Anda di halaman 1dari 242

_:

Katalog: 2301014
ISSN 2598-5663

A ALI I
MO ILITA
T HASIL
NAGAK JA
SAKERNAS 2022
VOLUME 8, 2023
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Katalog: 2301014
ISSN 2598-5663

I
M ILITA
T HASILASAKERNAS 2022JA
.id
go
VOLUME 8, 2023
.
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

tj!i) BADAN PUSAT STATISTIK


ANALISIS MOBILITAS TENAGA KERJA
HASIL SURVEI ANGKATAN KERJA 2022
Volume 8, 2023

Katalog 2301014

id
ISSN 2598-5663

.
go
No. Publikasi 04100.2313 s.
p
Ukuran Buku ISO B5 (17,6 cm x 25 cm)
.b
w

Jumlah Halaman xxxviii+199 halaman


w
//w

Penyusun Naskah Direktorat Statistik Kependudukan


s:

dan Ketenagakerjaan
tp
ht

Penyunting Direktorat Statistik Kependudukan

dan Ketenagakerjaan

Pembuat Kover Direktorat Statistik Kependudukan

dan Ketenagakerjaan

Penerbit @Badan Pusat Statistik

Dicetak oleh Badan Pusat Statistik

Sumber Ilustrasi freepik.com, dan canva.com

Dilarang mereproduksi dan/atau menggandakan sebagian atau


seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari
Badan Pusat Statistik.
ISSN 2598-5663

TIM PENYUSUN
ANALISIS MOBILITAS TENAGA KERJA
HASIL SAKERNAS 2022
Volume 8, 2023

Pengarah Dr. Ateng Hartono, S.E., M.Si.


Penanggung Jawab Dr. Ali Said, M.A.

id
Penyunting Parwoto, S.S.T., M.Stat.

.
go
Winida Albertha, S.S.T., M.Sc.
ps.
Nunung Dwisyahesti, M.M.
.b
w

Penulis Dr. Erie Sadewo, S.S.T., M.Si.


w

Fajar Santoso Putra, S.S.T., M.E.K.K.


//w

Viane Dorthea Tiwa, S.S.T.


s:
tp

Hamim Tsalis Soblia, S.S.T., M.Stat.


ht

Suryo Adi Rakhmawan, S.S.T.


Farakh Khoirotun Nasida, S.Tr.Stat.
Pengolah Data F.Tri Ayuningrum, S.S.T.
Heru Irawan, S.S.T., M.Si.
Rizky Dwi Yuniarvi, S.S.T.
Monica Windi Triasturi, S.S.T.
Penata Letak Nurhalimah, S.Tr.Stat.
Putri Ilhami Firdaus, S.Tr.Stat.
Pembuat Infografis Desta Febriana Indriyantika, S.Tr.Stat.
Kontributor Data Direktorat Statistik Kependudukan
dan Ketenagakerjaan
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
KATA PENGANTAR
Publikasi Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Survei Angkatan
Kerja Nasional 2022 merupakan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS)
penerbitan kedelapan, setelah sebelumnya terbit pada tahun 2009,
2011, 2013, 2015, 2017, 2019, dan 2021. Publikasi dua tahunan ini
menyajikan analisis terkait pola mobilitas tenaga kerja di Indonesia
menggunakan data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).
Cakupan pembahasan yang disampaikan pada publikasi ini
meliputi analisis mobilitas pekerja, seperti perpindahan lapangan
pekerjaan atau pergeseran status pekerjaan dari para tenaga kerja.

id
Data yang digunakan dalam penyusunan publikasi ini sebagian besar

.
go
diperoleh dari hasil Sakernas Agustus 2022 dan Sakernas Agustus 2021,
serta sebagian lainnya dari hasil Sakernas tahun-tahun sebelumnya.
s.
Lebih lanjut, penyusunan publikasi mendatang diharapkan dapat
p
.b

terus disempurnakan dengan berbagai indikator yang lebih relevan


dan cakupan informasi yang lebih luas.
w
w

Kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian


//w

buku ini disampaikan terima kasih. Kritik dan saran dari pembaca
akan menjadi masukan yang sangat berharga untuk perbaikan dan
s:

penyempurnaan di masa mendatang.


tp
ht

Jakarta, Oktober 2023


Plt Kepala Badan Pusat Statistik

Amalia Adininggar Widyasanti

v
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
RINGKASAN EKSEKUTIF
Proses pembangunan tidak dapat dipisahkan dari situasi
kependudukan. Memahami perilaku penduduk merupakan salah satu
cara merumuskan kebijakan pembangunan yang ramah penduduk,
salah satunya yaitu perilaku keputusan melakukan mobilitas. Oleh
karena itu, kajian terkait mobilitas penduduk, khususnya pada tenaga
kerja, sangat diperlukan untuk memberikan informasi dampak
pembangunan terhadap pola mobilitas tenaga kerja di Indonesia.
Berangkat dari hal tersebut, maka disusunlah publikasi Analisis
Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2022 ini.

id
Fenomena mobilitas tenaga kerja yang terjadi di Indonesia,

.
go
dapat diklasifikasikan menjadi mobilitas tenaga kerja spasial
dan mobilitas tenaga kerja nonspasial. Mobilitas tenaga kerja
s.
spasial terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu mobilitas permanen
p
.b

dan nonpermanen. Sedangkan mobilitas tenaga kerja nonspasial


merupakan perpindahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya,
w
w

baik menurut sektornya maupun status pekerjaannya. Perbedaan


//w

antara mobilitas permanen dan nonpermanen dilihat dari dimensi


waktu dan tujuannya. Dikatakan permanen apabila seseorang pindah
s:

ke tempat lain dengan tujuan menetap dalam waktu satu tahun atau
tp

lebih. Selain daripada itu perpindahan seseorang disebut sebagai


ht

mobilitas nonpermanen. Mobilitas nonpermanen dibedakan menjadi


mobilitas ulang alik/komuter dan sirkuler. Pasar kerja yang fleksibel
telah meningkatkan jumlah pekerja yang melakukan mobilitas
nonpermanen. Saat ini, semakin mudahnya aksesibilitas terhadap
transportasi turut berperan dalam mengubah pola mobilitas spasial
menjadi bersifat nonpermanen.
Berdasarkan wilayah, sekitar satu dari lima pekerja migran risen
di Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2021 dan 2022.
Tertinggi kedua dan ketiga pekerja migran risen berada pada provinsi
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tingginya persentase di tiga provinsi di
Jawa selain karena populasinya yang besar, daya tarik ekonomi, sosial,
dan kesehatan di tiga provinsi tersebut juga dapat menjadi indikasi
alasan seseorang melakukan migrasi risen di wilayah tersebut.

vii
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, pada tahun
2022 di semua provinsi terpilih menunjukkan bahwa proporsi pekerja
migran risen berpendidikan SMA keatas lebih besar dibandingkan
yang berpendidikan di bawah SMA. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan merupakan modal penting bagi para migran untuk
dapat bersaing di pasar tenaga kerja di provinsi tujuan.
Karakteristik pendidikan memiliki keterkaitan dengan sektor
pekerjaan dan arah lapangan usaha para pekerja migran risen di
provinsi tujuan. Pekerja migran risen dengan pendidikan yang rendah
cenderung bekerja di sektor informal khususnya pada lapangan
usaha pertanian. Migran risen yang bekerja pada sektor formal

id
mendominasi di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta.

.
go
Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Jawa
Timur komposisinya hampir seimbang antara migran yang bekerja
s.
pada sektor formal dan sektor informal. Selebihnya, yaitu di Jawa
p
.b

Tengah, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Lampung, migran


yang bekerja di sektor informal lebih mendominasi.
w
w

Pada tahun 2022, sebanyak 92,4 persen pekerja di Indonesia


//w

merupakan stayers, sedangkan sisanya sebanyak 7,6 persen merupakan


pekerja yang tempat bekerjanya berbeda kabupaten/kota dengan
s:

kabupaten/kota tempat tinggalnya (movers). Terdapat lima provinsi


tp

yang memiliki persentase pekerja movers di atas angka nasional, yaitu


ht

DKI Jakarta (17,8 persen), DI Yogyakarta (15,5 persen), Banten (14,6


persen), Jawa Barat (12,4 persen), dan Bali (11,2 persen). Empat dari
lima provinsi tersebut masuk ke dalam Peraturan Presiden No. 18
Tahun 2020 terkait Proyek Prioritas Strategis dalam pengembangan
wilayah metropolitan yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang
masuk dalam Wilayah Metropolitan (WM) Jabodetabek dan Cekungan
Bandung, serta Bali yang di dalamnya terdapat WM Sarbagita.
Fenomena mobilitas ulang-alik/komuter merupakan salah satu
indikator meluasnya jangkauan pasar tenaga kerja lokal. Peningkatan
kualitas sarana dan prasarana transportasi mendorong penduduk
untuk bisa mengakses lapangan kerja dengan lokasi yang lebih jauh
dari tempat tinggalnya. Secara nasional, pada tahun 2022 persentase
pekerja komuter lebih besar dibandingkan pekerja sirkuler, yaitu 6,0
persen untuk pekerja komuter dan 1,6 persen untuk pekerja sirkuler.

viii
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Kegiatan komuter untuk keperluan bekerja lebih banyak ditemui pada
wilayah pada penduduk dengan akses transportasi yang baik seperti
kawasan metropolitan.
Distribusi pekerja pelaku komuter didominasi oleh penduduk
kawasan barat Indonesia, yaitu mencapai 90 persen dari total
komuter. Berdasarkan pulau, sekitar tiga perempat pelaku komuter
berada di Pulau Jawa. Sedangkan pada tingkat provinsi, tiga provinsi
dengan jumlah pekerja komuter terbesar berturut-turut adalah Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Secara umum, dari 34 provinsi
di Indonesia, separuhnya mengalami peningkatan jumlah komuter,
sementara separuh sisanya mengalami penurunan.

id
Tiga provinsi yang menjadi kontributor terbesar pekerja sirkuler

.
go
di Indonesia pada tahun 2022 terletak di Pulau Jawa, yakni Jawa Barat,
s.
Jawa Tengah, dan Jawa Timur, masing-masing dengan persentase
p
sebesar 25,6 persen, 17,6 persen, dan 15,0 persen. Pekerja sirkuler
.b

di tiga provinsi tersebut didominasi oleh mereka yang bekerja di


w

sektor formal. Sedangkan menurut lapangan usaha, Jawa Barat dan


w

Jawa Timur didominasi pekerja di sektor jasa-jasa dan Jawa Tengah


//w

didominasi pekerja di sektor manufaktur. Dilihat dari aspek ekonomi,


s:

satu dari lima orang pekerja migran pada tahun 2022 bekerja pada
lapangan pekerjaan utama sektor perdagangan besar dan eceran;
tp

reparasi, dan perawatan mobil dan sepeda motor, yaitu mencapai


ht

21,4 persen pada tahun 2022. Pada sektor ini, migran risen didominasi
pekerja berpendidikan SMA ke atas.

ix
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
id
.
go
ps.
.b
w
w

RINGKASAN DALAM INFOGRAFIS


//w
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ISSN 2598-5663

DAFTAR ISI
ANALISIS MOBILITAS TENAGA KERJA HASIL SAKERNAS 2022
VOLUME 8, 2023
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................v

RINGKASAN EKSEKUTIF....................................................................vii

RINGKASAN DALAM INFOGRAFIS.....................................................xi

DAFTAR ISI.........................................................................................xxi

. id
go
DAFTAR TABEL.................................................................................xxv
p s.
DAFTAR GAMBAR...........................................................................xxvii
.b
w

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................xxxi
w
//w

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
s:

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 3


tp

1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................. 5


ht

1.3 Manfaat Penulisan............................................................................... 6


1.4 Sistematika Penyajian.......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................7


2.1 Konsep Mobilitas Penduduk............................................................... 9
2.2 Determinan Mobilitas Penduduk..................................................... 10
2.3 Mobilitas Penduduk Permanen........................................................ 12
2.4 Mobilitas Penduduk Nonpermanen................................................ 14
2.4.1 Mobilitas Ulang Alik/Commuting............................................. 14
2.4.2 Mobilitas Sirkuler......................................................................15
2.5 Mobilitas Pekerjaan...........................................................................16
2.6 Pandemi Covid-19 .............................................................................17

xxi
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
BAB III METODOLOGI PENULISAN...................................................19
3.1 Sumber Data.......................................................................................21
3.2 Kerangka Sampel...............................................................................22
3.3 Unit Analisis .......................................................................................22
3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data.............................................. 23
3.5 Definisi Operasional .........................................................................24
3.5.1 Variabel Sakernas yang Digunakan ....................................... 24
3.5.2 Mobilitas Permanen................................................................. 30
3.5.3 Mobilitas Nonpermanen ......................................................... 30

id
3.5.4 Mobilitas Pekerjaan ................................................................. 31

.
go
3.6 Metode Analisis..................................................................................31
s.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS..............................................33
p
.b

4.1 Kondisi Pasar Kerja Indonesia.......................................................... 35


w
w

4.2 Mobilitas Permanen Menurut Provinsi........................................... 39


//w

4.2.1 Distribusi Pekerja Migran Risen Menurut Provinsi.............. 39


4.2.2 Besaran dan Arus Migrasi Pekerja Migran Risen................. 40
s:

4.2.3 Karakteristik Pekerja Migran Risen Menurut Provinsi........ 42


tp

4.3 Mobilitas Nonpermanen Menurut Provinsi.................................... 47


ht

4.3.1 Distribusi Stayers dan Movers Menurut Provinsi.................. 47


4.3.2 Karakteristik Pekerja Komuter Menurut Provinsi................ 49
4.3.3 Karakteristik Pekerja Komuter pada Provinsi Terpilih......... 51
4.3.4 Karakteristik Pekerja Sirkuler Menurut Provinsi.................. 54
4.3.5 Karakteristik Pekerja Sirkuler pada Provinsi Terpilih.......... 57
4.4 Mobilitas Permanen di Indonesia.................................................... 59
4.4.1 Karakteristik Sosiodemografis Pekerja Migran Risen ......... 59
4.4.2 Karakteristik Ekonomi Pekerja Migran Risen........................ 66
4.5 Mobilitas Nonpermanen di Indonesia............................................ 79
4.5.1 Karakteristik Sosiodemografi Pekerja Komuter dan
Sirkuler.......................................................................................79
4.5.2 Karakteristik Ekonomi Pekerja Komuter dan Sirkuler......... 86
4.5.3 Karakteristik Aksesibilitas Pekerja Komuter dan Sirkuler.107
4.6 Mobilitas Pekerjaan di Indonesia...................................................109

xxii
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
4.7 Pengalaman Bekerja di Luar Negeri..............................................111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................113


5.1 Kesimpulan.......................................................................................115
5.2 Saran..................................................................................................118

DAFTAR PUSTAKA............................................................................121

LAMPIRAN........................................................................................131

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

xxiii
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Karakteristik Ketenagakerjaan Indonesia, 2018- 36
2022
Tabel 4.2 Persentase Angkatan Kerja Indonesia menurut 37
Tingkat Pendidikan, 2018 - 2022
Tabel 4.3 Persentase Pekerja Indonesia menurut Sektor 38
Ekonomi, 2018 - 2022
Tabel 4.4 Karakteristik Sosiodemografi Pekerja Pelaku 80
Mobilitas Nonpermanen, 2022

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

xxv
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Persentase Pekerja Migran Menurut Provinsi 40
Tujuan, 2021-2022
Gambar 4.2 Distribusi Persentase Pekerja Migran Risen di 41
Tiga Provinsi Dengan Migran Risen Terbesar
Menurut Tiga Provinsi Asal Terbesarnya di
Indonesia, 2022
Gambar 4.3 Distribusi Persentase Pekerja Migran Risen 43
Menurut Provinsi di Indonesia, 2022
Gambar 4.4 Distribusi Persentase Pekerja Migran 44

id
RisenMenurut Tingkat Pendidikan yang

.
go
Ditamatkan pada Provinsi Terpilih, 2022
Gambar 4.5 Distribusi Pekerja Migran Risen Menurut Sektor
s. 45
Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2022
p
.b

Gambar 4.6 Distribusi Persentase Pekerja Migran Risen 46


w

Menurut Lapangan Usaha Utama pada Provinsi


w

Terpilih, 2022
//w

Gambar 4.7 Persentase Stayers dan Movers Menurut Provinsi, 48


2022
s:

Gambar 4.8 Distribusi Persentase Pekerja Komuter Menurut 51


tp

Provinsi di Indonesia, 2022


ht

Gambar 4.9 Distribusi Persentase Pekerja Komuter Menurut 52


Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada
Provinsi Terpilih, 2022
Gambar 4.10 Distribusi Persentase Pekerja Komuter Menurut 53
Sektor Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2022
Gambar 4.11 Distribusi Persentase Pekerja Komuter Menurut 54
Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih,
2022
Gambar 4.12 Distribusi Persentase Pekerja Sirkuler Menurut 56
Provinsi di Indonesia, 2021-2022
Gambar 4.13 Distribusi Persentase Pekerja Sirkuler Menurut 57
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada
Provinsi Terpilih, 2022
Gambar 4.14 Distribusi Persentase Pekerja Sirkuler menurut 58
Sektor Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2022

xxvii
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
Gambar 4.15 Distribusi Persentase Pekerja Sirkuler menurut 59
Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih,
2022
Gambar 4.16 Pekerja Migran Risen Menurut Karakteristik 60
Sosiodemografi, 2021-2022
Gambar 4.17 Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok 63
Umur dan Status Migrasi, 2021-2022
Gambar 4.18 Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok 64
Umur, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi, 2021
-2022
Gambar 4.19 Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok 66

id
Umur, Tingkat Pendidikan, dan Status Migrasi,

.
2021 -2022

go
Gambar 4.20 Distribusi Persentase lapangan Pekerjaan Utama
s. 68
Pekerja Migran Risen, 2022
p
Gambar 4.21 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut 69
.b

Tingkat Pendidikan dan Tiga Sektor Unggulan,


w

2021-2022
w

Gambar 4.22 Distribusi Persentase Jenis Pekerjaan Utama 70


//w

Pekerja Migran Risen, 2022


s:

Gambar 4.23 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut Jenis 71


tp

Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan yang


ht

Ditamatkan, 2021-2022
Gambar 4.24 Distribusi Persentase Status Pekerjaan Utama 72
Pekerja Migran Risen, 2022
Gambar 4.25 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut Status 73
Pekerjaan Utama dan Jam Kerja Per Minggu,
2021-2022
Gambar 4.26 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut 74
Lapangan Usaha Utama dan Jam Kerja Per
Minggu, 2022
Gambar 4.27 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut 76
Tingkat Pendidikan dan Sektor Pekerjaan, 2021-
2022
Gambar 4.28 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut 77
Lapangan Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan,
2022
Gambar 4.29 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut Jenis 78

xxviii
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
Pekerjaan Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021-
2022
Gambar 4.30 Distribusi Persentase Pekerja Komuter menurut 82
Kelompok Umur, 2021-2022
Gambar 4.31 Distribusi Persentase Pekerja Sirkuler menurut 83
Kelompok Umur, 2021-2022
Gambar 4.32 Distribusi Persentase Pekerja Komuter dan 84
Sirkuler menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin, 2021-2022
Gambar 4.33 Distribusi Persentase Pekerja Komuter menurut 85
Kelompok Umur dan Tingkat Pendidikan, 2021-

id
2022

.
Gambar 4.34 Distribusi Persentase Pekerja Komuter menurut 86

go
Kelompok Umur dan Tingkat Pendidikan, 2021-
s.
2022
p
Gambar 4.35 Persentase Pekerja Komuter Menurut Tingkat 87
.b

Pendidikan yang Ditamatkan di Tiga Sektor


w

Unggulan, 2021-2022
w

Gambar 4.36 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Tingkat 88


//w

Pendidikan yang Ditamatkan di Tiga Sektor


s:

Unggulan, 2021-2022
tp

Gambar 4.37 Persentase Pekerja Komuter Menurut Jenis 89


ht

Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan yang


Ditamatkan, 2021-2022
Gambar 4.38 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Jenis 91
Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan yang
Ditamatkan, 2021-2022
Gambar 4.39 Persentase Pekerja Komuter Menurut Status 92
Pekerjaan Utama dan Jam Kerja Per Minggu,
2021-2022
Gambar 4.40 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Status 96
Pekerjaan Utama dan Jam Kerja Per Minggu,
2021-2022
Gambar 4.41 Persentase Pekerja Komuter Menurut Lapangan 97
Usaha Utama dan Jam Kerja Per Minggu, 2021-
2022
Gambar 4.42 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Lapangan 97
Usaha Utama dan Jam Kerja Per Minggu, 2021-

xxix
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
2022
Gambar 4.43 Persentase Pekerja Komuter Menurut Tingkat 99
Pendidikan yang Ditamatkan dan Sektor
Pekerjaan, 2021-2022
Gambar 4.44 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Tingkat 100
Pendidikan yang Ditamatkan dan Sektor
Pekerjaan, 2021-2022
Gambar 4.45 Persentase Pekerja Komuter Menurut Lapangan 101
Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021-2022
Gambar 4.46 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Lapangan 101
Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021-2022

id
Gambar 4.47 Persentase Pekerja Komuter Menurut Jenis 104

.
Pekerjaan Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021-

go
2022 s.
Gambar 4.48 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Jenis 104
p
Pekerjaan Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021-
.b

2022
w

Gambar 4.49 Persentase Pekerja Komuter menurut Jenis 107


w

Transportasi yang Digunakan, 2021


//w

Gambar 4.50 Persentase Pekerja Komuter menurut Jenis 108


s:

Transportasi yang Digunakan, 2022


tp

Gambar 4.51 Persentase pekerja Menurut Kelompok Umur 110


ht

dan Alasan Pindah Pekerjaan, 2022


Gambar 4.52 Persentase Pekerja yang Pernah Bekerja di Luar 112
Negeri Menurut Negara, 2022

xxx
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Tabel Persentase Pekerja Migran dan Non Migran 133
Risen menurut Provinsi Tujuan, 2021 – 2022
Lampiran 2 Tabel Tiga Besar Provinsi Asal Pekerja Migran 134
Risen beserta Provinsi Tujuannya, 2021-2022
Lampiran 3 Tabel Distribusi Pekerja Migran Risen menurut 137
Provinsi di Indonesia, 2021-2022
Lampiran 4 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 138
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada
Provinsi Terpilih, 2021
Lampiran 4a Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 138

id
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada

.
go
Provinsi Terpilih, 2022
Lampiran 5 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut
s. 139
Sektor Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2021
p
.b

Lampiran 5a Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 139


w

Sektor Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2022


w

Lampiran 6 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 140


//w

Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih,


2021
s:

Lampiran 6a Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 140


tp

Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih,


ht

2022
Lampiran 7 Tabel Persentase Stayers dan Movers menurut 141
Provinsi, 2021-2022
Lampiran 8 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut 142
Provinsi di Indonesia, 2021-2022
Lampiran 9 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut 143
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada
Provinsi Terpilih, 2021-2022
Lampiran 10 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut 143
Sektor Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2021-
2022
Lampiran 11 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut 144
Lapangan Usaha Utama Pada Provinsi Terpilih,
2021-2022
Lampiran 12 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut 145
Provinsi di Indonesia, 2021-2022

xxxi
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
Lampiran 13 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut 146
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada
Provinsi Terpilih, 2021-2022
Lampiran 14 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut Sektor 146
Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2021-2022
Lampiran 15 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut 147
Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih,
2021-2022
Lampiran 16 Tabel Pekerja Menurut Karakteristik 147
Sosiodemografi dan Status Migrasi Risen (Ribu),
2021

id
Lampiran 16a Tabel Pekerja menurut Karakteristik 148

.
go
Sosiodemografi dan Status Migrasi Risen (Ribu),
2022 s.
Lampiran 17 Tabel Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan 148
p
.b

Kelompok Umur dan Status Migrasi, 2021 - 2022


Lampiran 18 Tabel Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan 149
w
w

Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Status


//w

Migrasi, 2021 - 2022


Lampiran 19 Tabel Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan 150
s:

Kelompok Umur, Tingkat Pendidikan, dan Status


tp

Migrasi, 2021 – 2022


ht

Lampiran 20 Tabel Persentase Lapangan Usaha Utama Pekerja 151


Migran Risen 2021 dan 2022
Lampiran 21 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 152
Tingkat Pendidikan dan Tiga Sektor Unggulan,
2021 - 2022
Lampiran 22 Tabel Persentase Jenis Pekerjaan Utama Pekerja 152
Migran Risen, 2021 - 2022
Lampiran 23 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 153
Jenis Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan,
2021-2022
Lampiran 24 Tabel Persentase Status Pekerjaan Utama Pekerja 154
Migran Risen, 2021 - 2022
Lampiran 25 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 154
Status Pekerja Utama dan Jam Kerja per Minggu,
2021 - 2022
Lampiran 26 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 155

xxxii
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
Lapangan Usaha Utama dan Jam Kerja per
Minggu, 2021 - 2022
Lampiran 27 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 156
Tingkat Pendidikan dan Sektor Pekerjaan, 2021 -
2022
Lampiran 28 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 157
Lapangan Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan,
2021 - 2022
Lampiran 29 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut 158
Jenis Pekerjaan Utama dan Sektor Pekerjaan,
2021 - 2022

id
Lampiran 30 Tabel Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan 159

.
go
Kelompok Umur dan Status Mobilitas
Nonpermanen, 2021 - 2022 s.
Lampiran 31 Tabel Pola Distribusi Pekerja menurut Kelompok 160
p
.b

Umur, Jenis Kelamin, dan Status Mobilitas


w

Nonpermanen, 2021 - 2022


w

Lampiran 32 Tabel Pola Distribusi Pekerja menurut Kelompok 161


//w

Umur, Tingkat Pendidikan, dan Status Mobilitas


Nonpermanen, 2021 – 2022
s:

Lampiran 33 Tabel Persentase Lapangan Usaha Utama 162


tp

menurut Status Mobilitas Nonpermanen, 2021


ht

Lampiran 33a Tabel Persentase Lapangan Usaha Utama 163


menurut Status Mobilitas Nonpermanen, 2022
Lampiran 34 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut 164
Tingkat Pendidikan dan Tiga Sektor Unggulan,
2021 - 2022
Lampiran 35 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut 164
Tingkat Pendidikan dan Tiga Sektor Unggulan,
2021 - 2022
Lampiran 36 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut Jenis 165
Pekerjaan Utama, 2021 - 2022
Lampiran 37 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut Jenis 165
Pekerjaan Utama, 2021 - 2022
Lampiran 38 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut Jenis 166
Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan, 2021-
2022
Lampiran 39 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut Jenis 166

xxxiii
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan, 2021-
2022
Lampiran 40 Tabel Persentase Pekerja Komuter dan Pekerja 167
Sirkuler menurut Status Pekerjaan Utama, 2021
- 2022
Lampiran 41 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut Status 167
Pekerjaan Utama dan Jam Kerja per Minggu, 2021
- 2022
Lampiran 42 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut Status 168
Pekerjaan Utama dan Jam Kerja per Minggu, 2021
- 2022

id
Lampiran 43 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut 169

.
go
Lapangan Usaha Utama dan Jam Kerja per
Minggu, 2021 - 2022 s.
Lampiran 44 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut 170
p
.b

Lapangan Usaha Utama dan Jam Kerja per


w

Minggu, 2021 - 2022


w

Lampiran 45 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut 171


//w

Tingkat Pendidikan dan Sektor Pekerjaan, 2021 -


2022
s:

Lampiran 46 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut 171


tp

Tingkat Pendidikan dan Sektor Pekerjaan, 2021 -


ht

2022
Lampiran 47 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut 172
Lapangan Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan,
2021 - 2022
Lampiran 48 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut 173
Lapangan Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan,
2021 - 2022
Lampiran 49 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut Jenis 174
Pekerjaan Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021 -
2022
Lampiran 50 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut Jenis 174
Pekerjaan Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021 -
2022
Lampiran 51 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut Jenis 175
Transportasi yang Digunakan, 2021-2022
Lampiran 52 Tabel Persentase Pekerja yang Pernah Pindah dan 175

xxxiv
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
yang Tidak Pernah Pindah Pekerjaan menurut
Karakteristik Demografi, 2021 - 2022
Lampiran 53 Tabel Persentase Pekerja yang Pernah Pindah 176
Pekerjaan menurut Kelompok Umur dan Alasan
Pindah Pekerjaan, 2021 - 2022
Lampiran 54 Tabel Jumlah (Ribu) dan Persentase Pekerja 176
menurut Status Bekerja dan Status Mobilitas
Permanen, 2022
Lampiran 55 Tabel Jumlah (Ribu) Persentase Pekerja 177
menurut Status Bekerja dan Status Mobilitas
Nonpermanen, 2022

id
Lampiran 56 Tabel Jumlah (Ribu) dan Persentase Pekerja 177

.
go
yang Sementara Tidak Bekerja Menurut Status
Mobilitas Permanen dan Alasan Sementara Tidak
s.
Bekerja, 2022
p
.b

Lampiran 57 Tabel Jumlah (Ribu) dan Persentase Pekerja 178


w

yang Sementara Tidak Bekerja Menurut Status


w

Mobilitas Nonpermanen, 2022


//w

Lampiran 58 Tabel Jumlah (Ribu) dan Persentase Pekerja 178


menurut Perubahan Rata-Rata Pendapatan/
s:

Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status


tp

Mobilitas Permanen, 2022


ht

Lampiran 59 Tabel Jumlah (Ribu) dan Persentase Pekerja 179


menurut Perubahan Rata-Rata Pendapatan/
Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status
Mobilitas Nonpermanen, 2022
Lampiran 60 Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut 179
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih dan Status Formal/Informal,
2022
Lampiran 61 Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut 180
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih dan Status Formal/Informal,
2022
Lampiran 62 Tabel Persentase Pekerja Migran Risen Menurut 180
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/ Upah Bersih dan Status Formal/Informal,
2022

xxxv
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
Lampiran 63 Tabel Jumlah (Ribu) Penduduk 15 Tahun ke Atas 181
menurut Provinsi dan Status Pengalaman Bekerja
di Luar Negeri Periode Agustus 2017- Agustus
2022, Sakernas Agustus 2022
Lampiran 64 Tabel Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas yang 182
Pernah Bekerja di Luar Negeri Periode Agustus
2017- Agustus 2022 menurut Negara Tujuan
(Ribu), Sakernas Agustus 2022
Lampiran 65 Tabel Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas yang 182
Pernah Bekerja di Luar Negeri Periode Agustus
2017- Agustus 2022 menurut Negara Tujuan dan

id
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (Ribu),

.
go
Sakernas Agustus 2022
Lampiran 66 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Migran
s. 183
Risen Hasil Sakernas Agustus 2022 berdasarkan
p
.b

Status Bekerja
w

Lampiran 66a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 184


w

Migran Risen Hasil Sakernas Agustus 2022


//w

Berdasarkan Status Bekerja


Lampiran 67 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Komuter 185
s:

Hasil SAKERNAS Agustus 2022 Berdasarkan Status


tp

Bekerja
ht

Lampiran 67a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 186


Komuter Hasil SAKERNAS Agustus 2022
Berdasarkan Status Bekerja
Lampiran 68 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Sirkuler 187
Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Status
Bekerja
Lampiran 68a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 188
Sirkuler Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
Status Bekerja
Lampiran 69 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Migran 189
Risen Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
Perubah Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih
Lampiran 69a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 189
Migran Risen Hasil Sakernas Agustus 2022
Berdasarkan Perubah Rata-Rata Pendapatan/

xxxvi
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
Penghasilan/Gaji/Upah Bersih
Lampiran 70 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Komuter 190
Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
Perubah Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih
Lampiran 70a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 190
Komuter Hasil Sakernas Agustus 2022
Berdasarkan Perubahan Rata-Rata Pendapatan/
Penghasilan/Gaji/Upah Bersih
Lampiran 71 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Sirkuler 191
Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan

id
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/

.
Gaji/Upah Bersih

go
Lampiran 71a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 191
s.
Sirkuler Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
p
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
.b

Gaji/Upah Bersih
w

Lampiran 72 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Komuter 192


w

Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan


//w

Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/


s:

Gaji/Upah Bersih dan Status Formal


tp

Lampiran 72a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 192


ht

Komuter Hasil Sakernas Agustus 2022


Berdasarkan Perubahan Rata-Rata Pendapatan/
Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Formal
Lampiran 73 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Komuter 193
Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih dan Status Informal
Lampiran 73a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 193
Komuter Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih dan Status Informal
Lampiran 74 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Sirkuler 194
Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih dan Status Formal
Lampiran 74a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 194
Sirkuler Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
xxxvii
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Halaman
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih dan Status Formal
Lampiran 75 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Sirkuler 195
Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih dan Status Informal
Lampiran 75a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 195
Sirkuler Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih dan Status Informal
Lampiran 76 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Migran 196

id
Risen Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan

.
go
Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/
Gaji/Upah Bersih dan Status Formal
s.
Lampiran 76a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 196
p
.b

Migran Risen Hasil Sakernas Agustus 2022


w

Berdasarkan Perubahan Rata-Rata Pendapatan/


w

Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Formal


//w

Lampiran 77 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Migran 197


Risen Hasil Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan
s:

Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/


tp

Gaji/Upah Bersih dan Status Informal


ht

Lampiran 77a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja 197


Migran Risen Hasil Sakernas Agustus 2022
Berdasarkan Perubahan Rata-Rata Pendapatan/
Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Informal
Lampiran 78 Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Penduduk 198
15 Tahun ke Atas menurut Provinsi dan Status
Pengalaman Bekerja Di Luar Negeri Periode
Agustus 2017- Agustus 2022, Sakernas Agustus
2022
Lampiran 78a Tabel Kesalahan Sampling Persentase Penduduk 199
15 Tahun ke Atas menurut Provinsi dan Status
Pengalaman Bekerja Di Luar Negeri Periode
Agustus 2017- Agustus 2022, Sakernas Agustus
2022

xxxviii
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
ht
tp
s:

BAB I PENDAHULUAN
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
1.1 Latar Belakang
Keterkaitan antara dinamika populasi dan pembangunan
berkelanjutan telah menjadi perhatian dalam konferensi regional
memperingati 25 tahun International Conference on Population
and Development (ICPD) dan rencana aksinya pada tahun 2019 di
Nairobi, Kenya. Secara global, peningkatan kualitas dan kuantitas
data merupakan aspek penting dalam implementasi dimensi terkait
migrasi dari Agenda Pembangunan Berkelanjutan. Hal ini diperlukan
untuk dapat memonitor isu kritis pada target 10.7, yaitu migrasi yang
teratur, selamat, dan bertanggung jawab. Ketersediaan data untuk
pengukuran target 10.7 tersebut dapat mendukung pengurangan

id
ketimpangan di dalam dan antar negara (Li and Samimi 2023).

.
go
Kebutuhan disagregasi data migran menjadi semakin penting karena
s.
meningkatnya tantangan terhadap akses terbatas dalam hal layanan
p
kesehatan, pendidikan, hukum, perlindungan pekerja, dan layanan
.b

lainnya bagi para migran. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, para


w

pakar dalam The International Forum on Migration Statistics (IFMS) tahun


w

2020 di Kairo, Mesir menyepakati beberapa hal terkait data antara


//w

lain: penguatan pemanfaatan data untuk pengambilan kebijakan,


pengumpulan data dan inovasinya, kerjasama dan manajemen data,
s:

serta meningkatkan ketersediaan data migran yang berada pada


tp

situasi rawan.
ht

Di Indonesia, penataan persebaran dan pengarahan mobilitas


telah menjadi salah satu tujuan pembangunan kependudukan yang
dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 153/2014 Tentang
Grand Design Pembangunan Kependudukan. Mobilitas penduduk
yang didefinisikan sebagai gerak keruangan penduduk dengan
melewati batas administrasi pemerintahan. Mobilitas penduduk
perlu diarahkan agar serasi, selaras, dan seimbang dengan daya
dukung alam dan daya tampung lingkungan. Pengarahan mobilitas
penduduk juga diperlukan untuk mendukung pembangunan daerah
yang berkeadilan. Untuk mendukung persebaran dan pengalahan
mobilitas tersebut, perlu diupayakan peningkatan mobilitas penduduk
yang bersifat tidak tetap dengan cara menyediakan berbagai fasilitas
sosial, ekonomi, budaya, dan administrasi di beberapa daerah yang

3
Pendahuluan
diproyeksikan sebagai daerah tujuan mobilitas penduduk. Selain itu,
pemerintah juga berupaya mengurangi mobilitas penduduk ke kota
metropolitan atau kota besar.
Upaya pemenuhan ketersediaan data dan informasi terkait
mobilitas penduduk telah dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
melalui berbagai kegiatan sensus dan survei. Pertanyaan mengenai
tempat lahir dan tempat tinggal pada lima tahun sebelumnya telah
dicantumkan dalam kegiatan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS),
Sensus Penduduk (SP), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dan
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada beberapa periode
terakhir. Pencantuman pertanyaan tersebut secara umum memiliki

id
tujuan yang sama yaitu menghasilkan informasi mengenai jumlah dan

.
go
karakteristik migran. Meskipun demikian, pemanfaatannya dilakukan
mengikuti tujuan dari sensus dan survei yang dilakukan. Penyajian
s.
data dan analisis mengenai tingkat kesejahteraan migran dilakukan
p
.b

menggunakan data SUSENAS, mengikuti tujuannya sebagai basis


w

data kesejahteraan penduduk. Sementara penyajian data dan analisis


w

yang mengaitkan antara migrasi dan karakteristik ketenagakerjaan


//w

dapat menggunakan data SAKERNAS. Untuk itu, diperlukan kehati-


hatian dan pemahaman pengguna data dalam memanfaatkan data
s:

mobilitas yang paling sesuai dengan kebutuhannya.


tp

Sebagai salah satu isu penting yang mendasari keputusan


ht

migrasi, kebutuhan terhadap pekerjaan dan pendapatan yang layak


terus menerus mengalami perubahan sesuai kondisi perekonomian.
Perubahan teknologi, budaya, dan terjadinya berbagai kejadian
penting (disrupsi) yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Dalam sejarah Indonesia modern, mobilitas tenaga kerja di Indonesia
telah dilakukan sejak abad 19 ketika pemerintah kolonial Belanda
mengirimkan sejumlah besar pekerja dari Jawa untuk mengelola
perkebunan tembakau di Deli, Sumatera Utara (Darini dan Anggraeni
2021). Pada tahun 1970 hingga akhir 1980an, mobilisasi tenaga kerja
dari Jawa menuju Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua Barat,
dan Timor Timur juga dilakukan pemerintah untuk mengelola lahan
pertanian dan perkebunan melalui program transmigrasi (Simpson
2021). Sejak tahun 1990an, mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota
semakin pesat sejalan dengan transformasi ekonomi dan masih
terdapatnya kesenjangan antarwilayah yang terjadi di Indonesia.

4
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Perkembangan dalam infrastruktur transportasi telah
menurunkan waktu, biaya, dan resiko perjalanan sehingga
memungkinkan pekerja bepergian jauh tanpa perlu bermigrasi.
Kemajuan teknologi informasi bahkan telah menurunkan kebutuhan
untuk berinteraksi secara tatap muka. Terjadinya pandemi Covid-19
telah mengubah secara drastis pola mobilitas tenaga kerja global.
Penurunan mobilitas sirkuler diikuti dengan meningkatnya migrasi
kembali dari para tenaga kerja ke daerah asalnya dalam skala besar.
Pesatnya dinamika pada mega tren global perlu mendapat perhatian
karena berdampak besar terhadap mobilitas tenaga kerja. Pada
pertengahan 2020, International Labour Organization (ILO) (2020)

id
memperkirakan bahwa terdapat 200 juta orang kehilangan pekerjaan.

.
Namun pada sisi lain telah tercipta puluhan atau ratusan jenis

go
pekerjaan baru yang mungkin sulit ditemukan sebelum terjadinya
s.
pandemi. Di masa depan, berkembangnya kecerdasan buatan (Artificial
p
Intellegence/AI) tidak hanya dapat mempermudah aktivitas manusia
.b

namun juga meningkatkan resiko hilangnya pekerjaan (Selenko 2022).


w

Oleh karena itu, penyediaan informasi terkait mobilitas tenaga kerja


w

serta hasil analisis yang berkelanjutan menjadi sangat penting untuk


//w

kebutuhan evaluasi perencanaan dan pengambilan kebijakan yang


s:

tepat dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia.


tp
ht

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan publikasi ini secara umum ditujukan untuk
meningkatkan pemanfaartan informasi hasil Sakernas 2022 menjadi
suatu pengetahuan baru melalui eksplorasi potensi mobilitas tenaga
kerja di Indonesia. Adapun tujuan khusus penulisan publikasi ini
adalah:
1. Memperbarui informasi pola mobilitas pekerja di Indonesia;
2. Mengidentifikasi karakteristik pekerja yang melakukan
mobilitas;
3. Mengidentifikasi pola mobilitas pekerja berdasarkan sektor
ekonomi untuk mengetahui potensi penyerapan tenaga
kerja;

5
Pendahuluan
4. Mengidentifikasi perubahan pola mobilitas tenaga kerja
pasca pandemi Covid-19.

1.3 Manfaat Penulisan


Publikasi ini diharapkan memberikan beberapa manfaat antara
lain:
1. Sebagai referensi akademis terkait mobilitas tenaga kerja di
Indonesia;
2. Memberikan masukan bagi pemerintah dalam memetakan

id
target dan rencana pembangunan sektoral berbasis

.
go
ketenagakerjaan;
s.
3. Sebagai masukan bagi para pengambil kebijakan terkait
p
kependudukan untuk mendukung tujuan penduduk tumbuh
.b

seimbang dalam rangka mencapai visi Indonesia Emas 2045;


w
w

4. Sebagai masukan bagi pembuat kebijakan dalam menentukan


//w

kebijakan perekonomian pasca pandemi COVID-19.


s:

1.4 Sistematika Penyajian


tp
ht

Publikasi ini disusun atas beberapa bagian yang saling


melengkapi. Setelah diawali dengan pendahuluan, pada bagian
kedua tulisan disampaikan tinjauan pustaka terkait mobilitas tenaga
kerja. Pada bagian ketiga dijelaskan mengenai metodologi, termasuk
sumber data, kerangka sampel, unit analisis, proses pengumpulan
dan pengolahan data, serta metode analisis. Pada bagian empat
disampaikan mengenai hasil pembahasan dan analisis. Publikasi ini
ditutup dengan kesimpulan dan saran pada bagian lima. Di bagian
akhir disertakan lampiran tabel hasil pengolahan data Sakernas tahun
2021 dan 2022 serta kuesioner Sakernas Agustus untuk keperluan
pelaksanaan survei di kedua periode tersebut.

6
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
id
.
go
ps.
.b
w
w

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


//w
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
2.1 Konsep Mobilitas Penduduk
Dalam konteks kependudukan, istilah mobilitas merujuk pada
pergerakan manusia (baik individu maupun kelompok) dalam ruang dan
waktu (Barbosa et al. 2018). Mobilitas manusia juga menggambarkan
kemampuan seseorang untuk bergerak, kebebasan untuk menetap
atau berpindah, dan tendensi untuk berubah dengan cepat (De Haas
2020). Meskipun terdapat variasi dalam pola mobilitas penduduk,
namun secara umum pola pergerakan manusia menunjukkan
keteraturan secara spasial. Terlepas dari waktu tempuhnya, setiap
individu memiliki karakteristik jarak yang tempuh yang serupa, serta

id
peluang signifikan untuk kembali ke beberapa tempat tertentu yang

.
paling sering dikunjungi (González, Hidalgo, and Barabási 2008).

go
Dengan kata lain, mobilitas penduduk selalu mengikuti pola tertentu.
s.
Pooley, Turnbull and Adams (2005) menjelaskan bahwa pola
p
.b

mobilitas penduduk terbagi atas mobilitas sederhana (untuk


keperluan bekerja, berbelanja, atau rekreasi), mobilitas sirkuler
w
w

(yang melibatkan perjalanan jarak jauh secara reguler), dan migrasi


//w

tempat tinggal pada jarak yang jauh. Konsep ini dikenal sebagai
‘mobility continuum’. Meningkatnya fleksibilitas pasar tenaga kerja
s:

dan kemampuan infrastruktur transportasi mendorong penurunan


tp

migrasi satu arah, dan sebaliknya memacu berkembangnya kegiatan


ht

komuter serta kepemilikan rumah kedua untuk keperluan ulang-alik


jarak jauh secara sirkuler (Petzold 2020). Mobilitas dapat didefinisikan
secara geografis menjadi beberapa jenis pergerakan yaitu komuter
harian dan migrasi jarak jauh (Haley 2017).
Bentuk-bentuk mobilitas yang berbeda membawa banyak
konsekuensi bagi beragam orang dan tempat. Secara konsekuensi,
mobilitas merupakan bentuk sumber daya yang teralokasikan dan
termaterialisasikan secara tidak berimbang bagi setiap manusia
(Sheller and Urry 2006). Akibatnya pergerakan dan perpindahan
manusia selalu bervariasi bergantung pada perubahan aktivitas
serta ketersediaan sumber daya tersebut. Dalam konteks ekonomi,
perpindahan akibat perubahan aktivitas maupun sumber daya
tersebut lebih dikenal sebagai mobilitas tenaga kerja. Gregson (2023)
berargumen bahwa sebagian besar mobilitas yang terjadi melibatkan
migrasi tenaga kerja pada berbagai skala geografis. Oleh karena itu,

9
Tinjauan Pustaka
upaya untuk mengenali pola mobilitas tenaga kerja dan perubahan
yang terjadi memainkan peran penting dalam perencanaan
pembangunan dan ekonomi regional maupun nasional.

2.2 Determinan Mobilitas Penduduk


Alasan mobilitas dan bagaimana penduduk berpindah
merupakan salah satu isu penting dalam studi kependudukan, karena
dapat menjadi faktor kunci yang menentukan perubahan jumlah
populasi suatu daerah. Mobilitas diperlukan manusia untuk menjaga
keberlangsungan hidupnya. Di masa lampau, mobilitas manusia

id
didorong oleh faktor alam seperti perubahan musim, kesulitan

.
go
mengolah lahan, konflik dan kelangkaan makanan. Perubahan pola
mobilitas terjadi dengan cepat pada abad 20 dan awal abad 21 sejalan
s.
dengan proses globalisasi yang membawa perubahan pada kondisi
p
.b

politik, ekonomi, dan teknologi (Montanari 2005). Pada masa modern,


mobilitas manusia lebih dipengaruhi oleh faktor sosio ekonomi
w
w

seperti kesejangan upah dan ketimpangan kesejahteraan (Barbosa et


//w

al. 2018).
Dalam konteks mobilitas jarak pendek, faktor utama yang
s:

mendorong terjadinya komuter terletak pada pola distribusi spasial


tp

antara tempat tinggal dan pekerjaan. Secara makro, pilihan lokasi


ht

tempat tinggal relatif terhadap lokasi pekerjaan atau tempat aktivitas.


Pada struktur wilayah dengan lokasi tempat tinggal dan pekerjaan
yang semakin terpisah, maka jarak atau durasi komuter akan
semakin besar (Suzuki and Lee 2012). Pilihan tempat tinggal sangat
dipengaruhi oleh harga perumahan (Islam and Saphores 2022). Selain
harga, atribut sosio-ekonomi rumah tangga dan kualitas lingkungan
juga mempengaruhi pilihan lokasi pilihan tempat tinggal dan pola
perjalanan menuju tempat kerja (Aditjandra, Cao, and Mulley 2012).
Namun, studi lain mengungkapkan bahwa kecenderungan untuk
memilih moda transportasi yang sesuai untuk melakukan perjalanan
menjadi salah satu pertimbangan yang tidak kalah penting dalam
memilih lokasi tempat tinggal (van Wee 2009). Ketika durasi perjalanan
melebihi toleransi yang dimiliki oleh komuter, maka terdapat peluang
besar untuk melakukan mobilitas residensial (Clark, Huang, and
Withers 2003).

10
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Dalam konteks mobilitas jarak jauh, Czaika dan Reinprecht (2022)
membagi teori pendorong migrasi menjadi beberapa kelompok.
Pertama, teori migrasi neoklasik yang bertumpu pada keputusan
individu karena adanya ketimpangan kesempatan ekonomi antara
daerah asal dan tujuan. Lee (1966) berkontribusi terhadap teori
migrasi dengan menunjukkan bahwa migrasi merupakan proses
yang selektif, dan dipengaruhi oleh faktor pendorong dan penarik.
Ia membagi faktor penentu migrasi menjadi empat kategori yaitu
faktor pendorong yang terdapat di daerah asal, faktor penarik yang
terdapat di daerah tujuan, faktor hambatan seperti jarak dan akses
transportasi, serta aspek pribadi pelaku migrasi. Perbedaan struktural

id
antar lokasi menyebabkan peluang mengambil keputusan bermigrasi

.
menjadi lebih besar. Migrasi juga dipandang sebagai bentuk investasi

go
sumber daya manusia, yaitu bertujuan untuk memaksimalkan utilitas
s.
(Sjaastad 1962). Persepsi calon migran mengenai kesempatan spasial
p
tersebut merupakan prakondisi yang diperlukan dalam pengambilan
.b

keputusan migrasi.
w
w

Kelompok kedua, mengusung konsep ekonomi baru dari migrasi


//w

tenaga kerja. Konsep ini dimotori oleh Stark dan Bloom (1985) dengan
menempatkan keluarga atau rumah tangga sebagai pusat pengambilan
s:

keputusan. Rumah tangga dianggap mampu untuk memahami risiko


tp

ketidakpastian pendapatan dengan mengalokasikan anggota rumah


ht

tangga pada sumber-sumber pendapatan yang spesifik, sehingga


menghasilkan alternatif bagi keputusan migrasi. Sementara kelompok
ketiga melihat migrasi melalui sudut pandang teori jaringan. Teori ini
memandang migrasi sebagai keluaran sosial yang terhubung secara
kompleks oleh keputusan individu, keluarga, organisasi migran,
serta aktor ekonomi dan politik lainnya (Boyd 1989). Pada kelompok
berikutnya, terdapat teori yang bersifat struktural yang memandang
migrasi sebagai bagian intrinsik dari proses sejarah dan pembangunan
sosial. Teori ini dimotori oleh Zelinsky (1971) melalui argumen bahwa
keterkaitan antara pola migrasi dan kondisi demografi bergantung
pada tingkat urbanisasi, industrialisasi, dan modernisasi. Teori ini
kemudian dikenal sebagai model transisi mobilitas.

11
Tinjauan Pustaka
2.3 Mobilitas Penduduk Permanen
Mobilitas penduduk secara permanen adalah bentuk mobilitas
yang melibatkan perpindahan tempat tinggal dari satu lokasi ke lokasi
lain untuk keperluan menetap (migrasi). Massey (1990) menjelaskan
bahwa secara umum terdapat empat dimensi perdebatan yang
terjadi dalam pembahasan migrasi. Pertama terkait waktu, yaitu
apakah diskusi mengenai migrasi memerlukan pembahasan secara
historis, atau dapat digeneralisir menggunakan model yang bersifat
umum. Dimensi kedua terkait lokasi kejadian migrasi, yaitu apakah
migrasi perlu dipahami dalam konteks individu atau struktural.
Dengan kata lain, apakah migrasi merupakan keluaran agregat dari

id
keputusan individu, atau merupakan hasil dari perubahan struktural

.
go
dalam masyarakat yang melampaui keputusan individu. Dimensi
s.
ketiga terkait dengan level analisis yang tepat, yaitu apakah para ahli
p
perlu fokus pada estimasi model perilaku individu, atau pada perilaku
.b

pengambilan keputusan yang bertumpu pada keluaraga dan rumah


w

tangga. Dimensi terakhir terkait sebab dan akibat migrasi. Yaitu


w

apakah tumbuhnya pekerjaan menyebabkan migrasi atau sebaliknya.


//w

Upaya menjelaskan pola migrasi penduduk dirumuskan pertama


s:

kali, antara lain, oleh Ravenstein (1889) dalam suatu hukum migrasi
tp

yaitu:
ht

1. Sebagian besar migrasi terjadi pada jarak yang dekat. Arus


migrasi akan mengarah ke pusat perdagangan dan industri
yang mampu menyerap banyak pekerja;
2. Proses penyerapan pekerja berlangsung sesuai pola berikut:
Penduduk sekitar kota besar pindah ke pusat kota untuk
mendapatkan pekerjaan, kemudian meninggalkan lahan
pertaniannya. Penduduk dari sekitar pinggiran kota tersebut
akan pindah ke lokasi pertanian yang ditinggalkan tersebut,
dan berlangsung seterusnya hingga wilayah yang paling
ujung;
3. Proses penyebaran penduduk merupkan kebalikan dari
proses penyerapan pekerja tersebut, dan berlangsung dalam
pola yang sama;

12
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
4. Setiap arus migrasi akan menciptakan arus sebaliknya sebagai
kompensasi;
5. Migran yang berpindah dalam jarak jauh secara umum
dilakukan dengan memilih satu dari pusat perdagangan dan
industri terbesar;
6. Penduduk asli pusat kota cenderung kurang bermigrasi
dibandingkan mereka yang berasal dari kawasan perdesaan;
7. Perempuan lebih cenderung bermigrasi dibandingkan laki-
laki.
8. Penduduk perkotaan akan lebih banyak dipengaruhi oleh

id
migrasi masuk dibandingkan pertumbuhan natural;

.
go
9. Jumlah migrasi akan meningkat sejalan dengan perkembangan
s.
transportasi dan pertumbuhan industri.
p
.b

Upaya untuk lebih memahami pola migrasi berlanjut pada abad-


20 ketika Stouffer (1940) mengembangkan argumen Ravenstein
w
w

(1889) melalui penjelasan bahwa mobilitas penduduk didorong oleh


//w

askesibilitas kesempatan sosio-ekonomi relatif antara dua lokasi.


Secara agregat, Zipf (1946) menyampaikan hipotesis bahwa volume
s:

migrasi antar dua lokasi akan sebanding dengan proporsi dari


tp

populasi kedua lokasi tersebut, dan berbanding terbalik dengan jarak.


ht

Migrasi kemudian dianggap sebagai bentuk investasi individu untuk


meningkatkan peluang mendapatkan kesempatan pekerjaan dengan
tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Harris and Todaro 1970).
Keinginan untuk bermigrasi akan terjadi pada suatu momen dalam
kehidupan seseorang, ketika terdapat kesempatan mendapatkan
penghidupan yang lebih baik (Czaika and Reinprecht 2022). Pada sisi
lain, Flothmann (1993) berargumen bahwa migrasi yang diikuti dengan
perpindahan tempat tinggal merupakan keputusan yang berkaitan
erat dengan siklus kehidupan. Proses migrasi dapat dijelaskan dengan
berbagai faktor seperti frekuensi perpindahan, usia ketika berpindah,
jarak, tujuan, dan motif. Setiap perpindahan dipandang memiliki
aspek retrospektif dan prospektif. Keputusan migrasi secara langsung
dipengaruhi proses biografi seperti perkawinan, kelahiran anak, serta
perubahan karir pekerjaan. Sebaliknya, keputusan migrasi juga dapat
mempengaruhi proses biografi.

13
Tinjauan Pustaka
2.4 Mobilitas Penduduk Nonpermanen

2.4.1 Mobilitas Ulang Alik/Commuting


Kegiatan mobilitas ulang-alik/commuting meliputi perjalanan
dan aktivitas yang dilakukan secara rutin oleh tenaga kerja dan pelajar,
untuk keperluan belajar atau bersekolah. Nuvolati (2014) berpendapat
bahwa studi mengenai komuter sangat penting untuk menganalisis
sistem transportasi dan kondisi pekerja, terutama di kawasan
metropolitan. Jumlah komuter telah tumbuh selama beberapa dekade
terakhir karena proses suburbanisasi, peningkatan kualitas sistem

id
transportasi, meningkatnya mobilitas dari populasi dalam jumlah

.
go
besar, dan kesulitan dalam mengganti kebutuhan pertemuan fisik
dengan metode virtual meskipun terdapat peningkatan teknologi,
s.
dan bertahannya konsentrasi kesempatan kerja serta fungsi-fungsi
p
.b

perkotaan tertentu di pusat kota.


w

Perilaku komuter dapat dijelaskan dengan menggunakan


w

pendekatan makro serta mikro. Secara makro, Reitsma dan Vergoossen


//w

(1988) menjelaskan bahwa untuk dapat memahami keputusan individu


s:

terkait migrasi, maka penyesuaian spasial dari lokasi tempat tinggal


tp

dan pekerjaan serta perilaku komuternya perlu dipertimbangkan


lebih lanjut. Sementara secara mikro, pilihan untuk melakukan
ht

commuting dipengaruhi oleh hierarki keputusan jangka panjang,


jangka menengah, dan jangka pendek (Ben-Akiva and Atherton 1977).
Pilihan lokasi, lingkungan, dan unit rumah sebagai keputusan jangka
panjang mempengaruhi keputusan jangka menengah untuk memiliki
mobil, yang akhirnya dapat mempengaruhi keputusan jangka pendek
seperti frekuensi penggunaan moda transportasi.
Upaya untuk mengatasi diskrepansi antara lokasi permukiman
dan tempat pekerjaan dapat dijelaskan dengan menggunakan dua
pendekatan. Pertama, individu membuat keputusan secara bertahap
yaitu apakah mencari lokasi permukiman dengan mempertimbangkan
letak lokasi pekerjaan (Rouwendal and Rietveld 1994), atau kedua
mencari pekerjaan dengan mempertimbangkan letak lokasi
permukiman (Weinberg 1979). Pendekatan pertama cenderung

14
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
menghasilkan mobilitas permukiman yang mendekati lokasi
pekerjaan, sementara pendekatan kedua cenderung menghasilkan
lokasi permukiman yang tetap dan kegiatan komuter.

2.4.2 Mobilitas Sirkuler


Mobilitas penduduk tidak selalu melibatkan perpindahan
tempat tinggal secara permanen. Salah satu perubahan yang
signifikan adalah terjadinya kecenderungan migrasi berulang dengan
lokasi asal dan tujuan yang sama. Pola ini dikenal sebagai migrasi
sirkuler (Hugo 2013). Pola mobilitas ini dicirikan oleh perpindahan

id
secara periodik dari tempat asal ke tempat tujuan, baik ke tempat

.
go
yang sama maupun berbeda, biasanya untuk bekerja dalam waktu
pendek, melibatkan orang yang sama, dan tidak ada intensi untuk
s.
menetap di tempat tujuan (Schneider and Parusel 2011). Mobilitas
p
sirkuler dikenal juga sebagai “rumah kedua”, yaitu ketika seseorang
.b

memiliki tempat tinggal kedua yang menjadi substitusi bagi keharusan


w

merelokasi tempat tinggal atau melakukan komuter (Petzold 2020).


w
//w

Pelaku migrasi sirkuler memiliki komitmen terhadap lokasi tertentu


yang sifatnya sementara.
s:

Hugo (1982) berpendapat bahwa perbedaan antara migrasi


tp

sirkuler dan komuter terletak pada durasi, sementara perbedaan


ht

dengan migrasi permanen terletak pada tujuan perpindahan. Migrasi


sirkuler dilakukan lebih dari satu hari bepergian, bahkan dapat
berlangsung 6 hingga 12 bulan. Migrasi sirkuler tumbuh karena
terdapat peluang ekonomi di suatu lokasi, namun migran keberatan
untuk meninggalkan tempat tinggalnya saat ini karena berbagai alasan
(Hidayati 2021). Hugo (2013) berpendapat bahwa alasan memilih pola
sirkuler tersebut antara lain karena keinginan untuk memaksimalkan
daya beli dengan menghasilkan pendapatan yang besar di daerah
tujuan, dan membelanjakan uang di daerah dengan biaya hidup lebih
rendah. Selain itu migran sirkuler juga terikat pada aspek tradisi,
budaya, bahasa, maupun karakteristik wilayah asal yang lain, serta
berharap keluarganya bisa memperoleh hal serupa.
Menurut United Nations Economic Commision for Europe (2017),
terdapat lima dimensi yang perlu dipertimbangkan dalam analisis
migrasi sirkuler yaitu pengulangan perpindahan (frekuensi), arah yang

15
Tinjauan Pustaka
tetap, durasi, tujuan atau alasan perpindahan, dan dampak terhadap
pembangunan. Hugo (2013) menjelaskan bahwa dampak migrasi
sirkuler tidak hanya dapat dirasakan oleh pelaku migrasi, namun
juga bagi wilayah pengirim dan penerima. Beberapa dampak migrasi
sirkuler terhadap pembangunan antara lain mengatasi kekurangan
tenaga kerja di daerah tujuan secara lebih fleksibel dan terukur, tanpa
mempengaruhi penduduk di kelompok usia tertentu. Sementara
bagi daerah pengirim, migrasi sirkuler memberikan keuntungan
melalui remitansi. Migran sirkuler juga kembali dari daerah tujuan
dengan membawa pengetahuan serta keahlian baru yang diperlukan
bagi pengembangan wilayah asalnya. Migrasi secara sirkuler juga

id
mengurangi risiko kehilangan sumber daya manusia bagi daerah

.
pengirim.

go
s.
2.5 Mobilitas Pekerjaan
p
.b

Seseorang dikatakan pindah pekerjaan jika pekerjaan sekarang


w
w

berbeda dengan pekerjaan sebelumnya, baik berbeda lapangan


//w

usaha atau status pekerjaannya maupun pindah pekerjaan tetapi


masih dalam lapangan usaha atau status pekerjaan yang sama.
s:

Untuk menentukan pekerjaan sekarang dan pekerjaan terdahulu


tp

biasanya menggunakan rentang waktu tertentu. Rentang waktu itu


ht

sendiri tidak ada batasan. Namun, data Sakernas mengenai pindah


pekerjaan hanya mencakup pindah pekerjaan yang terjadi selama
setahun terakhir. Jika dalam setahun telah terjadi beberapa kali
pindah pekerjaan maka pekerjaan sebelumnya yang dicatat adalah
pekerjaan sebelumnya yang terakhir sebelum pekerjaan sekarang.
Terdapat tiga sudut pandang terkait alasan terjadinya mobilitas
pekerjaan (Ng et al. 2007). Perspektif struktural menjelaskan bahwa
faktor yang bersifat makro seperti kondisi ekonomi dan perbedaan
industri merupakan penentu dari struktur peluang pada pasar tenaga
kerja. Perspektif perbedaan individu menjelaskan bahwa atribut
disposisional mempengaruhi preferensi seseorang serta perilakunya
terkait mobilitas pekerjaan. Sementara perspektif ketiga yang
disebut sebagai decisional menjelaskan bahwa mobilitas pekerjaan

16
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
terjadi berdasarkan evaluasi terhadap tiga hal yaitu norma subyektif,
keinginan untuk mendapatkan opsi mobilitas, dan kesiapan individu
terhadap perubahan.

2.6 Pandemi Covid-19


Pandemi COVID-19 telah berdampak signifikan pada kondisi
pekerja di Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa situasi
ekonomi dan ketenagakerjaan terus berubah seiring dengan
perkembangan pandemi. Pandemi COVID-19, yang pertama kali
muncul di Wuhan, Tiongkok, pada awalnya diduga berasal dari paparan

id
pasar grosir makanan laut yang menjual berbagai jenis hewan hidup.

.
go
Virus ini dengan cepat menyebar di seluruh Tiongkok dan kemudian
menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia. Sejak munculnya
s.
pada akhir 2019, kasus COVID-19 terus meningkat, meskipun tren
p
.b

kasusnya bersifat dinamis.


w

Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar keempat


w

di dunia dan masih dikategorikan sebagai negara berkembang,


//w

menghadapi tantangan yang cukup besar dalam mengatasi pandemi


ini. Dampaknya terasa di berbagai sektor, termasuk kesehatan
s:

masyarakat, aspek sosial, dan ekonomi, termasuk ketenagakerjaan.


tp

Pemerintah, bersama dengan organisasi pekerja dan pengusaha, telah


ht

mengambil langkah-langkah segera untuk mengatasi krisis ini, dengan


tujuan mempertahankan pekerjaan dan melindungi pendapatan
masyarakat. Namun, langkah-langkah ini terus beradaptasi seiring
dengan perkembangan dinamis dari pandemi ini (ILO, 2021).
Dalam konteks Pandemi COVID-19 terhadap mobilitas tenaga
kerja di Indonesia pada periode tahun 2021 dan 2022, dapat dilihat
fenomena pada pola mobilitas permanen, komuter, maupun
sirkuler. Pertama, pandemi COVID-19 telah mempengaruhi mobilitas
permanen tenaga kerja di Indonesia dengan beberapa cara. Ketika
perusahaan-perusahaan harus menutup atau mengurangi operasi
mereka sebagai respons terhadap pandemi, banyak pekerja di sektor
tertentu menghadapi PHK, seperti yang terjadi pada awal pandemi.
Sebagai akibatnya, ada lonjakan pekerja yang mencari pekerjaan

17
Tinjauan Pustaka
permanen yang baru atau yang memilih untuk berpindah ke sektor
yang tidak terlalu terdampak oleh pandemi, seperti teknologi atau
layanan online.
Selain itu, beberapa pekerja telah memutuskan untuk mengambil
langkah lebih drastis dengan memindahkan tempat tinggal mereka
secara permanen. Misalnya, pekerja yang sebelumnya bekerja di
perkotaan memilih untuk pindah ke daerah pinggiran atau desa
untuk menghindari risiko penyebaran virus. Ini menciptakan dinamika
dalam pasar perumahan dan perkotaan, yang dapat berdampak pada
mobilitas permanen dan struktur pekerjaan.
Pandemi COVID-19 juga telah mempengaruhi mobilitas komuter

id
tenaga kerja di Indonesia. Dengan adanya pembatasan perjalanan dan

.
go
penutupan sementara sejumlah moda transportasi umum, banyak
s.
komuter yang bekerja di wilayah perkotaan menghadapi kesulitan
p
dalam mencapai tempat kerja mereka. Sebagai respons terhadap ini,
.b

beberapa pekerja telah beralih ke pekerjaan jarak jauh atau bekerja


w

dari rumah (WFH) jika pekerjaan mereka memungkinkan. Hal ini telah
w

mengubah pola mobilitas komuter, dengan pengurangan lalu lintas


//w

di wilayah perkotaan dan peningkatan pemanfaatan teknologi untuk


s:

mengakomodasi pekerja yang bekerja dari jarak jauh.


tp

Terakhir, pandemi COVID-19 telah mengubah dinamika mobilitas


ht

sirkuler tenaga kerja di Indonesia, yang sebelumnya melibatkan


pergerakan pekerja dengan siklus tertentu, seperti pergi dari desa
ke kota setiap minggu, bulan, atau dalam periode waktu tertentu.
Pembatasan perjalanan, ketidakpastian ekonomi, pertimbangan
kesehatan, dan perubahan dalam siklus mobilitas menjadi faktor
yang signifikan dalam pengaruhnya. Pekerja sirkuler menghadapi
kesulitan dalam melakukan perjalanan antar wilayah, menjadi ragu-
ragu untuk berpindah, atau memodifikasi siklus mobilitas mereka
sebagai respons terhadap situasi pandemi yang terus berkembang.

18
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
id
.
go
ps.
.b
w

BAB III METODE PENULISAN


w
//w
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
3.1 Sumber Data
Analisis mobilitas tenaga kerja menggunakan data hasil Sakernas
yang dihasilkan oleh BPS. Hingga 2007, informasi mengenai mobilitas
tenaga kerja yang diperoleh dari hasil Sakernas masih terbatas. Sejak
tahun 2008, Sakernas mengumpulkan informasi mobilitas tenaga kerja
secara lebih lengkap dan dapat disajikan sampai level kabupaten/kota.
Informasi tambahan yang disajikan tidak hanya tentang perpindahan
pekerja secara geografis, tetapi juga perpindahan lapangan pekerjaan
dan pergeseran status pekerjaan.
Tujuan awal dari Sakernas adalah mengumpulkan data

id
ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Pada awal pelaksanaan,

.
go
yakni tahun 1986 sampai dengan 1993, pencacahan Sakernas
dilakukan secara triwulanan. Sakernas kemudian hanya dilakukan
s.
setahun sekali pada tahun 1994 sampai dengan tahun 2001 tepatnya
p
.b

di bulan Agustus. Pada periode tahun 2002 sampai 2004 selain secara
tahunan, Sakernas juga dilaksanakan secara triwulanan. Sedangkan
w
w

pada tahun 2005 hingga 2010, Sakernas dilakukan secara semesteran


//w

pada bulan Februari dan Agustus.


Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan variasi,
s:

kontinuitas, kemutakhiran, dan akurasi data ketenagakerjaan, sejak


tp

tahun 2011 pengumpulan data Sakernas mulai dilakukan kembali


ht

secara triwulanan, yaitu bulan Februari, Mei, Agustus dan November.


Pada kegiatan Sakernas bulan Agustus, dilakukan penambahan
sampel untuk melengkapi sampel triwulanan. Hal ini dimaksudkan
untuk memperoleh angka tahunan sebagai estimasi penyajian data
sampai tingkat kabupaten/kota. Pada periode 2015 sampai dengan
2022 Sakernas kembali dilakukan secara semesteran. Penulisan
publikasi analisis mobilitas tenaga kerja ini dilakukan dengan
menggunakan data hasil Sakernas Agustus 2022. Sebagai informasi
tambahan/pembanding, publikasi ini juga menggunakan data hasil
Sakernas Agustus 2021.

21
Metodologi Penulisan
3.2 Kerangka Sampel
Kegiatan Sakernas tahun 2022 dilaksanakan dua kali dalam
setahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus di 34 provinsi dan
514 kabupaten/kota di wilayah Republik Indonesia. Sakernas Februari
2022 dikumpulkan untuk memperoleh estimasi data ketenagakerjaan
sampai tingkat provinsi dengan banyaknya sampel sebanyak 7.500
Blok Sensus (BS) atau sekitar 75.000 rumah tangga. Sementara
Sakernas Agustus 2022 menggunakan sampel yang lebih besar, yaitu
sebanyak 30.000 BS atau sekitar 300.000 rumah tangga yang terdiri
dari 7.500 BS panel dan 22.500 BS komplemen. Besarnya sampel yang

id
digunakan pada Sakernas Agustus 2022 adalah untuk memperoleh

.
estimasi data ketenagakerjaan sampai tingkat kabupaten/kota.

go
Kegiatan Sakernas 2022 telah menggunakan kerangka sampel
s.
BS2020 dan kerangka sampel rumah tangga yang berasal dari keluarga
p
.b

hasil SP2020. Kerangka sampel yang digunakan adalah:


w

1. Kerangka sampel tahap pertama:


w

a. Daftar populasi blok sensus biasa 2020 yang dilengkapi


//w

dengan informasi klasifikasi perkotaan/perdesaan.


s:

b. Daftar blok sensus 2020 yang terpilih sebagai Master


tp

Sampling Frame.
ht

2. Kerangka sampel tahap kedua adalah daftar populasi rumah


tangga yang dilengkapi informasi tingkat pendidikan kepala
rumah tangga hasil pemutakhiran di setiap blok sensus
terpilih.

3.3 Unit Analisis


Analisis mobilitas tenaga kerja dilakukan terhadap penduduk
berusia 15 tahun ke atas dengan status bekerja. Analisis dilakukan
pada empat unit observasi yaitu tenaga kerja yang melakukan
mobilitas permanen, tenaga kerja yang melakukan mobilitas non-
permanen, tenaga kerja yang melakukan perpindahan pekerjaan,
dan tenaga kerja yang mempunyai pengalaman bekerja di luar negeri.
Untuk menyesuaikan dengan konteks situasi sosial ekonomi terkini,
analisis mobilitas permanen dibatasi pada pelaku migrasi risen, yaitu

22
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
penduduk yang kabupaten/kota tempat tinggalnya saat ini berbeda
dengan kabupaten/ kota tempat tinggal lima tahun yang lalu. Analisis
mobilitas non-permanen dibatasi pada tenaga kerja yang melakukan
perjalanan komuter melewati batas administrasi kabupaten/kota
dan pergi pulang pada hari yang sama. Analisis mobilitas pekerjaan
adalah tenaga kerja yang pernah berhenti dari pekerjaan sebelumnya
setelah tanggal 31 Agustus 2022. Sementara analisis tenaga kerja yang
mempunyai pengalaman bekerja di luar negeri dibatasi pada mereka
yang pernah bekerja di luar negeri pada kurun waktu lima tahun
terakhir (Agustus 2017-Agustus 2022) dan saat ini sudah kembali ke
Indonesia. Pada publikasi ini juga dibahas juga beberapa provinsi

id
terpilih sebagai unit analisis untuk keperluan perbandingan secara

.
spasial. Provinsi terpilih yang dimaksud adalah provinsi yang memiliki

go
persentase pekerja yang tertinggi. s.
p
.b

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data


w
w

Pengumpulan data Sakernas tahun 2022 dilaksanakan dua kali


//w

dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Pelaksanaan


Sakernas Agustus dilaksanakan di seluruh wilayah Republik Indonesia
s:

dengan menggunakan daftar SAK2-AK. Jumlah sampel Sakernas


tp

Agustus 2022 adalah sebanyak 30.000 Blok Sensus (BS) atau sekitar
ht

300.000 rumah tangga (yang terdiri dari 7.500 BS sampel Sakernas


Februari dan 22.500 BS sampel Sakernas Tahunan). Sakernas Agustus
2022 dilaksanakan untuk memperoleh estimasi data ketenagakerjaan
yang representatif hingga tingkat kabupaten/kota. Sampel Sakernas
tidak mencakup rumah tangga korps diplomatik, rumah tangga yang
tinggal di BS khusus, dan rumah tangga khusus yang berada di BS
biasa.
Sejak 2011 pelaksanaan pendataan lapangan Sakernas Agustus
tidak lagi dalam bentuk tim, melainkan secara individual oleh petugas
pencacah dan pengawas. Pengawas adalah pegawai organik BPS
Kabupaten/Kota atau Provinsi (diutamakan lulusan D-III ke atas),
sedangkan Pencacah adalah pegawai organik BPS Kabupaten/Kota
maupun nonorganik (mitra) BPS yang ditunjuk dan berpendidikan
minimal SLTA (diutamakan D-III ke atas). Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara langsung antara pencacah dengan

23
Metodologi Penulisan
responden. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan mobilitas
tenaga kerja merupakan pertanyaan individu dalam kuesioner,
sehingga diusahakan bersumber dari individu yang bersangkutan.
Kegiatan pengolahan data Sakernas meliputi editing, coding, data
entry, validasi dan tabulasi. Kegiatan editing dan coding merupakan
kegiatan pengolahan prakomputer yang meliputi pemeriksaan isian
daftar dan pemberian kode numerik. Pemeriksaan yang dimaksud
adalah pengecekan isian pertanyaan, pemeriksaan konsistensi isian
dalam blok maupun antarblok. Pada saat perekaman data (data entry),
secara simultan dijalankan program validasi, sehingga begitu data
terekam maka data sudah bersih. Penyuntingan lanjutan dilakukan

id
untuk validasi data tertentu yang belum tercakup dalam program

.
go
perekaman data, kemudian dilanjutkan dengan tabulasi. Hasil akhir
yang disajikan adalah data berbentuk tabel.s.
p
.b

3.5 Definisi Operasional


w
w

Definisi operasional adalah definisi yang rumusannya didasarkan


//w

pada sifat-sifat atau hal-hal yang dapat diamati. Rumusan dari definisi
operasional menggunakan kata-kata yang operasional sehingga
s:

variabel bisa diukur. Manfaat definisi operasional variabel adalah


tp

untuk mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi sehingga


ht

memudahkan observasi atau pengukuran terhadap variabel. Dalam


publikasi ini, definisi operasional variabelnya adalah sebagai berikut:

3.5.1 Variabel Sakernas yang Digunakan


Beberapa definisi operasional dari variabel yang digunakan
dalam analisis yang bersumber dari kuesioner Sakernas Agustus 2022
dan tahun sebelumnya diuraikan sebagai berikut :
1. Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik
atau sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan
bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan satu dapur

24
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
adalah pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola
menjadi satu. Rumah tangga biasa umumnya terdiri dari
bapak, ibu dan anak.
2. Anggota rumah tangga adalah adalah semua orang yang
biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga dan atau
makan dari satu dapur, baik yang sedang berada di rumah
pada waktu pendataan maupun yang sementara tidak berada
di rumah. Anggota rumah tangga yang telah bepergian 1
tahun atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian
kurang 1 tahun tetapi dengan tujuan akan meninggalkan
rumah 1 tahun atau lebih tidak dianggap sebagai anggota

id
rumah tangga. Tamu yang telah tinggal di rumah tangga

.
go
selama 1 tahun atau lebih dan tamu yang tinggal di rumah
tangga selama kurang dari 1 tahun tetapi akan bertempat
s.
tinggal selama 1 tahun atau lebih dianggap sebagai anggota
p
.b

rumah tangga.
w

3. Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke


w

bawah atau umur menurut ulang tahun terakhir sebelum


//w

pencacahan. Perhitungan umur didasarkan pada kalender


s:

masehi. Terkait dengan kebutuhan analisis, maka variabel


umur dikelompokkan menjadi kelompok umur sepuluh
tp

tahunan dengan batas bawah 15 tahun.


ht

4. Status perkawinan dikelompokkan menjadi Belum Kawin,


Kawin, Cerai Hidup, dan Cerai Mati.
• Belum kawin adalah status dari mereka yang belum
terikat dalam perkawinan.
• Kawin adalah status dari mereka yang terikat dalam
perkawinan pada saat pencacahan, baik tinggal
bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja
mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama,
negara, dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup
bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap
sebagai suami istri.

25
Metodologi Penulisan
• Cerai hidup adalah status dari mereka yang hidup
berpisah sebagai suami istri karena bercerai dan
belum kawin lagi. Termasuk mereka yang mengaku
cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya
tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah
tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/istri
yang ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain
karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk
keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah
kawin tetapi pernah hamil dianggap cerai hidup.
• Cerai mati adalah status dari mereka yang suami/

id
istrinya telah meninggal dunia dan belum kawin lagi

.
go
5. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tingkat
s.
pendidikan yang dicapai seseorang setelah mengikuti
p
pelajaran pada kelas tertinggi suatu tingkatan sekolah
.b

dibuktikan dengan mendapatkan tanda tamat (ijazah/STTB).


w

Pada publikasi ini, tingkat pendidikan dibagi menjadi 2


w

golongan yaitu:
//w

• Di bawah SMA, mencakup mereka yang tidak/belum


s:

tamat Sekolah Dasar (SD), tamat SD atau sederajat dan


tp

tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat.


ht

• SMA ke atas, mencakup mereka yang tamat Sekolah


Menengah Atas (SMA) atau sederajat dan mereka yang
tamat Perguruan Tinggi.
6. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun
dan lebih.
7. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan
maksud memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam
dalam seminggu terakhir. Termasuk ke dalam konsep bekerja
adalah orang yang sementara tidak bekerja yaitu mereka
yang mempunyai pekerjaan/usaha tetapi selama seminggu
terakhir tidak bekerja karena sesuatu sebab seperti sakit,
cuti, menunggu panen, tugas belajar, atau mogok kerja.

26
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
8. Pekerjaan utama, cara penentuan suatu kegiatan merupakan
pekerjaan utama atau bukan adalah sebagai berikut:
• Jika responden pada seminggu yang lalu hanya
mempunyai satu pekerjaan, maka pekerjaan tersebut
dicatat sebagai pekerjaan utama;
• Jika responden pada seminggu yang lalu mempunyai
lebih dari satu pekerjaan, maka pekerjaan yang
menggunakan waktu terbanyak dicatat sebagai
pekerjaan utama. Jika waktu yang digunakan sama,
maka pekerjaan yang memberikan penghasilan terbesar
dianggap sebagai pekerjaan utama. Jika waktu yang

id
digunakan sama dan penghasilannya juga sama besar,

.
go
maka jenis pekerjaan diserahkan kepada responden,
s.
pekerjaan mana yang dianggap merupakan pekerjaan
p
utama.
.b

• Jika responden pada seminggu yang lalu sedang


w

sementara tidak bekerja, maka pekerjaan yang


w

sementara ditinggalkan tersebut dicatat sebagai


//w

pekerjaan utama.
s:

9. Lapangan usaha/pekerjaan adalah bidang kegiatan dari


tp

pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang


ht

bekerja atau yang dihasilkan oleh perusahaan/kantor


tempat responden bekerja. Lapangan usaha/ pekerjaan
pada publikasi ini didasarkan pada Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI) 2020. Lapangan usaha pada publikasi
ini juga disajikan dengan pembagian menjadi tiga kelompok:
• Kelompok pertanian mencakup tanaman padi dan
palawija, hortikultura, perkebunan, perikanan,
peternakan, kehutanan, dan pertanian lainnya.
• Kelompok manufaktur mencakup pertambangan dan
penggalian, industri pengolahan, listrik dan gas, serta
konstruksi/bangunan.

27
Metodologi Penulisan
• Kelompok jasa-jasa adalah perdagangan, hotel
dan rumah makan, transportasi dan pergudangan,
informasi dan komunikasi, keuangan dan asuransi, jasa
pendidikan, jasa kesehatan, jasa kemasyarakatan, jasa
pemerintahan dan perorangan, dan lainnya.
10. Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang atau apa yang dilakukan di tempat
bekerjanya. Jenis pekerjaan pada publikasi ini didasarkan
pada Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2014.
11. Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam
melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Mulai

id
tahun 2001 status pekerjaan dibedakan menjadi 7 (tujuh)

.
go
kategori yaitu: s.
i) Berusaha sendiri adalah bekerja atau berusaha
p
dengan menanggung risiko secara ekonomis, yaitu
.b

dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah


w

dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta


w

tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak


//w

dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan


s:

teknologi atau keahlian khusus.


tp

ii) Berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja keluarga/


ht

tidak dibayar adalah bekerja atau berusaha atas risiko


sendiri dengan mempekerjakan buruh tidak tetap/
pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar.
iii) Berusaha dibantu buruh tetap dan dibayar adalah
berusaha atas risiko sendiri dan mempekerjakan paling
sedikit satu orang buruh/karyawan/pegawai tetap dan
dibayar.
iv) Buruh/karyawan/pegawai adalah seseorang yang
bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan
secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa
uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai
majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/

28
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
karyawan, tetapi sebagai pekerja bebas. Seseorang
dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki majikan
yang sama dalam sebulan terakhir.
v) Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang
bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak
tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir) di
usaha pertanian baik yang berupa usaha rumah tangga
maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa
dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang
maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran
harian maupun borongan. Usaha pertanian meliputi:

id
pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,

.
go
peternakan, perikanan, dan perburuan, termasuk juga
jasa pertanian. Majikan adalah orang atau pihak yang
s.
memberikan pekerjaan dengan pembayaran yang
p
.b

disepakati.
w

vi) Pekerja bebas di nonpertanian adalah seseorang


w

yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang


//w

tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan


s:

terakhir), di usaha nonpertanian dengan menerima


upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang,
tp

dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun


ht

borongan. Usaha nonpertanian meliputi: usaha di


sektor pertambangan; sektor industri; sektor listrik,
gas dan air; sektor bangunan; sektor perdagangan,
hotel dan restoran; sektor angkutan, pergudangan
dan komunikasi; sektor keuangan, asuransi, usaha
persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan; dan
sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan.
vii) Pekerja keluarga/tidak dibayar adalah seseorang yang
bekerja membantu orang lain yang bekerja dengan
status berusaha (dibantu buruh tidak tetap atau dibantu
buruh tetap) baik ART maupun bukan, dengan tidak
mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang.
Pekerja tak dibayar tersebut dapat terdiri dari: anggota
rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri/
anak yang membantu suaminya/ayahnya bekerja di

29
Metodologi Penulisan
sawah; bukan anggota rumah tangga tetapi keluarga dari
orang yang dibantunya, seperti famili yang membantu
melayani penjualan di warung; bukan anggota rumah
tangga dan bukan keluarga dari orang yang dibantunya,
seperti orang yang membantu menganyam topi pada
industri rumah tangga tetangganya.

3.5.2 Mobilitas Permanen


Mobilitas penduduk permanen adalah pergerakan penduduk
yang melewati suatu wilayah administrasi tertentu dengan adanya

id
niatan untuk menetap di daerah tujuan. Mobilitas permanen

.
go
mencakup migrasi seumur hidup dan migrasi risen. Migrasi seumur
hidup didefinisikan sebagai perpindahan penduduk melewati suatu
s.
wilayah administrasi, yakni apabila tempat tinggal responden saat ia
p
dilahirkan berbeda dengan wilayah administrasi tempat tinggalnya
.b

saat pencacahan. Jenis mobilitas permanen lainnya adalah migrasi


w

risen. Seseorang dikatakan sebagai migran risen apabila wilayah


w
//w

administrasi tempat tinggal responden lima tahun yang lalu berbeda


dengan tempat tinggalnya sekarang (pada saat pencacahan). Secara
s:

khusus yang dimaksud dengan penduduk berstatus migran risen pada


tp

publikasi ini adalah penduduk yang kabupaten/kota tempat tinggalnya


ht

saat pencacahan (Agustus 2022) berbeda dengan kabupaten/kota


tempat tinggalnya lima tahun sebelum saat pencacahan (Agustus
2017). Dari dua jenis mobilitas permanen yang telah disebutkan,
hanya penduduk yang bekerja dan berstatus sebagai migran risen
yang akan dianalisis lebih lanjut pada publikasi ini.

3.5.3 Mobilitas Nonpermanen


Mobilitas penduduk nonpermanen adalah pergerakan
penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada
niatan menetap di daerah tujuan. Mobilitas nonpermanen mencakup
mobilitas ulang alik dan mobilitas sirkuler. Mobilitas ulang alik adalah
pergerakan penduduk secara rutin pergi ke tempat tujuan dan kembali
ke tempat tinggal dalam waktu kurang dari 24 jam dengan melewati
batas administratif tingkat kabupaten atau kota. Sedangkan mobilitas

30
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
sirkuler adalah pergerakan penduduk secara rutin pergi ke tempat
tujuan dan kembali ke tempat tinggal dalam jangka waktu mingguan
dengan melewati batas administratif tingkat kabupaten atau kota.
Definisi yang digunakan antara lain:
1. Pekerja komuter adalah pelaku mobilitas ulang alik dengan
tujuan utama untuk bekerja.
2. Pekerja sirkuler adalah pelaku mobilitas sirkuler dengan
tujuan utama untuk bekerja.
3. Stayer adalah pekerja yang tidak melakukan mobilitas
nonpermanen atau dengan kata lain tempat bekerjanya

id
berada di satu kabupaten/kota yang sama dengan tempat

.
go
tinggalnya ps.
3.5.4 Mobilitas Pekerjaan
.b
w

Mobilitas pekerjaan didefinisikan sebagai pindah lapangan


w

pekerjaan dan atau status pekerjaan sehingga tidak lagi mempunyai


//w

ikatan dengan usaha (pekerjaan) atau organisasi tempat bekerja


sebelumnya.
s:
tp

3.6 Metode Analisis


ht

Dalam rangka menyajikan informasi mobilitas tenaga kerja yang


lengkap dan sesuai dengan ketersediaan data yang bersumber dari
Sakernas Agustus 2022, maka digunakan analisis deskriptif sebagai
alternatif utama yang akan digunakan. Secara umum skema analisis
deskriptif dilakukan melalui tabulasi satu arah maupun dua arah
dalam satuan persen. Angka nominal tidak ditampilkan karena data
yang digunakan bersumber dari sampel, bukan mencakup seluruh
populasi. Selain disajikan dalam bentuk tabulasi, analisis ini juga
menampilkan visualisasi grafis dari beberapa informasi khusus yang
terkait. Kelebihan dalam melakukan analisis deskriptif adalah bahwa
pendekatan ini dapat dilakukan dengan membandingkan dan melihat
rasio dari informasi tenaga kerja secara relevan.

31
Metodologi Penulisan
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
id
.
go
ps.
.b
w

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS


w
//w
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
4.1 Kondisi Pasar Kerja Indonesia
Perkembangan kondisi pasar tenaga kerja Indonesia sangat
dipengaruhi oleh dinamika perekonomian nasional dan global.
Pada tahun 2022, perekonomian dunia ditandai oleh terjadinya
konflik antara Rusia dan Ukraina yang mengganggu ketersediaan
stok komoditas penting seperti bahan energi dan pangan. Situasi ini
diperparah dengan disrupsi pada rantai pasok global akibat perang
dagang yang berkelanjutan antara Amerika Serikat dan China.
Akibatnya pertumbuhan ekonomi global direvisi dari sebelumnya 4,4
persen menjadi 3 persen. Secara umum, dampak dari fragmentasi

id
politik dan ekonomi terhadap inflasi di negara berkembang (kecuali

.
di Amerika Selatan) lebih rendah di bandingkan dengan negara

go
maju. Meningkatnya risiko resesi yang menimpa negara maju seperti
s.
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa menunjukkan berkurangnya
p
permintaan agregat akibat kebijakan moneter ketat dan menurunnya
.b

kemampuan daya beli.


w
w

Di Indonesia, ekonomi domestik terus menunjukkan akselerasi


//w

pasca pandemi Covid-19. Pada tahun 2022, ekonomi Indonesia


tumbuh 5,31 persen dan menjadi capaian yang tertinggi sejak 2014.
s:

Pertumbuhan ekonomi yang solid tersebut didukung oleh performa


tp

ekspor dan permintaan domestik yang meningkat setelah terjadi


ht

pemulihan mobilitas dan daya beli masyarakat. Dampak pertumbuhan


ekonomi terhadap pasar ketenagakerjaan dirasakan cukup nyata
dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja sebanyak 4,3 juta orang
selama tahun 2022 (Tabel 4.1). Jika dibandingkan dengan kenaikan
jumlah penduduk usia kerja sebanyak 2,7 juta orang, peningkatan
jumlah angkatan kerja 60 persen lebih besar menunjukkan bahwa
terjadi perubahan status dari bukan angkatan kerja menjadi
angkatan kerja dalam jumlah sangat besar. Hal ini menggambarkan
peningkatan optimisme terhadap peluang penyerapan pasar tenaga
kerja domestik.

35
Pembahasan dan Analisis
Tabel 4.1 Karakteristik
Tabel Ketenagakerjaan
4.1 Karakteristik Indonesia,
Ketenagakerjaan Indonesia, 2018-2022
2018-2022

Keterangan 2018 2019 2020 2021 2022


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jumlah penduduk usia kerja (juta orang) 194,8 201,2 204,0 206,7 209,4
Jumlah angkatan kerja (juta orang) 131,0 135,9 138,2 140,2 143,7
Persentase angkatan kerja menurut jenis
kelamin
Laki-laki (%) 61,4 61,6 60,8 60,6 61,1
Perempuan (%) 38,6 38,4 39,2 39,4 38,9
Persentase penduduk bekerja menurut
sektor
Formal (%) 43,2 44,1 39,5 40,6 40,7

id
Informal (%) 56,8 55,9 60,5 59,4 59,3

.
go
Persentase pengangguran (%) 3,6 3,5 4,8 6,5 5,9
Persentase pekerja menurut status
mobilitas
p s.
Pekerja komuter (%) 6,9 6,9 5,5 5,6 6,0
.b

Pekerja sirkuler (%) 2,2 1,9 1,8 1,8 1,6


w

Pekerja migran risen (%) 4,0 4,5 3,7 2,5 2,8


w
//w

Sumber: Hasil pengolahan Sakernas, 2018-2022


s:
tp

Optimisme untuk beralih menjadi angkatan kerja lebih banyak


ht

terjadi pada penduduk laki-laki. Jumlah angkatan kerja laki-laki


mengalami peningkatan sebesar 0,5 persen, berbanding terbalik
pada penduduk perempuan yang justru mengalami penurunan
dengan besaran yang sama. Membaiknya perekonomian tahun
2022 juga ditunjukkan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja
pada sektor formal yang meningkat 0,1 persen poin dibandingkan
tahun sebelumnya. Di sisi lain, jumlah pengangguran pada tahun
2022 juga mengalami penurunan signifikan dari 6,5 persen menjadi
5,9 persen. Meskipun belum kembali pada tingkat seperti sebelum
pandemi, meningkatnya mobilitas tenaga kerja terlihat dari jumlah
pekerja komuter dari 5,6 persen pada 2021 menjadi 6,0 persen pada
tahun 2022. Pada jarak geografis yang lebih besar, secara umum
persentase pekerja sirkuler yang berkurang sebesar 0,2 persen poin
menggambarkan tren penurunan pekerja sirkuler jangka panjang.
Pada mobilitas permanen, peningkatan persentase pekerja migran

36
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
risen sebesar 0,3 persen poin menunjukkan bahwa pergerakan
pekerja antar wilayah telah kembali menggeliat meskipun tidak
sebesar seperti sebelum terjadinya pandemi.
Meningkatnya kesempatan kerja tidak hanya dimanfaatkan oleh
mereka yang berpendidikan tinggi. Hasil Sakernas 2022 menunjukkan
peningkatan jumlah angkatan kerja berpendidikan SMA ke bawah
sebesar satu persen (Tabel 4.2). Kenaikan angkatan kerja pada kategori
tersebut disumbangkan oleh jumlah angkatan kerja yang tidak/
belum tamat SD. Kenaikan persentase pada kelompok angkatan kerja
tersebut telah terjadi pada dua tahun terakhir, yaitu dari 11,4 persen
pada 2020 menjadi 12,1 persen pada 2021 dan 13,1 persen pada 2022.

id
Hal sebaliknya terjadi pada angkatan kerja berpendidikan SMA ke atas.

.
go
Pada angkatan kerja dengan pendidikan tamat SMA dan perguruan
tinggi masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,5 persen poin.
s.
Hal ini menunjukkan bahwa pasar kerja yang tercipta lebih banyak
p
.b

terdapat pada pekerjaan untuk penduduk berpendapatan rendah.


w

Partisipasi penduduk dengan pendidikan rendah tersebut sebagai


w

angkatan kerja diperlukan karena kelompok tersebut tidak memiliki


//w

ketahanan finansial yang tinggi. Akibatnya ketika terjadi kesulitan


dalam ekonomi, lebih banyak anggota rumah tangga yang memiliki
s:

karakteristik pendidikan pada kelompok ini perlu berpartisipasi


tp

sebagai angkatan kerja untuk mempertahankan daya beli.


ht

Tabel 4.2 Persentase Angkatan Kerja Indonesia


Tabel 4.2 Persentase Angkatan Kerja Indonesia
Menurut Tingkat Pendidikan, 2018-2022
menurut Tingkat Pendidikan, 2018 - 2022

Tingkat Pendidikan 2018 2019 2020 2021 2022


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Di B awah SMA 57,5 56,4 55,7 54,3 55,4
Tidak tamat SD 15,0 14,8 11,4 12,1 13,1
Tamat SD 24,5 23,9 26,2 24,5 24,8
Tamat SMP 18,0 17,8 18,2 17,8 17,6
SMA ke atas 42,5 43,6 44,3 45,7 44,6
Tamat SMA 30,3 31,1 32,0 32,9 32,4
Perguruan Tinggi 12,3 12,4 12,4 12,7 12,2

Sumber: Hasil pengolahan Sakernas, 2018-2022

37
Pembahasan dan Analisis
Meningkatnya keterlibatan angkatan kerja berpendidikan
rendah tersebut diikuti dengan pertumbuhan jumlah pekerja sektor
primer. Pada tahun 2022, jumlah pekerja sektor pertanian meningkat
sebesar 0,3 persen poin dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel 4.3).
Sektor pertanian dipandang memegang peranan vital dalam periode
krisis dengan menyediakan lebih banyak kesempatan kerja informal
meskipun dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah. Hal ini dapat
dilakukan melalui keikutsertaan sebagian besar anggota keluarga
dalam kegiatan subsisten untuk menyediakan bahan pangan, serta
menciptakan suplai bagi sektor non pertanian. Meskipun demikian,
penyerapan tenaga kerja pertanian pada beberapa periode terakhir

id
lebih banyak dilakukan oleh perusahaan skala besar pada sektor

.
perkebunan. Hal ini terlihat misalnya pada pengusahaan tanaman

go
kelapa sawit yang semakin intensif dalam pembukaan lahan di Pulau
s.
Sumatera dan Kalimantan. Akibatnya terdapat porsi cukup besar dari
p
peningkatan tenaga kerja sektor pertanian tersebut yang berstatus
.b

formal. Kenaikan pekerja sektor formal di pertanian tersebut


w

menjadi penopang penyerapan tenaga kerja nasional di tengah


w

berkurangnya kemampuan sektor industri untuk menyerap tenaga


//w

kerja, sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan jumlah tenaga kerja


s:

sektor industri sebesar 0,2 persen poin pada tahun 2022.


tp

Tabel 4.3 Persentase Pekerja Indonesia


ht

Tabel 4.3 Persentase Pekerja Indonesia


Menurut Sektor Ekonomi, 2018-2022
menurut Sektor Ekonomi, 2018 - 2022

Sektor Ekonomi 2018 2019 2020 2021 2022


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pertani an 30,0 28,6 30,8 28,3 28,6
Industri 22,0 22,3 20,5 22,3 22,2
Jasa 48,0 49,0 48,7 49,3 49,2
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber: Hasil pengolahan Sakernas, 2018-2022

Kondisi pasar ketenagakerjaan Indonesia dalam dua tahun


terakhir menggambarkan dinamika perekonomian yang menunjukkan
pemulihan dampak pandemi Covid-19. Tahun 2021 merupakan salah

38
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
satu kondisi paling buruk bagi pasar tenaga kerja nasional dalam lima
tahun terakhir, yang ditandai dengan tingginya tingkat pengangguran.
Banyak usaha yang terdampak resesi terpaksa merumahkan
pekerjanya. Pada tahun 2022, performa ekonomi Indonesia semakin
membaik dan bahkan menunjukkan capaian tertinggi selama delapan
tahun terakhir. Hal ini mendorong semakin banyak penduduk untuk
berpartisipasi sebagai angkatan kerja. Meskipun demikian, situasi ini
lebih banyak dimanfaatkan oleh mereka yang berpendidikan rendah
untuk berpartisipasi pada usaha formal terutama di sektor pertanian.

4.2 Mobilitas Permanen Menurut Provinsi

. id
go
4.2.1 Distribusi Pekerja Migran Risen Menurut Provinsi
s.
p
Migrasi merupakan salah satu komponen dalam pertumbuhan
.b

penduduk selain kelahiran dan kematian. Salah satu pola yang


w

dilakukan oleh migran adalah perpindahan yang berkaitan dengan


w

faktor sosioekonomi yang dinamis. Hal inilah yang menjadikan


//w

migrasi risen penting untuk diketahui lebih dalam. Migrasi risen


s:

adalah perpindahan penduduk yang bertujuan untuk menetap di


provinsi lain yang berbeda dengan provinsi tempat tinggalnya pada
tp

lima tahun sebelumnya.


ht

Pekerja migran risen tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.


Tabel 4.4 menunjukkan pola migrasi risen provinsi di Indonesia pada
tahun 2021 dan 2022. Pada tahun 2021 pekerja berstatus migran risen
di Indonesia tercatat sebesar 2,5 persen dari seluruh penduduk yang
bekerja, sedangkan pada tahun 2022 meningkat menjadi 2,8 persen.

39
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b

Gambar 4.1 Persentase Pekerja Migran


w

Menurut Provinsi Tujuan, 2021-2022


w
//w

Persentase pekerja migran risen tertinggi pada tahun 2021 dan


s:

2022 terdapat di Kepulauan Riau, yang secara berturut-turut mencapai


tp

5,8 persen dan 6,0 persen. Hal ini menandakan bahwa Kepulauan Riau
ht

adalah daerah yang menjadi sasaran perpindahan tempat tinggal bagi


pekerja migran risen. Sebaliknya, provinsi yang memiliki persentase
migran risen terendah pada tahun 2021 adalah Banten sebesar 1,2
persen dan pada tahun 2022 adalah Papua sebesar 1,3 persen.

4.2.2 Besaran dan Arus Migrasi Pekerja Migran Risen


Migrasi pekerja migran risen dapat diidentifikasi melalui
data Sakernas dengan mempertimbangkan pertanyaan terkait
lokasi tempat tinggal responden pada periode lima tahun sebelum
pelaksanaan pencacahan. Pertanyaan ini, bersama dengan informasi
mengenai tempat tinggal responden pada saat survei, memungkinkan
untuk mengidentifikasi dan menganalisis pergerakan serta migrasi
pekerja migran risen. Pengetahuan mengenai arus migrasi ini memiliki

40
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
signifikansi yang substansial, sebab mampu memberikan landasan
yang kuat untuk memahami daerah tujuan utama dan asal daerah
yang ditinggalkan oleh para migran risen.

Migrasi ke Kepulauan Riau Migrasi ke DI Yogyakarta Migrasi ke Sulawesi Tenggara

Sumatera Jawa
Utara Tengah
Sulawesi
Selatan

Sumatera
Barat Jawa
Barat Lainnya
Lainnya Lainnya
DKI Jakarta Maluku
Jawa Tengah Kalimantan Timur

. id
go
Gambar 4.2 Distribusi Persentase Pekerja Migran Risen di Tiga
Provinsi Dengan Migran Risen Terbesar Menurut Tiga Provinsi Asal
s.
Terbesarnya di Indonesia, 2022
p
.b
w

Gambar 4.2 pada publikasi ini memperlihatkan tiga provinsi


w

dengan proporsi pekerja migran risen terhadap pekerja non-migran


//w

risen yang paling signifikan pada tahun 2022. Provinsi-provinsi


s:

tersebut adalah Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, dan Sulawesi


tp

Tenggara. Di Provinsi Kepulauan Riau, tiga provinsi yang mendominasi


ht

sebagai provinsi asal dengan kontribusi migran terbesar berasal


dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau. Sementara itu,
tiga provinsi penyumbang migran terbesar di DI Yogyakarta yakni
Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Sedangkan pada provinsi
Sulawesi Tenggara, tiga provinsi penyumbang migran terbesarnya
adalah Sulawesi Selatan, Maluku, dan Kalimantan Timur.
Tidak jarang ditemukan bahwa pekerja migran umumnya
berasal dari provinsi-provinsi yang berdekatan atau terdekat.
Meskipun ada beberapa pengecualian, termasuk dalam konteks
Kepulauan Riau, pada tahun 2022, Jawa Timur mengalami peningkatan
signifikan sebagai penyumbang migrasi tertinggi ketiga. Faktor
pemilihan provinsi atau tujuan migrasi yang berdekatan ini, sesuai
dengan pendekatan struktural yang digagas oleh Madianou dan
Miller (2013), tidak hanya dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi

41
Pembahasan dan Analisis
dan aspek sumber daya manusia semata, melainkan juga tercermin
dalam hubungan sosial yang kuat, nilai-nilai budaya, serta tradisi yang
melingkupi penduduk dalam keluarga dan masyarakat.
Selanjutnya, untuk mengidentifikasi provinsi-provinsi yang
memberikan kontribusi signifikan terhadap migrasi risen di seluruh
wilayah Indonesia, dapat disimpulkan bahwa provinsi Jawa Tengah
cukup memberikan kontribusi yang tinggi terlihat dari persentase
tiga penyumbang migrasi risen di Provinsi Kepulauan Riau, dan
DI Yogyakarta, dimana di Provinsi Kepulauan Riau Jawa Tengah
menyumbang 8.8 persen migran dan di DI Yogyakarta sebesar 26.4
persen.

. id
go
4.2.3 Karakteristik Pekerja Migran Risen Menurut Provinsi
p s.
Migrasi merupakan suatu fenomena perilaku penduduk yang
.b

menurut Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan suatu outcome


w

dari adanya sikap dan niat yang berbeda-beda pada setiap individu.
w

Perilaku tersebut dapat terbentuk karena adanya pengaruh eksternal


//w

dan internal, seperti karakteristik sosiodemografi. Teori migrasi Lee


(1966) juga menyatakan bahwa faktor-faktor terkait daerah asal,
s:

faktor-faktor terkait daerah tujuan, hambatan antara, dan faktor


tp

personal dapat menjadi faktor penarik dan pendorong seseorang


ht

untuk melakukan migrasi. Dengan demikian, peran kebijakan


sosiodemografi dan intervensi pemerintah di daerah asal dan
daerah tujuan penting dalam menentukan dampak yang dibawa oleh
peristiwa migrasi, utamanya migrasi pekerja.
Jawa Barat merupakan provinsi tempat tinggal pekerja migran
risen terbesar pada 2021 dan 2022. Hampir satu dari lima pekerja
migran risen di Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat. Sementara
itu, Jawa Tengah dan Jawa Timur berturut-turut menempati posisi
kedua dan ketiga. Statistik ini menunjukkan bahwa secara umum,
Pulau Jawa masih menjadi tujuan para pekerja migran risen baik yang
berasal dari Pulau Jawa maupun pulau lainnya. Tingginya persentase
di tiga provinsi di Jawa selain karena populasinya yang besar, daya
tarik ekonomi, sosial, dan kesehatan di ketiga provinsi tersebut juga
dapat menjadi indikasi alasan seseorang melakukan migrasi risen ke
wilayah tersebut.

42
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
s.
Gambar 4.3 Distribusi Persentase Pekerja Migran Risen
p
.b

Menurut Provinsi di Indonesia, 2022


w
w

Sepuluh provinsi dengan konsentrasi pekerja migran tertinggi


//w

tersebut kemudian akan diteliti lebih lanjut karakteristik demografi dan


s:

ketenagakerjaan pekerja migrannya. Dalam hal ini, pembahasannya


tp

akan mencakup pendidikan, sektor pekerjaan, dan lapangan usaha


ht

utama. Pada pembahasan selanjutnya, sepuluh provinsi dengan


konsentrasi pekerja migran tertinggi akan disebut sebagai “provinsi
terpilih”.
Pendidikan merupakan komponen penyusun modal manusia
yang krusial. Modal manusia akan berkembang ketika investasi
dilakukan, dan investasi dalam modal manusia dilakukan dalam
bentuk pendidikan (Burgess, 2016). Seseorang akan bermigrasi ke
tempat yang membuat mereka lebih produktif. Pendidikan yang
lebih tinggi secara umum akan memperluas pilihan individu dalam
menentukan pekerjaan, sedangkan mereka yang berpendidikan
rendah akan memiliki pilihan yang lebih sempit. Distribusi pendidikan
yang ditamatkan oleh pekerja migran di provinsi dengan konsentrasi
pekerja migran yang tinggi dapat dilihat pada Gambar 4.4.

43
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b
w

Gambar 4.4 Distribusi Persentase Pekerja Migran RisenMenurut


w

Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada Provinsi Terpilih, 2022


//w
s:

Seluruh provinsi terpilih menunjukkan dominasi dari pekerja


tp

migran dengan pendidikan SMA ke atas. Temuan ini mengindikasikan


ht

bahwa pendidikan yang tinggi menjadi modal yang penting bagi


individu untuk melakukan migrasi ke wilayah tersebut, antara lain
untuk memperluas pilihan pekerjaan dan memperbesar peluang
dalam bersaing pada pasar kerja di provinsi tujuan.
Pendidikan bagi para pekerja migran memang menjadi
sesuatu yang esensial, karena berkaitan dengan dua hal; karakteristik
pendidikan para pekerja di tempat asal dan pendidikan di tempat
tujuan. Para pekerja migran boleh jadi melakukan migrasi karena di
tempat asalnya terjadi persaingan yang ketat dalam pasar tenaga
kerja dengan pendidikan yang setara dengan yang ia miliki sehingga
ia pindah ke tempat tujuan yang karakteristik pendidikan pekerjanya
tidak begitu tinggi sehingga dapat meminimalisasi persaingan dalam
pasar tenaga kerja yang dirasakan (Dustmann and Glitz, 2011).

44
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
ps.
.b

Gambar 4.5 Distribusi Pekerja Migran Risen


w

Menurut Sektor Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2022


w
//w
s:

Secara teori, pendidikan berkaitan dengan karakteristik


tp

ketenagakerjaan yang diperoleh migran di provinsi tujuan. Gambar


4.5 menunjukkan distribusi pekerja migran risen menurut sektor
ht

pekerjaan pada provinsi terpilih dan menunjukkan adanya perbedaan


pola pada provinsi tersebut. Migran risen bekerja pada sektor formal
mendominasi di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta. Dominasi
yang signifikan terjadi di DKI Jakarta, di mana hampir 3 dari 4 pekerja
migran bekerja pada sektor formal. Sedangkan di Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, dan Jawa Timur komposisinya hampir seimbang
pada kisaran 49 persen migran bekerja pada sektor formal. Migran
bekerja pada sektor informal mendominasi di Jawa Tengah, Sumatera
Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Lampung.
Perbedaan konsentrasi sektor formal dan informal di setiap
provinsi tersebut dapat terjadi karena kedua sektor ini menyerap
pekerja migran dengan karakteristik yang berbeda. Sektor formal lebih
banyak menyerap pekerja migran dengan pendidikan lebih tinggi,
sedangkan sektor informal lebih banyak menyerap pekerja migran

45
Pembahasan dan Analisis
berpendidikan rendah. Ketika pekerja migran banyak berpendidikan
yang relatif rendah, maka mereka akan banyak menyumbangkan
sektor informal di daerah tujuan. Sedangkan sebaliknya, ketika
migran yang masuk adalah tenaga kerja berpendidikan yang tinggi,
maka mereka akan cenderung masuk ke dalam sektor formal untuk
menjadi tenaga kerja formal (Sheehan dan Riosmena, 2013).
Hipotesis tersebut dapat ditangkap pada pola yang ditunjukkan
dari Gambar 4.5. Provinsi dengan persentase pekerja migran mayoritas
berpendidikan SMA ke atas cenderung memiliki persentase yang
lebih tinggi pada pekerja sektor formal, dan sebaliknya, provinsi yang
memiliki persentase pekerja migran berpendidikan SMA ke bawah

id
lebih tinggi, akan menunjukkan persentase pekerja pada sektor

.
go
informal yang lebih tinggi.
s.
Pendidikan pekerja migran juga berkaitan dengan arah lapangan
p
usaha yang dijalani oleh tenaga kerja di provinsi tujuan. Pekerja
.b

dengan pendidikan yang relatif rendah akan bekerja cenderung


w

pada lapangan usaha pertanian. Gambar 4.6 menunjukkan distribusi


w

pekerja migran menurut lapangan usaha utama pada provinsi terpilih


//w

tahun 2022.
s:
tp
ht

Gambar 4.6 Distribusi Persentase Pekerja Migran Risen Menurut


Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih, 2022

46
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Mayoritas pekerja migran di seluruh provinsi terpilih bekerja
pada lapangan usaha utama jasa-jasa, dengan dominasi paling besar
ditemukan di DKI Jakarta dengan persentase mencapai 85,7 persen.
Temuan ini menunjukkan bahwa sektor jasa merupakan sektor
yang banyak menyerap pekerja migran. Pada Gambar 4.6, terlihat
bahwa provinsi di luar Pulau Jawa cenderung memiliki angka pekerja
migran yang lebih tinggi pada lapangan usaha pertanian daripada
manufaktur. Sedangkan di Pulau Jawa, persentase pekerja migran di
sektor manufaktur lebih tinggi daripada pertanian.

id
4.3 Mobilitas Nonpermanen Menurut Provinsi

.
go
s.
4.3.1 Distribusi Stayers dan Movers Menurut Provinsi
p
.b

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa lebih banyak pekerja di


w

Indonesia yang bekerja di kabupaten/kota yang sama dengan


w

kabupaten/kota tempat tinggalnya (stayers). Pada tahun 2022,


//w

sebanyak 92,4 persen pekerja di Indonesia merupakan stayers,


sedangkan sisanya sebanyak 7,6 persen merupakan pekerja yang
s:

tempat bekerjanya berbeda kabupaten/kota dengan kabupaten/


tp

kota tempat tinggalnya. Apabila dilihat menurut provinsi, persentase


ht

pekerja movers lebih banyak terdapat di provinsi yang termasuk


ke dalam Wilayah Metropolitan (WM). WM identik dengan daerah
yang didalamnya terdapat kota-kota besar dimana terdapat zona
komuting (Eurostat, 2018). Zona komuting tersebut berkontribusi
terhadap banyaknya pekerja yang berstatus sebagai movers. Terdapat
lima provinsi yang memiliki persentase pekerja movers di atas angka
nasional. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan persentase pekerja
movers tertinggi yaitu 17,8 persen.
Hal tersebut memberikan arti bahwa dari 100 penduduk usia 15
tahun ke atas yang bekerja, sekitar 18 diantaranya merupakan pekerja
yang tempat bekerjanya di luar kabupaten/kota tempat tinggal.
Provinsi berikutnya dengan persentase pekerja movers tertinggi
antara lain D.I Yogyakarta (15,5 persen), Banten (14,6 persen), Jawa
Barat (12,4 persen), dan Bali (11,2 persen). Dari lima provinsi tersebut,

47
Pembahasan dan Analisis
empat diantaranya masuk ke dalam Peraturan Presiden No. 18 Tahun
2020 terkait Proyek Prioritas Strategis dalam pengembangan wilayah
metropolitan yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang masuk
dalam WM Jabodetabek dan Cekungan Bandung, serta Bali yang di
dalamnya terdapat WM Sarbagita.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.7 Persentase Stayers dan Movers Menurut Provinsi, 2022

Persentase movers yang tinggi di sebagian provinsi, salah


satunya dapat diartikan bahwa adanya sarana dan prasarana
transportasi yang baik di provinsi tersebut sehingga memudahkan
para pekerja dalam melakukan perjalanan ulang alik atau komuting
(Santoso et al, 2019). Sebaliknya, provinsi dengan persentase stayers
yang tinggi dapat disebabkan salah satunya oleh kondisi geografis
dan akses yang sulit antarwilayah yang akan menyulitkan pekerja
untuk dapat melakukan mobilitas ulang alik. Provinsi-provinsi dengan
persentase stayers yang tinggi umumnya terdapat di Kawasan Timur

48
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Indonesia (KTI) misalnya Papua (99,5 persen) dan Maluku Utara (98
persen), adapun di Kawasan Barat Indonesia persentase stayers yang
tinggi terjadi di wilayah kepulauan yaitu Kepulauan Riau (98,7 persen).

4.3.2 Karakteristik Pekerja Komuter Menurut Provinsi


Fenomena mobilitas ulang-alik merupakan salah satu indikator
meluasnya jangkauan pasar tenaga kerja lokal. Jika semula lapangan
kerja hanya tersedia bagi penduduk yang bertempat tinggal dekat
dengan lokasi pekerjaan, maka peningkatan kualitas sarana dan
prasarana transportasi mendorong penduduk yang tinggal lebih jauh

id
untuk dapat mengakses lokasi tersebut. Kondisi ini banyak ditemukan

.
go
di kawasan metropolitan, di mana pembangunan permukiman meluas
melintasi batas-batas administrasi wilayah. Akibatnya, lapangan kerja
s.
yang terpusat di salah satu kota juga dapat diakses oleh penduduk
p
.b

dari wilayah administrasi di sekitarnya. Pergerakan penduduk


tersebut untuk bekerja pada satu sisi membawa dampak positif,
w
w

yaitu terdistribusinya lokasi tempat tinggal sehingga mengurangi


//w

kepadatan penduduk dan berbagai implikasi eksternalitas negatif yang


menyertainya. Pada sisi lain, kegiatan komuter yang tidak ditunjang
s:

oleh keberadaan transportasi umum yang baik akan menimbulkan


tp

permasalahan lain seperti kemacetan dan pemborosan konsumsi


ht

bahan bakar. Kedua aspek tersebut merupakan ancaman bagi


pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
Di Indonesia, kegiatan komuter untuk keperluan bekerja
lebih banyak ditemui pada wilayah pada penduduk dengan akses
transportasi yang baik. Hasil Sakernas menunjukkan bahwa jumlah
komuter pada tahun 2022 mencapai 8,1 juta orang, meningkat
dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 7,3 juta orang. Jumlah
komuter terbesar terdapat di pulau Jawa sebesar 6,2 juta orang
atau 76,5 persen. Kegiatan komuter yang cukup banyak juga dapat
ditemukan di region Sumatera dengan besaran 958 ribu orang
atau 11,9 persen. Di peringkat ketiga terdapat region Bali dan Nusa
Tenggara dengan besaran 394 ribu orang atau 4,9 persen. Di Pulau
Kalimantan, jumlah komuter hanya sebesar 2,8 persen, sementara
di Sulawesi jumlahnya sebesar 3,6 persen, serta di region Maluku
dan Papua sebesar 0,3 persen. Hal ini menggambarkan bahwa 7,1

49
Pembahasan dan Analisis
juta orang atau hampir 90 persen pelaku komuter didominasi oleh
penduduk kawasan barat Indonesia, sedangkan 10 persen sisanya
berada di region lainnya.
Kesenjangan jumlah komuter antarkawasan di Indonesia
ini cukup beralasan mengingat sebaran penduduk dan kegiatan
ekonomi yang tidak merata. Data BPS tahun 2022 menunjukkan
bahwa Keberadaan Pulau Jawa sebagai lokasi kegiatan komuter
terbesar cukup beralasan mengingat 55,9 persen penduduk
Indonesia bertempat tinggal di wilayah ini. Selain itu, 57,8 persen
Produk Domestik Bruto (PDRB) juga dihasilkan oleh aktivitas ekonomi
di Pulau Jawa. Regional Sumatera sebagai lokasi komuter terbesar

id
berikutnya didukung oleh kontribusi jumlah penduduk sebesar 21,7

.
go
persen dan PDRB sebesar 22 persen. Meskipun memiliki sumber daya
alam yang melimpah, namun dengan luasan daerah yang sangat
s.
besar serta sarana transportasi yang belum merata membuat jumlah
p
.b

penduduk serta PDRB di regional selain kedua pulau tersebut yang


w

masing-masing hanya sebesar 22,3 persen dan 21,5 persen belum


w

dapat mendorong mobilitas antar wilayah administrasi.


//w

Terlepas dari jumlahnya yang meningkat dibandingkan


s:

dengan tahun 2021, terdapat perbedaan dinamika kegiatan komuter


pada berbagai provinsi di Indonesia. Di pulau Jawa, tidak seluruh
tp

provinsi mengalami kenaikan jumlah komuter. Provinsi Jawa Barat


ht

dengan jumlah komuter tertinggi mengalami kenaikan jumlah


komuter sebanyak 428 ribu orang atau 2,9 persen. Di tempat kedua
jumlah komuter tertinggi terdapat Provinsi Jawa Tengah yang justru
mengalami penurunan jumlah komuter sebesar 53 ribu orang atau
turun 2 persen. Provinsi lain yang juga mengalami penurunan jumlah
komuter adalah Banten yang berkurang 59 ribu orang atau 1 persen.
Provinsi DKI Jakarta dan Banten mengalami kenaikan jumlah komuter
masing-masing sebesar 0,7 persen dan 0,3 persen. Sementara di
Provinsi DI Yogyakarta, meskipun terdapat kenaikan jumlah komuter
sebanyak 26 ribu orang, namun besaran persentase terhadap nasional
relatif tidak berubah. Secara umum 17 dari 34 provinsi di Indonesia
mengalami peningkatan jumlah komuter, sementara separuh sisanya
justru mengalami penurunan (Gambar 4.8).

50
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.8 Distribusi Persentase Pekerja Komuter


Menurut Provinsi di Indonesia, 2022

4.3.3 Karakteristik Pekerja Komuter Pada Provinsi Terpilih


Selanjutnya, pembahasan mengenai pekerja komuter akan
dibatasi pada sepuluh provinsi dengan persentase pekerja komuter
terbesar, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, dan
Sulawesi Selatan.

51
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b
w
w

Gambar 4.9 Distribusi Persentase Pekerja Komuter


//w

Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan


pada Provinsi Terpilih, 2022
s:
tp
ht

Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan (Gambar 9),


secara umum pekerja komuter memiliki pendidikan SMA ke atas. Dari
10 provinsi terpilih, Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan
memiliki persentase pekerja komuter yang berpendidikan di bawah
SMA lebih besar. Sedangkan untuk provinsi lainnya didominasi oleh
pekerja komuter yang berpendidikan lebih tinggi, yaitu SMA ke atas
dengan persentase diatas 70 persen. Di DKI Jakarta hampir 9 dari 10
pekerja komuter berpendidikan SMA ke atas.

52
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
p s.
.b
w
w

Gambar 4.10 Distribusi Persentase Pekerja Komuter


//w

Menurut Sektor Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2022


s:
tp

Selanjutnya, dilihat berdasarkan sektor pekerjaan, seluruh


ht

provinsi terpilih memiliki persentase pekerja komuter di sektor formal


yang lebih besar daripada di sektor informal. Hal ini sejalan dengan
karakteristik pekerja komuter yang mayoritas berpendidikan lebih
tinggi, dimana pendidikan memberikan peluang seseorang untuk
bekerja di sektor formal (Maulana, 2020). Pola ini terjadi baik di tahun
2021 dan 2022.

53
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b

Gambar 4.11 Distribusi Persentase Pekerja Komuter Menurut


w

Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih, 2022


w
//w
s:

Dari distribusi persentase pekerja komuter menurut lapangan


tp

usaha utama pada beberapa provinsi di atas, mayoritas pekerja


ht

komuter bekerja pada sektor jasa. Hal ini sejalan dengan lokasi
pekerjaan komuter yang umumnya berpusat di wilayah-wilayah
metropolitan, yang didominasi oleh pekerjaan di bidang manufaktur
dan jasa. Provinsi dengan pekerja komuter pada sektor manufaktur
dan jasa terbesar, secara berturut turut terdapat di Jawa Tengah dan
DKI Jakarta. Persentase pekerja komuter pada sektor pertanian yang
paling besar terdapat di Lampung, dimana hampir 1 dari 5 pekerja
komuter bekerja di sektor pertanian.

4.3.4 Karakteristik Pekerja Sirkuler Menurut Provinsi


Tiga provinsi yang menjadi kontributor terbesar pekerja sirkuler
di Indonesia pada tahun 2022 terletak di Pulau Jawa, yakni Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur, masing-masing dengan persentase
sebesar 25,6 persen, 17,6 persen, dan 15,0 persen. Sementara itu,

54
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
bagian lain dari pekerja sirkuler tersebar di berbagai provinsi di seluruh
Indonesia. Pola ini cenderung konsisten dengan data tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini mencerminkan dominasi Pulau Jawa sebagai
pusat ekonomi dan industri di Indonesia (Purnomo, 2016). Provinsi-
provinsi ini memiliki persentase yang signifikan dalam mengirimkan
pekerja sirkuler ke berbagai daerah, yang dapat dihubungkan dengan
potensi ekonomi dan lapangan kerja yang tersedia di wilayah tersebut.
Jika kita mempertimbangkan pembagian berdasarkan pulau-
pulau besar di Indonesia, maka persentase pekerja sirkuler tertinggi di
Pulau Sumatera tercatat di provinsi-provinsi seperti Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Lampung dan Sumatera Barat. Sementara itu, Pulau

id
Jawa memiliki persentase pekerja sirkuler tertinggi di Jawa Barat, Jawa

.
go
Tengah, dan Jawa Timur, yang juga merupakan tiga provinsi terbesar
dalam menyumbang pekerja sirkuler di seluruh Indonesia. Di Pulau
s.
Kalimantan, Kalimantan Selatan memiliki persentase pekerja sirkuler
p
.b

tertinggi. Sementara itu, di Pulau Sulawesi, Provinsi Sulawesi Selatan


w

memiliki persentase pekerja sirkuler tertinggi. Di kawasan timur


w

Indonesia, seperti Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua,


//w

persentase pekerja sirkuler berkisar antara 0,2 persen hingga 0,4


persen. Hal ini mengindikasikan fakta yang mencerminkan tantangan
s:

dalam aksesibilitas dan mobilitas di wilayah-wilayah terpencil dan


tp

pulau-pulau terluar. Faktor-faktor seperti infrastruktur transportasi


ht

yang terbatas dan jarak yang jauh dari pusat-pusat ekonomi utama
dapat mempengaruhi tingkat migrasi pekerja sirkuler di kawasan ini
(Paul & Yeoh, 2021).

55
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b
w

Gambar 4.12 Distribusi Persentase Pekerja Sirkuler


w

Menurut Provinsi di Indonesia, 2021-2022


//w
s:
tp

Pola mobilitas pekerja sirkuler di Indonesia berkaitan erat


ht

dengan karakteristik geografisnya. Terdapat keterkaitan yang kuat


antara pulau besar dan tingkat mobilitas pekerja. Tingkat mobilitas
pekerja sirkuler cenderung berkorelasi dengan keberadaan pusat
ekonomi regional. Provinsi-provinsi dengan tingkat mobilitas
tinggi sering kali terkait dengan pusat ekonomi yang lebih besar,
menunjukkan bahwa pekerja sirkuler cenderung bergerak menuju
peluang ekonomi yang lebih besar (Srivasta, 2020).
Pernyataan ini mencerminkan konsep bahwa pusat ekonomi
regional berfungsi sebagai pusat tarik yang menarik pekerja sirkuler.
Pekerja sirkuler cenderung bergerak menuju wilayah-wilayah yang
menawarkan peluang ekonomi yang lebih besar, yang sering kali
terdapat di provinsi atau wilayah dengan pusat ekonomi yang lebih
besar. Hal ini dapat disebabkan oleh ketersediaan lapangan kerja
yang lebih beragam, peluang pertumbuhan karier yang lebih baik,
dan infrastruktur yang lebih baik di wilayah-wilayah tersebut.

56
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Selain itu, faktor lain seperti pendapatan yang lebih tinggi,
akses ke layanan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik, serta
kehidupan sosial yang lebih dinamis juga dapat mempengaruhi
keputusan pekerja sirkuler untuk bermigrasi ke wilayah dengan pusat
ekonomi yang lebih besar (Kelley et al, 2020). Oleh karena itu, mobilitas
pekerja sirkuler dapat dianggap sebagai respons rasional terhadap
kesempatan ekonomi yang lebih besar yang ditawarkan oleh pusat-
pusat ekonomi regional.

4.3.5 Karakteristik Pekerja Sirkuler Pada Provinsi Terpilih

id
Selanjutnya, pembahasan mengenai pekerja sirkuler akan

.
go
dibatasi pada sepuluh provinsi dengan persentase pekerja sirkuler
terbesar, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
s.
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta,
p
Banten, dan Sulawesi Selatan.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.13 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Tingkat


Pendidikan yang Ditamatkan pada Provinsi Terpilih, 2022

57
Pembahasan dan Analisis
Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, dari 10 provinsi
terpilih, hanya Jawa Tengah dan Banten yang pekerja sirkulernya
mayoritas berpendidikan di bawah SMA. Sedangkan untuk 8 provinsi
lain didominasi oleh pekerja sirkuler yang berpendidikan lebih tinggi,
yaitu SMA ke atas. Di DI Yogyakarta, dominasinya bahkan mencapai
70,5 persen, artinya hampir 3 dari 4 pekerja sirkuler berpendidikan
SMA ke atas.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.14 Persentase Pekerja Sirkuler menurut


Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih, 2022

Apabila dilihat berdasarkan sektor pekerjaan, seluruh provinsi


terpilih memiliki persentase pekerja sirkuler di sektor formal lebih
besar daripada pekerja sirkuler di sektor informal. Provinsi dengan
mayoritas pekerja sirkuler berpendidikan lebih tinggi dijumpai juga
didominasi oleh pelaku mobilitas sirkuler yang bekerja pada sektor
formal. Temuan ini tidak terlepas dari fakta bahwa pekerjaan pada
sektor formal lebih banyak membutuhkan pekerja berketerampilan
dan berpendidikan tinggi.

58
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
p s.
.b
w

Gambar 4.15 Distribusi Persentase Pekerja Sirkuler


w

menurut Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih, 2022


//w
s:

Dari distribusi persentase pekerja sirkuler menurut lapangan


usaha utama pada beberapa provinsi di atas, terlihat bahwa mayoritas
tp

pekerja sirkuler bekerja pada sektor jasa-jasa. Persentase pekerja


ht

sirkuler pada sektor pertanian yang lebih besar banyak ditemui


di luar Pulau Jawa. Sedangkan sektor manufaktur terlihat paling
mendominasi di Jawa Tengah, dengan angka mencapai lebih dari
separuh jumlah pekerja sirkuler.

4.4 Mobilitas Permanen di Indonesia

4.4.1 Karakteristik Sosiodemografis Pekerja Migran Risen


Keputusan bermigrasi memerlukan pertimbangan biaya
finansial dan nonfinansial (psikis) bagi pelakunya (Sjaastad,1962).
Ditambah lagi, migran juga mempertimbangkan keuntungan dari
migrasi yang dilakukannya. Hanya sebagian penduduk di Indonesia

59
Pembahasan dan Analisis
yang memutuskan untuk menjadi pekerja migran risen. Pekerja
berstatus migran risen di Indonesia pada tahun 2022 mengalami
sedikit peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu
dari 2,5 persen menjadi 2,8 persen dari seluruh penduduk yang
bekerja. Karakteristik pekerja migran risen dari aspek sosiodemografi
dapat dilihat pada Gambar 4.16.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.16 Pekerja Migran Risen Menurut


Karakteristik Sosiodemografi, 2021-2022

60
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
ps.
.b

Gambar 4.16 Pekerja Migran Risen Menurut


Karakteristik Sosiodemografi, 2021-2022 (Lanjutan)
w
w
//w

Faktor Jenis kelamin menjadi salah satu aspek yang menarik


s:

untuk dilihat dari sisi kecenderungan untuk memutuskan bermigrasi.


tp

Seperti ditunjukkan pada Gambar 4.16, dilihat dari jenis kelamin pelaku
migrasi risen, persentase baik laki-laki maupun perempuan yang
ht

berstatus sebagai pekerja migran risen dari total penduduk bekerja


hanya sebagian kecil, yaitu berkisar antara 2,4 sampai dengan 3 persen
pada tahun 2021 dan 2022. Secara persentase dapat ditunjukkan
bahwa laki-laki cenderung lebih banyak melakukan migrasi daripada
perempuan. Sejalan dengan hasil tersebut, Bogue dan Thompson
(1949) menyebutkan bahwa angka migrasi laki-laki dan perempuan
tidak jauh berbeda terutama dalam migrasi jarak pendek, walaupun
perbedaan tersebut akan terlihat dengan diikuti meningkatnya jarak
migrasi yang dilakukan. Namun, dalam analisis ini tidak dilihat secara
langsung jarak perpindahan para pekerja migran tersebut.
Status perkawinan juga menjadi pertimbangan seseorang untuk
melakukan migrasi (Mincer, 1978). Sejalan dengan teori tersebut,
Gambar 4.16 menunjukkan bahwa menurut status perkawinannya,
persentase pekerja migran risen yang belum kawin ternyata lebih

61
Pembahasan dan Analisis
tinggi dibandingkan dengan persentase pekerja migran risen yang
berstatus kawin dan cerai. Namun, ditemukan hal yang menarik yaitu
bahwa persentase pekerja migran risen yang berstatus cerai hidup
lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pekerja migran risen
yang berstatus kawin ataupun cerai mati pada tahun 2021.
Nilai persentase pekerja migran berstatus kawin yang lebih
rendah dibandingkan dengan pekerja migran belum kawin tersebut
dapat dijelaskan dengan model migrasi keluarga yang dikembangkan
oleh Jacob Mincer (1978). Keputusan melakukan migrasi bagi
mereka yang sudah berkeluarga tidak hanya melihat keuntungan
yang diperoleh dari migrasi yang dilakukan. Ikatan keluarga dapat

id
menghalangi terjadinya migrasi. Ketika pekerja berstatus kawin

.
go
melakukan migrasi, keuntungan yang didapatkan harus lebih tinggi
dan mampu menggantikan kerugian yang dialami pasangannya
s.
(Mincer, 1978).
p
.b

Mincer (1978) menyatakan bahwa migrasi selektif terhadap


w

laki-laki dan kelompok usia muda serta penduduk yang lebih


w

berpendidikan. Pendidikan yang lebih tinggi membuka peluang


//w

yang lebih besar untuk melakukan migrasi terutama migrasi jarak


s:

jauh (Widerstedt, 1998). Data Sakernas 2021-2022 juga memberikan


gambaran yang sejalan dengan teori tersebut. Pekerja yang melakukan
tp

migrasi risen lebih banyak terdapat pada mereka yang memiliki


ht

pendidikan SMA ke atas. Pendidikan dianggap mampu meningkatkan


modal manusia (human capital) sehingga mungkin untuk melakukan
migrasi. Pendidikan juga berkaitan dengan cara dan banyaknya
informasi yang diperoleh seseorang terkait dengan daerah tujuan
migrasinya (Wouterse, 2010). Semakin tinggi tingkat pendidikannya
maka individu semakin berusaha memaksimalkan kemampuannya
dengan melakukan migrasi.
Selanjutnya, karakteristik pekerja migran risen dikelompokkan
menurut umur lima tahunan untuk memberikan gambaran pola
mobilitas permanen. Selektivitas umur merupakan salah satu faktor
yang menentukan keputusan bermigrasi. Terdapat kecenderungan
bahwa kelompok umur muda lebih banyak melakukan migrasi. Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan Sjaastad (1962) dan Todaro
(1998) bahwa migrasi pada usia muda meningkatkan keuntungan yang

62
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
didapatnya di masa yang akan datang. Secara tidak langsung migrasi
merupakan salah satu bentuk investasi. Semakin muda pekerja
bermigrasi, maka semakin banyak nilai dan keuntungan yang didapat
di kemudian hari dari keputusannya tersebut. Selain itu, penduduk
usia muda merupakan penduduk yang paling dominan peranannya
daripada kelompok umur lainnya karena dianggap mampu untuk
mendayagunakan kemampuannya secara maksimal.
Pola pelaku mobilitas permanen di Indonesia, dalam hal ini
pekerja migran risen, dapat dilihat pada Gambar 4.17. Pola migrasi
risen di Indonesia banyak didominasi oleh pekerja di kelompok
usia 20 s.d 39 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 25 s.d 29

id
tahun baik pada tahun 2021 maupun pada tahun 2022. Sementara

.
go
itu, semakin bertambah usianya, kecenderungan untuk melakukan
migrasi semakin menurun. s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.17 Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan


Kelompok Umur dan Status Migrasi, 2021-2022

63
Pembahasan dan Analisis
. id
go
Gambar 4.17 Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan
s.
Kelompok Umur dan Status Migrasi, 2021-2022 (Lanjutan)
p
.b

Pola distribusi pekerja berdasarkan kelompok umur dan jenis


w

kelamin dapat dilihat pada Gambar 4.18. Baik laki-laki, maupun


w

perempuan, keduanya mempunyai pola migrasi yang sama dengan


//w

pola migrasi secara umum. Polanya distribusi pekerja migran pada


tahun 2021 dan 2022 mencapai puncak pekerja yang melakukan
s:

migrasi adalah pada usia 25-29 tahun.


tp
ht

Gambar 4.18 Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok


Umur, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi, 2021 -2022

64
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
ps.
.b

Gambar 4.18 Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok Umur,


w

Jenis Kelamin, dan Status Migrasi, 2021 -2022 (lanjutan)


w
//w

Jika dilihat dari tingkat pendidikan para pekerja, migrasi risen


s:

paling banyak dilakukan oleh pekerja dengan pendidikan SMA ke


tp

atas. Pekerja yang berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan lebih


ht

tinggi untuk melakukan migrasi risen. Apabila ditelaah lebih lanjut,


seperti yang juga telah dibahas pada ulasan sebelumnya, pekerja
tersebut melakukan migrasi pada usia produktif muda (20-39 tahun).
Pola distribusinya tidak berbeda antara tahun 2021 dan 2022. Hal
tersebut membuktikan teori Sjaastad (1962) terkait dengan present
value of net benefit yaitu pekerja terutama dengan pendidikan yang
tinggi cenderung melakukan migrasi di usia muda karena dianggap
sebagai suatu investasi di masa yang akan datang.

65
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.19 Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok


Umur, Tingkat Pendidikan, dan Status Migrasi, 2021 -2022

4.4.2 Karakteristik Ekonomi Pekerja Migran Risen


Hukum migrasi Ravenstein (1889) menyatakan bahwa migran
yang berpindah dalam jarak jauh secara umum dilakukan dengan
memilih satu dari pusat perdagangan dan industri terbesar. Dalam
hukum berikutnya dinyatakan bahwa pekerja akan bergerak dari
wilayah pertanian di pinggiran ke pusat kota untuk mendekati lokasi
industri dan perdagangan di pusat kota. Kemudian, lokasi pertanian

66
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
di kawasan pinggiran akan diisi oleh migran yang berasal dari wilayah
yang lebih jauh. Harris dan Todaro (1970) memperkuat teori tersebut
dengan menyatakan bahwa keputusan migrasi tenaga kerja di
perdesaan yang biasanya bekerja pada sektor pertanian didasarkan
atas harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar di
kawasan perkotaan yang identik dengan kegiatan industri. Kedua
teori ini mengindikasikan bahwa keputusan migrasi tenaga kerja tidak
terlepas dari harapan akan mendapatkan pekerjaan pada sektor
lapangan usaha tertentu seperti industri dan jasa.
Hasil Sakernas 2022 menunjukkan bahwa 35 persen tenaga kerja
yang bermigrasi dalam lima tahun terakhir (migran risen) bekerja pada

id
sektor industri pengolahan serta perdagangan dan jasa. Penyerapan

.
go
tenaga kerja terbesar bagi migran risen terjadi pada kelompok
perdagangan besar dan eceran sebesar 21,4 persen (Gambar 4.20).
s.
Penyerapan tenaga kerja terbesar kedua bagi migran risen terjadi
p
.b

pada sektor industri pengolahan dengan jumlah sebesar 13,9 persen.


w

Sektor lain yang menyerap migran risen sebagai tenaga kerja adalah
w

sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia mampu menarik 14,8


//w

persen tenaga kerja untuk bermigrasi antarwilayah dalam lima tahun


terakhir. Meskipun bertentangan dengan hukum migrasi Ravenstein
s:

(1889) serta Harris dan Todaro (1970), namun hal ini dapat dijelaskan
tp

dengan performa sektor perkebunan yang tumbuh dengan pesat.


ht

Data BPS menunjukkan bahwa di beberapa provinsi seperti Sumatera


Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Papua Barat, sektor
perkebunan selama periode 2018-2022 mengalami pertumbuhan
ekonomi rata-rata di atas 6 persen. Kenaikan keluaran tersebut tentu
memerlukan tambahan tenaga kerja untuk memaksimalkan produksi
yang dihasilkan.

67
Pembahasan dan Analisis
. id
go
s.
Gambar 4.20 Distribusi Persentase lapangan Pekerjaan Utama
p
Pekerja Migran Risen, 2022
.b
w

Meskipun menyediakan peluang kerja cukup besar bagi migran


w

risen, namun sektor pertanian lebih banyak dimasuki oleh mereka


//w

yang berpendidikan rendah (SMA ke bawah). Hasil Sakernas 2022


menunjukkan bahwa 64,4 persen migran risen yang bekerja pada
s:

sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berpendidikan rendah


tp

(Gambar 4.21). Persentase terbesar dari migran risen yang bekerja


ht

pada sektor tersebut memiliki pendidikan SD sedarajat (31,4 persen).


Pada sektor tersebut bahkan masih terdapat 13,6 persen migran risen
yang tidak atau belum pernah bersekolah. Situasi ini berbeda dengan
pola penyerapan tenaga kerja migran risen yang terdapat di sektor
perdagangan besar dan sedang atau sektor industri pengolahan. Pada
sektor perdagangan besar dan sedang hanya terdapat 34,7 persen
migran risen yang berpendidikan SMA ke bawah, sedangkan pada
sektor industri pengolahan jumlahnya sebesar 38,6 persen. Mayoritas
migran risen yang bekerja pada sektor perdagangan besar dan sedang
serta industri pengolahan berpendidikan SMA sederajat yaitu masing-
masing sebesar 49 persen dan 48 persen. Perbedaan karakteristik
pendidikan migran risen tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan
pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan untuk bekerja pada

68
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
sektor pertanian lebih rendah dibandingkan dengan lapangan usaha
lainnya. Akibatnya, sektor pertanian memiliki kemampuan untuk
menampung pergeseran tenaga kerja dari lapangan usaha lainnya.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp

Gambar 4.21 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut Tingkat


ht

Pendidikan dan Tiga Sektor Unggulan, 2021-2022


Dominasi pekerja pada sektor perdagangan besar dan sedang,
pertanian, kehutanan, dan perikanan, serta industri pengolahan
tercermin dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Hasil Sakernas 2022
menunjukkan bahwa jenis pekerjaan terbesar bagi migran risen
adalah tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan yaitu sebesar 29,5
persen (Gambar 4.22). Jenis pekerjaan ini banyak ditemukan pada
sektor perdagangan besar dan sedang serta sektor jasa secara umum.
Jenis pekerjaan terbesar kedua bagi migran risen adalah pekerja
pengolahan, kerajinan, YBDI dengan persentase sebesar 10,9 persen.
Jenis pekerjaan ini banyak ditemukan pada sektor industri pengolahan
bersama-sama dengan jenis pekerjaan lain seperti operator dan
perakit mesin. Pada tempat ketiga terdapat jenis pekerjaan terampil
pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan persentase sebesar 10,1

69
Pembahasan dan Analisis
persen. Jenis pekerjaan ini merupakan kegiatan utama pada sektor
pertanian. Selain ketiga jenis pekerjaan tersebut, terdapat proporsi
migran risen yang bekerja sebagai pekerja kasar dalam jumlah cukup
besar yaitu 16,4 persen. Jenis pekerjaan kasar tersebut tersebar pada
berbagai lapangan usaha migran risen, termasuk pada ketiga sektor
usaha dengan jumlah pekerja yang disebut sebelumnya.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.22 Distribusi Persentase Jenis Pekerjaan Utama Pekerja


Migran Risen, 2022
Selain dipengaruhi oleh jenis lapangan usaha, jenis pekerjaan
yang dilakukan oleh migran risen sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Gambar 4.23 pada lingkaran luar menunjukkan bahwa
migran risen yang bekerja pada jenis kegiatan TNI/Polri, professional,
serta tenaga tata usaha hanya ditemukan pada migran risen yang
berpendidikan tinggi (SMA ke atas). Pada kelompok dengan tingkat
pendidikan tersebut, migran risen sebagain besar bekerja sebagai
tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan (29,2 persen), diikuti
dengan jenis pekerjaan professional (15,1 persen). Sementara itu
pada mereka yang berpendidikan rendah (lingkaran dalam) lebih
banyak bekerja sebagai tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan
(30,2 persen), pekerja kasar (27,7 persen), serta sebagai pekerja
terampil pertanian, kehutanan, dan perikanan (17,3 persen). Hal ini

70
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
memperkuat informasi bahwa sektor pertanian lebih banyak diisi
oleh migran risen yang berpendidikan rendah. Sementara itu, migran
risen berpendidikan tinggi pada sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan yang jumlahnya mencapai 6 persen dapat menjelaskan
meningkatnya penyerapan tenaga kerja formal di sektor tersebut.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp

Gambar 4.23 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut


ht

Jenis Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan,


2021-2022
Meskipun didominasi oleh jenis pekerjaan tenaga usaha jasa
dan tenaga penjualan, sebagian besar migran risen memiliki status
pekerjaan pada sektor formal. Gambar 4.24 menunjukkan bahwa
52,2 persen migran risen yang bekerja merupakan buruh/karyawan,
sementara mereka yang berstatus dibantu buruh tetap/buruh dibayar
mencapai 3,1 persen (Gambar 4.24 lingkaran luar). Angka ini jauh
lebih besar jika dibandingkan dengan mereka yang bukan merupakan
migran risen, dimana persentase mereka yang dibantu buruh tetap/
buruh dibayar sebesar 3 persen, sementara yang berstatus buruh/
pegawai/karyawan hanya sebesar 37,2 persen. Jika dibandingkan
dengan migran risen, mereka yang merupakan non migran risen
(lingkaran dalam) lebih banyak memiliki pekerjaan dengan status
sebagai berusaha sendiri (22,1 persen), berusaha dibantu buruh

71
Pembahasan dan Analisis
tidak tetap/tidak dibayar (14,8 persen), serta pekerja bebas di sektor
non-pertanian (4,2 persen). Besarnya kontribusi pekerja migran risen
dalam sektor formal tersebut sangat wajar mengingat pekerjaan pada
sekor formal menjanjikan stabilitas pendapatan yang lebih tinggi dan
risiko yang lebih rendah. Akibatnya migran semakin percaya diri dan
meningkatkan peluang mereka untuk untuk berpindah.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.24 Distribusi Persentase Status Pekerjaan Utama Pekerja


Migran Risen, 2022
Jika dilihat dari sisi jam kerja, sebagian besar migran risen
memiliki produktivitas yang cukup tinggi. Hasil Sakernas 2022
menunjukkan bahwa 76,5 persen migran risen bekerja setidaknya 35
jam dalam seminggu (jam kerja normal). Jumlah jam kerja normal yang
cukup tinggi tersebut ditopang oleh status pekerjaan migran risen yang
sebagian besar berada pada sektor formal. Gambar 4.25 menunjukkan
bahwa 60,1 persen dari migran risen yang bekerja setidaknya 35 jam
tersebut berstatus sebagai pegawai/buruh/karyawan. Bagi migran
risen yang bekerja kurang dari 35 jam (setengah menganggur),
terdapat 26,4 persen diantaranya yang berstatus sebagai buruh/
karyawan/pegawai. Meskipun demikian, migran risen yang bekerja
kurang dari 35 jam tersebut sebagian besar diantaranya merupakan
mereka yang bekerja sendiri (29,4 persen). Dengan demikian mereka

72
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
memiliki fleksibilitas lebih tinggi dan tidak perlu terikat pada jam
kerja tertentu. Selain berusaha sendiri dan menjadi buruh/karyawan/
pegawai, jam kerja yang rendah pada migran risen juga disumbangkan
oleh mereka yang merupakan pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar
yaitu 23,1 persen. Hal ini merupakan konsekuensi dari migrasi yang
dilakukan bersama dengan keluarga. Untuk menghasilkan pendapatan
yang lebih besar, lebih banyak anggota keluarga yang berkontribusi
membantu mendapatkan penghasilan.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.25 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut Status


Pekerjaan Utama dan Jam Kerja Per Minggu, 2021-2022

73
Pembahasan dan Analisis
Selain dipengaruhi oleh status dalam pekerjaan, tingkat
produktivitas migran risen yang bekerja juga di tentukan oleh lapangan
usahanya. Hasil Sakernas 2022 menunjukkan bahwa migran risen yang
bekerja setidaknya 35 jam per minggu, mayoritas bekerja pada sektor
perdagangan besar dan eceran (22 persen). Sektor lain yang banyak
mendorong migran risen untuk bekerja setidaknya 35 jam seminggu
adalah industri pengolahan (14,5 persen), serta pertanian, kehutanan,
dan perikanan (10,5 persen). Sementara itu bagi migran risen yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu, sebagian besar bekerja pada
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (28,9 persen). Hal ini
dinilai wajar mengingat migran risen yang berkontribusi pada sektor

id
tersebut sebagian besar diantaranya berpendidikan SMA ke bawah.

.
Selain itu, peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian tanpa

go
diiringi dengan pemilikan lahan membuat volume pekerjaan yang
s.
tersedia menjadi lebih sedikit. Situasi yang sama terjadi di sektor
p
perdagangan besar dan eceran, sementara pada sektor pendidikan
.b

besarnya jumlah migran risen yang bekerja kurang dari 35 jam


w

seminggu banyak disumbangkan oleh kebijakan jam mengajar di


w

sekolah formnal maupun karena mereka kerja sebagai pengajar


//w

pendidikan informal.
s:
tp
ht

Gambar 4.26 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut Lapangan


Usaha Utama dan Jam Kerja Per Minggu, 2022

74
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Besarnya jumlah migran risen dengan pendidikan SMA ke
atas yang bekerja pada sektor informal tersebut dapat terlihat
pada Gambar 4.27. Dari 1,7 juta migran risen yang bekerja di sektor
informal, jumlah migran risen berpendidikan SMA yang bekerja
pada sektor informal pada tahun 2022 mencapai 633 ribu orang.
Dengan persentase sebesar 37,2 persen, migran risen pada kategori
ini menjadi yang terbesar pada sektor informal dibandingkan
dengan pada kategori pendidikan lainnya seperti tamatan SD (22
persen), tamatan SMP (20,2 persen). Selain jumlah migran risen
berpendidikan SMA, terdapat 11,6 persen tamatan perguruan tinggi
yang juga bekerja pada sektor informal. Pada sektor formal terjadi

id
hal sebaliknya dimana 1,6 juta atau 76 persen dari 2,4 juta migran

.
risen yang bekerja pada sektor formal memiliki pendidikan SMA ke

go
atas. Hal ini mengindikasikan bahwa perpindahan tenaga kerja dalam
s.
lima tahun terakhir tidak hanya didorong oleh peluang kerja yang
p
lebih besar pada sektor formal, melainkan juga dilengkapi dengan
.b

kesesuaian pada modal dasar pendidikan migran yang cukup. Hal


w

ini mengonfirmasi pendapat Sjastaad (1962) serta Harris dan Todaro


w

(1970) mengenai peran migrasi sebagai bentuk investasi penduduk


//w

untuk memaksimalkan utilitas.


s:
tp
ht

75
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b

Gambar 4.27 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut Tingkat


w

Pendidikan dan Sektor Pekerjaan, 2021-2022


w
//w

Keterlibatan migran risen dalam sektor formal tidak hanya


s:

dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, melainkan juga pada


tp

lapangan usaha yang digelutinya. Secara umum, migran risen yang


ht

bekerja pada sektor formal tersebar secara lebih merata di setiap jenis
usaha, jika dibandingkan dengan mereka yang bekerja pada sektor
informal. Gambar 4.28 memperlihatkan bahwa keterlibatan migran
risen dalam pekerjaan di sektor formal paling banyak ditemukan
pada industri pengolahan serta perdagangan besar dan eceran.
Kedua jenis usaha ini menyerap 684 ribu orang atau 32,4 persen
migran risen pada sektor formal. Meskipun pada sektor informal
usaha perdagangan besar dan eceran juga menyerap migran risen
dalam jumlah paling besar (28,5 persen), namun pada tempat kedua
terdapat migran risen yang bekerja pada sektor pertanian, kehutanan,
dan perikanan dengan jumlah mencapai 445 ribu orang (26,2 persen).
Jumlah migran risen yang bekerja secara informal pada sektor industri
pengolahan yang jumlahnya mencapai 176 ribu orang sebagian
besar merupakan pelaku industri mikro kecil berbasis rumah tangga.
Besarnya keterlibatan migran risen dalam perdagangan dan industri

76
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
pengolahan baik secara formal maupun informal tersebut sesuai
dengan hukum migrasi Ravenstein mengenai perpindahan penduduk
dalam jarak yang jauh.

. id
go
ps.
.b
w
w
//w
s:

Gambar 4.28 Persentase Pekerja Migran Risen


tp

Menurut Lapangan Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan, 2022


ht

Perbedaan utama antara keterlibatan migran risen dalam


sektor formal dan informal terletak dalam status pekerjaan yang
dilakukan. Migran risen yang bekerja pada sektor formal memiliki
pilihan jabatan yang lebih luas seperti TNI/Polri, manajer, tenaga
profesional, serta teknisi dan asisten profesional, serta tenaga tata
usaha. Pada sektor formal, jumlah migran risen yang memegang
posisi pada ketiga jabatan tersebut mencapai 883 ribu orang atau
mencapai lebih dari 41 persen total migran risen pada sektor formal.
Pada sektor informal, persentase migran risen yang serupa terdapat
pada jabatan tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan (40,5 persen).
Hal lain yang membedakan status pekerjaan antara migran risen yang
berada dalam sektor formal dan informal adalah tingginya persentase
pekerja terampil pertanian, kehutanan, dan perikanan. Gambar 4.29

77
Pembahasan dan Analisis
menunjukkan bahwa terdapat 342 ribu migran risen atau 20 persen
yang bekerja pada jenis jabatan tersebut. Jika dibandingkan dengan
jumlah migran risen yang bekerja pada jenis jabatan yang sama pada
sektor formal, jumlah tersebut delapan kali lebih besar secara absolut.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagaimana halnya sektor perdagangan
besar dan sedang, sektor pertanian memberikan peluang yang besar
bagi para migran risen yang tidak dapat terserap pada sektor formal.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.29 Persentase Pekerja Migran Risen Menurut


Jenis Pekerjaan Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021-2022

Berdasarkan pembahasan dilakukan pada sub-bab ini dapat


disimpulkan beberapa hal terkait kondisi sosiodemografi migran
risen yang bekerja. Pertama, sebagian besar migran risen umumnya
mendapatkan pekerjaan pada sektor perdagangan, pertanian, dan
industri. Kedua, keterlibatan migran risen pada ketiga sektor tersebut
turut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditamatkan. Migran
dengan tingkat pendidikan SMA ke atas lebih banyak bekerja pada usaha
perdagangan, serta industri pengolahan. Sebagai konsekuensinya,
jenis jabatan terbanyak yang digeluti oleh migran risen adalah tenaga
usaha jasa dan tenaga penjualan. Sementara itu mereka yang bekerja

78
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
pada sektor pertanian pada umumnya berpendidikan SMA ke bawah,
sehingga berkontribusi pada jumlah pekerja terampil di pertanian,
kehutanan, dan perikanan yang cukup banyak. Faktor pendidikan
juga menjadi pembeda bagi kesempatan migran risen untuk dapat
bekerja dengan jam kerja normal atau memasuki jabatan profesional
pada sektor formal dengan peluang penghasilan lebih baik seperti
TNI/Polri, manajer, profesional, teknisi dan asisten profesional, serta
tenaga tata usaha.

4.5 Mobilitas Nonpermanen di Indonesia

. id
4.5.1 Karakteristik Sosiodemografi Pekerja Komuter

go
dan Sirkuler s.
p
Tarigan (2004) menemukan bahwa sebagian besar pelaku
.b

mobilitas sirkuler adalah laki-laki. Kasus serupa juga berlaku untuk


w

komuter. Proporsi komuter laki-laki lebih besar daripada komuter


w

perempuan. Perbedaan proporsi tersebut disebabkan karena status


//w

laki-laki sebagai kepala keluarga harus bertanggung jawab memenuhi


s:

kebutuhan hidup keluarganya dengan cara datang ke kota untuk


tp

bekerja tanpa membawa keluarganya.


ht

Kondisi ini masih berlaku hingga saat ini. Proporsi laki-laki


yang melakukan kegiatan mobilitas ulang-alik atau sirkuler masih
lebih tinggi dibandingkan perempuan. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat
disimpulkan bahwa perempuan lebih cenderung menjadi stayers atau
bekerja di lokasi yang sama dengan tempat tinggalnya. Kemungkinan
hal tersebut terkait dengan peran dan tugas perempuan dalam rumah
tangga.
Teori yang ada sampai saat ini masih sejalan dengan data
yang tersaji. Status perkawinan berpotensi memengaruhi seseorang
dalam melakukan perpindahan. Proporsi pekerja belum kawin yang
melakukan mobilitas ulang-alik cenderung lebih besar dibandingkan
yang berstatus kawin atau cerai. Sebaliknya untuk mobilitas sirkuler,
proporsi tertinggi justru berada di kelompok pekerja yang berstatus
kawin. Kemudian terdapat hal yang menarik, yaitu ditemukan bahwa
persentase pekerja yang tidak melakukan mobilitas nonpermanen

79
Pembahasan dan Analisis
(stayers) tertinggi adalah pada pekerja dengan berstatus cerai.
Persentase tertinggi pada pekerja dengan status cerai mati kemudian
dilanjutkan dengan pekerja yang berstatus cerai hidup.

Tabel 4.4 Karakteristik Sosiodemografi Pekerja


Pelaku Mobilitas
Tabel Nonpermanen,
4.4 Karakteristik 2022
Sosiodemografi
Pekerja Pelaku Mobilitas Nonpermanen, 2022

Status Mobilitas
Pekerja Pekerja
Karakteristik Stayers Total
Komuter sirkuler
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

id
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

.
Jenis Kelamin

go
Laki-laki 5 669,2 70,2 1 975,3 89,2 74 909,5 59,9 82 554,0 61,0
Perempuan 2 405,8 29,8 238,2 10,8
s. 50 098,7 40,1 52 742,8 39,0
Status Perkawinan
p
Belum kawin 2 063,6 25,6 497,1 22,5 22 143,3 17,7 24 704,0 18,3
.b

Kawin 5 625,4 69,7 1 633,4 73,8 91 541,9 73,2 98 800,7 73,0


w

Cerai hidup 223,3 2,8 52,5 2,4 3 596,1 2,9 3 871,9 2,9
Cerai mati 162,7 2,0 30,5 1,4 7 727,0 6,2 7 920,2 5,9
w

Daerah Tempat Tinggal


//w

Perkotaan 6 746,7 83,6 1 390,8 62,8 66 746,7 53,4 74 884,1 55,3


Pedesaan 1 328,3 16,4 822,7 37,2 58 261,6 46,6 60 412,6 44,7
s:

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan


Di bawah SMA 1 883,1 23,3 971,9 43,9 73 364,2 58,7 76 219,3 56,3
tp

SMA ke atas 6 191,9 76,7 1 241,6 56,1 51 644,0 41,3 59 077,5 43,7
ht

Jumlah 8 075,0 100,0 2 213,5 100,0 125 008,3 100,0 135 296,7 100,0

Pada tahun 2020 hingga 2030 negara Indonesia akan mendapat


Bonus Demografi, yaitu ketika jumlah penduduk produktif (15-64
tahun) jauh lebih besar dibandingkan jumlah penduduk tidak produktif
(0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Dengan melihat kecenderungan
bermigrasi pada kelompok umur produktif, selanjutnya akan dapat
dilacak dan dirancang bentuk kebijakan dan ketersediaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam menyongsong era tersebut.
Karakteristik pekerja komuter dan pekerja sirkuler yang
dikelompokkan menurut umur lima tahunan akan memberikan
penggambaran yang lebih detail dari pola mobilitas nonpermanen.
Ananta et al. (1996) menemukan pola migrasi menurut kelompok
umur berbeda untuk setiap kelompok umur. Terdapat puncak migrasi
di kelompok umur lima tahunan, yaitu pada usia produktif. Selain

80
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
itu, pengelompokan ini dibuat untuk melihat pola dan perbedaan
bermigrasi menurut kelompok umur terkait dengan potensi tenaga
kerja produktif yang melakukan mobilitas nonpermanen, khususnya
mobilitas ulang-alik di tahun 2022.
Alasan lain dibuat pengelompokan umur karena selektivitas
umur juga terjadi ketika ada mobilitas, khususnya mobilitas
nonpermanen (Hugo, 2001). Kebanyakan pelaku mobilitas berumur
antara 20 sampai awal 30 tahun. Setelah umur tersebut akan
terjadi penurunan mobilitas. Tetapi selektivitas ini tidak harus selalu
mengikuti aturan tersebut. Kadang pola mobilitas yang terjadi justru
kebalikannya dan bahkan tidak berpola sama sekali. Hal ini diakibatkan

id
konsep perilaku subjek yang melakukan perpindahan bersifat sangat

.
go
relatif, dengan kata lain sangat unik dan tidak dapat disamaratakan
untuk semua orang. s.
p
Saefullah (1996) mengungkapkan bahwa pada umumnya pelaku
.b

mobilitas nonpermanen terdiri dari kelompok umur potensial yaitu


w

berumur antara 20 s.d 40 tahun. Bahkan pada waktu mulai melakukan


w

mobilitas atau pergi dari daerahnya, mereka berumur rata-rata di


//w

bawah 30 tahun. Mereka masih idealis, penuh semangat dan memang


s:

sangat besar peranannya dalam pembangunan. Penduduk yang lebih


muda mempunyai kecenderungan melakukan mobilitas lebih tinggi
tp

daripada penduduk yang lebih tua. Didukung temuan Widaryatmo


ht

(2009) yang menemukan bahwa semakin tua akan semakin kecil


kecenderungan pekerja untuk melakukan mobilitas ulang-alik atau
sirkuler ke tempat lain.
Untuk kejadian mobilitas sirkuler, Mantra (1989) dalam
penelitiannya menemukan bahwa hampir 95 persen pekerja sirkuler
berumur 15 s.d 44 tahun (45 persen berusia 15 s.d 24 tahun dan 50
persen berusia 25 s,d 44 tahun), dan sisanya berusia 45 tahun ke atas.
Sama seperti migrasi, kecenderungan komuter menurun mengikuti
pola terbalik huruf U.
Berdasarkan kelompok umur (Gambar 4.30), distribusi pekerja
komuter didominasi pada kelompok usia produktif muda, yaitu 20-49
tahun. Pada tahun 2021 dan 2022, mayoritas pekerja komuter berusia
25-29 tahun, 30-34 tahun, dan 35-39 tahun dengan persentase
masing-masing kelompok umur berkisar diantara 14 hingga 17

81
Pembahasan dan Analisis
persen. Selanjutnya, pekerja komuter yang berusia 65 tahun keatas
mengalami penurunan, yaitu dari 1,3 persen pada tahun 2021 menjadi
1,1 persen pada tahun 2022.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp

Gambar 4.30 Distribusi Persentase Pekerja Komuter menurut


ht

Kelompok Umur, 2021-2022

Untuk pekerja sirkuler, apabila dilihat berdasarkan kelompok


umur (Gambar 4.31), distribusi pekerja sirkuler didominasi pada
kelompok usia produktif, yaitu 30-54 tahun. Pada tahun 2021,
mayoritas pekerja sirkuler berusia 35-39 tahun, 40-44 tahun, dan 45-
49 tahun dengan persentase masing-masing kelompok umur berkisar
diantara 16 hingga 17 persen. Kondisi ini mengalami pergeseran pada
tahun 2022, dimana kelompok umur terbesar menjadi berada pada
usia 30-34 tahun. Selanjutnya, pekerja sirkuler yang berusia 65 tahun
keatas mengalami penurunan, yaitu dari 1,8 persen pada tahun 2021
menjadi 1,1 persen pada tahun 2022.

82
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
ps.
.b
w

Gambar 4.31 Distribusi Persentase Pekerja Sirkuler


w

menurut Kelompok Umur, 2021-2022


//w
s:

Berdasarkan jenis kelamin, distribusi kelompok umur pekerja


tp

komuter antara laki-laki dan perempuan memiliki pola yang berbeda.


ht

Pada tahun 2021 dan 2022, mayoritas pekerja komuter laki-laki


berusia 25-39 tahun dengan persentase mencapai 46 hingga 48
persen. Akan tetapi, pekerja komuter perempuan cenderung berusia
lebih muda, dimana kelompok umur 20-24 telah mencapai 18 persen.
Hal ini juga terlihat terjadi pada pekerja sirkuler, bahkan pada tahun
2022, pekerja sirkuler pada kelompok umur 20-24 tahun perempuan
mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat, yaitu dari 13,7 persen
pada tahun 2021 menjadi 31,1 persen pada tahun 2022.

83
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.32 Distribusi Persentase Pekerja Komuter dan Sirkuler


menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2021-2022

Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan (Gambar 4.33),


secara umum pekerja komuter yang memiliki pendidikan SMA ke atas
berada di kelompok umur 25-29 tahun pada tahun 2021 dan 2022. Hal
ini menandakan bahwa 1 dari 5 pekerja komuter berpendidikan SMA

84
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
ke atas berusia 25-29 tahun. Sedangkan tiga kelompok umur terbesar
untuk tingkat pendidikan di bawah SMA berada pada keleompok
umur 30-34 tahun, 35-39 tahun, dan 40-44 tahun..

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:

Gambar 4.33 Distribusi Persentase Pekerja Komuter


menurut Kelompok Umur dan Tingkat Pendidikan, 2021-2022
tp
ht

Selanjutnya, untuk pekerja sirkuler, apabila dilihat dari tingkat


pendidikan yang ditamatkan (Gambar 4.34), pada tahun 2021,
mayoritas pekerja sirkuler dengan pendidikan di bawah SMA berada
pada kelompok umur 35-49 tahun, dengan persentase masing-
masing sekitar 16 hingga 17 persen. Selanjutnya, pada tahun 2022,
terjadi peningkatan pada kelompok umur muda, yaitu 25-29 dan 30-
34 tahun yang diiringi dengan penurunan signifikan pada pekerja
sirkuler di kelompok-kelompok umur berikutnya.
Hal ini juga terlihat terjadi pada pekerja sirkuler dengan
pendidikan SMA ke atas, dimana pada tahun 2022, terjadi peningkatan
signifikan pada kelompok-kelompok umur muda pada rentang 20
hingga 34 tahun, yang diiringi dengan penurunan persentase pada
pekerja sirkuler di kelompok-kelompok umur berikutnya.

85
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b

Gambar 4.34 Distribusi Persentase Pekerja Komuter


w

menurut Kelompok Umur dan Tingkat Pendidikan, 2021-2022


w
//w
s:

4.5.2 Karakteristik Ekonomi Pekerja Komuter dan Sirkuler


tp
ht

Menurut teori yang ada, mobilitas tenaga kerja berhubungan


erat dengan adanya fokus ekonomi yang terpusat di suatu wilayah
tertentu. Pusat ekonomi ini sering kali muncul dalam bentuk
pembangunan fasilitas seperti pabrik-pabrik dan proyek-proyek
serupa. Aktivitas ekonomi semacam ini kemudian memiliki dampak
yang merambat pada sektor-sektor ekonomi lainnya, yang berfungsi
sebagai pendukung dan pelengkap dalam ekosistem ekonomi
tersebut. Sejalan dengan itu, hal ini menjadi salah satu faktor yang
memikat penduduk dari wilayah-wilayah lain untuk mencari pekerjaan
di daerah yang menjadi pusat ekonomi tersebut. Fenomena ini juga
mengakibatkan perubahan fungsi wilayah perbatasan.

86
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
ps.
Gambar 4.35 Persentase Pekerja Komuter Menurut Tingkat
.b

Pendidikan yang Ditamatkan di Tiga Sektor Unggulan, 2021-2022


w
w
//w

Dalam konteks yang lebih konkret, pada Gambar 4.35, kita


dapat melihat secara jelas tentang kualitas tenaga kerja di tiga sektor
s:

utama yang menyerap pekerja komuter terbanyak. Pada tahun 2021


tp

dan 2022, mayoritas pekerja yang aktif di sektor Perdagangan Besar


ht

dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor; serta
sektor Industri Pengolahan, memiliki tingkat pendidikan SMA ke atas
yang berkisar antara 62,6 hingga 71,9 persen. Di sisi lain, mayoritas
pekerja di sektor Konstruksi pada umumnya memiliki tingkat
pendidikan SMA ke bawah, yaitu mencapai angka 51,8 persen pada
tahun 2021 dan meningkat hingga 67,3 persen pada tahun 2022
(Lampiran Tabel L.33).

87
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
Gambar 4.36 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Tingkat
.b

Pendidikan yang Ditamatkan di Tiga Sektor Unggulan, 2021-2022


w
w
//w

Sementara itu, Gambar 4.36 membahas persentase pekerja


s:

sirkuler pada tiga sektor utama yang paling banyak menyerap tenaga
tp

kerja pada tahun 2021 dan 2022. Rata-rata, persentase pekerja


ht

dengan pendidikan SMA ke atas dalam sektor-sektor ini berkisar


antara 29,3 hingga 50,0 persen. Sebagai contoh, dalam sektor
Konstruksi, hanya sekitar 29,3 persen (pada tahun 2021) dan 32,7
persen (pada tahun 2022) yang memiliki pendidikan SMA ke atas.
Sementara itu, persentase pekerja yang berpendidikan SMA ke atas
pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan
Mobil dan Sepeda Motor mencapai 39,3 persen (pada tahun 2021)
dan meningkat ke angka 50,0 persen (pada tahun 2022), sedangkan
sektor Industri Pengolahan mencapai 45,6 persen (pada tahun 2021)
dan relatif stabil yaitu pada angka 44,1 persen (pada tahun 2022)
(Lampiran Tabel L.34).

88
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
p s.
.b
w

Gambar 4.37 Persentase Pekerja Komuter Menurut Jenis Pekerjaan


w

Utama dan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, 2021-2022


//w
s:
tp

Dalam gambaran yang lebih mendetail, Gambar 4.37


ht

menggambarkan jenis pekerjaan utama yang dijalani oleh pekerja


komuter yang memiliki pendidikan SMA ke atas pada tahun 2021
dan 2022. Ditemukan bahwa mayoritas dari mereka bekerja dalam
kapasitas tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan, mencapai sekitar
24,2 persen pada tahun 2021 dan 23,5 persen pada tahun 2022.
Mereka juga memiliki peran signifikan sebagai tenaga tata usaha,
dengan proporsi sekitar 17,4 persen pada tahun 2021 dan 16,3 persen
pada tahun 2022, serta sebagai profesional, dengan angka mencapai
13,6 persen pada tahun 2021 dan meningkat hingga angka 15,5
persen pada tahun 2022. Data tersebut menunjukkan keragaman
jenis pekerjaan yang diambil oleh pekerja komuter yang memiliki
pendidikan SMA ke atas. Mayoritas dari mereka terlibat dalam
pekerjaan tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan, menandakan
daya tarik sektor ini terhadap individu berpendidikan tinggi sebagai

89
Pembahasan dan Analisis
peluang ekonomi yang menjanjikan. Keberagaman jenis pekerjaan ini
dapat dilihat sebagai tanda positif dalam menciptakan lapangan kerja
yang lebih beragam.
Selanjutnya, terdapat peningkatan yang signifikan dalam
proporsi pekerja komuter yang bekerja dalam pekerjaan profesional
antara tahun 2021 dan 2022. Ini mengindikasikan kemungkinan
pertumbuhan sektor profesional dalam periode tersebut dan
bahwa pekerja berpendidikan SMA ke atas lebih diminati dalam
jenis pekerjaan ini. Pekerjaan profesional umumnya memerlukan
keterampilan dan pendidikan yang tinggi, sehingga peningkatan ini
mencerminkan perbaikan dalam ekonomi yang lebih terdidik. Selain

id
itu, peran tenaga tata usaha, meskipun mengalami sedikit penurunan

.
go
antara tahun 2021 dan 2022, tetap signifikan. Ini menunjukkan bahwa
pekerjaan administratif dan manajemen masih memiliki permintaan
s.
yang stabil, dan pekerja berpendidikan tinggi tetap dibutuhkan dalam
p
.b

peran ini.
w

Di sisi lain, pekerja komuter yang memiliki pendidikan di bawah


w

SMA cenderung mengambil peran sebagai pekerja kasar, mencapai


//w

32,4 persen pada tahun 2021 dan 32,1 persen pada tahun 2022, serta
s:

sebagai tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan, mencapai 27,1


persen pada tahun 2021 dan turun menjadi 24,9 persen pada tahun
tp

2022. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua jenis pekerjaan ini tidak
ht

mengharuskan tingkat keahlian khusus (Lampiran Tabel L.35).

90
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
ps.
.b
w

Gambar 4.38 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Jenis Pekerjaan


w

Utama dan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, 2021-2022


//w
s:

Penting untuk dicatat bahwa sebagian besar pekerja sirkuler


tp

dengan pendidikan di bawah SMA lebih condong memilih pekerjaan


ht

sebagai pekerja kasar, dengan persentase sekitar 31,9 persen pada


tahun 2021 yang naik sedikit menjadi 32,6 persen pada tahun 2022.
Hasil ini menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat pendidikan
yang lebih rendah dengan pekerjaan fisik yang memerlukan
keterampilan khusus, seperti di sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan. Fenomena ini dapat dijelaskan oleh ketersediaan lapangan
kerja yang membutuhkan tenaga fisik yang kuat tanpa memerlukan
tingkat pendidikan yang tinggi (Koh, 2020).
Sebaliknya, pekerja sirkuler yang memiliki pendidikan SMA
ke atas lebih sering memilih karier sebagai tenaga usaha jasa dan
tenaga penjualan. Persentase mereka mencapai 16,7 persen pada
tahun 2021 dan meningkat menjadi 18,6 persen pada tahun 2022.
Penyebab peningkatan ini berkaitan dengan pertumbuhan sektor
jasa dan perdagangan yang memerlukan keterampilan komunikasi
dan interaksi sosial yang baik. Peningkatan ini juga menunjukkan

91
Pembahasan dan Analisis
bahwa pekerja sirkuler dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
cenderung mengejar pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk
berinteraksi dengan orang lain, baik dalam bidang pelayanan maupun
penjualan (Koh, 2020).
Namun, perlu diperhatikan bahwa pekerja sirkuler yang
berprofesi sebagai tenaga administrasi dan profesional memiliki
persentase yang sangat rendah dibandingkan dengan pekerja
komuter. Hal ini sejalan dengan perbedaan tingkat pendidikan antara
kedua kelompok pekerja. Pekerja komuter cenderung memiliki
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang mengarah pada peluang
yang lebih besar dalam pekerjaan administratif dan profesional. Hal

id
ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang preferensi

.
go
pekerjaan pekerja sirkuler berdasarkan tingkat pendidikan mereka.
Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya faktor pendidikan dalam
s.
memengaruhi pilihan karier pekerja sirkuler, serta implikasinya
p
.b

terhadap sektor-sektor pekerjaan tertentu yang lebih cenderung


w

menarik pekerja dengan tingkat pendidikan tertentu (Maksum et al,


w

2020).
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.39 Persentase Pekerja Komuter Menurut Status Pekerjaan


Utama dan Jam Kerja Per Minggu, 2021-2022

92
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Produktivitas pekerja mobilitas, baik permanen maupun
non permanen, dapat dinilai dari jumlah jam kerja mereka setiap
minggunya. Jam kerja normal biasanya mencakup minimal 35 jam per
minggu, yang umumnya dikenal sebagai "bekerja dengan jam kerja
normal." (Berniell dan Bietenbeck, 2020). Pembagian jumlah jam kerja
per minggu menjadi di bawah 35 jam dan minimal 35 jam per minggu
digunakan sebagai indikator dalam mengidentifikasi penganggur
terselubung, yaitu mereka yang bekerja kurang dari jam kerja normal.
Secara umum, pekerja komuter cenderung bekerja dengan jam
kerja normal, dengan hanya sebagian kecil yang bekerja di bawah jam
kerja normal, yaitu kurang dari 25 persen pada kedua tahun amatan

id
(2021 dan 2022). Tingginya persentase pekerja komuter yang bekerja

.
go
sesuai dengan jam kerja normal ini disebabkan oleh mayoritas pekerja
komuter yang memiliki status sebagai buruh, karyawan, atau pegawai
s.
(78,6 persen pada tahun 2021 dan meningkat menjadi 81,9 persen
p
.b

pada tahun 2022). Namun, tidak semua pekerja komuter dengan


w

status ini bekerja dengan jumlah jam kerja normal. Proporsi buruh,
w

karyawan, atau pegawai yang bekerja dengan jumlah jam kerja normal
//w

di atas 35 jam dalam seminggu lebih besar dibandingkan mereka


yang bekerja di bawah 35 jam dalam seminggu, baik pada tahun 2021
s:

maupun tahun 2022.


tp

Sementara itu, jika membandingkan pekerja komuter yang


ht

bekerja di bawah jam kerja normal dengan pekerja yang bekerja di


atas jam kerja normal, angka yang cukup menarik ditunjukkan pada
pekerja komuter dengan status berusaha sendiri. Pada tahun 2021,
pekerja komuter berstatus berusaha sendiri yang bekerja di bawah
jam kerja normal hanya pada angka 12,5 persen. Namun, pada tahun
2022, angka tersebut meningkat hampir dua kali lipat menjadi 21,6
persen.
Peningkatan yang relatif tajam ini menggambarkan perubahan
yang mencolok dalam perilaku kerja dan dinamika ekonomi selama
kedua periode tahun amatan. Pertama-tama, dampak pandemi
Covid-19 yang masih berlanjut telah memainkan peran penting
dalam perubahan ini (Collins et al, 2021). Pandemi ini telah mengubah
lanskap bisnis dengan mengakibatkan penurunan permintaan di
banyak sektor dan merugikan usaha kecil dan mandiri. Sebagai
respons terhadap ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh

93
Pembahasan dan Analisis
pandemi, banyak pekerja komuter yang berusaha sendiri menghadapi
penurunan pendapatan dan harus mengurangi jam kerja mereka
untuk mengurangi biaya operasional bisnis mereka.
Selanjutnya, perubahan preferensi pekerja juga memengaruhi
pola kerja. Pandemi ini memaksa individu untuk merefleksikan
prioritas mereka dalam kehidupan, termasuk sejauh mana mereka
ingin berkomitmen untuk bekerja (Abdullah et al, 2020). Adanya
pergeseran prioritas menuju fleksibilitas waktu, keseimbangan antara
pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta kualitas hidup menjadi faktor
dalam peningkatan persentase pekerja komuter yang berusaha
sendiri yang memilih jam kerja yang lebih singkat.

id
Selain itu, dari sudut pandang ekonomi, penurunan jam kerja

.
go
dapat dijelaskan sebagai strategi adaptasi terhadap perubahan
s.
ekonomi yang sulit (Anderson et al, 2021). Beberapa pekerja komuter
p
yang berusaha sendiri telah menghadapi penurunan permintaan
.b

untuk produk atau layanan mereka, dan mengurangi jam kerja bisa
w

menjadi cara untuk menjaga profitabilitas. Strategi ini bisa menjadi


w

reaksi cerdas dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang belum


//w

terselesaikan.
s:

Faktor migrasi dan mobilitas juga dapat menjadi kontributor.


tp

Beberapa pekerja komuter telah memilih untuk pindah ke daerah


ht

yang lebih terpencil atau memiliki biaya hidup yang lebih rendah.
Ini bisa menjadi bagian dari strategi mereka untuk memaksimalkan
kualitas hidup sambil menjalankan bisnis mereka (Afrianty et al, 2022).
Selain itu, kemampuan untuk bekerja dari jarak jauh (remote work)
yang diperkuat oleh teknologi telah memberikan pekerja komuter
yang berusaha sendiri fleksibilitas yang lebih besar dalam pengaturan
jam kerja mereka. (lihat Lampiran Tabel L.37)
Selanjutnya, terdapat fakta menarik mengenai persentase
pekerja sirkuler berdasarkan status pekerjaan dan jam kerja mereka.
Pekerja sirkuler yang berusaha sendiri mengalami penurunan
persentase yang cukup besar dalam bekerja di bawah jam kerja normal
(kurang dari 35 jam seminggu), turun dari 22,9 persen pada tahun
2021 menjadi 16,8 persen pada tahun 2022. Di sisi lain, pekerja sirkuler
yang berstatus buruh/karyawan/pegawai mengalami peningkatan

94
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
yang cukup signifikan dalam bekerja di atas jam kerja normal (35 jam
atau lebih seminggu), naik dari 64,0 persen pada tahun 2021 menjadi
76,1 persen pada tahun 2022.
Tingkat perubahan yang lebih tajam terlihat pada pekerja
sirkuler yang bekerja di atas jam kerja normal. Hal ini mencerminkan
pemulihan ekonomi yang kuat atau peningkatan dalam permintaan
tenaga kerja di sektor tertentu, terutama dalam status pekerjaan
"Buruh/karyawan/pegawai." Para pekerja sirkuler ini mendapati lebih
banyak peluang untuk bekerja dalam jumlah jam yang lebih lama
pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021.
Sementara itu, penurunan persentase pekerja sirkuler yang

id
berusaha sendiri yang bekerja di bawah jam kerja normal juga

.
go
mencerminkan dampak pandemi Covid-19 yang terus berlanjut pada
s.
bisnis kecil dan mandiri. Penurunan ini merupakan respons terhadap
p
ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, yang
.b

memaksa banyak pekerja berusaha sendiri untuk mengurangi jam


w

kerja guna mengurangi biaya operasional bisnis mereka (Trinugroho


w

et al, 2022).
//w

Secara sosial, pergeseran ini juga mencerminkan perubahan


s:

preferensi pekerja terkait dengan fleksibilitas waktu dan komitmen


tp

terhadap pekerjaan. Pekerja yang berusaha sendiri lebih cenderung


ht

memprioritaskan fleksibilitas daripada bekerja dalam jumlah jam


yang lebih lama, sementara pekerja dengan status "Buruh/karyawan/
pegawai" lebih siap untuk menjalani jam kerja yang lebih panjang,
yang mencerminkan adanya pemulihan sektor ketenagakerjaan (lihat
Lampiran Tabel L.38).

95
Pembahasan dan Analisis
. id
go
s.
Gambar 4.40 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Status Pekerjaan
p
Utama dan Jam Kerja Per Minggu, 2021-2022
.b
w
w

Selanjutnya, produktivitas sektoral pelaku mobilitas


//w

nonpermanen dapat dilakukan dengan melihat bagaimana


penggunaan jam kerja dalam hubungannya dengan sektor pekerjaan.
s:

Pada tahun 2021 dan tahun 2022, pekerja baik pekerja komuter
tp

maupun sirkuler yang bekerja sesuai jam kerja normal paling banyak
ht

ditemui di sektor Industri Pengolahan; Perdagangan Besar dan


Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor; dan sektor
konstruksi. Akan tetapi, persentase pekerja yang bekerja di bawah
jam kerja normal memiliki perbedaan tren pada pekerja komuter
dan sirkuler, yaitu pada pekerja komuter di tahun 2021 pada sektor
Industri Pengolahan; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor; dan Jasa Pendidikan, namun
di tahun 2022 pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor; Jasa Pendidikan; dan Jasa
Lainnya. Sedangkan pada pekerja sirkuler, di tahun 2021 dan 2022
ditunjukkan paling banyak pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan
Pergudangan; dan Pertanian, kehutanan, dan perikanan.

96
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
go
s.
Gambar 4.41 Persentase Pekerja Komuter Menurut Lapangan
p
Usaha Utama dan Jam Kerja Per Minggu, 2021-2022
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.42 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Lapangan Usaha


Utama dan Jam Kerja Per Minggu, 2021-2022

Perbedaan yang signifikan antara sektor-sektor pekerja komuter


dan sirkuler yang bekerja di atas jam kerja normal dapat dijelaskan oleh
sifat pekerjaan dan karakteristik mobilitas mereka. Sebagai contoh,
sektor-sektor yang cenderung memiliki persentase tinggi pekerja

97
Pembahasan dan Analisis
komuter yang bekerja di atas jam kerja normal, seperti konstruksi dan
industri pengolahan, sering kali memiliki kebutuhan produksi atau
proyek-proyek yang memerlukan jam kerja yang panjang. Sebaliknya,
sektor-sektor dengan persentase tinggi pekerja sirkuler yang bekerja
di atas jam kerja normal, seperti sektor pengadaan listrik dan gas,
membutuhkan pemeliharaan atau operasi kontinu yang tidak dapat
terganggu.
Perbedaan tren antara pekerja komuter dan sirkuler yang
bekerja di bawah jam kerja normal dari tahun 2021 ke tahun 2022
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor utama
adalah dampak pandemi Covid-19 yang terus berlanjut. Pada tahun

id
2021, ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh pandemi

.
go
membuat banyak pekerja komuter yang berusaha sendiri menghadapi
penurunan permintaan untuk produk atau layanan mereka, sehingga
s.
mengurangi jam kerja mereka untuk mengurangi biaya operasional.
p
.b

Namun, pada tahun 2022, seiring pemulihan ekonomi yang lebih


w

stabil, beberapa pekerja komuter telah dapat mengembalikan jam


w

kerja mereka ke tingkat normal atau bahkan meningkatkannya.


//w

Perbedaan tren antara pekerja komuter dan sirkuler yang


s:

bekerja di bawah jam kerja normal terkait dengan karakteristik


mobilitas mereka. Pekerja komuter sering kali memiliki pekerjaan yang
tp

memungkinkan mereka untuk bekerja dari lokasi yang berbeda atau


ht

memiliki fleksibilitas dalam jadwal kerja mereka. Sebaliknya, pekerja


sirkuler terikat dengan pekerjaan yang memerlukan kehadiran fisik
di tempat kerja dan memiliki keterbatasan dalam mengatur jadwal
mereka. Dalam konteks ini, pekerja komuter yang bekerja di bawah
jam kerja normal memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk mengurangi
jam kerja mereka sesuai kebutuhan mereka, sementara pekerja
sirkuler memiliki keterbatasan ini (Hidayati, 2021).
Kaitan dengan pengangguran terselubung juga dapat
diidentifikasi dalam perbedaan tren ini (Liboreiro, 2022). Pekerja
komuter yang bekerja di bawah jam kerja normal memiliki kesempatan
untuk mencari pekerjaan tambahan atau mengembangkan usaha
sampingan sebagai respons terhadap penurunan jam kerja mereka. Ini
dapat menjadi strategi untuk mengatasi pengangguran terselubung,
di mana individu tetap dalam pekerjaan mereka yang ada tetapi

98
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
mencari sumber pendapatan tambahan. Di sisi lain, pekerja sirkuler
yang bekerja di bawah jam kerja normal memiliki lebih sedikit opsi
untuk mencari pekerjaan tambahan atau mengembangkan usaha
sampingan karena keterbatasan mobilitas dan jadwal kerja mereka
yang ketat.

. id
go
ps.
.b
w
w
//w

Gambar 4.43 Persentase Pekerja Komuter Menurut Tingkat


s:

Pendidikan yang Ditamatkan dan Sektor Pekerjaan, 2021-2022


tp
ht

Tingkat pendidikan dikenal sebagai faktor penentu sektor


pekerjaan, dengan semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
baik pekerjaan yang mereka miliki. Teori Mincer (1978) menekankan
bahwa tingkat pendidikan adalah faktor utama dalam membedakan
pekerjaan dan pendapatan, melebihi pengaruh umur dan pengalaman.
Dalam konteks mobilitas pekerja komuter, terlihat dalam Gambar
4.43 bahwa pekerja dengan pendidikan SMA ke atas secara signifikan
terserap dalam pekerjaan formal, mencapai 82,4 persen pada tahun
2021 dan 82,8 persen pada tahun 2022. Fenomena ini pun terjadi pada
pekerja sirkuler. Ini sejalan dengan penelitian oleh Ehrenberg dan
Smith (2002) yang menunjukkan bahwa investasi dalam pendidikan
tinggi menghasilkan manfaat yang lebih besar, seperti peluang
pekerjaan yang lebih baik dengan upah yang lebih tinggi, jaminan
sosial, serta kondisi dan lingkungan kerja yang lebih baik.

99
Pembahasan dan Analisis
. id
go
s.
Gambar 4.44 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Tingkat
p
.b

Pendidikan yang Ditamatkan dan Sektor Pekerjaan, 2021-2022


w
w

Situasi berbeda dialami oleh pekerja dengan tingkat pendidikan


//w

yang lebih rendah, yang tidak memenuhi syarat untuk pekerjaan


s:

formal. Mereka cenderung terpaksa bekerja di sektor informal,


tp

dengan konsekuensi berupa ketidakamanan ekonomi dan tingkat


kesejahteraan yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan adanya
ht

kecenderungan yang jelas bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan


mereka, semakin besar kemungkinan mereka bekerja di sektor
formal. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan, semakin
besar kemungkinan mereka bekerja di sektor informal (Hoppers,
2006).

100
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
. id
Gambar 4.45 Persentase Pekerja Komuter Menurut Lapangan

go
Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021-2022
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.46 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Lapangan Usaha


Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021-2022

Selanjutnya, dalam konteks lapangan usaha dan status formal


informal, pekerja komuter yang memiliki status informal secara
dominan berada di sektor-sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor dengan persentase
di atas 35 persen baik di tahun 2021 maupun 2022, diikuti oleh sektor
Konstruksi dengan persentase 18,0 persen pada tahun 2021 dan
menurun menjadi 16,6 persen di tahun 2022, dan Transportasi serta

101
Pembahasan dan Analisis
Pergudangan dengan persentase yang relatif stabil di kedua periode
yaitu di atas 11 persen. Di sisi lain, pekerja komuter dengan status
formal lebih banyak terkonsentrasi di industri Pengolahan dengan
persentase di atas 20 persen di tahun 2021 dan 2022 dan sektor
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan
Sepeda Motor.
Pekerja komuter dengan status informal yang mendominasi
sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan
Mobil dan Sepeda Motor, sejalan dengan karakteristik sektor informal
yang cenderung memiliki lebih banyak peluang pekerjaan yang
fleksibel, terutama untuk pekerja tanpa kontrak formal. Hal ini juga

id
mencerminkan kenyataan bahwa sektor perdagangan sering kali

.
go
merupakan salah satu sektor yang tahan terhadap fluktuasi ekonomi.
Sektor Konstruksi, yang juga mendominasi dalam jumlah pekerja
s.
komuter informal, mencerminkan sifat konstruksi yang sering kali
p
.b

mempekerjakan pekerja harian atau pekerja kontrak, yang cenderung


w

termasuk dalam kategori informal. Kendati demikian, konstruksi juga


w

merupakan sektor yang sensitif terhadap perubahan siklus ekonomi


//w

(Wijayaningtyas et al, 2022).


s:

Ketika membicarakan pekerja komuter dengan status


formal, industri Pengolahan mendominasi. Hal ini karena industri
tp

ini umumnya memerlukan tingkat kualifikasi yang lebih tinggi dan


ht

beroperasi dalam lingkungan kerja yang lebih terstruktur. Pengolahan


juga sering kali melibatkan pekerjaan yang membutuhkan pelatihan
khusus dan kontrak formal. Perdagangan juga tetap menjadi sektor
yang signifikan dalam pekerja komuter formal, menunjukkan bahwa
sektor ini memberikan peluang baik bagi pekerja dengan status formal
dan informal. Namun, penting untuk dicatat bahwa pekerja komuter
formal di sektor Pengolahan dan Perdagangan mengalami perlakuan
yang lebih baik dalam hal upah, jaminan sosial, dan keamanan kerja
dibandingkan dengan pekerja yang memiliki status informal (Pratomo
dan Manning, 2022).
Selanjutnya, pekerja sirkuler dapat dilihat status formal dan
informal menurut lapangan usaha tertampil pada Gambar 4.46.
Pekerja sirkuler yang mendominasi sektor konstruksi, baik yang
berstatus formal maupun informal, mencerminkan karakteristik

102
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
sektor konstruksi itu sendiri. Konstruksi sering kali melibatkan proyek-
proyek yang bersifat sementara dan membutuhkan pekerjaan fisik,
yang dapat menarik pekerja dengan pola perpindahan yang sesuai
dengan siklus proyek-proyek tersebut. Baik formal maupun informal,
pekerja sirkuler di sektor ini sering kali mengikuti proyek-proyek yang
berlokasi di berbagai wilayah, mengharuskan mereka melakukan
perjalanan secara berkala.
Pergeseran yang terjadi antara tahun 2021 dan 2022 dalam
dominasi pekerja sirkuler baik yang berstatus formal maupun
informal di sektor konstruksi dan perdagangan mencerminkan
dinamika mobilitas tenaga kerja yang dipengaruhi oleh faktor

id
ekonomi, kebijakan, dan perubahan proyek. Teori mobilitas tenaga

.
go
kerja menjadi kunci dalam memahami fenomena ini (Smith,
2006). Pekerja sirkuler di sektor konstruksi, yang pada tahun 2021
s.
mendominasi, mencerminkan karakteristik pekerjaan yang sering
p
.b

kali bersifat proyek-to-proyek dan memerlukan mobilitas pekerja.


w

Namun, pada tahun 2022, pengecilan gap antara sektor konstruksi


w

dan perdagangan dapat dijelaskan oleh pemulihan ekonomi yang


//w

memicu peningkatan aktivitas di sektor perdagangan. Peningkatan ini


dapat menghasilkan peningkatan permintaan akan pekerja sirkuler
s:

dalam perdagangan. Selain itu, perubahan kebijakan dan prioritas


tp

proyek juga dapat memengaruhi dinamika ketenagakerjaan. Dalam


ht

analisis lebih mendalam, pemahaman tentang mobilitas tenaga kerja


dan respons terhadap perubahan dalam berbagai sektor menjadi
kunci dalam perencanaan kebijakan ketenagakerjaan yang responsif
dan berkelanjutan di Indonesia.

103
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
Gambar 4.47 Persentase Pekerja Komuter Menurut Jenis Pekerjaan
.b

Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021-2022


w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.48 Persentase Pekerja Sirkuler Menurut Jenis Pekerjaan


Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021-2022

104
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Berikutnya adalah analisis tentang perubahan jumlah pekerja
komuter menurut jenis pekerjaan utama dan status formal-informal
antara tahun 2021 dan 2022 yang tertampil pada Gambar 4.47 dan
Gambar 4.48 yang memberikan wawasan yang menarik tentang
dinamika ketenagakerjaan di Indonesia.
Peningkatan yang relatif lebih tinggi pada tahun 2021 dan 2022
pada sektor informal terutama dalam tenaga usaha jasa dan tenaga
penjualan mencerminkan potensi adaptabilitas pekerja informal
terhadap perubahan ekonomi dan pasar kerja. Sifat pekerjaan ini
sering kali memungkinkan fleksibilitas dan mobilitas yang lebih besar,
yang dapat dimanfaatkan untuk mengejar peluang kerja yang muncul

id
atau menghindari sektor yang terlalu terdampak oleh perubahan

.
go
ekonomi.
s.
Namun, penurunan yang signifikan pada Pekerja Terampil
p
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menunjukkan dampak negatif
.b

pandemi atau perubahan dalam dinamika sektor tersebut. Penurunan


w

ini mencerminkan perubahan dalam permintaan dan pasokan produk


w

pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mempengaruhi pekerjaan


//w

di sektor ini.
s:

Pekerja komuter formal, dengan persentase yang relatif stabil


tp

antara tahun 2021 dan 2022 pada seluruh jenis pekerjaan utama,
ht

mencerminkan stabilitas sektor formal dalam ketenagakerjaan. Ini


dapat mengindikasikan bahwa pekerja formal cenderung memiliki
kontrak kerja yang lebih stabil dan perlindungan sosial yang lebih
baik, yang mengurangi fluktuasi dalam mobilitas pekerja mereka.
Sebagai akibatnya, pekerja komuter formal kurang dipengaruhi oleh
perubahan ekonomi yang signifikan dibandingkan dengan rekan-
rekan mereka yang berstatus informal.
Secara keseluruhan, gambaran pekerja komuter menurut
formal-informal dan jenis pekerjaan utamanya menggambarkan
perbedaan dalam respons pekerja formal dan informal terhadap
perubahan ekonomi dan dinamika sektor. Pekerja komuter informal
cenderung lebih responsif terhadap perubahan dan mencari peluang
kerja yang lebih mudah. Di sisi lain, pekerja komuter formal cenderung
lebih stabil dalam pekerjaan mereka, namun memiliki akses yang lebih
terbatas ke peluang yang baru. Ini menyoroti pentingnya perencanaan

105
Pembahasan dan Analisis
kebijakan yang memperhitungkan perbedaan ini untuk mendukung
pekerja komuter dalam menghadapi tantangan yang berkaitan dengan
perubahan ekonomi dan ketenagakerjaan (Farbenblum, 2013).
Di sisi lain, pekerja sirkuler formal mengalami fluktuasi yang
relatif lebih tajam antara tahun 2021 dan 2022, dengan perbedaan
yang signifikan terlihat pada pekerja sirkuler tenaga tata usaha
yang naik dari 5,9 persen pada tahun 2021 menjadi 9,6 persen pada
tahun 2022. Penyebab fluktuasi ini melibatkan beberapa faktor.
Pertama, perubahan dalam permintaan pasar kerja formal dapat
mempengaruhi penyerapan pekerja sirkuler dalam berbagai sektor.
Kedua, kebijakan perusahaan atau sektor yang memengaruhi struktur

id
tenaga kerja formal juga dapat memengaruhi jumlah pekerja sirkuler.

.
go
Ketiga, perubahan dalam jenis pekerjaan yang tersedia dalam sektor
formal dapat mempengaruhi komposisi pekerja sirkuler.
s.
p
Dominasi pekerja sirkuler informal oleh pekerja kasar, dengan
.b

hampir separuh dari mereka pada tahun 2021 dan 40,3 persen pada
w

tahun 2022, mencerminkan karakteristik sektor informal yang sering


w

kali melibatkan pekerjaan yang memerlukan keterampilan fisik atau


//w

pekerjaan tanpa kontrak formal. Penurunan yang relatif kecil dalam


s:

persentase pekerja kasar ini dari tahun 2021 ke tahun 2022 dapat
mencerminkan sifat pekerjaan tersebut yang lebih stabil dalam
tp

menghadapi fluktuasi ekonomi dibandingkan dengan jenis pekerjaan


ht

lainnya. Namun, perlu diingat bahwa pekerja kasar cenderung


memiliki akses terbatas terhadap perlindungan sosial dan keamanan
kerja.
Penting untuk menekankan bahwa fluktuasi dan perubahan
dalam komposisi pekerja sirkuler formal dan informal mencerminkan
dinamika ekonomi, kebijakan ketenagakerjaan, dan perubahan dalam
permintaan tenaga kerja. Pemerintah dan pemangku kepentingan
harus memantau tren ini dengan cermat dan merancang kebijakan
yang sesuai untuk mendukung kesejahteraan pekerja sirkuler,
termasuk perlindungan sosial dan pelatihan keterampilan yang sesuai
dengan jenis pekerjaan mereka.

106
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
4.5.3 Karakteristik Aksesibilitas Pekerja Komuter
dan Sirkuler
Mobilitas yang dilakukan oleh pekerja tidak semata-mata
ditentukan oleh kemauan mereka sendiri, melainkan oleh ketersediaan
sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan tersebut (Hugo,
2001). Hubungan antara peningkatan ketersediaan sarana dan
prasarana di satu sisi dengan peningkatan sosial ekonomi di sisi lain
melahirkan dua konsekuensi logis. Di satu sisi perjalanan pribadi akan
semakin mudah dan relatif murah sehingga sangat memungkinkan
individu untuk menjangkau berbagai tempat untuk bekerja. Proses
ini kemudian diperkuat dengan adanya penetrasi media massa yang

id
menayangkan iklan lowongan pekerjaan yang memungkinkan untuk

.
go
bekerja di luar wilayah tempat tinggal.
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.49 Persentase Pekerja Komuter menurut Jenis


Transportasi yang Digunakan, 2021

107
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:

Gambar 4.50 Persentase Pekerja Komuter menurut Jenis


tp

Transportasi yang Digunakan, 2022


ht

Gambar 4.49 dan 4.50 tidak menunjukkan adanya perubahan


pola moda transportasi yang digunakan oleh pekerja komuter. Pada
tahun 2021 dan 2022, sebagian besar pekerja komuter menggunakan
moda transportasi pribadi/dinas untuk ke tempat kerjanya. Terjadi
sedikit peningkatan penggunaan moda transportasi pribadi/dinas
dari 90 persen pada 2021 menjadi 93 persen pada 2022. Penggunaan
transportasi umum oleh pekerja komuter menurun 2,1 persen pada
2022. Sedangkan moda transportasi online dan jalan kaki masing-
masing hanya di bawah 1 persen.

108
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
4.6 Mobilitas Pekerjaan di Indonesia
Untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik, tenaga kerja
sering kali harus melakukan perpindahan pekerjaan. Perpindahan
pekerjaan dapat terjadi secara sukarela maupun terpaksa. Secara
sukarela, tenaga kerja dapat berhenti dari pekerjaannya saat ini dan
mencari pekerjaan di lokasi lain. Jika pekerjaan baru tersebut berada di
tempat yang jauh dari lokasi asal pekerja, maka mereka memerlukan
perubahan lokasi tempat tinggal. Akibatnya mobilitas pekerjaan akan
diikuti dengan migrasi. Sementara jika pekerjaan baru terletak pada
jarak tempuh yang memungkinkan perjalanan pergi pulang setiap
hari, maka pekerja akan menjadi komuter. Apabila pekerjaan berada

id
di tempat yang jauh, namun pekerja tidak mampu melepaskan

.
go
ikatan dengan tempat tinggal asalnya maka mereka akan menjalani
s.
mobilitas sirkuler. Upaya pekerja untuk menyesuaikan jenis dan lokasi
p
pekerjaan baru tersebut dilakukan untuk mendapatkan pendapatan
.b

yang lebih layak maupun akibat perubahan kondisi ekonomi yang


w

mengharuskan terhentinya aktivitas ekonomi sebelumnya.


w

Perpindahan pekerjaan lebih sering terjadi pada kelompok


//w

umur antara 25 hingga 34 tahun. Pada kelompok usia tersebut,


s:

tenaga kerja telah mulai memahami lingkungan kerja, namun masih


tp

memiliki peluang untuk mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih


ht

menjanjikan. Penduduk pada awal usia 25 merupakan awal bagi


penduduk berpendidikan tinggi untuk mencari pekerjaan. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase perpindahan pekerjaan penduduk
usia SMA ke atas sebesar 47,9 persen. Mereka pada umumnya
memiliki tingkat pengetahuan dan keahlian yang lebih baik sehingga
relatif tidak mengalami kesulitan ketika ingin berpindah pekerjaan.
Selain itu, kelompok usia 25 tahun ke atas juga mewakili perpindahan
pekerjaan pada penduduk kawin yang jumlahnya mencapai 67,4
persen. Bagi kelompok usia di bawah 25 serta di atas 34 tahun, terdapat
perpindahan pekerjaan yang jumlahnya juga cukup besar. Namun
secara umum jumlah penduduk yang berpindah pekerjaan memiliki
pola sebaran kelompok umur berbentuk huruf “U” terbalik, dengan
puncak mendekati usia 30an. Semakin tua usia sorang pekerja, maka
peluangnya untuk berpindah pekerjaan semakin mengecil.

109
Pembahasan dan Analisis
. id
go
p s.
.b

Gambar 4.51 Persentase pekerja Menurut Kelompok Umur dan


w

Alasan Pindah Pekerjaan, 2022


w
//w

Karakteristik umur, status perkawinan, dan pendidikan


s:

merupakan hal penting dalam menjelaskan mengapa seseorang


tp

berpindah pekerjaan. Hasil Sakernas 2022 menunjukkan bahwa pada


ht

kelompok 15-24 tahun, alasan terbesar berhenti pada pekerjaan


sebelumnya adalah karena alasan internal seperti pendapatan
kurang memuaskan, atau kurang cocok dengan lingkungan kerja.
Pada kelompok umur 25-34, alasan berhenti kerja yang berasal
dari eksternal seperti PHK, usaha terhenti/bangkrut, dan habis
masa kerja/kontrak mulai meningkat sehingga seimbang dengan
alasan internalnya. Semakin tua usia seorang tenaga kerja, maka
tingkat kematangan dan pengalaman semakin meningkat. Akibatnya
proporsi berhenti bekerja karena alasan internal semakin berkurang,
digantikan oleh alasan eksternal dan alasan lainnya seperti karena
mengurus rumah tangga. Selain alasan tersebut, masih terdapat satu
hal yang tidak dapat diabaikan yaitu berhenti bekerja karena dampak
pandemi Covid-19. Pada tahun 2022, secara umum terdapat 480 ribu
pekerja (4,9 persen) yang terdampak langsung oleh pandemi Covid-19
dan telah bekerja kembali. Mengingat jumlah pekerja terdampak

110
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Covid-19 yang jauh lebih besar dari angka tersebut, maka masih
terdapat pekerjaan berat bagi pemerintah dan dunia usaha untuk
dapat menyelesaikan situasi tersebut secepatnya.

4.7 Pengalaman Bekerja di Luar Negeri


Pemenuhan kebutuhan hidup merupakan sebuah kewajiban
yang tidak dapat dihindari. Cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut
yaitu dengan memiliki penghasilan yang sesuai atau bahkan melebihi
dari kebutuhan yang seharusnya untuk mencapai tingkat kehidupan
yang sejahtera (Soemitra et al, 2023). Perkembangan zaman dan

id
tingginya kebutuhan hidup di Indonesia mengakibatkan banyak

.
go
generasi muda yang mencari rezeki ke negara lain (Widodo, 2009).
Keterbatasan lapangan pekerjaan, disparitas pertumbuhan ekonomi
s.
global/regional, dan kemajuan teknologi transportasi dan informasi
p
.b

menjadi alasan pendorong sebagian masyarakat di Indonesia mencari


pekerjaan ke luar negeri (Ndarujati, 2021).
w
w

Fenomena pekerja Indonesia di luar negeri memiliki dampak


//w

positif bagi Indonesia diantaranya mengurangi tingkat pengangguran


dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan perekonomian
s:

Indonesia. Adanya pekerja Indonesia di luar negeri mampu


tp

menyumbang devisa melalui remitansi ke Indonesia hingga lebih dari


ht

USD 8 miliar per tahun (Sumas, 2020). Akan tetapi, di sisi lain adanya
pekerja Indonesia di luar negeri juga menimbulkan dampak negatif,
yaitu adanya risiko terjadinya perlakuan kekerasan, permasalahan
status keimigrasian, perdagangan orang, pemerasan. Selain itu,
beberapa permasalahan hukum juga akan bermunculan apabila
pekerja Indonesia di luar negeri tidak diberikan suatu pelindungan
dimulai dari sebelum dan saat bekerja, serta kepulangan ke Indonesia
(Widodo dan Belgradoputra, 2019).
Berdasarkan hasil Sakernas 2022, seperti yang ditampilkan
pada Gambar 4.52, lebih dari separuh pekerja di luar negeri atau
sekitar 56 persen adalah mereka yang pernah bekerja di Malaysia.
Di Negara Malaysia banyak dibutuhkan tenaga kerja formal maupun
informal terutama pada perkebunan serta kepentingan individu
warga negaranya. Kebanyakan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di

111
Pembahasan dan Analisis
Malaysia merupakan asisten rumah tangga, pembantu sektor tenaga
kerja perkebunan dan sebagainya (Soemitra et al, 2023). Selanjutnya,
Arab Saudi menjadi negara kedua dengan persentase pekerja
terbanyak dari Indonesia (7,6 persen). Sementara itu negara lainnya
yang banyak menjadi tujuan pekerja Indonesia yaitu Singapura (6,2
persen), Taiwan (5,3 persen), dan Hongkong (4,1 persen).

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 4.52 Persentase Pekerja yang Pernah Bekerja di Luar


Negeri Menurut Negara, 2022

Apabila dilihat dari tingkat Pendidikan tertinggi yang ditamatkan,


Sebagian besar pekerja Indonesia di luar negeri (lebih dari 58,7 persen)
berpendidikan SMA ke bawah.

112
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
id
.
go
ps.
.b
w
w

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


//w
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
5.1 Kesimpulan
Mobilitas tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh situasi
perekonomian global dan nasional. Pada tahun 2022, kondisi
perekonomian global telah menggambarkan tanda-tanda pemulihan,
sementara situasi secara nasional menunjukkan capaian terbaik
selama delapan tahun terakhir. Hal ini direspons oleh pasar tenaga
kerja melalui terjadinya pergeseran jumlah penduduk yang masuk
dalam angkatan kerja, serta menurunnya tingkat pengangguran.
Namun kesenjangan persebaran aktivitas ekonomi antar wilayah yang
terjadi di Indonesia telah mendorong sebagian tenaga kerja untuk

id
melakukan mobilitas antar wilayah. Hal ini terlihat dari meningkatnya

.
jumlah tenaga kerja yang menjadi migran risen sebesar 0,3 persen

go
poin, serta peningkatan jumlah komuter sebesar 0,4 persen poin.
s.
Pada sisi lain, penurunan yang terjadi pada mobilitas sirkuler sebesar
p
0,2 persen poin mengindikasikan berkurangnya kegiatan bekerja yang
.b

bersifat musiman.
w
w

Arah dan tujuan mobilitas tenaga kerja di Indonesia mengalir


//w

dari daerah-daerah dengan sumber daya alam terbatas, atau


memiliki budaya merantau menuju pusat-pusat perdagangan dan
s:

industri. Pada tahun 2022, daerah yang memiliki persentase tenaga


tp

kerja migran risen terbesar terdapat di Provinsi Kepulauan Riau, DI


ht

Yogyakarta, dan Sulawesi Tenggara. Dua provinsi yang disebutkan


pertama sejak beberapa dekade terakhir merupakan daerah tujuan
migrasi karena Provinsi Kepulauan Riau menyediakan peluang
pekerjaan di sektor industri, sedangkan DI Yogyakarta memiliki daya
tarik di bidang pendidikan dan pariwisata. Provinsi Sulawesi Tenggara
menjadi primadona tujuan migrasi risen baru seiring dengan
meningkatnya aktivitas sektor pertambangan dan dibukanya industri
pengolahan barang tambang. Meskipun sumber migran di ketiga
provinsi tersebut berasal dari wilayah yang relatif dekat, namun sering
kali pola mobilitas tersebut melibatkan perpindahan antarpulau.
Pada pola migrasi non-permanen, kegiatan komuter lebih banyak
ditemukan terjadi di wilayah aglomerasi metropolitan. Persentase
komuter terbesar masih didominasi oleh perjalanan antar kabupaten/
kota di Pulau Jawa seperti di Provinsi DKI Jakarta, DI, Yogyakarta,
Banten, dan Jawa Barat. Di luar Pulau Jawa, kegiatan komuter yang

115
Kesimpulan dan Saran
cukup banyak juga dapat di temukan di Provinsi Bali. Meskipun secara
umum terdapat peningkatan jumlah komuter, namun pada separuh
provinsi di Indonesia, jumlah komuter justru mengalami penurunan.
Situasi ini terutama dapat ditemukan di Provinsi Jawa Tenaga, Jawa
Timur, serta wilayah lain di Indonesia bagian timur. Penurunan juga
terjadi pada persentase pekerja sirkuler yang selama ini didominasi
oleh penduduk Pulau Jawa seperti Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur. Di luar Pulau Jawa, mobilitas sirkuler juga cukup
banyak ditemukan di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Lampung, serta Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Jika ditinjau menurut karakteristiknya, migrasi risen, migrasi

id
sirkuler, dan komuter untuk bekerja pada umumnya dilakukan oleh

.
go
penduduk berpendidikan SMA ke atas. Migran risen serta komuter
dengan tingkat pendidikan tersebut lebih banyak terserap pada
s.
sektor formal, sementara migran yang memiliki tingkat pendidikan di
p
.b

bawahnya cenderung bergelut pada sektor informal. Yang menarik,


w

meskipun serapan sektor formal dan informal relatif berimbang,


w

namun terdapat perbedaan tingkat produktivitas yang cukup


//w

mencolok. Migran risen yang bekerja pada sektor formal memiliki


jam kerja lebih panjang, dengan konsentrasi kegiatan pada sektor
s:

perdagangan serta industri pengolahan. Migran risen pada sektor


tp

informal juga didominasi oleh mereka yang bekerja pada kegiatan


ht

perdagangan, namun memiliki proporsi pekerja pertanian yang cukup


besar dengan rata-rata waktu bekerja kurang dari 35 jam per minggu.
Mereka yang bekerja pada sektor formal lebih banyak didominasi
oleh para profesional, pekerja administrasi, serta tenaga usaha jasa
dan tenaga penjualan. Sementara migran risen pada sektor informal
selain didominasi oleh tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan yang
besar, juga memiliki jumlah pekerja terampil pertanian, kehutanan,
dan perikanan yang cukup besar.
Kegiatan migrasi risen lebih banyak dilakukan pada kelompok
usia 20-39 tahun. Meskipun terdapat perbedaan jumlah, namun tidak
terdapat perbedaan pola sebaran kelompok umur yang mencolok
antara penduduk laki-laki dan perempuan migran risen serta komuter.
Pada kelompok komuter, terdapat sebaran yang lebih merata dengan
rentang usia yang lebih lebar antara 20 hingga 49 tahun. Pola yang
hampir sama ditemukan pada pekerja sirkuler yang sebagian besar

116
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
didominasi penduduk berumur 25 hingga 39 tahun. Meskipun
pekerja sirkuler lebih banyak didominasi oleh penduduk laki-laki,
namun pada tahun 2022 terdapat lonjakan pekerja sirkuler usia 20-
24 tahun perempuan hingga dua kali lipat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Secara umum, pola distribusi jumlah migran
risen dan komuter menurut kelompok umur membentuk kurva “U”
terbalik, dengan puncak pada pertengahan usia 20an. Peluang untuk
melakukan kegiatan mobilitas kemudian semakin mengecil seiring
dengan bertambahnya usia.
Selain melalui perpindahan atau perjalanan antar wilayah di
Indonesia, mobilitas tenaga kerja juga dapat dilakukan antar negara.

id
Indonesia merupakan salah satu pengirim tenaga kerja dalam jumlah

.
go
besar ke negara terdekat seperti Malaysia dan Singapura. Selain
ke negara tetangga, sejumlah besar pekerja migran Indonesia juga
s.
banyak yang terserap dalam pasar kerja di Arab Saudi, Hongkong,
p
.b

dan Taiwan. Di negara-negara tetangga, pekerja migran Indonesia


w

lebih banyak berkecimpung sebagai buruh di kegiatan perkebunan


w

serta perdagangan, dan jasa lainnya. Umumnya mereka bekerja


//w

sebagai tenaga penjualan dan tenaga usaha jasa, pekerja terampil di


pertanian, serta tenaga kasar. Sementara di negara-negara seperti
s:

Arab Saudi, Hongkong, dan Taiwan, pekerja migran Indonesia bekerja


tp

pada sektor jasa yang melayani rumah tangga, misalnya sebagai


ht

asisten rumah tangga, pengasuh, maupun perawat. Pada satu sisi,


dominasi dari jenis pekerjaan yang dilakukan di negara-negara tujuan
utama migrasi internasional tersebut tidak terlepas dari rendahnya
tingkat pendidikan pekerja migran Indonesia. Meskipun demikian,
terdapat sejumlah pekerja migran Indonesia yang juga bekerja sebagai
profesional maupun asisten profesional di negara-negara lainnya.
Selain perpindahan tenaga kerja antar wilayah, mobilitas
tenaga kerja juga berlangsung dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lainnya. Selama satu tahun terakhir, tujuh dari seratus pekerja
memiliki pengalaman bekerja sebelumnya. Perpindahan pekerjaan
sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan
pendidikan. Tenaga kerja laki-laki, berusia muda, dan berstatus kawin
yang berhenti kerja dalam setahun terakhir lebih berpeluang untuk
mendapatkan pekerjaan baru. Pada pekerja berusia muda, alasan
berhenti lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi internal. Namun,

117
Kesimpulan dan Saran
pekerja berusia muda juga memiliki fleksibilitas pekerjaan yang lebih
tinggi. Pekerja usia muda yang terdampak pandemi Covid-19 juga
lebih besar peluangnya untuk terserap kembali dalam pasar tenaga
kerja. Semakin tua usia seorang pekerja, semakin kecil peluangnya
untuk berhenti bekerja, dan semakin menurun pula pengaruh faktor
internalnya. Pekerja yang telah berusia lebih matang lebih banyak
dipengaruhi situasi eksternal maupun alasan keluarga ketika berhenti
bekerja.

5.2 Saran

id
Mobilitas penduduk maupun mobilitas tenaga kerja mempunyai

.
go
dampak pada perubahan penduduk secara makro maupun terhadap
lingkup kehidupan individu pada tingkat mikro. Pelaku mobilitas
s.
komuter yang diduga akan semakin banyak di masa mendatang
p
.b

akan membawa perubahan pada dua kondisi. Pertama, sarana


dan prasarana transportasi yang kian dibutuhkan para komuter
w
w

hendaknya menjadi pemikiran bagi para pembuat kebijakan agar


//w

lebih memberikan perhatian secara fokus dan kontinu terhadap


ketersediaan sarana dan prasarana publik, khususnya untuk
s:

transportasi yang layak, mudah diakses, aman, nyaman, dan ramah


tp

penduduk terutama untuk para lansia.


ht

Kedua, pendapatan/penghasilan lebih besar yang diperoleh


saat bekerja di luar kabupaten/kota tempat tinggal dibandingkan
ketika bekerja di dalam kabupaten/kota tempat tinggal, digunakan
untuk memenuhi biaya hidup yang lebih murah di tempat tinggalnya,
membuat rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga sebagai
pekerja komuter dan pekerja sirkuler mampu menyisakan selisihnya
untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya atau bahkan dijadikan
tabungan. Hal ini akan memengaruhi konsumsi dan perekonomian
wilayah tempat tinggal para pelaku mobilitas nonpermanen sehingga
mampu mengurangi ketimpangan perekonomian antarwilayah.
Diperkirakan akan semakin banyak pekerja yang memilih menetap
di daerah pinggiran meskipun bekerja di kota-kota besar. Kebutuhan
perumahan bagi para pekerja komuter harus dipersiapkan oleh
pemerintah daerah.

118
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Temuan juga menunjukkan bahwa turnover paling banyak
ditemui pada tenaga kerja dengan usia relatif muda (25-34 tahun).
Dengan demikian, serapan lapangan usaha yang sesuai dengan bidang
pendidikan dan skill tenaga kerja perlu ditingkatkan. Kebijakan terkait
pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pada lapangan
pekerjaan di masa depan. Pemerintah harus mampu meyakinkan
penduduk untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi melalui pemberian bantuan beasiswa, akses yang lebih mudah
dan murah serta memperhatikan aspek pemerataan pendidikan bagi
seluruh penduduk Indonesia.
Terkait dengan tingginya arus perpindahan di pasar kerja,

id
pemerintah perlu melakukan kajian khusus tentang arus perputaran

.
go
tenaga kerja serta studi tentang keterkaitan antara pendidikan dan
lapangan usaha. Dengan demikian pemerintah dapat mengambil
s.
langkah yang lebih konkret dan akurat. Badan Pusat Statistik selaku
p
.b

badan profesional penyedia dan diseminasi data mempunyai


w

kemampuan dan berpotensi menjadi mitra pemerintah dalam


w

melakukan studi tersebut.


//w

Terkait dengan kebijakan di pasar kerja, pemerintah perlu memberi


s:

perhatian akan tingginya angka turnover tenaga kerja. Pemerintah


bersama dengan pengusaha dan tenaga kerja perlu duduk bersama
tp

dan merumuskan hal-hal yang terkait dengan perputaran tenaga kerja.


ht

Relatif banyaknya tenaga kerja yang melakukan mobilitas lapangan


pekerjaan dan status pekerjaan juga harus mendapat perhatian lebih
dari pemerintah. Gejala ini perlu dikaji lebih mendalam baik oleh
BPS maupun para peneliti yang menggeluti kajian tentang mobilitas
pekerjaan untuk melihat lebih jauh determinan yang memengaruhi
tenaga kerja melakukan hal tersebut.
Migrasi internasional yang dilakukan penduduk Indonesia
mayoritas didominasi oleh mereka yang berpendidikan relatif rendah
dan bekerja pada sektor informal di luar negeri. Peningkatan sumber
daya manusia di dalam negeri perlu ditingkatkan, selaras dengan
kebijakan pemerintah untuk mengoptimalkan migrasi internasional
oleh migran berketerampilan tinggi di sektor formal.

119
Kesimpulan dan Saran
Dalam tatanan makro, pemerintah hendaknya menyelaraskan
arah pembangunan ekonomi makro dengan penyerapan tenaga kerja
di tiap sektor ekonomi. Mobilitas lapangan pekerjaan harus seiring
dengan transformasi ekonomi. Mobilitas status pekerjaan sebaiknya
sejalan dengan kualifikasi tenaga kerja.
Informasi tentang indikator mobilitas lapangan pekerjaan
maupun status pekerjaan yang lebih akurat sangat dibutuhkan
dalam melakukan studi mobilitas tenaga kerja. Diharapkan di masa
mendatang BPS mampu melaksanakan survei khusus terkait mobilitas
spasial dengan lebih detail dan juga mengangkat isu dan pertanyaan
yang terkait dengan mobilitas pekerjaan, ataupun mobilitas sosial jika

id
memungkinkan

.
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

120
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
ht
tp

DAFTAR PUSTAKA
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
. id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad, Charitha Dias, Deepti Muley, and Md Shahin.


2020. “Exploring the Impacts of COVID-19 on Travel Behavior
and Mode Preferences.” Transportation Research
InterdisciplinaryPerspectives 8: 100255.
Aditjandra, Paulus Teguh, Xinyu Cao, and Corinne Mulley. 2012.
“Understanding Neighbourhood Design Impact on Travel
Behaviour: An Application of Structural Equations Model to a
British Metropolitan Data.” Transportation Research Part A:
Policy and Practice 46 (1): 22–32. https://doi.org/10.1016/

id
j.tra.2011.09.001.

.
go
Afrianty, Tri Wulida, I GustiLanangSuta Artatanaya, and John Burgess.
s.
2022. “Working from Home Effectiveness during Covid-19:
p
Evidence from University Staff in Indonesia.” Asia Pacific
.b

Management Review 27 (1): 50–57.


w
w

Ananta, Aris, and Chotib. 1996. “Mobilitas Penduduk Dan Pembangunan


//w

Daerah Analisis SUPAS 1995 (Indonesia).” Jakarta.


s:

Anderson, Bridget, Friedrich Poeschel, and Martin Ruhs. 2021.


tp

“Rethinking Labour Migration: Covid-19, Essential Work, and


Systemic Resilience.” Comparative Migration Studies 9: 1–19.
ht

Barbosa, Hugo, Marc Barthelemy, Gourab Ghoshal, Charlotte R James,


Maxime Lenormand, Thomas Louail, Ronaldo Menezes, José J
Ramasco, Filippo Simini, and Marcello Tomasini. 2018. “Human
Mobility: Models and Applications.” Physics Reports 734: 1–74
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.physrep.2018.01.001.
Ben-Akiva, Moshe, and Terry J Atherton. 1977. “Methodology for Short-
Range Travel Demand Predictions: Analysis of Carpooling
Incentives.” Journal of Transport Economics and Policy 11 (3):
224–61.
Berniell, Inés, and Jan Bietenbeck. 2020. “The Effect of Working Hours
on Health.” Economics & Human Biology 39: 100901.
Bogue, Donald J, and Warren S Thompson. 1949. “Migration and
Distance.” American Sociological Review 14 (2): 236–44. https://

123
Daftar Pustaka
doi.org/10.2307/2086856.
Boyd, M. 1989. “Family and Personal Networks in International
Migration: Recent Developments and New Agendas.” Int Migr
Rev 23 (3): 638–70.
Burgess, Simon M. 2016. “Human Capital and Education: The State of
the Art in the Economics of Education.”
Clark, William A V, Youqin Huang, and Suzanne Withers. 2003. “Does
Commuting Distance Matter? Commuting Tolerance and
Residential Change.” Regional Science and Urban Economics
33: 199–221.

id
Collins, Caitlyn, Liana Christin Landivar, Leah Ruppanner, and William J

.
go
Scarborough. 2021. “COVID‐19 and the Gender Gap in Work
Hours.” Gender, Work & Organization 28: 101–12.
p s.
Czaika, Mathias, and Constantin Reinprecht. 2022. “Migration Drivers:
.b

Why Do People Migrate?” In Introduction to Migration Studies:


w

An Interactive Guide to the Literatures on Migration and


w

Diversity, edited by Peter Scholten, 49–82. Cham: Springer


//w

International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-030-


s:

92377-8_3.
tp

Darini, Ririn, and Dyah Ayu Anggraeni. 2021. “The Life of Deli Tobacco
ht

Plantation’s Workers in East Sumatera, 1880-1930.” Indonesian


Historical Studies; Vol 5, No 1 (2021)DO - 10.14710/Ihis.
V5i1.11150 , June. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/ihis/
article/view/11150.
Dustmann, Christian, and Albrecht Glitz. 2011. “Migration and Education.”
In Handbook of the Economics of Education, 4:327–439. Elsevier.
Ehrenberg, Ronald, Robert Smith, and Kevin Hallock. 2021. Modern Labor
Economics: Theory and Public Policy. Routledge.
Farbenblum, Bassina, Eleanor Taylor-Nicholson, and Sarah Paoletti.
2013. “Migrant Workers’ Access to Justice at Home: Indonesia.”
Public Law Research Paper, no. 13–26.
Flothmann, E. 1993. “Migration and the Life Course.” Bull Methodol Sociol.
39: 45–58.

124
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
González, Marta C., César A. Hidalgo, and Albert László Barabási.
2008. “Understanding Individual Human Mobility Patterns.”
Nature 453 (7196): 779–82. https://doi.org/10.1038/
nature06958.
Gregson, Nicky. 2023. “Work, Labour and Mobility: Opening up a Dialogue
between Mobilities and Political Economy through Mobile Work.”
Mobilities, January, 1–15. https://doi.org/10.1080/17450101.20
22.2158041.
Haas, Hein De. 2020. “Paradoxes of Migration and Development.”
In Routledge Handbook of Migration and Development, edited
by T Bastia and R Skeldon, 1st ed., 17–31. New York, NY:

id
Routledge.

.
go
Haley, Aimee. 2017. “Defining Geographical Mobility: Perspectives
s.
from Higher Education.” Geoforum 83: 50–59. https://doi.org/
p
https://doi.org/10.1016/j.geoforum.2017.04.013.
.b
w

Harris, John R, and Michael P Todaro. 1970. “Migration, Unemployment


w

and Development: A Two-Sector Analysis.” The American


//w

Economic Review 60 (1): 126–42. http://www.jstor.org/


stable/1807860.
s:
tp

Hidayati, Inayah. 2021. “Daily Commute of Circular Migrant in Greater


ht

Jakarta: A Review.” Jo-DEST: Journal of Demography, Etnography,


and Social Transformation 1 (1): 14–23.
Hoppers, Wim. 2006. Non-Formal Education and Basic Education Reform:
A Conceptual Review. ERIC.
Hugo, Graeme J. 2001. “Population Mobility and HIV/AIDS in Indonesia.”
Adelaide.
Hugo, Graeme J. 1982. “Circular Migration in Indonesia.” Population and
Development Review 8 (1): 59–83. https://doi.org/10.2307
/1972690.
———. 2013. “What We Know About Circular Migration and Enhanced
Mobility.” 7. Policy Brief.
Islam, Md Rabiul, and Jean-Daniel M Saphores. 2022. “An L.A. Story:
The Impact of Housing Costs on Commuting.” Journal of Transport
Geography 98: 103266. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/

125
Daftar Pustaka
j.jtrangeo.2021.103266.
Kelley, Lisa C, Nancy Lee Peluso, Kimberly M Carlson, and Suraya Afiff.
2020. “Circular Labor Migration and Land-Livelihood Dynamics
in Southeast Asia’s Concession Landscapes.” Journal of Rural
Studies 73: 21–33.
Koh, David. 2020. “Migrant Workers and COVID-19.” Occupational and
Environmental Medicine 77 (9): 634–36.
Lee, Everett S. 1966. “A Theory of Migration.” Demography 3 (1): 47–57.
https://doi.org/10.2307/2060063.
Li, Qirui, and Cyrus Samimi. 2023. “Assessing Human Mobility and Its

id
Climatic and Socioeconomic Factors for Sustainable Development

.
go
in Sub-Saharan Africa.” Sustainability. https://doi.org/10.3390/
s.
su151511661.
p
Liboreiro, Pablo R. 2022. “Estimating Disguised Unemployment in Major
.b

Middle-Income Countries by Means of Non-Linear Input-Output


w

Analysis, 2000–2014.” Economic Systems Research, 1–24.


w
//w

Madianou, Mirca, and Daniel Miller. 2013. Migration and New Media:
Transnational Families and Polymedia. Routledge.
s:
tp

Maksum, Ali, Ching-lung Tsay, and Ali Muhammad. 2020. “Indonesian


ht

Migrant Workers in Taiwan: The State Dilemma and People’s


Realities.” Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 24 (1): 80–96.
Mantra, Ida Bagus. 1989. “Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa Ke Kota
Di Indonesia.” Yogyakarta.
Massey, Douglas S. 1990. “Social Structure, Household Strategies, and the
Cumulative Causation of Migration.” Population Index 56 (1):
3–26. https://doi.org/10.2307/3644186.
Mincer, Jacob. 1978. “Family Migration Decisions.” Journal of Political
Economy 86 (5): 749–73.
Montanari, Armando. 2005. “Human Mobility, Global Change and Local
Development.” Belgeo 1 (2): 7–18.
Ndarujati, Damasus. 2021. “Peran Kementerian Ketenagakerjaan
Republik Indonesia Dalam Mengatasi Masalah Pekerja Migran
Indonesia Di Taiwan.” Jurnal Sosial Dan Sains 1 (1): 17–29.

126
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Ng, Thomas W H, Kelly L Sorensen, Lillian T Eby, and Daniel C Feldman. 2007.
“Determinants of Job Mobility: A Theoretical Integration and
Extension.” Journal of Occupational and Organizational
Psychology 80 (3): 363–86. https://doi.org/https://doi.org/
10.1348/096317906X130582.
Nuvolati, Giampaolo. 2014. “Commuting BT - Encyclopedia of Quality
of Life and Well-Being Research.” In , edited by Alex C Michalos,
1119–21. Dordrecht: Springer Netherlands. https://doi.org/
10.1007/978-94-007-0753-5_488.
Paul, Anju Mary, and Brenda S A Yeoh. 2021. “Studying Multinational

id
Migrations, Speaking Back to Migration Theory.” Global

.
Networks 21 (1): 3–17.

go
Petzold, Knut. 2020. “Migration, Commuting, or a Second Home?
s.
Insights from an Experiment Among Academics.” Eur J Popul. 36 (2):
p
.b

277–315.
w

Pooley, Colin G., Jean Turnbull, and Mags Adams. 2005. “Mobility,
w

Family and the Life Course.” In A Mobile Century?: Changes in


//w

Everyday Mobility in Britain in the Twentieth Century, 1st ed., 1–12.


s:

Routledge.
tp

Pratomo, Devanto Shasta, and Chris Manning. 2022. “Structural


ht

Change and Formal Sector Employment Growth in Indonesia.”


Journal of Southeast Asian Economies 39 (1): 1–20.
Purnomo, Rochmat Aldy. 2016. Ekonomi Kreatif Pilar Pembangunan
Indonesia. Ziyad Visi Media.
Ravenstein, E. G. 1889. “The Laws of Migration.” Journal of the Royal
Statistical Society 52 (2): 241–305.
Reitsma, René F., and Dick Vergoossen. 1988. “A Causal Typology of
Migration: The Role of Commuting.” Regional Studies 22 (4): 331–40.
https://doi.org/10.1080/00343408812331345010.
Rouwendal, Jan, and Piet Rietveld. 1994. “Changes in Commuting
Distances of Dutch Households.” Urban Studies 31 (9): 1545–57.
Saefullah, Djaja H. A. 1996. “Mobilitas Internal Nonpermanen.” In
Mobilitas Penduduk Di Indonesia, edited by Aris Ananta and
Chotib. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi

127
Daftar Pustaka
Universitas Indonesia dan Kantor Menteri Negara
Kependudukan/BKKBN.
Santoso, Budi Imam, Puji Hardati, and Erni Suharini. 2019. “Submit
in Any of the Following Roles If You Would like to Be Able to Edit
and Publish This Submission Yourself: Journal Manager.” Edu
Geography 7 (1): 11–18.
Schneider, J, and B Parusel. 2011. “Circular and Temporary Migration:
Empirical Evidence, Current Policy Practice and Future Options in
Germany.” Nürnberg.
Selenko, Eva, Sarah Bankins, Mindy Shoss, Joel Warburton, and Simon

id
Lloyd D Restubog. 2022. “Artificial Intelligence and the Future of

.
Work: A Functional-Identity Perspective.” Current Directions in

go
Psychological Science 31 (3): 272–79. https://doi.org/10.1177/
s.
09637214221091823.
p
.b

Sheehan, Connor M, and Fernando Riosmena. 2013. “Migration,


w

Business Formation, and the Informal Economy in Urban Mexico.”


w

Social Science Research 42 (4): 1092–1108.


//w

Sheller, Mimi, and John Urry. 2006. “The New Mobilities Paradigm.”
s:

Environment and Planning A 38: 207–26.


tp

Simpson, Brad. 2021. “Indonesian Transmigration and the Crisis of


ht

Development, 1968–1985.” Diplomatic History 45 (2): 268–84.


https://doi.org/10.1093/dh/dhaa087.
Sjaastad, Larry A. 1962. “The Costs and Returns of Human Migration.”
Journal of Political Economy 70: 80–93.
Smith, Chris. 2006. “The Double Indeterminacy of Labour Power: Labour
Effort and Labour Mobility.” Work, Employment and Society 20 (2):
389–402.
Soemitra, Andri, Chaerona Artha Lubis, Razkiatul Fitri Matondang,
Fariz Rizwan Siregar, and Zeny Novita Marpaung. 2023. “Analisis
Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Bekerja Ke Luar Negeri
(Studi Kasus: Dusun XII, Desa Tebing Tanjung Selamat,
Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat).” Journal Of
Human And Education (JAHE) 3 (2): 361–64.
Srivastava, Ravi. 2020. “Understanding Circular Migration in India:

128
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Its Nature and Dimensions, the Crisis under Lockdown and the
Response of the State.” Institute for Human Development,
Centre for Employment Studies Working Paper Series-WP 4:
2020.
Stark, Oded, and David E Bloom. 1985. “The New Economics of Labor
Migration.” The American Economic Review 75 (2): 173–78.
http://www.jstor.org/stable/1805591.
Stouffer, Samuel A. 1940. “Intervening Opportunities: A Theory
Relating Mobility and Distance.” American Sociological Review 5 (6):
845–67. https://doi.org/10.2307/2084520.

id
Sumas, Sugiarto. 2020. “Evaluasi Pembekalan Akhir Pemberangkatan

.
Bagi Pekerja Migran Indonesia Di Luar Negeri.” Jurnal Widyaiswara

go
Indonesia 1 (3): 130–39. s.
Suzuki, Tsutomu, and Sohee Lee. 2012. “Jobs–Housing Imbalance, Spatial
p
.b

Correlation, and Excess Commuting.” Transportation Research


w

Part A: Policy and Practice 46 (2): 322–36. https://doi.org/10.1016/


w

j.tra.2011.10.004.
//w

Tarigan, Herlina. 2004. “Proses Adaptasi Migran Sirkuler: Kasus Migran


s:

Asal Komunitas Perkebunan The Rakyat Cianjur, Jawa Barat.”


tp

SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian 4 (2). https://ojs.unud.ac.id/


ht

index.php/soca/article/view/4046.
Trinugroho, Irwan, Putra Pamungkas, Jamal Wiwoho, Sylviana
Maya Damayanti, and Teddie Pramono. 2022. “Adoption of Digital
Technologies for Micro and Small Business in Indonesia.” Finance
Research Letters 45: 102156.
United Nations Economic Commission for Europe. 2017. Defining and
Measuring Circular Migration. Geneva: United Nations.
Wee, Bert van. 2009. “Self Selection: A Key to a Better Understanding of
Location Choices, Travel Behaviour and Transport Externalities?”
Transport Reviews 29 (3): 279–92. https://doi.org/10.1080/
01441640902752961.
Weinberg, Daniel H. 1979. “The Determinants Intra-Urban Household.”
Regional Science and Urban Economics 9: 219–46.
Widaryatmo. 2009. “Karakteristik Pekerja Pelaku Mobilitas Non

129
Daftar Pustaka
permanen Indonesia 2007.” Universitas Indonesia.
Widerstedt, Barbro. 1998. “Moving or Staying? Job Mobility as a Sorting
Process.” Umeå Economic Studies. Umeå University, Department
of Economics. https://econpapers.repec.org/RePEc:hhs:
umnees:0464.
Widodo, Hartono, and R Jossi Belgradoputra. 2019. “Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia.” Binamulia Hukum 8 (1): 107–16.
Widodo, Nurdin. 2009. “PERMASALAHAN TENAGA KERJA INDONESIA DI
DAERAH ASAL Studi Kasus Kabupaten Tulungagung J Awa Timur.”
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesejah

id
teraan Sosial 14 (1): 33–46.

.
go
Wijayaningtyas, Maranatha, Kukuh Lukiyanto, Ellysa Nursanti, and
Dimas Indra Laksmana. 2022. “The Effect of Economical
s.
Phenomenon on Informal Construction Workers Earnings within
p
.b

Covid-19 Pandemic: A Mixed Method Analysis.” Heliyon 8 (8).


w

Wouterse, Fleur. 2010. “Migration and Technical Efficiency in Cereal


w

Production: Evidence from Burkina Faso.” Agricultural


//w

Economics 41 (5): 385–95. https://doi.org/https://doi.org/


s:

10.1111/j.1574-0862.2010.00452.x.
tp

Zelinsky, Wilbur. 1971. “The Hypothesis of the Mobility Transition.”


ht

Geographical Review 61 (2): 219–49. https://doi.org/10.2307


/213996.
Zhou, Taomo. 2019. Migration in the Time of Revolution: China, Indonesia,
and the Cold War. Cornell University Press.
Zipf, George Kingsley. 1946. “The P1 P2/D Hypothesis: On the Intercity
Movement of Persons.” American Sociological Review 11 (6):
677–86. https://doi.org/10.2307/2087063.

130
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
LAMPIRAN
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
Lampiran 1
Tabel Persentase Pekerja Migran dan Non Migran Risen
menurut Provinsi Tujuan, 2021 – 2022

2021 2022
Non Non
Provinsi Migran Migran
Migran Jumlah Migran Jumlah
Risen Risen
Risen Risen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 2,1 97,9 100,0 2,2 97,8 100,0
Sumatera Utara 2,7 97,3 100,0 3,9 96,1 100,0
Sumatera Barat 3,6 96,4 100,0 4,7 95,3 100,0
Riau 2,3 97,7 100,0 2,7 97,3 100,0
Jambi 1,6 98,4 100,0 1,9 98,1 100,0
Sumatera Selatan 1,5 98,5 100,0 2,1 97,9 100,0
Bengkulu 1,8 98,2 100,0 2,8 97,2 100,0

id
Lampung 2,0 98,0 100,0 2,6 97,4 100,0

.
Bangka Belitung 2,4 97,6 100,0

go
3,6 96,4 100,0
Kepulauan Riau 5,8 94,2 100,0 6,0 94,0 100,0
s.
DKI Jakarta 3,7 96,3 100,0 2,4 97,6 100,0
p
Jawa Barat 2,4 97,6 100,0 2,7 97,3 100,0
.b

Jawa Tengah 2,7 97,3 100,0 2,9 97,1 100,0


w

DI Yogyakarta 3,9 96,1 100,0 5,2 94,8 100,0


w

Jawa Timur 2,1 97,9 100,0 2,0 98,0 100,0


Banten 1,2 98,8 100,0 1,8 98,2 100,0
//w

Bali 3,4 96,6 100,0 3,2 96,8 100,0


s:

Nusa Tenggara Barat 3,9 96,1 100,0 4,3 95,7 100,0


tp

Nusa Tenggara Timur 3,6 96,4 100,0 3,9 96,1 100,0


ht

Kalimantan Barat 1,7 98,3 100,0 2,3 97,7 100,0


Kalimantan Tengah 2,5 97,5 100,0 3,7 96,3 100,0
Kalimantan Selatan 2,5 97,5 100,0 3,8 96,2 100,0
Kalimantan Timur 2,8 97,2 100,0 3,3 96,7 100,0
Kalimantan Utara 3,4 96,6 100,0 4,3 95,7 100,0

Sulawesi Utara 1,7 98,3 100,0 2,3 97,7 100,0


Sulawesi Tengah 2,3 97,7 100,0 2,6 97,4 100,0
Sulawesi Selatan 2,5 97,5 100,0 3,1 96,9 100,0
Sulawesi Tenggara 3,7 96,3 100,0 5,0 95,0 100,0
Gorontalo 2,1 97,9 100,0 2,5 97,5 100,0
Sulawesi Barat 2,6 97,4 100,0 2,7 97,3 100,0

Maluku 2,9 97,1 100,0 3,9 96,1 100,0


Maluku Utara 3,4 96,6 100,0 2,8 97,2 100,0
Papua Barat 4,2 95,8 100,0 4,5 95,5 100,0
Papua 1,5 98,5 100,0 1,3 98,7 100,0

Indonesia 2,5 97,5 100,0 2,8 97,2 100,0

133
Lampiran
Lampiran 2
Tabel Tiga Besar Provinsi Asal Pekerja Migran Risen
beserta Provinsi Tujuannya, 2021-2022

2021 2022
Provinsi Tempat Provinsi Tempat Provinsi Tempat
Tinggal Sekarang Tinggal 5 Tahun Tinggal 5 Tahun
Urutan Persentase Persentase
(Provinsi Tujuan yang Lalu yang Lalu
(%) (%)
Migran) (Provinsi Asal (Provinsi Asal
Migran) Migran)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 1 Sumatera Utara 40,8 Sumatera Utara 52,0
2 DKI Jakarta 11,1 Jawa Barat 7,6
3 Kepulauan Riau 9,4 Jawa Tengah 5,7

id
Sumatera Utara 1 Riau 22.1 Riau 22,1

.
2 Aceh 13.5 DKI Jakarta 13,3

go
3 Jawa Barat 12.1 Aceh 13,0
Sumatera Barat 1 Riau s. 26,0 Riau 22,3
2 Jawa Barat 13,0 Jawa Barat 12,8
p
3 DKI Jakarta 12,0 DKI Jakarta 10,4
.b

Riau 1 Sumatera Utara 33,6 Sumatera Utara 37,3


w

2 Sumatera Barat 23,2 Sumatera Barat 18,6


w

3 Kepulauan Riau 11,9 Kepulauan Riau 11,5


//w

Jambi 1 Sumatera Barat 21,2 Riau 16,4


2 Riau 16,7 Sumatera Barat 13,8
3 Sumatera Selatan 11,7 Jawa Barat 9,9
s:

Sumatera Selatan 1 Lampung 24,5 Lampung 17,9


tp

2 Jawa Barat 13,3 Jawa Barat 10,7


ht

3 DKI Jakarta 8,8 Jambi 9,3


Bengkulu 1 Sumatera Selatan 33,7 Sumatera Selatan 29,4
2 Sumatera Barat 9,2 Sumatera Barat 12,9
3 Kepulauan Riau 7,0 DKI Jakarta 6,3
Lampung 1 Banten 20,5 DKI Jakarta 18,6
2 Sumatera Selatan 18,1 Sumatera Selatan 18,4
3 Jawa Barat 17,1 Jawa Barat 13,2
Kepulauan Bangka 1 Sumatera Selatan 22,2 Lampung 19,4
Belitung 2 Banten 13,4 Sumatera Selatan 14,8
3 Jawa Barat 9,8 Jawa Barat 11,1
Kepulauan Riau 1 Sumatera Barat 22,7 Sumatera Utara 19,8
2 Sumatera Utara 21,7 Sumatera Barat 19,1
3 Riau 10,8 Jawa Tengah 8,8
DKI Jakarta 1 Jawa Barat 36,3 Jawa Barat 39,9
2 Jawa Tengah 17,6 Banten 17,6
3 Banten 11,8 Jawa Tengah 16,4
Jawa Barat 1 DKI Jakarta 44,4 DKI Jakarta 48,7
2 Jawa Tengah 18,9 Banten 11,5
3 Banten 8,2 Jawa Tengah 11,1

134
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 2
Tabel Tiga Besar Provinsi Asal Pekerja Migran Risen
beserta Provinsi Tujuannya, 2021-2022 (Lanjutan)

2021 2022
Provinsi Tempat Provinsi Tempat Provinsi Tempat
Tinggal Sekarang Tinggal 5 Tahun Tinggal 5 Tahun
Urutan Persentase Persentase
(Provinsi Tujuan yang Lalu yang Lalu
(%) (%)
Migran) (Provinsi Asal (Provinsi Asal
Migran) Migran)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jawa Tengah 1 DKI Jakarta 24,7 DKI Jakarta 27,2
2 Jawa Barat 23,7 Jawa Barat 21,1
3 Banten 8,5 Banten 10,6

id
DI Yogyakarta 1 Jawa Tengah 27,8 Jawa Tengah 26,4
2 Jawa Barat 20,2 Jawa Barat 10,3

.
go
3 Jawa Timur 10,9 DKI Jakarta 9,9
Jawa Timur 1 Luar Negeri 21,7 Luar Negeri 29,6
2 Jawa Tengah
p s.11,8 Bali 13,2
3 Bali 10,1 DKI Jakarta 9,6
.b

Banten 1 DKI Jakarta 43,1 DKI Jakarta 42,2


2 Jawa Barat 21,4 Jawa Barat 24,5
w

3 Jawa Tengah 13,1 Jawa Timur 6,2


w

Bali 1 Jawa Timur 37,6 Jawa Timur 34,2


//w

2 Nusa Tenggara
15,8 Nusa Tenggara Timur 24,1
Timur
s:

3 DKI Jakarta 10,5 Nusa Tenggara Barat 8,0


Nusa Tenggara Barat 1 Luar Negeri 49,4 Luar Negeri 55,9
tp

2 Bali 12,7 Bali 9,6


ht

3 Jawa Timur 5,4 Kalimantan Timur 4,3


Nusa Tenggara 1 Jawa Timur 15,5 Jawa Timur 14,3
Timur 2 Bali 14,0 Bali 13,3
3 Sulawesi Selatan 11,7 Luar Negeri 13,2
Kalimantan Barat 1 Luar Negeri 41,7 Luar Negeri 36,0
2 Jawa Timur 9,7 Jawa Tengah 13,8
3 DKI Jakarta 9,5 Jawa Timur 9,2
Kalimantan Tengah 1 Jawa Tengah 21,0 Jawa Tengah 33,9
2 Jawa Timur 20,0 Kalimantan Selatan 23,5
3 Kalimantan Selatan 14,1 Jawa Timur 11,0
Kalimantan Selatan 1 Kalimantan Tengah 23,0 Kalimantan Tengah 23,3
2 Jawa Timur 20,7 Jawa Timur 19,8
3 Kalimantan Timur 9,1 Kalimantan Timur 17,2
Kalimantan Timur 1 Jawa Timur 22,2 Jawa Timur 22,5
2 Sulawesi Selatan 20,6 Sulawesi Selatan 16,4
3 Kalimantan Selatan 7,7 Jawa Tengah 10,5
Kalimantan Utara 1 Sulawesi Selatan 37,4 Sulawesi Selatan 31,9
2 Sulawesi Utara 10,1 Jawa Timur 15,4
3 Sulawesi Barat 8,7 Kalimantan Timur 12,2

135
Lampiran
Lampiran 2
Tabel Tiga Besar Provinsi Asal Pekerja Migran Risen
beserta Provinsi Tujuannya, 2021 - 2022 (Lanjutan)

2021 2022
Provinsi Tempat Provinsi Tempat Provinsi Tempat
Tinggal Sekarang Tinggal 5 Tahun Tinggal 5 Tahun
Urutan Persentase Persentase
(Provinsi Tujuan yang Lalu yang Lalu
(%) (%)
Migran) (Provinsi Asal (Provinsi Asal
Migran) Migran)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Sulawesi Utara 1 Gorontalo 18,8 Gorontalo 23,9
2 DKI Jakarta 12,4 Papua 12,9

id
3 Sulawesi Selatan 9,6 Papua Barat 7,0

.
Sulawesi Tengah 1 Sulawesi Selatan 37,4 Sulawesi Selatan 29,3

go
2 Sulawesi Utara 10,1 Sulawesi Utara 10,3
3 Sulawesi Barat s. 8,7 Kalimantan Timur 8,5
Sulawesi Selatan 1 Kalimantan Timur 18,3 Kalimantan Timur 16,2
p
2 Luar Negeri 16,5 Luar Negeri 13,3
.b

3 Sulawesi Tengah 11,6 Sulawesi Barat 9,4


w

Sulawesi Tenggara 1 Sulawesi Selatan 31,6 Sulawesi Selatan 35,5


w

2 Luar Negeri 12,6 Maluku 11,6


3 Papua 9,7 Kalimantan Timur 6,4
//w

Gorontalo 1 Sulawesi Utara 51,0 Sulawesi Utara 38,3


2 Sulawesi Tengah 12,3 Sulawesi Tengah 32,9
s:

3 Jawa Barat 9,4 Sulawesi Selatan 5,9


tp

Sulawesi Barat 1 Sulawesi Selatan 55,7 Sulawesi Selatan 54,3


ht

2 Sulawesi Tengah 12,5 Kalimantan Timur 15,4


3 Kalimantan Timur 11,7 Luar Negeri 8,5
Maluku 1 Papua 15,0 Jawa Timur 21,8
2 Sulawesi Selatan 12,7 Sulawesi Selatan 11,1
3 Papua Barat 11,4 DKI Jakarta 10,1
Maluku Utara 1 Sulawesi Utara 14,8 Sulawesi Tenggara 12,9
2 Sulawesi Selatan 14,5 Sulawesi Selatan 12,9
3 Jawa Tengah 11,0 Sulawesi Utara 11,5
Papua Barat 1 Sulawesi Selatan 18,2 Maluku 24,4
2 Maluku 17,1 Papua 18,4
3 Papua 13,1 Jawa Timur 11,8
Papua 1 Sulawesi Selatan 31,7 Sulawesi Selatan 34,1
2 Maluku 9,2 Jawa Timur 14,1
3 Jawa Timur 8,3 Maluku 11,4

136
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 3
Tabel Distribusi Pekerja Migran Risen
menurut Provinsi di Indonesia, 2021-2022

Pekerja Migran Risen


Provinsi
2021 2022
(1) (2) (3)
Aceh 1,5 1,4
Sumatera Utara 5,9 7,3
Sumatera Barat 2,8 3,3
Riau 2,2 2,2
Jambi 0,8 0,9
Sumatera Selatan 2,0 2,4

id
Bengkulu 0,6 0,8

.
go
Lampung 2,6 3,0
Bangka Belitung 0,5 0,7
Kepulauan Riau 1,9
p s. 1,8

DKI Jakarta 5,5 3,0


.b

Jawa Barat 16,3 16,5


w

Jawa Tengah 14,6 14,1


w

DI Yogyakarta 2,7 3,1


//w

Jawa Timur 13,3 11,2


Banten 2,1 2,7
s:

Bali 2,6 2,2


tp

Nusa Tenggara Barat 3,2 3,1


Nusa Tenggara Timur 3,1 3,0
ht

Kalimantan Barat 1,3 1,6


Kalimantan Tengah 1,0 1,3
Kalimantan Selatan 1,6 2,1
Kalimantan Timur 1,5 1,5
Kalimantan Utara 0,4 0,4

Sulawesi Utara 0,6 0,7


Sulawesi Tengah 1,1 1,1
Sulawesi Selatan 3,1 3,6
Sulawesi Tenggara 1,5 1,8
Gorontalo 0,4 0,4
Sulawesi Barat 0,6 0,5

Maluku 0,7 0,8


Maluku Utara 0,6 0,4
Papua Barat 0,6 0,6
Papua 0,9 0,7
Indonesia 100,0 100,0

137
Lampiran
Lampiran 4
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada Provinsi Terpilih, 2021

Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan


Provinsi
Di Bawah SMA SMA ke Atas
(1) (2) (3)
Sumatera Utara 26,3 73,7
Sumatera Barat 31,9 68,1
DKI Jakarta 22,4 77,6
Jawa Barat 28,4 71,6
Jawa Tengah 43,0 57,0
DI Yogyakarta 18,6 81,4

id
Jawa Timur 38,0 62,0

.
Nusa Tenggara Barat 45,2 54,8

go
Nusa Tenggara Timur 34,7 65,3
Sulawesi Selatan 40,0 s. 60,0
p
.b
w
w
//w

Lampiran 4a
s:

Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut


tp

Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada Provinsi Terpilih, 2022


ht

Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan


Provinsi
Di Bawah SMA SMA ke Atas
(1) (2) (3)
Sumatera Utara 26,9 73,1
Sumatera Barat 32,9 67,1
Lampung 41,2 58,8
DKI Jakarta 30,2 69,8
Jawa Barat 32,5 67,5
Jawa Tengah 48,3 51,7
DI Yogyakarta 20,1 79,9
Jawa Timur 40,0 60,0
Nusa Tenggara Timur 40,6 59,4
Sulawesi Selatan 43,8 56,2

138
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 5
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen
menurut Sektor Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2021

Sektor Pekerjaan
Provinsi
Formal Informal
(1) (2) (3)
Sumatera Utara 53,3 46,7
Sumatera Barat 47,7 52,3
DKI Jakarta 83,2 16,8
Jawa Barat 68,9 31,1
Jawa Tengah 51,4 48,6
DI Yogyakarta 61,5 38,5

id
Jawa Timur 53,8 46,2

.
Nusa Tenggara Barat 27,7 72,3

go
Nusa Tenggara Timur 42,5 57,5
Sulawesi Selatan 44,1 s. 55,9
p
.b
w
w
//w
s:

Lampiran 5a
tp

Tabel Persentase Pekerja Migran Risen


ht

menurut Sektor Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2022

Sektor Pekerjaan
Provinsi
Formal Informal
(1) (2) (3)
Sumatera Utara 49,6 50,4
Sumatera Barat 46,6 53,4
Lampung 41,9 58,1
DKI Jakarta 72,0 28,0
Jawa Barat 62,7 37,3
Jawa Tengah 47,7 52,3
DI Yogyakarta 60,1 39,9
Jawa Timur 49,2 50,8
Nusa Tenggara Timur 42,9 57,1
Sulawesi Selatan 49,5 50,5

139
Lampiran
Lampiran 6
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut
Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih, 2021

Lapangan Usaha Utama


Provinsi
Pertanian Manufaktur Jasa-jasa
(1) (2) (3) (4)
Sumatera Utara 25,3 14,4 60,3
Sumatera Barat 20,4 19,1 60,5
DKI Jakarta 0,0 18,7 81,2
Jawa Barat 3,1 28,5 68,4
Jawa Tengah 11,7 31,8 56,5
DI Yogyakarta 6,7 21,6 71,6
Jawa Timur 16,6 23,5 59,9

id
Nusa Tenggara Barat 22,0 24,2 53,8

.
Nusa Tenggara Timur 31,2 14,1 54,8

go
Sulawesi Selatan 28,8 18,6 52,6
s.
p
.b
w
w
//w
s:

Lampiran 6a
tp

Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut


ht

Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih, 2022

Lapangan Usaha Utama


Provinsi
Pertanian Manufaktur Jasa-jasa
(1) (2) (3) (4)
Sumatera Utara 23,9 17,3 58,7
Sumatera Barat 19,5 17,6 62,9
Lampung 25,3 15,5 59,2
DKI Jakarta 0,0 14,2 85,7
Jawa Barat 4,2 25,6 70,2
Jawa Tengah 12,7 30,7 56,5
DI Yogyakarta 6,9 16,4 76,7
Jawa Timur 17,1 24,8 58,1
Nusa Tenggara Timur 27,5 12,4 60,1
Sulawesi Selatan 19,0 22,0 59,1

140
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 7
Tabel Persentase Stayers dan Movers
menurut Provinsi, 2021-2022

Movers
Pekerja Stayers Jumlah
Provinsi Komuter Sirkuler
2021 2022 2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 95,7 96,4 3,3 2,6 1,0 1,0 100,0 100,0
Sumatera Utara 92,5 92,9 6,1 5,8 1,4 1,3 100,0 100,0
Sumatera Barat 95,4 95,1 3,3 3,3 1,4 1,6 100,0 100,0
Riau 97,9 97,9 1,1 1,1 1,0 0,9 100,0 100,0
Jambi 95,5 95,9 3,3 2,8 1,2 1,3 100,0 100,0
Sumatera Selatan 96,6 96,4 2,1 2,4 1,3 1,2 100,0 100,0

id
Bengkulu 96,0 95,7 2,6 2,6 1,4 1,6 100,0 100,0

.
Lampung 95,4 95,9 3,4 3,1 1,2 1,0 100,0 100,0

go
Bangka Belitung 94,0 94,8 5,0 3,9 1,0 1,3 100,0 100,0
Kepulauan Riau 98,0 98,7 1,0 s. 0,7 0,9 0,6 100,0 100,0
p
DKI Jakarta 84,2 82,1 15,0 17,1 0,9 0,8 100,0 100,0
.b

Jawa Barat 88,3 87,6 8,9 10,0 3,1 2,4 100,0 100,0
w

Jawa Tengah 91,2 92,4 5,9 5,5 2,9 2,1 100,0 100,0
w

DI Yogyakarta 85,8 84,5 12,7 13,8 1,5 1,7 100,0 100,0


Jawa Timur 94,7 94,1 4,0 4,4 1,3 1,5 100,0 100,0
//w

Banten 86,5 85,4 11,7 12,2 1,8 2,4 100,0 100,0


s:

Bali 91,3 88,8 8,3 10,5 0,4 0,7 100,0 100,0


tp

Nusa Tenggara Barat 95,2 95,3 3,7 3,4 1,1 1,3 100,0 100,0
Nusa Tenggara Timur 98,8 98,5 0,8 1,0 0,4 0,6 100,0 100,0
ht

Kalimantan Barat 96,6 96,2 2,5 2,7 0,9 1,1 100,0 100,0
Kalimantan Tengah 97,8 98,3 0,9 0,7 1,2 1,0 100,0 100,0
Kalimantan Selatan 92,9 92,4 5,4 5,8 1,6 1,8 100,0 100,0
Kalimantan Timur 96,9 97,0 1,5 1,6 1,6 1,4 100,0 100,0
Kalimantan Utara 97,2 98,0 0,4 0,0 2,4 2,0 100,0 100,0

Sulawesi Utara 94,0 93,9 4,1 3,8 1,8 2,3 100,0 100,0
Sulawesi Tengah 96,8 96,9 2,3 1,8 0,9 1,3 100,0 100,0
Sulawesi Selatan 94,9 95,1 3,6 3,4 1,5 1,5 100,0 100,0
Sulawesi Tenggara 95,8 95,5 2,4 2,6 1,8 1,9 100,0 100,0
Gorontalo 93,3 93,1 5,6 5,2 1,1 1,7 100,0 100,0
Sulawesi Barat 97,6 98,3 0,9 0,7 1,5 1,0 100,0 100,0

Maluku 97,8 97,9 1,6 1,4 0,6 0,7 100,0 100,0


Maluku Utara 97,4 98,0 1,1 0,6 1,5 1,4 100,0 100,0
Papua Barat 96,5 96,8 1,3 1,2 2,2 2,0 100,0 100,0
Papua 99,2 99,5 0,4 0,2 0,4 0,3 100,0 100,0
Indonesia 92,6 92,4 5,6 6,0 1,8 1,6 100,0 100,0

141
Lampiran
Lampiran 8
Tabel Persentase Pekerja Komuter
menurut Provinsi di Indonesia, 2021-2022

Pekerja Komuter
Provinsi
2021 2022
(1) (2) (3)
Aceh 1,1 0,8
Sumatera Utara 5,8 5,2
Sumatera Barat 1,2 1,1
Riau 0,5 0,4
Jambi 0,8 0,6
Sumatera Selatan 1,2 1,3
Bengkulu 0,4 0,3

id
Lampung 2,0 1,7

.
Bangka Belitung 0,5 0,4

go
Kepulauan Riau 0,2 0,1

DKI Jakarta 9,7


p s. 10,4
Jawa Barat 26,1 29,0
.b

Jawa Tengah 14,4 12,5


w

DI Yogyakarta 3,8 3,8


w

Jawa Timur 11,5 11,8


Banten 9,1 9,0
//w

Bali 2,8 3,4


s:

Nusa Tenggara Barat 1,4 1,1


tp

Nusa Tenggara Timur 0,3 0,4


ht

Kalimantan Barat 0,9 0,9


Kalimantan Tengah 0,2 0,1
Kalimantan Selatan 1,6 1,5
Kalimantan Timur 0,4 0,3
Kalimantan Utara 0,0 0,0

Sulawesi Utara 0,6 0,5


Sulawesi Tengah 0,5 0,3
Sulawesi Selatan 2,0 1,8
Sulawesi Tenggara 0,4 0,4
Gorontalo 0,4 0,4
Sulawesi Barat 0,1 0,1

Maluku 0,2 0,1


Maluku Utara 0,1 0,0
Papua Barat 0,1 0,1
Papua 0,1 0,1
Indonesia 100,0 100,0

142
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 9
Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada Provinsi Terpilih, 2021-2022

Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan


Provinsi Di Bawah SMA SMA ke Atas
2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5)
Sumatera Utara 27,3 27,9 72,7 72,1
Lampung 37,5 38,6 62,5 61,4
DKI Jakarta 13,7 10,5 86,3 89,5
Jawa Barat 20,7 18,2 79,3 81,8
Jawa Tengah 38,2 38,8 61,8 61,2

id
DI Yogyakarta 18,6 21,1 81,4 78,9
Jawa Timur 30,5 27,6 69,5 72,4

.
go
Banten 18,4 18,5 81,6 81,5
Bali 17,9 15,6 82,1 84,4
Sulawesi Selatan 31,5
p s. 34,8 68,5 65,2
.b
w
w
//w

Lampiran 10
s:

Tabel Persentase Pekerja Komuter


tp

menurut Sektor Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2021-2022


ht

Sektor Pekerjaan
Provinsi Formal Informal
2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5)
Sumatera Utara 75,6 77,9 24,4 22,1
Lampung 67,1 70,2 32,9 29,8
DKI Jakarta 90,4 91,4 9,6 8,6
Jawa Barat 86,7 87,9 13,3 12,1
Jawa Tengah 73,4 79,0 26,6 21,0
DI Yogyakarta 82,7 81,6 17,3 18,4
Jawa Timur 78,0 81,2 22,0 18,8
Banten 87,9 92,3 12,1 7,7
Bali 83,3 83,4 16,7 16,6
Sulawesi Selatan 77,4 79,3 22,6 20,7

143
Lampiran
Lampiran 11
Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut
Lapangan Usaha Utama Pada Provinsi Terpilih, 2021-2022

Lapangan Usaha Utama


Provinsi Pertanian Manufaktur Jasa-jasa
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sumatera Utara 6,4 4,9 28,1 33,8 65,5 61,3
Lampung 16,8 16,8 23,1 16,8 60,1 66,4
DKI Jakarta 0,6 0,5 18,6 19,0 80,8 80,5
Jawa Barat 1,3 0,9 31,4 30,5 67,3 68,6
Jawa Tengah 3,1 2,2 45,1 47,5 51,8 50,3
DI Yogyakarta 1,0 0,9 21,4 21,0 77,6 78,1

id
Jawa Timur 4,9 3,7 37,7 37,6 57,4 58,7

.
Banten 0,5 0,6 28,9 34,6 70,6 64,8

go
Bali 2,9 1,6 18,6 12,9 78,5 85,5
Sulawesi Selatan 4,4 5,4 25,5
s. 23,6 70,1 71,0
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

144
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 12
Tabel Persentase Pekerja Sirkuler
menurut Provinsi di Indonesia, 2021-2022

Pekerja Sirkuler
Provinsi
2021 2022
(1) (2) (3)
Aceh 1,0 1,1
Sumatera Utara 4,2 4,4
Sumatera Barat 1,5 2,0
Riau 1,4 1,3
Jambi 0,9 1,0
Sumatera Selatan 2,3 2,3
Bengkulu 0,6 0,8
Lampung 2,2 2,0

id
Bangka Belitung 0,3 0,4
Kepulauan Riau 0,4 0,3

.
go
DKI Jakarta 1,7 1,6
Jawa Barat 29,8 s. 25,6
Jawa Tengah 22,1 17,6
p
DI Yogyakarta 1,5 1,7
.b

Jawa Timur 11,6 15,0


w

Banten 4,3 6,4


w

Bali 0,4 0,8


//w

Nusa Tenggara Barat 1,3 1,5


Nusa Tenggara Timur 0,5 0,7
s:

Kalimantan Barat 0,9 1,3


tp

Kalimantan Tengah 0,7 0,6


Kalimantan Selatan 1,5 1,7
ht

Kalimantan Timur 1,2 1,1


Kalimantan Utara 0,3 0,3

Sulawesi Utara 0,9 1,2


Sulawesi Tengah 0,6 0,9
Sulawesi Selatan 2,7 3,0
Sulawesi Tenggara 1,0 1,1
Gorontalo 0,3 0,5
Sulawesi Barat 0,4 0,3

Maluku 0,2 0,2


Maluku Utara 0,4 0,4
Papua Barat 0,5 0,4
Papua 0,3 0,3
Indonesia 100,0 100,0

145
Lampiran
Lampiran 13
Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan pada Provinsi Terpilih, 2021-2022

Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan


Provinsi Di Bawah SMA SMA ke Atas
2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5)
Sumatera Utara 51,7 35,9 48,3 64,1
Sumatera Barat 45,7 36,2 54,3 63,8
Sumatera Selatan 38,7 31,4 61,3 68,6
Lampung 65,4 49,9 34,6 50,1
Jawa Barat 65,9 43,6 34,1 56,4

id
Jawa Tengah 68,3 58,4 31,7 41,6

.
DI Yogyakarta 38,9 29,5 61,1 70,5

go
Jawa Timur 47,4 38,7 52,6 61,3
Banten 60,6 64,2
s. 39,4 35,8
Sulawesi Selatan 54,1 38,9 45,9 61,1
p
.b
w
w
//w
s:

Lampiran 14
tp

Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut Sektor


ht

Pekerjaan pada Provinsi Terpilih, 2021-2022

Sektor Pekerjaan
Provinsi Formal Informal
2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5)
Sumatera Utara 72,1 79,3 27,9 20,7
Sumatera Barat 63,0 72,3 37,0 27,7
Sumatera Selatan 69,5 77,6 30,5 22,4
Lampung 54,4 65,1 45,6 34,9
Jawa Barat 59,7 80,6 40,3 19,4
Jawa Tengah 61,8 74,5 38,2 25,5
DI Yogyakarta 72,9 84,8 27,1 15,2
Jawa Timur 77,5 81,7 22,5 18,3
Banten 67,8 80,3 32,2 19,7
Sulawesi Selatan 75,6 76,7 24,4 23,3

146
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 15
Tabel Persentase Pekerja Sirkuler
menurut Lapangan Usaha Utama pada Provinsi Terpilih, 2021-2022

Lapangan Usaha Utama


Provinsi Pertanian Manufaktur Jasa-jasa
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sumatera Utara 27,9 18,1 34,4 26,9 37,7 55,0
Sumatera Barat 15,6 6,6 23,0 26,2 61,4 67,2
Sumatera Selatan 19,4 18,3 37,2 26,6 43,1 55,1
Lampung 32,0 27,2 24,1 32,1 43,9 40,7
Jawa Barat 3,2 1,2 42,6 41,0 54,2 57,8
Jawa Tengah 7,0 4,5 52,2 54,3 40,8 41,2

id
DI Yogyakarta 6,5 4,0 40,0 43,3 53,5 52,7

.
go
Jawa Timur 6,6 6,4 42,9 44,5 50,5 49,1
Banten 4,4 1,1 39,3 38,0 56,3 60,9
Sulawesi Selatan 26,0 15,6
p s.
32,9 21,3 41,1 63,1
.b
w
w
//w

Lampiran 16
Tabel Pekerja Menurut Karakteristik Sosiodemografi
s:

dan Status Migrasi Risen (Ribu), 2021


tp
ht

Status Migrasi Risen


Karakteristik
Pekerja Migran Risen Pekerja Nonmigran Risen Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jenis kelamin
Laki-laki 203,9 2,6 77 231,4 97,4 79 263,3 100,0
Perempuan 1 221,3 2,4 50 565,8 97,6 51 787,2 100,0
Status perkawinan
Belum kawin 776,3 3,0 24 741,5 97,0 25 517,8 100,0
Kawin 2 323,6 2,4 92 649,5 97,6 94 973,1 100,0
Cerai hidup 96,6 2,7 3 522,9 97,3 3 619,5 100,0
Cerai mati 56,9 0,8 6 883,2 99,2 6 940,1 100,0
Daerah tempat tinggal
Perkotaan 2 088,8 2,9 69 832,8 97,1 71 921,6 100,0
Pedesaan 1 164,5 2,0 57 964,4 98,0 59 128,9 100,0
Tingkat Pendidikan yang ditamatkan
Di bawah SMA 1 085,0 1,5 71 579,4 98,5 72 664,3 100,0
SMA ke atas 2 168,3 3,7 56 217,8 96,3 58 386,2 100,0
Jumlah 3 253,3 2,5 127 797,2 97,5 131 050,5 100,0

147
Lampiran
Lampiran 16a
Tabel Pekerja menurut Karakteristik Sosiodemografi
dan Status Migrasi Risen (Ribu), 2022

Status Migrasi Risen


Karakteristik Pekerja Migran Risen Pekerja Nonmigran Risen Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jenis kelamin
Laki-laki 2 484,3 3,0 80 069,7 97,0 82 554,0 100,0
Perempuan 1 329,0 2,5 51 413,8 97,5 52 742,7 100,0
Status perkawinan
Belum kawin 769,8 3,1 23 934,1 96,9 24 704,0 100,0

id
Kawin 2 875,6 2,9 95 925,1 97,1 98 800,7 100,0

.
Cerai hidup 101,3 2,6 3 770,6 97,4 3 871,9 100,0

go
Cerai mati 66,5 0,8 7 853,7 99,2 7 920,2 100,0
Daerah tempat tinggal s.
Perkotaan 2 510,7 3,4 72 373,4 96,6 74 884,1 100,0
p
Pedesaan 1 302,5 2,2 59 110,1 97,8 60 412,6 100,0
.b

Tingkat Pendidikan yang ditamatkan


w

Di bawah SMA 1 379,8 1,8 74 839,4 98,2 76 219,2 100,0


w

SMA ke atas 2 433,4 4,1 56 644,1 95,9 59 077,4 100,0


//w

Jumlah 3 813,2 2,8 131 483,5 97,2 135 296,7 100,0


s:
tp

Lampiran 17
ht

Tabel Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok Umur


dan Status Migrasi, 2021 - 2022

Pekerja Migran Risen Pekerja Nonmigran Risen


Kelompok Umur
2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5)
15-19 2,5 2,4 3,6 3,4
20-24 14,5 13,8 9,1 9,0
25-29 26,1 24,4 11,0 10,9
30-34 20,2 19,6 11,7 11,5
35-39 12,7 12,7 12,2 11,9
40-44 8,5 10,1 12,0 11,8
45-49 6,4 7,0 11,3 11,2
50-54 4,4 4,4 9,9 10,0
55-59 2,5 3,1 7,7 7,9
60-64 1,3 1,4 5,3 5,6
65+ 0,8 1,2 6,3 6,9
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

148
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 18
Tabel Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok Umur,
Jenis Kelamin, dan Status Migrasi, 2021 - 2022

2021
Kelompok Umur Pekerja Migran Risen Pekerja Nonmigran Risen
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
15-19 1,7 3,8 3,4 4,0
20-24 12,0 18,5 8,8 9,5
25-29 23,5 30,4 11,3 10,5
30-34 23,0 15,7 12,2 10,9
35-39 13,9 10,7 12,4 11,8

id
40-44 9,0 7,7 12,0 12,1

.
45-49 6,8 5,8 11,1 11,6

go
50-54 5,1 3,4 9,7 10,2
55-59 2,6 2,3 s. 7,5 8,0
60-64 1,4 1,2 5,3 5,4
p
65+ 0,9 0,7 6,4 6,1
.b

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0


w
w
//w

2022
Kelompok Umur Pekerja Migran Risen Pekerja Nonmigran Risen
s:

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan


(1) (2) (3) (4) (5)
tp

15-19 1,8 3,5 3,1 3,9


ht

20-24 11,7 17,8 8,8 9,4


25-29 23,7 25,8 11,2 10,3
30-34 21,0 17,0 12,0 10,7
35-39 13,6 11,1 12,2 11,4
40-44 10,5 9,2 11,8 11,9
45-49 7,4 6,2 11,0 11,3
50-54 4,5 4,1 9,8 10,4
55-59 3,2 2,9 7,7 8,2
60-64 1,5 1,1 5,5 5,7
65+ 1,2 1,3 7,1 6,8
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

149
Lampiran
Lampiran 19
Tabel Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok Umur,
Tingkat Pendidikan, dan Status Migrasi, 2021 – 2022

2021
Kelompok Umur Pekerja Migran Risen Pekerja Nonmigran Risen
Di bawah SMA SMA ke Atas Di bawah SMA SMA ke Atas
(1) (2) (3) (4) (5)
15-19 4,3 1,6 3,6 3,6
20-24 10,8 16,3 4,0 15,5
25-29 15,8 31,2 6,8 16,3
30-34 16,6 22,1 9,5 14,4
35-39 15,9 11,2 11,5 13,1

id
40-44 11,2 7,1 12,5 11,5
45-49 9,9 4,6 12,7 9,5

.
go
50-54 6,2 3,5 11,2 8,2
55-59 4,6 1,4 9,9 4,9
60-64 2,6
p
0,7
s. 8,2 1,6
65+ 2,0 0,2 10,2 1,4
.b

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0


w
w

2022
//w

Kelompok Umur Pekerja Migran Risen Pekerja Nonmigran Risen


Di bawah SMA SMA ke Atas Di bawah SMA SMA ke Atas
s:

(1) (2) (3) (4) (5)


15-19 3,7 1,6 3,3 3,5
tp

20-24 9,7 16,1 4,3 15,3


ht

25-29 14,6 30,0 6,7 16,3


30-34 16,7 21,3 9,0 14,7
35-39 14,3 11,8 10,8 13,4
40-44 13,3 8,2 12,1 11,4
45-49 10,6 4,9 12,6 9,3
50-54 6,6 3,1 11,6 7,9
55-59 4,9 2,1 10,0 5,0
60-64 2,8 0,6 8,5 1,8
65+ 2,8 0,3 11,2 1,4
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

150
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 20
Tabel Persentase Lapangan Usaha Utama
Pekerja Migran Risen 2021 dan 2022

Pekerja
Pekerja
No Lapangan Usaha Utama Nonmigran Jumlah
Migran Risen
Risen
(1) (2) (3) (4)
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 14,4 28,7 28,3
2 Pertambangan dan Penggalian 1,1 1,1 1,1
3 Industri Pengolahan 15,0 14,2 14,3
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,5 0,2 0,2
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan 0,2 0,4 0,4
5
Daur Ulang

id
6 Konstruksi 6,0 6,3 6,3

.
go
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan 21,3 19,6 19,6
7
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan s. 4,5 4,1 4,2
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,6 7,0 7,0
p
10 Informasi dan Komunikasi 1,3 0,7 0,8
.b

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2,8 1,2 1,2


w

12 Real Estat 0,2 0,3 0,3


w

13 Jasa Perusahaan 2,4 1,5 1,5


//w

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 5,6 3,7 3,7


14
Jaminan Sosial Wajib
s:

15 Jasa Pendidikan 6,4 4,9 5,0


16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,0 1,6 1,7
tp

17 Kategori R,S,T,U Jasa Lainnya 6,6 4,3 4,4


ht

Jumlah 100,0 100,0 100,0

151
Lampiran
Lampiran 21
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut Tingkat
Pendidikan dan Tiga Sektor Unggulan, 2021 - 2022

Sektor Unggulan Penyerap Tenaga Kerja


Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi dan Pertanian, Kehutanan,
Tingkat Pendidikan Industri Pengolahan
Perawatan Mobil dan dan Perikanan
Sepeda Motor
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Di Bawah SMA 28,1 34,7 59,9 64,4 34,8 38,6
Tidak sekolah/ Tidak 2,3 4,6 11,7 13,6 3,5 4,0
Tamat SD
Tamat SD 10,7 13,3 26,1 31,4 12,1 15,1

id
Tamat SMP 15,1 16,8 22,1 19,4 19,2 19,5
SMA ke Atas 71,9 65,3 40,1 35,6 65,2 61,4

.
go
Tamat SMA 49,6 49,0 30,8 28,6 52,8 48,0
Perguruan tinggi 22,3 16,3 9,3 7,0 12,4 13,4
Jumlah 100,0 100,0
p s.
100,0 100,0 100,0 100,0
.b
w

Lampiran 22
w

Tabel Persentase Jenis Pekerjaan Utama


//w

Pekerja Migran Risen, 2021 - 2022


s:

Pekerja Migran Risen


Jenis Pekerjaan Utama
tp

2021 2022
(1) (2) (3)
ht

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara 1,1 1,1


Republik Indonesia (POLRI)

Manajer 3,0 2,9

Profesional 9,5 9,8

Teknisi dan Asisten Profesional 4,7 5,3

Tenaga Tata Usaha 8,0 6,8

Tenaga Usaha Jasa dan Tenaga Penjualan 29,4 29,5

Pekerja Terampil Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10,2 10,1

Pekerja Pengolahan, Kerajinan, dan YBDI 10,8 10,9

Operator dan Perakit Mesin 7,0 7,2

Pekerja Kasar 16,4 16,4


Jumlah 100,0 100,0

152
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 23
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut
Jenis Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan, 2021-2022

Tingkat Pendidikan
2021 2022
Jenis Pekerjaan Utama
Di Bawah Di Bawah
SMA Ke Atas SMA ke Atas
SMA SMA
(1) (2) (3) (4) (5)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan - 1,6 - 1,8
Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI)

Manajer 1,0 4,0 1,3 3,8

. id
Profesional 0,4 14,1 0,4 15,1

go
Teknisi dan Asisten Profesional 0,9 s. 6,6 1,2 7,6
p
Tenaga Tata Usaha 0,5 11,7 0,4 10,3
.b
w

Tenaga Usaha Jasa danTenaga 28,6 29,8 30,2 29,2


Penjualan
w
//w

Pekerja Terampil Pertanian,Kehutanan, 18,5 6,1 17,3 6,0


dan Perikanan
s:

Pekerja Pengolahan,Kerajinan, dan YBDI 14,6 8,8 15,1 8,6


tp
ht

Operator dan Perakit Mesin 6,0 7,6 6,4 7,6

Pekerja Kasar 29,5 9,8 27,7 10,0


Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

153
Lampiran
Lampiran 24
Tabel Persentase Status Pekerjaan Utama
Pekerja Migran Risen, 2021 - 2022

2021 2022
Status Pekerjaan pada Pekerjaan Pekerja Pekerja
Pekerja Pekerja
Utama Nonmigran Nonmigran
Migran Risen Migran Risen
Risen Risen
(1) (2) (3) (4) (5)
Berusaha sendiri 16,1 20,9 19,0 22,1

Berusaha dibantu buruh tidak


8,7 14,9 9,2 14,8
tetap/pekerja keluarga/tidak

id
Berusaha dibantu buruh tetap dan
2,6 3,1 3,1 3,0
dibayar

.
go
Buruh/karyawan/pegawai 55,3 37,0 52,2 37,2
p s.
Pekerja bebas di pertanian 1,9 4,5 1,9 4,2
.b

Pekerja bebas di nonpertanian 4,7 5,9 4,7 5,5


w
w

Pekerja keluarga/tidak dibayar 10,6 13,8 9,9 13,2


//w

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0


s:
tp
ht

Lampiran 25
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut Status
Pekerja Utama dan Jam Kerja per Minggu, 2021 - 2022

Jam Kerja per Minggu (Jam)


Status Pekerjaan pada
2021 2022
Pekerjaan Utama
< 35 ≥ 35 < 35 ≥ 35
(1) (2) (3) (4) (5)
Berusaha sendiri 22,0 13,8 29,4 15,8
Berusaha dibantu buruh tidak 10,4 8,1 10,2 8,9
tetap/tidak dibayar
Berusaha dibantu buruh 2,3 2,8 3,0 3,2
tetap/dibayar
Buruh/karyawan/pegawai 36,9 62,5 26,4 60,1
Pekerja bebas di pertanian 3,4 1,4 3,8 1,3
Pekerja bebas di nonpertanian 3,1 5,4 4,2 4,8
Pekerja tak dibayar 21,9 6,1 23,1 5,8
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

154
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 26
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut Lapangan
Usaha Utama dan Jam Kerja per Minggu, 2021 - 2022

Jam Kerja per / Minggu


No Lapangan Pekerjaan Utama 2021 2022
< 35 ≥ 35 < 35 ≥ 35
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian, Kehutanan, danPerikanan 27,0 9,5 28,9 10,5
2 Pertambangan dan Penggalian 0,3 1,3 0,5 1,6
3 Industri Pengolahan 11,5 16,4 12,0 14,5
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,0 0,7 0,0 0,5
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, 0,2 0,2 0,1 0,3
5

id
dan Daur Ulang
6 Konstruksi 1,9 7,6 1,7 8,3

.
go
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan 20,0 21,8 19,1 22,0
7
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor s.
8 Transportasi dan Pergudangan 3,1 5,1 3,3 5,3
p
9 Penyediaan Akomodasi danMakan Minum 6,8 9,4 7,2 9,9
.b

10 Informasi dan Komunikasi 0,9 1,4 1,0 1,5


w

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,3 3,3 0,4 2,6


12 Real Estat 0,2 0,3 0,1 0,4
w

13 Jasa Perusahaan 2,2 2,5 1,9 2,3


//w

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, dan 3,4 6,4 2,1 6,8


14
Jaminan Sosial Wajib
s:

15 Jasa Pendidikan 14,5 3,2 12,1 4,5


tp

16 Jasa Kesehatan dan KegiatanSosial 2,2 3,4 2,6 2,9


17 Jasa Lainnya 4,6 7,4 7,0 6,0
ht

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

155
Lampiran
Lampiran 27
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut
Tingkat Pendidikan dan Sektor Pekerjaan, 2021 - 2022

Sektor Pekerjaan
Tingkat Pendidikan 2021 2022
Formal Informal Formal Informal
(1) (2) (3) (4) (5)
Di Bawah SMA 22,4 48,4 24,0 51,3
Tidak sekolah/ 1,9 6,6 2,0 9,1
Tidak Tamat SD
Tamat SD 8,0 20,1 9,8 22,0
Tamat SMP 12,5 21,6 12,2 20,2

id
SMA ke Atas 77,6 51,6 76,0 48,7

.
Tamat SMA 40,8 38,4 40,1 37,2

go
Perguruan tinggi 36,7 13,2 35,9 11,6
Jumlah 100,0 100,0
s. 100,0 100,0
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

156
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 28
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut
Lapangan Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021 - 2022

Sektor Pekerjaan
No Lapangan Usaha Utama 2021 2022
Formal Informal Formal Informal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian, Kehutanan, danPerikanan 4,7 27,8 5,6 26,2
2 Pertambangan dan Penggalian 1,5 0,5 2,0 0,5
3 Industri Pengolahan 18,8 9,8 16,8 10,4
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,9 0,0 0,7 0,0
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan 0,3 0,1 0,1 0,4
5

id
Daur Ulang

.
6 Konstruksi 4,7 7,8 6,8 6,6

go
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan 15,1 29,8 15,6 28,5
7
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor s.
8 Transportasi dan Pergudangan 4,3 4,8 4,6 5,0
p
9 Penyediaan Akomodasi danMakan Minum 5,7 12,6 5,9 13,5
.b

10 Informasi dan Komunikasi 1,7 0,7 1,8 0,9


w

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4,7 0,1 3,6 0,3


12 Real Estat 0,4 0,0 0,5 0,1
w

13 Jasa Perusahaan 3,6 0,7 3,2 1,0


//w

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, dan 9,6 0,0 10,3 0,0


14
Jaminan Sosial Wajib
s:

15 Jasa Pendidikan 10,6 0,6 10,5 1,0


tp

16 Jasa Kesehatan dan KegiatanSosial 5,0 0,4 4,8 0,4


17 Jasa Lainnya 8,4 4,2 7,0 5,3
ht

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

157
Lampiran
Lampiran 29
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen menurut
Jenis Pekerjaan Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021 - 2022
Sektor Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Utama 2021 2022
Formal Informal Formal Informal
(1) (2) (3) (4) (5)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan 1,9 0,0 2,1 0,0
Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI)
Manajer 4,0 1,6 3,4 2,2
Profesional 15,7 1,0 15,8 2,2
Teknisi dan Asisten Profesional 7,2 1,2 8,6 1,2
Tenaga Tata Usaha 13,6 0,2 11,9 0,4

id
Tenaga Usaha Jasa danTenaga 20,5 41,6 20,7 40,5

.
Penjualan

go
Pekerja Terampil Pertanian,Kehutanan, 1,9 21,7 2,0 20,1
dan Perikanan
Pekerja Pengolahan,Kerajinan, dan YBDI 10,1
s. 11,7 9,7 12,4
Operator dan Perakit Mesin 8,7 4,7 8,8 5,2
p
Pekerja Kasar 16,6 16,1 16,9 15,8
.b

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0


w
w
//w
s:
tp
ht

158
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 30
Tabel Pola Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok
Umur dan Status Mobilitas Nonpermanen, 2021 - 2022

2021
Kelompok Umur
Pekerja Komuter Pekerja Sirkuler Pekerja Stayer
(1) (2) (3) (4)
15-19 2,3 1,1 3,7
20-24 12,6 4,7 9,1
25-29 17,8 8,8 11,0
30-34 15,6 12,9 11,6
35-39 13,9 15,9 12,0
40-44 12,3 16,9 11,8

id
45-49 10,1 16,0 11,1

.
50-54 7,7 11,7 9,8

go
55-59 4,8 7,3 7,8
60-64 1,6 s. 2,9 5,5
65+ 1,3 1,8 6,5
p
Jumlah 100,0 100,0 100,0
.b
w
w
//w

2022
Kelompok Umur
s:

Pekerja Komuter Pekerja Sirkuler Pekerja Stayer


tp

(1) (2) (3) (4)


15-19 2,4 2,5 3,4
ht

20-24 12,7 12,4 8,9


25-29 16,5 14,5 10,8
30-34 16,0 16,6 11,4
35-39 14,4 14,2 11,7
40-44 12,7 12,3 11,7
45-49 9,8 11,0 11,1
50-54 8,4 8,6 10,0
55-59 4,2 4,9 8,0
60-64 1,8 1,8 5,8
65+ 1,1 1,1 7,3
Jumlah 100,0 100,0 100,0

159
Lampiran
Lampiran 31
Tabel Pola Distribusi Pekerja menurut Kelompok Umur,
Jenis Kelamin, dan Status Mobilitas Nonpermanen, 2021 - 2022

2021
Kelompok Laki-Laki Perempuan
Umur Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja
Komuter Sirkuler Stayer Komuter Sirkuler Stayer
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
15-19 1,7 0,9 3,5 3,6 5,2 4,0
20-24 10,0 4,2 8,9 18,5 13,7 9,3
25-29 16,6 8,6 11,3 20,7 13,1 10,5
30-34 16,4 13,1 12,1 13,6 8,6 10,9
35-39 14,9 16,2 12,2 11,6 10,4 11,7

id
40-44 12,9 17,2 11,6 10,9 10,4 12,0

.
45-49 10,9 16,2 10,8 8,2 12,6 11,6

go
50-54 8,3 11,8 9,6 6,4 9,9 10,2
55-59 5,2 7,2 7,6 s. 4,0 9,5 8,0
60-64 1,7 2,9 5,5 1,3 2,9 5,4
p
65+ 1,4 1,7 6,8 1,2 3,7 6,2
.b

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0


w
w
//w

2022
Kelompok Laki-Laki Perempuan
s:

Umur Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja


tp

Komuter Sirkuler Stayer Komuter Sirkuler Stayer


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
ht

15-19 1,9 2,0 3,1 3,6 6,9 3,9


20-24 10,5 10,1 8,7 17,8 31,1 9,2
25-29 14,8 14,0 11,3 20,5 19,0 10,2
30-34 16,2 17,1 11,8 15,5 12,8 10,6
35-39 15,2 15,1 12,0 12,3 6,5 11,4
40-44 13,7 12,9 11,5 10,5 7,4 11,9
45-49 10,8 11,6 10,9 7,4 6,2 11,4
50-54 9,0 9,1 9,6 6,9 4,7 10,4
55-59 4,4 5,2 7,8 3,6 2,6 8,3
60-64 2,0 1,8 5,8 1,4 2,0 5,8
65+ 1,4 1,1 7,5 0,6 0,9 7,0
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

160
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 32
Tabel Pola Distribusi Pekerja menurut Kelompok Umur,
Tingkat Pendidikan, dan Status Mobilitas Nonpermanen, 2021 – 2022

2021
Kelompok Di Bawah SMA SMA Ke Atas
Umur Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja
Jumlah Jumlah
Komuter Sirkuler Stayer Komuter Sirkuler Stayer
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
15-19 2,2 0,9 3,7 3,6 2,3 1,4 3,6 3,5
20-24 5,7 2,9 4,1 4,1 14,9 7,2 15,7 15,5
25-29 11,2 7,3 6,8 6,9 20,0 10,8 16,7 16,9
30-34 13,5 12,5 9,4 9,6 16,3 13,4 14,6 14,7

id
35-39 14,5 16,3 11,3 11,5 13,7 15,5 12,9 13,0

.
go
40-44 14,8 16,9 12,3 12,4 11,5 16,9 11,2 11,3
45-49 13,2 16,8 12,5 12,6 9,0 15,0 9,3 9,4
50-54 9,6 11,5 11,2 11,1
s. 7,1 12,1 8,1 8,0
55-59 7,5 8,6 9,9 9,8 4,0 5,5 4,9 4,8
p
.b

60-64 3,9 4,0 8,4 8,2 0,8 1,3 1,7 1,6


65+ 3,9 2,4 10,4 10,1 0,5 0,9 1,4 1,3
w

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0


w
//w
s:

2022
tp

Kelompok Di Bawah SMA SMA Ke Atas


Umur Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja
ht

Jumlah Jumlah
Komuter Sirkuler Stayer Komuter Sirkuler Stayer
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
15-19 2,1 2,2 3,3 3,3 2,5 2,7 3,6 3,5
20-24 5,8 8,5 4,3 4,4 14,7 15,4 15,4 15,3
25-29 10,3 11,0 6,7 6,9 18,4 17,4 16,7 16,9
30-34 13,0 16,6 9,0 9,2 16,9 16,6 14,7 15,0
35-39 14,4 15,6 10,7 10,9 14,3 13,2 13,2 13,3
40-44 16,1 13,5 12,0 12,1 11,7 11,4 11,2 11,2
45-49 13,4 12,6 12,5 12,5 8,7 9,8 9,2 9,1
50-54 10,5 10,1 11,5 11,5 7,8 7,5 7,7 7,7
55-59 6,1 5,7 10,1 9,9 3,6 4,3 5,1 4,9
60-64 5,0 2,6 8,5 8,4 0,9 1,1 1,8 1,7
65+ 3,1 1,6 11,4 11,0 0,5 0,6 1,4 1,3
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

161
Lampiran
Lampiran 33
Tabel Persentase Lapangan Usaha Utama
menurut Status Mobilitas Nonpermanen, 2021

2021
No Lapangan Usaha Utama Pekerja Pekerja Pekerja Jumlah
Komuter Sirkuler Stayer
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,5 10,5 30,2 28,3


2 Pertambangan dan Penggalian 0,9 4,2 1,1 1,1
3 Industri Pengolahan 19,9 13,9 13,9 14,3
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,5 0,6 0,2 0,2

id
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,6 0,5 0,4 0,4

.
Limbah, dan Daur Ulang

go
6 Konstruksi 8,0 22,8 5,9 6,3
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan 21,3 s. 14,8 19,6 19,6
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
p
8 Transportasi dan Pergudangan 6,9 10,4 3,9 4,2
.b

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,4 7,2 7,1 7,0


2,4 0,5 0,7 0,8
w

10 Informasi dan Komunikasi


11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4,9 1,5 1,0 1,2
w

12 Real Estat 0,6 0,1 0,3 0,3


//w

13 Jasa Perusahaan 3,8 2,0 1,4 1,5


14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 7,7 4,1 3,5 3,7
s:

Jaminan Sosial Wajib


tp

15 Jasa Pendidikan 5,7 1,5 5,0 5,0


16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,0 0,8 1,6 1,7
ht

17 Kategori R,S,T,U Jasa Lainnya 3,8 4,5 4,4 4,4


Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

162
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 33a
Tabel Persentase Lapangan Usaha Utama
menurut Status Mobilitas Nonpermanen, 2022

2022
No Lapangan Usaha Utama Pekerja Pekerja Pekerja Jumlah
Komuter Sirkuler Stayer
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2,5 7,8 30,7 28,6


2 Pertambangan dan Penggalian 1,1 4,3 1,1 1,1
3 Industri Pengolahan 20,1 15,7 13,8 14,2

id
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,6 0,6 0,2 0,2

.
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,4 0,4 0,4 0,4

go
Limbah, dan Daur Ulang
6 Konstruksi 8,2 s. 18,9 5,9 6,3
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan 19,9 15,2 19,4 19,4
p
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
.b

8 Transportasi dan Pergudangan 6,9 11,1 4,0 4,3


w

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,0 5,8 7,2 7,1


w

10 Informasi dan Komunikasi 2,7 1,1 0,6 0,7


11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4,8 3,4 0,9 1,2
//w

12 Real Estat 0,9 0,2 0,3 0,3


13 Jasa Perusahaan 4,0 3,2 1,5 1,7
s:

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 7,2 5,1 3,3 3,6


tp

Jaminan Sosial Wajib


6,9 2,2 4,7 4,8
ht

15 Jasa Pendidikan
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,0 1,9 1,5 1,7
17 Kategori R,S,T,U Jasa Lainnya 3,8 3,3 4,5 4,5
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

163
Lampiran
Lampiran 34
Tabel Persentase Pekerja Komuter
menurut Tingkat Pendidikan dan Tiga Sektor Unggulan, 2021 - 2022

Sektor Unggulan Penyerap Tenaga Kerja

Perdagangan Besar dan


Eceran; Reparasi dan
Tingkat Pendidikan Industri Pengolahan Konstruksi
Perawatan Mobil dan
Sepeda Motor

2021 2022 2021 2022 2021 2022


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

id
Di Bawah SMA 31,4 29,0 28,1 37,4 51,8 67,3
Tidak sekolah/ 4,3 3,7 1,7 1,5 4,7 4,4

.
Tidak Tamat SD

go
Tamat SD 13,3 12,2 9,0 14,6 24,8 34,7
Tamat SMP 13,8 13,1 17,3
s. 21,3 22,4 28,2
SMA ke Atas 68,6 71,0 71,9 62,6 48,2 32,7
p
Tamat SMA 51,0 55,1 58,4 51,6 34,2 24,4
.b

Perguruan tinggi 17,6 15,9 13,6 11,0 14,0 8,3


Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
w
w
//w
s:

Lampiran 35
tp

Tabel Persentase Pekerja Sirkuler


ht

menurut Tingkat Pendidikan dan Tiga Sektor Unggulan, 2021 - 2022

Sektor Unggulan Penyerap Tenaga Kerja


Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi dan
Tingkat Pendidikan Konstruksi Industri Pengolahan
Perawatan Mobil dan
Sepeda Motor
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Di Bawah SMA 70,7 67,3 60,7 50,0 54,4 55,9
Tidak sekolah/ 6,6 4,4 7,4 4,8 4,9 9,9
Tidak Tamat SD
Tamat SD 39,1 34,7 32,9 23,6 25,8 24,8
Tamat SMP 25,0 28,2 20,5 21,7 23,7 21,2
SMA ke Atas 29,3 32,7 39,3 50,0 45,6 44,1
Tamat SMA 23,9 24,4 32,2 40,0 37,5 38,9
Perguruan tinggi 5,4 8,3 7,1 9,9 8,1 5,1
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

164
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 36
Tabel Persentase Pekerja Komuter
menurut Jenis Pekerjaan Utama, 2021 - 2022

Pekerja Komuter
Jenis Pekerjaan Utama
2021 2022
(1) (2) (3)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara 1,4 1,5
Republik Indonesia (POLRI)
Manajer 3,6 4,0
Profesional 10,2 11,9
Teknisi dan Asisten Profesional 7,5 8,1
Tenaga Tata Usaha 13,3 12,9
Tenaga Usaha Jasa dan Tenaga Penjualan 24,9 23,8

id
Pekerja Terampil Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,0 1,4

.
Pekerja Pengolahan, Kerajinan, dan YBDI 10,5 10,5

go
Operator dan Perakit Mesin 11,1 11,1
Pekerja Kasar s. 15,6 14,9
Jumlah 100,0 100,0
p
.b
w
w
//w

Lampiran 37
Tabel Persentase Pekerja Sirkuler
s:

menurut Jenis Pekerjaan Utama, 2021 - 2022


tp
ht

Pekerja Sirkuler
Jenis Pekerjaan Utama
2021 2022
(1) (2) (3)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara 1,2 1,6
Republik Indonesia (POLRI)
Manajer 3,0 3,6
Profesional 3,4 6,1
Teknisi dan Asisten Profesional 6,0 7,4
Tenaga Tata Usaha 3,6 7,1
Tenaga Usaha Jasa dan Tenaga Penjualan 20,1 18,7
Pekerja Terampil Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,3 4,3
Pekerja Pengolahan, Kerajinan, dan YBDI 17,5 14,7
Operator dan Perakit Mesin 14,3 15,5
Pekerja Kasar 24,5 20,9
Jumlah 100,0 100,0

165
Lampiran
Lampiran 38
Tabel Persentase Pekerja Komuter
menurut Jenis Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan, 2021-2022

Tingkat Pendidikan
2021 2022
Jenis Pekerjaan Utama
Di Bawah SMA Ke Di Bawah
SMA ke Atas
SMA Atas SMA
(1) (2) (3) (4) (5)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan 0,1 1,8 0,0 2,0
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
Manajer 0,9 4,5 0,8 5,0
Profesional 0,2 13,6 0,1 15,5
Teknisi dan Asisten Profesional 1,1 9,7 1,9 9,9
Tenaga Tata Usaha 1,3 17,4 1,5 16,3

id
Tenaga Usaha Jasa danTenaga Penjualan 27,1 24,2 24,9 23,5

.
Pekerja Terampil Pertanian,Kehutanan, dan 5,1 0,9 3,8 0,6

go
Perikanan
Pekerja Pengolahan,Kerajinan, dan YBDI 17,5 8,0 18,6 8,0
Operator dan Perakit Mesin 14,4
s. 10,0 16,3 9,5
Pekerja Kasar 32,4 9,9 32,1 9,6
p
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0
.b
w
w
//w

Lampiran 39
Tabel Persentase Pekerja Sirkuler
s:

menurut Jenis Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan, 2021-2022


tp
ht

Tingkat Pendidikan
2021 2022
Jenis Pekerjaan Utama
Di Bawah SMA Ke Di Bawah
SMA ke Atas
SMA Atas SMA
(1) (2) (3) (4) (5)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan 0,0 2,8 0,0 2,8
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
Manajer 0,6 6,4 0,8 5,8
Profesional 0,0 8,0 0,3 10,7
Teknisi dan Asisten Profesional 1,5 12,1 2,9 10,9
Tenaga Tata Usaha 0,4 8,0 1,0 11,9
Tenaga Usaha Jasa danTenaga Penjualan 22,6 16,7 18,8 18,6
Pekerja Terampil Pertanian,Kehutanan, dan 7,9 4,1 6,3 2,8
Perikanan
Pekerja Pengolahan,Kerajinan, dan YBDI 21,2 12,4 20,4 10,3
Operator dan Perakit Mesin 13,8 15,0 16,9 14,4
Pekerja Kasar 31,9 14,4 32,6 11,8
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

166
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 40
Tabel Persentase Pekerja Komuter dan Pekerja Sirkuler
menurut Status Pekerjaan Utama, 2021 - 2022

2021 2022
Status Pekerjaan pada Pekerjaan
Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja
Utama
Komuter Sirkuler Komuter Sirkuler
(1) (2) (3) (4) (5)
Berusaha sendiri 8,5 14,3 7,9 8,3
Berusaha dibantu buruh tidak 2,7 2,8 2,2 2,5
tetap/pekerja keluarga/tidak
Berusaha dibantu buruh tetap dan 2,4 3,5 2,3 3,3
dibayar

id
Buruh/karyawan/pegawai 78,6 62,4 81,9 74,8

.
Pekerja bebas di pertanian 0,7 1,4 0,6 1,3

go
Pekerja bebas di nonpertanian 5,1 14,6 3,7 8,8
Pekerja keluarga/tidak dibayar 1,9 s. 0,9 1,4 1,1

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0


p
.b
w
w
//w

Lampiran 41
Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut
s:

Status Pekerjaan Utama dan Jam Kerja per Minggu, 2021 - 2022
tp
ht

Jam Kerja per Minggu (Jam)


Status Pekerjaan pada
2021 2022
Pekerjaan Utama
< 35 ≥ 35 < 35 ≥ 35
(1) (2) (3) (4) (5)
Berusaha sendiri 12,5 7,7 21,6 6,5
Berusaha dibantu buruh tidak
3,2 2,6 4,5 2,0
tetap/pekerja keluarga/tidak
Berusaha dibantu buruh tetap dan
3,4 2,2 5,6 2,0
dibayar
Buruh/karyawan/pegawai 69,9 80,5 56,2 84,3
Pekerja bebas di pertanian 0,9 0,6 1,1 0,5
Pekerja bebas di nonpertanian 5,2 5,1 5,4 3,6
Pekerja keluarga/tidak dibayar 4,9 1,3 5,6 1,0
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

167
Lampiran
Lampiran 42
Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut
Status Pekerjaan Utama dan Jam Kerja per Minggu, 2021 - 2022

Jam Kerja per Minggu (Jam)


Status Pekerjaan pada
2021 2022
Pekerjaan Utama
< 35 ≥ 35 < 35 ≥ 35
(1) (2) (3) (4) (5)
Berusaha sendiri 22,9 13,2 16,8 7,7
Berusaha dibantu buruh tidak 5,2 2,4 4,0 2,4
tetap/tidak dibayar
Berusaha dibantu buruh 7,0 3,1 9,0 2,8
tetap/dibayar

id
Buruh/karyawan/pegawai 50,6 64,0 57,7 76,1

.
Pekerja bebas di pertanian 1,6 1,4 0,7 1,3

go
Pekerja bebas di nonpertanian 9,3 15,4 7,6 8,9
Pekerja tak dibayar 3,3 s. 0,6 4,3 0,8
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

168
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 43
Tabel Persentase Pekerja Komuter
menurut Lapangan Usaha Utama dan Jam Kerja per Minggu, 2021 - 2022

Jam Kerja per Minggu (Jam)


No Lapangan Usaha Utama 2021 2022
< 35 ≥ 35 < 35 ≥ 35
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,9 3,0 7,3 2,1
2 Pertambangan dan Penggalian 0,8 0,9 0,4 1,1
3 Industri Pengolahan 11,3 21,8 6,7 21,4
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,3 0,6 0,3 0,7
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, 0,7 0,6 0,3 0,4

id
dan Daur Ulang

.
6 Konstruksi 4,1 8,9 3,2 8,6

go
7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan 20,2 21,6 24,0 19,5
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor s.
8 Transportasi dan Pergudangan 6,7 7,0 7,3 6,9
p
9 Penyediaan Akomodasi danMakan Minum 6,2 5,2 5,9 6,0
.b

10 Informasi dan Komunikasi 2,3 2,4 1,6 2,8


w

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,9 5,2 1,7 5,1


w

12 Real Estat 0,6 0,6 0,2 0,9


13 Jasa Perusahaan 3,9 3,7 3,7 4,0
//w

14 Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, dan 7,3 7,8 3,4 7,6


Jaminan Sosial Wajib
s:

15 Jasa Pendidikan 16,8 3,2 21,3 5,5


tp

16 Jasa Kesehatan dan KegiatanSosial 2,9 4,2 4,3 4,0


ht

17 Jasa Lainnya 6,0 3,3 8,3 3,4


Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

169
Lampiran
Lampiran 44
Tabel Persentase Pekerja Sirkuler
menurut Lapangan Usaha Utama dan Jam Kerja per Minggu, 2021 - 2022

Jam Kerja per Minggu (Jam)


No Lapangan Usaha Utama 2021 2022
< 35 ≥ 35 < 35 ≥ 35
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 17,2 9,6 18,0 7,0
2 Pertambangan dan Penggalian 1,4 4,5 2,3 4,5
3 Industri Pengolahan 9,9 14,4 5,4 16,5
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,0 0,7 0,2 0,6
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, 0,5 0,5 0,2 0,4
dan Daur Ulang

id
6 Konstruksi 9,8 24,6 7,2 19,8

.
7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan 19,6 14,1 20,7 14,8

go
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 15,6
s. 9,7 13,0 10,9
9 Penyediaan Akomodasi danMakan Minum 7,3 7,2 6,1 5,8
p
10 Informasi dan Komunikasi 0,2 0,6 0,0 1,2
.b

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,0 1,6 0,9 3,6


w

12 Real Estat 0,0 0,1 0,0 0,2


w

13 Jasa Perusahaan 1,5 2,1 6,3 2,9


14 Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, dan 3,5 4,1 5,2 5,1
//w

Jaminan Sosial Wajib


15 Jasa Pendidikan 4,9 1,0 8,2 1,7
s:

16 Jasa Kesehatan dan KegiatanSosial 1,0 0,8 1,3 2,0


tp

17 Jasa Lainnya 6,7 4,2 5,0 3,1


ht

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

170
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 45
Tabel Persentase Pekerja Komuter
menurut Tingkat Pendidikan dan Sektor Pekerjaan, 2021 - 2022

Sektor Pekerjaan
Tingkat Pendidikan 2021 2022
Formal Informal Formal Informal
(1) (2) (3) (4) (5)
Di Bawah SMA 17,6 59,5 17,2 56,1
Tidak sekolah/ Tidak Tamat SD 1,4 10,2 1,1 8,7
Tamat SD 6,1 28,4 5,9 26,0
Tamat SMP 10,1 20,9 10,2 21,4
SMA ke Atas 82,4 40,5 82,8 43,9
Tamat SMA 47,6 33,5 47,1 36,2

id
Perguruan tinggi 34,8 7,0 35,8 7,7

.
go
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0
p s.
.b
w
w

Lampiran 46
//w

Tabel Persentase Pekerja Sirkuler


s:

menurut Tingkat Pendidikan dan Sektor Pekerjaan, 2021 - 2022


tp

Sektor Pekerjaan
ht

Tingkat Pendidikan 2021 2022


Formal Informal Formal Informal
(1) (2) (3) (4) (5)
Di Bawah SMA 46,0 80,3 36,3 56,1
Tidak sekolah/
4,9 10,4 2,7 8,7
Tidak Tamat SD
Tamat SD 22,1 44,9 16,1 26,0
Tamat SMP 19,0 24,9 17,5 21,4
SMA ke Atas 54,0 19,7 63,7 43,9
Tamat SMA 36,9 17,6 40,6 36,2
Perguruan tinggi 17,1 2,1 23,1 7,7
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

171
Lampiran
Lampiran 47
Tabel Persentase Pekerja Komuter
menurut Lapangan Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021 - 2022

Sektor Pekerjaan
No Lapangan Usaha Utama 2021 2022
Formal Informal Formal Informal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,8 11,1 1,2 9,9
2 Pertambangan dan Penggalian 0,9 0,7 1,2 0,5
3 Industri Pengolahan 23,3 5,3 23,2 3,7
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,6 0,0 0,8 0,1
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah,
0,4 1,5 0,4 0,4

id
dan Daur Ulang

.
6 Konstruksi 5,6 18,0 6,6 16,6

go
7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan
17,9 35,8 16,7 37,2
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor s.
8 Transportasi dan Pergudangan 5,9 11,6 6,1 11,3
p
9 Penyediaan Akomodasi danMakan Minum 4,9 7,7 5,4 9,5
.b

10 Informasi dan Komunikasi 2,9 0,2 3,1 0,4


w

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 6,1 0,1 5,7 0,4


12 Real Estat 0,7 0,1 1,0 0,3
w

13 Jasa Perusahaan 4,3 1,4 4,5 1,6


//w

14 Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, dan


9,5 0,0 8,6 0,0
Jaminan Sosial Wajib
s:

15 Jasa Pendidikan 7,0 0,1 8,0 0,9


tp

16 Jasa Kesehatan dan KegiatanSosial 4,9 0,2 4,7 0,5


17 Jasa Lainnya 3,3 6,2 3,2 6,8
ht

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

172
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 48
Tabel Persentase Pekerja Sirkuler
menurut Lapangan Usaha Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021 - 2022

Sektor Pekerjaan
No Lapangan Usaha Utama 2021 2022
Formal Informal Formal Informal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8,9 13,7 5,3 16,7
2 Pertambangan dan Penggalian 5,5 1,5 5,0 1,9
3 Industri Pengolahan 18,9 4,1 18,6 5,2
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,9 0,0 0,7 0,0
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah,
5 0,4 0,6 0,3 0,7

id
dan Daur Ulang
6 Konstruksi 17,0 34,1 16,4 27,7

.
go
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan
7 12,3 19,6 12,9 23,5
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor s.
8 Transportasi dan Pergudangan 12,0 7,4 11,6 9,2
p
9 Penyediaan Akomodasi danMakan Minum 4,2 13,1 4,9 9,1
.b

10 Informasi dan Komunikasi 0,7 0,3 1,4 0,0


w

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2,3 0,0 4,4 0,0


12 Real Estat 0,1 0,1 0,2 0,0
w

13 Jasa Perusahaan 2,9 0,5 3,8 1,1


//w

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, dan


14 6,2 0,0 6,5 0,0
Jaminan Sosial Wajib
s:

15 Jasa Pendidikan 2,2 0,0 2,7 0,5


tp

16 Jasa Kesehatan dan KegiatanSosial 1,1 0,3 2,4 0,3


17 Jasa Lainnya 4,5 4,6 3,1 4,0
ht

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

173
Lampiran
Lampiran 49
Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut Jenis Pekerjaan
Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021 - 2022

Sektor Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Utama Formal Informal
2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan 5,9 5,3 0,1 0,1
Kepolisian NegaraRepublik Indonesia (POLRI)
Manajer 5,2 5,5 9,5 9,1
Profesional 11,3 12,7 1,0 1,9
Teknisi dan Asisten Profesional 8,4 8,2 1,3 2,2
Tenaga Tata Usaha 17,8 16,9 0,5 0,4

id
Tenaga Usaha Jasa danTenaga Penjualan 14,5 14,1 24,0 27,2

.
Pekerja Terampil Pertanian,Kehutanan, dan 0,7 0,5 7,1 5,7

go
Perikanan
Pekerja Pengolahan,Kerajinan, dan YBDI 10,0 s. 10,3 11,7 10,2
Operator dan Perakit Mesin 12,3 12,6 10,9 10,9
p
Pekerja Kasar 14,0 13,8 33,9 32,4
.b

Pekerja Komuter 100,0 100,0 100,0 100,0


w
w
//w
s:

Lampiran 50
tp

Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut Jenis Pekerjaan


ht

Utama dan Sektor Pekerjaan, 2021 - 2022

Sektor Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Utama Formal Informal
2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan 4,1 4,4 0,1 0,0
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
Manajer 7,4 6,7 5,5 8,1
Profesional 4,8 7,0 0,2 1,0
Teknisi dan Asisten Profesional 6,1 6,9 0,8 1,0
Tenaga Tata Usaha 5,9 9,6 0,2 0,0
Tenaga Usaha Jasa dan Tenaga Penjualan 10,6 12,3 14,6 13,4
Pekerja Terampil Pertanian,Kehutanan, dan 3,8 2,3 9,3 9,9
Perikanan
Pekerja Pengolahan, Kerajinan, dan YBDI 17,9 14,8 18,2 16,8
Operator dan Perakit Mesin 18,5 17,7 7,3 9,5
Pekerja Kasar 20,9 18,5 43,8 40,3
Pekerja Sirkuler 100,0 100,0 100,0 100,0

174
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 51
Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut
Jenis Transportasi yang Digunakan, 2021-2022

Moda Transportasi 2021 2022

(1) (2) (3)


Transportasi Pribadi/Dinas 90,2 93,0

Transportasi Umum 8,4 6,3

Transportasi Online 0,5 0,3

Jalan Kaki/Tidak Menggunakan 0,9 0,4


Jumlah 100,0 100,0

id
.
go
p s.
Lampiran 52
.b

Tabel Persentase Pekerja yang Pernah Pindah dan yang Tidak Pernah Pindah
w

Pekerjaan menurut Karakteristik Demografi, 2021 - 2022


w
//w

Pernah Pindah Tidak Pernah Pindah


Karakteristik
2021 2022 2021 2022
s:

(1) (2) (3) (4) (5)


tp

Jenis Kelamin
Laki-laki 8,2 8,2 91,8 91,8
ht

Perempuan 5,2 5,9 94,8 94,1


Daerah Tempat Tinggal
Perkotaan 7,1 7,5 92,9 92,5
Pedesaan 7,0 7,1 93,0 92,9
Kelompok Umur
15-24 10,4 11,1 89,6 88,9
25-34 8,7 9,4 91,3 90,6
35-44 6,7 6,7 93,3 93,3
45-54 5,5 5,5 94,5 94,5
55+ 4,8 5,0 95,2 95,0
Pendidikan
Di bawah SMA 7,0 6,8 93,0 93,2
SMA ke atas 7,1 8,0 92,9 92,0
Status Perkawinan
Belum Kawin 9,6 10,2 90,4 89,8
Kawin 6,5 6,7 93,5 93,3
Cerai Hidup 8,5 8,8 91,5 91,2
Cerai Mati 4,7 4,4 95,3 95,6
Jumlah 7,0 7,3 93,0 92,7

175
Lampiran
Lampiran 53
Tabel Persentase Pekerja yang Pernah Pindah Pekerjaan
menurut Kelompok Umur dan Alasan Pindah Pekerjaan, 2021 - 2022

Alasan Pindah Pekerjaan


Kelompok
Internal Eksternal Terkait COVID-19 Lainnya
Umur
2021 2022 2021 2022 2021 2022 2021 2022

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


15-24 35,7 43,3 32,8 29,1 9,7 4,1 21,8 23,5
25-34 29,1 32,6 38,1 36,7 12,1 5,1 20,6 25,6

35-44 25,2 25,8 37,7 40,3 13,1 5,8 24,0 28,1

id
45-54 21,4 18,9 35,7 41,8 12,4 5,6 30,5 33,7

.
55+ 16,5 12,5 30,8 41,4 9,9 3,2 42,8 42,9

go
Jumlah 26,6 28,3 35,7 37,5 s. 11,6 4,9 26,1 29,4
p
.b
w
w
//w

Lampiran 54
s:

Tabel Jumlah (Ribu) dan Persentase Pekerja menurut Status Bekerja


tp

dan Status Mobilitas Permanen, 2022


ht

Status Mobilitas Permanen


Sementara
Pekerja Migran Risen Pekerja Nonmigran Risen Total
Tidak Bekerja
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Ya 81,2 2,1 2 487,9 1,9 2 569,1 1,9
Tidak 3 732,0 97,9 128 995,6 98,1 132 727,6 98,1
Jumlah 3 813,2 100,0 131 483,5 100,0 135 296,7 100,0

176
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 55
Tabel Jumlah (Ribu) Persentase Pekerja menurut Status Bekerja
dan Status Mobilitas Nonpermanen, 2022

Status Mobilitas
Sementara
Pekerja Komuter Pekerja Sirkuler Stayers Total
Tidak Bekerja
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Ya 87,0 1,1 89,7 4,1 2 392,3 1,9 2 569,1 1,9
Tidak 7 987,9 98,9 2 123,7 95,9 122 615,9 98,1 132 727,6 98,1
Jumlah 8 075,0 100,0 2 213,5 100,0 125 008,3 100,0 135 296,7 100,0

. id
go
p s.
.b
w

Lampiran 56
w

Tabel Jumlah (Ribu) dan Persentase Pekerja yang


//w

Sementara Tidak Bekerja Menurut Status Mobilitas Permanen


s:

dan Alasan Sementara Tidak Bekerja, 2022


tp

Status Mobilitas Permanen


ht

Pekerja Nonmigran
Sementara Tidak Bekerja Pekerja Migran Risen Total
Risen
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (5) (6)
Pendapatan/Upah 0,3 0,4 8,8 0,4 9,1 0,4
bertambah dibanding
sebelum COVID
Pendapatan/Upah berkurang 80,9 99,6 2 479,1 99,6 2 560,0 99,6
dibanding sebelum COVID
Jumlah 81,2 100,0 2 487,9 100,0 2 569,1 100,0

177
Lampiran
Lampiran 57
Tabel Jumlah (Ribu) dan Persentase Pekerja yang Sementara Tidak Bekerja
Menurut Status Mobilitas Nonpermanen, 2022

Status Mobilitas
Alasan Sementara
Pekerja Komuter Pekerja Sirkuler Stayers Total
Tidak Bekerja
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (4) (5)
Alasan Terkait Covid- - - 0,1 0,1 9,0 0,4 9,1 0,4
19
Alasan Bukan Terkait 87,0 100,0 89,6 99,9 2 383,4 99,6 2 560,0 99,6
Covid-19
Jumlah 87,0 100,0 89,7 100,0 2 392,3 100,0 2 569,1 100,0

. id
go
p s.
.b
w

Lampiran 58
w

Tabel Jumlah (Ribu) dan Persentase Pekerja menurut Perubahan


//w

Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih


dan Status Mobilitas Permanen, 2022
s:
tp

Status Mobilitas Permanen


ht

Pekerja Nonmigran
Sementara Tidak Bekerja Pekerja Migran Risen Total
Risen
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pendapatan/Upah bertambah 428,3 12,5 14 056,6 12,3 14 484,9 12,3
dibanding sebelum COVID
Pendapatan/Upah berkurang 430,1 12,5 23 081,5 20,2 23 511,5 20,0
dibanding sebelum COVID
Tidak ada perubahan 1 072,1 31,2 53 856,2 47,2 54 928,3 46,7
Sebelum COVID belum bekerja 1 506,4 43,8 23 166,2 20,3 24 672,6 21,0
di pekerjaan sekarang
Jumlah 3 436,9 100,0 114 160,4 100,0 117 597,3 100,0

178
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 59
Tabel Jumlah (Ribu) dan Persentase Pekerja menurut Perubahan
Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih
dan Status Mobilitas Nonpermanen, 2022

Status Mobilitas Nonpermanen


Pekerja
Sementara Tidak Bekerja Pekerja Sirkuler Stayers Total
Komuter
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Pendapatan/Upah 1 082,0 13,6 322,5 14,7 13 080,4 12,2 14 12,3
bertambah dibanding 484,9

id
sebelum COVID
Pendapatan/Upah berkurang 1 073,0 13,5 363,2 16,6 22 075,4 20,5 23 20,0

.
go
dibanding sebelum COVID 511,5
Tidak ada perubahan 3 891,2 48,9 908,8 41,5
s. 50 128,3 46,7 54 46,7
928,3
p
Sebelum COVID belum 1 912,9 24,0 595,3 27,2 22 164,4 20,6 24 21,0
.b

bekerja di pekerjaan 672,6


w

sekarang
Jumlah 7 959,1 100,0 2 189,8 100,0 107 448,4 100,0 117 597,3 100,0
w
//w
s:
tp
ht

Lampiran 60
Tabel Persentase Pekerja Komuter menurut Perubahan
Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih
dan Status Formal/Informal, 2022

Perubahan Rata-rata Status Formal/Informal


Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah
Formal Informal
Bersih Dibanding Sebelum COVID
(1) (2) (3)
Pendapatan/Upah bertambah dibanding sebelum COVID 13,43 14,57
Pendapatan/Upah berkurang dibanding sebelum COVID 10,40 31,53
Tidak ada perubahan 51,55 33,27
Sebelum COVID belum bekerja di pekerjaan sekarang 24,61 20,64
Jumlah 100,00 100,00

179
Lampiran
Lampiran 61
Tabel Persentase Pekerja Sirkuler menurut Perubahan
Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih
dan Status Formal/Informal, 2022

Perubahan Rata-rata Status Formal/Informal


Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah
Formal Informal
Bersih Dibanding Sebelum COVID
(1) (2) (3)
Pendapatan/Upah bertambah dibanding sebelum COVID 14,35 16,15
Pendapatan/Upah berkurang dibanding sebelum COVID 13,55 27,93
Tidak ada perubahan 44,04 32,01
Sebelum COVID belum bekerja di pekerjaan sekarang 28,06 23,91

id
Jumlah 100,00 100,00

.
go
s.
p
.b
w
w
//w

Lampiran 62
Tabel Persentase Pekerja Migran Risen
s:

Menurut Perubahan Rata-Rata Pendapatan/Penghasilan/Gaji/


tp

Upah Bersih dan Status Formal/Informal, 2022


ht

Perubahan Rata-rata Status Formal/Informal


Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah
Formal Informal
Bersih Dibanding Sebelum COVID
(1) (2) (3)
Pendapatan/Upah bertambah 12,70 11,77
dibanding sebelum COVID
Pendapatan/Upah berkurang dibanding sebelum COVID 11,98 27,09
Tidak ada perubahan 50,03 44,08
Sebelum COVID belum bekerja di pekerjaan sekarang 25,30 17,06
Jumlah 100,00 100,00

180
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 63
Tabel Jumlah (Ribu) Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi dan Status
Pengalaman Bekerja di Luar Negeri Periode Agustus 2017- Agustus 2022,
Sakernas Agustus 2022

Pernah Bekerja di Luar Negeri


Provinsi
Ya Tidak
(1) (2) (3)
Aceh 3,5 4 016,5
Sumatera Utara 18,8 11 012,6
Sumatera Barat 4,4 4 134,6
Riau 5,9 5 183,3
Jambi 5,4 2 772,2

id
Sumatera Selatan 2,6 6 487,2
Bengkulu 0,4 1 541,1

.
go
Lampung 10,4 6 549,9
Bangka Belitung 0,3 1 138,9
Kepulauan Riau 21,9
p s. 1 805,4

DKI Jakarta 5,4 8 321,6


.b

Jawa Barat 64,7 38 603,1


w

Jawa Tengah 62,7 27 428,2


w

DI Yogyakarta 3,9 3 213,9


Jawa Timur 79 32 027,5
//w

Banten 4,8 9 982,2


s:

Bali 8,6 3 554,6


tp

Nusa Tenggara Barat 86,2 3 860,3


Nusa Tenggara Timur 4,3 4 013,1
ht

Kalimantan Barat 26,1 3 881,5


Kalimantan Tengah 0,4 2 088,4
Kalimantan Selatan 0,7 3 250,7
Kalimantan Timur 0,4 2 862,0
Kalimantan Utara 0,6 546,6

Sulawesi Utara 0,1 1 968,9


Sulawesi Tengah 0,5 2 336,1
Sulawesi Selatan 12,9 6 876,5
Sulawesi Tenggara 2,8 2 005,9
Gorontalo 0 915,0
Sulawesi Barat 0,8 1 025,9

Maluku 0,3 1 326,6


Maluku Utara 0,1 938,9
Papua Barat 0,4 751,3
Papua 0 2 560,7
Total 439,1 208 981,3

181
Lampiran
Lampiran 64
Tabel Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Pernah Bekerja di Luar Negeri
Periode Agustus 2017- Agustus 2022 menurut Negara Tujuan (Ribu),
Sakernas Agustus 2022
Penduduk 15+ yang Pernah
Negara Persentase
Bekerja di Luar Negeri
(1) (2) (3)
Malaysia 246,2 56,1
Arab Saudi 33,3 7,6
Singapura 27,3 6,2
China Taipei (Taiwan) 23,4 5,3
Hongkong 18,1 4,1

id
Jepang 15,1 3,4

.
Uni Emirat Arab 13,1 3,0

go
Brunei Darussalam 8,2 1,9
Korea Selatan 6,7 s. 1,5
Amerika Serikat 5,7 1,3
p
Negara Lainnya 42,1 9,6
.b

Jumlah 439,1 100,0


w
w
//w

Lampiran 65
s:

Tabel Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Pernah Bekerja di Luar Negeri
tp

Periode Agustus 2017- Agustus 2022 menurut Negara Tujuan dan Pendidikan
ht

Tertinggi yang Ditamatkan (Ribu), Sakernas Agustus 2022


Negara Di Bawah SMA SMA ke Atas Total
(1) (2) (3) (4)
Malaysia 161,7 84,4 246,2
Arab Saudi 25,5 7,7 33,3
Singapura 10,6 16,6 27,2
Taiwan 15,2 8,2 23,4
Hongkong 14,3 3,7 18,1
Jepang 1,4 13,7 15,1
Uni Emirat Arab 12,2 0,9 13,1
Brunai Darussalam 5,8 2,5 8,3
Korea Selatan 1,4 5,3 6,7
Amerika 0,7 5,1 5,7
Negara lainnya 8,8 33,3 42,1
Jumlah 257,7 181,4 439,1

182
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 66
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Migran Risen Hasil
Sakernas Agustus 2022 berdasarkan Status Bekerja

Estimasi Jumlah Pekerja Migran Risen


Provinsi RSE Selang Kepercayaan (95%)
Estimasi Standard Error
(%) Batas Bawah Batas Atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 53,8 4,5 8.3 45.0 62,6
Sumatera Utara 279,3 20,6 7.4 239,0 319,6
Sumatera Barat 125,6 7,7 6.1 110,5 140,7
Riau 85,1 7,2 8.5 71,0 99,3
Jambi 34,5 3,7 10.9 27,2 41,9
Sumatera Selatan 90,2 8,5 9.4 73,5 106,9

id
Bengkulu 28,7 2,7 9.3 23,4 33,9
Lampung 114,8 9,9 8.6 95,4 134,2

.
go
Kep. Bangka Belitung 26,4 3,6 13.5 19,4 33,4
Kep. Riau 69,3 10,8 15.7 48,0 90,6

DKI Jakarta 115,8 15,8


p s. 13.7 85,0 146,8
Jawa Barat 628,5 42,2 6.7 545,8 711,3
.b

Jawa Tengah 537,3 20,7 3.9 496,7 578,0


DI Yogyakarta 116,5 10,0 8.6 96,9 136,2
w

Jawa Timur 426,1 23,0 5.4 380,9 471,2


w

Banten 104,0 14,4 13.8 75,8 132,2


//w

Bali 84,0 8,7 10.4 66,9 101,1


Nusa Tenggara Barat 117,7 9,2 7.8 99,7 135,6
s:

Nusa Tenggara Timur 113,8 7,8 6.8 98,5 129,1


tp

Kalimantan Barat 59,6 5,5 9.3 48,7 70,4


ht

Kalimantan Tengah 49,2 7,0 14.3 35.4 62,9


Kalimantan Selatan 78,7 8,2 10.4 62,6 94,7
Kalimantan Timur 57,9 6,4 11.1 45,4 70,5
Kalimantan Utara 15,3 2,8 18.4 9,8 20,8

Sulawesi Utara 26,6 2,6 9.8 21,5 31,7


Sulawesi Tengah 41,3 5,5 13.4 30,4 52,1
Sulawesi Selatan 135,7 11,9 8.8 112,3 159,0
Sulawesi Tenggara 67,1 8,9 13.2 49,7 84,5
Gorontalo 15,4 1,9 12.2 11,7 19,1
Sulawesi Barat 19,7 2,7 13.7 14,4 24,9

Maluku 31,4 6,1 19.3 19,5 43,3


Maluku Utara 16,5 2,0 12.2 12,6 20,4
Papua Barat 22,0 2,6 11.8 16,9 27,1
Papua 25,6 3.7 14.4 18,4 32,9

183
Lampiran
Lampiran 66a
Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Migran Risen Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Status Bekerja

Estimasi Persentase Pekerja Migran Risen


Provinsi RSE Selang Kepercayaan (95%)
Estimasi Standard Error
(%) Batas Bawah Batas Atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 1.4 0.1 8,4 1.2 1.7
Sumatera Utara 7.3 0.5 7,0 6.4 8.4
Sumatera Barat 3.3 0.2 6,2 2.9 3.7
Riau 2.2 0.2 8,5 1.9 2.6
Jambi 0.9 0.1 10,9 0.7 1.1
Sumatera Selatan 2.4 0.2 9,4 2.0 2.8
Bengkulu 0.8 0.1 9,4 0.6 0.9

id
Lampung 3.0 0.3 8,6 2.5 3.6

.
Kep. Bangka Belitung 0.7 0.1 13,5 0.5 0.9

go
Kep. Riau 1.8 0.3 15,5 1.3 2.5

DKI Jakarta 3.0 0.4


p s. 13,4 2.3 3.9
Jawa Barat 16.5 1.0 5,8 14.7 18.4
.b

Jawa Tengah 14.1 0.5 3,8 13.1 15.2


DI Yogyakarta 3.1 0.3 8,6 2.6 3.6
w

Jawa Timur 11.2 0.6 5,1 10.1 12.3


w

Banten 2.7 0.4 13,6 2.1 3.6


//w

Bali 2.2 0.2 10,3 1.8 2.7


Nusa Tenggara Barat 3.1 0.2 7,8 2.6 3.6
s:

Nusa Tenggara Timur 3.0 0.2 6,9 2.6 3.4


tp

Kalimantan Barat 1.6 0.1 9,3 1.3 1.9


ht

Kalimantan Tengah 1.3 0.2 14,2 1.0 1.7


Kalimantan Selatan 2.1 0.2 10,3 1.7 2.5
Kalimantan Timur 1.5 0.2 11,1 1.2 1.9
Kalimantan Utara 0.4 0.1 18,4 0.3 0.6

Sulawesi Utara 0.7 0.1 9,9 0.6 0.8


Sulawesi Tengah 1.1 0.1 13,4 0.8 1.4
Sulawesi Selatan 3.6 0.3 8,7 3.0 4.2
Sulawesi Tenggara 1.8 0.2 13,1 1.4 2.3
Gorontalo 0.4 0.0 12,3 0.3 0.5
Sulawesi Barat 0.5 0.1 13,7 0.4 0.7

Maluku 0.8 0.2 19,3 0.6 1.2


Maluku Utara 0.4 0.1 12,3 0.3 0.5
Papua Barat 0.6 0.1 11,9 0.5 0.7
Papua 0.7 0.1 14,4 0.5 0.9

184
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 67
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Komuter Hasil SAKERNAS
Agustus 2022 Berdasarkan Status Bekerja

Estimasi Jumlah Pekerja Komuter


Provinsi RSE Selang Kepercayaan (95%)
Estimasi Standard Error
(%) Batas Bawah Batas Atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 63,3 4,9 7,8 53,7 73,0
Sumatera Utara 416,9 37,9 9,1 342,6 491,2
Sumatera Barat 87,4 8,8 10,1 70,1 104,7
Riau 35,3 6,0 17,0 23,6 47,0
Jambi 50,6 6,6 13,1 37,6 63,6
Sumatera Selatan 105,1 8,4 7,9 88,8 121,4
Bengkulu 27,4 2,7 10,0 22,0 32,8

id
Lampung 135,8 12,2 9,0 111,9 159,7

.
Kep. Bangka Belitung 28,6 3,9 13,6 21,0 36,1

go
Kep. Riau 7,8 1,6 20,7 4,6 10,9

DKI Jakarta 836,1 40,2


p s. 4,8 757,3 914,9
Jawa Barat 2 343,6 95,9 4,1 2 155,6 2 531,6
.b

Jawa Tengah 1 006,2 32,3 3,2 942,8 1 069,5


DI Yogyakarta 309,3 17,0 5,5 275,9 342,7
w

Jawa Timur 951,2 38,1 4,0 876,6 1 025,9


w

Banten 727,5 43,8 6,0 641,8 813,3


//w

Bali 273,3 14,2 5,2 245,5 301,2


Nusa Tenggara Barat 92,7 8,2 8,9 76,5 108,9
s:

Nusa Tenggara Timur 28,9 5,6 19,5 17,8 39,9


tp

Kalimantan Barat 70,4 7,3 10,4 56,1 84,8


ht

Kalimantan Tengah 9,7 2,0 20,3 5,9 13,6


Kalimantan Selatan 121,3 10,4 8,5 101,0 141,6
Kalimantan Timur 27,8 4,5 16,0 19,0 36,5
Kalimantan Utara 0,0 0,0 100,0 -0,1 0,2

Sulawesi Utara 44,2 3,5 7,9 37,3 51,0


Sulawesi Tengah 28,0 4,3 15,4 19,5 36,4
Sulawesi Selatan 149,3 11,5 7,7 126,8 171,7
Sulawesi Tenggara 35,1 5,2 14,8 24,9 45,3
Gorontalo 31,8 3,0 9,5 25,8 37,7
Sulawesi Barat 5,5 1,2 21,6 3,2 7,8

Maluku 11,7 2,6 22,2 6,6 16,8


Maluku Utara 3,3 0,8 23,6 1,8 4,9
Papua Barat 5,8 1,4 23,5 3,1 8,5
Papua 4,1 1,0 23,3 2,3 6,0

185
Lampiran
Lampiran 67a
Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Komuter Hasil SAKERNAS
Agustus 2022 Berdasarkan Status Bekerja

Estimasi Persentase Pekerja Komuter


Provinsi RSE Selang Kepercayaan (95%)
Estimasi Standard Error
(%) Batas Bawah Batas Atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 0,8 0,1 7,9 0,7 0,9
Sumatera Utara 5,2 0,5 8,8 4,3 6,1
Sumatera Barat 1,1 0,1 10,1 0,9 1,3
Riau 0,4 0,1 17,0 0,3 0,6
Jambi 0,6 0,1 13,1 0,5 0,8
Sumatera Selatan 1,3 0,1 8,0 1,1 1,5

id
Bengkulu 0,3 0,0 10,1 0,3 0,4
Lampung 1,7 0,2 9,0 1,4 2,0

.
go
Kep. Bangka Belitung 0,4 0,0 13,6 0,3 0,5
Kep. Riau 0,1 0,0 20,7 0,1 0,1

DKI Jakarta 10,4 0,5


p s. 4,6 9,5 11,3
Jawa Barat 29,0 0,9 3,1 27,3 30,8
.b

Jawa Tengah 12,5 0,4 3,2 11,7 13,3


DI Yogyakarta 3,8 0,2 5,5 3,4 4,3
w

Jawa Timur 11,8 0,5 3,9 10,9 12,7


w

Banten 9,0 0,5 5,7 8,1 10,1


//w

Bali 3,4 0,2 5,3 3,1 3,8


Nusa Tenggara Barat 1,1 0,1 9,0 1,0 1,4
s:

Nusa Tenggara Timur 0,4 0,1 19,5 0,2 0,5


tp

Kalimantan Barat 0,9 0,1 10,4 0,7 1,1


ht

Kalimantan Tengah 0,1 0,0 20,3 0,1 0,2


Kalimantan Selatan 1,5 0,1 8,6 1,3 1,8
Kalimantan Timur 0,3 0,1 16,0 0,3 0,5
Kalimantan Utara 0,0 0,0 100,0 0,0 0,0

Sulawesi Utara 0,5 0,0 8,0 0,5 0,6


Sulawesi Tengah 0,3 0,1 15,4 0,3 0,5
Sulawesi Selatan 1,8 0,1 7,7 1,6 2,1
Sulawesi Tenggara 0,4 0,1 14,9 0,3 0,6
Gorontalo 0,4 0,0 9,6 0,3 0,5
Sulawesi Barat 0,1 0,0 21,7 0,0 0,1

Maluku 0,1 0,0 22,2 0,1 0,2


Maluku Utara 0,0 0,0 23,7 0,0 0,1
Papua Barat 0,1 0,0 23,5 0,0 0,1
Papua 0,1 0,0 23,3 0,0 0,1

186
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 68
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Sirkuler Hasil Sakernas
Agustus 2022 Berdasarkan Status Bekerja

Estimasi Jumlah Pekerja Sirkuler


Provinsi RSE Selang Kepercayaan (95%)
Estimasi Standard Error
(%) Batas Bawah Batas Atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 23,4 2,3 10,0 18,9 28,0
Sumatera Utara 96,7 11,7 12,2 73,7 119,7
Sumatera Barat 43,9 4,7 10,6 34,8 53,1
Riau 29,9 3,5 11,7 23,0 36,7
Jambi 23,2 3,5 15,0 16,4 30,1
Sumatera Selatan 51,2 5,2 10,2 41,0 61,3

id
Bengkulu 16,8 1,8 10,6 13,4 20,3

.
Lampung 43,6 5,0 11,3 33,9 53,3

go
Kep. Bangka Belitung 9,1 3,3 35,7 2,8 15,5
Kep. Riau 7,3 1,6 22,5 4,1 10,5
s.
DKI Jakarta 36,5 6,3 17,3 24,2 48,9
p
Jawa Barat 565,6 30,0 5,3 506,7 624,4
.b

Jawa Tengah 389,4 17,3 4,5 355,5 423,3


w

DI Yogyakarta 38,5 4,8 12,5 29,1 48,0


Jawa Timur 331,1 15,7 4,7 300,4 361,8
w

Banten 142,4 13,7 10,0 115,6 169,2


//w

Bali 17,5 2,2 12,4 13,3 21,8


s:

Nusa Tenggara Barat 34,0 5,4 15,8 23,5 44,6


Nusa Tenggara Timur 16,3 2,7 16,3 11,1 21,5
tp

Kalimantan Barat 27,9 3,0 10,9 22,0 33,9


ht

Kalimantan Tengah 13,3 1,7 12,9 10,0 16,7


Kalimantan Selatan 38,2 3,3 8,6 31,8 44,7
Kalimantan Timur 25,3 5,6 22,0 14,4 36,2
Kalimantan Utara 7,1 1,8 25,0 3,6 10,7

Sulawesi Utara 26,4 2,5 9,6 21,4 31,4


Sulawesi Tengah 20,4 5,2 25,6 10,2 30,7
Sulawesi Selatan 66,1 7,2 10,8 52,0 80,1
Sulawesi Tenggara 25,2 2,9 11,5 19,5 30,9
Gorontalo 10,6 1,4 13,4 7,8 13,4
Sulawesi Barat 7,0 1,3 18,4 4,5 9,5

Maluku 5,5 1,3 22,5 3,1 7,9


Maluku Utara 8,1 1,2 14,8 5,7 10,4
Papua Barat 9,5 1,5 15,89 6,6 12,5
Papua 6,4 1,2 18,59 4,1 8,8

187
Lampiran
Lampiran 68a
Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Sirkuler Hasil Sakernas
Agustus 2022 Berdasarkan Status Bekerja

Estimasi Persentase Pekerja Sirkuler


Provinsi RSE Selang Kepercayaan (95%)
Estimasi Standard Error
(%) Batas Bawah Batas Atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 1,1 0,1 10,1 0,9 1,3
Sumatera Utara 4,4 0,5 11,8 3,5 5,5
Sumatera Barat 2,0 0,2 10,6 1,6 2,4
Riau 1,3 0,2 11,7 1,1 1,7
Jambi 1,0 0,2 15,0 0,8 1,4
Sumatera Selatan 2,3 0,2 10,1 1,9 2,8
Bengkulu 0,8 0,1 10,7 0,6 0,9
Lampung 2,0 0,2 11,3 1,6 2,5

id
Kep. Bangka Belitung 0,4 0,1 35,6 0,2 0,8
Kep. Riau 0,3 0,1 22,6 0,2 0,5

.
go
DKI Jakarta 1,6 0,3 17,1 1,2 2,3
Jawa Barat 25,6 1,1 s. 4,3 23,5 27,7
Jawa Tengah 17,6 0,7 4,1 16,2 19,1
p
DI Yogyakarta 1,7 0,2 12,5 1,4 2,2
.b

Jawa Timur 15,0 0,7 4,5 13,7 16,3


Banten 6,4 0,6 9,2 5,4 7,7
w
w

Bali 0,8 0,1 12,5 0,6 1,0


//w

Nusa Tenggara Barat 1,5 0,2 15,7 1,1 2,1


Nusa Tenggara Timur 0,7 0,1 16,3 0,5 1,0
s:

Kalimantan Barat 1,3 0,1 11,0 1,0 1,6


tp

Kalimantan Tengah 0,6 0,1 13,0 0,5 0,8


Kalimantan Selatan 1,7 0,2 8,7 1,5 2,0
ht

Kalimantan Timur 1,1 0,2 21,9 0,7 1,8


Kalimantan Utara 0,3 0,1 25,0 0,2 0,5

Sulawesi Utara 1,2 0,1 9,7 1,0 1,4


Sulawesi Tengah 0,9 0,2 25,5 0,6 1,5
Sulawesi Selatan 3,0 0,3 10,7 2,4 3,7
Sulawesi Tenggara 1,1 0,1 11,6 0,9 1,4
Gorontalo 0,5 0,1 13,5 0,4 0,6
Sulawesi Barat 0,3 0,1 18,5 0,2 0,5

Maluku 0,2 0,1 22,5 0,2 0,4


Maluku Utara 0,4 0,1 14,9 0,3 0,5
Papua Barat 0,4 0,1 16,0 0,3 0,6
Papua 0,3 0,1 18,7 0,2 0,4

188
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 69
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Migran Risen Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubah Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih

Perubahan Rata-Rata Estimasi Jumlah Pekerja Migran Risen


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Dibanding Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah
bertambah dibanding 428,3 20,3 4,7 388,5 468,2
sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang
430,1 23,5 5,5 383,9 476,2

id
dibanding sebelum COVID

.
go
Tidak ada perubahan 1 072,1 31,0 2,9 1 011,4 1 132,9

Sebelum COVID belum


p s.
bekerja di pekerjaan 1 506,4 35,5 2,4 1 436,9 1 575,9
.b

sekarang
w
w
//w
s:

Lampiran 69a
tp

Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Migran Risen Hasil


ht

Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubah Rata-Rata


Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih

Perubahan Rata-Rata Estimasi Persentase Pekerja Migran Risen


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Dibanding Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah bertambah
12,5 0,5 4,2 11,5 13,5
dibanding sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang
12,5 0,6 4,9 11,4 13,8
dibanding sebelum COVID

Tidak ada perubahan 31,2 0,7 2,2 29,9 32,5

Sebelum COVID belum bekerja


43,8 0,7 1,7 42,4 45,3
di pekerjaan sekarang

189
Lampiran
Lampiran 70
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Komuter Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubah Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih

Perubahan Rata-Rata Estimasi Jumlah Pekerja Komuter


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Dibanding Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah
bertambah dibanding 1 082,0 41,6 3.8 1 000,5 1 163,5
sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 1 073,0 39,7 3.7 995,1 1 150,8

id
dibanding sebelum COVID

.
go
3 891,2 87,4 2.2 3 720,0 4 062,5
Tidak ada perubahan

Sebelum COVID belum


s.
1 912,9 47,6 2.5 1 819,6 2 006,3
p
bekerja di pekerjaan
.b

sekarang
w
w
//w

Lampiran 70a
Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Komuter Hasil
s:

Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata


tp

Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih
ht

Perubahan Rata-Rata Estimasi Persentase Pekerja Komuter


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Dibanding Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah bertambah
13,6 0,5 3,5 12,7 14,6
dibanding sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 13,5 0,4 3,3 12,6 14,4


dibanding sebelum COVID

48,9 0,7 1,4 47,6 50,2


Tidak ada perubahan

Sebelum COVID belum bekerja 24,0 0,5 2,0 23,1 25,0


di pekerjaan sekarang

190
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 71
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Sirkuler Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih

Perubahan Rata-Rata Estimasi Jumlah Pekerja Sirkuler


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Dibanding Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah
bertambah dibanding 322,5 16,3 5,1 290,5 354,5
sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 363,2 18,5 5,1 326,9 399,5

id
dibanding sebelum COVID

.
go
908,8 26,6 2,9 856,7 960,9
Tidak ada perubahan
s.
Sebelum COVID belum
p
595,3 21,1 3,5 554,0 636,6
bekerja di pekerjaan
.b

sekarang
w
w
//w
s:

Lampiran 71a
tp

Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Sirkuler Hasil


ht

Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata


Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih

Perubahan Rata-Rata Estimasi Persentase Pekerja Sirkuler


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Dibanding Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah bertambah
14,7 0,7 4,5 13,5 16,1
dibanding sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 16,6 0,7 4,5 15,2 18,1


dibanding sebelum COVID

41,5 0,9 2,2 39,7 43,3


Tidak ada perubahan

Sebelum COVID belum bekerja 27,2 0,8 2,9 25,7 28,8


di pekerjaan sekarang

191
Lampiran
Lampiran 72
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Komuter Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Formal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Jumlah Pekerja Komuter Berstatus Formal


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Dibanding Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah
bertambah dibanding 913,1 39,3 4,3 836,1 990,1
sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 707,4 34,2 4,8 640,5 774,4

id
dibanding sebelum COVID

.
go
3 505,5 84,1 2,4 3 340,7 3 670,3
Tidak ada perubahan

Sebelum COVID belum


s.
1 673,7 44,5 2,7 1 586,4 1 760,9
p
bekerja di pekerjaan
.b

sekarang
w
w
//w
s:
tp

Lampiran 72a
Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Komuter Hasil
ht

Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata


Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Formal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Persentase Pekerja Komuter Berstatus Formal


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Dibanding Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah bertambah
13,4 0,5 3,9 12,4 14,5
dibanding sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 10,4 0,5 4,4 9,5 11,3


dibanding sebelum COVID

51,6 0,7 1,4 50,1 53,0


Tidak ada perubahan

Sebelum COVID belum bekerja 24,6 0,5 2,1 23,6 25,7


di pekerjaan sekarang

192
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 73
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Komuter Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Informal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Jumlah Pekerja Komuter Berstatus Informal


Pendapatan/ Selang Kepercayaan (95%)
Penghasilan/ Gaji/ Standard RSE
Estimasi
Upah Bersih Dibanding Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah
bertambah dibanding 168,9 11,1 6,6 147,1 190,7
sebelum COVID

id
Pendapatan/Upah
365,5 18,0 4,9 330,2 400,9
berkurang dibanding

.
go
sebelum COVID

Tidak ada perubahan


385,7 16,9
p s. 4,4 352,5 418,8
.b

Sebelum COVID belum


239,3 14,0 5,9 211,8 266,8
w

bekerja di pekerjaan
sekarang
w
//w
s:
tp

Lampiran 73a
ht

Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Komuter Hasil


Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Informal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Persentase Pekerja Komuter Berstatus Informal


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Dibanding Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah bertambah
14,6 0,9 6,1 12,9 16,4
dibanding sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 31,5 1,2 3,8 29,2 33,9


dibanding sebelum COVID

33,3 1,2 3,5 31,1 35,6


Tidak ada perubahan

Sebelum COVID belum bekerja 20,6 1,0 5,0 18,7 22,7


di pekerjaan sekarang

193
Lampiran
Lampiran 74
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Sirkuler Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Formal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Jumlah Pekerja Sirkuler Berstatus Formal


Pendapatan/ Selang Kepercayaan (95%)
Penghasilan/ Gaji/ Standard RSE
Estimasi
Upah Bersih Dibanding Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah
bertambah dibanding 247,9 14,2 5,7 220,1 275,6
sebelum COVID

Pendapatan/Upah

id
234,1 14,7 6,3 205,2 263,0
berkurang dibanding

.
go
sebelum COVID

760,8 24,1 s. 3,2 713,6 807,9


Tidak ada perubahan
p
.b

Sebelum COVID belum


484,8 19,2 4,0 447,2 522,3
bekerja di pekerjaan
w

sekarang
w
//w
s:
tp
ht

Lampiran 74a
Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Sirkuler Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Formal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Persentase Pekerja Sirkuler Berstatus Formal


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Dibanding Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah bertambah
14,3 0,7 5,2 13,0 15,9
dibanding sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 13,6 0,8 5,7 12,1 15,2


dibanding sebelum COVID

44,0 1,0 2,3 42,0 46,1


Tidak ada perubahan

Sebelum COVID belum bekerja 28,1 0,9 3,2 26,3 29,9


di pekerjaan sekarang

194
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 75
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Sirkuler Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Informal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Jumlah Pekerja Sirkuler Berstatus Informal


Pendapatan/ Selang Kepercayaan (95%)
Penghasilan/ Gaji/ Standard RSE
Estimasi
Upah Bersih Dibanding Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah
bertambah dibanding 74,7 7,9 10,6 59,1 90,2
sebelum COVID

id
Pendapatan/Upah
129,1 9,9 7,6 109,8 148,5

.
berkurang dibanding

go
sebelum COVID

Tidak ada perubahan


148,0 10.3
p s. 6,9 127,9 168,1
.b

Sebelum COVID belum


110,5 8,2 7,4 94,5 126,6
w

bekerja di pekerjaan
w

sekarang
//w
s:
tp

Lampiran 75a
ht

Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Sirkuler Hasil


Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Informal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Persentase Pekerja Sirkuler Berstatus Informal


Pendapatan/ Penghasilan/ Selang Kepercayaan (95%)
Standard RSE
Gaji/ Upah Bersih Dibanding Estimasi
Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah bertambah
16,1 1,5 9,5 13,4 19,4
dibanding sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 27,9 1,7 6,2 24,6 31,5


dibanding sebelum COVID

32,0 1,8 5,6 28,6 35,6


Tidak ada perubahan

Sebelum COVID belum bekerja 23,9 1,5 6,4 21,0 27,0


di pekerjaan sekarang

195
Lampiran
Lampiran 76
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Migran Risen Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Formal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Jumlah Pekerja Migran Risen Berstatus Formal


Pendapatan/ Selang Kepercayaan (95%)
Penghasilan/ Gaji/ Standard RSE
Estimasi
Upah Bersih Dibanding Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah
bertambah dibanding 293,9 17,9 6,1 258,8 329,1
sebelum COVID

id
Pendapatan/Upah
172,4 13,2 7,7 146,4 198,4

.
berkurang dibanding

go
sebelum COVID

Tidak ada perubahan


771,3 27,4
p s. 3,6 717,6 825,1
.b

Sebelum COVID belum


872,4 28,2 3,2 817,0 927,7
w

bekerja di pekerjaan
w

sekarang
//w
s:
tp

Lampiran 76a
ht

Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Migran Risen Hasil


Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Formal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Persentase Pekerja Migran Risen


Pendapatan/ Penghasilan/ Berstatus Formal
Gaji/ Upah Bersih Dibanding Standard RSE Selang Kepercayaan (95%)
Estimasi
Sebelum COVID Error (%) Batas Bawah Batas Atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah bertambah
13,9 0,7 5,3 12,5 15,4
dibanding sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 8,2 0,6 7,2 7,1 9,4


dibanding sebelum COVID

36,6 0,9 2,5 34,8 38,4


Tidak ada perubahan

Sebelum COVID belum bekerja 41,3 0,9 2,2 39,6 43,1


di pekerjaan sekarang

196
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 77
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Pekerja Migran Risen Hasil
Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Informal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Jumlah Pekerja Migran Risen Berstatus Informal


Pendapatan/ Selang Kepercayaan (95%)
Penghasilan/ Gaji/ Standard RSE
Estimasi
Upah Bersih Dibanding Error (%) Batas Bawah Batas Atas
Sebelum COVID
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah
bertambah dibanding 134,4 8,7 6,5 117,4 151,4
sebelum COVID

id
Pendapatan/Upah
257,7 18,9 7,3 220,6 294,7

.
berkurang dibanding

go
sebelum COVID

Tidak ada perubahan


300,8 13,0
p s. 4,3 275,3 326,3
.b

Sebelum COVID belum


634,0 19,6 3,1 595,7 672,4
w

bekerja di pekerjaan
w

sekarang
//w
s:
tp

Lampiran 77a
ht

Tabel Kesalahan Sampling Persentase Pekerja Migran Risen Hasil


Sakernas Agustus 2022 Berdasarkan Perubahan Rata-Rata
Pendapatan/Penghasilan/Gaji/Upah Bersih dan Status Informal

Perubahan Rata-Rata Estimasi Persentase Pekerja Migran Risen


Pendapatan/ Penghasilan/ Berstatus Informal
Gaji/ Upah Bersih Dibanding Standard RSE Selang Kepercayaan (95%)
Estimasi
Sebelum COVID Error (%) Batas Bawah Batas Atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan/Upah bertambah
10,1 0,6 6,1 9,0 11,4
dibanding sebelum COVID

Pendapatan/Upah berkurang 19,4 1,2 6,1 17,2 21,9


dibanding sebelum COVID

22,7 0,9 3,9 21,0 24,4


Tidak ada perubahan

Sebelum COVID belum bekerja 47,8 1,2 2,4 45,5 50,0


di pekerjaan sekarang

197
Lampiran
Lampiran 78
Tabel Kesalahan Sampling Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut
Provinsi dan Status Pengalaman Bekerja Di Luar Negeri Periode Agustus
2017- Agustus 2022, Sakernas Agustus 2022

Estimasi Jumlah Penduduk yang Pernah Bekerja Di Luar Negeri


Selang Kepercayaan (95%)
Provinsi Standard RSE
Estimasi Batas
Error (%) Batas Atas
Bawah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 3.5 0.9 24.7 1.8 5.2
Sumatera Utara 18.8 3.7 19.7 11.5 26.1
Sumatera Barat 4.4 1.4 32.0 1.6 7.1
Riau 5.9 1.2 20.7 3.5 8.3
Jambi 5.4 1.3 23.7 2.9 7.9

id
Sumatera Selatan 2.6 0.9 35.8 0.8 4.5

.
go
Bengkulu 0.4 0.2 45.1 0.0 0.8
Lampung 10.4 1.9 18.7 6.6 14.2
Kep. Bangka Belitung 0.3 0.2
s. 60.0 -0.1 0.7
Kep. Riau 21.9 4.3 19.8 13.4 30.4
p
.b

DKI Jakarta 5.4 1.9 34.8 1.7 9.1


w

Jawa Barat 64.7 8.4 13.0 48.2 81.2


w

Jawa Tengah 62.7 6.5 10.3 50.0 75.4


//w

DI Yogyakarta 3.9 1.2 30.0 1.6 6.2


Jawa Timur 79.0 7.7 9.7 64.0 94.0
s:

Banten 4.8 2.0 41.4 0.9 8.7


tp

Bali 8.6 1.6 18.2 5.5 11.6


ht

Nusa Tenggara Barat 86.2 7.9 9.2 70.7 101.8


Nusa Tenggara Timur 4.3 1.1 24.8 2.2 6.3

Kalimantan Barat 26.1 3.3 12.8 19.5 32.6


Kalimantan Tengah 0.4 0.3 71.3 -0.2 1.0
Kalimantan Selatan 0.7 0.4 60.1 -0.1 1.4
Kalimantan Timur 0.4 0.3 70.8 -0.2 1.0
Kalimantan Utara 0.6 0.3 47.8 0.0 1.1

Sulawesi Utara 0.1 0.1 100.0 -0.1 0.3


Sulawesi Tengah 0.5 0.3 60.7 -0.1 1.2
Sulawesi Selatan 12.9 2.9 22.5 7.2 18.6
Sulawesi Tenggara 2.8 0.8 27.1 1.3 4.3
Gorontalo 0.8 0.4 57.2 -0.1 1.6
Sulawesi Barat
0.3 0.2 62.9 -0.1 0.6
Maluku 0.1 0.1 100.0 -0.1 0.2
Maluku Utara 0.4 0.3 59.8 -0.1 1.0
Papua Barat 3.5 0.9 24.7 1.8 5.2
Papua 18.8 3.7 19.7 11.5 26.1

198
Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Sakernas 2022
Lampiran 78a
Tabel Kesalahan Sampling Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut
Provinsi dan Status Pengalaman Bekerja Di Luar Negeri Periode Agustus
2017- Agustus 2022, Sakernas Agustus 2022

Estimasi Persentase Penduduk yang Pernah Bekerja Di Luar Negeri


Selang Kepercayaan (95%)
Provinsi Standard RSE
Estimasi Batas
Error (%) Batas Atas
Bawah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 0.8 0.2 24.8 0.5 1.3
Sumatera Utara 4.3 0.8 19.3 2.9 6.2
Sumatera Barat 1.0 0.3 31.9 0.5 1.8
Riau 1.3 0.3 20.8 0.9 2.0
Jambi 1.2 0.3 23.7 0.8 1.9

id
Sumatera Selatan 0.6 0.2 35.8 0.3 1.2

.
go
Bengkulu 0.1 0.0 45.3 0.0 0.2
Lampung 2.4 0.4 18.7 1.6 3.4
Kep. Bangka Belitung 0.1 0.0
s. 60.1 0.0 0.2
Kep. Riau 5.0 1.0 19.2 3.4 7.2
p
.b

DKI Jakarta 1.2 0.4 34.7 0.6 2.4


w

Jawa Barat 14.7 1.7 11.6 11.7 18.4


w

Jawa Tengah 14.3 1.4 9.6 11.8 17.2


//w

DI Yogyakarta 0.9 0.3 30.0 0.5 1.6


Jawa Timur 18.0 1.6 8.7 15.1 21.3
Banten 1.1 0.5 41.1 0.5 2.5
s:
tp

Bali 2.0 0.4 18.3 1.4 2.8


ht

Nusa Tenggara Barat 19.6 1.6 8.2 16.7 23.0


Nusa Tenggara Timur 1.0 0.2 24.9 0.6 1.6

Kalimantan Barat 5.9 0.8 12.7 4.6 7.6


Kalimantan Tengah 0.1 0.1 71.4 0.0 0.4
Kalimantan Selatan 0.1 0.1 60.1 0.0 0.5
Kalimantan Timur 0.1 0.1 70.9 0.0 0.4
Kalimantan Utara 0.1 0.1 48.0 0.0 0.3

Sulawesi Utara 0.0 0.0 100.1 0.0 0.2


Sulawesi Tengah 0.1 0.1 60.7 0.0 0.4
Sulawesi Selatan 2.9 0.7 22.2 1.9 4.5
Sulawesi Tenggara 0.6 0.2 27.2 0.4 1.1
Gorontalo 0.0 - - - 0.0
Sulawesi Barat 0.2 0.1 57.2 0.1 0.5

Maluku 0.1 0.0 63.0 0.0 0.2


Maluku Utara 0.0 0.0 100.1 0.0 0.1
Papua Barat 0.1 0.1 59.9 0.0 0.3
Papua 0.0 - - - 0.0

199
Lampiran
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id

Anda mungkin juga menyukai