DEFINISI CAPD
PRINSIP CAPD
INDIKASI
1) Penyakit ginjal dengan stadium kronik maupun terminal yang terjadi akibat
hipertensi dan diabetes melitus sering menjadi pertimbangan sebagai indikasi CAPD
karena hipertensi, uremia, dan hiperglikemia lebih mudah diatasi dengan cara dialisis
ini.
2) Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, atau asam basa
3) Intoksikasi obat atau bahan kimia lainnya
4) Pasien yang tidak mampu ataupun tidak mau menjalani hemodialisa.
5) Pasien yang memiliki resiko rentan terhadap perubahan cairan, elektrolit, dan
metabolik yang cepat atau keadaan hemodinamik yang tidak stabil.
KONTRAINDIKASI
1) Terdapat luka bakar pada dinding abdomen yang cukup luas terutama bila disertai
infeksi dan perawatan luka yang tidak adekuat.
2) Adanya perlengketan akibat pembedahan atau penyakit inflamasi sitemik yang
dialami sebelumnya.
3) Adanya riwayat kolostomi, ileostomi, nefrostomi atau ileal conduit karena hal ini
dapat meningkatkan resiko peritonitis.
4) Adanya diskus lumbalis, hernia pada dinding abdomen, distensi usus, kelainan
abdomen yang belum diketahui, dan obesitas akan memiliki potensi lebih besar
timbulnya komplikasi apabila terpasang CAPD.
KEUNGGULAN CAPD
1. Kimia darah lebih stabil
2. Ultrafiltrasi lebih stabil
3. Tidak diperlukan alat besar/ mesin HD
4. Penderita dapat bergerak bebas/ ambulant
5. Latihan penggunaan alat mudah
6. Diet relative normal
7. Pengeluaran molekul lebih baik, sehingga kualitas hidup lebih baik
8. Tidak diperlukan blood access/ suntikan
9. Tidak diperlukan antikoagulant
10. Dapat menggunakan insulin intraperitoneal
11. Keadaan bahaya acute lebih kecil
KERUGIAN CAPD
1. Kehilangan protein yang besar
2. Perubahan postur tubuh karena ada cairan dalam rongga perut
3. Kemungkinan peritonitis
4. Kemungkinan hernia
5. Kemungkinan menjadi gemuk (hipertonik/ hiperglikemia)
6. Tindakan dialysis harus dikerjakan 4 kali setiap hari
KOMPLIKASI
Menurut (Brunner and Suddarth, 2008 :1411 ) dan (Sudoyo, 2006 : 583) memaparkan
jika komplikasi yang dapat ditimbulkan dari pemasangan CAPD adalah sebagai
berikut:
a. Peritonitis
Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi ditemukan dan paling serius.
Komplikasi ini sebgaian besar disebabkan oleh adanya kontaminasi dari
Staphylococcuss epidermidis yang bersifat aksidental dengan gejala yang ditimbulkan
relatif ringan, dan Staphylococcus aureus dengan angka morbiditas tinggi, dan
prognosis lebih serius serta lebih lama. Mikroorganisme tersebut berasal dari usus dan
bersifat anaerob. Manifestasi yang ditunjukkan dari peritonitis yaitu cairan drainasi
(effluent) dialisat yang keruh, nyeri abdomen yang difus. Selain itu, hipotensi serta
tanda-tanda syok lainnya juga muncul apabila penyebabnya adalah Staphylococcus
aureus. Pemeriksaan cairan drainage untuk penghitungan jumlah sel, pewarnaan
Gram, dan pemeriksaan kultur untuk mengenali jenis mikroorganisme dan arahan
pemberian terapi yang tepat
b. Kebocoran
Kebocoran cairan dialisat yang biasa terjadi melalui luka insisi atau luka pemasangan
kateter setelah kateter terpasang. Kebocoran akan berhenti spontan jika terapi dialisis
ditunda selama beberapa hari sampai luka insisi dan tempat keluarnya kateter sembuh.
Dalam periode ini, faktor-faktor yang dapat memperlambat proses penyembuhan
seperti aktivitas abdomen yang berlebihan dan mengejan pada saat buang air besar
harus dikurangi. Meskipun demikian, kebocoran dapat dihindari dengan cara memulai
infus cairan dialisat dengan volume kecil (100-200 ml) dan secara bertahap
meningkatkan volume mencapai 2000 ml.
c. Perdarahan
Cairan drainase (effuent) dialisat akan nampak bercampur darah apabila komplikasi
ini terjadi, khususnya pada wanita yang sedang menstruasi (cairan hipertonik menarik
darah dari uterus melewati orifium tuba fallopi yang bermuara kedalam kavum
peritoneal). Kejadian ini dapat terjadi selama beberapa kali penggantian cairan
mengingat darah akibat prosedur tersebut tetap berada pada rongga abdomen.
Penyebab lain terjadinya perdarahan karena pergeseran kateter dari pelvis serta pada
pasien yang habis menjalani pemeriksaan enema atau mengalami trauma. Pada
prinsipnya tidak memerluka suatu intervensi yang khusus. Namun, perdarahan ini
dapat dihentikan dengan cara melakukan pertukaran cairan lebih sering untuk
mencegah obstruksi kateter oleh bekuan darah
d. Komplikasi lain
1) Hernia abdomen, yang ditimbulkan akibat meningkatnnya tekanan intra abdomen
yang terus-menerus. Apabila keadaan ini terus berlanjut, maka akan menimbulkan
komplikasi kearah hernia hiatus dan hemorhoid.
2) Hipertrigliseridemia, komplikasi ini sering dijumpai pada pasien yang
menggunakan CAPD. Sehingga akan memicu timbulnya penyakit kardiovaskuler dan
jika keadaan ini terus berlanjut dapat menimbulkan kematian.
3) Nyeri punggung bawah dan anoreksi, akibat terdapatnya cairan dalam rongga
abdomen dan kesan rasa manis yang selalu terasa pada indera pengecap akibat
absorbsi glukosa
Follow Up
PROSEDUR PENATALAKSANAAN
1. Gunakan masker
2. Lakukan Cuci Tangan 6 langkah
3. Tuangkan alkohol 70% di atas meja, Ambil paper towel kemudian bersihkan meja
dengan gerakan searah
4. Persiapan alat dan lingkungan
5. Buka dan periksa kantong cairan dianeal (cek tanggal kadaluarsa, kebocoran,
kejernihan, volume, konsentrasi dan keutuhan bagian frangible danpull ring.
6. Lakukan Cuci Tangan 6 langkah
7. Pisahkan kedua kantong cairan (kantong yang berisi dan kantong yang kosong)
kemudian klem menggunakan ultraclamp yang pertama di bawah frangible pada
kantong yang berisi cairan
8. Keluarkan transferset dan letakkan pengalas dibawah transfer set
9. Lakukan hand hygienedengan handrub
10. Tarik pull ring dan lepaskan minicaps dari transfer set, segera sambungkan
keduanya dengan hati-hati
11. Patahkan frangible pada pangkal selang
12. Gantungkan cairan dianeal pada tiang infus dan letakkan kantong dianeal yang
kosong ke dalam Baki / Nampan
13. Buka twist clamp (fasepembuangan minimal 20 menit)
14. Amati cairan buangan (kejernihan dan volumenya)
15. Setelah selesai fase pembuangan, tutup twist clamp
16. Buka ultraclamp dan lakukan flushing (hitung 1 sampai 5 untuk membuang udara
dari selang) kemudian tutup selang pembuangan dengan ultraclamp
17. Buka twist clamp (fase pengisian)
18. Setelah selesai fase pengisian, tutup twist clamp dan selang pengisian dengan
ultraclamp yang kedua
19. Buka pembungkus minicaps dan pastikan ada sponge iodine di dalamnya
20. Lakukan hand hygienedengan handrub
21. Lepaskan selang cairan dianeal dari transfer set
22. Tutup rapat transfer set dengan minicaps yang baru
23. Buang kantong cairan yang sudah digunakan ke tempat sampah
24. Lakukan Cuci Tangan 6langkah
25. Bersihkan meja instrumen dan dokumentasikan kegiatan
PROSEDUR PERGANTIAN TRANSFER SET
PENGERTIAN : Mengganti transfer set yang lama dengan yang baru, dengan indikasi
dilakukan rutin setiap 6 bulan sekali, bilamana transfer set robek atau bocor,
terputusnya transfer set secara tidak sengaja / terkontaminasi dari titanium adaptor.
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Transfer set 1 buah
2. Minicap 2 buah
3. Dressing set 1 pouches
a. kom steril 2buah
b. duk 2 buah
c. klem 2 buah
4. Antiseptik gel 1 buah
5. Masker 2 buah
6. Sarung tangan steril 2 buah
7. Povidone iodine 120 cc
8. Kantong pembuangan sampah 2 buah
9. Kassa 1 pouches (10 buah)
10. Alkohol 70%
PROSEDUR
1. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik
2. Gunakan masker
3. Bersihkan troli dressing dengan alkohol 70%
4. Buka pembungkus cairan PD, periksa cairan PD: Tanggal kadaluarsa (expiry date ),
Volume cairan, Konsentrasi dextrose, Kebocoran, Kejernihan cairan, Green
Frangible, Pull ring
5. Balikkan kantong cairan PD dengan sisi label menghadap ke arah bawah, sehingga
bagian atas dari port medikasi dalam posisi tegak keatas
6. Gunakan Sarung tangan disposable
7. Lakukan swab alcohol pada vial obat dan pelarut
8. Masukkan cairan aquabidest/atau pelarut yang direkomendasikan ke dalam vial
obat dengan menggunakan spuit, kocok secara perlahan hingga obat terlarut dengan
sempurna.
9. Dengan menggunakan spuit kembali, sedot obat dari vial sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan.
10. Ganti jarum dan lakukan swab alcohol pada port medication, lalu masukkan jarum
suntik ke tengah-tengah port medikasi/injection port pada kantong cairan Peritoneal
Dialysis. Lakukan tindakan ini dengan menggunakan kassa steril dan jarum suntik
yang baru untuk obat injeksi lainnya
11. Pastikan obat terlarut dengan baik didalam cairan PD, dengan cara menggoyang-
goyangkan kantung beberapa kali secara perlahan
12. Buang semua peralatan yang telah digunakan - Alat suntik (dan benda tajam
lainnya) buang ke tempat yang sesuai dengan protokol RS
13. Dokumentasikan seluruh kegiatan