Penulis
• Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
• Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
• Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Dipersilakan untuk menyalin, menyebarkan, dan mengirimkan publikasi ini untuk tujuan non-komersial.
Saran pengutipan: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2021. Sistem Informasi Data
Tunggal UMKM: Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis Data UMKM. Jakarta: TNP2K
Untuk meminta salinan laporan ini atau keterangan lebih lanjut mengenai laporan ini, silakan hubungi
TNP2K melalui alamat info@tnp2k.go.id. Laporan ini juga tersedia di situs web TNP2K (www.tnp2k.go.id).
Diterbitkan oleh:
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia
Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat 10110
Telepon: (021) 3912812 | Faksimile: (021) 3912511
Surel: km.unit@tnp2k.go.id
www.tnp2k.go.id
SISTEM INFORMASI
DATA TUNGGAL UMKM
Usulan Peta Jalan Pengembangan
Basis Data UMKM
Supervisor
Suprayoga Hadi (Sekretaris Eksekutif TNP2K)
Bambang Widianto (Staf Khusus Wakil Presiden Republik Indonesia)
Siti Azizah (Deputi Bidang Kewirausahaan Kemenkop UKM)
Supporting Commentaries/Input
Mohammad Maulana, Nur Hidayat, Bagoes Joetarto,
M. Eko Fadhillah
KATA PENGANTAR
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mendominasi perekonomian Indonesia. Mereka
berkontribusi sebesar 61,1% terhadap produk domestik bruto dan mampu menciptakan
kesempatan kerja sebesar 116.978.631 orang atau 97% dari total tenaga kerja nasional.1
Karena itu, penguatan kewirausahaan UMKM menjadi salah satu agenda prioritas dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, dengan harapan
UMKM mampu meningkatkan kontribusinya terhadap nilai tambah ekonomi, lapangan
kerja, investasi, ekspor, dan daya saing perekonomian.
Ketersediaan Data mengenai pelaku UMKM menjadi sangat penting bagi pemerintah dalam
mengakselerasi intervensi program agar tepat sasaran berdasarkan karakter, kebutuhan,
dan lokasi usaha. Data juga sangat dibutuhkan untuk melihat bagaimana intervensi yang
diberikan pemerintah kepada pelaku usaha mampu meningkatkan kapasitas usaha. Data
yang dinamis juga akan membantu pemerintah dalam melakukaan monitoring dan evaluasi
program program pemberdayaan UMKM.
Kemenkop UKM sebagai leading sector dalam program pemberdayaan UMKM memiliki
mandat untuk mempersiapkan, melaksanakan, dan mengelola basis data tunggal bagi
UMKM.2 Sistem basis data tunggal bagi UMKM setidaknya ditargetkan untuk dapat mulai
tersedia pada tahun 2022.
Penyusunan buku Sistem lnformasi Data Tunggal UMKM: Usulan Peta Jalan Pengembangan
Basis Data UMKM merupakan salah satu upaya untuk mendukung pembangunan basis
data tunggal UMKM. Buku ini dapat diselesaikan atas kolaborasi antara Kemenkop UKM,
TNP2K, dan Kementerian PPN/Bappenas. Kolaborasi ini didasarkan pada kesamaan
pemahaman mengenai pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mewujudkan sebuah
basis data tunggal UMKM yang andal dan dapat dibagi-pakai.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
menyusun buku ini. Masukan, saran, dan kritik membangun kami harapkan untuk perbaikan
dan penyempurnaan buku ini.
Adi Trisnojuwono
Asisten Deputi Pemetaan Data, Analisis,dan Pengkajian Usaha, Kemenkop UKM
1
Lihat Analisis Hasil SE2016 Lanjutan: Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil (BPS,2019)
2
Diatur lebih lanjut melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan
Usaha Mikro,Kecil,dan Menengah
v
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
KATA PENGANTAR
Data merupakan komoditas penting yang dibutuhkan oleh berbagai pihak, mulai dari sektor
publik hingga privat. Bagi pemerintah, data sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan
dan pembangunan khususnya ketika merumuskan kebijakan publik berbasis bukti (evidence-
based policy). Data yang baik merupakan kebutuhan dasar dalam mendukung proses inisiasi,
implementasi, maupun evaluasi kebijakan dan program pembangunan yang telah dibuat.
Dalam konteks pembangunan ekonomi, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mendominasi
struktur usaha nasional dan merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian Indonesia.
Data proyeksi Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa 99% dari total usaha di
Indonesia merupakan usaha dengan skala mikro, kecil, dan menengah. UMKM juga menyumbang
sebesar 60% dari total PDB nasional.
Tidak sedikit program pengembangan dan pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
menargetkan UMKM sebagai penerima manfaat. Misalnya, pada isu pembiayaan, pemerintah
menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan target nasabah pelaku UMKM. Data pelaku
UMKM menjadi penting dalam program tersebut untuk mengetahui jumlah nasabah potensial
dan untuk menentukan estimasi anggaran yang dibutuhkan. Kondisi ini menuntut ketersediaan
data yang dapat digunakan sebagai dasar dan referensi bagi pemerintah untuk merumuskan
maupun mengevaluasi kebijakan terkait UMKM di Indonesia.
Pemerintah telah menunjukkan komitmen dalam upaya pembangunan basis data UMKM
melalui penetapan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan,
Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Dalam PP
telah dimandatkan penyusunan basis data tunggal UMKM menggunakan sistem informasi data
tunggal UMKM.
Berdasarkan mandat tersebut, inisiasi penyusunan buku Sistem Informasi Data Tunggal UMKM:
Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis Data UMKM yang dilakukan bekerjasama dengan
Kementerian Koperasi dan UKM serta TNP2K diharapkan dapat mendukung pembangunan
basis data tunggal UMKM.
Akhir kata, kami berterima kasih kepada seluruh pihak dan pemangku kepentingan yang
telah mendukung dan terlibat dalam proses koordinasi serta diskusi untuk memperkaya
peta jalan pengembangan basis data UMKM yang kami susun.
vi
KATA PENGANTAR
Pemberdayaan UMKM menjadi salah satu program prioritas Pemerintahan Jokowi - Ma’ruf
Amin dalam lima tahun ke depan. Selain dinyatakan dalam RPJMN 2020-2024, wujud dari
komitmen pemerintah untuk memberdayaakan UMKM terefleksikan sangat jelas dari materi
Undang-Undang No. 11/2020 mengenai Cipta Kerja. Beberapa terobosan dilakukan melalui
pencabutan dan perubahan beberapa regulasi terkait UMKM untuk memberikan perlindungan,
kemudahan, dan lebih memberdayakan UMKM.
Pengembangan Sistem Informasi Data Tunggal (SIDT) UMKM menjadi salah satu amanat
Undang-Undang Cipta Kerja yang diharapkan mampu berkontribusi secara positif dalam
proses pemberdayaan UMKM. SIDT didisain sebagai basis dalam proses pemberdayaan
UMKM yang integratif, sistematis, dan terstruktur. Secara eksplisit, terdapat beberapa
manfaat dari pengembangan SIDT. Pertama, Mendorong terciptanya sistem informasi
dan pendataan UMKM yang terintegrasi baik di tingkat Pusat maupun daerah. Kedua,
Menjadi dasar pertimbangan dalam proses perencanaan dan pembuatan kebijakan terkait
UMKM. Ketiga, menjadi dasar untuk penetapan penerima manfaat (targeting) program/
kegiatan pemberdayaan UMKM. Keempat, menjadi dasar pengukuran efektivitas program
pemberdayaan dan kemajuan kinerja UMKM.
Buku Sistem Informasi Data Tunggal UMKM: Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis Data
UMKM merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (Kemenkop UKM), Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K),
dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Kementerian PPN/Bappenas). Buku ini menguraikan rasional dan tujuan pembuatan
basis data untuk UMKM, konsep ideal untuk sebuah basis data, kondisi yang dihadapi saat ini
dalam pembuatan basis data, dan usulan langkah-langkah pembuatan Sistem Informasi Data
Tunggal, yang digambarkan dalam sebuah Peta Jalan.
Publikasi Buku ini diharapkan mampu mendorong akselerasi sinergi dan kerja sama berbagai
pemangku kepentingan dalam proses pengembangan SIDT UMKM. Kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyusun buku ini.
Masukan, saran, dan kritik membangun kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan buku ini.
Suprayoga Hadi
Sekretaris Eksekutif TNP2K
vii
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN.......................................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN................................................................................................................... x
RINGKASAN EKSEKUTIF............................................................................................................xii
1. LATAR BELAKANG.................................................................................................................. 1
2. DASAR HUKUM....................................................................................................................... 5
3. KONSEP KERANGKA KERJA.................................................................................................... 9
3.1 Konsep Dasar.............................................................................................................................9
3.2 Pembelajaran dari Negara Lain.............................................................................................12
3.3 Pembelajaran dari Indonesia ................................................................................................15
3.4 Visi Pengembangan SIDT UMKM oleh Kemenkop UKM.....................................................21
3.5 Usulan Kerangka Kerja Pengembangan SIDT UMKM..........................................................24
4. PERKEMBANGAN BASIS DATA UMKM SAAT INI................................................................ 39
4.1 Gambaran Umum Kondisi Pengembangan Basis Data UMKM Saat Ini............................39
4.2 Usulan Tindak Lanjut Pengembangan Basis Data Tunggal UMKM...................................42
5. LANGKAH AKSI PENGEMBANGAN SIDT UMKM................................................................. 55
5.1 Langkah Aksi Jangka Pendek..................................................................................................58
5.2 Langkah Aksi Jangka Menengah............................................................................................63
5.3 Langkah Aksi Jangka Panjang.................................................................................................65
PENUTUP.................................................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 69
viii
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
ix
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
DAFTAR SINGKATAN
x
PTSP Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PBDT Pemuktakhiran Basis Data Terpadu
PPLS Pendataan Program Perlindungan Sosial
LPEM UI Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PDB Produk Domestik Bruto
PDN Pusat Data Nasional
PEN Pemulihan Ekonomi Nasional
PKH Program Keluarga Harapan
PKS Perjanjian Kerja Sama
PMO Project Management Office
Pokja Kelompok Kerja
Raskin Program Beras untuk Keluarga Miskin
Pusdatin Pusat Data dan Teknologi Informasi
SDGs Sustainable Development Goals
SDI Satu Data Indonesia
SIDT Sistem Informasi Data Tunggal
SOP Standard Operating Procedures
SOTK Susunan Organisasi dan Tata Kerja
SP Sensus Penduduk
TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
UMi Program Pembiayaan Ultra Mikro
UMKM Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
UNEP United Nations Environment Programme
xi
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
RINGKASAN EKSEKUTIF
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian
Indonesia. Karena itu, pembuatan basis data UMKM menjadi salah satu prioritas nasional.
Keberadaan basis data UMKM penting terutama untuk penetapan target penerima program,
khususnya pemberdayaan UMKM guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) sebagai leading
sector program pemberdayaan UMKM memiliki peran penting dalam pengembangan basis
data tunggal untuk UMKM—yang selanjutnya disebut sebagai Sistem Informasi Data
Tunggal (SIDT) UMKM. Namun dalam pengembangan SIDT UMKM, Kemenkop UKM perlu
bekerja sama dengan pihak lain, baik kementerian maupun lembaga lain, yang terlibat
dalam upaya pemberdayaan UMKM.
Sistem Informasi Data Tunggal UMKM: Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis Data
UMKM merupakan hasil kerja sama antara Kemenkop UKM, Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas).
Dalam buku ini diuraikan alasan dan tujuan pembuatan basis data UMKM, konsep ideal
sebuah basis data, kondisi yang dihadapi saat ini, dan langkah-langkah yang diusulkan
dalam pembuatan SIDT UMKM—yang ditunjukkan dalam sebuah peta jalan.
Buku ini disusun berdasarkan hasil diskusi intensif dengan berbagai pihak. Sesuai dengan
amanat Undang-Undang Cipta Kerja, pembuatan SIDT UMKM dilakukan dengan melibatkan
kementerian/lembaga (K/L) lain pemilik data UMKM maupun yang melaksanakan program
pemberdayaan UMKM serta pemangku kepentingan lain yang terkait. Penerbitan buku
peta jalan ini diharapkan mendorong dan mengakselerasi terjadinya sinergi dan kerja sama
berbagai pemangku kepentingan guna terbentuknya SIDT UMKM.
xii
1. LATAR BELAKANG
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian
nasional. Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop
UKM), jumlah UMKM mencapai 64 juta atau 99,9 persen dari seluruh usaha yang beroperasi
di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) 20191 mencatat bahwa UMKM menyerap kurang-
lebih 97 persen tenaga kerja di dalam negeri, menyumbang 61,1 persen produk domestik
bruto (PDB) Indonesia, dan berkontribusi 14,4 persen terhadap ekspor nonmigas Indonesia.
Melihat besarnya peran UMKM, pengembangan sektor usaha ini akan berdampak langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkualitas dan inklusif.
Pengembangan UMKM menjadi semakin penting seiring terjadinya krisis ekonomi akibat
pandemi Covid-19. BPS melaporkan bahwa 8-9 dari 10 UMKM mengalami penurunan
penjualan2 dan, menurut laporan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)3, dua atau
tiga UMKM menutup usahanya untuk sementara ataupun secara permanen. Menghadapi
situasi demikian, pemerintah meluncurkan berbagai stimulus fiskal sebagai bagian dari
program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang berlangsung sampai hari ini.
1
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Keberadaan Sistem Informasi Data Tunggal (SIDT) UMKM berguna dalam merencanakan
intervensi dan pemberdayaan UMKM, terutama dengan tersebarnya berbagai program
yang ditujukan bagi UMKM. SIDT UMKM akan membantu usaha pengembangan UMKM
lebih bersinergi dan berkesinambungan, serta menghindari tumpang-tindih antara satu
program dan program lainnya.
Berdasarkan Kajian Percepatan Penguatan Basis Data UMKM pada 2020, Kementerian PPN/
Bappenas menyampaikan empat kebutuhan7 dalam mengembangkan basis data untuk
UMKM, yang meliputi:
1. Perencanaan pembangunan: Data merupakan komponen penting dalam proses
perencanaan pembangunan untuk perumusan kebijakan yang lebih tepat sasaran.
2. Penetapan sasaran: Menjadi dasar untuk penetapan penerima manfaat program
nasional.
3. Pemantauan dan evaluasi program UMKM: mengukur tingkat efektivitas program
pemberdayaan UMKM.
4. Pengukuran kinerja UMKM: Menganalisis perkembangan dan kemajuan UMKM
dengan menggunakan indikator tertentu.
2
Pentingnya pengembangan basis data untuk UMKM telah disadari oleh pemerintah,
sebagaimana disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Pekan Fintech Nasional
2020. Sri Mulyani mengeluhkan buruknya pendataan UMKM dan menyebut penyaluran
bantuan sosial untuk UMKM selama ini tidak mudah dilakukan, meski Indonesia memiliki
lebih dari 60 juta pelaku UMKM.
“Kita punya database yang sangat terfragmentasi. Ada yang berasal dari
perbankan, nonbank, dan Kementerian Koperasi dan UKM. Jadi, ini perlunya
mengintegrasikan [data] yang memungkinkan untuk eksekusi yang efektif, efisien,
dan tepat sasaran, serta bisa meminimalkan exclusion dan inclusion error.”
(Sri Mulyani, 2020)8
Pendapat yang sama disampaikan oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki yang
menyatakan bahwa tidak adanya data tunggal pelaku UMKM membuat dia kesulitan
mengambil kebijakan pada awal pandemi Covid-19.9 Penyediaan infrastruktur untuk
membangun SIDT UMKM menjadi prioritas dengan adanya Undang-Undang Cipta Kerja
yang baru diberlakukan. Dalam hal ini, Kemenkop UKM mendapatkan amanat untuk
menjadi wali data dan memiliki wewenang untuk melakukan koordinasi yang diperlukan
dalam pembuatan basis data tersebut.
Dalam arahannya kepada TNP2K10 pada Mei 2021, Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin
menyebutkan pengembangan data terpadu UMKM merupakan salah satu fokus kerja
Kantor Wakil Presiden pada masa jabatannya. Keberadaan data terpadu UMKM sangat
penting dalam pengentasan kemiskinan mengingat banyaknya anggota rumah tangga
miskin dan rentan yang bekerja untuk UMKM ataupun sebagai pemilik UMKM.
Data terpadu UMKM sebagai salah satu fokus kerja Kantor Wakil
Presiden dalam masa tugasnya sampai dengan Oktober 2024.
(Ma’ruf Amin, Wakil Presiden Republik Indonesia)
Buku ini dibuat untuk membantu Kemenkop UKM dalam membangun SIDT UMKM.
Dukungan terhadap pengembangan sistem informasi data UMKM yang terintegrasi
diberikan dalam pembuatan konsep awal, usulan kerangka kerja, dan bantuan teknis,
termasuk koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Konsep yang diajukan
dalam buku ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Kemenkop UKM sebagai
penanggung jawab utama penyelenggaraan SIDT UMKM.
8
Bisnis.com. “Pembentukan Pusat Data UMKM, Pemerintah Tak Bisa Sendirian”. Diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20201116/9/1318301/
pembentukan-pusat-data-umkm-pemerintah-tak-bisa- sendirian.
9
Investor.id. “Basis Data Tunggal UMKM Jadi Prioritas Kemenkop UKM”. Diakses dari http://brt.st/74NI.
10
Acara halal bihalal Kantor Wakil Presiden p.ada 19 Mei 2021.
3
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
4
2. DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja menjadi dasar hukum
pengembangan SIDT UMKM. Pasal 88 Bab V Bagian Keempat undang-undang tersebut
berisi keharusan pemerintah pusat dan daerah membangun basis data tunggal,
yang wajib digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan mengenai
UMKM. Undang-undang tersebut kemudian diturunkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk menjelaskan lebih lanjut
cakupan pelaksanaannya. Pada Pasal 55 ayat (1) dinyatakan basis data tunggal UMKM
dikoordinasikan oleh kementerian.
Adapun pada Pasal 55 ayat (2) dijelaskan bahwa koordinasi tersebut setidaknya mencakup:
a. Mengumpulkan, memeriksa kesesuaian data, dan mengelola data yang disampaikan
oleh K/L dan pemerintah daerah; dan
b. Menyebarluaskan pemanfaatan data dengan memanfaatkan sistem jaringan data dan
informasi.
5
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
wajib pajak/NPWP)11 guna memudahkan identifikasi. Untuk itu, Kemenkop UKM perlu
menentukan identitas mana yang akan digunakan—apakah mengacu ke NIB, NIK, atau
identitas lain. Kemenkop UKM menggunakan kode tersendiri yang dinamakan ID UMKM
untuk data UMKM yang mereka miliki melalui Online Data System (ODS). Kemenkop UKM
cenderung menggunakan NIK sebagai identitas utama mengingat setiap warga negara
Indonesia memiliki identitas tunggal berupa NIK. Adapun identitas lain hanya dimiliki oleh
sebagian warga negara. Banyak usaha yang belum terdaftar yang tidak memiliki identitas
usaha sehingga NIK menjadi satu-satunya cara untuk mendapatkan data pelaku usaha
tersebut. Pembahasan selanjutnya mengenai identitas usaha dibahas dalam bagian
mengenai standardisasi data.
Untuk proses pendataan, Kemenkop UKM dapat berkoordinasi dengan BPS sebagai
pembina data. Di sini, Kemenkop UKM sekaligus dapat belajar dan bekerja sama dengan
lembaga yang paling berpengalaman dalam melakukan pendataan secara nasional
tersebut. Dalam pendataan, Kemenkop UKM dapat melibatkan dunia usaha, perguruan
tinggi, organisasi masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. Selain mendapatkan
data UMKM dari berbagai K/L melalui program pemberdayaan masing-masing, Kemenkop
UKM dapat memperoleh data melalui kerja sama dengan pihak swasta. Sebagai contoh,
dunia usaha memiliki program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang melaksanakan
program pemberdayaan UMKM sebagai bagian dari layanan bagi masyarakat di sekitar
lokasi usahanya.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia disebutkan
bahwa Satu Data Indonesia atau SDI adalah kebijakan tata kelola data pemerintah untuk
menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan,
serta mudah diakses dan dibagi-pakaikan antar-instansi pusat dan instansi daerah.
Walaupun SDI tidak terbatas pada data UMKM, tetapi UMKM menjadi salah satu
prioritas penyelenggaraan SDI, sebagaimana dinyatakan dalam tiga program
strategis nasional, yaitu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), UMKM, dan
bantuan sosial.12 Dengan demikian, sangat dimungkinkan kolaborasi antara SIDT dan
SDI mengingat kedua program tersebut besar kemungkinan menjalani proses yang sama
dalam pengembangan infrastruktur dan pengumpulan data UMKM.
11
Republika Online, 28 Mei 2021. “Sri Mulyani akan terbitkan aturan NIK dan NPWP digabung”. Diakses dari https://www.republika.co.id/berita/
qttl59368/sri-mulyani-akan-terbitkan-aturan-nik-dan-npwp-digabung.
12
Disampaikan pada acara sosialisasi rencana kerja Satu Data Indonesia 2021 pada 22 Maret 2021
6
Tabel 1. Kerangka Utama SIDT UMKM
DASAR HUKUM
Basis data tunggal UMKM: Pasal 55 Peraturan
Basis data tunggal: Pasal 88 Bab V Bagian
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Keempat Undang-Undang Nomor 11
Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Koperasi dan UMKM
KOORDINASI
ß Koordinasi oleh Kemenkop UKM.
ß Berkoordinasi dengan BPS.
ß Kementerian/lembaga dan/atau pemerintah daerah harus menyampaikan data usaha mikro,
kecil, dan menengah kepada Kemenkop UKM.
LINGKUP KERJA
• Mengumpulkan, memeriksa kesesuaian, mengelola, dan menyebarluaskan data.
• Memuat setidaknya identitas usaha dan identitas pelaku usaha.
• Pendataan dapat melibatkan dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dan
pemangku kepentingan terkait lainnya.
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL
ß Sistem jaringan data dan informasi.
ß Standar data dan interoperabilitas.
AKSES
ß Sistem informasi dapat diakses oleh publik.
ß Penyebarluasan meliputi pemberian akses, pendistribusian, dan pertukaran data.
Sumber: Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021
Pembahasan mengenai aspek teknis, seperti infrastruktur, sistem jaringan, standar data,
hingga akses, diperdalam dalam bab-bab selanjutnya.
7
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
8
3. KONSEP KERANGKA KERJA
Pembuatan peta jalan ini antara lain mengacu pada panduan yang telah dibuat oleh
United Nations Environment Program (UNEP), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB)13 yang giat mendorong berbagai negara membangun basis data yang bisa diandalkan.
Panduan ini menjabarkan peta jalan untuk membangun basis data nasional yang dibuat
guna membantu proses koordinasi dalam mengumpulkan, membuat kerangka acuan,
dan menyebarkan data, terutama terkait dengan integrasi dan interoperabilitas data dari
berbagai sumber. Langkah-langkah tersebut menjadi peta jalan untuk membantu proses
pembuatan basis data di suatu negara.
Dalam pendekatan UNEP, pembuatan basis data dimulai dengan baseline atau data awal
yang nantinya menjadi patokan dalam mengukur perkembangan atau keberhasilan suatu
program. Kemudian dilanjutkan dengan stakeholder mapping atau pemetaan pemangku
kepentingan untuk membangun keikutsertaan aktif para pemangku kepentingan dalam
pembuatan peta jalan. Selanjutnya, perlu dibuat kelompok kerja dengan memasukkan
pemangku kepentingan yang dapat menyumbangkan waktu dan keahliannya. Kelompok
kerja ini yang akan menentukan seberapa jauh pengembangan basis data akan dilakukan
dan seberapa banyak sumber daya yang diperlukan.
13
UNEP (2019). Roadmap for National LCA Database Development: Guidance and Recommendations from Around the World. United Nations Environment
Program, Economy Division – Life Cycle Initiative Unit.
9
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Pemetaan Pemangku
Data awal Kelompok Kerja Peta Jalan
Kepentingan
(Baseline) (Working Group) (Road Map)
(Stakeholder Mapping)
Sumber: UNEP. 2019. Roadmap for National LCA Database Development: Guidance and Recommendations from Around the World (UNEP, 2019)
Dalam panduan UNEP tersebut, pembuatan peta jalan dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan visi dan misi,
2. Menyiapkan tata kelola dan struktur organisasi,
3. Memperoleh sumber pendanaan,
4. Menentukan kebutuhan sumber daya manusia,
5. Mempertimbangkan kebutuhan hosting,
6. Menentukan cakupan dan penggunaan basis data,
7. Menilai kebutuhan dan persyaratan kualitas data, dan
8. Menentukan format dan pertukaran (interoperabilitas) data.
Dari sisi ketersediaan data, faktor yang perlu diperhatikan adalah luas cakupan
data. Dengan mempertimbangkan keseluruhan UMKM yang ada di seluruh negeri, dapat
disimpulkan bahwa SIDT UMKM perlu mencakup 64 juta jumlah pelaku UMKM di Indonesia.
Walaupun sudah tersedia data di berbagai K/L pemilik data dan sumber lainnya, tetapi
besar kemungkinan data tersebut belum mencakup 64 juta pelaku UMKM tersebut. Karena
itu, Kemenkop UKM berencana melakukan sensus untuk mendapatkan data lengkap
keseluruhan populasi. Untuk menggabungkan data tersebut diperlukan kode unik seperti
yang telah dibahas sebelumnya. Kemudian perlu dipertimbangkan akses terhadap data—
siapa yang dapat mengakses data tersebut dan bagaimana aturan mainnya.
Dari sisi keandalan data, faktor yang perlu dilihat adalah konsistensi data, yaitu
seberapa jauh data tersebut benar dan sesuai dengan kenyataannya. Kemudian juga
14
McKinsey & Company (2009). The National Credit Bureau: A Key Enabler of Financial Infrastructure and Lending in Developing Economies. McKinsey
Working Paper on Risks. Number 14. December 2009.
10
seberapa sering data tersebut harus diperbarui, terutama terkait dengan sifat usaha skala
mikro dan kecil yang heterogen dan cenderung sangat cepat berubah.
Sementara itu dari sisi perancangan basis data, McKinsey menjelaskan faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Dukungan regulasi
2. Kemampuan sumber daya manusia
3. Proses dan prosedur pembuatan basis data
4. Teknologi
5. Mekanisme pengumpulan data
Dalam kertas kerja yang dibuat oleh McKinsey tersebut, dikatakan bahwa negara-negara
berkembang memiliki kelemahan dalam kerangka hukum yang mengatur proses berbagi
data dan terutama yang terkait dengan perlindungan data. Hasil pertemuan TNP2K,
Kementerian PPN/Bappenas, dan Kemenkop UKM dengan mengundang K/L pemilik
data15 menunjukkan bahwa ada prosedur yang harus diikuti oleh Kemenkop UKM dalam
mengumpulkan data dari K/L pemilik data. Walaupun sudah diamanatkan dalam Undang-
Undang Cipta Kerja bahwa K/L harus menyampaikan data UMKM kepada Kemenkop UKM,
pelaksanaannya tidak berjalan mudah karena K/L menunjukkan sikap melindungi data
milik mereka.
Terkait dengan kemampuan sumber daya manusia, masalah yang dihadapi adalah
kurangnya kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi, kemampuan mengelola
proyek, dan kemampuan eksekusi rencana dari awal sampai selesai. Kesulitan yang dihadapi
oleh negara berkembang adalah mencari orang dengan keahlian dan pengalaman yang
dibutuhkan. Keterampilan dari sisi teknologi informasi sangat diperlukan karena proses
pengumpulan dan pengelolaan data di tingkat nasional membutuhkan infrastruktur yang
mampu mengolah dan menyimpan data dalam jumlah yang sangat besar sehubungan
dengan jumlah pelaku UMKM di Indonesia yang mencapai puluhan juta.
Proses dan prosedur pembuatan basis data juga memiliki dinamika tersendiri terkait
dengan aturan main dalam berbagi data, dukungan regulasi, konsekuensi untuk yang
tidak mengikuti aturan main dan pelanggaran, dan perlindungan data. Di samping itu,
perancangan dan teknologi, dan ketersediaan panduan/manual untuk menjalankan proses
tersebut. Para pemilik data juga perlu mendapatkan arahan dan buku petunjuk tentang
ketentuan berbagi dan memanfaatkan data, serta bagaimana mereka bisa menggunakan
platform yang disediakan.
Penggunaan teknologi terkait dengan infrastruktur, baik dari sisi perangkat lunak (software)
maupun perangkat keras (hardware), dan pengoperasiannya untuk jumlah data dalam
skala besar. Termasuk yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana mengintegrasikan
data dari sumber yang berbeda (integrasi dan interoperabilitas).
15
Diskusi telah diselenggarakan dengan beberapa K/L dalam pertemuan trilateral yang diselenggarakan pada 5-19 Maret 2021. Hasil kajian dibahas
lebih mendalam pada Bab III.
11
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Untuk mekanisme pengumpulan data, perlu dijabarkan data yang diharapkan dari sisi
variabel data dan format yang digunakan seperti yang ditetapkan dalam standardisasi
data. Perlu dijelaskan juga asal data tersebut dan proses pengumpulan datanya. Dalam
menjaga kualitas data yang diperoleh, diperlukan mekanisme untuk verifikasi dan validasi.
Panduan dari UNEP memberikan langkah-langkah yang lebih lengkap. Walaupun begitu,
pendekatan McKinsey menekankan pentingnya dukungan regulasi dan aturan main dalam
mendorong keberhasilan pengembangan basis data. Berdasarkan panduan tersebut,
studi ini mencoba melihat penerapannya di Indonesia dan di negara lain untuk memetik
pembelajaran dari praktik baik tersebut.
Pembelajaran diambil dari praktik di sejumlah negara, baik negara maju maupun negara
berkembang. Swedia dipilih sebagai contoh negara maju yang sudah memiliki sistem yang
baik. Negara tetangga, yaitu Malaysia dan Filipina, dipilih karena dianggap situasinya mirip
dengan Indonesia. Pembelajaran diperluas dengan mengambil India sebagai contoh negara
yang berhasil mengembangkan situs khusus untuk mendorong UMKM mendaftarkan diri
dan mengakses berbagai layanan pengembangan usaha.
Secara khusus, pembelajaran dari India ditampilkan untuk melihat bagaimana pendataan
terhubung dengan program pemberdayaan UMKM yang sangat komprehensif, yang bisa
diakses dari satu laman situs web. Pembelajaran lebih lanjut dari India dapat dilihat pada
Boks 1. Contoh lain adalah Inggris yang menyediakan pendanaan untuk usaha rintisan
(startup fund) dengan syarat membuat perencanaan usaha (business plan) dan mengikuti
pelatihan tertentu, sehingga hal tersebut ekaligus menjadi program pemberdayaan.
16
Nicholas Burger, et al. SME Databases: International Practices and Opportunities for Indonesia. RAND Labor and Population, Working Paper May 2015,
prepared for TNP2K.
12
Tabel 2. Pembelajaran dari Negara Lain
Sumber: Burger, N. et al (2015). SME Databases: International Practices and Opportunities for Indonesia. TNP2K Working Paper.
13
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
India memberikan contoh proses pendataan yang terhubung dengan program pemberdayaan
UMKM. Basis data UMKM diperoleh dari pendaftaran mandiri yang dilakukan oleh pelaku
UMKM melalui sebuah situs,17 dengan UMKM berkesempatan untuk memperoleh 29 jenis
layanan spesifik yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Pembuatan portal daring ini merupakan pengembangan dari lembaga pelatihan yang
disediakan oleh pemerintah India dalam pemberdayaan UMKM. Penanggung jawab
pengembangan UMKM adalah Kementerian UMKM yang berkoordinasi dengan kementerian
lain. Kementerian UMKM dibantu oleh semacam dewan komisaris (Development
Commissioner MSME) merumuskan kebijakan, koordinasi, pelaksanaan, dan kegiatan
pemantauan dan evaluasi dalam pengembangan UMKM.
Untuk proses dan prosedur pembuatan basis data, situs tadi menjadi portal bagi
UMKM mendaftarkan diri ke berbagai program. Situs dikelola oleh National Informatics
Centre, Ministry of Electronics and Information Technology—semacam Kementerian
Komunikasi dan Informatika di Indonesia. Pengumpulan data dimulai ketika UMKM
melakukan pendaftaran mandiri melalui MSME Dashboard untuk mendapatkan berbagai
macam program pengembangan UMKM.
Pendaftaran UMKM18 berlaku untuk usaha yang sudah berjalan ataupun baru didirikan. Di
laman situs tersebut dijelaskan manfaat yang akan diperoleh UMKM, yaitu tingkat bunga
pinjaman yang lebih rendah daripada tingkat bunga yang berlaku, potongan untuk berbagai
biaya administrasi, dan kemudahan dalam mengikuti proses lelang pengadaan barang/
jasa pemerintah. Laman pendaftaran ini juga terhubung langsung dengan data perpajakan.
Pengisian data tak memakan waktu lama, dengan data yang dimasukkan meliputi nama usaha,
lokasi dan alamat, jenis usaha, jumlah tenaga kerja, aset, omzet, dan jawaban dari pertanyaan
apakah ingin bergabung dengan jaringan pemasaran yang disediakan pemerintah. Tersedia
juga tautan untuk mendapatkan bantuan dalam proses pengisian dari staf yang bertugas.
Selain tautan untuk pendaftaran resmi di situs yang disediakan oleh pemerintah, ada juga
informasi yang dipublikasikan di blog19 yang menjelaskan proses pendaftaran tersebut
dalam bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Manfaat pendaftaran mandiri
dijabarkan lebih lanjut dalam situs khusus20 yang menjelaskan manfaat tersebut dalam
sembilan kategori, yaitu:
17
Kunjungi my.msme.gov.in untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut.
18
Dapat dilihat pada tautan https://cleartax.in/s/msme-registration-india.
19
Dapat dilihat pada tautan https://www.shopify.in/blog/everything-you-need-to-know-about-msme-registration-for-your-business.
20
Dapat dilihat pada tautan https://vakilsearch.com/advice/advantages-msme-registration/.
14
1. Prioritas dalam mendapatkan pinjaman dari bank, yang mendapatkan mandat khusus
dari pemerintah India untuk mengalokasikan dana tersendiri untuk tujuan ini.
2. Bunga pinjaman yang lebih rendah dan pagu kredit yang lebih tinggi, terutama terkait dengan
persyaratan agunan.
3. Keringanan pajak terkait dengan pajak pendapatan, yang dapat membebaskan mereka
dari proses pemeriksaan pajak.
4. Skema penjaminan kredit untuk pinjaman sampai dengan jumlah tertentu untuk
membantu UMKM yang mengalami masalah dengan agunan.
5. Bantuan untuk promosi pemasaran dan ekspor.
6. Pemberian pelatihan dan bantuan modal untuk pengembangan prasarana usaha.
7. Pengembalian dana untuk mengambil sertifikasi Organisasi Standardisasi Internasional
(ISO).
8. Penunjukan langsung dalam proses pembelian barang oleh pemerintah untuk kategori
produk tertentu.
9. Dukungan pendanaan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tertentu dalam
proses produksi.
Sayangnya, di laman situs UMKM tersebut tidak banyak tersedia informasi mengenai
dukungan regulasi. Contoh dukungan regulasi bisa dilihat dari usaha pemerintah India
membangun public registry21 dengan membentuk gugus tugas.
Beberapa pembelajaran juga dapat dipetik dari dalam negeri. Di antaranya dari pembuatan
sistem Online Single Submission (OSS), Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), Satu
Data Indonesia (SDI), dan sebuah contoh dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI). Masing-masing pembelajaran memberikan
sudut pandang yang berbeda dalam pembuatan basis data.
21
Paul, Ahita. High Level Task Force Report Summary. Public Credit Registry for India. PRS Legislative Research, Institute for Policy Research Studies, New
Delhi, July 2, 2018.
15
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Sistem OSS menjadi contoh baik untuk pembuatan jaringan yang terintegrasi secara real
time dengan berbagai K/L dan pihak lainnya. Awalnya, perancangan dibuat di Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dengan sistem berbasis web yang menggunakan
infrastruktur cloud.22 Infrastruktur sistem OSS mencakup jaringan, perangkat keras, lisensi
perangkat lunak, dan perangkat pendukung. Sistem dialihkan ke BKPM pada 1 Maret 2019.
16
Gambaran selanjutnya mengenai DTKS dapat dilihat dalam Boks 2.
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial atau DTKS adalah kelanjutan dari inisiatif Basis Data
Terpadu yang dibangun pada 2011 yang memanfaatkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010
dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Pemerintah bekerja sama dengan sejumlah
lembaga internasional di bawah koordinasi TNP2K menetapkan kebutuhan optimal program
perlindungan sosial bagi penduduk dengan tingkat kesejahteraan 40 persen terbawah.
Kebutuhan ini ditindaklanjuti dengan pendataan oleh BPS untuk mendapatkan nama, alamat,
serta karakteristik sosial ekonomi penduduk.
BDT memperbaiki exclusion error dengan meningkatkan jumlah penerima bantuan sosial
dari kelompok masyarakat miskin dan memperbaiki inclusion error dengan menurunkan
jumlah penerima bantuan sosial dari kelompok masyarakat mampu. Hal ini terlihat dari hasil
Susesnas pada tahun-tahun sebelum dan sesudah adanya BDT.
Untuk menjaga kualitas dan akurasi dari BDT, pemutakhiran harus dilakukan pada seluruh
data secara berkala. Pada 2015, Basis Data Terpadu dimutakhirkan melalui kegiatan
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 oleh BPS. Pemutakhiran ini menambah jumlah
rumah tangga dan individu dalam BDT menjadi 27 juta rumah tangga dan 97 juta individu.
DTKS/BDT juga menjadi referensi berbagai lembaga penelitian di seluruh dunia. Keterbukaan
dan transparansi pengelolaannya mendorong banyak lembaga pendidikan nasional
dan internasional bekerja sama dalam kegiatan penelitian menggunakan data dari BDT.
Organisasi regional seperti ASEAN dan organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-
Bangsa melakukan kunjungan guna mempelajari lebih jauh DTKS/BDT.
17
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Atas permintaan Menteri Sosial pada 2016, TNP2K menyerahkan pengelolaan BDT kepada
Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kemensos. Di bawah Kemensos, BDT berubah
nama menjadi Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin (DTPPFM). Selanjutnya,
DTPPFM berubah menjadi DTKS.
DTKS, yang sebelumnya bernama BDT, memiliki tiga kelompok kerja atau pokja yang
menjalankan masing-masing fungsi, yaitu:
1. Riset dan Kebijakan, yaitu kelompok kerja yang menghasilkan dokumen yang
mendefinisikan dasar-dasar BDT, elemen-elemen data yang digunakan dan landasan-
landasan teori pengukuran, dan kebijakan yang dikeluarkan dalam pemanfaatannya.
Kelompok kerja ini juga merekomendasikan saran-saran perbaikan secara keberlanjutan.
2. Pengelolaan Infrastruktur dan Layanan, yaitu kelompok kerja yang melakukan pengelolaan
proses akses terhadap data, memberikan layanan kepada K/L, pemerintah daerah, dan
pihak-pihak lain yang membutuhkan, memfasilitasi proses-proses pemutakhiran, dan
menjaga integritas dan keamanan data serta layanan.
3. Hubungan Kelembagaan, yaitu kelompok kerja yang membangun kerja sama dengan
berbagai lembaga untuk mempercepat pemanfaatan data. Kelompok kerja ini juga
membantu pelaksana program perlindungan sosial untuk melakukan adaptasi yang
diperlukan agar dapat memanfaatkan data sasaran penerima program secara optimal.
Pendekatan teknokratis dan prinsip berbasis bukti sangat membantu DTKS/BDT dalam
menghadapi gugatan maupun pertanyaan dari berbagai lembaga negara dan masyarakat
sipil. Pendekatan ini juga menjadikan DTKS/BDT memiliki karakteristik imparsial dan non-
sektoral, yang membuatnya lebih mudah diadopsi oleh berbagai lembaga sebagai data
sasaran.
18
1. Poses pendataan/pemutakhiran data secara berkala membutuhkan biaya dan tenaga
yang tidak sedikit. Pendataan pada 2011 menghabiskan dana sekitar Rp550 miliar dan
pemutakhiran pada 2015 menghabiskan dana sekitar Rp800 miliar. Pendataan dan
pemutakhiran sepenuhnya dilaksanakan oleh BPS yang memiliki jaringan hingga tingkat
di bawah desa/kelurahan (tingkat komunitas).
2. Pembangunan pusat data (data center) yang efisien. Pada 2011, pembangunannya
menghabiskan anggaran sekitar Rp6 miliar. Selain itu, pusat data juga memerlukan biaya
pemeliharaan dan operasional yang harus dianggarkan setiap tahun.
3. Perekrutan peneliti, ahli teknologi informasi, manajer, dan supervisor pengelola layanan
dengan kualifikasi terbaik untuk melayani kebutuhan K/L, pemerintah daerah, dan
masyarakat sipil.
4. Kegiatan penelitan, uji coba, sosialisasi, pelatihan, dan pengembangan keahlian (capacity
building) berkualitas tinggi yang menjadi kunci keberlanjutan pengelolaan, adopsi data
sasaran oleh pelaksana program, dan penguatan hubungan kelembagaan.
25
Bisa diakses melalui https://data.go.id/.
19
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Forum SDI adalah wadah komunikasi dan koordinasi instansi pusat dan/atau instansi
daerah dalam penyelenggaraan SDI. Sementara itu, pembina data bertugas untuk
memberikan rekomendasi dalam perencanaan pengumpulan data, terutama dalam
menetapkan standar data dan struktur baku metadata.
Wali data adalah unit pada instansi pusat dan instansi daerah yang melaksanakan kegiatan
pengumpulan, pemeriksaan, dan pengelolaan data yang disampaikan oleh produsen
data, serta menyebarluaskan data. Produsen data adalah unit pada instansi pusat dan
instansi daerah yang menghasilkan data. Dalam hal ini, data dapat berupa data statistik,
data geospasial, dan data keuangan negara. Selain itu, ada juga pengguna data, yaitu
instansi pusat, instansi daerah, perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang
menggunakan data.
Situs www.ukmindonesia.id adalah dasbor yang dibuat oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi
dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) untuk membangun basis data UMKM
yang menjadi dasar bagi mereka dalam melaksanakan program pemberdayaan. Basis data
yang diperoleh cukup lengkap dengan isian yang mencakup profil usaha, pemilik usaha,
informasi usaha, dan informasi pendukung seperti program pendampingan yang pernah
diperoleh dan yang diharapkan ke depan. Pendataan dilakukan melalui pendaftaran
mandiri oleh pelaku UMKM, sehingga dapat menghemat biaya survei yang mahal. Sejauh
ini telah terkumpul data dari sekitar 5.000 UMKM di Indonesia.
Basis data yang dibuat oleh LPEM UI ini bisa menjadi contoh pendaftaran secara mandiri
oleh UMKM. Pelaku UMKM yang mendaftarkan diri memperoleh kesempatan untuk
ikut serta dalam program pemberdayaan. Melalui situs ini, pelaku UMKM mendapatkan
bantuan dalam mengurus perizinan sebagai insentif mendaftarkan diri.
20
Sebuah studi khusus dilakukan oleh Australian National University26 untuk menguji coba
beberapa pendekatan untuk mendorong pelaku UMKM mendaftarkan diri. Dalam studi
tersebut disebutkan cara menjangkau pelaku UMKM dengan lebih efektif adalah melalui
pesan singkat (SMS).
Kerangka kerja yang diusulkan oleh TNP2K diharapkan dapat menjadi acuan awal dalam
menyusun peta jalan pembuatan SIDT UMKM yang sedang dikembangkan oleh Kemenkop
UKM. Dalam hal ini, Kemenkop UKM telah membuat konsep pembangunan data tunggal
UMKM27 sebagaimana ditampilkan dalam Bagan 2.
STANDARDISASI &
SINKRONISASI DATA
Perbaikan DATA Rilis dan
Tata Kelola TUNGGAL Pemanfaatan
Data UMKM PORTAL SATU DATA Data Terbuka
UMKM
CAPACITY BUILDING
INTEROPERABILITAS MEMPERLUAS
DATA PEMANFAATAN DATA
Dapat dilihat pada bagan tersebut bahwa terdapat dua bagian besar dalam basis data
tunggal UMKM, yaitu tata kelola dan manajemen datanya sendiri. Tata kelola mencakup
dukungan regulasi, faktor sumber daya manusia (capacity building), pengintegrasian data
dari berbagai sumber (standardisasi dan interoperabilitas). Manajemen data mencakup
pengumpulan (portal dan format data) dan pemanfaatan data oleh berbagai pihak.
Konsep yang dibuat oleh Kemenkop UKM sejalan dengan konsep UNEP dan McKinsey yang
telah diperkenalkan sebelumnya28 dalam hal infrastruktur, sumber daya, manajemen data
dan regulasi. Bahkan, konsep Kemenkop UKM melengkapi konsep tersebut.
26
Dong, Sarah. Out of the Shadow: Encouraging Online Registration of Micro and Small Businesses through a Randomized Controlled Trial. Melbourne:
Crawford School of Public Policy, Australian National University, March 2021. Working Papers in Trade and Development No. 2021/05.
27
Disampaikan pada rapat koordinasi dengan berbagai K/L oleh Kemenko Perekonomian pada Februari 2021.
28
Lihat pembahasan di “Bab III.1 Konsep Dasar”.
21
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Dalam kerangka kerja yang diusulkan bagian sebelumnya, dukungan regulasi ditampilkan
dalam kerangka hukum yang menjadi landasan awal yang mendukung terbentuknya pilar-
pilar tersebut.
Selain itu, Kemenkop UKM membuat kerangka acuan kerja (KAK) pembuatan basis data
UMKM. Dalam KAK untuk Sistem Informasi Terintegrasi29, Kemenkop UKM menyebutkan
bahwa SIDT UMKM dibangun dengan mengacu pada Undang-Undang Cipta Kerja; PP Nomor
7 Tahun 2021, khususnya Pasal 55 tentang basis data tunggal; dan Perpres Nomor 39 Tahun
2019 tentang Satu Data Indonesia. Lingkup pekerjaan SIDT UMKM dijabarkan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan SIDT UMKM yang sesuai dengan teknologi blockchain
identity management.
b. Membangun aplikasi persiapan dan pembersihan data. Aplikasi ini terdiri atas beberapa
subaplikasi, yaitu e-form yang dapat digunakan untuk menginput data UMKM oleh dinas,
koperasi, dan lembaga pengusul; modul pra-proses data dan pembuatan identitas baru
untuk data UMKM yang memenuhi kriteria terverifikasi; dan tampilan untuk memperbaiki
data yang tidak memenuhi standar dari data yang telah diinput oleh dinas, koperasi,
maupun lembaga pengusul.
c. Membangun aplikasi pengolahan dan pemantauan data koperasi dan UMKM. Aplikasi
berbasis web ini untuk memonitor koperasi dan UMKM yang telah didaftarkan oleh
dinas, koperasi, atau lembaga pengusul terkait dengan kondisi data, status verifikasi
koperasi dan UMKM, informasi kategorisasi usaha, serta analisis yang dihasilkan dari
aplikasi analitik. Adapun pengembangan aplikasi sistem informasi mencakup fitur
standardisasi variabel data untuk sensus tahun 2022 yang bekerja sama dengan BPS,
intelijen bisnis berbasis GIS yang memiliki geotagging dengan latitude dan longitude,
sumber pembiayaan, jumlah tenaga kerja, pelaku usaha untuk data tunggal koperasi
dan UMKM, serta dapat melakukan crawling data UMKM di media sosial.
d. Melakukan pengujian terhadap SIDT UMKM yang dibangun dan dipastikan sesuai
dengan kebutuhan go live pada server produksi SIDT KUMKM Terintegrasi.
e. Melakukan perbaikan “bug” dan meningkatkan keamanan apabila ditemukan “bug”
dan kerentanan.
f. Blockchain identity management. Manajemen identitas berbasis blockchain menjadikan
entitas UMKM dan pelaku usaha dapat memiliki identitas unik berupa “alamat” blockchain
yang dapat dimanfaatkan untuk menelusuri berbagai aktivitas entitas dalam eksosistem
usaha. Entitas yang terdaftar dalam blockchain dapat memiliki informasi di dalam dan di
luar blockchain. Manajemen identitas ini memiliki fitur yang dapat memverifikasi suatu
kejadian yang melibatkan entitas dengan pengesahan (attestation) atau pemberian
testimoni dari pihak tepercaya dalam jaringan blockchain.
29
Kerangka acuan kerja (terms of reference) kegiatan tahun anggaran 2021 untuk Sistem Informasi Terintegrasi yang disampaikan oleh Asisten Deputi
Pemetaan Data, dan Pengkajian Usaha Deputi Bidang Kewirausahaan pada April 2021.
22
g. Go live pada server produksi SIDT UMKM. Sosialisasi penggunaan SIDT UMKM dan
penggunaan layanan web (web service).
KAK dibuat dalam rangkaian kegiatan pengembangan sistem pengelolaan data dan
informasi koperasi dan UMKM. Sehingga, Kemenkop UKM menyasar tidak hanya UMKM,
tapi juga pengembangan data dan sistem informasi untuk koperasi.
Strategi dan
Kondisi Program
Tujuan Manfaat Outcome
saat ini Pembangunan
SIDT UMKM
23
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Kerangka yang dibuat oleh Kemenkop UKM ini mengacu pada praktik pengelolaan data
menurut Data Management Body of Knowledge (DMBOK) dari DAMA Internasional30.
Berdasarkan pembelajaran yang telah dibahas di bagian sebelumnya dan acuan yang dibuat oleh
Kemenkop UKM, kerangka kerja yang diusulkan untuk pembuatan basis data UMKM dijelaskan
pada Bagan 4.
1 2 3 4
Proses pengembangan SIDT UMKM dalam kerangka kerja ini berlandaskan Undang-
Undang Cipta Kerja dan PP Nomor 7 Tahun 2021. Kemudian dengan dukungan pendanaan
dan pembiayaan, SIDT UMKM dibangun dengan mengacu pada empat pilar, yaitu tata kelola,
infrastruktur, sumber daya manusia, dan manajemen data. Pengembangan SIDT UMKM
ini berpegang pada visi dan misi, yaitu pandangan ideal tentang apa yang ingin dicapai
oleh SIDT UMKM dalam beberapa tahun ke depan (visi) dan bagaimana cara mencapai visi
tersebut (misi).
Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai visi dan misi pengembangan SIDT UMKM,
prasyarat, dan pilar-pilar dalam kerangka kerja pengembangan SIDT UMKM.
24
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut sebagai:
3.5.2 Pendanaan
Kebutuhan biaya pengembangan SIDT UMKM mencakup infrastruktur awal, gaji untuk
personel yang terlibat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan data, peningkatan kapasitas,
sosialisasi, dan proses pendataan yang meliputi pengumpulan data, pemutakhiran, dan
pemantauan proses untuk menjaga kualitas data (pemantauan dan evaluasi).
Dalam hal ini, perhitungan untuk pendanaan dapat dilakukan dengan melihat:
• Kebutuhan investasi dan operasional
• Jumlah anggaran
• Sumber dana
Kebutuhan investasi mengacu pada kebutuhan di awal pembuatan basis data, yang
umumnya untuk kebutuhan infrastruktur. Sementara itu kebutuhan operasional mencakup
25
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
biaya yang harus dikeluarkan untuk pengoperasian basis data sepanjang masa berlakunya
basis data tersebut.
Sumber dana bisa berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau dari
sumber-sumber lain, seperti melalui skema kerja sama dengan lembaga donor asing.
Pendanaan juga dapat diperoleh dengan melibatkan sektor swasta. Sebagai contoh,
pembuatan infrastruktur awal untuk OSS dibantu dana hibah dari pemerintah Australia
melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT). Adapun pembangunan
infrastruktur awal DTKS didanai APBN.
Dalam tata kelola, harus ada penanggung jawab yang memikirkan dan
membuat kerangka kerja pelaksanaan, termasuk merumuskan aturan main.
Penanggung jawab tersebut bisa terdiri dari para pihak yang memiliki keterkaitan langsung
maupun tidak langsung dalam pengelolaan data maupun program pemberdayaan UMKM.
Untuk menentukan siapa saja yang perlu terlibat dalam struktur tata kelola, perlu dilakukan
pemetaan pemangku kepentingan sehingga dapat diketahui siapa saja yang harus terlibat,
termasuk peran serta tanggung jawab yang harus dijalankannya.
26
Proses pengintegrasian data sebagai bagian dari pendataan dan pemanfaatan data
melibatkan kerja sama dengan K/L dan pemangku kepentingan lain, sehingga perlu dibuat
aturan main dan dalam bentuk regulasi agar memiliki kekuatan hukum. Selanjutnya,
regulasi tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk SOP untuk menjelaskan
tahapan pelaksanaannya.
Regulasi terutama perlu dibuat terkait dengan kerahasiaan data dan aturan bagi-
pakai. Dalam hal ini, kerahasiaan data dalam proses pertukaran (bagi-pakai) data untuk
perlindungan data konsumen (UMKM) diperlukan untuk mencegah pemanfaatan data
yang tidak bertanggung jawab. Perlu dibuat aturan khusus yang membahas seberapa jauh
akses terhadap data, data apa saja yang bisa akses, dan siapa yang boleh mengaksesnya.
Panduan pelaksanaan juga perlu disusun untuk kegiatan pendataan dan pemanfaatan
data. Kemudian perlu juga ada indikator kinerja utama (key performance indicator/KPI)
sebagai alat ukur keberhasilan pelaksanaan.
Penjabaran masing-masing aspek dalam tata kelola ditampilkan dalam tabel di bawah ini
untuk menjelaskan output yang diharapkan dari masing-masing aspek tersebut.
27
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Dengan mengacu pada kerangka kerja di atas, proses pengembangan SIDT UMKM
dimulai dengan pembuatan visi dan misi oleh Kemenkop UKM yang sejalan dengan
rencana strategis yang telah ditetapkan.
Kemudian untuk memenuhi amanat Undang-Undang Cipta Kerja, dibentuk tim pelaksana awal
yang akan menjalankan inisiatif awal, perencanaan, implementasi, dan pengawasan proses
pembuatan SIDT. Adapun terdapat beberapa pilihan bentuk tim pelaksana awal, antara lain:
1. Gugus tugas
2. Kelompok kerja (Pokja)
3. Project management office (PMO)
Ketiga jenis tim tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai pelaksana yang
dibentuk sementara untuk mengerjakan tugas tertentu dan jangka waktu tertentu,
dan bisa dibubarkan jika pekerjaan/program dipandang telah selesai. Pekerjaan gugus
tugas mengarah pada koordinasi kegiatan antar lembaga. Pokja mengacu pada tim kecil
untuk menjalankan tugas atau proyek tertentu. Sementara itu, PMO identik dengan
pembentukan kantor khusus di luar kementerian penanggung jawab untuk menjalankan
tugas pelaksanaan sebelum diserahkan kepada kementerian yang bersangkutan.
28
Contoh proses pembentukan gugus tugas dapat mengacu pada pedoman yang
dikeluarkan oleh SDI, dengan struktur organisasi gugus tugas terdiri dari ketua, wakil
ketua, dan tim pelaksana.
1. Ketua memberi arahan kepada tim pelaksana dalam pemantauan, evaluasi, dan
penyelenggaraan SIDT UMKM.
2. Wakil ketua bertugas memberikan dukungan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan dan evaluasi, serta memberikan solusi untuk pelaksanaan pengembangan
SIDT UMKM.
3. Tim pelaksana termasuk di dalamnya adalah tim legal dan tim teknologi dan informasi.
Kerja sama dengan K/L dan pemangku kepentingan lainnya penting dijalin karena
mereka juga memiliki data UMKM. Selain itu, di masa depan ada kemungkinan terjalin
kerja sama lain yang terkait dengan pemberdayaan UMKM.
Kerja sama dapat dilakukan dengan K/L yang memiliki program pemberdayaan
UMKM. TNP2K mencatat ada 19 K/L yang memiliki program pemberdayaan yang
berkesinambungan, sedangkan Kementerian PPN/Bappenas mencatat setidaknya
terdapat 27 K/L yang memiliki alokasi anggaran pemberdayaan UMKM. Kerja sama juga
29
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
tidak terbatas dengan instansi pusat, tetapi juga dengan instansi daerah. Sebab, proses
pendataan dilakukan dari tingkat pusat hingga tingkat daerah.
Ke depan, kerja sama juga dapat dijalin dengan pihak swasta dan BUMN yang memiliki
program pemberdayaan UMKM melalui kegiatan CSR. Pihak lain yang mungkin banyak
berhubungan dengan UMKM adalah pasar digital (marketplace) dan perusahaan teknologi
finansial (fintech), terutama seiring dengan meningkatnya penggunaan platform digital
sehubungan dengan pemberlakukan pembatasan kegiatan untuk mencegah penularan
Covid-19.
Hal tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk peta jalan pembuatan basis data tunggal
UMKM dengan mengacu pada empat pilar seperti dalam pembahasan sebelumnya.
Termasuk dalam tanggung jawab gugus tugas adalah menyiapkan tim pengelola yang akan
melanjutkan pengelolaan basis data setelah sistem dan infrastrukturnya terbentuk dan
siap dijalankan. Umumnya tim pengelola ini dibuat dalam bentuk pusat data dan informasi
(pusdatin) yang merupakan unit kerja tersendiri di dalam kementerian. Perlu diingat
bahwa gugus tugas bersifat sementara dan dapat dibubarkan setelah pekerjaan selesai.
Sementara itu, basis data perlu dijalankan dan dikelola secara berkesinambungan hingga
masa kerja yang tidak terbatas. Sehingga, perlu dibentuk tim pengelola yang sifatnya lebih
permanen dan jangka panjang.
30
Kemudian perlu dijabarkan uraian tugas setiap posisi dalam struktur organisasi dan
kualifikasi yang dibutuhkan untuk posisi tersebut. Kualifikasi ini sangat penting karena
pengelolaan basis data tingkat nasional membutuhkan kemampuan teknis yang sangat
spesifik, terutama dalam hal pemanfaatan teknologi. Dengan demikian gugus tugas perlu
memikirkan upaya peningkatan kapasitas dari tim pengelola agar mereka dapat memiliki
kemampuan teknis yang dibutuhkan.
Pilar 2. Infrastruktur
Infrastruktur mengacu pada ketersediaan fasilitas dan faktor teknis yang bisa
mendukung terbentuknya basis data.
Persiapan penyediaan infrastruktur dibantu oleh tim teknologi informasi. Tim teknologi
informasi bertugas menyiapkan dan merumuskan kebijakan penggunaan fasilitas teknologi
informasi yang diperlukan untuk interoperabilitas, akses data, dan keamanan data.
Dalam persiapan ini, tim teknologi informasi perlu berkoordinasi dengan Kemenkominfo,
terutama terkait dengan penggunaan fasilitas yang tersedia di Pusat Data Nasional.
Tabel 4. Infrastruktur
Infrastruktur Output
Pusat Data Nasional 1. Fasilitas yang disediakan Kemenkominfo yang bisa
dimanfaatkan
Portal/platform 1. Penginputan data
2. Pemanfaatan data
3. Integrasi dan interoperabilitas
Teknologi—hardware 1. Kapasitas dan konfigurasi server
(server) 2. Back up data
Teknologi—software 1. Penginputan data
2. Pengolahan data
3. Tampilan data
Sistem 1. Integrasi dan interoperabilitas
31
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Infrastruktur Output
Sistem untuk keamanan 1. Perlindungan kerahasiaan data
data 2. Perlindungan dari potensi kehilangan data
3. Perlindungan data dari akses tidak berwenang
Sumber: Hasil analisis TNP2K
Untuk SIDT, pembina data adalah BPS dan forum SDI. Mengacu ke SDI, tugas pembina data
secara garis besar adalah menetapkan standar data yang berlaku lintas instansi pusat dan/
atau daerah. Perlu diingat bahwa data UMKM tidak hanya berasal dari pusat, tetapi juga
dari daerah.
Menurut PP Nomor 7 Tahun 2021, wali data adalah Kemenkop UKM dan tugas wali data
secara garis besar mencakup mengumpulkan, memeriksa kesesuaian, mengelola, dan
menyebarluaskan data.
Penjabaran tugas ini perlu diikuti dengan penetapan pihak yang tepat untuk menjalankan fungsi
tersebut, kualifikasi yang dibutuhkan, dan bagaimana peningkatan kapasitas bisa dilakukan.
Setelah persiapan sistem, infrastruktur, aturan main, dan lainnya dirampungkan gugus
tugas, serta basis data siap berfungsi sepenuhnya, perlu ada penanggung jawab yang
mengelola dan menjalankan basis data tersebut. Fungsi tersebut biasanya dijalankan oleh
unit kerja di dalam kementerian yang disebut dengan pusdatin.
32
Tugas Pusdatin adalah melaksanakan pembinaan, pengembangan,
dan standardisasi teknis di bidang sistem informasi, teknologi
informasi, dan sistem komunikasi data.
Dengan melihat contoh DTKS, pusdatin memiliki struktur yang terdiri dari bidang
pengelolaan data, bidang diseminasi data, dan bidang pengelolaan sistem dan teknologi
informasi. Selain itu, ada bagian tata usaha yang mengelola fungsi administrasi. Pengisi
posisi di bagian tersebut haruslah orang yang memiliki kompetensi di bidangnya karena
posisi tersebut memerlukan keahlian teknis dalam teknologi dan pengelolaan data.
Dengan demikian, perlu dipikirkan upaya peningkatan kapasitas dari orang-orang yang
akan tergabung dalam pusdatin.
Secara umum kemampuan teknis yang perlu dimiliki dalam menjalankan dan mengelola
basis data adalah:
1. Manajemen data
2. Pengelolaan domain
3. Pelaksanaan teknis (technical execution)
Manajemen data terkait dengan pengelolaan data itu sendiri, termasuk proses
pengumpulan, pengolahan, dan pemanfaatan data. Pengelolaan domain berhubungan
dengan hosting dan pengelolaan server. Sementara itu, pelaksanaan teknis terlebih dahulu
memerlukan pembuatan sistem dari awal (back-end) hingga akhir (front-end). Kemampuan
teknis tersebut sangat spesifik dan diperlukan peningkatan kapasitas untuk menguasainya
melalui pelatihan khusus.
Dengan adanya pusdatin, tugas dan fungsi dari wali data dapat dilaksanakan oleh pusdatin.
Pusdatin memegang peran penting dalam melaksanakan penyusunan kebijakan teknis
dan pelaksanaan di bidang pengembangan dan pengelolaan data yang menjadi tanggung
jawab wali data (Tabel 5).
33
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Disarankan untuk melakukan penilaian terhadap kondisi sumber daya manusia yang
ada saat ini dari sisi kuantitas, kualifikasi, dan kompetensi, serta dilakukan analisis gap
menggunakan target ideal sesuai dengan standar kompetensi personel bidang TI yang
diharapkan, seperti Skills Framework for the Information Age (SFIA)32 ataupun Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (SKKNI
TIK)33 yang diselenggarakan oleh Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (BPPTIK) Kemenkominfo. Dari hasil asesmen tersebut, dibuat rekomendasi
tindak lanjut peningkatan kapasitas yang bisa dilakukan beberapa program, seperti
pelatihan, rekrutment, atau alih daya (outsourcing). Kualifikasi dan kompetensi personel
perlu dievaluasi secara berkala.
34
Mengacu pada SDI, tahapan pengumpulan data digambarkan pada Bagan 5.
Interoperabilitas
Standar Data Meta Data Kode Referensi
Data
Selanjutnya, seperti yang telah ditampilkan dalam usulan kerangka kerja, pilar manajemen
data terdiri dari:
1. Perencanaan dan perancangan, yang mencakup elemen:
a) Arsitektur data (pra-daftar, standardisasi data, variabel data)
b) Pemodelan data
c) Perancangan data
2. Implementasi basis data, yang mencakup kegiatan pengumpulan, penyimpanan,
pemutakhiran, penggunaan, DW-BI-OLAP34, integrasi, dan interoperabillitas data.
3. Pemanfaatan data tahap lanjut, yang mencakup unsur ilmu data (data science), analisis
prediktif (predictive analysis), visualisasi data (data visualization), dan monetisasi data
(data monetization).
a) Ilmu data mengacu pada teknologi yang memungkinkan pengguna untuk membuat,
mengolah, menyimpan, dan melakukan analisis data statistik dalam jumlah besar.
b) Analisis prediktif merupakan bagian dari ilmu data yang diterapkan untuk
mendapatkan pola dari suatu data tertentu dan membuat perkiraan ke depan.
c) Visualisasi data mengarah pada pengolahan data untuk mendapatkan tampilan
data seperti dalam bentuk tabel atau grafik atau tampilan data statistik lainnya.
d) Monetisasi data merujuk pada penggunaan data sebagai aset yang dapat diuangkan.
4. Pemantauan, evaluasi, dan pengawasan untuk menjaga kualitas data.
Pemanfaatan data tahap lanjut tidak hanya mencakup penggunaan data oleh K/L atau
pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan mereka, tetapi juga pengolahan data lebih
lanjut untuk kebutuhan analisis data tertentu seperti yang dilakukan oleh ilmu data dan
analisis prediktif. Gambaran umum manajemen data dapat dilihat pada Tabel 6.
34
DAMA International (2017), ibid, halaman 475-500. DW (data warehouse) mengacu pada perangkat lunak yang digunakan untuk mengumpulkan,
membersihkan, mengolah, dan menyimpan data dari berbagai platform dan sumber data. BI (business intelligence) merujuk pada analisis data
untuk memahami kegiatan atau aktivitas dalam suatu organisasi guna memperbaiki proses dan mengembangkan peluang dalam mencapai tujuan
strategis organisasi tersebut. BI juga mengacu pada teknologi yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data, seperti querying, data mining,
analisis statistik, pelaporan, model scenario, visualisasi data, dashboarding, dan kegiatan lainnya yang bersifat advanced analytics. OLAP (online
analytical processing) mengacu pada logika dan proses untuk mengambil data dari suatu sistem yang bersifat multidimensi.
35
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Standardisasi data
1. Klasifikasi
2. Kode referensi
Minimum variabel
• Data pokok
• Data pendukung
Implementasi basis Pengumpulan data
data • Ruang lingkup dan struktur pendataan
• Sumber data
o Sensus
o Pendaftaran mandiri
• Metodologi
• Kuesioner pendataan
• Mekanisme pendataan
Pemutakhiran
• Proses pemutakhiran
• Periode pemutakhiran
• Target sasaran
Pemanfaatan data • Perangkat lunak untuk mengembangkan ilmu data, analisis
tahap lanjut prediktif, visualisasi data, dan monetisasi data
Pemantauan dan • Ukuran keberhasilan (KPI)
evaluasi serta • Periode pemantauan
kualitas data
Sumber: Hasil analisis TNP2K
I. Persiapan
1. Pra-daftar
2. Pengumpulan metdata dari pemilik data
3. Variabel minimum
4. Pengumpulan data
a) Sensus: penentuan tim pelaksana
b) Pendaftaran mandiri
» Persiapan platform
» Insentif: kerja sama dengan program pemberdayaan
36
II. Pengumpulan data
1. Sensus
a) Pembentukan tim pelaksana
b) Koordinasi dengan tim lapangan pusat dan daerah
c) Pemantauan dan evaluasi
2. Pendaftaran mandiri
a) Pengumuman program insentif
b) Petunjuk/SOP pelaksanaan pendaftaran bagi pelaku UMKM
Melihat kerumitan proses pendataan melalui sensus, lamanya waktu yang diperlukan, dan
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menjangkau seluruh populasi, diperlukan alternatif
lain dalam melakukan pendataan. Pendekatan sensus juga idealnya dilakukan untuk data
35
Berdasarkan hasil diskusi dengan BPS tanggal 19 Maret 2021 dalam kajian yang dilakukan bersama oleh TNP2K, Kementerian PPN/Bappenas,
dan Kemenkop UKM. Kajian dilakukan dengan mengundang berbagai K/L, termasuk BPS untuk menjajaki kemungkinan kerja sama pendataan
ke depan.
37
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
yang sifatnya cenderung statis. Adapun data UMKM, terutama yang kecil dan mikro, cukup
dinamis sehingga pendataan melalui sensus kurang efektif.
Mekanisme pendataan aktif memungkinkan pendataan secara dinamis dan real time
sesuai dengan perkembangan terakhir UMKM. Pendekatan ini juga lebih murah dari
segi biaya karena tidak membutuhkan tenaga lapangan dalam proses pengumpulan data.
Pendekatan dinamis ini tepat diterapkan mengingat UMKM memiliki karakter berubah
dengan cepat. Mereka dapat berpindah usaha atau lokasi dalam waktu singkat sejalan
dengan perkembangan usaha. Karena itu, diperlukan suatu insentif untuk mendorong UMKM
mau melakukan pendaftaran secara mandiri. Kajian dari berbagai negara menunjukkan
bahwa insentif dapat dikaitkan dengan perizinan, pendanaan, perpajakan, dan lain-
lain. Di Indonesia, kegiatan pendataan ini dapat dikaitkan dengan program pemerintah,
seperti pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau pembiayaan Ultra-Mikro (UMi). Sebagai
contoh, program BPUM yang bertujuan membantu usaha mikro yang terdampak krisis
akibat pandemi Covid-19 telah menghasilkan 19 juta data UMKM dan mendorong UMKM
penerima manfaat untuk mendaftarkan diri.
38
4. PERKEMBANGAN BASIS DATA
UMKM SAAT INI
Pembuatan peta jalan untuk mendukung pengembangan SIDT UMKM diharapkan dapat
menjadi alat bantu, terutama bagi Kemenkop UKM sebagai wali data, dalam berkoordinasi
dengan K/L dan pemangku kepentingan lainnya. Hasil kajian ini juga diharapkan bisa
menjadi dasar dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan di tingkat nasional
dalam pembuatan SIDT UMKM.
4.1 Gambaran Umum Kondisi Pengembangan Basis Data UMKM Saat Ini
Hasil diskusi intensif antara Kemenkop UKM, TNP2K, dan Kementerian PPN/Bappenas
dengan pemangku kepentingan mengidentifikasi sejumlah hal dari kondisi saat ini yang
dikelompokkan berdasarkan pilar-pilar pengembangan SIDT UMKM. Hasilnya bisa dilihat
pada Tabel 7.
39
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
40
KONDISI SAAT INI
PILAR 4 1. Kemendagri melalui Ditjen Dukcapil melakukan pemadanan terhadap
MANAJEMEN data pelaku usaha dengan data kependudukan (NIK). Belum semua usaha
DATA memiliki NIB, sehingga NIK menjadi alternatif yang paling memungkinkan
untuk keseragaman identitas pelaku usaha.
2. Identitas lain yang bisa digunakan adalah nomor pokok wajib pajak
(NPWP). Ada wacana dari Kemenkeu untuk menyelaraskan data NPWP
dengan data NIK.
3. Ketidakseragaman jenis dan format data yang dimiliki berbagai
sumber. Data yang dimiliki oleh masing-masing K/L tidak seragam.
Bahkan, untuk jenis variabel data yang sama, mereka memiliki format
yang berbeda.
4. Keterbatasan akses. Tidak semua data bisa diakses oleh publik.
Sementara itu, data yang bisa diakses oleh publik tidak sama dengan
data yang dimiliki oleh K/L, yang berarti ada data yang tidak ditampilkan
oleh K/L.
5. Akses terhadap data merupakan permasalahan tersendiri yang harus
dicarikan solusinya ketika K/L tidak bersedia untuk berbagi data.
Sumber: Hasil analisis TNP2K
Untuk memperoleh dukungan tambahan dalam berkoordinasi dengan K/L, tim awal
Kemenkop UKM, TNP2K, dan Kementerian PPN/Bappenas berkomunikasi dengan SDI.
SDI yang berada di bawah Kementerian PPN/Bappenas memiliki mandat untuk membangun
satu data indonesia, yaitu mengelola data pemerintah yang terpadu dan dapat dibagi-pakaikan
antar-instansi pemerintah di pusat dan daerah. Data UMKM merupakan salah satu prioritas
SDI, sehingga pengembangan SIDT UMKM dapat dilakukan sejalan dengan kegiatan SDI. Dalam
hal ini, SDI menyatakan kesediaannya untuk membantu Kemenkop UKM dan tim awal dalam
proses pengumpulan data dan koordinasi dengan K/L lain.
Selain dari SDI, dukungan juga diperoleh dari Kantor Staf Presiden (KSP) yang
menyatakan kesediaannya mengoordinasikan K/L pemilik data untuk berpartisipasi dan
menyelenggarakan pertemuan jika diperlukan. Bahkan, KSP menyatakan kesediaannya
untuk melaporkan langsung kepada Presiden RI apabila dibutuhkan.
TNP2K memberikan asistensi teknis dan kajian kepada Kemenkop UKM mengenai
pembuatan standar data dan penyiapan infrastruktur. Asistensi teknis ini memperkaya
proses persiapan pembuatan basis data tunggal dan menjadi bagian usaha mencapai
tujuan akhir, yaitu SIDT. Asistensi teknis diawali dengan kunjungan staf Kemenkop
UKM ke kantor TNP2K untuk melihat langsung fasilitas dan infrastruktur yang dimiliki
oleh TNP2K dalam pembuatan BDT dan cara kerjanya. Kemudian asistensi teknis juga
diberikan oleh TNP2K dengan memfasilitasi lokakarya dengan BPS dalam standardisasi
data dan klasifikasi usaha berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
dan Master File Desa (MFD).
41
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Setelah mendapatkan gambaran awal terkait proses pengembangan basis data UMKM,
bagian ini akan menjelaskan tentang usulan tindak lanjut terhadap setiap kondisi yang
teridentifikasi. Penjelasan usulan tindak lanjut dibagi berdasarkan prasyarat dan pilar-
pilar kerangka kerja pengembangan SIDT UMKM.
Prasyarat: Pendanaan
Pendanaan menjadi faktor utama terselenggaranya basis data UMKM. Pendanaan
terbesar dialokasikan untuk pengumpulan data di lapangan melalui sensus atau survei
mengingat jumlah UMKM di Indonesia yang mencapai lebih dari 60 juta pelaku usaha. Dari
jumlah yang diajukan Kemenkop UKM, Kementerian PPN/Bappenas menganggarkan dana
berdasarkan tahapan proses sehingga terjadi penghematan biaya. Anggaran tersebut
kembali dikurangi saat disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Menghadapi tantangan
keterbatasan anggaran, usaha untuk memenuhi target pengumpulan data dilaksanakan
secara bertahap dan diperkirakan rampung dalam tiga tahun ke depan.
Asisten Deputi Pemetaan Data bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas yang
berhubungan dengan strategi dan koordinasi. Adapun Kepala Biro Komunikasi dan
Teknologi Informasi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas yang bersifat teknis
dan berhubungan dengan infrastruktur.
Dalam proses pengembangan SIDT UMKM, kedua bagian tersebut berjalan beriringan—
kerap menghadiri rapat bersama dan saling melengkapi. Namun terpisahnya pengelola
SIDT UMKM dapat mempersulit koordinasi, terutama dalam berhubungan dengan pihak
luar. Jika ada permasalahan, sulit untuk menentukan siapa penanggung jawab dan
bagaimana pembagian tugasnya. Koordinasi akan lebih mudah jika dilaksanakan terpusat
dan satu pintu, dengan fungsi tersebut umumnya dijalankan oleh Pusdatin.
Asisten Deputi Pemetaan Data sedang merumuskan pembentukan gugus tugas yang
terdiri dari beberapa unit kerja, seperti regulasi, infrastruktur, dan pendataan36. Dalam
jangka pendek, gugus tugas menjalankan fungsi implementasi pengumpulan data. Ke
depan, gugus tugas dapat diperluas fungsinya mencakup masalah regulasi. Usulan struktur
gugus tugas sudah dibuat dan diajukan ke rapat koordinasi pimpinan antar K/L di tingkat
sekretaris menteri.
36
Struktur unit kerja Gugus Tugas merupakan adaptasi atas pilar-pilar dalam kerangka kebijakan pengembangan SIDT UMKM yang dibahas dalam
buku ini
42
Gugus Tugas SIDT UMKM berkoordinasi dengan K/L dalam proses
bagi-pakai data. Hasil kajian menunjukkan bahwa diperlukan upaya
khusus untuk melakukan koordinasi dengan K/L pemilik data.
Dalam wawancara pada saat road show daring, K/L mensyaratkan adanya surat resmi
untuk mengajukan permintaan data beserta penjelasan mengenai jenis data yang diminta.
Kemudian mereka juga meminta adanya perjanjian kerja sama (PKS) tingkat kementerian,
dengan mereka baru bersedia berbagi data jika telah ada instruksi dari menteri. Hal ini
menjadi rumit karena untuk bisa menjabarkan data yang diminta, Kemenkop UKM perlu
mengetahui terlebih dahulu jenis data apa yang dimiliki oleh K/L tersebut. Sehingga,
proses dimulai dengan permintaan metadata untuk membuat pra-daftar. Hasil kajian
menunjukkan bahwa proses permintaan metadata berjalan lambat, sebagian bahkan tak
direspons, sehingga diperlukan upaya tambahan untuk memperoleh metadata dari K/L
pemilik data.
Kemudian, hasil pemetaan data untuk pembuatan pra-daftar oleh TNP2K menunjukkan
bahwa data yang dimiliki oleh setiap K/L tidak seragam. Bahkan, untuk jenis data yang sama,
format pengisiannya berbeda sehingga perlu dipikirkan penyeragaman atau standardisasi
yang diperlukan dalam mengintegrasikan data dari berbagai sumber tersebut. Belum
lagi jika mempertimbangkan jenis platform dan perangkat lunak yang digunakan, yang
kemungkinan akan memengaruhi interoperabilitas data. Dengan demikian perlu dibuat
aturan main mengenai integrasi dan interoperabilitas data.
Dengan demikian perlu dibuat aturan untuk pemanfaatan data dan terutama terkait dengan
kerahasiaan data. Hasil kajian menunjukkan bahwa K/L sangat berhati-hati dalam berbagi
data. Aturan bagi pakai akan membantu K/L yang membutuhkan kejelasan mengenai data
yang harus mereka bagi, terutama untuk mereka yang menjadikan faktor kerahasiaan data
sebagai alasan untuk tidak berbagi.
Dari sisi pemanfaatan data, semua K/L menyambut baik adanya basis data terpadu yang
akan membantu mereka mendapatkan data UMKM yang menjadi target program mereka.
Bahkan, BPS juga menunjukkan minatnya agar dapat memanfaatkan data tersebut.
Adanya basis data akan membantu mereka untuk memperluas jangkauan pelayanan dan
memungkinkan untuk memperoleh data administrasi dari pelaksanaan program. Isu-isu
yang terkait dengan masing-masing pilar dijabarkan dalam Tabel 8.
43
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
44
Pilar 2. Infrastruktur
Untuk infrastruktur, Kemenkop UKM mengajukan anggaran melalui APBN untuk
pengadaan server dan sarana pendukungnya. Namun, Pedoman Pelaksanaan
Permintaan Clearance dari Kementerian/Lembaga atas Pengadaan Belanja Perangkat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Tahun Anggaran 2021 yang dikeluarkan
oleh Kemenkominfo37 mengharuskan Kemenkop UKM menggunakan fasilitas yang telah
disediakan oleh Kemenkominfo melalui Pusat Data Nasional. Sementara itu, proses
pengelolaan data pada suatu kementerian umumnya dilaksanakan oleh Pusdatin.
Sayangnya, Kemenkop UKM tidak memiliki fasilitas yang cukup untuk membentuk Pusdatin,
sehingga perlu dipertimbangkan agar fungsi Pusdatin dapat dijalankan oleh Kemenkop
UKM dalam bentuk lain.
Pengelolaan yang dijalankan oleh unit-unit yang terpisah dapat menyulitkan koordinasi
dan menghambat pembentukan sistem yang terintegrasi dan terkini sesuai dengan visi
Kemenkop UKM, yaitu: “Mengembangkan ketersediaan sistem informasi data yang modern
dan terkini agar pelayanan data dan informasi data kinerja KUMKM yang valid dan terkini”.
Kata “terkini” menyiratkan pentingnya kecepatan, yang sulit terwujud jika tim pengelola
berada dalam unit yang berbeda dengan jalur komando yang terpisah.
37
Disampaikan dalam Undangan Sosialisasi yang dikeluarkan oleh Kemenkominfo tertanggal 27 Oktober 2020
45
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Sebagai pembina data, BPS terlibat dalam proses persiapan, terutama terkait dengan
standardisasi data. Telah terjadi transfer pengetahuan dari BPS kepada Kemenkop UKM
dalam proses pembuatan standardisasi data, klasifikasi usaha, dan variabel minimum.
Walaupun begitu, masih menjadi pertanyaan apakah keterlibatan BPS juga harus berlanjut
46
sampai ke tingkat implementasi di lapangan, seperti dalam proses pengumpulan
data melalui survei atau sensus. Mengacu pada proses pengembangan DTKS, proses
pengumpulan data di lapangan dilakukan oleh BPS sebagai lembaga yang memiliki
kapasitas dan sumber daya dalam melakukan pendataan tingkat nasional. Namun, tugas
pembina data sebenarnya hanya sebagai pengawas, bukan sebagai pelaksana.
Tugas sebagai pelaksana ada di Kemenkop UKM sebagai wali data. Tugas baru dan relatif
besar tersebut membutuhkan pengalaman dan sumber daya yang cukup. Untuk mengelola data
secara nasional diperlukan peningkatan kapasitas Kemenkop UKM dalam pengelolaan data,
terutama dalam proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data. Dari sisi pengumpulan
data, Kemenkop UKM perlu mencari alternatif pelaksana di lapangan yang dapat menyamai
kemampuan BPS dalam pengumpulan data secara masif dengan lingkup nasional.
Dari sisi manajemen data, Kemenkop UKM sebagai wali data membutuhkan struktur
organisasi yang dapat melakukan koordinasi secara terpusat. Untuk itu diperlukan
kemampuan koordinasi setingkat eselon I, mengingat koordinasi dan pelaksanaan
saat ini masih berada di tingkat eselon II dan III, agar dapat melibatkan berbagai unit
dan melakukan koordinasi dengan K/L lain yang menjadi produsen data. Kemampuan
koordinasi diperlukan mengingat pemilik data ada di tingkat pusat dan daerah. Koordinasi
di tingkat K/L membutuhkan dukungan dan komitmen dari pimpinan tertinggi dari masing-
masing K/L terkait. Untuk mengoptimalkan peran daerah dalam proses pengelolaan data,
diperlukan peningkatan kapasitas di tingkat dinas.
47
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Persiapan
Pengembangan basis data pelaku usaha membutuhkan dua hal utama, yakni:
1) Identifikasi unit usaha yang akan menjadi baris observasi. Dalam hal ini,
Kemenkop UKM menetapkan untuk menggunakan data berdasarkan unit usaha
dengan menggunakan NIK. Terdapat beberapa hal di dalam dimensi observasi
pelaku usaha atau unit usaha ini, yakni suatu usaha tersebut berada di tingkat
establishment/plant atau di tingkat firm. Establishment merupakan tingkat terkecil
dalam unit usaha. Pada tingkat firm, usaha dapat terdiri dari beberapa cabang
dalam bentuk plant atau establishment.
Skala usaha di tiap tingkatan akan membedakan jenis identitas dari unit usaha. Pada
unit usaha mikro, identitas yang digunakan pada unit usaha umumnya sama dengan
identitas pelaku usaha sebagai pemilik, sehingga NIK dapat digunakan untuk identitas.
Sedangkan pada skala usaha yang lebih besar, identitas unit usaha dapat diketahui
melalui surat izin usaha dengan keluarnya NIB.
2) Variabel yang akan menjadi karakteristik usaha. BPS memberikan usulan untuk
menentukan variabel minimum seperti terlihat pada Tabel 11.
48
Tabel 11. Variabel Minimum dalam Basis Data Pelaku Usaha
BPS telah memiliki standar data, terutama pada variabel yang menyangkut kode wilayah
dan kode sektor lapangan usaha dari pelaku usaha. Kemenkop UKM dapat memanfaatkan
standar tersebut sebagai bagian dari basis data pelaku usaha. Kode wilayah ataupun kode
sektor lapangan usaha ditetapkan oleh Peraturan Kepala BPS, sehingga dapat menjadi
acuan hukum dalam menyusun berbagai peraturan untuk program di K/L.
Tahap persiapan perlu mempertimbangkan komponen atau elemen yang krusial dalam
membangun basis data pelaku usaha ini, seperti penyusunan metadata dan pembuatan
kode referensi atau data induk. Dalam hal ini, Kemenkop UKM bekerja sama dengan SDI
agar basis data pelaku usaha menjadi bagian dari data pemerintah dalam satu platform.
Pengumpulan Data
Sumber untuk membangun basis data pelaku usaha, terutama untuk pelaku UMKM,
dapat berasal dari berbagai pihak, baik dari internal Kemenkop UKM, kementerian lain
yang memiliki program dengan sasaran penerimanya adalah pelaku usaha UMKM, serta
lembaga pemerintahan lainnya yang memiliki program serupa. Untuk itu, pengumpulan
data dapat dimulai dari data program bantuan pemerintah dengan sasaran pelaku usaha
UMKM yang memang dapat diidentifikasi dengan baik, valid, dan memiliki kelengkapan
49
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
variabel awal seperti NIK, alamat, nomor kontak yang dapat dihubungi, dan nomor
rekening bank.
Kemenkop UKM dapat membangun prioritas dari salah satu ataupun beberapa
sumber data program yang kemudian menjadi pra-daftar untuk pengumpulan data.
Contoh program yang dapat dimanfaatkan untuk pengumpulan data antara lain adalah
data penerima BPUM yang sudah dimiliki oleh Kemenkop UKM. Kemudian dengan adanya
perjanjian kerja sama antara Kemenkop UKM dengan BKPM, pra-daftar prioritas berikutnya
adalah data dari OSS. Daftar usulan pra-daftar prioritas dapat dilihat pada Tabel 12.
Selanjutnya, pra-daftar tersebut bisa ditambahkan dengan data yang tersedia seperti data
UMKM binaan K/L. Data juga dapat dikembangkan dengan melibatkan sektor usaha dan
swasta seperti data nasabah kredit mikro dan ritel dari Badan Usaha Milik Negara, dan
data dari marketplace. Pra-daftar lanjutan dapat dilihat pada Tabel 13.
38
Sensus Ekonomi dilakukan pada 2016. Sensus Tani dilakukan pada 2013.
50
Tabel 13. Pra-daftar Lanjutan
Saat ini, Kemenkop UKM merencanakan untuk memulai pembuatan basis data dengan
memanfaatkan data yang sudah dimiliki, yakni BPUM dan ODS UMKM. Selain itu,
Kemenkop UKM juga berusaha mendapatkan pra-daftar dari dinas koperasi di daerah
dengan melibatkan pemerintah daerah. Untuk memperluas jangkauan data, Kemenkop
UKM mengembangkan metode sendiri untuk memanfaatkan crawling data UMKM yang
diperoleh dari Google Map.
Persiapan kemudian diikuti dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara:
1. Mekanisme pasif melalui sensus
2. Mekanisme aktif melalui pendaftaran mandiri
Ketiga pilihan tersebut memiliki dampak pada pengelolaan dana. Pada opsi pertama, BPS
sudah berpengalaman dalam pengerahan tenaga lapangan dan pengelolaan anggarannya.
Adapun dalam pelaksanaan oleh pihak ketiga secara terpusat koordinasi dan pengelolaan
anggaran dilakukan oleh Kemenkop UKM, sehingga pencatatan dan akuntabilitas
dilaksanakan di satu pintu. Sementara itu, pada pelaksanaan oleh pihak ketiga secara
dekonsentrasi koordinasi dan pengelolaan anggaran dilakukan oleh dinas koperasi dan
UKM di daerah. Mengingat jangkauan wilayahnya yang luas di seluruh Indonesia, proses
rekapitulasi dan pertanggung jawaban akan menjadi lebih rumit dan pengawasan pun
sulit dilakukan.
51
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Saat ini, Kemenkop UKM masih belum dapat menentukan bagaimana kerja sama dapat
dilakukan dengan BPS sebagai satu-satunya badan yang memiliki kapasitas untuk
melakukan pendataan secara nasional. Namun tugas BPS sebagai pembina data adalah
sebagai pengawas sehingga perlu dicari cara lain untuk mengumpulkan data di lapangan.
Tahap Final
Proses pengembangan basis data perlu mengacu pada sejumlah aspek, yang meliputi
standardisasi data, kelengkapan metadata, pembuatan kode referensi, dan penyiapan
sistem untuk interoperabilitas data. Untuk interoperabilitas data, pembahasan akan
diperdalam di bagian infrastruktur.
Pada tahap final akan diproduksi ringkasan pelaporan hasil pengumpulan data, kejelasan
identitas unit usaha, dan identifikasi kelengkapan variabel. Sebaran menurut wilayah dan
klasifikasi yang relevan juga menjadi bagian dari pelaporan. Sehingga, para pengguna data
pada program yang menetapkan pelaku UMKM sebagai sasaran dapat mempelajari dan
turut mengembangkannya.
52
Tabel 14. Manajemen Data
Terkait dengan perencanaan aktivitas pengelolaan data, Kemenkop UKM telah membuat
perencanaan pelaksanaan manajemen data sepanjang 2021-2024 yang disajikan dalam
Bagan 6.
53
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
1. Regulasi sistem tahap 1 1. Pengisian Real Time 1. Pengisian Real Time 1. Utilisasi data UMKM
2. Pemanfaatan data 2. Pemeliharaan & 2. Pemeliharaan & sebagai PNBP
awal pembangunan sistem pembangunan sistem 2. Penyiapan regulasi
3. Fungsi dasar basis data tahap 2 tahap 3 PNBP
a) Verifikasi, Crawler a) Verifikasi Data on Site 3. Mega Portal 3. Inisiatif dan sistem
Media Sosial (Access Leveling) a) Marketplace PNBP
b) Visualisasi data b) Berbagi-pakai tahap I b) Rantai pasok a) Iklan mega portal
c) Pelaporan, analisis 3. Pemantauan tahap 1 c) Investor-Pengusaha b) Data/informasi K-UKM
d) Dashboard, BI tahap 1 a) BI Advance 4. Analisis Big Data c) Komunitas
e) Interoperabilitas tahap b) Sistem pendukung a) Integrasi Antar-K/L d) Skema Fintech &
1 (beberapa K/L) keputusan b) Integrasi internet data Pembiayaan
4. Fungsi keamanan 4. Layanan Tambahan c) Automatic Classification e) Layanan pengolahan
informasi dasar a) Aplikasi Mobile d) Fungsi Rekomendasi data & penyajian info
5. Keamanan informasi e) Analisis Prediktif bagi publik
tahap 2
54
5. LANGKAH AKSI
PENGEMBANGAN SIDT UMKM
Langkah aksi yang dipaparkan pada bab ini memberikan gambaran besar yang mencakup
semua aspek dalam pengembangan SIDT UMKM. Langkah aksi dibuat untuk menjabarkan
apa saja yang harus dikerjakan dalam pengembangan SIDT UMKM untuk menghadapi
berbagai tantangan maupun kondisi eksisting, seperti yang telah dibahas pada bab
sebelumnya. Langkah aksi ini mengacu pada kerangka kerja pengembangan SIDT UMKM,
sebagaimana digambarkan dalam tabel di bawah ini.
Visi dan misi dibuat sesuai dengan Rencana Strategis Nasional Pengembangan UMKM. Mengacu
pada rencana strategis Kemenkop UKM 2019-2024, tujuan pembuatan SIDT mencakup:
Visi:
Mewujudkan SIDT koperasi dan UMKM yang kredibel, andal, dan aman untuk mendukung
pencapaian koperasi yang modern dan peningkatan kelas UMKM.
Visi tersebut kemudian diturunkan menjadi misi yang menjabarkan peran Kemenkop UKM
dalam mencapai visi.
55
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Pembiayaan APBN:
• Infrastruktur
• Pendataan
56
Kerangka Hukum
Aturan mengenai:
• Wali data dan produsen data tingkat kementerian
• Pembentukan gugus tugas atau pokja yang terdiri dari K/L yang terlibat dalam
pembuatan SIDT
• Perjanjian kerja sama antar-kementerian
• Mekanisme pendataan
Proses dimulai dengan mengacu pada kerangka hukum yang merupakan penjabaran
lebih lanjut dari Undang-Undang Cipta Kerja dan PP Nomor 7 Tahun 2021. Selain itu, perlu
dipikirkan dukungan pendanaan pelaksanaan pengembangan SIDT UMKM bisa berjalan.
Proses pembuatan SIDT UMKM dijalankan dengan mengacu pada empat pilar, yaitu tata
kelola, sumber daya manusia, infrastruktur, dan mekanisme pendataan. Semua langkah
dalam proses tersebut mengarah pada pencapaian visi dan misi pengembangan SIDT
UMKM, yang diturunkan dari Rencana Strategis Nasional Pengembangan UMKM yang
relevan dengan pembuatan basis data UMKM.
Dari sisi kerangka hukum, perlu dibuat aturan lebih lanjut terkait dengan:
• Pembentukan gugus tugas atau pokja yang terdiri dari K/L yang terlibat dalam proses
pembuatan SIDT.
• Perjanjian kerja sama antar-kementerian.
• Mekanisme pendataan.
57
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Dalam implementasi langkah aksi berdasarkan kerangka kerja pengembangan SIDT UMKM,
prioritas pelaksanaan dapat dibagi ke dalam tiga kategori waktu, yaitu dalam jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Pembagian pelaksanaan dalam tahapan
waktu ini juga akan membantu dalam pengalokasian sumber daya yang diperlukan.
Berdasarkan pembahasan di atas, dirumuskan urutan langkah aksi untuk jangka pendek
seperti tergambar dalam Bagan 7.
1 2 3 4 5
Dalam pelaksanaannya, rencana strategis ke depan yang bisa menjadi acuan dalam
penyelenggaraan SIDT dijabarkan lagi dalam langkah yang bersifat jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Untuk langkah aksi jangka pendek, perinciannya seperti
dalam Tabel 17.
Tahun 1 (Bulan)
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pembentukan
gugus tugas
2 Regulasi—
keputusan
menteri
3 Persiapan
infrastruktur
4 Persiapan
pendataan
58
Tahun 1 (Bulan)
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5 Pendataan tahap
awal
6 Pembuatan SOP
pendataan
Sumber: Hasil analisis TNP2K
Langkah jangka pendek memakan waktu kurang-lebih satu tahun. Langkah-langkah yang
perlu diambil meliputi:
2. Regulasi—keputusan menteri
Dalam tahap ini, dibuat keputusan menteri yang mendukung pembentukan dan
pelaksanaan tugas oleh gugus tugas dengan memberikan kewenangan kepada gugus
tugas untuk membuat perencanaan dan melakukan koordinasi yang diperlukan dalam
pembuatan SIDT. Koordinasi tersebut termasuk dengan mitra di daerah.
3. Persiapan infrastruktur
Persiapan server yang disertai dengan pembuatan sistem untuk pengintegrasian dan
interoperabilitas data. Dalam tahap ini dirumuskan konfigurasi server dan perangkat
lunak yang diperlukan untuk penginputan dan pengolahan data.
4. Persiapan pendataan
Pembuatan standardisasi data sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
BPS dan penentuan mekanisme pendataan awal berdasarkan pra-daftar dan sumber
data yang tersedia di tahap awal.
6. SOP pendataan
Pembuatan aturan main untuk proses pendataan. Di tahap awal, pendataan mungkin
dilakukan dengan sampling, belum mencakup keseluruhan populasi. SOP dibuat tidak
hanya untuk proses pengumpulan data, tetapi juga untuk menjaga kerahasiaan data.
59
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Untuk pengumpulan data dapat ditetapkan data pokok dan data pendukung. Contoh
konfigurasi data pokok dan data pendukung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
39
Bersifat usulan. Bisa menjadi pertimbangan dalam membuat insentif bagi UMKM untuk mendaftarkan diri.
60
Boks 3. Gugus Tugas bagi Percepatan Pengembangan SIDT UMKM
Pengembangan SIDT UMKM diamanatkan untuk dapat diselesaikan pada tahun 2022.
Keputusan tersebut setidaknya mengindikasikan pentingnya ketersediaan data unit usaha
yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam pelaksanaan program bagi UMKM.
Terbatasnya waktu yang diamanatkan oleh UU Cipta Kerja, menjadikan peran Gugus Tugas
berperan sangat strategis dalam upaya percepatan pengembangan SIDT UMKM. Gugus Tugas
diinisiasi untuk melibatkan K/L terkait yang melaksanakan program pemberdayaan UMKM
maupun memiliki sistem data terkait unit usaha. Dengan pelibatan K/L terkait sebagai anggota
dalam Gugus Tugas, K/L perlu memahami dengan baik peran dan tanggung jawab yang diampu.
Komitmen anggota gugus untuk berpartisipasi secara aktif dan penuh tanggung jawab sangat
diperlukan dalam percepatan pengembangan SIDT UMKM.
Untuk pembentukan Gugus Tugas Pengembangan SIDT UMKM, diusulkan susunannya seperti
dalam Tabel 18.
Tabel 18. Usulan Tugas dan Tanggung Jawab Gugus Tugas Pengembangan SIDT UMKM
Kementerian/
No Tanggung Jawab Penjelasan
Lembaga
1 Kemenkop UKM Wali data dan • Mengelola SIDT UMKM
wewenang kordinasi • Menentukan format pengisian dan
dengan K/L lain dalam pemutakhiran data
gugus tugas • Melaksanakan kegiatan pendataan
dan pengelolaan data
2 Kemenko Bersama Kemenkop • Mengintegrasikan program
Perekonomian UKM sebagai pemberdayaan UMKM di setiap
koordinator program kementerian
pemberdayaan UMKM • Menentukan format basis data
tunggal yang dapat mendukung
program pemberdayaan UMKM
3 Kementerian Koordinator • Membuat program perencanaan
PPN/Bappenas perencanaan pengembangan basis data UMKM
di setiap kementerian agar bisa
terintegrasi dalam SIDT UMKM
• Mengajukan anggaran untuk
pelaksanaan
4 Kemenkominfo Dukungan infrastruktur • Mempersiapkan infrastruktur data
dan visi Satu Data (sebagai bagian dari Pusat Data
Indonesia Nasional)
• Mempersiapkan teknis pengisian data
untuk mendukung SIDT UMKM
5 BPS Dukungan teknis • Melakukan pendampingan dalam
pelaksanaan proses persiapan dan pencacahan
data dengan variabel data sesuai
dengan SIDT UMKM
61
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Kementerian/
No Tanggung Jawab Penjelasan
Lembaga
6 TNP2K Dukungan teknis • Membuat peta jalan untuk pembuatan
pelaksanaan dan SIDT UMKM
sistem pemantauan- • Bersama BPS mengembangkan
evaluasi mekanisme pelaksanaan pendataan
hingga pengelolaan data
• Mendukung sistem pemantauan setiap
tahapan pelaksanaan dengan mengacu
pada pengalaman mengelola BDT
7 Satu Data Dukungan teknis • Mendukung koordinasi dengan K/L
Indonesia pelaksanaan dan pengintegrasian data
8 K/L mitra K/L, BUMN, dan dunia • Menyiapkan format data sesuai SIDT
pemilik data usaha yang memiliki UMKM
data atau program
pengembangan
kapasitas UMKM
Sumber: Hasil analisis TNP2K
Dalam jangka pendek, keputusan menteri dapat memberikan wewenang kepada gugus
tugas dalam melakukan kegiatan yang bersifat teknis, seperti pendataan dan persiapan
infrastruktur. Dalam jangka yang lebih panjang, kemungkinan akan dibutuhkan regulasi
yang lebih tinggi untuk memberi kewenangan yang lebih luas kepada gugus tugas dalam
melakukan koordinasi antar-K/L.
62
Dalam jangka pendek, gugus tugas dapat memprioritaskan untuk menentukan ruang
lingkup, struktur, dan mekanisme pendataan yang akan dilakukan. Dalam hal ini
mekanisme pendataan terdiri dari:
• Pengumpulan data dari K/L dan pemangku kepentingan lainnya.
• Sensus atau survei langsung ke pelaku UMKM.
• Pendaftaran mandiri oleh UMKM dan insentif yang diperlukan.
Untuk pengumpulan data dari K/L dan pemangku kepentingan lainnya, Gugus Tugas
melakukan koordinasi yang diperlukan, termasuk mendapatkan dukungan dari SDI,
KSP, Kemenko Perekonomian, Kemenkominfo, BPS, dan instansi lain seperti yang telah
disebutkan sebelumnya.
Tahap selanjutnya adalah perluasan pendataan. Jika pada tahap awal pendataan hanya
memanfaatkan data yang ada, pada tahap ini pendataan dilakukan lebih intensif melalui
sensus atau survei terhadap pelaku UMKM. Selain itu, pendataan juga bisa dilakukan dengan
mendorong pendaftaran mandiri oleh UMKM memanfaatkan program pemberdayaan atau
insentif lainnya. Untuk menjaga kualitas data, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap pelaksaan pendataan yang telah dan akan dilakukan dengan menetapkan KPI di
setiap tahapan pendataan.
Tahun 2 Tahun 3
No. Kegiatan
Semester I Semester 2 Semester I Semester 2
Pemantauan dan
1
evaluasi
Regulasi— Inpres/
2
Perpres
3 Sensus atau survei
Program untuk
4
pendaftaran mandiri
Pengolahan dan
5
pemanfaatan data
Sumber: Hasil analisis TNP2K
63
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
2. Regulasi—inpres/perpres
Dalam tahap ini dirumuskan dukungan regulasi yang dibutuhkan lebih lanjut dalam
pelaksanaan pendataan yang lebih luas, terutama dalam memberikan wewenang
kepada Kemenkop UKM melalui gugus tugas untuk melakukan koordinasi dengan K/L.
Dalam tahapan jangka menengah ini dilakukan pendataan lanjutan. Data dikumpulkan
dari hasil sensus, K/L pemilik data, pendaftaran mandiri, ataupun sumber data lainnya.
Potensi pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
64
Tabel 21. Potensi Pengumpulan Data
Untuk jangka panjang, yakni setelah tiga tahun, kegiatan lebih bersifat pemeliharaan
dan pemutakhiran sistem yang sudah dibangun, dengan melakukan penyesuaian
terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi. Perluasan proses pendataan melalui
pendaftaran mandiri oleh pelaku UMKM dapat dilakukan bekerja sama dengan program
pemberdayaan UMKM yang diselenggarakan oleh Kemenkop UKM sendiri ataupun dengan
K/L dan pemangku kepentingan lain.
65
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
66
Boks 4. Program Quick Wins Tahun Pertama
Pengumpulan dan pemutakhiran data UMKM direncanakan dimulai pada 2022 karena masih
ada dua program utama yang masih diselesaikan pada 2021, yaitu standardisasi data dan
penyiapan infrastruktur awal. Namun, pada tahun pertama ini bisa diimplementasikan
program quick wins yang bisa memberikan gambaran awal terkait penggunaan dan
pemanfaatan basis data tunggal UMKM.
Program quick wins dapat menjadi pondasi bagi aksi langkah jangka pendek hingga aksi jangka
panjang, salah satunya dengan mengandalkan data awal yang sekarang sudah dimiliki oleh
Kemenkop UKM. Sebelum dimanfaatkan untuk keperluan penyajian informasi, analisis, dan
pemantauan, data awal yang ada memerlukan restrukturisasi atribut (feature engineering).
Adapun program quick wins yang perlu mendapatkan prioritas, antara lain:
1. Konsolidasi data
Merupakan proses agregasi dan segregasi data, baik yang sudah dipunyai oleh
Kemenkop UKM maupun data yang bisa dikumpulkan dari instansi pemerintah pusat
dan daerah yang terkait.
2. Pelaporan
Setelah dikonsolidasi, data bisa diolah dan disajikan dalam format yang lebih mudah
dipahami berupa informasi yang sesuai kebutuhan dan konteksnya. Pelaporan atau
reporting ini berupa format tabular ataupun grafis.
67
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
PENUTUP
Pemberdayaan UMKM merupakan salah satu prioritas nasional mengingat peran UMKM
yang sangat besar terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. Adanya SIDT
UMKM akan sangat membantu penetapan target penerima manfaat program pemerintah
yang terkait dengan UMKM, dan menghindari terjadinya tumpang-tindih program yang
saat ini tersebar di berbagai K/L.
Proses pembuatan SIDT UMKM harus melewati berbagai tahapan, yang berusaha dirumuskan
dalam buku ini untuk menjadi acuan dan peta jalan bagi Kemenkop UKM sebagai leading
sector pengembangan UMKM. Dengan mengacu pada berbagai pembelajaran, baik dari luar
negeri maupun dari pengalaman Indonesia sendiri, serta panduan yang dibuat oleh UNEP
dan McKinsey, peta jalan dalam buku ini menggunakan kerangka kerja yang terdiri dari
empat pilar, yaitu tata kelola, infrastruktur, sumber daya manusia, dan manajemen data.
Dalam peta jalan tersebut, terdapat tujuan ideal yang ingin dicapai dan analisis terhadap
kondisi saat ini. Kemudian dari gap yang ada, dibuat usulan untuk langkah tindak lanjut
dalam bentuk tahapan-tahapan yang harus dilakukan.
Dari hasil kajian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa masih banyak gap yang harus
diisi untuk menjadi agenda Kemenkop UKM selanjutnya. Sebagai contoh, masih diperlukan
upaya khusus untuk berkoordinasi dengan K/L lain guna mendorong keterlibatan mereka
dalam proses pengembangan SIDT UMKM. Kemenkop UKM juga masih perlu meningkatkan
kapasitas sumber daya mausianya agar mampu mengelola basis data nasional—fungsi
yang umumnya dijalankan oleh pusdatin. Untuk itu, pembentukan gugus tugas diharapkan
dapat mendorong dan mengakselerasi proses kerja sama dengan berbagai pemangku
kepentingan, termasuk di dalamnya usaha untuk mendapatkan dukungan regulasi.
68
DAFTAR PUSTAKA
Bisnis.com. 2020, November. “Pembentukan Pusat Data UMKM, Pemerintah Tak Bisa Sendirian”.
Diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20201116/9/1318301/pembentukan-
pusat-data-umkm-pemerintah-tak-bisa- sendirian. Diakses pada 6 Mei 2021.
BPS. 2020. Analisis Hasil Survei Dampak COVID-19 terhadap Pelaku Usaha.
BPS. 2019. Analisis Hasil SE2016 Lanjutan: Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil.
DAMA International. 2017. DAMA DMBOK – Data Management Body of Knowledge. Technics
Publications: Basking Ridge, New Jersey, USA. Diakses dari https://www.TechnicsPub.
com.
Dong, Sarah. Out of the Shadow: Encouraging Online Registration of Micro and Small
Businesses through a Randomized Controlled Trial. Melbourne: Crawford School of
Public Policy, Australian National University, March 2021. Working Papers in Trade
and Development No. 2021/05.
Hachinohe University Research Institute and Daiwa Institute of Research. 2008. Development
of Database on Corporate Credit Information for ASEAN Plus Three Financial Ministers
Meeting, Research Group.
ILO. 2020. The Clock is Ticking for Survival of Indonesian Enterprises, Jobs at Risk.
Investor.id. 2021, Februari. “Basis Data Tunggal UMKM Jadi Prioritas Kemenkop UKM”. Diakses
dari http://brt.st/74NI. Diakses pada 23 Februari 2021.
McKinsey & Company. 2009. The National Credit Bureau: A Key Enabler of Financial
Infrastructure and Lending in Developing Economies. McKinsey Working Paper on Risks
No. 14 December 2009.
Nicholas Burger, et al. 2015. SME Databases: International Practices and Opportunities for
Indonesia. RAND Labor and Population, Working Paper May 2015, prepared for
TNP2K.
Paul, Ahita. 2018. High Level Task Force Report Summary. Public Credit Registry for India. PRS
Legislative Research, Institute for Policy Research Studies, New Delhi, July 2, 2018.
69
SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL UMKM
Powell, et al. 2004. Improving Credit Information, Bank Regulation and Supervision: On the
role and design of Public Credit Registries. World Bank Policy Research Working Paper
3443, November 2004.
Republika Online. 2021, 28 Mei. “Sri Mulyani akan terbitkan aturan NIK dan NPWP digabung”.
Diakses dari https://www.republika.co.id/berita/qttl59368/sri-mulyani-akan-
terbitkan-aturan-nik-dan-npwp-digabung. Diakses pada tanggal 31 Mei 2021.
TNP2K. 2013. Pembangunan Basis Data Terpadu, untuk mendukung Program Perlindungan
Sosial. Jakarta: TNP2K.
TNP2K. 2021. Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
di Indonesia. Kajian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia.
UNEP. 2019. Roadmap for National LCA Database Development: Guidance and Recommendations
from Around the World. United Nations Environment Program, Economy Division –
Life Cycle Initiative Unit.
70
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN - TNP2K
Jl. Kebon Sirih No. 35, Jakarta Pusat 10110
Tel : +62 (0) 21 391 2812
Fax : +62 (0) 21 391 2511
Surel : info@tnp2k.go.id
Web : www.tnp2k.go.id
Copyright 2021