Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1.1Kondisi Topografi
Wilayah Kota Tangerang berada pada ketinggian 10-18 meter diatas permukaan laut
(m dpl), dengan tingkat kemiringan 0-3 % (relative datar).
Kondisi Kemiringan dan ketinggian (m dpl) rata-rata masing-masing kecamatan
dalam wilayah administrasi Kota tangerang ditunjukkan dalam table dibawah ini:
BAB 3 1
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
BAB 3 2
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
BAB 3 3
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
berarti Pertumbuhan penduduk rata-rata Kota Tangerang dalam kurun waktu tahun
2009-2013 adalah sebesar 3,28%.
Sungai Cisadane merupakan sungai besar yang membelah wilayah Kota Tangerang
menjadi dua bagian, yaitu wilayah barat dan timur. Hulu Sungai Cisadane berasal
dari daerah Danau Lido, Kabupaten Bogor. Keseluruhan DAS Cisadane di Kota
Tangerang ini mempunyai daerah tangkapan air (catchment area) seluas 106.350
ha.
Selain sungai, di wilayah Kota Tangerang juga terdapat situ sebanyak 6 buah situ
dengan luas total saat ini adalah 152,01 ha dan kedalaman antara 2,5-3,0 m. Secara
umum,kondisi situ di Kota Tangerang menunjukkan penurunan kuantitas maupun
kualitas. Hal ini antara lain tercermin dari berbagai laporan yang menyatakan
BAB 3 4
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
berkurangnya jumlah dan luasan areal situ, dari semula terdata sebanyak 9 situ,
saat ini hanya tersisa 6 situ, dengan penyusutan luas keseluruhan areal sebesar
41%, yaitu dari 257 ha menjadi 152,01 ha.
Situ terdekat di wilayah Kota Tangerang yang berada di sekitar rencana jalan tol
Cengkareng-Batuceper-Kunciran adalah Situ Cipondoh dan Situ Gede yang berada
di kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, dengan luas saat ini adalah 126,17
ha.
Kondisi Hidrologis sangat penting untuk diperhatikan dalam kaitannya dengan
rencana pembangunan Tol Cengkareng-Batuceper-Kunciran, terutama berhubungan
dengan pola peruntukan lahan dan isu lingkungan, yaitu kelestarian air.
BAB 3 5
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
2. Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial,
dan/atau administrasi yang melayani sub wilayah kota, yang meliputi :
a. SPPK I memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan
kepadatan menengah, perumahan kepadatan tinggi, industri
konveksi/tekstil skala kecil dan rumah tangga ditetapkan di Kecamatan
Ciledug.
b. SPPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan
kepadatan menengah tinggi, dan industri terpadu berwawasan lingkungan
ditetapkan di Kecamatan Periuk.
c. SPPK III memiliki fungsi sebagai penunjang kegiatan Bandar Udara
Internasional Soekarno-Hatta, industri kecil dan menengah yang ramah
lingkungan, dan perumahan kepadatan rendah ditetapkan di Kecamatan
Benda.
BAB 3 6
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
BAB 3 7
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
BAB 3 8
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
BAB 3 9
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
BAB 3 10
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
Dilihat dari Keseluruhan hasil Inventarisasi dan Pendataan yang diperoleh alas
hak Penguasaan /pemilikan tanah didominasi oleh Sertifikat Hak Milik (SHM),
yang kemudian secara berurutan masing-masing , Akte/Sertifikat Jual Beli/AJB,
Girik/Letter C, Tanah Garapan/SK Kinag dan sisanya tersebar dengan jumlah
yang relative kecil yaitu: SK Pelepasan sebagian ,Hak Guna Bangunan
(HGB),Waris/Hibah dan Tanah Negara.
Masyarakat yang menguasai Alas kepemilikan berupa Sertifikat Hak Milik (SHM)
pada umumnya tinggal pada didaerah Urban (urban area) yang pemahamannya
sudah relative lebih maju terhadap pentingnya SHM untuk melindungi asset
tanah mereka, dibeberapa lokasi yang relative masih bersifat pedesaan (rural),
masih cukup banyak masyarakat yang masih mempertahankan Status
kepemilikan tanahnya dengan bukti kepemilikan berupa Girik/letter C, bahkan
setelah terjadi pemecahan kepemilikan tanah karena proses Waris/Hibah.
Selain Jenis alas kepemilikan tanah seperti disebutkan diatas ada juga jenis alas
hak lainnya ,khususnya Kepemilikan tanah oleh badan usaha (perusahaan) .
3. Tanah yang dipakai dan digarap oleh pihak lain dengan bagi hasil.
Dari hasil Inventarisasi dan Pendataan ditinjau dari status pengelolaan lahan ,
hampir seluruh object pengadaan tanah dipakai atau digarap sendiri, hanya
ditemui satu kasus yang statusnya disewakan , hal ini tidak menjadi persoalan
serius dalam melakukan proses pembebasan lahan oleh karena pemilik tanah
tersebut tinggal disekitar objek tanah tersebut.
BAB 3 11
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
2. Perpres Nomor 36 tahun 2005 dan Perpres Nomor 65 tahun 2006 tantangan
utamanya adalah waktu dan komunikasi dengan pemilik, sedangkan dengan UU
No:2/2012 Tahap kegiatan dan alokasi waktu Jelas dan Tegas.
BAB 3 12
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
Total bidang tanah yang akan dibebaskan adalah 2.497 dengan luas 1.226.465
m2 dan yang telah dibebaskan 798 dengan total luas 293.641,0 m2, sehingga
progress terhadap bidang adalah 34,980 % dan progress terhadap Luas
mencapai 31,333 %.
Dalam Hal Inventarisasi dan Identifikasi Objek terkena Jalan Toll ,dapat
digunakan data yang telah diperoleh tahun lalu dengan kemungkinan beberapa
revisi diantaranya kemungkinan telah beralihnya Kepemilikan serta perbaikan
beberapa hitungan luas bangunan terkena pembebasan yang masih menyisakan
beberapa keberatan di Masyarakat pemilik tanah.
BAB 3 13
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
Dalam waktu dekat ini akan diadakan Rapat Koordinasi antara Instansi yang
memerlukan Tanah dalam Hal ini Departemen PU dan PERA dan Instansi yang
akan melaksanakan Pembebasan Lahan dalam Hal ini Badan Pertanahan
Negara (BPN), untuk menyusun Jadwal Pelaksanaan Pembebasan Hingga UGR
dan pelepasan Hak atas Tanah yang akan digunakan untuk Pembangunan Jalan
toll tsb.
Kemacetan yang terjadi saat ini akan terus bertambah parah pada masa yang
akan datang, mengingat semakin lebarnya disparitas antara jumlah kendaraan
dan panjang Jalan yang ada. Pertumbuhan kendaraan yang relative tinggi setiap
tahun tidak diikuti secara signifikan dengan pertumbuhan panjang Jalan., oleh
sebab itu pembangunan Jalan Baru disamping pengembangan transportasi
masal yang memadai menjadi sangat penting. Beaya Pembangunan Jalan baru
relative sangat mahal dibandingkan dengan kemampuan pembiayaan yang
mampu ditanggung oleh Negara oleh sebab itu Jalan Tol dengan pembiayaan
dari investor merupakan pilihan yang realistik .
BAB 3 14
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
waktu lebih dari 6(enam) tahun, padahal waktu pelaksanaan phisiknya kurang
dari 2 tahun.
UU No;2 tahun 2012 dan beberapa Peraturan terkait adalah salah satu upaya
yang dilakukan Pemerintah untuk menyelesaikan persoalan carut-marut
Pembebasan lahan bagiPembangunan untuk kepentingan umum.
Persoalannya Kemudian adalah ketika regulasi itu telah memadai perlu diikuti
dengan Koordinasi dan sekaligus Penguatan kelembagaan terhadap seluruh
stake Holder yang terlibat didalam pengimplementasiannya di lapangan serta
secara simultan melakukan “Penegakan Hukum”(Law Enforcement), terhadap
pihak pihak yang melakukan pelanggaran , hal ini amatlah penting untuk
dilaksanakan oleh Pemerintah secara konsisten dan berkelanjutan demi
tercapainya program –program pemerintah dalam kaitannya dengan akselerasi
pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk mencapai target pertumbuhan
ekonomi, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya beli Masyarakat .
BAB 3 15
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
permintaan yang relative terlalu tinggi dari masyarakat ,lebih tinggi dari harga
yang ditetapkan oleh Penilai independen (kadang dianggap tidak masuk “akal”),
menyebabkan berlarutnya waktu yang sering berujung dengan penolakan
(stagnasi).
Pendekatan Hukum dan pendekatan social harus berjalan seiring dan harus
dilkukan dengan ber-sungguh2 oleh semua pihak terkait, disamping tentu saja
penyiapan strategi yang tepat didalam sosialisasi kepada masyarakat sejak
perencanaan dilakukan,atau sebelum penentuan Lokasi definitive (Penetapan
BAB 3 16
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
lekasi oleh Gubernur), agar dampak yang terjadi dapat diminimalisir pada saat
Tahapan Pelaksanaan Pembebasan tanah dilakukan.
Hal ini menyebabkan terdapat Tanah diantara kedua terase tersebut yang tersisa
yang mau enggak mau harus dibebaskan karena akses yang terhimpit oleh
kedua terrace tersebut, terkait dengan kondisi ini setidaknya ada 2 persoalan
yang timbul yaitu :
BAB 3 17
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
BAB 3 18
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
BAB 3 19
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
BAB 3 20
KONSEP LAPORAN AKHIR
TA. 2016 BANTUAN TEKNIK PENGADAAN TANAH JALAN TOL CENGKARENG –
BATUCEPER - KUNCIRAN
BAB 3 21