dari:


1. Tim legal
2. Tim riset
3. Tim pendataan
4. Tenaga lapangan
5. Tim teknologi informasi

Kemudian Gugus Tugas melalui tim pelaksana dapat:


1. Mencari bantuan tim legal untuk merumuskan dan mendapatkan pengesahan untuk
kerangka hukum yang telah dibuat.
2. Mencari bantuan tim riset untuk:
a. Merumuskan ruang lingkup dan struktur pendataan.
b. Menetapkan metodologi, ukuran-ukuran yang digunakan, dan pembuatan kuesioner
untuk pendataan.
3. Mengoordinasi tim persiapan dan tim lapangan untuk melakukan pendataan melalui
sensus.
4. Melakukan kerja sama dengan program pemberdayaan UMKM K/L dan pemangku
kepentingan lainnya sebagai insentif untuk UMKM yang mendaftarkan diri.

Selanjutnya, Gugus Tugas dapat mendorong pembentukan kerangka hukum yang


mengatur:
1. Keikutsertaan berbagai pemangku kepentingan dalam gugus tugas.
2. Perjanjian kerja sama untuk bagi-pakai antar K/L dan kerja sama lainnya.
3. Keamanan data.
4. Aspek-aspek lain seperti yang sudah dibahas di atas.

Kerja sama dengan K/L dan pemangku kepentingan lainnya penting dijalin karena
mereka juga memiliki data UMKM. Selain itu, di masa depan ada kemungkinan terjalin
kerja sama lain yang terkait dengan pemberdayaan UMKM.

Kerja sama dapat dilakukan dengan K/L yang memiliki program pemberdayaan
UMKM. TNP2K mencatat ada 19 K/L yang memiliki program pemberdayaan yang
berkesinambungan, sedangkan Kementerian PPN/Bappenas mencatat setidaknya
terdapat 27 K/L yang memiliki alokasi anggaran pemberdayaan UMKM. Kerja sama juga

29
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

tidak terbatas dengan instansi pusat, tetapi juga dengan instansi daerah. Sebab, proses
pendataan dilakukan dari tingkat pusat hingga tingkat daerah.

Ke depan, kerja sama juga dapat dijalin dengan pihak swasta dan BUMN yang memiliki
program pemberdayaan UMKM melalui kegiatan CSR. Pihak lain yang mungkin banyak
berhubungan dengan UMKM adalah pasar digital (marketplace) dan perusahaan teknologi
finansial (fintech), terutama seiring dengan meningkatnya penggunaan platform digital
sehubungan dengan pemberlakukan pembatasan kegiatan untuk mencegah penularan
Covid-19.

Selanjutnya Gugus Tugas bertugas untuk:


1. Melihat ketersediaan data yang ada dan kesenjangan (gap) yang harus diisi.
2. Mempelajari praktik terbaik dari negara lain dan pengalaman di dalam negeri dalam
pembangunan basis data.
3. Menetapkan ruang lingkup dan struktur pendataan.

Hal tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk peta jalan pembuatan basis data tunggal
UMKM dengan mengacu pada empat pilar seperti dalam pembahasan sebelumnya.

Termasuk dalam tanggung jawab gugus tugas adalah menyiapkan tim pengelola yang akan
melanjutkan pengelolaan basis data setelah sistem dan infrastrukturnya terbentuk dan
siap dijalankan. Umumnya tim pengelola ini dibuat dalam bentuk pusat data dan informasi
(pusdatin) yang merupakan unit kerja tersendiri di dalam kementerian. Perlu diingat
bahwa gugus tugas bersifat sementara dan dapat dibubarkan setelah pekerjaan selesai.
Sementara itu, basis data perlu dijalankan dan dikelola secara berkesinambungan hingga
masa kerja yang tidak terbatas. Sehingga, perlu dibentuk tim pengelola yang sifatnya lebih
permanen dan jangka panjang.

Dalam pembentukan Pusdatin, Gugus Tugas perlu menetapkan


struktur organisasi untuk pengelolaan basis data yang paling baik.
Gugus tugas diisi oleh perwakilan berbagai K/L pemilik data untuk
mendorong keterlibatan aktif dari awal proses pembuatan hingga
terbentuknya basis data tunggal.

K/L yang harus dilibatkan antara lain:


1. BPS—terkait dengan persiapan dan pelaksanaan mekanisme pendataan.
2. Kemenkominfo—terkait dengan persiapan infrastruktur dan penggunaan fasilitas
dari Pusat Data Nasional.
3. Satu Data Indonesia atau SDI—terkait dengan pemetaan pemangku kepentingan,
koordinasi, dan pengumpulan metadata dari K/L pemilik data.
4. BKPM—terkait dengan identitas pelaku usaha (NIB).
5. Kemendagri—terkait dengan identitas individu pelaku usaha (NIK).
6. K/L pemilik data dan pelaku program pemberdayaan UMKM seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.

30
Kemudian perlu dijabarkan uraian tugas setiap posisi dalam struktur organisasi dan
kualifikasi yang dibutuhkan untuk posisi tersebut. Kualifikasi ini sangat penting karena
pengelolaan basis data tingkat nasional membutuhkan kemampuan teknis yang sangat
spesifik, terutama dalam hal pemanfaatan teknologi. Dengan demikian gugus tugas perlu
memikirkan upaya peningkatan kapasitas dari tim pengelola agar mereka dapat memiliki
kemampuan teknis yang dibutuhkan.

Pilar 2. Infrastruktur
Infrastruktur mengacu pada ketersediaan fasilitas dan faktor teknis yang bisa
mendukung terbentuknya basis data.

Persiapan penyediaan infrastruktur dibantu oleh tim teknologi informasi. Tim teknologi
informasi bertugas menyiapkan dan merumuskan kebijakan penggunaan fasilitas teknologi
informasi yang diperlukan untuk interoperabilitas, akses data, dan keamanan data.
Dalam persiapan ini, tim teknologi informasi perlu berkoordinasi dengan Kemenkominfo,
terutama terkait dengan penggunaan fasilitas yang tersedia di Pusat Data Nasional.

Dalam tugasnya, tim teknologi informasi menentukan:


1. Server dengan kapasitas untuk pengelolaan data tingkat nasional.
2. Konfigurasi perangkat keras dan perangkat lunak (untuk pengolahan, penyimpanan, dan
tampilan data.
3. Platform pendataan untuk input data.
4. Sistem untuk integrasi dan interoperabilitas.
5. Sistem perlindungan dan keamanan data yang mumpuni dan bisa diandalkan.

Penjabaran dari masing-masing aspek dapat dilihat pada Tabel 4,

Tabel 4. Infrastruktur

Infrastruktur Output
Pusat Data Nasional 1. Fasilitas yang disediakan Kemenkominfo yang bisa
dimanfaatkan
Portal/platform 1. Penginputan data
2. Pemanfaatan data
3. Integrasi dan interoperabilitas
Teknologi—hardware 1. Kapasitas dan konfigurasi server
(server) 2. Back up data
Teknologi—software 1. Penginputan data
2. Pengolahan data
3. Tampilan data
Sistem 1. Integrasi dan interoperabilitas

31
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Infrastruktur Output
Sistem untuk keamanan 1. Perlindungan kerahasiaan data
data 2. Perlindungan dari potensi kehilangan data
3. Perlindungan data dari akses tidak berwenang
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Pilar 3. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia mengacu pada struktur yang disebutkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021, yaitu pembina data, wali data, dan produsen data.

Untuk SIDT, pembina data adalah BPS dan forum SDI. Mengacu ke SDI, tugas pembina data
secara garis besar adalah menetapkan standar data yang berlaku lintas instansi pusat dan/
atau daerah. Perlu diingat bahwa data UMKM tidak hanya berasal dari pusat, tetapi juga
dari daerah.

Menurut PP Nomor 7 Tahun 2021, wali data adalah Kemenkop UKM dan tugas wali data
secara garis besar mencakup mengumpulkan, memeriksa kesesuaian, mengelola, dan
menyebarluaskan data.

Mengacu pada SDI, tugas wali data meliputi:


1. Mengumpulkan, memeriksa kesesuaian data, dan mengelola data yang disampaikan
oleh produsen data sesuai dengan prinsip SIDT,
2. Menyebarluaskan data, metadata, dan kode referensi melalui portal SIDT,
3. Membantu pembina data dalam membina produsen data,

Untuk produsen data, dengan mengacu pada SDI, tugasnya adalah:


1. Memberi masukan mengenai standar data, metadata, dan interoperabilitas data.
2. Menghasilkan data sesuai dengan prinsip SIDT.
3. Menyampaikan data dan metadata kepada wali data.

Penjabaran tugas ini perlu diikuti dengan penetapan pihak yang tepat untuk menjalankan fungsi
tersebut, kualifikasi yang dibutuhkan, dan bagaimana peningkatan kapasitas bisa dilakukan.

Pembahasan mengenai sumber daya manusia dimaksudkan untuk


mempersiapkan personel yang diperlukan dalam menjalankan dan
mengelola basis data.

Setelah persiapan sistem, infrastruktur, aturan main, dan lainnya dirampungkan gugus
tugas, serta basis data siap berfungsi sepenuhnya, perlu ada penanggung jawab yang
mengelola dan menjalankan basis data tersebut. Fungsi tersebut biasanya dijalankan oleh
unit kerja di dalam kementerian yang disebut dengan pusdatin.

32
Tugas Pusdatin adalah melaksanakan pembinaan, pengembangan,
dan standardisasi teknis di bidang sistem informasi, teknologi
informasi, dan sistem komunikasi data.

Dengan melihat contoh DTKS, pusdatin memiliki struktur yang terdiri dari bidang
pengelolaan data, bidang diseminasi data, dan bidang pengelolaan sistem dan teknologi
informasi. Selain itu, ada bagian tata usaha yang mengelola fungsi administrasi. Pengisi
posisi di bagian tersebut haruslah orang yang memiliki kompetensi di bidangnya karena
posisi tersebut memerlukan keahlian teknis dalam teknologi dan pengelolaan data.
Dengan demikian, perlu dipikirkan upaya peningkatan kapasitas dari orang-orang yang
akan tergabung dalam pusdatin.

Secara umum kemampuan teknis yang perlu dimiliki dalam menjalankan dan mengelola
basis data adalah:
1. Manajemen data
2. Pengelolaan domain
3. Pelaksanaan teknis (technical execution)

Manajemen data terkait dengan pengelolaan data itu sendiri, termasuk proses
pengumpulan, pengolahan, dan pemanfaatan data. Pengelolaan domain berhubungan
dengan hosting dan pengelolaan server. Sementara itu, pelaksanaan teknis terlebih dahulu
memerlukan pembuatan sistem dari awal (back-end) hingga akhir (front-end). Kemampuan
teknis tersebut sangat spesifik dan diperlukan peningkatan kapasitas untuk menguasainya
melalui pelatihan khusus.

Dengan adanya pusdatin, tugas dan fungsi dari wali data dapat dilaksanakan oleh pusdatin.
Pusdatin memegang peran penting dalam melaksanakan penyusunan kebijakan teknis
dan pelaksanaan di bidang pengembangan dan pengelolaan data yang menjadi tanggung
jawab wali data (Tabel 5).

33
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Tabel 5. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Output


Manusia
Pembina data 1. Tugas pembina dan tim yang dibentuk
2. Kualifikasi tim pembina dan penjabaran tugas
3. Perekrutan anggota tim BPS yang akan mengawasi dan
melakukan pembinaan dalam proses pembuatan basis data
4. Pengembangan kapasitas anggota tim
Wali data 1. Tugas wali data secara keseluruhan
2. Struktur organisasi dalam pembuatan dan pengelolaan basis data
3. Kualifikasi anggota tim yang akan membuat, mengelola dan
menjalankan basis data
4. Perekrutan anggota tim basis data
5. Pengembangan kapasitas anggota tim
Produsen data 1. Kewajiban produsen data
2. Prosedur berbagi data
Pusdatin 1. Bidang pengelolaan data
2. Bidang diseminasi data
3. Bidang pengelolaan sistem dan teknologi informasi
4. Bagian tata usaha
5. Pengembangan kapasitas teknis personel pengelola pusdatin
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Disarankan untuk melakukan penilaian terhadap kondisi sumber daya manusia yang
ada saat ini dari sisi kuantitas, kualifikasi, dan kompetensi, serta dilakukan analisis gap
menggunakan target ideal sesuai dengan standar kompetensi personel bidang TI yang
diharapkan, seperti Skills Framework for the Information Age (SFIA)32 ataupun Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (SKKNI
TIK)33 yang diselenggarakan oleh Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (BPPTIK) Kemenkominfo. Dari hasil asesmen tersebut, dibuat rekomendasi
tindak lanjut peningkatan kapasitas yang bisa dilakukan beberapa program, seperti
pelatihan, rekrutment, atau alih daya (outsourcing). Kualifikasi dan kompetensi personel
perlu dievaluasi secara berkala.

Pilar 4. Manajemen Data


Manajemen data mencakup proses yang dimulai dengan pembuatan pra-daftar,
standardisasi data, penetapan variabel minimum, dan proses pengumpulan data.
Selain mengumpulkan data dari produsen data, Kemenkop UKM dapat mengumpulkan
data secara langsung dari UMKM melalui mekanisme sensus ataupun pendaftaran mandiri
oleh UMKM.
32
SFIA merupakan model referensi untuk rangkaian kompetensi (competencies framework) yang perlu dimiliki oleh sumber daya manusia di bidang
teknologi informasi, transformasi digital, dan software engineering. Kerangka kerja SFIA pertama kali diluncurkan pada 2000 dan mendorong
terbentuknya SFIA Foundation untuk pengembangan selanjutnya—terakhir sudah mencapai SFIA versi 7. Rencana selanjutnya adalah meluncurkan
SFIA 8 pada September 2021. Informasi selanjutnya bisa dilihat di https://sfia-online.org/en/about-sfia.
33
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo.
Informasi selanjutnya bisa dilihat di https://bpptik.kominfo.go.id.

34
Mengacu pada SDI, tahapan pengumpulan data digambarkan pada Bagan 5.

Bagan 5. Tahap Pengumpulan Data

Interoperabilitas
Standar Data Meta Data Kode Referensi
Data

Sumber: Perpres Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia

Selanjutnya, seperti yang telah ditampilkan dalam usulan kerangka kerja, pilar manajemen
data terdiri dari:
1. Perencanaan dan perancangan, yang mencakup elemen:
a) Arsitektur data (pra-daftar, standardisasi data, variabel data)
b) Pemodelan data
c) Perancangan data
2. Implementasi basis data, yang mencakup kegiatan pengumpulan, penyimpanan,
pemutakhiran, penggunaan, DW-BI-OLAP34, integrasi, dan interoperabillitas data.
3. Pemanfaatan data tahap lanjut, yang mencakup unsur ilmu data (data science), analisis
prediktif (predictive analysis), visualisasi data (data visualization), dan monetisasi data
(data monetization).
a) Ilmu data mengacu pada teknologi yang memungkinkan pengguna untuk membuat,
mengolah, menyimpan, dan melakukan analisis data statistik dalam jumlah besar.
b) Analisis prediktif merupakan bagian dari ilmu data yang diterapkan untuk
mendapatkan pola dari suatu data tertentu dan membuat perkiraan ke depan.
c) Visualisasi data mengarah pada pengolahan data untuk mendapatkan tampilan
data seperti dalam bentuk tabel atau grafik atau tampilan data statistik lainnya.
d) Monetisasi data merujuk pada penggunaan data sebagai aset yang dapat diuangkan.
4. Pemantauan, evaluasi, dan pengawasan untuk menjaga kualitas data.

Pemanfaatan data tahap lanjut tidak hanya mencakup penggunaan data oleh K/L atau
pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan mereka, tetapi juga pengolahan data lebih
lanjut untuk kebutuhan analisis data tertentu seperti yang dilakukan oleh ilmu data dan
analisis prediktif. Gambaran umum manajemen data dapat dilihat pada Tabel 6.

34
DAMA International (2017), ibid, halaman 475-500. DW (data warehouse) mengacu pada perangkat lunak yang digunakan untuk mengumpulkan,
membersihkan, mengolah, dan menyimpan data dari berbagai platform dan sumber data. BI (business intelligence) merujuk pada analisis data
untuk memahami kegiatan atau aktivitas dalam suatu organisasi guna memperbaiki proses dan mengembangkan peluang dalam mencapai tujuan
strategis organisasi tersebut. BI juga mengacu pada teknologi yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data, seperti querying, data mining,
analisis statistik, pelaporan, model scenario, visualisasi data, dashboarding, dan kegiatan lainnya yang bersifat advanced analytics. OLAP (online
analytical processing) mengacu pada logika dan proses untuk mengambil data dari suatu sistem yang bersifat multidimensi.

35
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Tabel 6. Manajemen Data

Manajemen Data Output


Perencanaan dan Pra-daftar
perancangan data 1. Pemetaan data yang ada (existing)
2. Pengumpulan metadata

Standardisasi data
1. Klasifikasi
2. Kode referensi

Minimum variabel
• Data pokok
• Data pendukung
Implementasi basis Pengumpulan data
data • Ruang lingkup dan struktur pendataan
• Sumber data
o Sensus
o Pendaftaran mandiri
• Metodologi
• Kuesioner pendataan
• Mekanisme pendataan

Pemutakhiran
• Proses pemutakhiran
• Periode pemutakhiran
• Target sasaran
Pemanfaatan data • Perangkat lunak untuk mengembangkan ilmu data, analisis
tahap lanjut prediktif, visualisasi data, dan monetisasi data
Pemantauan dan • Ukuran keberhasilan (KPI)
evaluasi serta • Periode pemantauan
kualitas data
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Proses pengumpulan data atau mekanisme pendataan dilakukan melalui langkah-


langkah sebagai berikut:

I. Persiapan
1. Pra-daftar
2. Pengumpulan metdata dari pemilik data
3. Variabel minimum
4. Pengumpulan data
a) Sensus: penentuan tim pelaksana
b) Pendaftaran mandiri
» Persiapan platform
» Insentif: kerja sama dengan program pemberdayaan

36
II. Pengumpulan data
1. Sensus
a) Pembentukan tim pelaksana
b) Koordinasi dengan tim lapangan pusat dan daerah
c) Pemantauan dan evaluasi
2. Pendaftaran mandiri
a) Pengumuman program insentif
b) Petunjuk/SOP pelaksanaan pendaftaran bagi pelaku UMKM

III. Tahapan final


3. Pengintegrasian data
4. Pembersihan data
5. Penyajian data

Ada dua pendekatan dalam melakukan pendataan, yaitu:


1. Mekanisme pasif, yaitu dilakukan melalui sensus.
2. Mekanisme aktif, yaitu UMKM melakukan pendaftaran secara mandiri.

Mekanisme pendataan pasif melalui sensus memungkinkan diperolehnya data


lengkap seluruh populasi. Walaupun begitu, pendekatan ini membutuhkan biaya yang
sangat besar, yang tergantung jumlah populasinya. Selain itu, proses pelaksanaannya
yang membutuhkan persiapan yang cukup lama menyebabkan cara ini hanya bisa
dilakukan sekali dalam beberapa tahun. Di Indonesia, kegiatan sensus dapat dilakukan
dengan bekerja sama dengan BPS selaku pembina data dan sebagai pusat pengumpulan
data. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari BPS, 35 kegiatan sensus dilakukan
10 tahun sekali dengan persiapan selama dua tahun sebelumnya, dan setelah data
terkumpul harus melalui proses pengolahan sehingga data baru bisa dipublikasikan dua
tahun sesudahnya.

Kegiatan pendataan membutuhkan proses yang panjang, yang dimulai dengan


standardisasi data yang dapat memakan waktu enam bulan. Proses standardisasi perlu
dilakukan untuk memastikan keseragaman proses pendataan sehingga data yang diperoleh
bisa disandingkan dan dipadukan melalui kodifikasi. Hal ini perlu menjadi perhatian
sehubungan dengan banyaknya data yang masuk dari berbagai sumber. Sebagaimana
disyaratkan oleh Undang-Undang Cipta Kerja, proses pengumpulan data melibatkan
berbagai K/L yang mungkin memiliki cara dan platform yang berbeda dalam pengumpulan
data, serta variabel data yang beragam. Dengan demikian diperlukan suatu cara untuk
mengintegrasikan data-data tersebut.

Melihat kerumitan proses pendataan melalui sensus, lamanya waktu yang diperlukan, dan
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menjangkau seluruh populasi, diperlukan alternatif
lain dalam melakukan pendataan. Pendekatan sensus juga idealnya dilakukan untuk data
35
Berdasarkan hasil diskusi dengan BPS tanggal 19 Maret 2021 dalam kajian yang dilakukan bersama oleh TNP2K, Kementerian PPN/Bappenas,
dan Kemenkop UKM. Kajian dilakukan dengan mengundang berbagai K/L, termasuk BPS untuk menjajaki kemungkinan kerja sama pendataan
ke depan.

37
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

yang sifatnya cenderung statis. Adapun data UMKM, terutama yang kecil dan mikro, cukup
dinamis sehingga pendataan melalui sensus kurang efektif.

Mekanisme pendataan aktif memungkinkan pendataan secara dinamis dan real time
sesuai dengan perkembangan terakhir UMKM. Pendekatan ini juga lebih murah dari
segi biaya karena tidak membutuhkan tenaga lapangan dalam proses pengumpulan data.
Pendekatan dinamis ini tepat diterapkan mengingat UMKM memiliki karakter berubah
dengan cepat. Mereka dapat berpindah usaha atau lokasi dalam waktu singkat sejalan
dengan perkembangan usaha. Karena itu, diperlukan suatu insentif untuk mendorong UMKM
mau melakukan pendaftaran secara mandiri. Kajian dari berbagai negara menunjukkan
bahwa insentif dapat dikaitkan dengan perizinan, pendanaan, perpajakan, dan lain-
lain. Di Indonesia, kegiatan pendataan ini dapat dikaitkan dengan program pemerintah,
seperti pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau pembiayaan Ultra-Mikro (UMi). Sebagai
contoh, program BPUM yang bertujuan membantu usaha mikro yang terdampak krisis
akibat pandemi Covid-19 telah menghasilkan 19 juta data UMKM dan mendorong UMKM
penerima manfaat untuk mendaftarkan diri.

38
4. PERKEMBANGAN BASIS DATA
UMKM SAAT INI

Untuk mendapatkan gambaran mengenai perkembangan basis data di Indonesia saat


ini, TNP2K, Bappenas, dan Kemenkop UKM berkolaborasi melakukan sejumlah hal,
yang meliputi:

1. Memetakan kondisi data UMKM berbagai K/L saat ini.


2. Memetakan tahapan dan langkah yang harus diambil dalam pengembangan SIDT
UMKM.
3. Mengidentifikasi aspek koordinasi dan aspek teknis yang dibutuhkan dalam pembuatan
SIDT UMKM.
4. Mengidentifikasi langkah strategis dan urgensi pembentukam gugus tugas dalam
pembuatan SIDT UMKM.

Pembuatan peta jalan untuk mendukung pengembangan SIDT UMKM diharapkan dapat
menjadi alat bantu, terutama bagi Kemenkop UKM sebagai wali data, dalam berkoordinasi
dengan K/L dan pemangku kepentingan lainnya. Hasil kajian ini juga diharapkan bisa
menjadi dasar dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan di tingkat nasional
dalam pembuatan SIDT UMKM.

4.1 Gambaran Umum Kondisi Pengembangan Basis Data UMKM Saat Ini

Hasil diskusi intensif antara Kemenkop UKM, TNP2K, dan Kementerian PPN/Bappenas
dengan pemangku kepentingan mengidentifikasi sejumlah hal dari kondisi saat ini yang
dikelompokkan berdasarkan pilar-pilar pengembangan SIDT UMKM. Hasilnya bisa dilihat
pada Tabel 7.

39
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Tabel 7. Kondisi Basis Data Tunggal UMKM Saat Ini

KONDISI SAAT INI


PILAR 1 1. K/L memiliki prosedur yang harus diikuti untuk bisa berbagi data yang
TATA KELOLA dimilikinya dengan pihak lain. Setiap K/L memiliki prosedur tersendiri
yang harus diikuti. Mereka mengharapkan adanya kerja sama tingkat
kementerian melalui perjanjian kerja sama (PKS).
2. Dari 18 K/L yang disurati untuk meminta metadata, hanya lima K/L
yang memberi jawaban dengan mengirimkan metadata yang diminta.
Dari pengalaman ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan upaya
tambahan untuk mendorong K/L agar aktif berpartisipasi dalam proses
penyerahan data.
3. Koordinasi dan advokasi untuk mendapatkan dukungan regulasi
memerlukan dasar hukum yang kuat sehingga perlu dilakukan oleh
pokja atau gugus tugas yang dibentuk dengan surat keputusan menteri.
4. BUMN/swasta terikat oleh kerahasiaan data sehingga tidak dapat
memberikan data konsumennya.
PILAR 2 1. OSS merupakan contoh sistem basis data yang terintegrasi secara real
INFRA- time dengan K/L lainnya. OSS juga menjadi contoh bagaimana integrasi
STRUKTUR dan interoperabilitas dapat dilakukan. Sejauh ini OSS sudah terintegrasi
dengan 30 K/L secara real time.
2. Diperlukan suatu sistem untuk dapat mengintegrasikan data dari
berbagai sumber.
3. Diperlukan proses lebih lanjut untuk menganalisis dan mengolah
metadata yang telah dikumpulkan, terutama dalam mengintegrasikan
data tersebut satu sama lain.
4. Belum tersedia infrastruktur (server dan lain-lain) untuk pengumpulan
dan pengolahan data tingkat nasional.
PILAR 3 1. Kapasitas sumber daya manusia di Kemenkop UKM belum memadai
SUMBER DAYA untuk mengelola basis data tingkat nasional.
MANUSIA 2. Struktur di Kemenkop UKM belum memadai dalam melakukan
koordinasi dengan K/L dan pihak lainnya.
3. BPS bersedia membantu dalam pelaksanaan sensus sesuai dengan
ketentuan pengumpulan data yang berlaku di BPS. Dalam hal ini, sensus
dilakukan 10 tahun sekali dengan persiapan dua tahun sebelumnya dan
data akan dipublikasikan dua tahun berikutnya setelah pelaksanaan
sensus.
4. Kemenkop UKM perlu meningkatkan kapasitas personelnya agar
memiliki kemampuan mengelola data yang setaraf dengan pusdatin.

40
KONDISI SAAT INI
PILAR 4 1. Kemendagri melalui Ditjen Dukcapil melakukan pemadanan terhadap
MANAJEMEN data pelaku usaha dengan data kependudukan (NIK). Belum semua usaha
DATA memiliki NIB, sehingga NIK menjadi alternatif yang paling memungkinkan
untuk keseragaman identitas pelaku usaha.
2. Identitas lain yang bisa digunakan adalah nomor pokok wajib pajak
(NPWP). Ada wacana dari Kemenkeu untuk menyelaraskan data NPWP
dengan data NIK.
3. Ketidakseragaman jenis dan format data yang dimiliki berbagai
sumber. Data yang dimiliki oleh masing-masing K/L tidak seragam.
Bahkan, untuk jenis variabel data yang sama, mereka memiliki format
yang berbeda.
4. Keterbatasan akses. Tidak semua data bisa diakses oleh publik.
Sementara itu, data yang bisa diakses oleh publik tidak sama dengan
data yang dimiliki oleh K/L, yang berarti ada data yang tidak ditampilkan
oleh K/L.
5. Akses terhadap data merupakan permasalahan tersendiri yang harus
dicarikan solusinya ketika K/L tidak bersedia untuk berbagi data.
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Untuk memperoleh dukungan tambahan dalam berkoordinasi dengan K/L, tim awal
Kemenkop UKM, TNP2K, dan Kementerian PPN/Bappenas berkomunikasi dengan SDI.
SDI yang berada di bawah Kementerian PPN/Bappenas memiliki mandat untuk membangun
satu data indonesia, yaitu mengelola data pemerintah yang terpadu dan dapat dibagi-pakaikan
antar-instansi pemerintah di pusat dan daerah. Data UMKM merupakan salah satu prioritas
SDI, sehingga pengembangan SIDT UMKM dapat dilakukan sejalan dengan kegiatan SDI. Dalam
hal ini, SDI menyatakan kesediaannya untuk membantu Kemenkop UKM dan tim awal dalam
proses pengumpulan data dan koordinasi dengan K/L lain.

Selain dari SDI, dukungan juga diperoleh dari Kantor Staf Presiden (KSP) yang
menyatakan kesediaannya mengoordinasikan K/L pemilik data untuk berpartisipasi dan
menyelenggarakan pertemuan jika diperlukan. Bahkan, KSP menyatakan kesediaannya
untuk melaporkan langsung kepada Presiden RI apabila dibutuhkan.

TNP2K memberikan asistensi teknis dan kajian kepada Kemenkop UKM mengenai
pembuatan standar data dan penyiapan infrastruktur. Asistensi teknis ini memperkaya
proses persiapan pembuatan basis data tunggal dan menjadi bagian usaha mencapai
tujuan akhir, yaitu SIDT. Asistensi teknis diawali dengan kunjungan staf Kemenkop
UKM ke kantor TNP2K untuk melihat langsung fasilitas dan infrastruktur yang dimiliki
oleh TNP2K dalam pembuatan BDT dan cara kerjanya. Kemudian asistensi teknis juga
diberikan oleh TNP2K dengan memfasilitasi lokakarya dengan BPS dalam standardisasi
data dan klasifikasi usaha berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
dan Master File Desa (MFD).

41
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

4.2 Usulan Tindak Lanjut Pengembangan Basis Data Tunggal UMKM

Setelah mendapatkan gambaran awal terkait proses pengembangan basis data UMKM,
bagian ini akan menjelaskan tentang usulan tindak lanjut terhadap setiap kondisi yang
teridentifikasi. Penjelasan usulan tindak lanjut dibagi berdasarkan prasyarat dan pilar-
pilar kerangka kerja pengembangan SIDT UMKM.

Prasyarat: Pendanaan
Pendanaan menjadi faktor utama terselenggaranya basis data UMKM. Pendanaan
terbesar dialokasikan untuk pengumpulan data di lapangan melalui sensus atau survei
mengingat jumlah UMKM di Indonesia yang mencapai lebih dari 60 juta pelaku usaha. Dari
jumlah yang diajukan Kemenkop UKM, Kementerian PPN/Bappenas menganggarkan dana
berdasarkan tahapan proses sehingga terjadi penghematan biaya. Anggaran tersebut
kembali dikurangi saat disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Menghadapi tantangan
keterbatasan anggaran, usaha untuk memenuhi target pengumpulan data dilaksanakan
secara bertahap dan diperkirakan rampung dalam tiga tahun ke depan.

Pilar 1. Tata Kelola


Kemenkop UKM sedang merumuskan pembentukan Gugus Tugas SIDT UMKM.
Sementara itu, di dalam struktur organisasi internal Kemenkop UKM, penyelenggaraan
SIDT UMKM dijalankan oleh dua bagian yang berbeda, yakni:
1. Deputi Kewirausahaan: Asisten Deputi Pemetaan Data, Analis, dan Pengkajian Usaha
2. Sekretaris Kementerian: Kepala Biro Komunikasi dan Teknologi Informasi

Asisten Deputi Pemetaan Data bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas yang
berhubungan dengan strategi dan koordinasi. Adapun Kepala Biro Komunikasi dan
Teknologi Informasi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas yang bersifat teknis
dan berhubungan dengan infrastruktur.

Dalam proses pengembangan SIDT UMKM, kedua bagian tersebut berjalan beriringan—
kerap menghadiri rapat bersama dan saling melengkapi. Namun terpisahnya pengelola
SIDT UMKM dapat mempersulit koordinasi, terutama dalam berhubungan dengan pihak
luar. Jika ada permasalahan, sulit untuk menentukan siapa penanggung jawab dan
bagaimana pembagian tugasnya. Koordinasi akan lebih mudah jika dilaksanakan terpusat
dan satu pintu, dengan fungsi tersebut umumnya dijalankan oleh Pusdatin.

Asisten Deputi Pemetaan Data sedang merumuskan pembentukan gugus tugas yang
terdiri dari beberapa unit kerja, seperti regulasi, infrastruktur, dan pendataan36. Dalam
jangka pendek, gugus tugas menjalankan fungsi implementasi pengumpulan data. Ke
depan, gugus tugas dapat diperluas fungsinya mencakup masalah regulasi. Usulan struktur
gugus tugas sudah dibuat dan diajukan ke rapat koordinasi pimpinan antar K/L di tingkat
sekretaris menteri.

36
Struktur unit kerja Gugus Tugas merupakan adaptasi atas pilar-pilar dalam kerangka kebijakan pengembangan SIDT UMKM yang dibahas dalam
buku ini

42
Gugus Tugas SIDT UMKM berkoordinasi dengan K/L dalam proses
bagi-pakai data. Hasil kajian menunjukkan bahwa diperlukan upaya
khusus untuk melakukan koordinasi dengan K/L pemilik data.

Dalam wawancara pada saat road show daring, K/L mensyaratkan adanya surat resmi
untuk mengajukan permintaan data beserta penjelasan mengenai jenis data yang diminta.
Kemudian mereka juga meminta adanya perjanjian kerja sama (PKS) tingkat kementerian,
dengan mereka baru bersedia berbagi data jika telah ada instruksi dari menteri. Hal ini
menjadi rumit karena untuk bisa menjabarkan data yang diminta, Kemenkop UKM perlu
mengetahui terlebih dahulu jenis data apa yang dimiliki oleh K/L tersebut. Sehingga,
proses dimulai dengan permintaan metadata untuk membuat pra-daftar. Hasil kajian
menunjukkan bahwa proses permintaan metadata berjalan lambat, sebagian bahkan tak
direspons, sehingga diperlukan upaya tambahan untuk memperoleh metadata dari K/L
pemilik data.

Kemudian, hasil pemetaan data untuk pembuatan pra-daftar oleh TNP2K menunjukkan
bahwa data yang dimiliki oleh setiap K/L tidak seragam. Bahkan, untuk jenis data yang sama,
format pengisiannya berbeda sehingga perlu dipikirkan penyeragaman atau standardisasi
yang diperlukan dalam mengintegrasikan data dari berbagai sumber tersebut. Belum
lagi jika mempertimbangkan jenis platform dan perangkat lunak yang digunakan, yang
kemungkinan akan memengaruhi interoperabilitas data. Dengan demikian perlu dibuat
aturan main mengenai integrasi dan interoperabilitas data.

Pembuatan SIDT UMKM bukan hanya untuk mengumpulkan data


UMKM dalam satu wadah guna membentuk basis data tunggal, tetapi
juga agar pihak yang membutuhkan dapat memanfaatkan data tersebut.

Dengan demikian perlu dibuat aturan untuk pemanfaatan data dan terutama terkait dengan
kerahasiaan data. Hasil kajian menunjukkan bahwa K/L sangat berhati-hati dalam berbagi
data. Aturan bagi pakai akan membantu K/L yang membutuhkan kejelasan mengenai data
yang harus mereka bagi, terutama untuk mereka yang menjadikan faktor kerahasiaan data
sebagai alasan untuk tidak berbagi.

Dari sisi pemanfaatan data, semua K/L menyambut baik adanya basis data terpadu yang
akan membantu mereka mendapatkan data UMKM yang menjadi target program mereka.
Bahkan, BPS juga menunjukkan minatnya agar dapat memanfaatkan data tersebut.
Adanya basis data akan membantu mereka untuk memperluas jangkauan pelayanan dan
memungkinkan untuk memperoleh data administrasi dari pelaksanaan program. Isu-isu
yang terkait dengan masing-masing pilar dijabarkan dalam Tabel 8.

43
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Tabel 8. Usulan Tindak Lanjut: Tata Kelola

Kondisi Saat Ini Usulan Tindak Lanjut


1. Regulasi & • Belum ada peraturan turunan • Pembuatan draf peraturan
SOP yang dibuat terkait dengan: turunan
o Pengumpulan data • Pembuatan Permenkop UKM
o Pengorganisasian data yang memungkinkan adanya
o Bagi pakai struktur yang setaraf dengan
o Pemanfaatan data Pusdatin
o Kerahasiaan data
o Veri-vali
o Pemutakhiran
2. Organisasi • Gugus Tugas lintas K/L sedang • Percepatan proses
(Gugus Tugas) dalam proses pembentukan pembentukan Gugus Tugas
oleh Kemenkop UKM • Perubahan SOTK untuk
koordinasi basis data setaraf
Pusdatin di Kemenkop UKM
3. Kerja sama • K/L meminta Perjanjian Kerja • Persiapan pembuatan draf
dengan pihak Sama tingkat Kementerian perjanjian kerja sama tingkat
lain K/L
4. Integrasi Data • Data tidak seragam • Mempercepat pembuatan
• Proses permintaan metadata Standarisasi data dan
berjalan lambat menentukan kebutuhan
• Platform yang digunakan data minimal
berbeda-beda • Belajar dari OSS dan BPS
dalam mengintegrasikan
data dari berbagai sumber
5. Pemanfaatan • Data dikumpulkan dan • Berdiskusi secara khusus
Data dimanfaatkan untuk keperluan dengan K/L mengenai
program masing-masing K/L harapan mereka terhadap
• Belum ada mekanisme yang pemanfaatan basis data
jelas terkait bagi pakai data UMKM
6. Kerahasiaan • K/L sangat berhati-hati dengan • Membuat aturan mengenai
Data data yang dimiliki mekanisme bagi pakai dan
kerahasiaan data
Sumber: Hasil analisis TNP2K

44
Pilar 2. Infrastruktur
Untuk infrastruktur, Kemenkop UKM mengajukan anggaran melalui APBN untuk
pengadaan server dan sarana pendukungnya. Namun, Pedoman Pelaksanaan
Permintaan Clearance dari Kementerian/Lembaga atas Pengadaan Belanja Perangkat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Tahun Anggaran 2021 yang dikeluarkan
oleh Kemenkominfo37 mengharuskan Kemenkop UKM menggunakan fasilitas yang telah
disediakan oleh Kemenkominfo melalui Pusat Data Nasional. Sementara itu, proses
pengelolaan data pada suatu kementerian umumnya dilaksanakan oleh Pusdatin.
Sayangnya, Kemenkop UKM tidak memiliki fasilitas yang cukup untuk membentuk Pusdatin,
sehingga perlu dipertimbangkan agar fungsi Pusdatin dapat dijalankan oleh Kemenkop
UKM dalam bentuk lain.

Pengelolaan yang dijalankan oleh unit-unit yang terpisah dapat menyulitkan koordinasi
dan menghambat pembentukan sistem yang terintegrasi dan terkini sesuai dengan visi
Kemenkop UKM, yaitu: “Mengembangkan ketersediaan sistem informasi data yang modern
dan terkini agar pelayanan data dan informasi data kinerja KUMKM yang valid dan terkini”.
Kata “terkini” menyiratkan pentingnya kecepatan, yang sulit terwujud jika tim pengelola
berada dalam unit yang berbeda dengan jalur komando yang terpisah.

Perihal kebutuhan infrastruktur, TNP2K telah memberikan asistensi teknis untuk


pengenalan server dan aspek yang perlu diperhatikan dari sisi teknologi yang dapat
digunakan. TNP2K juga memberikan saran supaya Kemenkop UKM memastikan server
yang diperoleh dari Kemenkominfo sebagai bagian dari Pusat Data Nasional memiliki
kapasitas yang diperlukan. TNP2K pun menyampaikan bahwa basis data perlu di-backup
dan memiliki ruang penyimpanan cadangan, sehingga jika terjadi hal yang tidak diinginkan
pada data utama, masih ada data lain yang tersimpan di lokasi yang aman.

37
Disampaikan dalam Undangan Sosialisasi yang dikeluarkan oleh Kemenkominfo tertanggal 27 Oktober 2020

45
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Tabel 9. Usulan Tindak Lanjut: Infrastruktur

Kondisi Saat Ini Usulan Tindak Lanjut


1. Pusat • Kemenkop UKM tidak memiliki Pusdatin. • Pembentukan struktur
Data dan Saat ini pengeloaan data ada di bawah yang terpusat di dalam
Informasi kedeputian Kewirausahaan dan Kemenkop UKM
Sekretaris Menteri
2. Portal / • Sedang dalam proses, mengikuti aturan
platform Pusat Data Nasional Kemenkominfo
• BPS sudah membuat platform INDAH
yang dapat mengintegrasikan data tanpa
membutuhkan storage khusus, data
tetap tersimpan di lokasi Pemilik Data
3. Teknologi • Mengikuti fasilitas yang diberikan • Memperkuat koordinasi
– Kemenkominfo dengan Kemenkominfo
Hardware • Minimum kebutuhan adalah antara dan BPS untuk
(server) lain memiliki: Server Pengolah Data, percepatan penyiapan
Webserver, Firewall, dan Server Backup infrastruktur yang
4. Teknologi • Mengikuti fasilitas yang diberikan diperlukan
– Kemenkominfo • K/L dalam Gugus Tugas
Software o Penginputan data memperkuat komitmen
o Pengolahan data bagi percepatan
o Tampilan data penyiapan infrastruktur
o Menggunakan database enterprise
yang andal
o Menggunakan sistem enterprise
yang mampu bekerja secara
simultan dengan software database
5. Sistem • Sistem manajemen data sedang dibangun
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Pilar 3. Sumber Daya Manusia


PP Nomor 7 Tahun 2021 menyebutkan ada tiga pihak yang terlibat dalam pengembangan
basis data UMKM, yaitu:
1. Pembina data, yakni BPS
2. Wali data, yakni Kemenkop UKM
3. Produsen data, yakni K/L pemilik data

Sebagai pembina data, BPS terlibat dalam proses persiapan, terutama terkait dengan
standardisasi data. Telah terjadi transfer pengetahuan dari BPS kepada Kemenkop UKM
dalam proses pembuatan standardisasi data, klasifikasi usaha, dan variabel minimum.
Walaupun begitu, masih menjadi pertanyaan apakah keterlibatan BPS juga harus berlanjut

46
sampai ke tingkat implementasi di lapangan, seperti dalam proses pengumpulan
data melalui survei atau sensus. Mengacu pada proses pengembangan DTKS, proses
pengumpulan data di lapangan dilakukan oleh BPS sebagai lembaga yang memiliki
kapasitas dan sumber daya dalam melakukan pendataan tingkat nasional. Namun, tugas
pembina data sebenarnya hanya sebagai pengawas, bukan sebagai pelaksana.

Tugas sebagai pelaksana ada di Kemenkop UKM sebagai wali data. Tugas baru dan relatif
besar tersebut membutuhkan pengalaman dan sumber daya yang cukup. Untuk mengelola data
secara nasional diperlukan peningkatan kapasitas Kemenkop UKM dalam pengelolaan data,
terutama dalam proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data. Dari sisi pengumpulan
data, Kemenkop UKM perlu mencari alternatif pelaksana di lapangan yang dapat menyamai
kemampuan BPS dalam pengumpulan data secara masif dengan lingkup nasional.

Dari sisi manajemen data, Kemenkop UKM sebagai wali data membutuhkan struktur
organisasi yang dapat melakukan koordinasi secara terpusat. Untuk itu diperlukan
kemampuan koordinasi setingkat eselon I, mengingat koordinasi dan pelaksanaan
saat ini masih berada di tingkat eselon II dan III, agar dapat melibatkan berbagai unit
dan melakukan koordinasi dengan K/L lain yang menjadi produsen data. Kemampuan
koordinasi diperlukan mengingat pemilik data ada di tingkat pusat dan daerah. Koordinasi
di tingkat K/L membutuhkan dukungan dan komitmen dari pimpinan tertinggi dari masing-
masing K/L terkait. Untuk mengoptimalkan peran daerah dalam proses pengelolaan data,
diperlukan peningkatan kapasitas di tingkat dinas.

Tabel 10. Usulan Tindak Lanjut: Sumber Daya Manusia

Kondisi Saat Ini Usulan Tindak Lanjut


1. Pembina • BPS terlibat dalam proses • BPS mendampingi dan
Data pembuatan standarisasi memberikan asistensi
data & berfungsi mengawasi kepada Kemenkop UKM
keseluruhan proses pembuatan dalam setiap proses
Basis Data Tunggal pengembangan basis data
• BPS menyerahkan kepada
Kemenkop UKM sebagai
pelaksana pendataan lapangan
• BPS sudah membuat platform
INDAH untuk integrasi data
2. Wali data • Wali Data merupakan tugas • Penguatan kapasitas
dan kewenangan baru bagi Kemenkop UKM sebagai
Kemenkop UKM wali data
• Belum ada Pusdatin di • Opsi penambahan
Kemenkop UKM untuk personel, baik sementara/
mengelola data tingkat nasional permanen

47
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Kondisi Saat Ini Usulan Tindak Lanjut


3. Produsen • Tidak semua K/L/Dinas memiliki • Peningkatan kapasitas di
Data SDM yang mengelola data tingkat dinas
UMKM • Komitmen dan
• K/L belum bekerja sama secara koordinasi di tingkat K/L
optimal dalam pengembangan membutuhkan dukungan
Basis Data Tunggal UMKM dari pimpinan tertinggi
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Pilar 4. Manajemen Data


Mekanisme pendataan dilakukan melalui langkah-langkah yang terdiri dari persiapan,
pengumpulan data, dan tahapan final. Mengacu pada SDI, persiapan proses pengumpulan
data meliputi aspek standardisasi data, pengumpulan metadata, pembuatan kode referensi,
dan penyiapan sistem untuk interoperabilitas data.

Persiapan
Pengembangan basis data pelaku usaha membutuhkan dua hal utama, yakni:
1) Identifikasi unit usaha yang akan menjadi baris observasi. Dalam hal ini,
Kemenkop UKM menetapkan untuk menggunakan data berdasarkan unit usaha
dengan menggunakan NIK. Terdapat beberapa hal di dalam dimensi observasi
pelaku usaha atau unit usaha ini, yakni suatu usaha tersebut berada di tingkat
establishment/plant atau di tingkat firm. Establishment merupakan tingkat terkecil
dalam unit usaha. Pada tingkat firm, usaha dapat terdiri dari beberapa cabang
dalam bentuk plant atau establishment.

Skala usaha di tiap tingkatan akan membedakan jenis identitas dari unit usaha. Pada
unit usaha mikro, identitas yang digunakan pada unit usaha umumnya sama dengan
identitas pelaku usaha sebagai pemilik, sehingga NIK dapat digunakan untuk identitas.
Sedangkan pada skala usaha yang lebih besar, identitas unit usaha dapat diketahui
melalui surat izin usaha dengan keluarnya NIB.

2) Variabel yang akan menjadi karakteristik usaha. BPS memberikan usulan untuk
menentukan variabel minimum seperti terlihat pada Tabel 11.

48
Tabel 11. Variabel Minimum dalam Basis Data Pelaku Usaha

Data Data Acuan Standar/


No Variabel
Pokok Pendukung Catatan
1 Nama pelaku usaha • Dukcapil (KTP)
2 Jenis kelamin • Dukcapil (KTP)
3 Identitas usaha • NIB atau NIK
4 Alamat usaha • Format Dukcapil
5 Identifikasi kode wilayah (dari • MFD (BPS)
alamat)
6 Nomor kontak telepon (HP) • Data program
7 Nomor rekening bank • Data program
8 Status badan hukum usaha • Aturan badan hukum
usaha (OSS)
9 Kategori sektor lapangan • KBLI (BPS)
usaha
10 Omzet usaha • UU UMKM
11 NPWP • Pajak
12 Tenaga kerja •
13 Balas jasa tenaga kerja •
14 Kepemilikan laporan keuangan •
Sumber: Hasil analisis TNP2K

BPS telah memiliki standar data, terutama pada variabel yang menyangkut kode wilayah
dan kode sektor lapangan usaha dari pelaku usaha. Kemenkop UKM dapat memanfaatkan
standar tersebut sebagai bagian dari basis data pelaku usaha. Kode wilayah ataupun kode
sektor lapangan usaha ditetapkan oleh Peraturan Kepala BPS, sehingga dapat menjadi
acuan hukum dalam menyusun berbagai peraturan untuk program di K/L.

Tahap persiapan perlu mempertimbangkan komponen atau elemen yang krusial dalam
membangun basis data pelaku usaha ini, seperti penyusunan metadata dan pembuatan
kode referensi atau data induk. Dalam hal ini, Kemenkop UKM bekerja sama dengan SDI
agar basis data pelaku usaha menjadi bagian dari data pemerintah dalam satu platform.

Pengumpulan Data
Sumber untuk membangun basis data pelaku usaha, terutama untuk pelaku UMKM,
dapat berasal dari berbagai pihak, baik dari internal Kemenkop UKM, kementerian lain
yang memiliki program dengan sasaran penerimanya adalah pelaku usaha UMKM, serta
lembaga pemerintahan lainnya yang memiliki program serupa. Untuk itu, pengumpulan
data dapat dimulai dari data program bantuan pemerintah dengan sasaran pelaku usaha
UMKM yang memang dapat diidentifikasi dengan baik, valid, dan memiliki kelengkapan

49
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

variabel awal seperti NIK, alamat, nomor kontak yang dapat dihubungi, dan nomor
rekening bank.

Kemenkop UKM dapat membangun prioritas dari salah satu ataupun beberapa
sumber data program yang kemudian menjadi pra-daftar untuk pengumpulan data.
Contoh program yang dapat dimanfaatkan untuk pengumpulan data antara lain adalah
data penerima BPUM yang sudah dimiliki oleh Kemenkop UKM. Kemudian dengan adanya
perjanjian kerja sama antara Kemenkop UKM dengan BKPM, pra-daftar prioritas berikutnya
adalah data dari OSS. Daftar usulan pra-daftar prioritas dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pra-daftar Data Prioritas

Sumber Data Jumlah (Unit Usaha) K/L Pemilik Data


1 Data program 21 juta unit Data bersih: Kemenkop UKM
BPUM usaha 16 juta
2 Data Izin Usaha 700 ribu pemilik usaha BKPM
(OSS)
3 Data nasabah KUR 21 juta Kumulatif Sistem Informasi Kredit
dan UMi debitur (2015-2020) Program Kemenkeu (Dirjen
Perbendaharaan Negara) dan
Komite KUR
4 Data pajak 2 juta wajib UMKM Kemenkeu (Dirjen Pajak)
(kategori UMKM) pajak pemilik
NPWP
5 Sensus Ekonomi 26,3 juta usaha mikro kecil BPS
dan Tani38 dan 26,1 juta rumah tangga
petani
6 Data Terpadu 10,45 juta rumah tangga Kemensos
Kesejahteraan memiliki usaha
Sosial
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Selanjutnya, pra-daftar tersebut bisa ditambahkan dengan data yang tersedia seperti data
UMKM binaan K/L. Data juga dapat dikembangkan dengan melibatkan sektor usaha dan
swasta seperti data nasabah kredit mikro dan ritel dari Badan Usaha Milik Negara, dan
data dari marketplace. Pra-daftar lanjutan dapat dilihat pada Tabel 13.

38
Sensus Ekonomi dilakukan pada 2016. Sensus Tani dilakukan pada 2013.

50
Tabel 13. Pra-daftar Lanjutan

Sumber Data K/L Pemilik Data


1 Data UMKM binaan K/L K/L yang memiliki program pemberdayaan UMKM
2 Data nasabah kredit mikro Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas
dan ritel Jasa Keuangan, PT Permodalan Nasional Madani
(Persero), Pusat Investasi Pemerintah
3 Data unit usaha di Dunia usaha (swasta)
marketplace
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Saat ini, Kemenkop UKM merencanakan untuk memulai pembuatan basis data dengan
memanfaatkan data yang sudah dimiliki, yakni BPUM dan ODS UMKM. Selain itu,
Kemenkop UKM juga berusaha mendapatkan pra-daftar dari dinas koperasi di daerah
dengan melibatkan pemerintah daerah. Untuk memperluas jangkauan data, Kemenkop
UKM mengembangkan metode sendiri untuk memanfaatkan crawling data UMKM yang
diperoleh dari Google Map.

Setelah menyusun pra-daftar, proses dilanjutkan dengan mengumpulkan metadata dari


K/L pemilik data untuk melihat variabel data apa saja yang dimiliki mereka. Dalam hal
ini, adanya metadata diperlukan untuk mengetahui sumber dan struktur dari variabel
data. Pengumpulan data tanpa menggunakan metadata akan menyulitkan proses
pengklasifikasian data.

Persiapan kemudian diikuti dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara:
1. Mekanisme pasif melalui sensus
2. Mekanisme aktif melalui pendaftaran mandiri

Untuk penyelenggaraan sensus, pilihan yang bisa diambil meliputi:


1. Dilaksanakan oleh BPS
2. Dilaksanakan oleh pihak ketiga secara terpusat
3. Dilaksanakan oleh pihak ketiga secara dekonsentrasi

Ketiga pilihan tersebut memiliki dampak pada pengelolaan dana. Pada opsi pertama, BPS
sudah berpengalaman dalam pengerahan tenaga lapangan dan pengelolaan anggarannya.
Adapun dalam pelaksanaan oleh pihak ketiga secara terpusat koordinasi dan pengelolaan
anggaran dilakukan oleh Kemenkop UKM, sehingga pencatatan dan akuntabilitas
dilaksanakan di satu pintu. Sementara itu, pada pelaksanaan oleh pihak ketiga secara
dekonsentrasi koordinasi dan pengelolaan anggaran dilakukan oleh dinas koperasi dan
UKM di daerah. Mengingat jangkauan wilayahnya yang luas di seluruh Indonesia, proses
rekapitulasi dan pertanggung jawaban akan menjadi lebih rumit dan pengawasan pun
sulit dilakukan.

51
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Saat ini, Kemenkop UKM masih belum dapat menentukan bagaimana kerja sama dapat
dilakukan dengan BPS sebagai satu-satunya badan yang memiliki kapasitas untuk
melakukan pendataan secara nasional. Namun tugas BPS sebagai pembina data adalah
sebagai pengawas sehingga perlu dicari cara lain untuk mengumpulkan data di lapangan.

Tahap Final
Proses pengembangan basis data perlu mengacu pada sejumlah aspek, yang meliputi
standardisasi data, kelengkapan metadata, pembuatan kode referensi, dan penyiapan
sistem untuk interoperabilitas data. Untuk interoperabilitas data, pembahasan akan
diperdalam di bagian infrastruktur.

Pada tahap final akan diproduksi ringkasan pelaporan hasil pengumpulan data, kejelasan
identitas unit usaha, dan identifikasi kelengkapan variabel. Sebaran menurut wilayah dan
klasifikasi yang relevan juga menjadi bagian dari pelaporan. Sehingga, para pengguna data
pada program yang menetapkan pelaku UMKM sebagai sasaran dapat mempelajari dan
turut mengembangkannya.

Mengingat bentuk usaha di skala UMKM cenderung dinamis, maka


kelengkapan desain pengelolaan basis data mencakup pemutakhiran
menggunakan jalur pendaftaran mandiri. Untuk itu, evaluasi secara
berkala terhadap keberadaan unit usaha yang telah terdaftar dan unit
usaha baru merupakan bagian dari kerangka kerja di dalam pengelolaan.

Aspek kelembagaan menjadi acuan utama dalam pengembangan dan pemanfaatan


basis data pelaku UMKM. Kemenkop UKM sebagai wali data perlu menyusun dan menetapkan
sejumlah peraturan, serta mengorganisasikan pengelolaan basis data pelaku usaha, yang
kemudian dapat digunakan sebagai referensi oleh berbagai K/L dalam menjalankan program
yang menetapkan pelaku UMKM sebagai penerima manfaat. Kondisi manajemen data saat ini
ditunjukkan pada Tabel 14.

52
Tabel 14. Manajemen Data

Kondisi Saat Ini Usulan Tindak Lanjut


1. Pre-list • Sudah dilakukan pemetaan data • Pengumpulan metadata
yang ada (existing data) secara lebih aktif
• Sudah dilakukan pengumpulan
metadata
2. Standarisasi • Struktur data tersebar, belum • Memfinalisasi proses
Data digital, dan bervariasi standardisasi data
• Sedang dilakukan dengan BPS dengan BPS
o Klasifikasi
o Kode referensi
3. Minimum • Telah dibuat pemetaan variabel • Memfinalisasi dengan
Variabel yang terdapat di berbagai sumber BPS: terdapat data pokok
data & data pendukung
4. Pengumpulan • Menteri menginstruksikan untuk • Mendetailkan rencana
data menggunakan data yang ada, kerja dan tahapan
internal: BPUM, ODS, dan crawling pengumpulan data dan
data sumber data
• Kerja sama dengan K/L pemilik • Mekanisme
program UMKM belum menjadi pendaftaran aktif yang
prioritas user friendly dan sistem
• Kuesioner pendataan lapangan: insentif
sedang dibuat bersama dengan BPS
• Kondisi pelaku usaha (literasi
digital, variasi budaya)
5. Pemutakhiran • Proses pemutakhiran: sensus • Persiapan rencana aksi
sebagai baseline
• Periode pemutakhiran
• Target sasaran dibuat secara
bertahap
6. Monev & • Ukuran keberhasilan (KPI) • Persiapan rencana aksi
kualitas data • Periode pemantauan
Sumber: Hasil Analisis TNP2K

Terkait dengan perencanaan aktivitas pengelolaan data, Kemenkop UKM telah membuat
perencanaan pelaksanaan manajemen data sepanjang 2021-2024 yang disajikan dalam
Bagan 6.

Masing-masing tahap terdiri dari aktivitas/fungsi/pemanfaatan yang bertumbuh


dibandingkan dengan tahap sebelumnya.

53
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Bagan 6. Lini Masa Manajemen Data SIDT UMKM

2021 2022 2023 2024

1. Regulasi sistem tahap 1 1. Pengisian Real Time 1. Pengisian Real Time 1. Utilisasi data UMKM
2. Pemanfaatan data 2. Pemeliharaan & 2. Pemeliharaan & sebagai PNBP
awal pembangunan sistem pembangunan sistem 2. Penyiapan regulasi
3. Fungsi dasar basis data tahap 2 tahap 3 PNBP
a) Verifikasi, Crawler a) Verifikasi Data on Site 3. Mega Portal 3. Inisiatif dan sistem
Media Sosial (Access Leveling) a) Marketplace PNBP
b) Visualisasi data b) Berbagi-pakai tahap I b) Rantai pasok a) Iklan mega portal
c) Pelaporan, analisis 3. Pemantauan tahap 1 c) Investor-Pengusaha b) Data/informasi K-UKM
d) Dashboard, BI tahap 1 a) BI Advance 4. Analisis Big Data c) Komunitas
e) Interoperabilitas tahap b) Sistem pendukung a) Integrasi Antar-K/L d) Skema Fintech &
1 (beberapa K/L) keputusan b) Integrasi internet data Pembiayaan
4. Fungsi keamanan 4. Layanan Tambahan c) Automatic Classification e) Layanan pengolahan
informasi dasar a) Aplikasi Mobile d) Fungsi Rekomendasi data & penyajian info
5. Keamanan informasi e) Analisis Prediktif bagi publik
tahap 2

Sumber: Kemenkop UKM (2021)

54
5. LANGKAH AKSI
PENGEMBANGAN SIDT UMKM

Langkah aksi yang dipaparkan pada bab ini memberikan gambaran besar yang mencakup
semua aspek dalam pengembangan SIDT UMKM. Langkah aksi dibuat untuk menjabarkan
apa saja yang harus dikerjakan dalam pengembangan SIDT UMKM untuk menghadapi
berbagai tantangan maupun kondisi eksisting, seperti yang telah dibahas pada bab
sebelumnya. Langkah aksi ini mengacu pada kerangka kerja pengembangan SIDT UMKM,
sebagaimana digambarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 16. Langkah Aksi Pengembangan SIDT UMKM

Visi dan Misi

Visi dan misi dibuat sesuai dengan Rencana Strategis Nasional Pengembangan UMKM. Mengacu
pada rencana strategis Kemenkop UKM 2019-2024, tujuan pembuatan SIDT mencakup:

Visi:
Mewujudkan SIDT koperasi dan UMKM yang kredibel, andal, dan aman untuk mendukung
pencapaian koperasi yang modern dan peningkatan kelas UMKM.

Visi tersebut kemudian diturunkan menjadi misi yang menjabarkan peran Kemenkop UKM
dalam mencapai visi.

55
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Pilar 1. Tata Pilar 2. Pilar 4.


Pilar 3. SDM
Kelola Infrastruktur Manajemen Data

• Usulan Pembuatan aplikasi: • Asesmen dan • Pemodelan data


penetapan • RDMBS analisis gap • Perancangan
wali data, dan • Server aplikasi antara kebutuhan basis data
produsen data • Server web dan kondisi SDM • Implementasi ODS
untuk tingkat • Server aplikasi Saat ini • Implementasi
kementerian mobile • Rekomendasi DW/OLAP-BI
• Rencana kerja • Data warehouse/ tindak lanjut/ • Pendefinisian
gugus tugas OLAP program mekanisme
• SOP pendataan • Aplikasi web peningkatan dan teknik
• Aplikasi mobile kapasitas sumber pengumpulan
• BI daya manusia data

• Keamanan • Peningkatan • Pengumpulan


informasi kapasitas sumber data
• Perangkat daya manusia • Pendefinisian
analisis data Kemenkop mekanisme
• API interface UKM sesuai dan teknik
rekomendasi pemutakhiran
Infrastruktur Server • Evaluasi secara data
dan Jaringan periodik kinerja,
• Konfigurasi kebutuhan, dan
server ketersediaan, serta
• Sistem untuk langkah-langkah
bagi-pakai penyelesaian
• Virtualisasi permasalahan
server sumber daya
• Firewall manusia
• Disaster Recovery
Center (DRC)

Pendanaan dan Pembiayaan

Pembiayaan APBN:
• Infrastruktur
• Pendataan

Kerja sama dengan donor/lembaga asing:


• Peningkatan kapasitas Kemenkop UKM
• Program pemberdayaan

56
Kerangka Hukum

Aturan mengenai:
• Wali data dan produsen data tingkat kementerian
• Pembentukan gugus tugas atau pokja yang terdiri dari K/L yang terlibat dalam
pembuatan SIDT
• Perjanjian kerja sama antar-kementerian
• Mekanisme pendataan

Sumber: Hasil analisis TNP2K

Visi SIDT UMKM


Visi SIDT UMKM diadopsi untuk mendukung upaya pencapaian visi Kemenkop UKM
seperti tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2019-
2024, yaitu:
“Terwujudnya Koperasi yang modern dan UMKM naik kelas dalam mewujudkan
Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong
royong”

Kata-kata kunci dalam visi SIDT UMKM adalah:


1. Kredibel, artinya SIDT harus menjadi sumber data dan informasi koperasi dan UMKM
yang dapat dipercaya, akurat, dan selalu terbarukan sehingga pengambilan kebijakan
dapat dirumuskan seoptimal mungkin.
2. Andal, artinya SIDT harus selalu mampu melayani kebutuhan data/informasi mengenai
koperasi dan UMKM dalam situasi dan kondisi bagaimana pun tanpa batasan waktu,
lokasi, ataupun permasalahan teknis.
3. Aman, artinya SIDT harus mampu menjamin keamanan informasi (keseimbangan
antara ketersediaan, kerahasian, dan integritas) yang dikelolanya sesuai aturan yang
berlaku.

Proses dimulai dengan mengacu pada kerangka hukum yang merupakan penjabaran
lebih lanjut dari Undang-Undang Cipta Kerja dan PP Nomor 7 Tahun 2021. Selain itu, perlu
dipikirkan dukungan pendanaan pelaksanaan pengembangan SIDT UMKM bisa berjalan.
Proses pembuatan SIDT UMKM dijalankan dengan mengacu pada empat pilar, yaitu tata
kelola, sumber daya manusia, infrastruktur, dan mekanisme pendataan. Semua langkah
dalam proses tersebut mengarah pada pencapaian visi dan misi pengembangan SIDT
UMKM, yang diturunkan dari Rencana Strategis Nasional Pengembangan UMKM yang
relevan dengan pembuatan basis data UMKM.

Dari sisi kerangka hukum, perlu dibuat aturan lebih lanjut terkait dengan:
• Pembentukan gugus tugas atau pokja yang terdiri dari K/L yang terlibat dalam proses
pembuatan SIDT.
• Perjanjian kerja sama antar-kementerian.
• Mekanisme pendataan.

57
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Dalam implementasi langkah aksi berdasarkan kerangka kerja pengembangan SIDT UMKM,
prioritas pelaksanaan dapat dibagi ke dalam tiga kategori waktu, yaitu dalam jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Pembagian pelaksanaan dalam tahapan
waktu ini juga akan membantu dalam pengalokasian sumber daya yang diperlukan.

5.1 Langkah Aksi Jangka Pendek

Berdasarkan pembahasan di atas, dirumuskan urutan langkah aksi untuk jangka pendek
seperti tergambar dalam Bagan 7.

Bagan 7. Langkah Jangka Pendek

Pembentukan Regulasi - Persiapan Pendataan Pembuatan


Gugus Tugas Keputusan Menteri Infrastruktur & Tahap Awal SOP Pendataan
Pendataan

1 2 3 4 5

• proses awal • Pembentukan • Memanfaatkan • Proses pengumpulan


pemetaan pemangku Gugus Tugas data awal: BPUM, data di jangka
kepentingan dan • Kewenangan ODS panjang
membentuk tim awal perencanaan & • Sudah mulai • Pendataan awal • SOP kerahasiaan
koordinasi disiapkan saat lapangan data
persiapan • Pengumpulan dan
pembentukan manajemen data
Gugus Tugas crawling

Sumber: Hasil analisis TNP2K

Dalam pelaksanaannya, rencana strategis ke depan yang bisa menjadi acuan dalam
penyelenggaraan SIDT dijabarkan lagi dalam langkah yang bersifat jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Untuk langkah aksi jangka pendek, perinciannya seperti
dalam Tabel 17.

Tabel 17. Langkah Aksi Jangka Pendek*

Tahun 1 (Bulan)
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pembentukan
gugus tugas
2 Regulasi—
keputusan
menteri
3 Persiapan
infrastruktur
4 Persiapan
pendataan

58
Tahun 1 (Bulan)
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5 Pendataan tahap
awal
6 Pembuatan SOP
pendataan
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Langkah jangka pendek memakan waktu kurang-lebih satu tahun. Langkah-langkah yang
perlu diambil meliputi:

1. Pembentukan gugus tugas


Merupakan proses awal dengan terlebih dahulu memetakan pemangku kepentingan
dan membentuk tim awal (biasanya disebut gugus tugas ataupun pokja) yang akan
memulai inisiatif, memimpin jalannya proses, dan menjalankan langkah-langkah
pembuatan basis data.

2. Regulasi—keputusan menteri
Dalam tahap ini, dibuat keputusan menteri yang mendukung pembentukan dan
pelaksanaan tugas oleh gugus tugas dengan memberikan kewenangan kepada gugus
tugas untuk membuat perencanaan dan melakukan koordinasi yang diperlukan dalam
pembuatan SIDT. Koordinasi tersebut termasuk dengan mitra di daerah.

3. Persiapan infrastruktur
Persiapan server yang disertai dengan pembuatan sistem untuk pengintegrasian dan
interoperabilitas data. Dalam tahap ini dirumuskan konfigurasi server dan perangkat
lunak yang diperlukan untuk penginputan dan pengolahan data.

4. Persiapan pendataan
Pembuatan standardisasi data sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
BPS dan penentuan mekanisme pendataan awal berdasarkan pra-daftar dan sumber
data yang tersedia di tahap awal.

5. Pendataan tahap awal


Proses pengumpulan data tahap awal dengan memanfaatkan data yang sudah ada
dengan mengacu pada pra-daftar yang sudah ditetapkan. Untuk pendataan tahap
awal, dapat memanfaatkan data yang sudah dimiliki oleh Kemenkop UKM seperti data
BPUM, ODS UMKM, dan data hasil crawling.

6. SOP pendataan
Pembuatan aturan main untuk proses pendataan. Di tahap awal, pendataan mungkin
dilakukan dengan sampling, belum mencakup keseluruhan populasi. SOP dibuat tidak
hanya untuk proses pengumpulan data, tetapi juga untuk menjaga kerahasiaan data.

59
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Dari sisi infrastruktur, penting untuk mempersiapkan:


• Konfigurasi server.
• Sistem untuk bagi pakai dan untuk integrasi dan interoperabilitas.
• Virtualisasi server untuk memberikan keleluasaan dalam penyediaan server pengolahan
data, server basis data, server penyimpanan data, dan server web sesuai dengan
kebutuhan.
• Perangkat firewall dan web application firewall untuk melindungi jaringan pusdatin (atau
alternatifnya) di Kemenkop UKM dan server-server di dalamnya.
• Disaster Recovery Center (DRC) untuk memastikan bahwa data yang diolah dan disimpan
mendapatkan perlindungan dari kemungkinan hilangnya data.

Untuk pengumpulan data dapat ditetapkan data pokok dan data pendukung. Contoh
konfigurasi data pokok dan data pendukung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 19. Konfigurasi Data Pokok dan Data Pendukung

Sumber Data Data yang Bisa Diperoleh Potensi Pemanfaatan Data39


Data Pokok: Variabel Minimum
(NIK, Nama Unit Usaha, Nama Pemilik/Penanggung Jawab, Alamat, Nomor Telepon)
ID individual untuk seluruh
Kemendagri NIK dan data kependudukan
populasi
Sensus Ekonomi, VIMK (survei Data unit usaha yang lengkap
BPS
industri mikro kecil) untuk keseluruhan populasi
Platform untuk pendaftaran
Unit usaha yang teregistrasi
OSS mandiri yang terintegrasi secara
untuk mendapatkan NIB
real time dengan K/L lain
Data Pendukung: Berdasarkan Program Masing-masing K/L
Kemenkop BPUM, ODS Program bantuan pemerintah
OJK SLIK Program pembiayaan
Data kepemilikan aset dan
Dirjen Pajak Insentif pajak
penjualan
Himbara, Pegadaian, PNM
Rumah BUMN, Pasar Digital
Kementerian BUMN Pemberdayaan UMKM
(PaDi)
UMKM
Kemendag Program promosi ekspor
Tergantung program
K/L lainnya Tergantung kebutuhan
pemberdayaan yang dimiliki
Sumber: Hasil analisis TNP2K

39
Bersifat usulan. Bisa menjadi pertimbangan dalam membuat insentif bagi UMKM untuk mendaftarkan diri.

60
Boks 3. Gugus Tugas bagi Percepatan Pengembangan SIDT UMKM

Pengembangan SIDT UMKM diamanatkan untuk dapat diselesaikan pada tahun 2022.
Keputusan tersebut setidaknya mengindikasikan pentingnya ketersediaan data unit usaha
yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam pelaksanaan program bagi UMKM.

Terbatasnya waktu yang diamanatkan oleh UU Cipta Kerja, menjadikan peran Gugus Tugas
berperan sangat strategis dalam upaya percepatan pengembangan SIDT UMKM. Gugus Tugas
diinisiasi untuk melibatkan K/L terkait yang melaksanakan program pemberdayaan UMKM
maupun memiliki sistem data terkait unit usaha. Dengan pelibatan K/L terkait sebagai anggota
dalam Gugus Tugas, K/L perlu memahami dengan baik peran dan tanggung jawab yang diampu.
Komitmen anggota gugus untuk berpartisipasi secara aktif dan penuh tanggung jawab sangat
diperlukan dalam percepatan pengembangan SIDT UMKM.

Untuk pembentukan Gugus Tugas Pengembangan SIDT UMKM, diusulkan susunannya seperti
dalam Tabel 18.
Tabel 18. Usulan Tugas dan Tanggung Jawab Gugus Tugas Pengembangan SIDT UMKM

Kementerian/
No Tanggung Jawab Penjelasan
Lembaga
1 Kemenkop UKM Wali data dan • Mengelola SIDT UMKM
wewenang kordinasi • Menentukan format pengisian dan
dengan K/L lain dalam pemutakhiran data
gugus tugas • Melaksanakan kegiatan pendataan
dan pengelolaan data
2 Kemenko Bersama Kemenkop • Mengintegrasikan program
Perekonomian UKM sebagai pemberdayaan UMKM di setiap
koordinator program kementerian
pemberdayaan UMKM • Menentukan format basis data
tunggal yang dapat mendukung
program pemberdayaan UMKM
3 Kementerian Koordinator • Membuat program perencanaan
PPN/Bappenas perencanaan pengembangan basis data UMKM
di setiap kementerian agar bisa
terintegrasi dalam SIDT UMKM
• Mengajukan anggaran untuk
pelaksanaan
4 Kemenkominfo Dukungan infrastruktur • Mempersiapkan infrastruktur data
dan visi Satu Data (sebagai bagian dari Pusat Data
Indonesia Nasional)
• Mempersiapkan teknis pengisian data
untuk mendukung SIDT UMKM
5 BPS Dukungan teknis • Melakukan pendampingan dalam
pelaksanaan proses persiapan dan pencacahan
data dengan variabel data sesuai
dengan SIDT UMKM

61
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Kementerian/
No Tanggung Jawab Penjelasan
Lembaga
6 TNP2K Dukungan teknis • Membuat peta jalan untuk pembuatan
pelaksanaan dan SIDT UMKM
sistem pemantauan- • Bersama BPS mengembangkan
evaluasi mekanisme pelaksanaan pendataan
hingga pengelolaan data
• Mendukung sistem pemantauan setiap
tahapan pelaksanaan dengan mengacu
pada pengalaman mengelola BDT
7 Satu Data Dukungan teknis • Mendukung koordinasi dengan K/L
Indonesia pelaksanaan dan pengintegrasian data
8 K/L mitra K/L, BUMN, dan dunia • Menyiapkan format data sesuai SIDT
pemilik data usaha yang memiliki UMKM
data atau program
pengembangan
kapasitas UMKM
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pembentukan gugus tugas menentukan langkah


selanjutnya. Dalam Tabel 17 digambarkan langkah aksi jangka pendek yang terdiri dari
pembentukan gugus tugas yang diikuti oleh dukungan regulasi, persiapan infrastruktur, dan
persiapan pendataan. Untuk persiapan infrastruktur, dan persiapan pendataan, prosesnya
bisa dilakukan secara paralel seperti yang sudah dilakukan oleh Kemenkop UKM saat ini
bersama BPS, Kemenkominfo, dan TNP2K. Dalam hal ini, BPS, Kemenkominfo, dan TNP2K
diharapkan nantinya menjadi bagian dari gugus tugas, walaupun belum disahkan dalam
bentuk regulasi.

Keberadaan Gugus Tugas penting sebagai motor untuk mengambil


langkah-langkah selanjutnya, termasuk merumuskan dan mendorong
pembentukan regulasi yang mendukung dan mempercepat proses
pembuatan SIDT.

Dukungan regulasi pembentukan Gugus Tugas dapat terdiri dari:


• Keputusan atau peraturan menteri untuk mendorong koordinasi di tingkat pelaksanaan
(eselon I dan II).
• Peraturan atau instruksi presiden untuk mendorong koordinasi di tingkat menteri.

Dalam jangka pendek, keputusan menteri dapat memberikan wewenang kepada gugus
tugas dalam melakukan kegiatan yang bersifat teknis, seperti pendataan dan persiapan
infrastruktur. Dalam jangka yang lebih panjang, kemungkinan akan dibutuhkan regulasi
yang lebih tinggi untuk memberi kewenangan yang lebih luas kepada gugus tugas dalam
melakukan koordinasi antar-K/L.

62
Dalam jangka pendek, gugus tugas dapat memprioritaskan untuk menentukan ruang
lingkup, struktur, dan mekanisme pendataan yang akan dilakukan. Dalam hal ini
mekanisme pendataan terdiri dari:
• Pengumpulan data dari K/L dan pemangku kepentingan lainnya.
• Sensus atau survei langsung ke pelaku UMKM.
• Pendaftaran mandiri oleh UMKM dan insentif yang diperlukan.

Untuk pengumpulan data dari K/L dan pemangku kepentingan lainnya, Gugus Tugas
melakukan koordinasi yang diperlukan, termasuk mendapatkan dukungan dari SDI,
KSP, Kemenko Perekonomian, Kemenkominfo, BPS, dan instansi lain seperti yang telah
disebutkan sebelumnya.

5.2 Langkah Aksi Jangka Menengah

Tahap selanjutnya adalah perluasan pendataan. Jika pada tahap awal pendataan hanya
memanfaatkan data yang ada, pada tahap ini pendataan dilakukan lebih intensif melalui
sensus atau survei terhadap pelaku UMKM. Selain itu, pendataan juga bisa dilakukan dengan
mendorong pendaftaran mandiri oleh UMKM memanfaatkan program pemberdayaan atau
insentif lainnya. Untuk menjaga kualitas data, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap pelaksaan pendataan yang telah dan akan dilakukan dengan menetapkan KPI di
setiap tahapan pendataan.

Langkah aksi jangka menengah digambarkan dalam Tabel 20.

Tabel 20. Langkah Aksi Jangka Menengah

Tahun 2 Tahun 3
No. Kegiatan
Semester I Semester 2 Semester I Semester 2
Pemantauan dan
1
evaluasi
Regulasi— Inpres/
2
Perpres
3 Sensus atau survei
Program untuk
4
pendaftaran mandiri
Pengolahan dan
5
pemanfaatan data
Sumber: Hasil analisis TNP2K

63
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Penjelasan dari kegiatan dalam tabel di atas adalah sebagai berikut:


1. Pemantauan dan evaluasi
Dilakukan untuk memastikan kualitas data sehingga perlu ditetapkan KPI sebagai
alat ukur keberhasilan, termasuk penilaian apakah data yang diperoleh benar dan
dapat dipertanggungjawabkan. Jika diperlukan, surat keputusan diterbitkan untuk
menentukan kriteria pemenuhan data yang valid. Dalam tahap ini dilakukan evaluasi
atas tahapan yang telah dilaksanakan untuk menjadi pembelajaran dalam peningkatan
kinerja dan perluasan variabel pendataan, termasuk platform dan infrastruktur yang
digunakan dalam tahap selanjutnya.

2. Regulasi—inpres/perpres
Dalam tahap ini dirumuskan dukungan regulasi yang dibutuhkan lebih lanjut dalam
pelaksanaan pendataan yang lebih luas, terutama dalam memberikan wewenang
kepada Kemenkop UKM melalui gugus tugas untuk melakukan koordinasi dengan K/L.

3. Sensus atau survei


Pendataan dalam tahap ini dilakukan melalui mekanisme pasif, yaitu sensus atau
survei. Termasuk dalam kegiatan ini adalah koordinasi dengan pemangku kepentingan
di daerah untuk melakukan pendataan di lapangan. Untuk pelaksanaan sensus, kerja
sama bisa dilakukan dengan BPS atau dengan pihak ketiga di bawah pengawasan BPS.

4. Program untuk pendaftaran mandiri


Pendataan dalam tahap ini dilakukan melalui mekanisme aktif, yaitu pendaftaran
mandiri oleh pelaku UMKM. Untuk itu, perlu dibuat platform untuk pendaftaran mandiri
dan mekanisme insentif untuk mendorong pelaku UMKM agar mau mendaftarkan diri.

5. Pengolahan dan pemanfaatan data


Data yang dikumpulkan melalui mekanisme pasif dan aktif tersebut kemudian diolah.
Dalam pengolahan data, dilakukan pembersihan agar data yang diperoleh dari dua
mekanisme tersebut dapat digabungkan dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan.
Data dimanfaatkan untuk penetapan sasaran program. Perlu ada panduan untuk
pemanfaatan data dan akses publik.

Tahapan jangka menengah memakan waktu kurang-lebih tiga tahun.

Dalam tahapan jangka menengah ini dilakukan pendataan lanjutan. Data dikumpulkan
dari hasil sensus, K/L pemilik data, pendaftaran mandiri, ataupun sumber data lainnya.
Potensi pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

64
Tabel 21. Potensi Pengumpulan Data

Potensi Data yang Bisa


Kelebihan Kekurangan
Data Dikumpulkan
Data • Umum • Cakupan data • Sensus hanya bisa
Nasional/ menjangkau seluruh dilakukan 10 tahun
Sensus populasi (puluhan sekali
juta)
Data • Sesuai kebutuhan • Data spesifik per • Program
program K/L program unit usaha, seperti pemberdayaan
data akses keuangan berbeda-beda
dan program tergantung K/L
pemberdayaan pemilik program
• Ada prosedur untuk
permintaan data
Pendaftaran • Berdasarkan insentif • Partisipasi aktif dari • Sangat tergantung
mandiri yang diberikan dan UMKM pada program/
biasanya terkait • Lebih hemat biaya insentif yang
dengan pembiayaan diberikan
atau pemberdayaan
seperti BPUM
Sumber • Bervariasi tergantung • Data komersial atau • Terkendala oleh
data lain sumber data transaksi untuk kerahasiaan data
melihat status • Sebagian berbayar
perkembangan
usaha
Sumber: Hasil analisis TNP2K

5.3 Langkah Aksi Jangka Panjang

Untuk jangka panjang, yakni setelah tiga tahun, kegiatan lebih bersifat pemeliharaan
dan pemutakhiran sistem yang sudah dibangun, dengan melakukan penyesuaian
terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi. Perluasan proses pendataan melalui
pendaftaran mandiri oleh pelaku UMKM dapat dilakukan bekerja sama dengan program
pemberdayaan UMKM yang diselenggarakan oleh Kemenkop UKM sendiri ataupun dengan
K/L dan pemangku kepentingan lain.

Langkah aksi jangka panjang digambarkan dalam Tabel 22.

65
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Tabel 22. Langkah Aksi Jangka Panjang

No. Kegiatan Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 dst


1 Pemutakhiran
2 Kerja sama dengan program
pemberdayaan UMKM
3 Dukungan regulasi
selanjutnya
Sumber: Hasil analisis TNP2K

Penjelasan dari langkah-langkah tersebut sebagai berikut:


1. Pemutakhiran data
Pemutakhiran data dilakukan melalui mekanisme pasif dan aktif seperti dijelaskan
dalam pembahasan mengenai mekanisme pendataan.

2. Kerja sama dengan program pemberdayaan UMKM


Kerja sama dengan program pemberdayaan UMKM K/L dan pemangku kepentingan lain
bisa menjadi pendorong bagi pelaku UMKM untuk mendaftarkan diri dan melakukan
pendataan secara sukarela.

3. Dukungan regulasi selanjutnya


Perlu ditetapkan aturan main, terutama untuk proses pendataan secara keseluruhan.
Dalam tahap ini dibuat aturan atau SOP yang lebih jelas mengenai bagi-pakai,
pemanfaatan dan kerahasiaan, verifikasi dan validasi, dan pemutakhiran data.

66
Boks 4. Program Quick Wins Tahun Pertama

Pengumpulan dan pemutakhiran data UMKM direncanakan dimulai pada 2022 karena masih
ada dua program utama yang masih diselesaikan pada 2021, yaitu standardisasi data dan
penyiapan infrastruktur awal. Namun, pada tahun pertama ini bisa diimplementasikan
program quick wins yang bisa memberikan gambaran awal terkait penggunaan dan
pemanfaatan basis data tunggal UMKM.

Program quick wins dapat menjadi pondasi bagi aksi langkah jangka pendek hingga aksi jangka
panjang, salah satunya dengan mengandalkan data awal yang sekarang sudah dimiliki oleh
Kemenkop UKM. Sebelum dimanfaatkan untuk keperluan penyajian informasi, analisis, dan
pemantauan, data awal yang ada memerlukan restrukturisasi atribut (feature engineering).

Adapun program quick wins yang perlu mendapatkan prioritas, antara lain:
1. Konsolidasi data
Merupakan proses agregasi dan segregasi data, baik yang sudah dipunyai oleh
Kemenkop UKM maupun data yang bisa dikumpulkan dari instansi pemerintah pusat
dan daerah yang terkait.

2. Pelaporan
Setelah dikonsolidasi, data bisa diolah dan disajikan dalam format yang lebih mudah
dipahami berupa informasi yang sesuai kebutuhan dan konteksnya. Pelaporan atau
reporting ini berupa format tabular ataupun grafis.

3. Analisis dan dasbor/intelijen bisnis


Fitur analisis dan dasbor tahap pertama memanfaatkan data hasil konsolidasi. Pada
tahap ini diimplementasikan fungsi drill down, roll up, dan slicing untuk keperluan
manajemen.

67
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

PENUTUP

Pemberdayaan UMKM merupakan salah satu prioritas nasional mengingat peran UMKM
yang sangat besar terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. Adanya SIDT
UMKM akan sangat membantu penetapan target penerima manfaat program pemerintah
yang terkait dengan UMKM, dan menghindari terjadinya tumpang-tindih program yang
saat ini tersebar di berbagai K/L.

Proses pembuatan SIDT UMKM harus melewati berbagai tahapan, yang berusaha dirumuskan
dalam buku ini untuk menjadi acuan dan peta jalan bagi Kemenkop UKM sebagai leading
sector pengembangan UMKM. Dengan mengacu pada berbagai pembelajaran, baik dari luar
negeri maupun dari pengalaman Indonesia sendiri, serta panduan yang dibuat oleh UNEP
dan McKinsey, peta jalan dalam buku ini menggunakan kerangka kerja yang terdiri dari
empat pilar, yaitu tata kelola, infrastruktur, sumber daya manusia, dan manajemen data.
Dalam peta jalan tersebut, terdapat tujuan ideal yang ingin dicapai dan analisis terhadap
kondisi saat ini. Kemudian dari gap yang ada, dibuat usulan untuk langkah tindak lanjut
dalam bentuk tahapan-tahapan yang harus dilakukan.

Dari hasil kajian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa masih banyak gap yang harus
diisi untuk menjadi agenda Kemenkop UKM selanjutnya. Sebagai contoh, masih diperlukan
upaya khusus untuk berkoordinasi dengan K/L lain guna mendorong keterlibatan mereka
dalam proses pengembangan SIDT UMKM. Kemenkop UKM juga masih perlu meningkatkan
kapasitas sumber daya mausianya agar mampu mengelola basis data nasional—fungsi
yang umumnya dijalankan oleh pusdatin. Untuk itu, pembentukan gugus tugas diharapkan
dapat mendorong dan mengakselerasi proses kerja sama dengan berbagai pemangku
kepentingan, termasuk di dalamnya usaha untuk mendapatkan dukungan regulasi.

Pembentukan gugus tugas menjadi usulan utama untuk mendorong pelaksanaan


pembuatan SIDT UMKM, dengan gugus tugas tersebut akan bertanggung jawab dalam
menjalankan langkah-langkah selanjutnya seperti yang telah dipaparkan dalam peta jalan.

68
DAFTAR PUSTAKA

Bisnis.com. 2020, November. “Pembentukan Pusat Data UMKM, Pemerintah Tak Bisa Sendirian”.
Diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20201116/9/1318301/pembentukan-
pusat-data-umkm-pemerintah-tak-bisa- sendirian. Diakses pada 6 Mei 2021.

BPS. 2020. Analisis Hasil Survei Dampak COVID-19 terhadap Pelaku Usaha.

BPS. 2019. Analisis Hasil SE2016 Lanjutan: Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil.

DAMA International. 2017. DAMA DMBOK – Data Management Body of Knowledge. Technics
Publications: Basking Ridge, New Jersey, USA. Diakses dari https://www.TechnicsPub.
com.

Dong, Sarah. Out of the Shadow: Encouraging Online Registration of Micro and Small
Businesses through a Randomized Controlled Trial. Melbourne: Crawford School of
Public Policy, Australian National University, March 2021. Working Papers in Trade
and Development No. 2021/05.

Hachinohe University Research Institute and Daiwa Institute of Research. 2008. Development
of Database on Corporate Credit Information for ASEAN Plus Three Financial Ministers
Meeting, Research Group.

ILO. 2020. The Clock is Ticking for Survival of Indonesian Enterprises, Jobs at Risk.

Investor.id. 2021, Februari. “Basis Data Tunggal UMKM Jadi Prioritas Kemenkop UKM”. Diakses
dari http://brt.st/74NI. Diakses pada 23 Februari 2021.

Kementerian PPN/Bappenas. 2020. Kajian Percepatan Penguatan Basis Data UMKM.

McKinsey & Company. 2009. The National Credit Bureau: A Key Enabler of Financial
Infrastructure and Lending in Developing Economies. McKinsey Working Paper on Risks
No. 14 December 2009.

Nicholas Burger, et al. 2015. SME Databases: International Practices and Opportunities for
Indonesia. RAND Labor and Population, Working Paper May 2015, prepared for
TNP2K.

Paul, Ahita. 2018. High Level Task Force Report Summary. Public Credit Registry for India. PRS
Legislative Research, Institute for Policy Research Studies, New Delhi, July 2, 2018.

69
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM

Powell, et al. 2004. Improving Credit Information, Bank Regulation and Supervision: On the
role and design of Public Credit Registries. World Bank Policy Research Working Paper
3443, November 2004.

Republika Online. 2021, 28 Mei. “Sri Mulyani akan terbitkan aturan NIK dan NPWP digabung”.
Diakses dari https://www.republika.co.id/berita/qttl59368/sri-mulyani-akan-
terbitkan-aturan-nik-dan-npwp-digabung. Diakses pada tanggal 31 Mei 2021.

TNP2K. 2013. Pembangunan Basis Data Terpadu, untuk mendukung Program Perlindungan
Sosial. Jakarta: TNP2K.

TNP2K. 2021. Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
di Indonesia. Kajian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia.

UNEP. 2019. Roadmap for National LCA Database Development: Guidance and Recommendations
from Around the World. United Nations Environment Program, Economy Division –
Life Cycle Initiative Unit.

70
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN - TNP2K
Jl. Kebon Sirih No. 35, Jakarta Pusat 10110
Tel : +62 (0) 21 391 2812
Fax : +62 (0) 21 391 2511
Surel : info@tnp2k.go.id
Web : www.tnp2k.go.id
Copyright 2021

Anda mungkin juga menyukai