Anda di halaman 1dari 10

PROFIL KOTA TANGERANG

Gambar 1. Posisi Kota Tangerang Gambar 2. Wilayah Administratif Kota Tangerang

1. Letak Geografis

Kota Tangerang secara geografis terletak pada posisi 106°36’ – 106°42’ Bujur Timur dan
6°6’ – 6°13’ Lintang Selatan. Batas wilayah Kota Tangerang antara lain: Sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan Sepatan (Kabupaten Tangerang), sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Curug, sebelah timur dengan DKI Jakarta, sedangkan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Cikupa (Kabupaten Tangerang).

Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada sekitar 27 km dari Ibukota
Negara DKI Jakarta dan 60 km dari Ibu Kota Provinsi Banten, Serang. Sesuai dengan Instruksi
Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang,
Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.

Kota Tangerang memiliki wilayah seluas 164,593 km2 termasuk luas Bandara Soekarno-
Hatta seluas 16,069 km2 . Secara administratif luas wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13
kecamatan, yaitu Ciledug (8,769 km2), Larangan (9,611 km2), Karang Tengah (10,474 km2),
Cipondoh ((17,91 km2), Pinang (21,59 km2), Tangerang (15,785 km2), Karawaci (13,475 km2),
Jatiuwung (14,406 km2), Cibodas (9,611 km2), Periuk (9,543 km2), Batuceper (11,583 km2),
Neglasari (16,077 km2), dan Benda (5,919 km2), serta meliputi 104 kelurahan dengan 981 rukun
warga (RW) dan 4.900 rukun tetangga (RT).

Secara topografis, Kota Tangerang sebagian besar berada pada ketinggian 10-30 m dpl
(diatas permukaan laut), sedangkan bagian utaranya (meliputi sebagian besar Kecamatan Benda)
ketinggiannya berkisar antara 0 - 10 m dpl. Selain itu pula di Kota Tangerang pun terdapat daerah-
daerah yang mempunyai ketinggian >30 m dpl yaitu pada bagian selatan yaitu Kecamatan Ciledug
yang meliputi Kelurahan Cipadu Jaya, Larangan Selatan, Paninggalan Selatan, Paninggalan Utara,
Parung Serab, Tajur dan kelurahan Sudimara Pinang (Kecamatan Cipondoh). Dilihat dari
kemiringan tanahnya, sebagian besar Kota Tangerang mempunyai tingkat kemiringan tanah 0-30
% dan sebagian kecil (yaitu di bagian selatan kota) kemiringan tanahnya antara 3-8% berada di
Kelurahan Parung Serab, Kelurahan Paninggalan Selatan dan Kelurahan Cipadu Jaya.

Gambar 3. Sungai Cisadane oleh Pingkan E.D. (kompas.id)

Wilayah Kota Tangerang dilintasi oleh Sungai Cisadane yang membagi Kota Tangerang
menjadi 2 bagian yaitu bagian timur sungai dan bagian barat sungai. Kecamatan yang terletak di
bagian barat Sungai Cisadane meliputi Kecamatan Jatiuwung dan sebagian Kecamatan 'I'angerang.

Kota Tangerang memiliki luas wilayah 164,593 km2. Dari luas wilayah tersebut
pertumbuhan fisik kota yang ditunjukkan oleh besarnya kawasan terbangun kota, yaitu seluas
10.127,231 Ha (57,12% dari luas seluruh kota). Data terakhir yang menunjukan bahwa
pemanfaatan lahan di Kota Tangerang meliputi: Pemukiman (59,882 km2), Industri (13,671 km2),
Perdagangan dan Jasa (6,081 km2), Pertanian (44,678 km2), Lain-lain (8,194 km2), Belum terpakai
(2,664 km2), dan Bandara Soekarno - Hatta (16,069 km2).

2. Sejarah Berdirinya

Pada masa kolonialisme Belanda (abad XV), Sultan Banten mengangkat tiga Aria/
Maulana yang merupakan kerabat jauh Sultan dari Kerajaan Sumedang Larang bernama
Yudhanegara, Wangsakara dan Santika. Ketiganya bertugas untuk membantu perekonomian
Kesultanan Banten dengan melakukan perlawanan terhadap VOC dengan praktik monopolinya.
Pada perjuangannya ketiga maulana tersebut membangun benteng pertahanan yang disebut
masyarakat sekitar dengan istilah daerah “Benteng” atau “Bentengan”. Hal ini turut mendasari
sebutan Kota Tangerang yang dikenal dengan sebutan Kota Benteng. Saat ini sisa bangunan
“bentengan” tersebut berada di beberapa titik di bawah permukaan air Sungai Cisadane, terkikis
oleh permukaan Sungai Cisadane yang semakin melebar.

Nama “Tangerang” berasal dari sebutan masyarakat sekitar terhadap bangunan tugu
dengan tinggi kira-kira 2,5 meter yang didirikan Pangeran Soegiri, putra Sultan Ageng Tirtayasa
dari Kesultanan Banten, bersama-sama dengan masyarakat sekitar pada tanggal 5 Sapar tahun
Wawu (1654 masehi) yang terletak kira-kira 500 meter di tepi barat bantaran sungai Cisadane
tepatnya di Gardu Gede yang kini dikenal dengan nama Kampung Gerendeng. Fungsi tugu tersebut
adalah sebagai pembatas atau penanda wilayah kekuasaan Kesultanan Banten di sebelah barat
Sungai Cisadane dengan wilayah yang dikuasai VOC di sebelah timur. Atas dasar fungsinya
tersebut, masyarakat menyebu tugu dan daerah itu dengan sebutan “Tetengger” atau “Tanggeran”
yang berarti “pendanda”. Pasca penandatanganan perjanjian antara VOC dengan Kesultanan
Banten yang diwakili oleh Sultan Haji atau Sultan Abunnashri Abdulkahar putra Sultan Ageng
Tirtayasa pewaris Kesultanan Banten tanggal 17 April 1684, Belanda sepenuhnya menguasai
wilayah “Tanggeran”. Dalam penguasaanya, tentara Belanda juga merekrut warga pribumi di
antaranya dari Madura dan Makasar yang di antaranya ditempatkan di sekitar wilayah benteng.
Tentara VOC yang berasal dari Makasar tidak mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut
“Tangeran” dengan “Tangerang”. Kesalahan ejaan dan dialek inilah yang diwariskan dari generasi
ke generasi bahkan hingga saat ini.

Pasca Tahun 1981 - 1993 Wilayah yang Berkembang Pesat Seiring berjalannya waktu,
daerah Tangerang yang kala itu berbentuk Kabupaten Daerah Tingkat II mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota menjadikan beberapa
kecamatan yang berbatasan langsung menjadi pusat segala kegiatan baik Pemerintah, Ekonomi,
industri dan Perdagangan, Politik, Sosial Budaya. Hingga pada tanggal 28 Februari 1981 disahkan
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif Tangerang.

3. Budaya, Bahasa, dan Dinamika Sosial

Kota Tangerang dikenal sebagai kota yang memiliki masyarakat yang heterogen. Sejarah
telah menceritakan akulturasi masyarakat mulai dari hadirnya Kesultanan Banten hingga
mendaratnya etnis Tionghoa Benteng atau dikenal dengan Cina Benteng di muara sungai Cisadane.
Hasilnya adalah keberagaman mulai dari etnis, agama, bahasa, budaya, maupun kesenian di Kota
Tangerang.

Gambar 4. Kawasan Pecinan Tangerang oleh Sutonokairos (www.kaskus.co.id)

Peninggalan sejarah yang sampai saat ini masih kental yaitu Kawasan Pecinan bekas
kedatangan etnis Tionghoa Benteng. Kawasan Pecinan sendiri adalah tempat mayoritas
masyarakat etnis Tionghoa bermukim dan beraktivitas. Selain itu keberagaman di Kota Tangerang
bisa dilihat dari ragam pemeluk agama karena hampir semua agama memiliki pemeluknya di Kota
Tangerang, namun mayoritas memeluk agama islam. Akulturasi dan heterogenitas budaya
menghadirkan pula berbagai macam kesenian yang berkembang di wilayah Kota Tangerang. Seni
tari yang semarak melalui penampilan Tari Cokek atau Lenggang Cisadane, seni bela Diri Beksi
yang atraktif atau pertunjukan Lenong dan Barongsai saat ini masih dapat dinikmat secara
langsung di Kota Tangerang. Selain itu, keragaman budaya menyebabkan penggunaan bahasa
yang beragam juga, seperti melayu, cina, sunda, dan jawa, namun mayoritas warga Kota
Tangerang berbahasa Indonesia.

4. Kependudukan

Berdasarkan catatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, Jumlah
Penduduk Kota Tangerang tahun 2017 berjumlah 1,667,661 dengan rasio jenis kelamin sebesar
104 artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki. Sedangkan
komposisinya masih sama seperti tahun sebelumnya didominasi oleh penduduk usia produktif
dengan jumlah 1.269.976 jiwa atau sekitar 76,15%.

Pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang tidak hanya disebabkan oleh pertumbuhan


secara alamiah, tetapi tidak lepas karena pengaruh migran yang masuk yang disebabkan daya tarik
Kota Tangerang dengan berkembangnya potensi Industri, perdagangan dan jasa sehingga
mengakibatkan tersedianya lapangan kerja dan kondusifnya kesempatan berusaha. Disamping itu
sebagai daerah yang berbatasan dengan Ibukota Negara, Kota Tangerang mau tidak mau harus
menampung pula penduduk yang aktifitas ekonomi kesehariannya di wilayah DKI Jakarta.

5. Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang pada tahun 2017 sebesar 5,50%. Kinerja
pertumbuhan ekonomi daerah yang salah satunya diukur dari besarnya PDRB di Kota Tangerang
selama kurun waktu 2013–2017 cenderung meningkat. Kondisi ini menunjukkan meningkatnya
tingkat kesejahteraan di Kota Tangarang. Peningkatan PDRB Kota Tangerang didorong oleh
beberapa sektor ekonomi. Adapun lapangan usaha yang mendominasi peningkatan PDRB Kota
Tangerang masih berada di industri pengolahan seperti perabot rumah tangga, sepatu, pakaian jadi,
kayu olahan, dan peralatan elektronika. Berdasarkan hasil survei industri besar sedang (IBS) tahun
2016 di Kota Tangerang terdapat 638 perusahaan (angka sangat sementara). Bila dirinci
berdasarkan skala perusahaan terdapat 284 perusahaan besar (44,51 persen) dan 354 perusahaan
sedang (55,49 persen). Jumlah perusahaan terbanyak berada di Kecamatan Jatiuwung yaitu 234
perusahaan (36,67 persen) Dan mampu menyerap 85.159 orang tenaga kerja atau 45,05 persen dari
seluruh tenaga kerja sektor industri di Kota Tangerang. Kawasan perdagangan di Kota Tangerang
pun semakin meningkat, hal ini ditandai dengan munculnya pusat-pusat perdagangan baik skala
lokal maupun regional di beberapa kecamatan di Kota Tangerang seperti mall, pasar-pasar modern
(hypermart), dan sebagainya. Meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi sektor pertanian seakan
berbanding terbalik karena semakin sempitnya lahan pertanian akibat dibangun perumahan,
industri ataupun kompleks pergudangan (Tangerang News, 2012).

Kenaikan nilai investasi di Kota Tangerang juga menandakan bahwa pertumbuhan Kota
Tangerang sebagai kota yang strategis khususnya dalam ekonomi semakin meningkat.
Berdasarkan data dari BKPMD Provinsi Banten dan DPMPTSP tahun 2017, investasi dalam negeri
(PMDN) mencapai sebesar Rp.5,6 Trilyun dan nilai investasi asing (PMA) dalam bentuk US$
sebesar US$.847 Juta atau Rp.11.36 Trilyun, sehingga total investasi di Kota Tangerang
berdasarkan izin prinsip pada tahun 2017 adalah Rp.12,4 Trilyun. Total jumlah investasi tersebut
menunjukkan adanya peningkatan lebih dari 100% dari tahun sebelumnya.

6. Isu Pembangunan

Konsep smart city atau 'kota pintar' menjadi sebuah trend yang kini mulai diterapkan dan
dikembangan di berbagai daerah di Indonesia. konsep ini diyakini mampu menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi pemerintah terutama terkait dengan pelayanan publik. Kota Tangerang
pun menjadi salah satu yang mengembangkan konsep smart city ini. Berbagai inovasi dilakukan
dengan menyediakan beragam aplikasi untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat terkait
pelayanan publik, yaitu Tangerang LIVE. (Tangerang News, 2017). Tangerang LIVE tidak hanya
sebuah aplikasi, melainkan menjadi sebuah slogan pembangunan juga di Kota Tangerang, yaitu
liveable, investable, visitable, e-city.
Gambar 4. Bird Park oleh Furqon Gambar 5. Taman Bambu (tangerangkota.go.id)
Nazali (www.bacatangerang.com)

Gambar 6. Taman Potret oleh Iman


Rohimayanto (http://iman787.blogspot.com)

Dimulai tahun 2016, Pemerintah Kota Tangerang mulai menggencarkan pembangunan


taman-taman, desa wisata, jembatan, dan perapihan bantaran kali Cisadane. Saat ini Pemerintah
Kota (Pemkot) Tangerang memiliki 155 Taman Kota, dengan 23 taman tematik. Menurut Walikota
Tangerang, Arief Wismansyah (2017), hal ini dilakukan sebagai bentuk penghijauan kota dan
menjadi sarana alternatif rekreasi warga Kota Tangerang sehingga dapat mewujudkan Kota
Tangerang yang layak huni atau liveable city seperti pada slogannya. Pembangunan di Kota
Tangerang pun sekarang mengarah ke basis lingkungan, seperti mulai diterapkannya konsep
industri hijau, dan menerapkan Kantor Ramah Lingkungan atau Eco-Office yang dilaksanakan di
pusat Pemerintahan, Kecamatan hingga Kelurahan. (Pos Kota, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Tangerang Kota. 2014. Letak Geografis. Tersedia di: https://tangerangkota.go.id/geografi


[19/9/2018]

Tangerang News. 2012. Lahan Pertanian Kota Tangerang Semakin Sempit. Tersedia di:

http://tangerangnews.com/kota-tangerang/read/6763/Lahan-Pertanian-Kota-
Tangerang-Semakin-Sempit [19/9/2018]

Fatmasari, Dini. 2007. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi di Kota Tangerang. Tersedia di:
http://lib.unnes.ac.id/1400/1/2278.pdf [19/9/2018]

Awang. 2017. Pemkot Tangerang Kini Memiliki 155 Taman Kota. Tersedia di:
http://poskotanews.com/2017/07/29/pemkot-tangerang-kini-memiliki-155-taman-
kota/ [19/9/2018]

Advetorial. 2017. Konsep Smart City Kota Tangerang Jadi Trend. Tersedia di:
http://tangerangnews.com/kota-tangerang/read/20522/Konsep-Smart-City-Kota-
Tangerang-Jadi-Trend [19/9/2018]
TUGAS GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA

PROFIL DAERAH ASAL

OLEH:

RADYAN JANUARDY ARIYANTO

18/429690/GE/08875

PROGRAM STUDI GEOGRAFI LINGKUNGAN

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2018

Anda mungkin juga menyukai