Maraknya pembangunan yang sedang naik saat ini adalah pertumbuhan ekonomi,
yang salah satunya dilihat dengan pembangunan manusia. Sebagaimana diketahui,
pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara didukung juga oleh peningkatan mutu
modal manusia. Menurut United Nation Development Programme (UNDP) menetapkan
standar pengekuruan pembangunan sumber daya manusia yang dituangkan ke dalam Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dengan meliputi beberapa aspek yang penting seperti usia
hidup, pendidikan, dan standar hidup layak. Jadi pembangunan manusia merupakan bekal
yang dapat dibangun suatu negara untuk keberlangsungan pembangunan ekonomi secara
jangka panjang.
KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL
PDRB PERKAPITA
Indikator kesejahteraan penduduk di suatu daerah yakni PDRB perkapita, menurut
Norton 2002, menyatakan bahwa apabila pertumbuhan PDRB perkapita tinggi berarti
terdapat lebih banyak pekerjaan yang lebih baik dan tingka pendapatan yang lebih tinggi.
Peningkatan PDRB perkapita akan meningkatkan standar hidup layak masyarakat sehingga
daya beli juga mengalami peningkatan yang nantinya akan mempengaruhi IPM.
KERANGKAN PEMIKIRAN KONSEPTUAL TIPOLOGI KLASSEN
PDRB PERKAPITA
Produk Domestik Regional Bruto yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto
Perkapita Berdasarkan Harga Konstan 2010 yang di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung.
Satuan yang digunakan adalah Rupiah. Metode pendekatan perhitungan PDRB, yaitu:
PDRBt
PDRB Perkapita =
JUMLAH PENDUDUKt
¿( pendapatan)−¿ ( pendapatanmin)
IPM =√ KESEHATANXPENDIDIKANXPENGELUAR
3
PENDAPATAN =
¿( pendapatan maks)−¿( pendapatan min)
HASIL UJI CHOW
Model ini digunakan untuk membandingkan model terbaik antara Common Effect
Model dan Fixed Effecet Model dengan cara membandingkan hasil probabilitasnya dengan
nilai α = 0,05
Berdasarkan hasil uji Chow menunjukan bahwa probabilitas F-statistik sebesar
0.0000 < α = 0,05 maka artinya H 0 ditolak dan Ha diterima, sehingga hasil tersebut
menunjukan bahwa model terbaik yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis adalah
Fixed Effect Model
HASIL UJI T
Uji t-statistik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
JPM T-stat -6.087565 < t-tabel 2.571, prob 0.0000 < 0.05. Berarti JPM berpengaruh
signifikan terhadap IPM
JAK T-stat 1.840967 < 2.571, prob 0.0682 > 0.05. berarti JAK tidak perbengaruh
terhadap IPM
PDRB T-stat 12.92786 > 2.571, prob 0.0000 < 0.05. berarti pdrb perkapita
berpengaruh signifikan terhadap IPM
Hasil UJI F
Uji F statistik dapat menunjukan pengaruh variabel Penduduk Miskin, Jumlah
Angkatan Kerja dan IPM dalam model regresi apakah daapt berpengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel Indeks Pembangunan Manusia.
diperoleh F-hitung sebesar 162,7491, maka f hitung (162,7491) > F-tabel (2,45).
Berdasarkan hasil uji statistik pada nilai probabilitas F, nilai probabilitas sebesar 0,000 yaitu
lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak yang artinya variabel Jumlah Penduduk Miskin, Jumlah
Angkatan Kerja dan Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Berdasarkan Harga Konstan
2010 secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap IPM.
Uji Normalitas
Berdasarkan hasil output di tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai Jarque-Bera 3.095164 dengan
probabilitas 0.212762. Dengan nilai pobabilitas 0.212762 yang lebih besar dari taraf
signifikan
0,005 maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan yang sempurna
antar
variabel independen dalam model regresi atau dapat juga dikatakan untuk mengetahui
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada nilai koefisien korelasi dari
masing-
masing variabel bebas yang menunjukkan lebih dari 0,8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada masalah multikolinearitas dalam model regresi penelitian ini.
Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.9 menunjukan nilai Prob. Chi-Square
0.0000 < 0.05 dapat disimpulkan bahwa maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Pada hasil Uji Autokorelasi pada tabel 4.8 nilai Durbin Watson menunjukkan nilai 2.1708,
nilai
dL sebesar 0.8140 dan nilai Du sebesar 1.7501 jika dilihat dari tabel 4.8 maka dapat
disimpulkan bahwa nilai DW terbebas terhadap adanya Autokorelasi.
TIPOLOGI KLASSEN PEMBAHASAN
a. Tipologi Klassen Kuadran I yaitu wilayah dengan IPM tinggi dan PDRB Perkapita
Tinggi (Kabupaten/Kota Maju dan Tumbuh Cepat), wilayah yang masuk kedalam
kuadran I adalah Bandar Lampung, Tulang Bawang, Lampung Tengah dan Lampung
Timur. di wilayah ini yang memiliki nilai rata-rata tertinggi dari nilai keseluruhan IPM
dan PDRB Perkapita adalah Bandar Lampung Hal ini didukung oleh rata-rata IPM
sebesar 74,12, rata-rata RLS 10,53%, rata-rata HLS 13,28%, rata-rata AHH 70,52%
dan rata-rata PDRB Perkapita sebesar 7,31%. Data ini didukung oleh pernyataan
Dosen FEB Universitas Lampung Marselina Djayasinga yang dilansir oleh Lampost.co
yang mengatakan bahwa IPM Bandar Lampung yang dari tahun ke tahun terus
meningkat serta PDRB yang terus berkembang dari tahun ke tahun, Industri-industri
ini beroperasi dengan teknologi yang tinggi yang mengolah hasil-hasil pertanian
kemudian diekspor. Akibatnya, secara keseluruhan produksi barang dan jasa yang
dihasilkan pabrik-pabrik di Bandar Lampung ini sangat tinggi, sehingga meningkatkan
nilai PDRB Bandar Lampung. (Lampost.co, 2018).
b. Tipologi Klassen Kuadran IV yaitu wilayah dengan IPM dan PDRB Perkapita rendah
(Kabupaten/Kota Tertinggal), wilayah yang masuk kuadran IV adalah
Kabupaten/Kota Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Utara, Way Kanan,
Pesawaran dan Pesisir Barat. Pada kuadran IV ini saya ambil contoh Kabupaten/Kota
Pesisir Barat dengan nilai rata-rata IPM 58,89, rata-rata RLS 7,40, rata-rata HLS
11,11, rata-rata AHH 61,75 dan rata-rata PDRB Perkapita 6,99. Data ini didukung
oleh pernyataan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Pesisir Barat, Zukri Amin yang menyatakan bahwa IPM di Kabupaten
Pesisir Barat masih bisa paling rendah setelah Kabupaten Mesuji. Hal ini membuat
BAPPEDA Kabupaten Pesisir Barat ingin memperkuat sektor di bidang Kesehatan
agar dapat menaikan IPM di daerah Kabupaten Pesisir Barat, hal ini dibuktikan
bahwa tahun ke tahun IPM di Kabupaten Pesisir Barat mengalami kenaikan walau
belum bisa sebesar IPM seperti Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang lainnya
(Lampost.co, 2018).