Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN


MANUSIA DI KOTA MAKASSAR
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonometrika
Dosen Pengampu : E. Haodudin Nurkifli, Ph.D

Oleh :
Tika Apriyani

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ISLAM


BINA CIPTA MADANI
2023
ABSTRACT

Qadri Pasuloi, Tahun 2020. Pengaruh Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar. Skripsi Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing
oleh Pembimbing I Agus Salim dan Pembimbing II Asdar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi
terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di kantor
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dan jenis data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Kota Makassar berupa data time series yaitu 2015-2019. Untuk teknik analisis menggunakan
analisis regresi linier berganda dengan kemiskinan (X1), pertumbuhan ekonomi (X2) dan indeks
pembangunan manusia (Y) menggunakan program olah data SPSS 23.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, kemiskinan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Makassar. Ini dibuktikan dari hasil
olah data dimana koefisien variabel kemiskinan sebesar -1,168 dengan nilai t hitung lebih kecil
dari t tabel (-1,443 < 4,303) dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,286 > 0,05). Kedua,
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan
manusia di Kota Makassar. Ini dibuktikan dari hasil olah data dimana koefisien variabel
pertumbuhan ekonomi sebesar 1,723 dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (8,185 >
4,303) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05).
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang terus-menerus


berlangsung untuk maencapai kondisi kehidupan yang lebih baik, baik secara material maupun
spiritual. Pembangunan harus dilihat sebagai proses multidimensi yang melibatkankan
beberapa perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional, dengan tetap
melanjutkan upaya percepatan pertumbuhan ekonomi, penghapusan kesenjangan pendapatan
dan pengentasan kemiskinan. Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahhteraan adalah
pembangunan ekonomi, yaitu serangkaian kegiatan yang dilaksanakan pemerintah bersama
seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Indeks pembangunan manusia merupakan indikator pembangunan ekonomi yang mengukur


tingkat kualitas fisik dan non fisik penduduk, yaitu kesehatan, tingkat pendidikan dan indikator
ekonomi. Melalui anggaran, dana negara sebagian digunakan untuk pembangunan berbagai
infrastruktur penting. Apabila status pembangunan manusia masih rendah berarti kegiatan
pembangunan manusia di suatu daerah masih memerlukan perhatian khusus untuk
mencapainya. Selain itu, apabila kondisi pembangunan manusia masih berada pada tingkat rata-
rata, berarti pembangunan manusia masih memerlukan perbaikan.

Menurut Ginting (2008), pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan


pengurangan kemiskinan. Investasi dibidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi
penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena aset utama penduduk miskin
adalah tenaga kasar 3 mereka. Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan
sangat membantu untuk meningkatkan produktivitas masyarakat, dan pada gilirannya
meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembangunan manusia belum optimal dilakukan karena hanya terfokus pada pengurangan
kemiskinan. Otonomi daerah memberikan keleluasaan untuk setiap daerah mengelola
anggarannya termasuk dalam belanja modal dan pengalokasian program pembangunan. Tujuan
dari program pembangunan yaitu menigkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan mengurangi
jumlah kemiskinan.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:

1. Apakah kemiskinan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota


Makassar?
2. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia
di Kota Makassar?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori dan Hipotesis


1. Hubungan Kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Kanbur dan Squire 1999 mengkaji bahwa terdapat hubungan penting IPM dan
kapasitas pendapatan produktif. Pendapatan merupakan penentu utama dan hasil dari
pembangunan manusia. Orang miskin menggunakan tenaga mereka untuk berpartsipasi dalam
pertumbuhan ekonomi, tetapi kemiskinan akibat kurangnya pendidikan, serta gizi dan
kesehatan yang buruk mengurangi kapasitas mereka untuk bekerja. Dengan demikian akibat
rendahnya IPM orang miskin tidak dapat mengambil keuntungan oportunitas pendapatan
produktif karena terjadinya pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu, penyediaan pelayanan
sosial dasar merupakan unsur penting dalam penanganan kemiskinan. Jika disimpulkan
kemiskinan mempunyai hubungan pada indeks pembangunan manusia karena naik dan turunya
kemiskinan sangat berkaitan dengan naik turunya IPM.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Sumber Daya Manusia


b. Faktor Sumber Daya Alam
c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
d. Faktor Budaya
e. Faktor Sumber Daya Modal

3. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Indeks Pembangunan Manusia

Pertumbuhan ekonomi atau pembangunan ekonomi merupakan syarat bagi tercapainya


pembangunan manusia karena dengan pembangunan ekonomi terjamin peningkatan
produktivitas dan peningkatan pendapatan melalui kesempatan kerja. Dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia memiliki keterkaitan satu sama lain
karena apabila tingkat pertumbuhan ekonomi baik maka pembangunan manusia pun akan
membaik.
4. Metode Perhitungan IPM dan Komponennya

Menurut Badan Pusat Statistik (2017), Penyusunan untuk setiap komponen IPM dapat
dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

1) Tahapan pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing masing


komponen IPM (kesehatan, pengetahuan, dan standar hidup layak) dengan hubungan
matematis sebagai berikut:
Indeks (Xi) = (Xi - Xmin)/(Xmaks - Xmin)… (1)
Keterangan:
Xi = Indikator komponen IPM ke-i (i = 1,2,3)
21 Xmaks = Nilai maksimum Xi
Xmin =Nilai minimum Xi

2) Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-
masing indeks Xi dengan hubungan matematis:
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) =1/3Xi =1/3(X1+X2+X3)..... (2)
Keterangan:
X1 = Indeks angka harapan hidup
X2 = 2/3 (Indeks melek huruf) + 1/3 (Indeks rata-rata lama sekolah)
X3 = Indeks konsumsi per kapita yang disesuaikan
B. Hipotesis

Hipotesis Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis guna memberikan arah dan pedoman
dalam melakukan penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga bahwa kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks


Pembangunan Manusia di Kota Makassar.
2. Diduga bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar.
C. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia


di Kota Makassar adalah besarnya kemiskinan serta pertumbuhan ekonomi, karena faktor-
faktor ini merupakan faktor yang diyakini berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia
di Kota Makassar. Salah satu tolak ukur yang digunakan dalam melihat kualitas hidup manusia
adalah Indeks Pembangunan Manusia. Skema itu dapat dilihat seperti pada gambar di bawah
ini:

Kemiskinan

(X1)
Indeks Pembangunan
Manusia

(Y)
Pertumbuhan Ekonomi

(X 2 )
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data
kuantitatif terdiri dari data kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan data Indeks Pembangunan
Kota Makassar. Menggunakan metode panel data yaitu penggabungan data time series selama
kurun waktu lima tahun yaitu tahun 2015-2019.

B. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Operasional variabel adalah penjelasan mengenai cara-cara tertentu yang digunakan oleh
peneliti untuk mengukur (mengoperasionalkan) construct menjadi variabel penelitian yang
dapat dituju. Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah kontruk (Contructs) atau sifat yang
akan dipelajari. Sehingga memungkinkan peneliti yang lain untuk melakukan replikasi
(pengulangan) pengukuran dengan cara yang sama, atau mencoba mengembangkan cara
pengukuran construct yang lebih baik.

No Variabel Definisi operasional variabel Pengukuran

1 Tingkat Kemiskinan adalah keadaan suatu individu Tingkat kemiskinan yang akan
Kemiskinan yang tidak memiliki kecukupan untuk digunakan adalah tingkat
(X1) memenuhi kebutuhan standar hidupnya kemiskinan Kota Makassar
secara layak, atau dengan kata lain keadaan dalam bentuk persen yang
masyarakat yang berada dibawah garis didapat dari persentase
kemiskinan penduduk miskin.

2 Pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan Perhitungan pertumbuhan


Ekonomi (X2) output per kapita yang menunjukan ekonomi menggunakan data
pertumbuhan upah riil dan meningkatnya PDRB atas dasar harga
standar hidup. Pertumbuhan ekonomi konstan menurut lapangan
adalah salah satu indikator yang digunakan usaha, data diambil melalui
untuk mengukur prestasi ekonomi suatu BPS Kota Makassar
negara atau daerah
3 Indeks Indeks Pembangunan Manusia adalah Data Indeks Pembangunan
Pembangunan indeks komposit yang dihitung sebagai Manusia menggunakan
Manusia (Y) ratarata sederhana dari tiga indeks yang Persentase Indeks
menggambarkan kemampuan dasar manusia Pembangunan Manusia di
dalam memperluas pilihanpilihan, yaitu Kota Makassar, data diambil
indeks harapan hidup, indeks pendidikan, melalui BPS Kota Makassar.
dan indeks standar hidup layak. Data berisi tentang persentase
dari Indeks Pembangunan
Manusia yang telah dihitung
dari seluruh indikator, seperti,
indeks harapan hidup, indeks
pendidikan, dan indeks daya
beli.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dan diambil melalui data BPS
Kota Makassar berdasarkan jangka waktu tentang Indeks Pembangunan Manusia, Kemiskinan,
dan Pertumbuhan Ekonomi yang diperoleh dari data Produk Domestik Regional Bruto atas
dasar harga konstan Kota Makassar. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel
penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik yang menentukan sampel dalam
pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan sebagai sampel yaitu:

1. Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar tahun 2015-2019


2. Kemiskinan (persentase penduduk miskin) Kota Makassar tahun 2015- 2019
3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar tahun 2015-2019

D. Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data, wawancara, dokumentasi


dengan cara mencatat dari laporan-laporan atau catatan, dan studi lapangan .

E Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab penelitian yang menganalisis pengaruh antar
variabel. Penggunaan analisis deskriptif ini ditujukan untuk mengetahui gambaran pengaruh
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

1. Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
b. Uji Heteroskedastisitas
c. Uji Multikolinieritas

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Y = α+β1 X1+β2 X2+e

Dimana:

Y = Indeks Pembangunan Manusia


α = Bilangan konstanta
β1-β2 = Koefisien regresi berganda
X1 = Kemiskinan
X2 = Pertumbuhan Ekonomi
E = Error Term
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisien determinasi (goodness of fit), yang dinotasikan dengan R2 merupakan suatu ukuran
yang penting dalam regresi. Determinan (R2 ) 37 Mencerminkan kemampuan variabel
dependen. Nilai R2 menunjukan seberapa besar pengaruh proporsi dari total variasi variabel
tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya. Semakin tinggi nilai R2
menunjukan seberapa besar proporsi dari total variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabel dependen.

b. Uji Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika Fhitung >
F-tabel, maka Ho ditolak artinya variabel dependen secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen. Dan jika F-hitung < F- tabel maka Ho diterima artinya variabel Independen
secara bersamasama stidak mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji Parsial (Uji t)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah menyusun hipotesis nol (H0) dan
hipotesis alternative (Ha) dengan taraf nyata (α) yang biasa digunakan adalah 5% atau 0,05.
Pengambilan kesimpulannya adalah dengan melihat nilai sig α (5%) dengan ketentuan sebagai
berikut:

a. Jika sig > 0,05 maka H0 diterima

b. Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Geografi dan Demografi Kota Makassar

Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan yang terbentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 29 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi, sebagaimana yang tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1822.

Kota Makassar terletak di Pantai Barat pulau Sulawesi berada dalam titik koordinat 119°
18’ 30,18" sampai dengan 119° 32' 31,03" BT dan 5°00' 30,18" sampai dengan 5° 14’ 6,49"
LS. Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 94), dan kemudian berdasarkan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi
Daerah Tingkat II Kotamadya Makassar.

Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama menjadi Ujung Pandang,
wilayahnya dimekarkan dari 21 KM2 menjadi 175,77 KM2 dengan mengadopsi sebagian
wilayah kabupaten lain yaitu Gowa, Maros, dan Pangkajene Kepulauan, hal ini berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang Perubahan batas-batas daerah Kotamadya
Makassar dan Kabupaten Gowa, Maros dan Pangkajene dan Kepulauan, lingkup Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan.

Pada perkembangannya, nama Kota Makassar dikembalikan lagi berdasarkan Peraturan


Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang Perubahan Nama Kotamadya Ujung Pandang
menjadi Kota Makassar, hal ini atas keinginan masyarakat yang didukung DPRD Tk. II Ujung
Pandang saat itu, serta masukan dari kalangan budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati
hukum dan pelaku bisnis.

Hingga Tahun 2019 Kota Makassar telah berusia 412 tahun sesuai Peraturan Daerah Nomor
1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota Makassar tanggal 9 Nopember 1607, terus
berbenah diri menjadi sebuah Kota Dunia yang berperan tidak hanya sebagai pusat
perdagangan dan jasa tetapi juga sebagai pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan,
pusat kegiatan edu-entertainment, pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan, simpul jasa
angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara. Jumlah penduduk Kota
Makassar berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statitik Kota Makassar tahun
2019 adalah sebanyak 1.526.677 jiwa yang terdiri atas 755.968 jiwa penduduk laki-laki dan
770.709 jiwa penduduk perempuan.

2. Luas dan Batas Wilayah Kota Makassar

Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi, dengan batas-batas wilayah
administratif sebagai berkut :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Maros


b. Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa
c. Sebelah Timur : Kabupaten Gowa dan Maros
d. Sebelah Barat : Selat Makassar

Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Bagian
Utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo, dan
Kecamatan Ujung Tanah. Di bagian Selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan
Rappocini. Di bagian Timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan Panakkukang.
Bagian Barat adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Pandang,
Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Mariso.

Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang
dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau
karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau sangkarang, atau disebut juga
pulau-pulau Pabbiring, atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau
tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-Lumu, Pulau
Bonetambung, Pulau Kodingareng Lompo, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau
Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Lae-Lae Kecil (gusung) dan Pulau
Kayangan (terdekat).

3. Topografi Kota Makassar

Topografi wilayah Kota Makassar memiliki ciri-ciri sebagai berikut; tanah relatif datar,
bergelombang, berbukit dan berada pada ketinggian 0– 25 m di atas permukaan laut dengan
tingkat kemiringan lereng berada pada kemiringan 0-15%. Sementara itu, dilihat dari klasifikasi
kelerengannya, menunjukkan bahwa kemiringan 0-2%=85%; 2-3%=10%; 315%=5%. Hal ini
memungkinkan Kota Makassar berpotensi pada pengembangan permukiman, perdagangan,
jasa, industri, rekreasi, pelabuhan laut, dan fasilitas penunjang lainnya.

4. Geologi Kota Makassar

Wilayah Kota Makassar terbagi menjadi berbagai morfologi bentuk lahan. Satuan-satuan
morfologi bentuk lahan yang terdapat di Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Satuan morfologi dataran aluvial pantai


b. Satuan morfologi perbukitan bergelombang

Kedua satuan morfologi di atas dikontrol oleh batuan, struktur, dan formasi geologi yang
ada di wilayah Kota Makassar dan sekitarnya. Secara geologis Kota Makassar terbentuk dari
batuan hasil letusan gunung api dan endapan dari angkutan sedimen Sungai Jeneberang dan
Sungai Tallo. Sedangkan struktur batuan yang terdapat di kota ini dapat dilihat dari batuan hasil
letusan gunung api dan endapan aluvial pantai dan sungai. Struktur batuan ini penyebarannya
dapat dilihat sampai ke wilayah Bulurokeng, Daya, dan Biringkanaya. Selain itu, terdapat juga
tiga jenis batuan lainnya seperti breksi dan konglomerat yang merupakan batuan berkomponen
kasar dari jenis batuan beku, andesit, basaltik, batu apung, dan gamping.

5. Hidrologi Kota Makassar

Kota Makassar memiliki garis pantai sepanjang 32 km dengan kondisi hidrologi Kota
Makassar dipengaruhi oleh 2 (dua) sungai besar yang bermuara di pantai sebelah barat kota.
Sungai Jene’berang yang bermuara di sebelah selatan dan Sungai Tallo yang bermuara di
sebelah utara. Sungai Je’neberang misalnya, mengalir melintasi wilayah Kabupaten Gowa dan
bermuara di bagian Selatan Kota Makassar merupakan sungai dengan kapasitas sedang (debit
air 1-2 m3/detik). Sedangkan sungai Tallo dan Pampang yang bermuara di bagian Utara
Makassar adalah sungai dengan kapasitas rendah berdebit kira-kira hanya mencapai 0-5 m3
/detik di musim kemarau.

6. Klimatologi Kota Makassar

Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim sedang hingga tropis. Suhu udara rata-rata
Kota Makassar dalam 10 tahun terakhir berkisar antara 24,5°C sampai 28,9°C dengan intensitas
curah hujan yang bervariasi. Intensitas curah hujan tertinggi berlangsung antara bulan
November hingga Februari. Tingginya intensitas curah hujan menyebabkan timbulnya
genangan air di sejumlah wilayah kota ini. Selain itu, kurangnya daerah resapan dan drainase
yang tidak berfungsi dengan baik memicu timbulnya bencana banjir.

B. Penyajian Data (Hasil Penelitian)

1. Deskripsi Variabel

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Tabel 4.1 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar Tahun 2015-2019


No Tahun IPM (%)

1 2015 79,94

2 2016 80,53

3 2017 81,13

4 2018 81,73

5 2019 82,25

Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar terus mengalami kemajuan yang ditandai
dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Makassar. Pada tahun
2019, IPM Kota Makassar telah mencapai 82,25%. Angka ini meningkat sebesar 0,52%
dibandingkan dengan IPM Kota Makassar pada tahun 2018 yang sebesar 81,73%. Sejak tahun
2016, status pembangunan manusia di No Tahun IPM (%) 1 2015 79,94 2 2016 80,53 3 2017
81,13 4 2018 81,73 5 2019 82,25 Kota Makassar telah mencapai level “atas”. IPM Kota

Makassar pada tahun 2018 tumbuh sebesar 0,60% dibandingkan tahun 2017.
b. Kemiskinan

Berikut ini disajikan data tentang kemiskinan yang terjadi di Kota Makassar dalam kurun
waktu lima tahun terakhir sebagai berikut

Tabel 4.2 Persentase Penduduk Miskin Kota Makassar Tahun 2015-2019


No Tahun Penduduk Miskin (%)

1 2015 4,38

2 2016 4,56

3 2017 4,59

4 2018 4,41

5 2019 4,28

Rata-rata tingkat kemiskinan di Kota Makassar mengalami fluktuasi setiap tahunnya.


Posisi terendah angka kemiskinannya dalam periode lima tahun terakhir terjadi pada tahun
2019 yaitu sebesar 4,28%. Sedangkan posisi tertinggi angka kemiskinannya terjadi pada tahun
2017 yaitu sebesar 4,59%.

c. Pertumbuhan Ekonomi

Berikut ini disajikan data tentang kemiskinan yang terjadi di Kota Makassar dalam kurun
waktu lima tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Mota Makassar Tahun 2015-2019


No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)

1 2015 7,44

2 2016 8,03

3 2017 8,23

4 2018 8,42

5 2019 8,79

Data Badan Pusat Statistik menyebutkan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar hingga
tahun 2019 mencapai 8,79 persen. Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar
berada di poin 7,44 persen. Kemudian pada 2016 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar
berada di angka 8,03 persen, tahun 2017 sebesar 8,23 persen, 2018 sebesar 8,42 persen, tahun
2019 sebesar 8,79 persen.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan gambar 4.1 di atas, terlihat titik-titik data mengikuti garis diagonal. Sehingga
sebagaimana dasar pengambilan keputusan uji normalitas di atas maka kesimpulannya model
regresi berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, terlihat titik-titik data tidak membentuk pola yang jelas
(bergelombang, melebar ataupun menyempit) serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0. Sehingga sebagaimana dasar pengambilan keputusan di atas, maka kesimpulannya
tidak ada gejala heteroskedastisitas.

c. Uji Mutikolinearitas

Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi
antar variabel dependen. Menurut Imam Ghozali (2011) tidak terjadi gejala multikoliniaritas
jika nilai Tolerance > 0,100 dan nilai VIF < 10,00. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas
menggunakan aplikasi SPSS:

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas


Colliearity Statistics
Model
Tollerance VIF
Kemiskinan (X1) 0,928 1,078

Pertumbuhan ekonomi (X2) 0,928 1,078

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, nilai Tolerance untuk variabel X1 (kemiskinan) dan variabel
X2 (pertumbuhan ekonomi) sebesar 0,928 atau lebih dari 0,100 (0,928 > 0,100). Kemudian
nilai VIF untuk variabel X1 (kemiskinan) dan X2 (pertumbuhan ekonomi) yaitu sebesar 1,078
yang berarti kurang dari 10,00 (1,078 < 10,00). Oleh karena itu, sebagaimana dasar
pengambilan keputusan di atas, maka tidak ada gejala multikolinearitas.

3. Pengujian Hipotesis

Analisis regresi bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih dan menunjukan arah hubungan antara variabel dependen (Indeks Pembangunan
Manusia IPM) dengan variabel independen (Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi).
Formulasi persamaan regresi berganda sendiri adalah sebagai berikut :

Y = α+β1 X1+β2 X2+e

Berikut adalah hasil analisis regresi linier berganda menggunakan aplikasi SPSS:

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients a


Unstandardized Standardized
Coefficient Coefficient
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 72,215 4,387 16,461 0,004

Kemiskinan (X1) -1,168 809 164 -1,443 286


Pertumbuhan
Ekonomi (X2) 1,723 210 931 8,185 15
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y
= 72,215 - 1,168X1 + 1,723X2 + e

a. Uji Simultan (Uji F)


Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen (X) mendapatkan
nilai F hitung sebesar 40,668 dan F tabel sebesar 9,55 (F hitung 40,668 > F tabel 9,55) dengan
nilai siginikansi sebesar 0,024 (0,024 < 0,05). Ini berarti secara bersamasama/serempak
variabel X1 (Kemiskinan) dan X2 (Pertumbuhan Ekonomi) berpengaruh dan signifikan
terhadap variabel Y (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam hal ini berarti Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar dipengaruhi oleh dua faktor atau dua variabel yaitu
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia di Kota
Makassar tercermin dari menurunnya kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat.

b. Uji Parsial (Uji t)

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa:

1. Variabel X1 (Kemiskinan) memperoleh t hitung sebesar -1,443 lebih kecil dari t tabel
sebesar 4,303 (-1,443 < 4,303) dengan nilai signifikansi 0,286 yang lebih besar dari
0,05 (0,286 > 0,05). Ini berarti variabel X1 (kemiskinan) berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap variabel Y (Indeks Pembangunan Manusia).
2. Variabel X2 (Pertumbuhan Ekonomi) memperoleh nilai t hitung sebesar 8,185 lebih
besar dari t tabel sebesar 4,303 (8,185 > 4,303) dengan nilai signifikansi 0,015 lebih
kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05). ini berarti variabel X2 (pertumbuhan ekonomi)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Y (Indeks Pembangunan
Manusia).

C. Pembahasan

1. Pengaruh Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar

Kemiskinan berpengaruh negatif dan tidak signfikan terhadap Indeks Pembangunan


Manusia di Kota Makassar, ini terlihat dari hasi olah data dimana nilai koefisien regresi sebesar
-1,168 artinya jika terjadi kenaikan kemiskinan sebesar 1% maka akan menurunkan persentase
IPM sebesar 1,168% artinya setiap peningktan kemiskinan akan menurunkan persentase IPM
di Kota Makassar. Untuk variabel kemiskinan diperoleh t hitung lebih kecil dari t tabel (-1,433
< 4,303) dengan niai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,286 > 0,05) yang berarti tidak
signifikan. Maka hasil uji disimpulkan bahwa kemiskinan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap IPM di Kota Makassar pada tahun 2015-2019.

Kemiskinan berpengaruh negatif terhadap IPM karena kemiskinan merupakan salah satu
hambatan dalam meningkatkan kesejahteraan karena kemiskinan mempunyai tolak ukur bukan
hanya kekurangan dalam tingkat pendapatan yang rendah, akan tetapi juga tingkat kesehatan,
pendidikan serta perlakuan adil dimuka hukum dan sebagainya. Jika disimpulkan naik turunnya
kemiskinan sangat berkaitan dengan naik turunnya Indeks Pembangunan Manusia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kemiskinan absolut dimana sejumlah penduduk yang
tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar,
penduduk hidup dibawah pendapatan rill minimum atau dapat dikatakan hidup dibawah
kemiskinan Internasional. (Todaro dan Smith, 2006).

Jika garis kemiskinan semakin meningkat dan manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasar mereka maka akan terciptanya lingkaran setan dimana akan terlihat dari rendahnya
pendapatan nyata sehingga akan mengakibatkan permintaan menjadi rendah sehingga investasi
juga rendah dan dapat mengurangi produktivitas. Selain itu, lingkaran setan juga menyangkut
keterbelakangan manusia dan sumberdaya alam, dimana perkembangan sumberdaya alam itu
tergantung pada kemampuan produktivitas manusianya.

Jika tingkat kemiskinannya tinggi maka manusia tidak akan mampu untuk memperoleh
pendidikan sehingga terciptalah penduduk yang terbelakang dan buta huruf sehingga
kemampuan untuk mengolah sumberdaya alam yang produktif tidak terpenuhi bahkan
terbengkalai atau salah guna (Todaro dan Smith, 2006). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Novita Dewi, 2017) yang berjudul “Pengaruh Kemiskinan dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau” dimana
diperoleh hasil penelitian tingkat kemiskinan berpengaruh negatif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia.

2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota


Makassar

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan


Manusia di Kota Makassar. Ini terlihat dari hasil olah data dimana nilai koefisien regresi sebesar
1,723. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan
sebesar 1% maka akan mempengaruhi IPM di Kota Makassar sebesar 1,723%. Untuk 56
variabel pertumbuhan ekonomi diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (8,185 > 4,303)
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05). Hasil regresi tersebut sesuai
dengan hipotesis pada penelitian ini yang menduga ada pengaruh positif dan signifikan antara
pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar.

Dengan demikian perlu diperhatikan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh


mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu
periode tertentu. Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan (Chalid dan Yusuf,
2014).

Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka akan meningkatkan pendapatan


perkapita masyarakat sehingga IPM disuatu daerah justru juga mengalami peningkatan.
Dimana semakin tinggi pendapatan nasional atau daerah maka semakin besarlah harapan untuk
pembukaan kapasitas produksi baru yang tentu saja akan menyerap tenaga kerja baru.
Pendapatan yang tinggi tercermin dari tingginya pendapatan perkapita dan tumbuh secara
positif dan berarti. Maka secara relatif semakin baik pertumbuhan ekonomi, maka semakin
besarlah harapan untuk tidak menganggur sehingga akan mendorong pemerataan pendapatan
perkapita sehingga mendorong meningkatnya indeks pembangunan manusia (Putong, 2009).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Mirza, 2012) yang berjudul “Pengaruh Kemiskinan,
Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa
Tengah Tahun 2006- 2009” dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel pertumbuhan
ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa
Tengah tahun 2006-2009.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai pengaruh kemiskinan dan pertumbuhan


ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia, maka dapat disimpulkan:

1. Kemiskinan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan


Manusia di Kota Makassar. Dari persamaan diketahui variabel kemiskinan
menunjukkan koefisien sebesar -1,168 artinya jika terjadi kenaikan kemiskinan sebesar
1% maka akan menurunkan IPM sebesar 1,168% artinya setiap peningkatan
Kemiskinan akan menurunkan persentase IPM di Kota Makassar. Untuk variabel
kemiskinan diperoleh t hitung lebih kecil dari t tabel (-1,433 < 4,303) dengan niai
signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,286 > 0,05) yang berarti tidak signifikan.
2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks
PembangunanManusia di Kota Makassar. Dari persamaan regresi menunjukkan
koefisien sebesar 1,723 artinya jika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1%
maka akan meningkatkan IPM sebesar 1,723% artinya setiap perubahan pertumbuhan
ekonomi akan mempengaruhi persentase IPM di Kota makassar. Untuk variabel
pertumbuhan ekonomi diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (8,185 > 4,303) dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05)

Anda mungkin juga menyukai