Anda di halaman 1dari 10

MATERI BERMAIN PERAN CAPD

DEFINISI CAPD

Suatu proses dialysis dengan menggunakan pritoneum sebagai membran


semipermeabel, dengan memasukkan cairan dialisat kedalam rongga peritoneum
melalui suatu kateter yang permanen

PRINSIP CAPD

Smeltzer and Bare (2008:1406) menjelaskan jika Continuose Ambulatory Peritoneal


Dialysis (CAPD) bekerja berdasarkan prinsip - prinsip yang sama seperti dialisis pada
umumnya, yaitu: difusi dan osmosis. Difusi sendiri merupakan proses perpindahan
cairan dari daerah yang memiliki konsentrasi tinggi ke daerah yang konsentrasi
rendah, dimana proses ini berlangsung ketika cairan dialisat dimasukkan ke dalam
rongga peritoneum. Konsentrasi cairan CAPD lebih rendah dari plasma darah, karena
cairan plasma banyak mengandung toksin uremik. Toksin uremik berpindah dari
plasma ke cairan CAPD. Sedangkan osmosis sendiri merupakan perpindahan air
melewati membrane semi permeable dari daerah yang memiiki konsentrasi rendah
(kadar air tinggi) ke daerah yang memiliki konsentrasi tinggi (kadar air rendah).
Osmosis dipengaruhi oleh tekanan osmotic dan hidrostatik antara darah dan cairan
dialisat. Osmosis pada peritoneum terjadi karena glukosa pada cairan CAPD
menyebabkan tekanan osmotic cairan CAPD lebih tinggi (hipertonik) dibanding
plasma, sehingga air akan berpindah dari kapiler pembuluh darah ke cairan dialisat
(ultrafiltrasi) Kandungan glukosa yang lebih tinggi akan mengambil air lebih banyak.

INDIKASI
1) Penyakit ginjal dengan stadium kronik maupun terminal yang terjadi akibat
hipertensi dan diabetes melitus sering menjadi pertimbangan sebagai indikasi CAPD
karena hipertensi, uremia, dan hiperglikemia lebih mudah diatasi dengan cara dialisis
ini.
2) Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, atau asam basa
3) Intoksikasi obat atau bahan kimia lainnya
4) Pasien yang tidak mampu ataupun tidak mau menjalani hemodialisa.
5) Pasien yang memiliki resiko rentan terhadap perubahan cairan, elektrolit, dan
metabolik yang cepat atau keadaan hemodinamik yang tidak stabil.

KONTRAINDIKASI
1) Terdapat luka bakar pada dinding abdomen yang cukup luas terutama bila disertai
infeksi dan perawatan luka yang tidak adekuat.
2) Adanya perlengketan akibat pembedahan atau penyakit inflamasi sitemik yang
dialami sebelumnya.
3) Adanya riwayat kolostomi, ileostomi, nefrostomi atau ileal conduit karena hal ini
dapat meningkatkan resiko peritonitis.
4) Adanya diskus lumbalis, hernia pada dinding abdomen, distensi usus, kelainan
abdomen yang belum diketahui, dan obesitas akan memiliki potensi lebih besar
timbulnya komplikasi apabila terpasang CAPD.

KEUNGGULAN CAPD
1. Kimia darah lebih stabil
2. Ultrafiltrasi lebih stabil
3. Tidak diperlukan alat besar/ mesin HD
4. Penderita dapat bergerak bebas/ ambulant
5. Latihan penggunaan alat mudah
6. Diet relative normal
7. Pengeluaran molekul lebih baik, sehingga kualitas hidup lebih baik
8. Tidak diperlukan blood access/ suntikan
9. Tidak diperlukan antikoagulant
10. Dapat menggunakan insulin intraperitoneal
11. Keadaan bahaya acute lebih kecil

KERUGIAN CAPD
1. Kehilangan protein yang besar
2. Perubahan postur tubuh karena ada cairan dalam rongga perut
3. Kemungkinan peritonitis
4. Kemungkinan hernia
5. Kemungkinan menjadi gemuk (hipertonik/ hiperglikemia)
6. Tindakan dialysis harus dikerjakan 4 kali setiap hari
KOMPLIKASI
Menurut (Brunner and Suddarth, 2008 :1411 ) dan (Sudoyo, 2006 : 583) memaparkan
jika komplikasi yang dapat ditimbulkan dari pemasangan CAPD adalah sebagai
berikut:
a. Peritonitis
Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi ditemukan dan paling serius.
Komplikasi ini sebgaian besar disebabkan oleh adanya kontaminasi dari
Staphylococcuss epidermidis yang bersifat aksidental dengan gejala yang ditimbulkan
relatif ringan, dan Staphylococcus aureus dengan angka morbiditas tinggi, dan
prognosis lebih serius serta lebih lama. Mikroorganisme tersebut berasal dari usus dan
bersifat anaerob. Manifestasi yang ditunjukkan dari peritonitis yaitu cairan drainasi
(effluent) dialisat yang keruh, nyeri abdomen yang difus. Selain itu, hipotensi serta
tanda-tanda syok lainnya juga muncul apabila penyebabnya adalah Staphylococcus
aureus. Pemeriksaan cairan drainage untuk penghitungan jumlah sel, pewarnaan
Gram, dan pemeriksaan kultur untuk mengenali jenis mikroorganisme dan arahan
pemberian terapi yang tepat
b. Kebocoran
Kebocoran cairan dialisat yang biasa terjadi melalui luka insisi atau luka pemasangan
kateter setelah kateter terpasang. Kebocoran akan berhenti spontan jika terapi dialisis
ditunda selama beberapa hari sampai luka insisi dan tempat keluarnya kateter sembuh.
Dalam periode ini, faktor-faktor yang dapat memperlambat proses penyembuhan
seperti aktivitas abdomen yang berlebihan dan mengejan pada saat buang air besar
harus dikurangi. Meskipun demikian, kebocoran dapat dihindari dengan cara memulai
infus cairan dialisat dengan volume kecil (100-200 ml) dan secara bertahap
meningkatkan volume mencapai 2000 ml.
c. Perdarahan
Cairan drainase (effuent) dialisat akan nampak bercampur darah apabila komplikasi
ini terjadi, khususnya pada wanita yang sedang menstruasi (cairan hipertonik menarik
darah dari uterus melewati orifium tuba fallopi yang bermuara kedalam kavum
peritoneal). Kejadian ini dapat terjadi selama beberapa kali penggantian cairan
mengingat darah akibat prosedur tersebut tetap berada pada rongga abdomen.
Penyebab lain terjadinya perdarahan karena pergeseran kateter dari pelvis serta pada
pasien yang habis menjalani pemeriksaan enema atau mengalami trauma. Pada
prinsipnya tidak memerluka suatu intervensi yang khusus. Namun, perdarahan ini
dapat dihentikan dengan cara melakukan pertukaran cairan lebih sering untuk
mencegah obstruksi kateter oleh bekuan darah
d. Komplikasi lain
1) Hernia abdomen, yang ditimbulkan akibat meningkatnnya tekanan intra abdomen
yang terus-menerus. Apabila keadaan ini terus berlanjut, maka akan menimbulkan
komplikasi kearah hernia hiatus dan hemorhoid.
2) Hipertrigliseridemia, komplikasi ini sering dijumpai pada pasien yang
menggunakan CAPD. Sehingga akan memicu timbulnya penyakit kardiovaskuler dan
jika keadaan ini terus berlanjut dapat menimbulkan kematian.
3) Nyeri punggung bawah dan anoreksi, akibat terdapatnya cairan dalam rongga
abdomen dan kesan rasa manis yang selalu terasa pada indera pengecap akibat
absorbsi glukosa

Follow Up

NUTRISI PASIEN CAPD


a. Terapi Diet
Meskipun diet pada pasien yang menggunakan CAPD merupaka diet yang bebas.
Namun, ada beberapa yang beberapa rekomendasi yang perlu disampaikan. Hal
ini, dikarenakan protein akan hilang pada proses dialisis yang dilakukan secara
continue. Sehingga, pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi
protein dengan proporsi gizi yang baik dan seimbang. Selain itu, pasien
dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi serat setiap hari untuk
mecegah timbulnya konstipasi yang dapat menghambat aliran cairan dialisat di
area kavum peritoneal. Sedangkan, pembatasan untuk asupan makanan yang
mengandung kalium, natrium, dan cairan tidak perlu dilakukan. pasien akan
mengalami kenaikan berat badan 1½ sampai 2½ kg dalam kurun waktu satu bulan
setelah CAPD terpasang. Oleh sebab itu, pasien dianjurkan untuk mengurangi
asupan karbohidart dan lemak untuk meminimalisir kenaikan berat badan yang
berlebihan.
b. Asupan Cairan
Pasien dengan CAPD akan kehilangan 2 liter cairan atau 8 liter cairan dialisat
yang diinfuskan kedalam rongga abdomen selama 24 jam. Sehingga, keadaan ini
memungkinkan asupan cairan yang normal bahkan pada pasien yang anefrik
(pasien tanpa ginjal).

PROSEDUR PERGANTIAN CAIRAN CAPD


PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1 Persiapan ruangan
a. Meja
b. Kursi/ tempat tidur
c. Penerangan cukup, pintu dan jendela di tutup, matikan kipas angin , AC tidak boleh
sejajar dengan meja
2 Persiapan alat
a. Tiang infus
b. Timbangan
c. Handrub
d. Cairan dianeal sesuai dengan kebutuhan
e. Minicaps 2 buah
f. Ultraclamp 1 buah
g. Pengalas / paper towel
h. Baki / Nampan
i. Buku catatan harian CAPD
j. Alkohol 70%
k. Masker

PROSEDUR PENATALAKSANAAN
1. Gunakan masker
2. Lakukan Cuci Tangan 6 langkah
3. Tuangkan alkohol 70% di atas meja, Ambil paper towel kemudian bersihkan meja
dengan gerakan searah
4. Persiapan alat dan lingkungan
5. Buka dan periksa kantong cairan dianeal (cek tanggal kadaluarsa, kebocoran,
kejernihan, volume, konsentrasi dan keutuhan bagian frangible danpull ring.
6. Lakukan Cuci Tangan 6 langkah
7. Pisahkan kedua kantong cairan (kantong yang berisi dan kantong yang kosong)
kemudian klem menggunakan ultraclamp yang pertama di bawah frangible pada
kantong yang berisi cairan
8. Keluarkan transferset dan letakkan pengalas dibawah transfer set
9. Lakukan hand hygienedengan handrub
10. Tarik pull ring dan lepaskan minicaps dari transfer set, segera sambungkan
keduanya dengan hati-hati
11. Patahkan frangible pada pangkal selang
12. Gantungkan cairan dianeal pada tiang infus dan letakkan kantong dianeal yang
kosong ke dalam Baki / Nampan
13. Buka twist clamp (fasepembuangan minimal 20 menit)
14. Amati cairan buangan (kejernihan dan volumenya)
15. Setelah selesai fase pembuangan, tutup twist clamp
16. Buka ultraclamp dan lakukan flushing (hitung 1 sampai 5 untuk membuang udara
dari selang) kemudian tutup selang pembuangan dengan ultraclamp
17. Buka twist clamp (fase pengisian)
18. Setelah selesai fase pengisian, tutup twist clamp dan selang pengisian dengan
ultraclamp yang kedua
19. Buka pembungkus minicaps dan pastikan ada sponge iodine di dalamnya
20. Lakukan hand hygienedengan handrub
21. Lepaskan selang cairan dianeal dari transfer set
22. Tutup rapat transfer set dengan minicaps yang baru
23. Buang kantong cairan yang sudah digunakan ke tempat sampah
24. Lakukan Cuci Tangan 6langkah
25. Bersihkan meja instrumen dan dokumentasikan kegiatan
PROSEDUR PERGANTIAN TRANSFER SET
PENGERTIAN : Mengganti transfer set yang lama dengan yang baru, dengan indikasi
dilakukan rutin setiap 6 bulan sekali, bilamana transfer set robek atau bocor,
terputusnya transfer set secara tidak sengaja / terkontaminasi dari titanium adaptor.
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Transfer set 1 buah
2. Minicap 2 buah
3. Dressing set 1 pouches
a. kom steril 2buah
b. duk 2 buah
c. klem 2 buah
4. Antiseptik gel 1 buah
5. Masker 2 buah
6. Sarung tangan steril 2 buah
7. Povidone iodine 120 cc
8. Kantong pembuangan sampah 2 buah
9. Kassa 1 pouches (10 buah)
10. Alkohol 70%

PROSEDUR DAN PENATALAKSANAAN


1. Pakai masker dan lakukan Cuci Tangan 6 langkah
2. Bersihkan meja dengan alkohol 70%
3. Siapkan alat dan bahan di meja
4. Lakukan Cuci Tangan 6 langkah dengan handrub
5. Buka dressing set tray di ujung lipatannya
6. Buka transfer set pack dan letakkan transfer set pada daerah yang steril ( di dalam
dressing set tray ) tanpa menyentuhnya
7. Buka kassa (pouches) dan letakkan kassapada daerah yang steril ( di dalam dressing
set tray ) tanpa menyentuhnya
8. Pakai sarung tangan steriluntuk tangan dominan / aktif
9. Keluarkan 3 kom dengan menggunakan yang telah disediakan dan letakkan 3 kom
tersebut di meja
10. Masukkan povidone iodine ke dalam 3 buah kom
11. Pakai sarung tangan yang tidak dominan
12. Keluarkan duk dari dressing set tray dan letakkan di atas perut pasien di bawah
kateter.
13. Klem kateter dengan hati-hati dengan menggunakan klem kateter ( 3 cm di atas
titanium ).
14. Ambil 2 lembar kassa dan rendam ke dalam povidone iodine di kom ke-1
15. Pegang kateter dengan kassa yang telah direndam tersebut. Gosok sekitar kateter /
sambungan adaptor ( titanium ) dengan kassa tersebut selama 1 menit
16. Letakkan kateter / sambungan adaptor di atas kassa steril
17. Ambil 2 lembar kassa steril, putar dan lepas transfer set lama dengan cara tangan
kanan memutar transfer set, tangan kiri menahan di adaptor, jangan menyentuh ujung
adaptor yang terbuka. Buang transfer set lama ke dalam kantong pembuangan
sampah. Letakkan ujung adaptor di atas kassa steril
18. Ambil kom ke-2 yang berisi povidone iodine dan rendam ujung adaptor yang
terbuka selama 5 menit. Angkat kateter dari kom dan letakkan di atas kassa steril
19. Lepas sarung tangan.
20. Lakukan hand hygienedengan handrub
21. Pakai sarung tangan steril yang ke 2
22. Angkat kateter dengan kassa steril dari duk pertama. Timpa duk kedua di atas duk
pertama dan letakkan kateter pada duk kedua
23. Ambil transfer set yang baru, Tutup twist clamp dari transfer set yang baru, buka
penutup birunya dan sambungkan transfer set yang baru ke adaptor kateter. Eratkan
dengan baik
24. Ganti caps yang transparan dengan minicaps yang baru
25. Lepaskan klem kateter
26. Lakukan Cuci Tangan 6 langkah
27. Bersihkan meja instrumen dan dokumentasikan kegiatan

PROSEDUR PERAWAT EXIT SITE CAPD


a. Persiapan pasien
1) Lakukan tindakan dengan senyum, sapa, salam, sopan, dan santun.
2) Perkenalkan diri dan mengidentifikasi identitas pasien.
3) Beritahu tujuan dari tindakan yang akan dilakukan .
4) Jelaskan prosedur pelaksanaan.
5) Atur posisi pasien.
b. Persiapan lingkungan
1) Jaga privasi pasien
2) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman.
c. Prosedur
1) Bersihkan area tindakan dengan alkohol 70%
2) Letakkan dressing pack dipermukaan kerja yang telah dibersihkan
3) Kenakan masker
4) Cuci tangan 6 langkah menggunakan teknik aseptik
5) Buka dressing pack sterilnya
6) Tuangkan iodine kedalam wadah yang terdapat dressing pack
7) Bilas tangan dengan handrub
8) Rendam beberapa kain kassa secukupnya kedalam povidone iodin secara terpisah
9) Dengan gerakan lembut, Seka exit site dari arah dalam keluar (gerakan melingkar)
10) Ulangi langkah sebelumnya menggunakan kassa lainnya.
11) Letakkan kain kassa diatas exit site dan merekatkan agar tidak terlepas
12) Lakukan fiksasi
d. Evaluasi
1) Evaluasi hasil tindakan dan melihat respon pasien
2) Rapikan pasien dengan mengatur posisi yang nyaman
3) Bereskan alat dan bahan yang sudah dipakai
4) Cuci tangan 6 langkah teknik aseptik
5) Dokumentasikan tindakan

PEMBERIAN OBAT INTRAPERITONEAL


Pengertian : Pemberian obat melalui rute Intraperitoneal, dilakukan apabila terjadi
infeksi (peritonitis), muncul fibrin, perdarahan (clotting) atau indikasi lain

ALAT DAN BAHAN


1. Cairan PD
2. Obat injeksi sesuai dengan petunjuk dokter (antibiotik/ heparin)
3. Spuit 1cc/3cc/10cc sesuai kebutuhan 2 pcs
4. Aquabidest/NaCL 0.9%
5. Alkohol swab
6. Masker
7. Sarung tangan disposable
8. Alkohol 70%
9. Handrub
10. Tissue towel

PROSEDUR
1. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik
2. Gunakan masker
3. Bersihkan troli dressing dengan alkohol 70%
4. Buka pembungkus cairan PD, periksa cairan PD: Tanggal kadaluarsa (expiry date ),
Volume cairan, Konsentrasi dextrose, Kebocoran, Kejernihan cairan, Green
Frangible, Pull ring
5. Balikkan kantong cairan PD dengan sisi label menghadap ke arah bawah, sehingga
bagian atas dari port medikasi dalam posisi tegak keatas
6. Gunakan Sarung tangan disposable
7. Lakukan swab alcohol pada vial obat dan pelarut
8. Masukkan cairan aquabidest/atau pelarut yang direkomendasikan ke dalam vial
obat dengan menggunakan spuit, kocok secara perlahan hingga obat terlarut dengan
sempurna.
9. Dengan menggunakan spuit kembali, sedot obat dari vial sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan.
10. Ganti jarum dan lakukan swab alcohol pada port medication, lalu masukkan jarum
suntik ke tengah-tengah port medikasi/injection port pada kantong cairan Peritoneal
Dialysis. Lakukan tindakan ini dengan menggunakan kassa steril dan jarum suntik
yang baru untuk obat injeksi lainnya
11. Pastikan obat terlarut dengan baik didalam cairan PD, dengan cara menggoyang-
goyangkan kantung beberapa kali secara perlahan
12. Buang semua peralatan yang telah digunakan - Alat suntik (dan benda tajam
lainnya) buang ke tempat yang sesuai dengan protokol RS
13. Dokumentasikan seluruh kegiatan

Anda mungkin juga menyukai