Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Bhuwana

Besila, Krisantia, Hendrawan


Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

PENGARUH KOMPOSISI TANAMAN TERHADAP IKLIM


MIKRO PADA RUANG TERBUKA HIJAU KAMPUS A
UNIVERSITAS TRISAKTI

THE EFFECT OF PLANT COMPOSITION ON MICRO CLIMATE ON


GREEN OPEN SPACES OF CAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI
Qurrotu ‘Aini Besila1*, Ina Krisantia, Diana Irvindiaty Hendrawan

1
Jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi
Lingkungan, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

*E-mail: qurrotu@trisakti.ac.id

Sejarah artikel:
Diterima: Maret 2022 Revisi: April 2022 Disetujui: Mei 2022 Terbit
online: Mei 2022

ABSTRAK
Kampus A Universitas Trisakti di Jalan Kyai Tapa, Grogol Jakarta Barat memiliki tapak yang tidak terlalu besar,
namun di dalamnya masih terdapat RTH yang dipenuhi tegakan tanaman, terutama di area plaza yang
merupakan pusat ruang luar kampus. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis dan komposisi tanaman
dan melihat pengaruhnya terhadap iklim mikro pada ruang terbuka hijau di Universitas Trisakti. Tipe penelitian
kuantitatif deskriptif dengan purposive sampling yaitu Plaza Kampus A, roof garden lantai 9 Gedung K, dan
ruang terbuka Terminal Grogol sebagai pembanding di luar kampus. Analisis komposisi tanaman dilakukan
untuk mengetahui hubungan antara komposisi tanaman dengan iklim mikro. Selain suhu dan kelembaban
diukur pula tingkat kenyamanan menggunakan Temperature Humidity Index (THI). Dari hasil penelitian
diketahui bahwa keanekaragaman hayati roof garden jauh lebih tinggi dibanding plaza, namun tutupan tajuk
pada plaza lebih baik daripada roof garden, sehingga rata-rata suhu di plaza lebih rendah dibandingkan roof
garden dan Terminal Grogol yang hanya memiliki pohon dengan jumlah terbatas. Suhu di plaza berkisar 27,5-
28,8 oC, roof garden 27,7-30,0 oC dan Terminal Grogol 29,3-31,9 oC. Adapun kelembaban pada plaza lebih
tinggi dibandingkan roof garden dan Terminal Grogol. Kelembaban di plaza berkisar 74,1%-78,3%, roof garden
80,1-82,8% dan Terminal Grogol 69,7-77,1%. Maka dari itu, plaza memiliki tingkat kenyamanan yang lebih
tinggi dibanding roof garden dan Terminal Grogol. Ada keterkaitan erat antara komposisi tanaman dengan iklim
mikro. Komposisi tanaman yang berstrata banyak dan terdiri dari berbagai habitus tanaman lebih mampu
menciptakan iklim mikro yang nyaman bagi para pengguna tapak.

Kata kunci: komposisi tanaman, iklim mikro, THI, Kampus A Universitas Trisakti.

ABSTRACT
Campus A of Trisakti University is located in Kyai Tapa Street, Grogol, West Jakarta. The campus area is
diminutive with remaining green open spaces (GOS) that composed by various vegetation, especially in the
plaza area- the main outdoor place in the campus. This research aims to identify vegetation types and
compositions, and to discern its effect on the microclimate of GOS in Trisakti University. The research used
descriptive quantitative method with purposive sampling in several places: Campus A plaza, roof garden in the
9th floor of building K, and open space in Grogol Terminal. The latter place was used as a comparison between
the campus area and the non-campus area. Vegetation composition analysis was conducted to know the relation

72
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

between vegetation composition and microclimate. Besides temperature and relative humidity, the comfort level
was also measured by using the Temperature Humidity Index (THI). The result shows that the biodiversity in
the roof garden is higher than the plaza area. However, the canopy coverage in the plaza is better than the
roof garden. So that the average temperature in the plaza is lower than the roof garden and Grogol Terminal-
which only has few trees. The temperature in the plaza is 27,5-28.8 oC, while the roof garden and Grogol
Terminal temperature are ranging around 27.7-30.0 oC and 29.3-31.9 oC respectively. Furthermore, the relative
humidity in the plaza is higher than the roof garden and Grogol Terminal. Relative humidity in the plaza is
74.1%-78.3%, roof garden is 80.1%-82.8%, and Grogol Terminal is 69.7-77.1%. Therefore, it can be inferred
that the plaza has a better comfort level than the roof garden and Grogol Terminal. The result also shows that
there is a relation between vegetation composition and microclimate. A composition which has more
stratification and various plant habitus tends to create a better microclimate, which can increase the users’
comfort.

Keywords: Plant composition, Micro climate, THI, Campus A Trisakti University

1. PENDAHULUAN

Pembangunan fisik yang pesat pada berbagai kota besar, terutama Jakarta, telah
menyebabkan luasan area ruang terbuka hijau (RTH) semakin berkurang dan
mengakibatkan berkurangnya pula kenyamanan pada suatu kota. Rahim (2016), Abdi dan
Furqan (2019) dan Putri et al. (2021) mengatakan bahwa peningkatan suhu dan
berkurangnya kelembaban di perkotaan dipengaruhi oleh jalan, bangunan dan udara dari
sistem pendingin udara, kendaraan dan lainnya. Suhu udara di perkotaan 2-6 oC lebih panas
dari pada di pedesaan. Selanjutnya Qian et al. (2022) menyebutkan pertumbuhan
penduduk di perkotaan yang tinggi akibat urbanisasi dan pengurangan vegetasi tutupan
lahan sebagai penyebab utama peningkatan suhu.

Kampus A Universitas Trisakti di Jl. Kyai Tapa, Grogol Jakarta Barat berada di kawasan
yang penuh dengan pusat perdagangan, perkantoran, kampus, terminal dan pemukiman
padat dari berbagai kelas. Kawasan ini merupakan area aktif yang minim RTH. Menjelang
tengah hari dapat dirasakan suhu tinggi dan penuh polusi yang berasal dari banyaknya
kendaraan yang berlalu-lalang. Kondisi ini tentu memberikan dampak yang kurang nyaman
bagi masyarakat yang beraktifitas di Grogol dan sekitarnya, termasuk Kampus A Universitas
Trisakti dimana proses belajar mengajar berlangsung.

Meskipun Kampus A Universitas Trisakti memiliki tapak yang tidak terlalu besar, namun di
dalamnya masih terdapat RTH yang dipenuhi tegakan tanaman, terutama di area plaza
yang merupakan pusat ruang luar kampus. Kondisi iklim pada plaza terasa berbeda bila
dibandingkan dengan kondisi di luar kampus. RTH kampus yang lebih nyaman ini banyak
dimanfaatkan oleh warga kampus untuk berinteraksi. Meili et al. (2021) dan Zeng et al.
(2022) menyatakan bahwa iklim mikro di perkotaan berupa suhu udara, kelembaban dan
kecepatan angin dapat diubah dengan adanya vegetasi. Vegetasi tanaman dengan
kanopinya memberikan naungan yang mengurangi efek penyinaran langsung dan
kecepatan angin, sedangkan transpirasi tanaman memberikan kontribusi pada tingkat
kelembaban di sekitarnya. Selanjutnya Zeng et al. (2022) menyatakan bahwa karakteristik
tanaman memberikan kontribusi sebesar 58,02%-98,33% dalam mengurangi efek radiasi
sinar matahari. Lanskap kampus dapat memberikan pengaruh terhadap visual lanskap
(Jacob et al., 2015) dan kualitas hidup di kampus (Dongying dan Sullivan, 2016). Komposisi
73
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

tanaman yang baik di kampus memberikan manfaat sebagai area belajar di luar ruangan
dan memberikan dampak pada citra kampus (Akhir dan Sakip, 2017).

Keanekaragaman tanaman pada penanaman kelompok memiliki potensi ekologis seperti


mempertahankan kelembabkan tanah, siklus-siklus, kesimbangan bahan dan
keanekaragaman biota di sekitarnya dari pada pananaman berpola linier seperti di pinggir
jalan. Jenis tumbuhan memiliki pengaruh fungsional terhadap efek pendinginan dan sangat
bermanfaat dalam mendesain ruang terbuka hijau. Tanaman dengan luas tajuk yang
bervariasi dan laju transpirasi, memiliki potensi mempengaruhi iklim mikro. Luas tajuk dan
kerapatan kanopi, dapat meningkatkan kenyamanan termal pada suatu lanskap (Liang, et
al., 2021; Zheng, et al., 2022). Terkait dengan kekayaan jenis (species richness), secara
keseluruhan RTH pada Kampus A memiliki 255 jenis tanaman dari 79 famili, dan 10 jenis
pohon yang belum teridentifikasi. Pada area plaza ditemukan 111 jenis tanaman yang
berasal dari 47 famili. Roof Garden lantai 9 gedung K yang merupakan kebun percobaan
dan pembibitan FALTL memiliki keanekaragaman jenis tertinggi di Kampus A Universitas
Trisakti, yaitu 124 jenis yang berasal dari 53 famili.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi posisi tanaman pada beberapa plot
penelitian yang telah ditentukan di dalam kampus dan melihat pengaruh komposisi
tanaman terhadap iklim mikro pada ruang terbuka hijau di Universitas Trisakti.

2. METODE

Metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan purposive sampling pada Kampus A


Universitas Trisakti, meliputi Plaza Kampus A, roof garden lantai 9 Gedung K, dan sebagai
pembanding di luar kampus adalah ruang terbuka Terminal Grogol. Waktu penelitian
berlangsung selama 6 bulan, dengan pengamatan lapangan selama 1 bulan yang dilakukan
pada pertengahan bulan April hingga pertengahan bulan Mei 2020.

Pengambilan data suhu dan kelembaban menggunakan thermometer suhu dan hygrometer
yang diletakkan di bawah pohon agar sensor tidak terkena sinar matahari langsung. Titik
pengambilan data pada setiap lokasi pengamatan tidak berpindah-pindah (tetap). Adapun
lantai dasar pada tempat pengambilan data didominasi oleh perkerasan (baik paving block,
beton concrete, dan/atau aspal), sehingga kemungkinan ada penambahan panas dari
bahan pelantai.

Pengukuran dilakukan selama 3 minggu berturut-turut dan data yang diukur adalah
temperatur pagi (Tp), siang (Ts) dan sore hari (Tsr). Pengambilan data pagi dilakukan pada
pukul 07.00 – 08.00, siang pukul 12.00 – 13.00, dan sore pukul 16.00 – 17.00. Dari hasil
pengukuran, maka dilakukan penghitungan suhu rata-rata dari rata-rata pagi, siang dan
sore selama 6 hari dari setiap titik pengamatan, untuk selanjutnya dilakukan penghitungan
suhu harian.

Analisis komposisi tanaman dilakukan untuk mengetahui hubungan antara komposisi


tanaman dengan iklim mikro, dan memprediksi kemampuan RTH dalam menurunkan suhu

74
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

udara. Terkait dengan suhu dan kelembaban, maka diukur pula tingkat kenyamanan
menggunakan Temperature Humidity Index (THI).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Prosentase Penutupan RTH


Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada tapak maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. RTH Plaza.
Bila ditinjau dari jumlah jenis ( species richness), maka pada RTH Plaza terdapat 111 jenis
tanaman yang berasal dari 47 famili, terdiri dari tanaman penutup tanah, semak, perdu,
kelompok palem, dan pohon. Selain itu area plaza juga dipenuhi oleh tanaman-tanaman
dalam bak tanaman seperti Palem waregu (Rhapis excelsa) dan juga pot yang berisi semak
dan perdu.

Gambar 1. Denah sampel Plaza Kampus A


(Sumber: Besila, 2020)

Luas komponen sampel RTH Plaza adalah 5 x 5 m 2, dengan tutupan perkerasan 95% dan
area terbuka 5%. Pada petak sampel bisa dikenali jenis-jenis tanaman sebagai berikut,
tanaman penutup tanah yaitu Sirih gading (Epipremnum aureum) yang tumbuh pada lantai
dasar, perdu yaitu Palem waregu (Rhapis excelsa), dan jenis palem dan pohon yaitu Palem
Putri (Veitchia merrillii) dan Jambu bol (Syzygium malaccensis).

Komposisi tanaman terdiri dari 3 strata ( layer), yaitu Sirih gading (Epipremnum aureum)
sebagai tanaman penutup tanah, jejeran Palem waregu ( Rhapis excelsa) dan Palem putri
(Veitchia merrillii) pada lapisan di atasnya, serta Jambu bol (Syzygium mallacensis) sebagai
lapisan teratas.

75
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

Gambar 2. Denah tutupan tajuk


(Sumber: Besila, 2020)

Gambar 3. Strata tanaman pada area sampel plaza


(Sumber: Besila, 2020)

Kerapatan pohon (D) pada sampel plaza sebagai berikut:


D = banyaknya pohon/luas lokasi sampel
D = 6 pohon/25 m2

b. Roof Garden
Jumlah jenis (species richness) pada roof garden di lantai 9 Gedung K adalah 124 jenis
tanaman yang berasal dari 53 famili, terdiri dari tanaman penutup tanah, semak, perdu,
palem, dan pohon. Dari bentuk habitusnya maka tanaman pada roof garden terdiri dari 8
jenis palem, 21 jenis pohon, 38 jenis perdu, 40 jenis semak, 7 jenis tanaman air, dan 8 jenis
tanaman merambat.

Komponen sampel roof garden adalah 5 x 5 m2, dengan tutupan perkerasan 40% dan area
terbuka 60%. Seluruh area terbuka yang berisi media dan memungkinkan untuk ditanami
berada di atas perkerasan beton (lantai 9), dengan ketebalan media antara 10–30 cm saja.

Pada petak sampel didapati tanaman penutup tanah seperti aneka bromelia (Bromeliaceae),
Sansivera tombak (Sansevieria cylindrica), Lantana (Lantana camara), dan Sutra Bombay
(Portulaca grandiflora); semak yaitu Philo seloum (Philodendron seloum), Kana (Canna
indica); perdu antara lain Kembang pukul delapan ( Turnera subulata), Krosandra
(Crossandra infundlibuliformis ), Soka (Ixora stricta), Rowelia tegak (Ruelia sp.), Plumbago
(Plumbago capensis) dan Kamboja jepang (Adenium cutaneum); serta 3 pohon Kamboja
(Plumeria sp.).

76
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

Gambar 4. Denah roof garden, lantai 9 Gedung K


(Sumber: Besila, 2020)

Gambar 5. Tutupan tajuk pada area sampel roof garden


(Sumber: Besila, 2020)

Gambar 6. Komposisi tanaman pada sisi depan area sampel roof garden
(Sumber: Besila, 2020)

Komposisi tanaman terdiri dari 3 strata ( layer), yaitu tanaman penutup tanah, di atasnya
terdapat semak dan perdu, serta paling atas adalah naungan tajuk pohon Kamboja
(Plumeria sp.). Pada lantai area sampel tidak sepenuhnya ditutupi tanaman penutup tanah,
namun sebagian menggunakan batu koral hias untuk memperindah komposisi.
Kerapatan pohon (D) pada area sampel ruang terbuka roof garden sebagai berikut:
D = banyaknya pohon/luas lokasi sampel
D = 3 pohon/25 m2

77
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

c. Terminal Grogol
Terminal Grogol mengutamakan fungsinya sebagai tempat transit bus, sehingga area
didominasi perkerasan, dengan area hijau yang sangat minim. Hanya ada pohon-pohon
pelindung pada bagian tepi terminal. Dengan luas keseluruhan sebesar 7.780 m 2, maka
sampel diambil pada bagian sisi Barat terminal yang kegiatannya paling intens seluas 5 x 5
m 2.

Dengan luas komponen sampel 5 x 5 m2, maka tutupan perkerasan + 93% dan area terbuka
yang masih memungkinkan untuk ditanami sebesar 7%. Namun tanah sebagai media tanam
pada area yang terbuka dalam kondisi keras, sehingga sulit untuk ditanami.

Bila ditinjau dari jumlah jenis (species richness), maka pada Terminal Grogol sisi Barat
hanya terdapat 1 jenis tanaman yang berasal dari 1 famili, yaitu Angsana ( Pterocarpus
indicus). Pada petak sampel hanya ada Angsana (Pterocarpus indicus) yang berfungsi
sebagai pohon pelindung. Memiliki strata tunggal (1 layer), tanpa komposisi tanaman.
Tegakan pohon Angsana memiliki tajuk yang saling menumpuk akibat jarak tanam yang
terlalu dekat (+ 4 m).

Gambar 7. Denah Terminal Grogol


(Sumber: Google maps, 2020)

Adapun kerapatan pohon (D), pada area sampel:


D = banyaknya pohon/luas lokasi sampel
D = 2 pohon/ 25 m2

Gambar 8. Denah tutupan tajuk sampel Terminal Grogol


(Sumber: Besila, 2020)

Berdasarkan hasil pengamatan, maka tutupan tajuk tertinggi ditemukan pada RTH plaza,
dengan nilai D = 6 pohon/25 m 2. Dengan komposisi 3 layer dan tutupan tajuk yang rapat
dan saling bertumpuk, maka kanopi pada plaza potensial mengurangi efek sinar matahari
78
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

langsung yang jatuh ke lantai plaza. Sementara itu laju transpirasi yang tentu lebih tinggi
dibanding roof garden dan Terminal Grogol akan memberikan kelembaban yang lebih besar
bagi area di sekitarnya.

2. Pengukuran Suhu Udara

Dari pengukuran pada tiga titik pengamatan yang berbeda, maka diketahui bahwa suhu
minimum terjadi pada pagi hari (antara pukul 07.00–08.00), suhu maksimum terjadi pada
siang hari (antara pukul 12.00-13.00), namun suhu kemudian cenderung menurun pada
saat menjelang sore (antara pukul 16.00–17.00).

Tabel 1. Hasil pengukuran rata-rata suhu (oC)


(Sumber: Besila, 2020)

Suhu rata-rata Suhu


Lokasi Pengamatan
Pagi Siang Sore harian

Plaza Kampus A 27,5 28,8 28,1 28,1


Roof Garden Gd. K 27,7 30.0 28,1 28,6
Terminal Grogol 29,3 31,9 30.0 30,4
Rata-rata 28,2 30,2 28,7 29,0

Suhu pada pagi hari lebih rendah dari siang dan sore karena matahari belum tinggi,
termasuk pada roof garden yang terpapar sinar matahari langsung dan Terminal Grogol
yang minim pohon peneduh. Saat siang suhu naik, terutama pada roof garden yang
sepenuhnya berada di atas perkerasan dan tidak memungkinkan ditanamnya pohon
perindang yang besar. Sementara pada Terminal Grogol suhu juga naik pesat menjelang
siang hingga sore hari, sejalan dengan tingginya aktifitas kendaraan bermotor.

Pada sore hari suhu di plaza cenderung turun sedikit, sementara pada roof garden
penurunan suhu lebih terasa. Pada Terminal Grogol suhu sore cenderung menurun
meskipun tetap lebih tinggi dibanding suhu pada pagi hari. Dapat diperkirakan bahwa
tutupan tajuk mempunyai pengaruh terhadap suhu, meskipun harus dilihat juga apakah
ada pengaruh dari bahan perkerasan yang ada pada area sampel, kerapatan tajuk, dan
juga strata dan komposisi tanaman.

Pada area plaza kenaikan suhu antara pagi, siang dan sore tidak terlalu tinggi, karena
meskipun plaza didominasi oleh perkerasan, namun plaza dipenuhi oleh aneka tanaman
mulai dari penutup tanah, semak, perdu, dan pohon-pohon besar serta palem yang
tajuknya saling bertumpuk membentuk banyak lapisan. Persaingan tumbuh membuat
banyak tajuk pohon yang ada pada plaza tidak berkembang sempurna, namun membuat
lapisan yang bertumpuk, sehingga mampu menahan sinar matahari yang jatuh ke lantai
plaza. Hal ini menyebabkan kenaikan suhu pada plaza tidak terlalu fluktuatif.

79
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

Kondisi pada roof garden berbeda dengan plaza. Pada roof garden komposisi tanaman juga
beragam, umumnya memiliki 3 layer strata mulai dari penutup tanah, semak perdu, dan
pohon. Namun mengingat ketersediaan media tanam yang sangat minim dan tidak
memungkinkan memegang akar yang dalam, maka pohon yang ada hanya pohon kecil.
Sinar matahari penuh masuk ke dalam seluruh tapak. Perkerasan yang mendominasi
seluruh area roof garden memantulkan langsung sebagian sinar matahari dan menguarkan
panas. Itu sebabnya kenaikan suhu pada roof garden antara pagi dan siang hari relatif
tinggi.

Terminal Grogol memiliki sedikit sekali area yang bisa ditanami. Beberapa pohon perindang
yang tersisa sudah tumbuh besar dengan tinggi hingga belasan meter dan tajuk rata-rata
mencapai 10–20 m. Sementara pada area sampel hanya ada 2 pohon Angsana (Pterocarpus
indicus). Ditanam berdekatan, maka tajuk tanaman tidak berkembang sempurna namun
tetap mampu memberikan keteduhan. Adanya kedua pohon Angsana ini tidak dapat
memberikan pengaruh besar terhadap iklim mikro pada Terminal Grogol. Dengan satu layer
dan tanpa komposisi tanaman maka pohon Angsana hanya berfungsi memberikan
keteduhan bagi para pengguna jasa transportasi yang berteduh di bawahnya. Suhu pagi
hari pada Terminal Grogol lebih tinggi dibanding area plaza dan roof garden karena paling
minim tanaman dan memiliki aktifitas transportasi yang tinggi. Kenaikan suhu pada
Terminal Grogol pada siang dan sore hari tidak terlalu tinggi dan fluktuatif.

Paparan sinar matahari langsung dapat menyebabkan kerusakan fisik dan penurunan
struktur kimia tanaman tertentu (Candar et al., 2019). Karakteristik vegetasi dapat
mempengaruhi penurunan suhu sekitar 3 oC di area yang dipenuhi tumbuhan. Sedangkan
pada area dimana terdapat tanaman dan badan air pada suatu taman hutan kota dapat
menurunkan suhu sekitar 5 oC dan meningkatkan kenyamanan termal. Vegetasi menyerap
CO2 dan mengurangi efek penyinaran matahari secara langsung serta meningkatkan
evapotranspirasi (Rahim, 2016).

3. Pengukuran kelembaban

Menggunakan hygrometer, pengukuran dilakukan pada hari yang telah ditentukan, selama
3 minggu berturut-turut bersama dengan pengukuran suhu. Berikut adalah hasil
pengamatan kelembaban dan rata-rata kelembaban hariannya.

Berdasarkan pengukuran kelembaban pada titik pengamatan yang telah ditentukan,


diketahui bahwa kelembaban minimum terjadi pada pagi hari (antara pukul 07.00–08.00)
dan kelembaban udara maksimum terjadi pada siang hari (antara pukul 12.00–13.00).
Menjelang sore (pukul 16.00–17.00) kelembaban turun kembali.

Tabel 2. Hasil pengukuran rata-rata kelembaban (%)


(Sumber: Besila, 2020)

Kelembaban Kelembaban
Lokasi Pengamatan
rata-rata (%) harian

80
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

Pagi Siang Sore (%)


Plaza Kampus A 75,4 78,3 74,1 75,9
Roof Garden Gd. K 82,0 82,8 80,1 81,7
Terminal Grogol 77,1 73,8 69,7 73,5
Rata-rata 78,2 78,3 74,6 77,0

Dari tabel di atas diketahui bahwa Terminal Grogol memiliki rata-rata kelembaban harian
terendah, sementara roof garden memiliki rata-rata kelembaban harian tertinggi. Area
sampel Terminal Grogol sangat minim pohon perindang dan tanaman bawah, sehingga
berpengaruh terhadap kelembaban. Area sampel roof gaden memiliki rata-rata kelembaban
harian tertinggi karena keanekaragaman jenisnya yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan area sampel plaza. Roof garden didominasi tanaman penutup tanah, semak perdu,
dan pohon, sementara plaza hanya didominasi pohon, dengan sedikit perdu dan penutup
tanah di bawahnya. Selain itu pohon perindang pada plaza sangat rapat, sehingga sinar
matahari sulit menembus ke lantai. Akibatnya suhu menjadi lebih stabil dan kelembaban
juga tidak banyak meningkat.

4. Pengukuran tingkat kenyamanan

Indeks kenyamaan manusia dapat diukur dengan menggunakan persamaan Temperature


Humidity Index (THI). Menurut Wijaya (2011), dalam penelitiannya menyatakan bahwa
metode pengukuran tingkat kenyamanan yang tepat untuk daerah tropis adalah metode
THI. Nieuwolt memodifikasi indeks kenyamanan tersebut dengan menggabungkan suhu
udara dan kelembaban relatif (Kakon et al. 2010), dengan rumus sebagai berikut:

THI = 0,8T + (RH x T)………….(1)


500
T adalah suhu udara (oC), RH adalah kelembaban relatif (%)

Metode THI yang dikembangkan oleh Nieuwolt ini menurut Emmanuel (2005) hanya
menitikberatkan faktor suhu udara dan kelembaban relatif saja tanpa melihat faktor lain
kebiasaan manusia dalam berpakaian, makanan, dan lain-lain. Namun metoda THI ini
biasanya banyak digunakan di wilayah tropis, terutama di luar ruangan. Umumnya di
wilayah tropis manusia akan cenderung merasa nyaman pada nilai 20 – 26 oC dan sudah
tidak merasa nyaman pada THI di atas 27 oC (Effendy et al. 2006).

Menurut Effendy (2007) dalam Wati dan Fatkhuroyan (2017), rentang nilai indeks
kenyamanan adalah nilai THI 21- 24oC terdapat 100% populasi menyatakan nyaman, THI
antara 25-27 oC hanya 50% populasi merasa nyaman, THI > 27 oC sebanyak 100% populasi
merasa tidak nyaman.

Kategori Nyaman berdasarkan Metoda THI pada rentang 21,0 sampai 24,0 dapat tercapai
dengan mengkombinasikan nilai suhu udara dan kelembaban relatif yang berbeda.
Hubungan antara suhu udara dengan kenyamanan pada metoda THI berbanding lurus
dimana semakin meningkatnya suhu udara maka nilai indeks kenyamanan akan semakin
tinggi. Dari hasil penghitungan didapat hasil sebagai berikut:
81
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

Berdasarkan data pada Tabel 3 diketahui bahwa plaza dan roof garden nyaman sepanjang
hari, sementara Terminal Grogol nyaman pada pagi hari, namun sebagian tidak nyaman
pada siang hingga sore hari. Secara umum Terminal Grogol memilki sedikit tanaman,
dengan komposisi strata tunggal, sehingga ketika sinar matahari masuk secara penuh maka
suhu meningkat dan nilai indeks kenyamanan akan semakin tinggi.

Tabel 3. Nilai Temperature Humidity Index (THI)


(Sumber: Besila, 2020)

Nilai THI
Lokasi Keterangan
Pagi Siang Sore
Plaza Kampus A 22,04 23,08 22,52 “Nyaman” sepanjang hari
Roof garden 22,20 24,05 22,52 Nyaman, dengan “sebagian tidak
Gedung K nyaman” pada siang hari
Terminal Grogol 23,5 25,6 24,04 “Nyaman” pada pagi dan sore hari. Pada
siang hari “sebagian tidak nyaman”

Pada plaza kenaikan suhu tidak seberapa, karena plaza dipenuhi berbagai tanaman besar
dengan tajuk yang berlapis-lapis, sehingga sinar matahari yang masuk ke lantai plaza tidak
terlalu banyak. Akibatnya kenaikan suhu tidak terlalu tinggi dan fluktuatif. Sementara pada
roof garden kenaikan suhu pagi ke siang lebih besar daripada di plaza, namun karena pada
roof garden masih dipenuhi oleh tanaman penutup tanah, semak perdu, dan pohon kecil,
maka indeks THI masih masuk dalam kategori nyaman.

5. Pengaruh komposisi tanaman terhadap iklim mikro

Dari pembahasan di atas maka terlihat bahwa dengan kondisi perkerasan lantai yang
kurang lebih sama maka komposisi tanaman berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban
suatu area. Hal tersebut juga dapat dilihat dari penghitungan Indeks THI ( Temperature
Humidity Index).

Pada plaza komposisi tanaman terdiri dari dari 3 strata yaitu tanaman penutup tanah, perdu,
dan pohon. Namun pohon yang ada adalah pohon-pohon besar yang ditanam rapat (tidak
mengindahkan jarak tanam), sehingga tajuk pohon saling bertemu dan tumpang tindih.
Lapisan tajuk berlapis-lapis, sehingga sinar matahari yang masuk ke bagian bawah menjadi
terbatas. Terbatasnya sinar matahari membuat suhu tidak terlalu tinggi, dengan fluktuasi
kenaikan suhu pagi, siang dan sore yang juga kurang nyata.

Roof garden yang berada di lantai 9 Gedung K sudah tentu tidak memiliki lahan langsung
di atas tanah, namun memiliki area tanam dengan ketinggian media tanam berkisar antara
10 sampai 30 cm. Komposisi tanaman pada roof garden sangat beragam, karena roof
garden ini merupakan laboratorium tanaman yang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan
pendidikan dan pengajaran.

Pada area sampel komposisi tanaman terdiri dari 3 strata, yaitu tanaman penutup tanah,
semak perdu, dan pohon kecil yaitu Kamboja ( Plumeria sp.). Titik pengambilan data suhu
82
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

dan kelembaban ditetapkan di bawah pohon Kamboja. Nilai indeks THI menunjukkan
“Nyaman” untuk pagi dan sore hari, sementara pada siang hari “Sebagian tidak nyaman”,
karena nilai Indeks THI sedikit di atas 24. Karena roof garden terletak di atap lantai 9
Gedung K, maka sinar matahari jatuh tanpa penghalang ke seluruh permukaan lantai 9,
kecuali pada area yang tertutup tanaman. Akibatnya panas sinar matahari yang jatuh pada
area terbuka tanpa tanaman dipantulkan kembali ke atas, dan memberi pengaruh pada
kenaikan suhu. Itu sebabnya mengapa pada siang hari suhu di roof garden naik cukup
tinggi, dan kemudian turun kembali menjelang sore.
Terminal bus Grogol diambil sebagai kontrol di luar kampus. Pada Terminal Grogol, area
yang dapat ditanami sangat terbatas. Pada petak-petak dimana tumbuh pohon-pohon besar
seperti Angsana (Pterocarpus indicus) para pengunjung terminal memanfaatkannya untuk
berteduh dari terik sinar matahari.

Komposisi tanaman sangat sederhana, terdiri dari 1 layer, dengan jarak tanam yang terlalu
rapat. Pada pagi dan sore hari indeks THI menyatakan “Nyaman”. Namun pada siang hari
“Sebagian tidak nyaman”. Hal ini disebabkan karena nilai indeks THI mencapai 25,6 (di atas
24). Tingginya nilai indeks THI disebabkan oleh kenaikan suhu yang terjadi pada siang hari
di terminal. Kenaikan suhu tidak saja disebabkan oleh sinar matahari, tetapi kemungkinan
ada juga kontribusi panas dari mesin-mesin kendaraan yang silih berganti datang dan pergi.
Bila dibadingkan dengan plaza dan roof garden, maka nilai indeks THI tertinggi ada pada
siang hari di Terminal Grogol.

Campuran pohon, semak dan rumput berpengaruh tinggi terhadap pengurangan suhu dan
pencemar udara, komposisi pohon, semak dan rumput berdaun lebar memberikan efek
melembabkan sedangkan komposisi pohon dan rumput campuran sangat berperan dalam
mengurangi pencemar udara. Kerapatan tajuk dan luas daun berpengaruh pada tingkat
keteduhan yang dihasilkan (Fan, et al., 2021)

Keberadaan ruang terbuka hijau memberikan pengaruh positif terhadap iklim mikro dimana
dapat menurunkan suhu, memberikan efek mendinginkan dari oksigen yang dihasilkan,
memberikan kenyamanan, mengurangi intensitas radiasi sinar matahari, menciptakan
kelembaban yang optimal, mengurangi kebisingan dan mengurangi pencemaran udara.
Kerapatan maupun komposisi tanaman berpengaruh pada faktor-faktor tersebut. Oleh
karena itu keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan sangat diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan kenyamanan penduduknya (Finaeva, 2017). Struktur dan
fungsi pohon sangat berperan dalam perencanaan suatu lanskap kota dan area publik
lainnya (Luttge dan Buckeridge, 2020).

4. KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hayati
roof garden jauh lebih tinggi dibanding plaza, namun tutupan tajuk pada plaza lebih baik
daripada roof garden, karena plaza dipenuhi oleh pohon-pohon besar dengan lapisan-
lapisan strata yang nyata. Rata-rata suhu di plaza lebih rendah dibandingkan roof garden
dan terminal Grogol yang hanya memiliki pohon dengan jumlah terbatas. Adapun
kelembaban pada plaza lebih tinggi dibandingkan roof garden dan terminal Grogol. Terkait
iklim mikro, maka plaza memilki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dibanding roof
garden dan Terminal Grogol.
83
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

Ada keterkaitan erat antara komposisi tanaman dengan iklim mikro. Komposisi tanaman
yang berstrata banyak dan terdiri dari berbagai habitus tanaman (pohon, perdu, semak,
penutup tanah) lebih mampu menciptakan iklim mikro yang nyaman bagi para pengguna
tapak.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk penataan ulang RTH Kampus
A dan menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya, menyangkut pemilihan jenis dan
komposisi tanaman yang dapat memaksimalkan penciptaan iklim mikro dan fungsi ekologis
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, A. W dan Furqan, M. H. 2019. The impact of green open space changes on
temperature and humidity and the livable city index of Banda Aceh. Sumatra Journal
of Disaster, Geography Education. Vol. 3, No. 2, hal 170-174.

Akhir, N. M dan Sakip, S. R. M. 2017. Malaysian Journal of Sustainable Environment. Vol


2, No. 1, hal 43-58.

Candar, S, Korkutal, I dan Bahar, E. 2019. Effect of canopy microclimate on Merlot ( Vitis
vinifera L.) grape composition. Applied ecology and environe=mental research. Vol
17, No. 6, hal 15431-15446.

Contreras, J. M., Schirmel, J dan Zerbe, S. 2011. Influence of soil and microclimate on
species composition and grass encroachment in heath succession. Journal of Plant
Ecology. Vol. 5, No. 3, hal 249-259.

Dongying, L., W.C. Sullivan. 2016. Impact of views to school landscape on recovery from
stress and mental fatigue. Journal of Landscape and Urban Planning. (148), 149-158.

Effendy, S., Bey A., Zain, AFM., Santosa, I. 2006. Peranan Ruang Terbuka Hijau dalam
Mengendalikan Suhu Udara dan Urban Heat Isand Wilayah Jabotabek. J. Agromet
Indonesia 20(1), 23-33.

Emmanuel R. 2005. Thermal Comfort Implications of Urbanization in a Warm-humid City:


The Colombo Metropolitan Region (CMR), Sri Lanka. J Building and Environment 40.

Fan, S., Zhang, M., Li, Y., Li, K dan Dong, L. 2021. Impacts of composition and canopy
characteristics of plant communities on microclimate and airborne particles in Beijing,
China. Sustainability. Vol 13, No. 4791, 17 hal.

Finaeva, O. 2017. Role of green spaces in favorable microclimate creating in urban


environment. Material science and engineering 262. 7 hal.
84
Jurnal Bhuwana
Besila, Krisantia, Hendrawan
Vol. 2 No. 1 Hal. 72-85 Tahun 2022
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v2i1.14464

Jacob, A.B., G.N. Rainbolt, P.A. Bell, G.H. Donovan. 2015. Classroom with nature views:
Evidence of differing student perceptions and behaviors. Jurnal of Environment and
Bahavior. Vol 47(2), hal 140-157.

Kakon, A.N., Nobuo, M., Kojima, S., Yoko, T. 2010. Assessment of Thermal Comfort ini
Respect to Building Height in a High-Density City in the Tropics. American J. of
Engineering and Applied Sciences 3 (3) : 545-551.

Liang, A., Xie, C dan Che, S. 2021. A study on microclimate characteristics and energy
balance within near river riparian systems. Earth and environmental science 821. 13
hal.

Luttge, U dan Buckeridge, M. 2020. Trees: structure, function and the challenges of
urbanization. Trees. 8 hal.

Meili, N., Acero, J. A., Peleg, N., Manoli, G., Burlando, P dan Fatichi, S. 2021. Building and
Environment. Vol. 195, 16 hal.Putri, N. A., Hermawan, R dan Karlinasari, L. 2021.
Measuring thermal comfort in a built environment: A cas study in a Central Business
District, Jakarta. Earth and Environmental Science 918. 11 hal.

Putri, N.A., Hermawan, R., dan Karlinasari, L. 2021. Measuring Thermal Comfort in A Built
Environment: A Case Study in A Central Business District, Jakarta. IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science. 10 hal.

Qian, Y., Chakraborty, T. C., Li, J., Li, D., Cenlin, H. E., Sarangi, C., Chen, F., Yang, X dan
Leung, L. R. 2022. Urbanization impact on regional climate and extreme weather:
current understanding, uncertainties, and future research directions. Advances in
atmospheric science. Vol. 39, hal 819-860.

Rahim, M. 2016. https://ejournal.unkhair.ac.id

Wati, T. dan Fatkhuroyan. 2017. Analisis Tingkat Kenyamanan di DKI Jakarta Berdasarkan
Indeks THI (Temperature Humidity Index). Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(1), 57-63.

Wijaya, R. 2011. Analisis Perubahan Tingkat Kenyamaan Kota Malang. Jurnal Agrisistem. 4
(1&2): 107-111.

Zeng, J., Tarin, M. W. K., Chen, G dan Zhang, Q. 2022. The characteristics of plant clusters
influence on the cooling effect: A case study in a subtropical Island Park, China.
Global Ecology and Conservation. Vol. 34, 13 hal.

85

Anda mungkin juga menyukai