Anda di halaman 1dari 10

3).

FUNGSI PERKERASAN
1. Lapis Permukaan Perkerasan
a. Functional (Non Struktural)
- Peran ini sepenuhmya ditanggung oleh lapis aus (wearing
course)
-Lapis kedap air: mencegah masuknya air ke dalam lapisan
perkerasan yang ada dibawahnya.
-Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan
dapat berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup
-Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia
koefisien gesek yang cukup.
Jika base course terbuat dari bahan campuran yang -Sebagai lapisan aus : lapis yang dapat aus yang selanjutnya
menggunakan bahan ikat aspal, maka base course dinamai dapat diganti lagi dengan yang baru.
Asphalt Concrete Base (AC-Base) atau biasa juga disebut b. Struktural :.
-Peran ini ditanggung oleh seluruh lapisan terutama lapisan di
Asphalt Treated Base (ATB) Course.
bawah lapis aus yaitu lapis pengikat (binder course - BC)
-ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang
diterima oleh perkerasan, baik beban vertikal maupun beban
horisontal/geser
2. Lapis Pondasi Perkerasan
Terletak antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah (atau dengan
tanah apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah)
Berfungsi untuk:
-Lapis pendukung bagi permukaan Pemikul beban horisontal dan vertikal
-Lapis peresapan bagi lapis pondasi bawah
3. Lapis Pondasi Bawah Perkerasan
Terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar
Berfungsi untuk:
Penyebar beban roda
Lapis peresapan
Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi
Lapis pertama pada pembuatan perkerasan
4. Tanah Dasar atau Subgrade
Permukaan tanah semula, permukaan tanah galian atau
permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan dasar
untuk peletakkan bagian-bagian perkerasan lainnya.
Indikasi kekuatan adalah CBR lapangan.
CBR lapangan = (90 : 100) % x CBR laboratorium
Bahan Perkerasan 2017/2018 Pendahuluan --- 7
PERENCANAAN PERKERASAN
1. PERENCANAAN PERKERASAN
Dikelompokkan menjadi:
Structural pavement design: menentukan tebal perkerasan dan bagian-
bagiannya, misal: tebal lapis permukaan, tebal slab dan lain-lain.
Paving mixture design: menentukan jenis dan kualitas bahan yang akan
digunakan untuk lapis-lapis perkerasan, misal: Contoh Perhitungan:
persyaratan aspal, batu, kualitas beton aspal dan lain-lain. Permulaan periode beban normal 12 ton adalah pada tahun 2020, yaitu 2 tahun
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu: setelah 2018.
a. Kinerja/performance perkerasan : berkaitan dengan lalu lintas, yaitu LHR 2021 = LHR x (1 + i)n
volume lalu lintas dan beban gandar kendaraan yang akan dilewatinya. = 4 x (1 + 0,035)2
b. Umur dari kinerja atau umur rencana. Umur rencana adalah waktu = 4,285
dalam tahun dihitung sejak perkerasan (jalan) dibuka untuk lalu lintas Tabel VDF faktual dan VDF Normal dari Tabel 2.5
Untuk nilai R dihitung menggunakan persamaan 2.3
sampai saat diperlukan perbaikan berat. Selama umur perkerasan
diharapkan bebas dari pekerjaan perbaikan berat.
c. Kondisi awal dan kondisi akhir perkerasan, yaitu berkaitan
dengan kondisi perkerasan (cacat/keruskan) pada awal umur rencana
dan tingkat perkerasan yang masih dapat diterima pada akhir umur
rencana.
Bahan Perkerasan 2017/2018 Pendahuluan --- 8
2. BEBAN
Lalu lintas
- Arah Vertikal : beban roda (statis dan Dinamis)
- Arah horisontal : gaya rem, gaya traksi
Faktor Regional = suhu, jumlah kendaraan berat
3. UMUR RENCANA
Pada umumnya umur rencana berkisar antara 5, 10, 15 dan 20 tahun
4. BENTUK DASAR KERUSAKAN PERKERASAN
Akibat beban lalu lintas, maka perkerasan akan mengalami
penurunan kinerja dan kualitas, yang berarti perkerasan
mengalami kerusakan. Detail penjelasan tentang kerusakan jalan
disampaikan pada bab tersendiri.
Penyebab utama kerusakan:
lalulintas (frekuensi pembebanan dan beban gandar),
Faktor regional,
tanah dan tanah dasar,
Bahan jalan / perkerasan:
o bahan,
o perencanaan,
o pelaksanaan, atau
o pengawasan
Perhitungan Beban Sumbu Standar Kumulatif (CESA) Nilai CESA didapat
dari perhitungan menggunakan Persamaan 2.2. Perhitungan CESA
dengan umur rencana 20 Tahun dan faktor perkembangan lalu lintas
selama umur rencana sebesar 3,5% per Tahun dengan menggunakan VDF
Penentuan Tebal Perkerasan
Penentuan tebal perkerasan dapat dilihat pada Tabel 2.6 yaitu
bagan desain
perkerasan lentur. Parameter yang didapat adalah sebagai
berikut:
1. Besar nilai kumulatif beban sumbu 20 tahun pada lajur rencana
1,4x 105
CESA5;
2. Jenis perkerasan yang digunakan adalah perkerasan lentur
(lataston).
Berdasarkan parameter tersebut maka tebal perkerasan yang
dipilih adalah tebal perkerasan pada Tabel 2.6 dan Tabel 4.3
memperlihatkan tebal lapisan perkerasan yang diperoleh.
Contoh perhitungan:
Tabel 4.3 Tebal Lapisan Struktur Perkerasan
- Kelas kendaraan = Mobil Penumpang
Struktur Perkerasan Tebal Lapisan
- Konfigurasi sumbu = 1.1
(mm)
- Berat Kosong = 1,5 ton (Gambar 2.4)
HRS WC 50
- Berat Muatan = 0,5 ton (Gambar 2.4)
HRS BASE -
- Berat Total Maksimum = 2,0 ton (Gambar 2.4)
LPA Kelas A 150
- Distribusi Beban = 50% - 50% (Gambar 2.4)
LPB Kelas B 150
- Berat Beban Per Sumbu = 50% x Berat Total Maksimum = 50% x
4.3 Metode AASHTO 1993
2,00 ton
Perencanaan tebal lapis perkerasan jalan dalam penelitian ini
= 1,0 ton
menggunakan metode AASHTO 1993. Data-data yang digunakan
Berat mobil penumpang untuk roda depan dan roda belakang
yaitu, data lalu lintas, dan tipe perkerasan jalan dan Jenis
masing-masing 1,0 ton.
perkerasan .
4.3.4 Perhitungan Nilai Ekuivalen Umur Rencana 20 Tahun
4.3.1 Data Perhitungan Tebal Perkerasan Lentur
Nilai ekuivalen ditentukan berdasarkan Tabel 2.9 dan Tabel 2.10
Data-data yang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan
dengan mengasumsikan nilai SN adalah 2 yang disesuaikan
Lentur adalah Jalan Laha – Negeri Lima adalah sebagai berikut:
dengan berat kendaraan. Hasil Nilai Ekivalen untuk Umur Rencana
Data Lalu Lintas Harian Rata-Rata:
20 Tahun dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.
- Sepeda Motor= 1596
- Sedan, Jeep, St. Wagon = 323
- Agkutan Penumpang Sedang = 497
- Pick Up, Micro Truck, Mobil Hantaran = 370
- Bus Kecil = 44
- Bus Besar = 4
- Truk 2 Sumbu, 4 roda = 52
- Truk 2 Sumbu, 6 roda= 2
- Tipe Jalan = 2/2 UD
- Jenis Permukaan = laston
- Fungsi Jalan = Kolektor
- Tingkat Reliabilitas = urban
- CBR Tanah Dasar= 2,5 %
- Umur rencana (UR) = 20 tahun Contoh perhitungan:
- Laju Pertumbuhan Lalu Lintas(i)= 3,5 per tahun - Kelas kendaraan = Mobil Penumpang
Data asumsi: - Konfigurasi sumbu = 1.1
-SN1 = 1 - SN = 2
-SN = 2 - E0,9 = 0,0004 (Tabel 2.9)
- Kualitas Drainase = sangat baik - E1,8 = 0,004 (Tabel 2.9)
- Nilai IRI = >1m/km - E1,0 = 0,0004 – [(1,0 – 0,9) / (1,8 – 0,9)] x (0,0004 – 0,004)
- % Kadar Air Mendekati Jenuh = <1 = 0,0008
Perencanaan Tebal Perkerasan lentur Dengan Umur Rencana 20 - Total Ekievalen = 0,0008 + 0,0008
Tahun = 0,0016
Berdasarkan data-data diatas, perencanaan tebal lapisan 4.3.5 Menentukan Faktor Distribusi Arah (DA) dan Faktor
perkerasan Jalan Laha – Negeri Lima dengan menggunakan Distribusi Lajur (DL)
metode AASHTO 1993 dengan umur rencana 20 tahun dilakukan Dari rentang Faktor Distribusi Arah (DA) 0,3-0,7, diambil nilai DA
dalam beberapa tahapan. Mulai dari perhitungan Distribusi adalah 0,5. Sedangkan Faktor Distribusi Lajur (DL) diambil nilai
Sumbu Beban Kendaraan, Repetisi. 100% disesuaikan dengan jumlah jalur per arah yaitu 1 jalur per
4.3.3 Distribusi Sumbu Beban Kendaraan arah berdasarkan Tabel 2.8
Distribusi sumbu beban kendaraan dapat dilihat pada Tabel 4.4 4.3.6 Menentukan Faktor Umur Rencana 20 Tahun
yang ditentukan berdasarkan berat total maksimum dalam satuan Faktor Umur Rencana (N) sama dengan 20 tahun dapat
ton. ditentukan dalam dua cara yaitu berdasarkan Tabel 2.12 dan
Rumus 2.6, dengan mengasusmsikan nilai Laju Pertumbuhan Lalu
Lintas daerah yang terdekat dengan Provinsi Maluku yaitu Prov
insi Sulawesi Utara adalah 3,5%. Dari hasil tabel dan rumus
menunjukkan nilai faktor umur rencana adalah 28,27968181.
N = [(1 + i)UR– 1)] / i dengan mengasumsikan nilai persenan waktu struktur perkerasan
= [(1 + 0,035)20– 1)] / 0,035 dipengaruhi oleh kadar air yang mendekati jenuh yaitu <1%,
= 28,27968181 sehingga didapatkan rentang 1,40-1,35 dan diambil nilai koefisien
4.3.7 Perhitungan Repetisi Beban Selama Umur Rencana 20 Tahun drainase adalah 1,4.
Dalam perhitungan Repetisi Beban Selama Umur Rencana harus 4.3.10 Perhitungan Modulus Resilient (MR)
diketahui data Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR), Faktor Nilai Modulus Reslient (MR) dihitung dengan menggunakan
Distribusi Arah (DA), Faktor Distribusi Lajur (DL) dan Faktor Umur Rumus 2.8 atau Rumus 2.6 dengan diketahui nilai CBR tanah dasar
Rencana (N). Nilai lalu lintas harian rata-rata akan dikalikan 2,5%. Nilai MR juga dapat dientukan dengan menggunakan Tabel
dengan nilai ekivalen seperti pada Tabel 4.6. Tabel 4.7 2.17.
memperlihatkan nilai repetisi beban selama umur rencana. MR = 2555(CBR tanah dasar)^0,64
= 2555(2,5)0,64
= 4.592,747 psi
4.3.11 Menentukan Indeks Permukaan Awal (IP0) dan Indeks
Permukaan Akhir (IPt)
Nilai Indeks Permukaan Awal (IP0) ditentukan berdasarkan Tabel
2.18 dengan diasumsikan jenis lapis permukaan adalah lapis aspal
beton (laston) dengan nilai Roughness (IRI) adalah > 1 m/km. Dari
hasil tabel didapatkan nilai indeks permukaan awal adalah dengan
rentang 3,9-3,5 dan diambil nilai IP0 sama dengan 3,5.
Nilai Indeks Permukaan Akhir (IPt) ditentukan berdasarkan Tabel
2.19 dengan diasumsikan fungsi jalan adalah kolektor. Dari hasil
tabel didapatkan nilai Indeks Permukaan Akhir adalah 2.5.
4.3.12 Perhitungan Nilai Structural Number (SN) Umur Rencana
Contoh perhitungan: 20 Tahun
Kelas kendaraan = Mobil Penumpang Nilai Structural Number (SN) ditentukan dengan menggunakan
Konfigurasi sumbu = 1.1 rumus. Untuk mencari nilai Structural Number ada beberapa data
LHR = 497 kendaraan/hari/2 yang harus diketahui terlebih dahulu yaitu:
arah Nilai Ekiuvalen = 0,0016 W18 =20.479,014ss/ur/lajur
Berat Beban Per Sumbu = LHR x Nilai Ekiuvalen ZR = -0,841
= 497x 0,0016 FR = 2,17
= 0,80 S0 = 0,4
Ip0 = 3,5
Ipt = 2,5
MR tanah dasar = 4.592,747 psi

Contoh perhitungan:
Kelas kendaraan = Mobil Penumpang
Konfigurasi sumbu = 1.1 Perhitungan Tebal Perkerasan lentur Umur Rencana 20 Tahun
LHR x E = 0,80 Perhitungan Tebal Lapis Perkerasan lentur dapat diketahui
DA = 0,5 dengan menggunakan Rumus 2.4 dengan diketahui data yaitu:
DL = 1,0 a1, a2, a3 = 0,40,14,0,13
N = 28,2797 SN1, SN2, SN3 =1, 1,8, 2
W18 mobil penumpang = ∑ LHRi x DA x DL x 365 x N m2,m3 = 1,4
= 0,80x 0,5 x 1,0 x 365 x 28,2797
= 4104,061 lss/ur/lajur
W18 total = 20479,014 lss/ ur/lajur
4.3.8 Menentukan Reliabilitas (R)
Reliabilitas (R) dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel 2.13
dengan asumsi fungsi jalan adalah kolektor serta jenis
rekomentasi tingkat reliabilitas adalah urban sehingga didapatkan
rentang 80%-90% dan diambil nilai Reliabilitas adalah 80%.
Dengan Tabel 2.14 diasumsikan nilai Deviasi Standar sebesar 0,4
dan persenan Reliabilitas 80% akan disapatkan nilai ZR adalah -
0,841 dan nilai FR adalah2,17.
4.3.9 Menentukan Koefisien Drainase (m)
Dalam menentukan nilai Koefisien Drainase (m), terlebih dahulu
diketahui kualitas drainase berdasarkan lamanya air mengalir
sesuai dengan Tabel 2.15 dan diasumsikan kualitas drainase baik
dengan lama waktu air hilang dipermukaan adalah 2 jam. Tabel
2.16 digunakan untuk menentukan koefisien drainase (m)
3) Koefisien Distribusi Kendaraan
Jalur kendaraan pada ruas jalan Palbapang-Barongan-Imogiri ini
berjenis 2 jalur 2 arah tanpa median (2/2 UD), sehingga
A. Perhitungan Tebal Perkerasan Jalan Menggunakan Metode berdasarkan Tabel 3.2, nilai Koefisien Distribusi Kendaraan (C)
Analisa bernilai 0,5.
Komponen SKBI 1987 4) Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Dalam perencanaan tebal perkerasan jalan diperlukan beberapa Dari data sekunder yang didapat diketahui jenis kendaraan yang
data yang diperlukan untuk menghitung tebal lapis melintasi ruas jalan Palbapang-Barongan-Imogiri adalah Mobil
perkerasannya. Berikut adalah data-data yang diperoleh dari Penumpang 2 Ton, Minibus 3,5 Ton, Mobil hantaran 3,5 Ton, Bus
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Daerah Istimewa Kecil 6 Ton, Bus Besar 9 Ton, Truk Kecil 2 Sumbu 8,3 Ton, Truk
Yogyakarta, untuk menghitung tebal lapis perkerasan yang Besar 3 Sumbu 25 Ton, dan Truk Semi Trailer 42 Ton.
diperlukan. Pada jenis kendaraan dengan berat sumbu dibawah 16 Ton bisa
1) Data perencanaan tebal lapis perkerasan menggunakan Tabel 3.3, atau bisa menggunakan persamaan
a. Jalan dibuka pada tahun = 2016 berikut ini.
b. Pertumbuhan lalu lintas (i) = 3,5 %
c. Umur Rencana (UR) = 20 Tahun
d. Direncanakan bahan yang digunakan untuk susunan lapis
perkerasan :
i. Lapisan Permukaan = Lasbutag MS 590 Kg
ii. Lapisan Pondasi Atas = Batu pecah (Kelas A)
iii. Lapisan Pondasi Bawah = Sirtu (Kelas A)
e. Tipe jalan yang digunakan adalah 2 lajur 2 arah tanpa median
(2/2 UD)
2) Lalu Lintas Rencana
Data lalu lintas rencana (LHR) ini merupakan data sekunder, yang
diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Berikut adalah komposisi lalu lintas
kendaraan pada ruas jalan Palbapang-Barongan-Imogiri, terletak
di Palbapang – Makam Imogiri Sta. (0+000) sampai Sta. (7+425)
dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini

Dari data lalu lintas tahun 2015 yang ditunjukkan pada Tabel 5.1
dapat dihitung nilai LHR akhir umur rencana 2035 menggunakan
persamaan 3.4.
Berikut contoh perhitungan LHR akhir umur rencana untuk
kendaraan Mobil Penumpang (Gol.2).
LHR20 = LHR0 x (1 + i)UR
= 1639 x (1 + 0,035)20
= 3262 Kendaraan
Berikut ini hasil perhitungan LHR akhir umur rencana 2035
seluruh jenis kendaraan, dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
5) Lintas Ekivalen Kendaraan
Dari data LHR akhir umur rencana, Koefisien Dsitribusi Kendaraan
(C), dan Angka Ekivalen (E). Bisa menghitung Lintas Ekivalen 9) Faktor Regional
Permulaan (LEP) dan Lintas Ekivalen Akhir (LEA). Berikut adalah Pada Faktor Regional diperlukan data curah hujan, persen
contoh perhitungan untuk nilai LEP dan LEA untuk jenis kelandaian jalan, dan persen kendaraan berat. Berikut data-data
kendaraan Mobil Penumpang 2 Ton. sekunder yang didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum Bina
LEP = LHR0 x C x E Marga Provinsi DIY.
= 1639 x 0,5 x 0,0004 Curah hujan = 90,76 mm/th
= 0,3278 Persen Kelandaian Jalan = 6 %
LEA = LHR20 x C x E Persen Kendaraan Berat = 24,7 %
= 3262 x 0,5 x 0,0004 Sehingga dari data sekunder diatas dapat ditentukan nilai Faktor
= 0,6524 Regional (FR) pada ruas jalan Palbapang-Barongan-Imogiri Sta.
Berikut ini hasil perhitungan LEP dan LEA untuk semua jenis (0+000) sampai Sta. (7+425) dengan menggunakan Tabel 3.4
kendaraan, dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut. adalah 1.
10) Indeks Permukaan
a. Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)
Direncanakan lapis permukaan menggunakan Lasbutag dengan
Roughness ≤ 2000 mm/km, sehingga berdasarkan Tabel 3.6
diperoleh nilai IPo 3,9 – 3,5.
b. Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IPt)
Dari data sekunder yang didapatkan manfaat jalan pada ruas jalan
Palbapang-Barongan-Imogiri Sta. (0+000) sampai Sta. (7+425)
merupakan jalan Kolektor dengan nilai LER berdasarkan
6) Lintas Ekivalen Tengah (LET) perhitungan adalah 298,8886 sehingga berdasarkan Tabel 3.5
Setelah didapatkan nilai LEP dan LEA dapat dicari nilai Lintas diperoleh nilai IPt 2,0.
Ekivalen Tengah (LET) dengan persamaan 3.7 berikut ini. 11) Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
LET = 1/2x (∑LEP + ∑LEA) Berdasarkan nilai IPo 3,9 – 3,5 dan IPt 2,0 maka nomogram yang
= 1/2x (99,9318 + 198,9567) digunakan adalah nomogram 4. Kemudian nilai Indeks Tebal
= 149,4443 Perkerasan (ITP) dapat ditentukan dengan memasukkan data-data
7) Lintas Ekivalen Rencana (LER) berikut kedalam nomogram 4:
Setelah mendapatkan nilai LET dapat dicari nilai Lintas Ekivalen a. DDT = 5,4
Rencana (LER) dengan persamaan 3.8 berikut ini. b. LER = 298,8886
LER = LET x FP c. FR = 1
= 149,4443 x 20/10
= 298,8886
8) Daya Dukung Tanah (DDT)
Pada ruas jalan Palbapang-Barongan-Imogiri nilai Modulus
Resilient (MR) tanah dasar 10.950 dan nilai CBR tanah dasar
adalah 7,3%. Sehingga Daya Dukung Tanah (DDT) dapat dicari
dengan Persamaan 3.9 seperti dibawah ini.
DDT = 4,3 log CBR + 1,7
= 4,3 log 7,3 + 1,7
= 5,4
Selain menggunakan Persamaan 3.9 diatas, mencari nilai Daya
Dukung
Tanah (DDT) juga dapat menggunakan grafik korelasi antara nilai
CBR dan DDT seperti pada Gambar 3.2. Berikut cara mencari nilai
DDT menggunakan grafik korelasi nilai CBR dan DDT Gambar 5.1
Berdasarkan nomogram 4 di atas didapatkan nilai ITP sebesar 7,2 Dari data-data di atas dapat menghitung analisis lalu lintas,
sehingga tebal lapis perkerasan masing-masing dapat diketahui menggunakan persamaan 3.11 dan 3.12. Berikut ini contoh
bedasarkan dari jenis bahan lapis perkerasan. perhitungan pada jenis kendaraan Mobil Penumpang 2 Ton.
12) Tebal Lapis Perkerasan Ŵ18 = LHR0 x E x DD x DL
a. Lapis Permukaan (Surface Course) Ŵ18 = 1639 x 0,0004 x 0,5 x 0,9 = 0,29502
Lapis Permukaan direncanakan menggunakan Lasbutag MS 590 kg
sehingga tebal minimum (D1) yang diijinkan berdasarkan Tabel
3.8 dengan nilai ITP 7,2 adalah 7,5 cm.
b. Lapis Pondasi Atas (Base Course)
Lapis Pondasi Atas direncanakan menggunakan Batu Pecah (Kelas
A) sehingga tebal minimum (D2) yang diijinkan berdasarkan Tabel
3.8 dengan nilai ITP 7,2 adalah 20 cm.
c. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)
Lapis Pondasi Bawah direncanakan menggunakan Sirtu (Kelas A)
sehingga dengan perhitungan persamaan 3.10 didapatkan tebal
minimum lapis pondasi bawah seperti berikut ini.
ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3
7,2 = (0,31 x 7,5) + (0,14 x 20) + (0,13 x D3)
7,2 = 2,325 + 2,8 + 0,13 D3
7,2 = 5,125 + 0,13 D3
7,2 – 5,125 = 0,13 D3
2,075 = 0,13 D3
D3 = 15,96 → 16 cm
Dari perhitungan di atas didapat tebal masing-masing lapis
perkerasan
sebagai berikut :
Lapis Permukaan = Lasbutag MS 590 kg (7,5 cm)
Lapis Pondasi Atas = Batu Pecah kelas A (20 cm)
Lapis Pondasi Bawah = Sirtu kelas A (16 cm)
B. Perhitungan Tebal Perkerasan Jalan Menggunakan Metode
AASHTO 1993
1) Analisis Lalu Lintas
Pada analisis lalu lintas ini diperlukan beberapa data untuk
penyelesaiannya. Berikut data-data yang diperlukan dalam
pehitungan analisis lalu lintas dengan Metode AASHTO 1993. 2) Indeks Kemampuan Pelayanan
a. Lalu Lintas Harian (LHR) Pada indeks kemampuan pelayanan ini terdapat 3 bagian yaitu
Indeks
Kemampuan Pelayanan Akhir (Pt), Indeks Kemampuan Pelayanan
Awal (Po)
dan Kehilangan Kemampuan Pelayanan ( PSI). Pada ruas jalan
PalbapangBarongan-Imogiri ini merupakan Jalan raya utama
dengan menggunakan lapis
perkerasan lentur atau perkerasan aspal, sehingga nilai Pt dan Po
sebagai
berikut.
Pt = 2,0 (Jalan raya dengan lalu lintas rendah)
Po = 4,2 (Perkerasan aspal atau perkerasan lentur)
b. Dari nilai Indeks Kemampuan Pelayanan Akhir (Pt) dan nilai Indeks
b. Angka Ekivalen (E) Kemampuan Pelayanan Awal (Po) di atas, dapat dihitung
Pada penelitian ini angka ekivalen digunakan sama dengan angka Kehilangan
Ekivalen pada Metode Analisa Komponen SKBI 1987. Sehingga Kemampuan Pelayanan ( PSI) dengan persamaan 3.13 sebagai
nilai ekivalen dapat disajikan dalam Tabel 5.6 berikut ini. berikut.
c. Faktor Distribusi Arah dan Lajur (DD dan DL) PSI = Po - Pt
Pada ruas jalan Palbapang-Barongan-Imogiri tipe jalan yang PSI = 4,2 – 2,0
digunakan adalah 2/2 UD sehingga mengacu pada peraturan PSI = 2,2
AASHTO 1993 dan Tabel 3.10, nilai Distribusi Arah (DD) dan 3) Reliabilitas (R) dan Devisi Standar Normal (ZR)
Distribusi Lajur (DL) sebagai berikut. Ruas Jalan Palbapang-Barongan-Imogiri merupakan tipe Jalan
i) Distribusi Arah (DD) Kolektor pada daerah pedesaan (Rural) sehingga mengacu pada
Menurut peraturan AASHTO nilai DD berkisar antara 0,3 – 0,7. Tabel 3.12 nilai reliabilitas (R) berkisar antara 75% – 95% dan
Pada pada penelitian ini nilai R yang diambil adalah 90%.
penelitian ini diasumsikan ambil nilai 0,5. Dengan nilai reliabilitas (R) 90% dapat ditentukan nilai Deviasi
ii) Distribusi Lajur (DL) Standar Normal (ZR) dengan mengacu pada Tabel 3.13, sehingga
Mengacu pada Tabel 3.10 nilai DL dengan 2 lajur ini berkisar didapatkan nilai ZRsebesar -1,282.
antara 80 – 100 % pada penelitian ini diasumsikan ambil nilai 90%.
c. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)
4) Deviasi Standar Keseluruhan (So) Nilai koefisien lapisan (a) pada bahan Sirtu adalah 0,11 karena
Pada ruas Jalan Palbapang-Barongan-Imogiri perkerasan yang dipakai bahan ini termasuk jenis granular maka selain menggunakan
berjenis perkerasan lentur, sehingga dilihat dari peraturan AASHTO 1993 grafik 3.15 bisa juga menggunakan persamaan 3.15 untuk
menyarankan mengambil nilai Deviasi Standar Keseluruhan (So) berkisar
perhitungan nilai Modulus Resilient (MR) seperti berikut.
antara 0,40 – 0,50 pada penelitian ini diambil nilai So sebesar 0,45.
a3 = (0,227 x (log10 ESB)) – 0,839
5) Koefisien Drainasi (mi)
Pada daerah ruas Jalan Palbapang-Barongan-Imogiri kondisi 0,11 = (0,227 x (log10 ESB)) – 0,839
Drainasiberdasarkan data sekunder yang didapatkan termasuk dalam 0,11 + 0,839 = (0,227 x (log10 ESB))
keadaan kualitas Drainasi yang sedang dengan persen tingkat jenuh air 0,949 = (0,227 x (log10 ESB))
7,4%. Sehingga mengacu pada Tabel 3.16 nilai Koefisien Drainasi (mi) 0,949 / 0,227 = log10 ESB
antara 1,00 – 0,80. Pada penelitian ini untuk nilai koefisien Drainasi 4,181 = log10 ESB
pondasi atas (m2) dan koefisien ESB = 15.170,5 Psi
Drainasi pondasi bawah (m3) dianggap sama dengan 1.
6) Koefisien Lapisan
Pada ruas Jalan Palbapang-Barongan-Imogiri lapis perkerasan telah
direncanakan mengunakan Lasbutag MS 590 Kg untuk lapis permukaan,
Batu Pecah kelas A untuk lapis pondasi atas, dan Sirtu kelas A untuk lapis
pondasi bawah. Sehingga nilai koefisien lapisan (a) dapat diketahui dari
Tabel 3.14 dimana nilai koefisien lapisan digunakan untuk mencari nilai
Modulus Resilient (MR) seperti berikut ini.
a. Lapis Pemukaan (Surface Course)
Nilai koefisien lapisan (a) pada bahan Lasbutag adalah 0,40 sehingga
dapat diketahui nilai Elastic Modulus (EAC) dengan grafik 3.13
berikutsebesar 365.000 Psi

d. Hitung nilai Modulus Resilient(Mr)


Dengan nilai CBR 7,3 % maka nilai Modulus Resilient (Mr) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini.
Mr = 1500 x CBR
= 1500 x 7,3 %
= 10.950 Psi
7) Angka Struktural (SN)
Perhitungan Angka Struktural (SN) pada metode AASHTO 1993
b. Lapis Pondasi Atas (Base Course) ada dua cara, yaitu dengan persamaan 3.16 atau menggunakan
Nilai koefisien lapisan (a) pada bahan Batu Pecah adalah 0,14 nomogram pada Gambar 3.16. Angka Struktural (SN) ini nantinya
karena bahan ini termasuk jenis granular maka selain akan digunakan untuk mencari nilai ketebalan masing-masing
menggunakan grafik 3.14 bisa juga menggunakan persamaan 3.14 lapisan (Di) dengan persamaan 3.17, dengan memasukan nilai SN,
untuk perhitungan nilai Modulus Resilient (MR) seperti berikut. koefisien Drainasi (mi), dan koefisien lapisan (ai). Berikut
a2 = (0,249 x (log10 EBS)) – 0,977 data-data yang digunakan dalam pencarian ketiga nilai Angka
0,14 = (0,249 x (log10 EBS)) – 0,977 Struktural (SN) pada masing-masing lapisan menggunakan
0,14 + 0,977 = (0,249 x (log10 EBS)) nomogram.
1,117 = (0,249 x (log10 EBS)) R = 90%
1,117 / 0,249 = log10 EBS So = 0,45
4,486 = log10 EBS W18 = 928.353,51
EBS = 30.619,63 Psi PSI = 2,2
EBS = 30.619,63 Psi
ESB = 15.170,5 Psi
MR = 10.950 Psi
Dari nomogram diatas diketahui nilai SN pada masing-masing
lapisan sebagai berikut :
SNtotal = 3,1
SN2 = 2,8
SN1 = 2,3
Sehingga tebal masing-masing pekerasan (Di) dapat dihitung
dengan persamaan 3.18, 3.19, dan 3.20 berikut ini.
a. Lapis Permukaan (Surface Course)
D1 = 𝑆𝑁1/𝑎1
= 2,3/0,4
= 5,75 in → 14,605 cm ≈ 15 cm (D1*)
Pada Metode AASHTO 1993 tebal lapis permukaan jauh lebih
tebal daripada tebal lapis permukaan pada Metode Analisa
Komponen SKBI 1987, hal ini dikarenakan ada beberapa
parameter yang tidak ada pada Metode Analisa
Komponen SKBI 1987 tetapi ada pada metode AASHTO 1993,
seperti Koefisien Drainasi (mi) dan Reliabilitas (R). Dimana nilai
Reliabilitas (R) merupakan parameter tingkat kepercayaan
pelayanan jalan selama umur rencana, yang nantinya akan
dirasakan langsung oleh pengguna jalan. Sehingga dengan adanya
parameter tersebut, sangat berpengaruh terhadap tebal lapis
permukaan

Anda mungkin juga menyukai