Anda di halaman 1dari 76

BAHAN SOSIALISASI

IPM METODE BARU LENGKAP


Pembangunan Manusia

Perubahan Metodologi IPM

Implementasi IPM Metode Baru di Indonesia

Hasil Penghitungan

2
Pembangunan Manusia
Latar Belakang

Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang


sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)
Pengalaman pada dekade tersebut menunjukkan adanya tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki
taraf hidup sebagian besar penduduknya.
Pada tahun 1991 Bank Dunia menerbitkan laporannya yang
menegaskan bahwa tantangan utama pembangunan....adalah
memperbaiki kualitas kehidupan. (World Development Report)
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses
multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar
atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan istitusi-institusi
nasional.
Konsep pembangunan manusia muncul untuk memperbaiki
kelemahan konsep pertumbuhan ekonomi karena selain
memperhitungkan aspek pendapatan juga memperhitungkan
aspek kesehatan dan pendidikan.
Konsep Pembangunan Manusia

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.


Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai
tujuan akhir dari pembangunan, bukan hanya alat dari
pembangunan.
Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan
lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati
umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang
produktif (United Nation Development Programme
UNDP).
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses
perluasan pilihan bagi penduduk (a process of enlarging
the choices of people).
Apa Itu IPM ?

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat


mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya.
IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan
dipublikasikan secara berkala dalam laporan
tahunan Human Development Report (HDR).
IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar:
Umur panjang dan hidup sehat (a long and
healthy life)
Pengetahuan (knowledge)
Standar hidup layak (decent standard of living)
Apa Saja Manfaat IPM ?

IPM merupakan indikator penting untuk


mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk).
IPM dapat menentukan peringkat atau level
pembangunan suatu wilayah/negara.
Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis
karena selain sebagai ukuran kinerja
Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah
satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum
(DAU).
Perubahan Metodologi IPM
Perkembangan Metodologi IPM

Pada tahun 2010, UNDP memperkenalkan penghitungan IPM dengan metode


baru. Tahun 2011 dan 2014 dilakukan penyempurnaan metodologi (IPM Metode
Baru).

1990 2010 2014


Launching: UNDP merubah metodologi: Penyempurnaan:
Komponen IPM 1. Komponen IPM yang digunakan AHH, 1. Mengganti tahun dasar PNB per kapita dari
yang digunakan HLS, RLS, PNB per Kapita tahun 2005 menjadi 2011
AHH, AMH, PDB 2. Agregasi indeks menggunakan rata- 2. Merubah metode agregasi indeks pendidikan dari
per Kapita rata geometrik rata-rata geometrik menjadi rata-rata aritmatik

1991 1995 2011


Penyempurnaan: Penyempurnaan: Penyempurnaan:
Komponen IPM yang Komponen IPM yang digunakan Mengganti tahun dasar
digunakan AHH, AMH, AHH, AMH, Kombinasi APK, PNB per kapita dari tahun
RLS, PDB per Kapita PDB per Kapita 2008 menjadi 2005
Mengapa Metodologi IPM Diubah ?

Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM


yaitu:
PERTAMA:
Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam
penghitungan IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan
dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat
menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena AMH di
sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan
tingkat pendidikan antardaerah dengan baik.
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan
pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
KEDUA:
Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM
menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat
ditutupi oleh capaian tinggi dimensi lain.
Apa Saja yang Berubah ?

INDIKATOR:
Angka Melek Huruf (AMH) pada metode lama diganti
dengan angka Harapan Lama Sekolah (HLS).
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan
Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita.

METODE PENGHITUNGAN:
Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi
rata-rata geometrik.
Apa Saja Keunggulan IPM Metode Baru ?

Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat


membedakan dengan baik (diskriminatif ).
Dengan memasukkan Rata-rata Lama Sekolah dan angka
Harapan Lama Sekolah, bisa didapatkan gambaran yang
lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang
terjadi.
PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan
pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun
IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat
ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk
mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga
dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar
karena sama pentingnya.
Bagaimana IPM
Metode Baru
Diukur ?

IPM
Menghitung Indeks Komponen

Dimensi
Kesehatan

Dimensi
Pendidikan

Dimensi
Pengeluaran
Menghitung IPM

IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan,


indeks pendidikan, dan indeks pengeluaran.
Implementasi IPM Metode Baru
di Indonesia
Data

Ketersediaan data:
Angka Harapan Hidup saat lahir (Sensus Penduduk tahun
2010-SP2010, Proyeksi Penduduk).
Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah
(Suvei Sosial Ekonomi Nasional Susenas).
PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan
kabupaten/kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran
per kapita disesuaikan menggunakan data Susenas.
Penentuan nilai maksimum dan minimum menggunakan
standar UNDP untuk keterbandingan global, kecuali standar
hidup layak karena menggunakan ukuran rupiah.
Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru

METODE LAMA METODE BARU


DIMENSI
UNDP BPS UNDP BPS
Angka Harapan Angka Harapan Angka Harapan Angka Harapan
Kesehatan Hidup saat Lahir Hidup saat Lahir Hidup saat Lahir Hidup saat Lahir
(AHH) (AHH) (AHH) (AHH)
1. Angka Melek 1. Angka Melek 1. Harapan Lama 1. Harapan Lama
Huruf (AMH) Huruf (AMH) Sekolah (HLS) Sekolah (HLS)
Pengetahuan 2. Kombinasi 2. Rata-rata 2. Rata-rata 2. Rata-rata
Angka Lama Sekolah Lama Sekolah Lama Sekolah
Partisipasi (RLS) (RLS) (RLS)
Kasar (APK)
Standar Hidup Pengeluaran per Pengeluaran per
PDB per kapita PNB per kapita
Layak kapita kapita

Agregasi
Penentuan Nilai Minimum dan Maksimum

Minimum Maksimum
Indikator Satuan
UNDP BPS UNDP BPS
Angka Harapan Hidup saat
Tahun 20 20 85 85
Lahir (AHH)
Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 0 0 18 18
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 0 0 15 15
Pengeluaran per Kapita 100 1.007.436* 107.721 26.572.352**
Disesuaikan (PPP U$) (Rp) (PPP U$) (Rp)

Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indikator daya beli

Keterangan:
* Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua
** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025
Variabel dalam IPM Metode Baru

Angka Harapan Hidup saat Lahir AHH


(Life Expectancy e0)

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)


didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak
tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak
lahir.
AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu
masyarakat. AHH dihitung dari hasil Proyeksi
SP2010.
Rata-rata Lama Sekolah RLS
(Mean Years of Schooling MYS)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai jumlah


tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani
pendidikan formal.
Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama
sekolah suatu wilayah tidak akan turun.
Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk
berusia 25 tahun ke atas.
RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi
pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir.
Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga
mengikuti standard internasional yang digunakan oleh
UNDP.
Harapan Lama Sekolah HLS
(Expected Years of Schooling EYS)

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai


lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan
oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.
HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan
sistem pendidikan di berbagai jenjang.
HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti
kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar.
Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam
Susenas, HLS dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di
pesantren.
Sumber data pesantren yaitu dari Direktorat Pendidikan Islam.
Penghitungan EYS.
Formula Penghitungan Harapan Lama Sekolah (HLS)

Formula

Keterangan:

HLSat Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t

Eit Jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t

Pi t Jumlah penduduk usia i pada tahun t


i Usia (a, a + 1, ..., n)
FK Faktor koreksi pesantren

Kembali
Faktor Koreksi Pesantren
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari
nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.
Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh
dari Susenas Modul, dihitung dari level provinsi hingga
level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita
dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100.
Perhitungan paritas daya beli pada metode baru
menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas
merupakan makanan dan sisanya merupakan
komoditas nonmakanan. Metode penghitungannya
menggunakan Metode Rao.
Paket Komoditas Penghitungan Paritas Daya Beli
Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam menghitung
PPP.
Pada metode baru, terpilih 96 komoditas dalam penghitungan PPP, dengan
pertimbangan:
Share 27 komoditas (metode lama) terus menurun dari 37,52 persen pada tahun
1996 menjadi 24,66 persen pada tahun 2012

Makanan: 66 Nonmakanan:
96 Komoditas
Komoditas 30 Komoditas
(76,7 %)
(39,8 %) (36,9 %)

Rumus Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP)


pik : harga komoditas i di Jakarta Selatan

pij : harga komoditas i di kab/kota j


Sumber : Measuring The Real Size of The
m : jumlah komoditas World Economy, The World Bank
Mengukur Kecepatan IPM

Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu


kurun waktu digunakan ukuran pertumbuhan IPM per tahun.
Pertumbuhan IPM menunjukkan perbandingan antara capaian
yang telah ditempuh dengan capaian sebelumnya.
Semakin tinggi nilai pertumbuhan, semakin cepat IPM suatu
wilayah untuk mencapai nilai maksimalnya.

Keterangan:
IPMt : IPM suatu wilayah pada tahun t
IPMt-1 : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1)
Klasifikasi Pembangunan Manusia

Pengklasifikasian pembangunan manusia bertujuan untuk


mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-
kelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan manusia.
Capaian IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu:

Klasifikasi Capaian IPM

Sangat Tinggi IPM 80


Tinggi 70 IPM < 80
Sedang 60 IPM < 70
Rendah IPM < 60
Dampak Perubahan Metodologi

Secara umum level IPM dengan


Level metode baru lebih rendah

1
dibanding dengan IPM metode
IPM lama

Terjadi perubahan peringkat IPM.


Peringkat Peringkat tidak bisa

2
diperbandingkan akibat adanya
IPM perbedaan indikator dan
metodologi
Perubahan Peringkat IPM Metode Baru
di Beberapa Negara

1 2
China India
Tahun mulai: 2013 (data 2011) Tahun mulai: 2011
Variabel: e0, EYS, MYS, GNI per Variabel: e0, EYS, MYS, GNI per
capita capita
Dampak: Terdapat perubahan Dampak: Terjadi perubahan
ranking provinsi. Perubahan nilai IPM dan rank antar
serius terjadi di Guangdong (4 provinsi antara IPM 2007-2008
ke 7), Hebei (10 ke 16), dan (metode lama) dengan IPM
Henan (15 ke 20) 2011 (metode baru)

3
Filipina
Tahun mulai: 2012 (data 2009)
Variabel: e0, EYS, MYS, Familiy
Income and Expenditure
Dampak: Terdapat perubahan
ranking provinsi. Perubahan serius
th 2006-2009 terjadi di Abra (46 ke
51), Aklan (49 ke 63), Camiguin (28
ke 39), Albay (30 ke 43)
Hasil Penghitungan IPM
IPM Indonesia (UNDP)

Tren IPM Indonesia (UNDP), 2000-2013

71,1 72,8 72,9 73,4


68,4 68,2 69,2 69,7

65,4 67,1 67,8 68,1 68,4


64,0
60,9

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Metode Lama Metode Baru

Sumber: UNDP
Capaian IPM Indonesia di ASEAN, 2013
World Top Movers in HDI Improvement:
90,1 2012 2013 1970-2010
85,2
77,3 Improvement in
72,2 68,4 66,0 63,8 Rank Nonincome
58,4 56,9 HDI Income
HDI
52,4
1 Oman Oman China
2 China Nepal Botswana
3 Nepal Saudi Arabia South Korea
4 Indonesia Libya Hongkong, China

5 Saudi Arabia Algeria Malaysia


6 Lao PDR Tunisia Indonesia
Kamboja (136)
Vietnam (121)

Laos (139)

Myanmar (150)
Singapura (9)

Malaysia (62)

Indonesia (108)
Brunei (30)

Filipina (117)
Thailand (89)

7 Tunisia Iran Malta


8 South Korea Ethiopia Viet Nam
9 Algeria South Korea Mauritius
10 Morocco Indonesia India
Sumber: HDR 2014

IPM Indonesia 2013 sebesar 68,4; peringkat 108/187, di ASEAN berada pada peringkat 5, dan
masuk dalam kategori menengah
Periode 1970-2010 Indonesia termasuk dalam Worlds Top Movers in HDI improvement
Perbedaan IPM UNDP dengan IPM BPS

Nilai IPM hasil penghitungan UNDP dan IPM hasil penghitungan BPS tidak
dapat dibandingkan karena hal berikut.

1. Tujuannya berbeda, dimana UNDP menghitung IPM untuk


membandingkan kemajuan pembangunan manusia antarnegara
sedangkan IPM BPS digunakan untuk membandingkan kemajuan
pembangunan manusia antarprovinsi dan antarkabupaten/kota di
Indonesia.
2. Komponen yang digunakan berbeda. Komponen yang digunakan di
BPS dalam menghitung IPM menyesuaikan dengan ketersediaan data
yang ada di Indonesia.
3. Nilai minimum dan maksimum yang digunakan dalam menghitung
indeks berbeda.
Perkembangan IPM Indonesia (BPS)

Tren IPM Indonesia, 1996-2014 IPM Metode Baru


Tahun 2014:

IPM
72,77 73,29 73,81
69,57 70,08 70,59 71,17 71,76 72,27
67,70 68,69
65,80
Angka Harapan Hidup
68,20 saat Lahir:
65,80 66,53 67,30
64,30 th
Rata-rata Lama Sekolah:
th
Harapan Lama Sekolah:
th
Pengeluaran per Kapita
Metode Lama Metode Baru yang Disesuaikan:
Rp
1996 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: BPS, 1996-2013


Peta IPM Provinsi Tahun 2014

ACE H

KA LTA RA

SUM UT KE P . RI AU

GO R O NTA LO SUL UT MA LUK U UTA RA


RIA U KA LTIM
KA LB A R
SUM B AR
SUL TE NG
PA P UA BA RA T
JA M BI KA LTE NG
KE P . B AB E L
SUL B AR
KA LS E L MA LUK U
SUM S EL
BE NG K ULU SUL S EL
PA P UA
SUL TRA
Kategori IPM: LA MP UNG

Rendah BA NTE N
JA W A TEN GA H
Sedang JA W A BA RA T
Tinggi
DI Y JA W A TIMU R
Sangat Tinggi
NTB NTT
BA LI
IPM Provinsi 2010-2014
IPM
Kode Provinsi
2010 2011 2012 2013 2014
1100 Aceh 67,09 67,45 67,81 68,30
1200 Sumatera Utara 67,09 67,34 67,74 68,36
1300 Sumatera Barat 67,25 67,81 68,36 68,91
1400 Riau 68,65 68,90 69,15 69,91
1500 Jambi 65,39 66,14 66,94 67,76
1600 Sumatera Selatan 64,44 65,12 65,79 66,16
1700 Bengkulu 65,35 65,96 66,61 67,50
1800 Lampung 63,71 64,20 64,87 65,73
1900 Kep. Bangka Belitung 66,02 66,59 67,21 67,92
2100 Kepulauan Riau 71,13 71,61 72,36 73,02
3100 DKI Jakarta 76,31 76,99 77,54 78,08
3200 Jawa Barat 66,32 66,84 67,48 68,25
3300 Jawa Tengah 66,08 66,64 67,21 68,02
3400 D I Yogyakarta 75,37 75,93 76,15 76,44
3500 Jawa Timur 65,36 66,06 66,74 67,55
3600 Banten 67,54 68,22 68,92 69,47
5100 Bali 70,10 70,87 71,62 72,09
5200 NTB 61,41 62,14 62,78 63,42
5300 NTT 59,37 60,18 60,70 61,58
6100 Kalimantan Barat 61,97 62,52 63,20 64,17
6200 Kalimantan Tengah 65,96 66,38 66,66 67,41
6300 Kalimantan Selatan 65,20 65,89 66,68 67,17
6400 Kalimantan Timur 71,31 72,02 72,62 73,21
6500 Kalimantan Utara 67,99
7100 Sulawesi Utara 67,83 68,31 69,04 69,49
7200 Sulawesi Tengah 63,50 64,27 65,00 65,79
7300 Sulawesi Selatan 66,00 66,65 67,26 67,92
7400 Sulawesi Tenggara 65,99 66,52 67,07 67,55
7500 Gorontalo 62,65 63,48 64,16 64,70
7600 Sulawesi Barat 59,84 60,63 61,01 61,53
8100 Maluku 64,27 64,75 65,43 66,09
8200 Maluku Utara 62,79 63,19 63,93 64,78
9100 Papua Barat 59,60 59,90 60,30 60,91
9400 Papua 54,45 55,01 55,38 56,06
0000 INDONESIA 66,53 67,09 67,70 68,31
IPM 2013 dan Komponennya
Provinsi AHH EYS MYS Pengeluaran IPM Kategori
Aceh 69,31 13,36 8,44 8.289 68,30 Sedang
Sumatera Utara 67,94 12,41 8,79 9.309 68,36 Sedang
Sumatera Barat 68,21 13,16 8,28 9.570 68,91 Sedang
Riau 70,67 12,27 8,38 10.180 69,91 Sedang
Jambi 70,35 12,17 7,80 9.066 67,76 Sedang
Sumatera Selatan 68,84 11,46 7,53 9.231 66,16 Sedang
Bengkulu 68,33 12,78 8,09 8.803 67,50 Sedang
Lampung 69,55 11,90 7,32 8.415 65,73 Sedang
Kep. Bangka Belitung 69,64 10,96 7,32 11.657 67,92 Sedang
Kepulauan Riau 69,05 12,26 9,63 12.942 73,02 Tinggi
DKI Jakarta 72,19 12,24 10,47 16.828 78,08 Tinggi
Jawa Barat 72,09 11,81 7,58 9.421 68,25 Sedang
Jawa Tengah 73,28 11,89 6,80 9.618 68,02 Sedang
D I Yogyakarta 74,45 14,67 8,72 12.261 76,44 Tinggi
Jawa Timur 70,34 12,17 6,90 9.978 67,55 Sedang
Banten 69,04 12,05 8,17 11.061 69,47 Sedang
Bali 71,11 12,40 8,10 12.738 72,09 Tinggi
NTB 64,74 12,46 6,28 8.950 63,42 Sedang
NTT 65,82 12,27 6,68 6.899 61,58 Sedang
Kalimantan Barat 69,66 11,60 6,60 8.127 64,17 Sedang
Kalimantan Tengah 69,29 11,71 7,79 9.641 67,41 Sedang
Kalimantan Selatan 67,35 11,67 7,59 10.655 67,17 Sedang
Kalimantan Timur 73,52 12,85 8,87 10.981 73,21 Tinggi
Kalimantan Utara 72,02 12,30 8,10 8.229 67,99 Sedang
Sulawesi Utara 70,86 11,88 8,79 9.583 69,49 Sedang
Sulawesi Tengah 67,02 12,36 7,82 8.501 65,79 Sedang
Sulawesi Selatan 69,50 12,52 7,45 9.632 67,92 Sedang
Sulawesi Tenggara 70,28 12,45 7,93 8.537 67,55 Sedang
Gorontalo 66,92 12,13 6,96 8.719 64,70 Sedang
Sulawesi Barat 63,32 11,46 6,87 8.148 61,53 Sedang
Maluku 64,93 13,35 8,81 7.872 66,09 Sedang
Maluku Utara 67,24 12,48 8,27 7.200 64,78 Sedang
Papua Barat 65,05 11,67 6,91 6.896 60,91 Sedang
Papua 64,76 9,58 5,61 6.394 56,06 Rendah
INDONESIA 70,40 12,10 7,61 9.858 68,31
Perbandingan Pola Sebaran IPM Metode Lama
dan Metode Baru 2013
ACEH
IPM 2013 Metode Lama
KALTA RA

SUMUT KEP. RIAU


GO RONT ALO SULUT MALUKU UT ARA
RIAU KALTIM
KALBAR
SUMBAR
SULTENG
KALTE NG PAPUA BA RA T
JAMB I
KEP. B ABEL
SULBAR
SUMSEL KALSEL MALUKU
BENG KULU SULSEL
PAPUA
SULTRA
LA MPUNG
Katego ri IPM:
JAW A T ENG AH
66.25 - 68.77 BANT EN
68.77 - 71.9 JAW A B ARAT
71.9 - 73.58
73.58 - 75.68 D I Y JAW A T IM UR
75.68 - 78.59 NT B NT T
BALI

IPM 2013 Metode Baru


ACE H

KA LTA RA

SUM UT KE P . RI AU

GO R O NTA LO SUL UT MA LUK U UTA RA


RIA U KA LTIM
KA LB A R
SUM B AR
SUL TE NG
KA LTE NG PA P UA BA RA T
JA M BI
KE P . B AB E L
SUL B AR
SUM S EL KA LS E L MA LUK U
BE NG K ULU SUL S EL
PA P UA
SUL TRA
LA MP UNG
Kategori IPM:
JA W A TEN GA H
56.06 - 61.58 BA NTE N
61.58 - 66.16 JA W A BA RA T
66.16 - 69.91 DI Y JA W A TIMU R
69.91 - 73.21 NTB NTT
BA LI
73.21 - 78.08
Disparitas IPM Kab/Kota 2013

Disparitas IPM kab/kota berpengaruh pada capaian IPM provinsi.


Disparitas IPM Kab/kota lima tertinggi terjadi di Papua, Papua Barat, NTT, Jatim, dan Sumut.
Disparitas IPM kab/kota lima terendah terjadi di Sulbar, Kaltara, Gorontalo, Kep. Babel, dan
Kaltim.
Contoh Kasus : IPM Kalimantan Tengah
Rank
Komponen
Lama Baru
E0/AHH 7 18
AMH - EYS 6 27 Perubahan besar
MYS 20 19 disebabkan oleh
Pengeluaran 14 11 penggantian AMH
IPM 7 21 dengan EYS

AMH EYS
Kelompok Umur Kalimantan Kalimantan
Nasional Nasional
Tengah Tengah
13-15 tahun* 99,8 99,6 2,58 2,72
AMH pada setiap kelompok umur
16-18 tahun 99,9 99,6 1,78 1,92 di atas nasional, sementara EYS
19-24 tahun 99,8 99,4 1,19 1,21 dibawah nasional
> 24 tahun 97,4 92,5 0,29 0,42
Catatan: * Untuk AMH dihitung umur 15 tahun
Angka Partisipasi Sekolah SMP ke Atas di Bawah
Nasional
Kalimantan
Indikator Nasional Rank
Tengah
Angka Partisipasi Kasar SD 110,9 107,7 3
Angka Partisipasi Kasar SMP 80,8 90,0 30
Angka Partisipasi Kasar SMA 69,8 68,3 21 Partisipasi sekolah yang relatif
Angka Partisipasi Murni SD 97,4 95,5 3 masih rendah, secara umum
Angka Partisipasi Murni SMP 67,9 73,7 24 berada peringkat
Angka Partisipasi Murni SMA 44,7 53,9 32 di atas 20
Angka Partisipasi Sekolah 7-12th 99,0 98,4 12
Angka Partisipasi Sekolah 13-15th 85,9 90,7 30
Angka Partisipasi Sekolah 16-18th 58,4 63,5 31
Angka Partisipasi Sekolah 19-24th 19,5 20,0 19
Kalimantan
Indikator Nasional Rank
Tengah
Persentase Desa dgn jarak SD
17,1 0,0 30
Aksesibilitas ke fasilitas terdekat > 10 km
pendidikan kurang baik Persentase Desa dgn jarak SMP 31,4 12,6 29
untuk semua level terdekat > 10 km
Persentase Desa dgn jarak SMA
64,2 27,9 32
terdekat > 10 km
Persentase Desa dgn jarak SMK
78,6 45,5 31
terdekat > 10 km
TERIMA KASIH
KONSEP DAN DEFINISI
Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)

Definisi : rata-rata perkiraan banyak tahun yang


dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir.
AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu
masyarakat.
Dihitung dengan cara tidak langsung dengan
paket program Micro Computer Program for
Demographic Analysis (MCPDA) atau Mortpack.
AHH negara berkembang lebih rendah
dibandingkan AHH negara maju karena AHH
dipengaruhi oleh tingkat kematian bayi yang
tinggi.
Harapan Lama Sekolah (HLS)
Expected Years of Schooling (EYS)

Definisi:
Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan
dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.
Asumsi:
Kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada
umur-umur berikutnya sama dengan rasio penduduk yang
bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat
ini.
Tujuan:
untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di
berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya
pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh
setiap anak.
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Mean Years of Schooling (MYS)

Definisi
Jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk
dalam menjalani pendidikan formal.
Sumber Data
Susenas KOR
Asumsi
Dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah
suatu wilayah tidak akan turun.
Pengeluaran per Kapita

Rata-rata pengeluaran per kapita setahun


diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari
level provinsi hingga level kab/kota.
Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat
konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100
Rata-rata pengeluaran per kapita konstan
kemudian disesuaikan dengan cara dibagi
dengan paritas daya beli (Purcashing Power
Parity-PPP). Pengeluaran yang telah dibagi
dengan PPP ini disebut dengan pengeluaran per
kapita yang disesuaikan.
Penghitungan Paritas Daya Beli

Paritas daya beli dihitung sebagai perbadingan rata-rata


geometrik harga paket komoditas barang dan jasa di suatu
wilayah terhadap Jakarta Selatan.

pik : harga komoditas i di Jakarta Selatan


pij : harga komoditas i di kab/kota j
m : jumlah komoditas
Penentuan Paket Komoditas

Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan


dalam menghitung PPP.
Pada metode baru, terpilih 96 komoditas dalam
penghitungan PPP, dengan pertimbangan:
Share 27 komoditas (metode lama) terus menurun dari 37,52 persen
pada tahun 1996 menjadi 24,66 persen pada tahun 2012

Makanan: 66 Nonmakanan:
96 Komoditas
Komoditas 30 Komoditas
(76,7 %)*
(39,8 %)* (36,9 %)*

* Persentase terhadap total pengeluaran rumah tangga


Komoditas Terpilih pada Metode Baru

Beras Pepaya
Tepung terigu Minyak kelapa Rumah sendiri/bebas sewa
Ketela pohon/singkong Minyak goreng lainnya Rumah kontrak
Kentang Kelapa Rumah sewa
Tongkol/tuna/cakalang Gula pasir Rumah dinas
Kembung Teh Listrik
Bandeng Kopi Air PAM
Mujair Garam LPG
Mas Kecap Minyak tanah
Lele Penyedap masakan/vetsin Lainnya(batu baterai,aki,korek,obat
Ikan segar lainnya Mie instan nyamuk dll)

Nonmakanan
Daging sapi Roti manis/roti lainnya Perlengkapan mandi
Daging ayam ras Kue kering Barang kecantikan
Makanan

Daging ayam kampung Kue basah Perawatan kulit,muka,kuku,rambut


Telur ayam ras Makanan gorengan Sabun cuci
Susu kental manis Gado-gado/ketoprak Biaya RS Pemerintah
Susu bubuk Nasi campur/rames Biaya RS Swasta
Susu bubuk bayi Nasi goreng Puskesmas/pustu
Bayam Nasi putih Praktek dokter/poliklinik
Kangkung Lontong/ketupat sayur SPP
Kacang panjang Soto/gule/sop/rawon/cincang Bensin
Bawang merah Sate/tongseng Transportasi/pengangkutan umum
Bawang putih Mie bakso/mie rebus/mie goreng Pos dan Telekomunikasi
Cabe merah Makanan ringan anak Pakaian jadi laki-laki dewasa
Cabe rawit Ikang (goreng/bakar dll) Pakaian jadi perempuan dewasa
Tahu Ayam/daging (goreng dll) Pakaian jadi anak-anak
Tempe Makanan jadi lainnya Alas kaki
Jeruk Air kemasan galon Minyak Pelumas
Mangga Minuman jadi lainnya Meubelair
Salak Es lainnya Peralatan Rumah Tangga
Pisang ambon Roko kretek filter Perlengkapan perabot rumah tangga
Pisang raja Rokok kretek tanpa filter Alat-alat Dapur/Makan
Pisang lainnya Rokok putih
Share Kelompok Komoditas
Terpilih
Share
Kelompok Jumlah
kelompok Share
item
MAKANAN 47,29 39,82 66
Padi-padian 8,02 7,89 2
Umbi-umbian 0,42 0,23 2
Ikan/udang/cumi/kerang 3,95 2,30 7
Daging 2,06 1,69 3
Telur dan susu 2,76 2,37 4
Sayur-sayuran 3,56 2,04 7
Kacang-kacangan 1,26 1,17 2
Buah-buahan 2,21 1,22 7
Minyak dan lemak 1,79 1,75 3
Bahan minuman 1,64 1,47 3
Bumbu-bumbuan 0,95 0,40 3
Konsumsi lainnya 1,00 0,61 1
Makanan dan minuman jadi 11,80 10,94 19
Tembakau dan sirih 5,88 5,72 3
NON MAKANAN 52,71 33,81 30
Perumahan dan fasilitas rumah tangga 20,58 15,74 10
Aneka barang dan jasa 18,79 13,50 12
Pakaian, alas kaki,tutup kepala 3,76 3,35 4
Barang tahan lama 6,15 1,22 4
Pajak, pungutan, asuransi 1,65 0,00 0
Keperluan, pesta, upacara/kenduri 1,78 0,00 0
TOTAL 100,00 73,63 96
Perbandingan Rumus Penghitungan IPM

Metode Lama

Metode Baru
Teknis Penghitungan
IPM Metode Baru
Variabel dalam Susenas yang Digunakan dalam
Penghitungan IPM dan Komponennya

Angka Harapan Hidup


Variabel Anak Lahir Hidup, Anak Masih Hidup
Harapan Lama Sekolah
Partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur
Rata-rata Lama Sekolah
Kombinasi variabel pendidikan:
Partisipasi Sekolah,
Jenjang pendidikan yang pernah diduduki,
Kelas yang sedang dijalani,
Jenjang pendidikan yang ditamatkan
Daya Beli
Variabel pengeluaran konsumsi rumah tangga
Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)
Life Expectancy (e0)
Tinjauan Penghitungan AHH: versi IPM
(Subdit Demografi)

Teknik Penghitungan
Untuk memperoleh angka Infant Mortality Rate (IMR) dan AHH (sekaligus)
dapat menggunakan paket program Mortpak.
Data yang dibutuhkan untuk menghitung IMR dan AHH dengan Mortpak
adalah:
Estimasi rata-rata jumlah anak lahir hidup pada tahun penghitungan
Estimasi rata-rata jumlah anak masih hidup pada tahun penghitungan

Penentuan AHH untuk IPM


Secara umum berlaku rataan q2, q3 dan q5.
Adakalanya memakai median/modus lebih cocok.
Perlu pertimbangan keahlian (adjustment), pengalaman, trend atau
perbandingan (antarwaktu, antarwilayah, antarurban/rural, dsb).
AHH perempuan diperoleh dari: (106/103) x AHH total.
Sudah melalui rekonsiliasi dan telah diseminarkan pada seminar parameter
demografi.
Tinjauan Penghitungan AHH: Proyeksi
(Subdit Demografi)

Penentuan Asumsi
Berdasarkan tren tingkat mortalitas di masa lalu mengikuti hasil SDKI: SDKI91,
SDKI94, SDKI97, SDKI2002/3, SDKI2007, SDKI2012.

Menggunakan 6 titik pengamatan (1991-2012) tanpa target.

Y = Perkiraan IMR
L = Konstanta asymtot bawah IMR
U = Konstanta asymtot atas IMR
a,b = Koefisien kurva logistik
t = Waktu sebagai variabel bebas
e = Konstanta eksponensial
Penentuan AHH untuk proyeksi
AHH proyeksi dihitung berdasarkan tren SDKI
Harus ada harmonisasi antara AHH proyeksi nasional dan provinsi
dengan AHH kabupaten/kota
Harapan Lama Sekolah (HLS)
Expexted Years of Schooling (EYS)
Teknis Menghitung Harapan Lama Sekolah

Langkah Pertama
Menghitung jumlah penduduk menurut umur (7th ke atas).

Langkah Kedua
Menghitung jumlah penduduk yang masih sekolah menurut umur (7th ke
atas).

Langkah ketiga
Menghitung rasio penduduk yang masih sekolah terhadap jumlah
penduduk menurut umur (7th ke atas). Langkah ini menghasilkan
partisipasi sekolah menurut umur.

Langkah keempat
Menghitung harapan lama sekolah, yaitu dengan menjumlahkan semua
partisipasi sekolah menurut umur (7th ke atas).
Formula Penghitungan Harapan Lama Sekolah (HLS)

Formula

Keterangan:

HLSat Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t

Eit Jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t

Pi t Jumlah penduduk usia i pada tahun t


i Usia (a, a + 1, ..., n)
Ilustrasi Penghitungan Harapan Lama Sekolah

Misal, penduduk wilayah A adalah sebagai berikut:


Umur
(th)
7 10 9 0,9
8 10 9 0,9
9 10 8 0,8
10 10 8 0,8
11 10 7 0,7
12 10 5 0,5
13 10 5 0,5

Harapan Lama Sekolah (HLS) 5,1


Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Mean Years of Schooling (MYS)
Teknis Menghitung Rata-rata Lama Sekolah
Langkah Pertama, menyeleksi penduduk pada usia 25th ke atas.

Langkah Kedua, menghitung lamanya sekolah.


o Jika partisipasi sekolah yaitu tidak/belum pernah bersekolah, maka
lama sekolah = 0.
o Jika partisipasi sekolah yaitu masih bersekolah atau tidak bersekolah
lagi, maka lama sekolah mengikuti tabel konversi berikut.

Keterangan Lama Sekolah


Masih bersekolah di SD s.d. S1 Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir - 1
Konversi ijazah terakhir + 1
Masih bersekolah S2 atau S3 Ket: Karena di Susenas kode kelas untuk yang sedang
kuliah S2 = 6 dan kuliah S3 = 7 yang tidak
menunjukkan kelas
Tidak bersekolah lagi tetapi tidak
Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir - 1
tamat di kelas terakhir
Tidak bersekolah lagi dan tamat
Konversi ijazah terakhir
pada jenjang
Konversi Lama Sekolah Berdasarkan Ijazah Terakhir

Konversi Tahun
Ijazah
Lama Sekolah (Th)
Tidak punya ijazah 0
SD/SDLB/MI/Paket A 6
SMP/SMPLB/MTs/Paket B 9
SMA/SMLB/MA/SMK/Paket C 12
D1/D2 14
D3/Sarjana Muda 15
D4/S1 16
S2/S3 18
Teknis Menghitung Rata-rata Lama Sekolah.

Langkah Ketiga, menghitung rata-rata lama sekolah.

Keterangan:
RLS: Rata-rata Lama Sekolah di suatu wilayah
Lama sekolah penduduki: lama sekolah penduduk ke-i di suatu wilayah
n: jumlah penduduk ( i = 1, 2, 3,..., n)
Ilustrasi Penghitungan Rata-rata Lama Sekolah

Misal, penduduk wilayah A adalah sebagai berikut:

Penduduk

Penduduk ke-1 25 Tidak bersekolah lagi S1 Tamat S1 16

Penduduk ke-2 18 Masih bersekolah SMA Kelas 3 SMP 11

Penduduk ke-3 28 Masih bersekolah S2 Kelas 6 S1 17

Penduduk ke-4 30 Tidak bersekolah lagi SD 5 - 4

Penduduk ke-5 45 Tidak bersekolah lagi D3 Tamat D3 15

Penduduk ke-6 35 Tidak bersekolah lagi SMP 2 SD 7

Penduduk ke-7 50 Tidak bersekolah lagi S1 Tamat S1 16


Pengeluaran per Kapita
Teknis Penghitungan Pengeluaran per Kapita
Disesuaikan

Menghitung rata-rata pengeluaran per kapita

Menghitung rata-rata pengeluaran per kapita dalam


harga konstan (riil)

Menghitung Paritas Daya Beli/Purchasing Power


Parity (PPP)

Menghitung pengeluran per kapita disesuaikan


1. Menghitung Rata-rata Pengeluaran per Kapita dari
Susenas
2. Menghitung Rata-rata Pengeluaran per Kapita
dalam Harga Konstan (riil)

Menghitung nilai riil rata-rata pengeluaran per kapita per


tahun (atas dasar tahun 2012) dengan rumus:
3. Menghitung Paritas Daya Beli/Purchasing Power
Parity (PPP)

Langkah Pertama, menghitung harga rata-rata komoditas


terpilih.
Keterangan:
Pi= Rata-rata harga komoditi i per satu satuan di suatu wilayah
Vi= Total value (biaya) yang dikeluarkan untuk komoditi i di suatu wilayah
Qi= Total kuantum dari komoditi i yang dikonsumsi di suatu wilayah

Untuk harga yang tidak terdapat pada Susenas Modul


Konsumsi, harga diperoleh dari IHK.
Perlakuan pada Data....

Harga dari IHK:


Perlengkapan mandi pasta gigi, sabun mandi, shampo, sikat gigi
Barang habis pakai rumah tangga bola lampu, lampu TL/neon, korek api gas,
obat nyamuk bakar, pembasmi nyamuk cair, pembasmi nyamuk spray,
pembersih laintai
Sabun cuci sabun cuci piring, sabun cream detergent
Barang kecantikan bedak, deodorant, body lotion, lipstik, minyak rambut,
minyak parfum, pelembap muka, pembersih dan penyegar
Perawatan kulit, kuku, mka, rambut tarif creambath, potong rambut pria,
potong rambut wanita, potong rambut anak
Biaya kesehatan biaya dokter umum
SPP SD
Transportasi angkutan dalam kota
Alas kaki sandal kulit pria
Meubelair meja kursi tamu
Peralatan rumah tangga lemari es
Perlengkapan perabot rumah tangga sprei
Alat dapur/makan kompor
3. Menghitung Paritas Daya Beli....

Langkah Kedua, menghitung paritas daya beli dengan rumus berikut:

pij : harga komoditas i di Jakarta Selatan


pik : harga komoditas i di kab/kota j
m : jumlah komoditas

Langkah Ketiga, menghitung pengeluaran per kapita disesuaikan dengan


rumus berikut:

Yt** : rata-rata pengeluaran per kapita disesuaikan


Yt* : Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas
dasar harga konstan 2012
Ilustrasi Penghitungan Pengeluaran per Kapita
Disesuaikan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai