Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329712887

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSIONAL GREENHOUSE (STUDI KASUS KEBUN


PERCOBAAN DAN RUMAH KACA FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS
PADJADJARAN)

Article · September 2018


DOI: 10.24198/jt.vol12n1.4

CITATIONS READS

0 1,279

4 authors, including:

Dedy Prijatna Handarto Handarto


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
6 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    18 PUBLICATIONS   79 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Image Processing-based Tomato Grading View project

Experimental Verification of Control Logic for Operation of a Fog Cooling System for a Naturally Ventilated Greenhouse View project

All content following this page was uploaded by Dedy Prijatna on 02 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSIONAL GREENHOUSE (STUDI KASUS KEBUN


PERCOBAAN DAN RUMAH KACA FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS PADJADJARAN)
Structural and Functional Analysis of Greenhouse (Case Study at Experimental Field and
Greenhouses Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran)
Anadia Nafila 1), Dedy Prijatna 2), Totok Herwanto 2), Handarto 2)
1)
Alumnus Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Padjadjaran
Jl. Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang,Jawa Barat, Indonesia 40600
2)
Staff Departemen Teknik dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran
Jl. Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang,Jawa Barat, Indonesia 40600
Email : nafilanadia@gmail.com

ABSTRAK

Bangunan greenhouse digunakan untuk menciptakan kondisi optimal dalam kegiatan budidaya tanaman
dengan lingkungan terkendali. Kondisi bangunan greenhouse harus dapat memenuhi persyaratan teknis
struktur maupun syarat tumbuh optimal tanaman sehingga diperlukan analisis struktur dan fungsional untuk
menentukan kelayakan bangunan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian analisis
struktur bangunan greenhouse menunjukkan bahwa tegangan tarik yang terjadi pada struktur atap, kuda-
kuda, dinding tembok dan dinding plastik secara berurutan sebesar 1.404 kg/m2, 571.900 kg/m2, 1.283 kg/m2,
dan 2.832 kg/m2. Tegangan lentur yang terjadi pada struktur gording sebesar 319.100 kg/m2 dan pada kolom
berkisar antara 1.041.000-42.710.000 kg/m2 serta lendutan yang terjadi pada kasau, gording, dan dinding
relatif sangat kecil. Pembebanan keseluruhan bangunan menyebabkan terjadinya tegangan tekan pada
pondasi sebesar 14.392 kg/m2 dengan daya dukung tanahnya dapat mencapai 20.119 kg/m2. Keselurahan
hasil analisis struktur yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa bangunan dalam kondisi yang layak
terhadap pembebanan maupun evaluasi. Hasil analisis fungsional menjukkan bahwa suhu rata-rata di dalam
bangunan mencapai 28 oC dengan kelembaban relatif sebesar 73% menunjukkan bahwa kondisi tersebut
cukup memenuhi syarat optimal pertumbuhan tanaman tomat cherry pada fase vegetatif.
Kata Kunci: analisis fungsional, analisis struktur, greenhouse, kelayakan

ABSTRACT

Greenhouse is the agriculture fabrication which used to creating optimal condition for cultivation with
controlled system. Greenhouse condition must be set in the structural requirement and suited with growth
activity of the plant which is measured by functional descriptive analysis method. The result of greenhouse
structure analysis showed that tensile stresses of roof structure, truss, wall and plastic wall are 1,404 kg/m2,
571,900 kg/m2, 1,283 kg/m2, dan 2,832 kg/m2, respectively. Bending stress occurring in the purlin structure
is 319,100 kg/m2 and reinforced column ranged from 1,041,000-42,710,000 kg/m2 and the deflections that
occur on the rafters, truss, and wall are relatively small. The total loading of building causes the
compressive stress on foundation is 14,392 kg/m2 in which the carrying capacity of the soil can reach 20,119
kg/m2. The overall results of structural analysis that have been done indicate that building is in proper
condition against the loading and evaluation. The result of functional analysis shows that the average
temperature in the building reaches 28 oC with relative humidity of 73% indicates that the condition has met
the optimal requirement of cherry tomato plant growth in the vegetative phase.
Keywords: feasibility, functional analysis, greenhouse, structure analysis

Diterima : 7 Februari 2018 ; Disetujui : 29 Maret 2018; Online Published : -


DOI : 10.24198/jt.vol12n1.4

Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas
36
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

PENDAHULUAN udara, kecepatan angin, serta perpindahan


kalor dan perpindahan massa yang terjadi di
Greenhouse di Kebun Percobaan dan dalam bangunan (Hariadi, 2007). Hasil
Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas penelitian Hasan (2016) menunjukkan suhu di
Padjadjaran (Rumah Kaca D) merupakan suatu dalam greenhouse dapat mencapai di atas 30
o
bangunan pertanian yang digunakan sebagai C yang menunjukkan bahwa kondisi tersebut
sarana penelitian untuk budidaya tanaman. tidak memenuhi syarat tumbuh optimal
Menurut Alahudin dkk (2013), kegiatan tanaman tomat cherry. Kondisi suhu di dalam
penelitian memungkinkan dilakukan di dalam bangunan yang terlalu tinggi tersebut
greenhouse karena kondisi lingkungannya membutuhkan pengendalian iklim mikro
yang dapat dimanipulasi dan disesuaikan dengan cara pendinginan.
dengan kebutuhan tanaman (controlled Penentuan kelayakan greenhouse dapat
environment agriculture). Tanaman di dalam dilakukan pada setiap komponen utama
bangunan dapat terisolasi dari kondisi alam struktur untuk mempertimbangkan kekuatan
dan faktor eksternal lainnya yang tidak dan kekakuan bangunan dalam memberikan
diharapkan. Kondisi di dalam greenhouse yang stabilitas struktural melalui analisis struktur
dapat mengisolasi tanaman dibuat agar (Frick, 1980). Gaya-gaya yang terjadi pada
pencahayaan yang terjadi berlangsung secara konstruksi harus lebih kecil dari nilai yang
baik dan optimum untuk pertumbuhan diijinkan berdasarkan persyaratan teknis bahan
tanaman (Inayah, 2007). sehingga bangunan tidak mengalami
Menurut Morib (2012), konstruksi kerusakan yang berarti dan dapat dikatakan
bangunan greenhouse terdiri dari bagian- layak. Selain itu diperlukan juga analisis
bagian struktur yang saling menopang dan fungsional bangunan greenhouse yang erat
mendukung satu dan lainnya dalam menopang kaitanya dengan kesesuaian kondisi iklim
pembebanan yang terjadi untuk memberikan mikro terhadap syarat tumbuh optimal
kekuatan dan kekakuan pada bangunan. tanaman di dalam bangunan. Pada kondisi
Struktur bangunan yang baik merupakan lingkungan dengan iklim mikro yang tidak
struktur yang layak dalam memenuhi sesuai dengan syarat tumbuh tanaman,
kebutuhan struktural bangunan sehingga dapat greenhouse tidak dapat menjalankan fungsinya
tercipta kondisi yang aman dan nyaman bagi secara optimal. Oleh karena itu, penelitian ini
penggunanya. Keamanan struktur bangunan dimaksudkan untuk menggambarkan serta
mutlak harus memperhatikan sifat fisik dan mengevaluasi kondisi greenhouse di lokasi
mekanik bahan yang disertai pertimbangan penelitian berdasarkan fungsional dan
faktor keselamatannya. kelayakan bangunannya.
Menurut Koesmaryono dkk (1997),
iklim memiliki pengaruh penting terhadap METODOLOGI
kondisi fungsional greenhouse dalam
menciptakan kondisi yang optimal bagi Waktu dan Tempat
budidaya tanaman. Parameter iklim di sekitar Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bangunan dapat memberikan pengaruh bulan Mei 2017 sampai dengan bulan
langsung terhadap kondisi lingkungan di Desember 2017. Lokasi penelitian
dalam bangunan pada ruang terbatas yang dilaksanakan di Rumah Kaca D, Kebun
berbeda dengan kondisi iklim di luar Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas
bangunan. Kondisi lingkungan disekitar Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kabupaten
greenhouse tersebut sangat mempengaruhi Sumedang, Jawa Barat.
kondisi kenyaman termal di dalam bangunan Alat dan Bahan
(Alahudin, 2013). Pengamatan iklim mikro Alat dan bahan yang digunakan untuk
pada bangunan greenhouse umumnya meliputi penelitian adalah: Hobo Onset Data Logger
intensitas cahaya, suhu udara, kelembaban U30-Nrc Weather Station, Onset S-THB-

Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas 37
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

M002 Temperature/ RH Smart Sensor, Onset Menurut Hanan et al. (1978)


S-WSA-M003 Wind Speed Smart Sensor, pembebanan struktur atap akibat hembungan
Onset S-LIA-M003 Photosynthetically Active angin dapat dihitung dengan menggunakan
Radiation (PAR) Sensor, Rollmeter, Soil Cone persamaan:
Penetrometer, HOBOware Graphing & Ww = 4,9x10-3 x C x v2 x La (2)
Analysis Software, Kalkulator, Software Menurut Kwantes (1984), resultan
AutoCAD 2006, PsychroGen 2.0, dan Software pembebanan yang terjadi pada struktur atap
Microsoft Excel 2010. Sedangkan bahan yang dan evaluasi struktur berupa tegangan tarik
digunakan yaitu greenhouse penelitian maupun lendutan dapat ditentukan dengan
(Rumah Kaca D), data primer, dan sekunder. menggunakan persamaan:
Data primer diperoleh dari hasil penelitian R α (3)
secara langsung berdasarkan pengamatan, (4)
pengukuran, perhitungan, dan analisis. Data
sekunder yang digunakan yaitu data (5)
klimatologi 10 tahun terakhir dan persyaratan Keterangan:
teknis bahan struktur bangunan yang Wa = Beban (bobot) atap (N)
digunakan sebagai literatur ketahanan bahan La = Luas atap (m2)
konstruksi. ta = Tebal atap (m)
Tahapan Penelitian ρa = Massa jenis bahan atap (N/m3)
Penelitian ini dilakukan dengan i = Jumlah lapisan atap
menerapkan metode deskriptif untuk menilai Ww = Beban akibat hembusan angin (N)
kelayakan greenhouse. Hasil penelitian C = Konstanta angin
didapatkan dari 2 variabel utama, yaitu v = Kecepatan angin maksimal (km/jam)
variabel yang diukur dan dihitung. Ww = Beban angin (N)
1. Variabel yang Diukur α = Sudut kemiringan atap (o)
= Tegangan tarik (N/m2)
Variabel yang diukur dalam penelitian Rx = Gaya R yang menimbulkan tarikan (N)
ini diantaranya adalah pengukuran dimensi Ry = Gaya R yang menimbulkan lendutan (N)
greenhouse meliputi setiap komponen struktur = Lendutan pada atap (m)
a
utama bangunan, kondisi iklim mikro di dalam A = Luas penampang lendutan (m2)
dan di luar bangunan, dan gaya penetrasi
tanah. 4. Struktur Kasau

2. Variabel yang Dihitung Menurut Nelson et al. (1988),


pembebanan yang terjadi pada struktur kasau
Variabel yang dihitung dalam penelitian akibat berat kasau itu sendiri dapat ditentukan
ini dilakukan untuk menentukan konstruksi dengan menggunakan persamaan:
utama bangunan dan kondisi iklim mikro. Wg = Lg x pg x ρg (6)
Kelayakan Konstruksi Utama Bangunan Menurut Kwantes (1984), pembebanan
Perhitungan kelayakan konstruksi utama total yang ditanggung oleh struktur kasau dan
bangunan berdasarkan pembebanan dan evaluasi struktur berupa tegangan lentur,
evalusi kekuatan bahan dapat ditentukan lendutan, maupun tegangan geser yang terjadi
dengan menggunakan persamaan berikut: dapat ditentukan dengan menggunakan
3. Struktur Atap persamaan:
Menurut Nelson et al. (1988), (7)
pembebanan yang terjadi pada struktur atap (8)
akibat berat atap itu sendiri dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan: (9)
Wa = La x ta x ρa x i (1) (10)

Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas
38
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Keterangan: (16)
Wg = Beban gording (N)
Wgt = Total beban pada gording (N) (17)
Wg = Beban pada gording (N) Keterangan:
= Tegangan lentur pada gording (N/m2) Wd = Beban dinding (N)
Ml = Momen lentur pada gording (Nm) 7. Struktur Kolom
Sg = Modulus penampang (m3)
Fg = Total beban pada gording (N) Menurut Asroni (2010), penentuan
pg = Jarak bentang gording (m) beban yang terjadi pada kolom yang terjadi
E = Modulus elastis (N/m2) dapat dilakukan dengan menggunakan
I = Momen inersia (m4) persamaan:
= Tegangan geser (N/m2) W c = mc x g x p c (18)
Menurut Kwantes (1984), evaluasi
5. Struktur Kuda-kuda struktur kolom berupa tegangan lentur maupun
Menurut Kwantes (1984), pembebanan tengan geser yang terjadi dapat ditentukan
total yang ditanggung oleh struktur kuda-kuda dengan menggunakan persamaan:
dan evaluasi struktur berupa tegangan tarik (19)
yang terjadi dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan: (20)
ρ (11) Keterangan:
(12) Wc = Beban kolom (N)
(13) 8. Struktur Pondasi
Menurut Arce (1993), besarnya gaya Menurut Gunawan (1983), penentuan
tekan maksimal yang terjadi pada struktur pembebanan total dan luas pondasi minimal
kuda-kuda dapat ditentukan dengan dapat ditentukan dengan menggunakan
menggunakan persamaan: persamaan:
(14) ρ (21)
Keterangan: (22)
Wk = Beban kuda-kuda (N) Menurut Allen (2005), nilai indeks
Wkt = Total beban pada kuda-kuda (N) kerucut tanah untuk menentukan daya dukung
Fp = Gaya tekan maksimal yang diizinkan tanah terhadap pembebanan bangunan dapat
(kg) ditentukan dengan menggunakan persamaan:
lk = Panjang lekukan (m)
(23)
= Faktor tekuk
Ft = Gaya tarik maksimal pada kuda-kuda Keterangan:
(N) Wp = Beban total pada pondasi (N)
ρ = Berat jenis pondasi (kg/m3)
6. Struktur Dinding
Vp = Volume pondasi (m3)
Menurut Nelson et al. (1988), penentuan Dp = Luas pondasi (m2)
pembebanan yang terjadi pada struktur dinding t = Daya dukung tanah diizinkan (N/m2)
yang diakibatkan oleh berat dinding itu sendiri CI = Indeks kerucut tanah (kg/m2)
dapat ditentukan dengan menggunakan = Gaya penetrasi tanah (kg)
persamaan: = Luas penampang kerucut (m2)
Wd = Ld x td x ρd (15)
Menurut Kwantes (1984), evaluasi 9. Kondisi Iklim Mikro
struktur dinding berupa tegangan tarik maupun Kondisi iklim mikro dapat ditentukan
lendutan yang terjadi dapat ditentukan dengan berdasarkan beberapa parameter yang
menggunakan persamaan: kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan
Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas 39
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

syarat optimum untuk pertumbuhan tanaman. = Kecepatan angin rancangan (m/s)


Pengambilan data dikelompokkan ke dalam 3 = Rata-rata kecepatan angin maksimal
kondisi waktu berdasarkan ketentuan BMKG (m/s)
Tahun 2016, yaitu pada pagi hari (pukul K = Faktor frekuensi
07.00-12.59 WIB), siang hari (pukul 13.00- Sd = Standar deviasi
17.59 WIB), dan malam hari (pukul 18.00- = Reduce variate
06.59 WIB). Penentuan kondisi iklim mikro = Reduce mean
dapat dihitung dengan menggunakan = Reduce standard deviasi
persamaan berikut:
Intensitas Radiasi Matahari HASIL DAN PEMBAHASAN
(24)
Keterangan: Analisis Struktur Bangunan Greenhouse
Penentuan kelayakan bangunan dapat
= Suhu udara rata-rata ( )
diketahui dengan analisis yang dilakukan
Tpagi = Suhu udara rata-rata pagi hari ( )
pada setiap struktur bangunan berdasarkan
Tsiang = Suhu udara rata-rata siang hari ( )
sifat fisik dan mekanik bahan. Tahapan
Tmalam = Suhu udara rata-rata malam hari ( )
analisis struktur diawali dengan melakukan
a) Kelembaban Udara identifikasi karakteristik bahan, pengukuran
Penentuan kelembaban mutlak udara dimensi, serta melakukan analisis mengenai
dapat dilakukan di dalam (AHi) maupun di pembebanan yang terjadi dan evaluasi
luar (AHo) bangunan greenhouse dengan kekuatan struktur bangunan.
menggunakan persamaan (Handarto et al., Bangunan greenhouse penelitian ini
2006): merupakan greenhouse dengan tipe atap
modified standard peak yang dilengkapi
(25)
dengan atap monitor sebagai ruang ventilasi.
(26) Luasan total greenhouse mencapai 8,44 m x 24
Keterangan: m yang dibagi menjadi 3 ruangan sama besar
AHi = Kelembaban mutlak dalam dengan tinggi total bangunan sebesar 6,87 m
(kg kg-1 uk) (terdapat pada Gambar 1). Bangunan
AHo = Kelembaban mutlak luar (kg kg-1 uk) greenhouse sendiri terdiri dari 6 struktur
= Rasio berat molekul air-udara (0,622) utama, yaitu struktur atap, kasau, gording,
ei = Tekanan uap air di dalam bangunan kuda-kuda, dinding, kolom, dan pondasi
(kPa) yang setiap struktur tersebut ditinjau
eo = Tekanan uap air di luar bangunan berdasarkan kekuatan dan ketahanannya.
(kPa) Rincian evaluasi akibat pembebanan yang
Po = Tekanan atmosfer (kPa) terjadi dalam menentukan kelayakan
struktur bangunan greenhouse terdapat pada
b) Kecepatan Angin Tabel 1.
Penentuan nilai kecepatan angin Struktur atap pada greenhouse penelitian
maksimal dapat dilakukan dengan ini merupakan atap berbahan kaca lembaran
mempertimbangkan periode ulang dengan tipe G dengan ketebalan 8 mm dan kemiringan
menggunakan metode Gumbell sebagai atap mencapai 30,556o. Menurut Widyastuti
berikut (Soemarto, 1999): (1993), kemiringan atap tersebut tergolong
(27) optimal dalam mengalirkan air hujan yang
mengenai atap dan dalam mentransmisikan
(28)
radiasi sinar matahari. Pembebanan yang
terjadi pada atap didapat dari beban bahan
(29)
penutup atap dan beban angin yang
Keterangan: dipengaruhi oleh kecepatan angin rancangan
Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas
40
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

maksimal sebesar 42,862 m/s. Beban atap diantaranya adalah dinding tembok ½ bata
atas dapat mencapai 2.767,8 kg dan 6.663,15 setinggi 0,77 m, dinding plastik UV, kassa
kg pada atap bawah. Pembebanan yang aluminium, kassa plastik, dan kaca setinggi
terjadi pada atap menyebabkan terjadinya 2,95 m, serta dinding pada ventilator
tegangan tarik pada tepi atap sebesar 1.404 setinggi 0,65 m. Namun dalam hal ini
kg/m2 dan lendutan sebesar 0,002 x 10-4 mm. dinding plastik UV hanya terdapat pada 1
Struktur kasau pada greenhouse ruangan greenhouse (Rumah Kaca D) dan
berupa bingkai berbahan square tube untuk dinding kaca hanya terdapat pada sekat antar
setiap bagian kecil bahan penutup atap. ruangan saja. Beban keseluruhan dinding
Pembebanan yang terjadi pada kasau atap tanpa dipengaruhi oleh pembebanan yang
atas sebesar 3.646,2 kg dan 8.770,8 kg pada terjadi pada struktur diatasnya dapat
kasau atap bawah. Beban yang ditahan oleh mencapai 16.400,4 kg. Dinding yang
struktur kasau ini menyebabkan terjadinya dipengaruhi oleh beban angin mengalami
lendutan pada kasau pada arah horizontal tegangan tarik dan lendutan. Dinding
sebesar 0,013 x 10-4 mm dan 0,023 x 10-4 tembok mengalami tegangan tarik sebesar
mm pada arah vertikal. 0,013 x 105 kg/m2 dan lendutan sebesar
Struktur gording digunakan sebagai 0,032 x 10-2 mm. Sedangkan dinding plastik
penyangga maupun dudukan untuk atap dan UV mengalami tegangan tarik sebesar 0,028
kasau. Pada setiap kemiringan atap terdiri x 105 kg/m2 dan lendutan sebesar 0,030 x
dari 4 batang gording pada atap atas dan 7 10-2 mm.
batang gording pada atap bawah. Bahan Pembebanan yang terjadi pada
struktur gording merupakan baja kanal C bangunan greenhouse ditahan oleh 18 kolom
ringan berukuran 150 mm x 50 mm x 20 berbahan baja profil IWF berukuran 150 mm
mm dengan ketebalan 2,32 mm. Beban yang x 75 mm yang kemudian disalurkan menuju
ditahan oleh gording berasal dari pondasi. Pembebanan total yang ditahan
pembebanan akibat atap, kasau, dan beban oleh struktur kolom dapat mencapai
gording itu sendiri yang besarnya mencapai 35.082,3 kg yang yang kemudian beban
15.006,06 kg. Pembebanan yang terjadi didistribusikan secara merata menjadi 1.949
tersebut menyebabkan terjadinya tegangan kg/ kolom. Beban yang ditahan oleh struktur
lentur sebesar 0,032 x 107 kg/m2, lendutan kolom tersebut menimbulkan adanya
sebesar 3,851 mm, dan tegangan geser tegangan tekan sebesar 0,294 x 107 kg/m2
sebesar 1,770 x 105 kg/m2. serta tegangan lentur dan tegangan geser
Bangunan greenhouse dilengkapi oleh yang terjadi pada 3 kondisi berbeda.
5 batang kuda-kuda pada atap atas sepanjang Keseluruhan pembebanan yang terjadi
12 m dan 7 batang kuda-kuda pada atap pada bangunan greenhouse ditahan oleh
bawah sepanjang 3 m dengan jarak antar pondasi yang kemudian disalurkan ke dalam
kuda-kuda sebesar 4 m. Struktur kuda-kuda tanah untuk memberikan kestabilan
terdiri dari bahan baja profil wide flange bangunan. Struktur pondasi yang tersedia
(IWF) beam berukuran 150 mm x 75 mm. terdiri dari 18 buah pondasi telapak persegi
Beban yang ditahan oleh satu batang kuda- berukuran 0,5 m x 0,5 m dengan volume
kuda pada atap atas sebesar 4.780,4 kg dan 0,03 m3 dan 4 buah pondasi menerus
11.821,6 kg pada satu batang kuda-kuda berukuran 0,5 m x 0,5 m dengan volume
bawah. Pembebanan total yang ditahan oleh 0,019 m3 yang terhubung oleh sloof.
kuda-kuda pada atap bawah sebesar Pembebanan yang terjadi pada pondasi
16.602,1 kg yang menimbulkan tegangan dapat menimbulkan tegangan tekan sebesar
tarik sebesar 0,572 x 106 kg/m2 dan gaya 1,439 x 104 kg/m2 dan 7,202 kg/m2
tekan maksimal sebesar 1,294 x 105 kg. tegangan geser.
Struktur dinding pada greenhouse
penelitian terdiri dari beberapa jenis bahan
Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas 41
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Tabel 1. Data hasil analisis struktur bangunan pada greenhouse


Hasil Nilai yang
No. Struktur Sat. Sumber Ket.
Perhitungan Diijinkan
1. Atap
Tegangan tarik 0,001 x 106 1,880 x 106 kg/m2 Belis et al. (2013) Layak
31.150 x 10-
Lendutan 0,002 x 10-4 4 mm Belis et al. (2013) Layak
2. Kasau
Lendutan arah 1.070 x 10- Purnomo dkk
0,013 x 10-4 4 mm Layak
horizontal (2013)
-
Lendutan arah 1.070 x 10 Purnomo dkk
0,023 x 10-4 4 mm Layak
vertikal (2013)
3. Gording
Tegangan lentur 0,032 x 107 2,497 x 107 kg/m2 SNI 07-0138-1987 Layak
Lendutan 3,851 x 100 16,667 x 100 mm SNI 03-1729-2002 Layak
Tegangan geser 1,770 x 105 81.550 x 105 kg/m2 SNI 03-1729-2002 Layak
4. Kuda-kuda
Tegangan tarik 0,572 x 106 4,485 x 106 kg/m2 SNI 07-7178-2006 Layak
5. Dinding
a. Dinding Tembok
Tegangan tarik 0,013 x 105 1,000 x 105 kg/m2 Allen (2005) Layak
Lendutan 0,032 x 10-2 213,9 x 10-2 mm Allen (2005) Layak
Dinding Plastik
b.
UV
Tegangan tarik 0,028 x 105 7,000 x 105 kg/m2 ASTM D790 Layak
Lendutan 0,032 x 10-2 614,6 x 10-2 kg/m2 ASTM D790 Layak
6. Kolom
Tegangan tekan 0,294 x 107 1,600 x 107 kg/m2 SNI 07-7178-2006 Layak
a. Kolom sisi luar
Tegangan lentur 0,104 x 107 4,383 x 107 kg/m2 SNI 07-7178-2006 Layak
7 7 2 Gere dan Goodno
Tegangan geser 0,024 x 10 1,100 x 10 kg/m Layak
(2009)
Kolom sekat
b.
dalam
Tegangan lentur 4,271 x 107 4,383 x 107 kg/m2 SNI 07-7178-2006 Layak
Gere dan Goodno
Tegangan geser 0,097 x 107 1,100 x 107 kg/m2 Layak
(2009)
Kolom penopang
c.
atap monitor
Tegangan lentur 3,595 x 107 4,383 x 107 kg/m2 SNI 07-7178-2006 Layak
Gere dan Goodno
Tegangan geser 0,089 x 107 1,100 x 107 kg/m2 Layak
(2009)
7. Pondasi
Tegangan tekan 1,439 x 104 2,012 x 104 kg/m2 Data primer Layak
Tegangan geser 7,202 x 100 3667 x 100 kg/m2 Geoteknik (2002) Layak
Luas penampang
0,250 x 100 0,006 x 100 m2 Layak
minimum
(Sumber: Hasil perhitungan )

Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas
42
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Hasil analisis kelayakan bangunan ketahanan sifat mekanik dan fisik bahan.
yang dilakukan pada bangunan greenhouse Ketahanan dan kekakuan bangunan dalam
penelitian di Kebun Percobaan dan Rumah menopang keseluruhan pembebanan yang
Kaca Fakultas Pertanian, Universitas terjadi pada bangunan berdasarkan PPIUG
Padjadjaran (Rumah Kaca D, E, dan F) Tahun 1983 ini menunjukkan bahwa
menunjukkan evaluasi struktur memiliki bangunan berada dalam kondisi layak dan
nilai yang masih memenuhi batas toleransi aman.

(a) (b)
Gambar 1. Bangunan Greenhouse Penelitian (a) Tampak Depan; (b)Tampak Samping

Analisis Fungsional Bangunan Greenhouse Pengamatan dilakukan di dalam dan di luar


Analisis fungsional bangunan bangunan selama 24 jam dengan parameter
greenhouse dilakukan untuk mengetahui iklim yang diukur berupa radiasi matahari,
kondisi iklim mikro dalam menunjang suhu bola kering, kelembaban relatif, dan
bangunan menjalankan fungsinya secara kecepatan angin. Data hasil pengamatan
optimal. Kesesuaian kondisi iklim di dalam yang didapatkan kemudian dikelompokkan
bangunan dapat berpengaruh terhadap ke dalam 3 kondisi berbeda, yaitu pada
pertumbuhan dan produktivitas tanaman kondisi intensitas radiasi matahari (So) di
(Koesmaryono et al., 1997). atas 800 W/m2, di antara 400-800 W/m2,
Pengambilan data iklim ini dilakukan dan di bawah 400 W/m2. Profil iklim mikro
untuk mengetahui keadaan profil iklim yang terjadi pada penelitian dilakukan
mikro yang sebenarnya pada bangunan terdapat pada Gambar 2, Gambar 3, Gambar
dalam menjalankan fungsinya secara alami. 4, Gambar 5, dan Gambar 6.

Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas 43
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

(a) (b)

(c)
Gambar 2. Profil Iklim Mikro Hubungan Intensitas Radiasi Matahari terhadap Waktu pada 3
Kondisi (a) So > 800 W/m2); (b) So 400-800 W/m2 ; (c) So < 400 W/m2

(a) (b)

(c)
Gambar 3. Profil Iklim Mikro Hubungan Suhu Udara terhadap Waktu pada 3 Kondisi
(a) So > 800 W/m2); (b) So 400-800 W/m2 ; (c) So < 400 W/m2

Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas
44
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

(a) (b)

(c)
Gambar 4. Profil Iklim Mikro Hubungan Kelembaban Relatif Udara terhadap Waktu pada 3
Kondisi (a) So > 800 W/m2); (b) So 400-800 W/m2 ; (c) So < 400 W/m2

(a) (b)

(c)
Gambar 5. Profil Iklim Mikro Hubungan Kelembaban Mutlak Udara terhadap Waktu pada 3
Kondisi (a) So > 800 W/m2); (b) So 400-800 W/m2 ; (c) So < 400 W/m2

Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas 45
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

(a) (b)

(c)
Gambar 6. Profil Iklim Mikro Hubungan Kecepatan Angin terhadap Waktu pada 3 Kondisi (a) So >
800 W/m2); (b) So 400-800 W/m2 ; (c) So < 400 W/m2

Secara keseluruhan dapat diketahui dalam bangunan lebih tinggi sehingga


bahwa suhu di dalam bangunan relatif lebih penguapan uap air di dalam bangunan
tinggi dibandingkan dengan suhu di luar berlangsung lebih cepat.
bangunan yang nilainya dipengaruhi oleh Angin dan arah angin juga memiliki
intensitas radiasi matahari. Peningkatan pengaruh dalam proses perpindahan kalor di
suhu yang terjadi ini disebabkan karena dalam bangunan. Namun dalam hal ini di
adanya kalor dari radiasi matahari yang dapatkan bahwa kecepatan angin yang
masuk ke dalam bangunan melalui atap dan mengenai bangunan relatif kecil yang nilai
sebagian besarnya terjebak di dalam maksimalnya hanya sebesar 1,01 m/s dari
bangunan (greenhouse effect). Perbedaan arah Timur ke Barat. Meskipun arah aliran
suhu di dalam dan di luar bangunan rata-rata angin sama dengan bukaan ventilator
pada pagi hari dapat mencapai 5 oC, pada kecepatan angin di dalam bangunan sangat
siang hari sebesar 3 oC, dan pada malam hari kecil bahkan tidak ada.
sebesar 1 oC. Suhu pada kondisi So di atas Bangunan greenhouse penelitian
800 W/m2 memiliki nilai yang relatif lebih digunakan untuk menciptakan kondisi yang
tinggi dibandingkan pada kondisi So 400- optimal untuk tanaman tomat cherry. Pada saat
800 W/m2 dan So di bawah 400 W/m2. penelitian dilakukan tanaman tomat cherry
Profil iklim mikro menunjukkan sudah memasuki usia 37 HST yang
adanya hubungan antara intensitas radiasi menunjukkan tanaman berada pada fase crop
matahari, suhu, dan kelembaban udara. development menuju mid season (fase
Kelembaban relatif dan kelembaban mutlak vegetatif). Suhu dan kelembaban relatif udara
udara berbanding terbalik dengan suhu dan di dalam bangunan memegang peranan
So. Dapat diketahui jika RH di luar penting terhadap pertumbuhan dan
bangunan lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas tanaman. Rincian kondisi iklim
nilai RH di dalam bangunan karena suhu di

Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas
46
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

mikro rata-rata di dalam greenhouse terdapat KESIMPULAN


pada Tabel 2.
Penelitian mengenai kelayakan greenhouse
Tabel 2. Kondisi Iklim Mikro Rata-rata di dilakukan di Rumah Kaca D, Kebun
Dalam Greenhouse berdasarkan Waktu Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas
Pengamatan Pertanian, Universitas Padjadjaran.
So Dalam Greenhouse Penentuan kelayakan greenhouse dilakukan
Waktu 2
(W/m ) Tdbi (oC) RHi (%) berdasarkan kondisi struktur maupun
Pagi 428 31 59 fungsional bangunan.
Siang 202 28 69 Analisis struktur bangunan dilakukan
Malam 8 20 90 berdasarkan pembebanan dan evaluasi yang
Rata-rata 315 28 73 terjadi pada struktur atap, kasau, gording,
(Sumber: Hasil penelitian) kuda-kuda, dinding, kolom, dan pondasi.
Pembebanan yang terjadi pada atap
Hasil pengamatan yang dilakukan menyebabkan adanya tegangan tarik sebesar
menunjukkan bahwa nilai Tdbi rata-rata sebesar 1,880 x 106 kg/m2. Pada kasau pembebanan
28 oC dengan suhu tertinggi terdapat pada pagi yang terjadi menyebabkan adanya lendutan
hari yaitu 31 oC dan suhu terendah 20 oC. pada bahan yang dipasang ke arah horizontal
Menurut Wiryanta (2002), suhu optimum maupun vertikal dengan nilai berkisar antara
untuk fase vegetatif pada tahapan 0,013-0,023 x 10-4 mm. Struktur gording
pertumbuhan dan masa awal pembungaan dalam menopang beban mengalami tegangan
tanaman tomat cherry adalah 25-30 oC pada lentur sebesar 0,032 x 107 kg/m2 dan tegangan
siang hari dan 16-20 oC pada malam hari. geser sebesar 1,770 x 105 kg/m2. Pembebanan
Dapat disimpulkan bahwa kondisi iklim mikro menyebabkan terjadinya tegangan tarik pada
untuk pertumbuhan dan perkembangan struktu kuda-kuda, dinding tembok, dan
tanaman tomat cherry sudah cukup optimal dinding plastik dengan nilai secara berurutan
untuk fase vegetatif meskipun masih terdapat sebesar 0,572 x 106 kg/m2, 0,013 x 105 kg/m2,
kondisi suhu di atas kondisi optimal. Namun dan 0,028 x 105 kg/m2. Sedangkan pada
jika tanaman sudah memasuki fase generatif struktur kolom evaluasi dilakukan pada 3
kondisi iklim mikro sudah tidak memenuhi kondisi pembebanan dengan nilai tegangan
syarat optimal untuk tanaman tomat cherry tekan sebesar 0,294 x 107 kg/m2, tegangan
yang seharusnya suhu di dalam bangunan lentur berkisar antara 0,104-3,595 x 107 kg/m2,
sebesar 24-28 oC dan 18-24 oC untuk tahapan dan tegangan geser berkisar antara 0,024-
pembentukan buah optimal. 0,097 x 107 kg/m2. Keseluruhan pembebanan
Data hasil pengamatan yang dilakukan pada bangunan kemudian disalurkan menuju
menunjukkan nilai RHi rata-rata tertinggi pondasi yang menyebabkan terjadinya
mencapai 90% yang terjadi pada malam hari. tegangan tekan sebesar 1,439 x 104 kg/m2 dan
Sedangkan kondisi RHi pada pagi dan siang tegangan geser sebesar 7,202kg/m2. Hasil
hari secara berurutan sebesar 59% dan 69%. evaluasi bahan pada setiap struktur bangunan
Menurut Rubatzky and Yamaguchi (1999), akibat pembebanan menunjukkan nilai
syarat optimal kelembaban relatif udara untuk tegangan dan lendutan yang terjadi pada
tomat cherry sebesar 80% dan tidak boleh keseluruhan konstruksi bangunan telah
melebihi 95%. Hal ini menunjukkan bahwa memenuhi persyaratan teknis berdasarkan
kondisi RH di dalam bangunan belum SNI 1727:2013 mengenai ketahanan
memenuhi syarat optimal yang dibutuhkan bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman. struktur bangunan pada greenhouse
penelitian dapat dikatakan layak karena
sudah memenuhi kebutuhan bangunan
berdasarkan sifat mekanik bahan dalam
Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas 47
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

mempertahanan kekuatan dan kekakuan Badan dan Standarisasi Nasional. 2002.


bangunan dari pembebanan yang terjadi. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
Analisis fungsional bangunan 1729-2002 Tata Cara Perencanaan
menunjukkan kondisi iklim mikro di dalam Struktur Baja untuk Bangunan Gedung.
bangunan berada pada suhu (Tdbi) siang hari Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta.
rata-rata berkisar antara 28-31 oC dengan Badan dan Standarisasi Nasional. 2006.
kondisi kelembaban relatif udara (RHi) rata- Standar Nasional Indonesia (SNI) 07-
rata sebesar 59-69%. Kondisi suhu pada 7178-2006 Baja Profil WF – Beam
greenhouse penelitian ini cukup memenuhi Proses Canai Panas (Bj WF-Beam).
kondisi optimal pada fase vegetatif, namun Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta.
kondisi RH masih berada di bawah kondisi Badan dan Standarisasi Nasional. 2013.
optimal tanaman tomat cherry. Hal ini Standar Nasional Indonesia (SNI)
menunjukkan bahwa perlu dilakukannya 1727:2013 Beban Minimum untuk
modifikasi iklim mikro untuk fase generatif Perancangan Bangunan Gedung dan
atau melakukan penggantian jenis tanaman Struktur Lain. Dewan Standarisasi
agar greenhouse dapat menjalankan Indonesia. Jakarta.
fungsinya dengan lebih optimal. Belis, J., C. Louter. and D. Mocibob. 2013.
Cost Action TU0905 Mid-term
DAFTAR PUSTAKA Conference on Structure Glass. CRC
Press. Boca Raton.
Alahudin, M., A. Topan, Wahida, D. D. Sarkol Frick, H. 1980. Konstruksi Bangunan I.
dan Didik. 2013. Evaluasi Kondisi Kanisius. Yogyakarta.
Termal Bangunan Greenhouse dengan Gunawan, R. 1983. Pengantar Teknik
Material Atap Polycarbonat. Jurnal Fondasi. Kanisius. Yogyakarta.
Pertanian, 3(1):26-42. Hanan, J. J., D. Holley and L. K. Goldsberry.
Alahudin, M. 2013. Kondisi Termal Bangunan 1978. Greenhouse Management.
Greenhouse dan Screenhouse pada Springer-Verlag. Berlin Heidelberg,
Fakultas Pertanian Universitas Musamus New York.
Mekauke. Jurnal Ilmiah Mustek Anim Handarto, M. Hayasi, K. Ohyama, H. Toida,
Ha, 2 (1):16-27. E. Goto and T. Kozai. 2006. Developing
Allen, E. 2005. Dasar-Dasar Konstruksi Control Logic for a High-Pressure Fog
Bangunan Jilid I. Erlangga. Jakarta. Cooling System Operation for a
Arce, O. A. 1993. Fundamentals of The Naturally Ventilated
Design of Bamboo Structures. Tesis. Greenhouse:Environ. Control in Biol.,
Eindhoven University. Den Haag. Vol.45 No. 1, pp. 47- 58.
Asroni, A. 2010. Kolom Fondasi dan Balok T Hariadi, T. K. 2007. Sistem Pengendali Suhu,
Beton Bertulang. Graha Ilmu. Kelembaban, dan Cahaya dalam Rumah
Yogyakarta. Kaca. Jurnal Ilmiah Semesta Teknik, 10
(1):82-93.
ASTM D 790 – 02. 2001. Standard test Hasan, R. 2016. Analisis Laju Ventilasi Alami
methods for flexural properties of di Rumah Kaca Berventilasi Alami yang
unreinforced and reinforced plastics and Dilengkapi dengan Fog Cooling System.
electrical insulating material. PA: Skripsi. Fakultas Teknologi Industri
American Society for Testing and Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Materials. Philadelphia. Jatinangor.
Badan dan Standarisasi Nasional. 1987. Inayah, A. N. 2007. Analisa Lingkungan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 07- dalam Bangunan Greenhouse Tipe
0138-1987 Baja Kanal C Ringan. Tunnel yang Telah Dimodifikasi di PT.
Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas,
Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas
48
Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Cianjur. Skripsi. Fakultas Teknologi Bata) Terhadap Kerusakan Akibat


Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Gempa. Majalah Ilmiah UKRIM, Edisi
Bogor. 1/ th XVII/2012, 67-74.
Koesmaryono, Y., H. Sugimoto, D. Ito, T. Nelson, G. L., B. Manbeck and N. F. Meador.
Sato and T. Haseba. 1997. The Influence 1988. Light Agricultural and Industrial
of Different Climatic Conditions on The Structures. Van Nostrand Reinhold
Yield of Soybeans Cultivated Under Company. New York.
Different Population Densities. J. Agric. Soemarto, C. D. 1999. Hidrologi Teknik.
Meteorology, 52 (5):717-720. Erlangga. Jakarta.
Kwantes, J. 1984. Mekanika Bangunan Jilid 1. Widyastuti, Y. E. 1993. Greenhouse: Rumah
Erlangga. Jakarta. untuk Tanaman. PT. Penebar Swadaya.
Kwantes, J. 1985. Mekanika Bangunan Jilid 2. Jakarta.
Erlangga. Jakarta. Wiryanta, B. T. W. 2002. Bertanam Tomat.
Morib, M. A. 2012. Kelayakan Bangunan AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Rumah Tinggal Sederhana (Setengah

Analisis Struktur dan Fungsional Greenhouse (Studi Kasus Kebun Percobaan dan Rumah Kaca Fakultas 49
Pertanian, Universitas Padjadjaran)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai