Pengertian netralitas
Netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan salah satu isu krusial
dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Dalam upaya menjaga
netralitas ASN dari pengaruh partai politik dan untuk menjamin
keutuhan, kekompakan, dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan
segala perhatian, pikiran dan tenaga pada tugas yang dibebankan, ASN
dilarang menjadi anggota dan/ atau pengurus partai politik, serta
mencalonkan diri dengan syarat yang telah ditentukan oleh Undang - undang
(UU).
Keterlibatan netralitas ASN dalam Pemilu, telah diatur di dalam Pasal 2 h uruf
F UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
menyebutkan bahwa “ penyelenggaraan kebijaksanaan dan manajemen ASN
berdasarkan pada asas netralitas ”. Asas netralitas yang dim aksud adalah bahwa
setiap pegawai ASN tidak berpihak dari segala bentuk pengaruh mana pun
dan tidak memihak kepada kepentingan siapa pun (Fahmi, 2021) .
Demi melaksanakan pemilu yang jujur dan adil, maka Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) bersama pemerintah dengan kewenangannya masing - masing
membuat suatu batasan untuk aktivitas ASN, yaitu pembatasan aktivitas
ASN atau netralitas. Tujuannya guna memberikan bentuk kepastian hukum,
kedayagunaan dan keadilan untuk memb atasi kekuasaan terhadap kemungkinan
geraknya kekuasaan yang didasari oleh kepentingan pribadi dan berujung
pada abuse of power . Akibat pengejawantahan hak politik ASN dalam
Pemilu menimbulkan keraguan tersendiri terhadap netralitas ASN karena hal
ini jelas dijamin dalam Pasal 43 UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia (HAM) menyatakan: “ Setiap warga negara berhak untuk
dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak
melalui pemungutan sara yang langsung, umum, bebas, rahasia , jujur,
dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan ”.