Asyikin, M.Pd.
Bagian-bagian artikel secara umum adalah bagian awal (pengenalan/pendahuluan), batang tubuh
(isi), dan bagian akhir (penutup).
1. Pengenalan
Bagian pengenalan merupakan bagian yang menginformasikan tentang artikel tersebut. Bagian
awal terdiri dari judul, nama penulis, dan pengantar.
a. Judul
Judul merupakan kepala artikel. Judul adalah bagian dari pengenalan yang memberikan
gambaran tentang isi artikel. Judul yang baik adalah (1) mencerminkan isi tulisan, (2)
berupa pernyataan, bukan pertanyaan atau kalimat, (3) judul tidak telalu panjang, dan
tidak terlalu pendek, (4) menarik, dan (5) menimbulkan minat pembaca
untuk membacanya
Contoh : - Misteri Dana Kampanye
- Saat Pemilih di Persimpangan Jalan; Pemimpin, Pemimpi, dan Pembual
b. Nama penulis
Nama penulis ditulis sebagai tanda kepemilikan tersebut. Dalam menulis nama penulis
hendaknya tidak disertai dengan pangkat, kedudukan, dan gelar akademik. Hal ini
dilakukan untuk menghindari bias terhadap senioritas dan wibawa. Pangkat, kedudukan,
dan gelar akademik tersebut dapat dituliskan pada bagian penutup.
Contoh: - Surat Kepada Setan Oleh : Putu Wijaya
c. Pengantar
Pengantar ditulis sebagai pengantar isi . Tujuannya agar pembaca lebih mudah
untuk masuk isi dan dapat memahami dengan mudah isi artikel. Pengantar harus ditulis
dengan menarik. Pengantar merupakan gambaran dari isi sebuah artikel yang akan
memberikan imajinasi pembaca tentang isi tulisan tersebut.
2. Batang tubuh
Batang tubuh merupakan inti dari sebuah . Batang tubuh biasanya terdiri dari tiga bagian,
yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup.
a. Bagian pendahuluan
Bagian pendahuluan merupakan bagian awal dalam batang tubuh yang menguraikan hal-
hal yang menarik perhatian pembaca. Dalam artikel pendahuluan berupa latar belakang
masalah yang ditulis secara singkat dan jelas.
b. Bagian isi
Bagian isi merupakan bagian utama dari sebuah artikel. Isi pada sebuah artikel berupa
persoalan-persoalan atau masalah-masalah yang akan dibahas. Materi tersebut dikupas
secara detail dengan sistematika yang runtut dan jelas agar pembaca benar-benar paham
akan masalah tersebut
3. Bagian penutup
Bagian penutup merupakan bagian akhir dari sebuah artikel yang berisi simpulan dari
pembahasan masalah tersebut. Pada artikel bagian penutup hanya berupa simpulan tanpa
memberikan saran. Simpulan merupakan penegasan pendirian penulis atas masalah yang
dibahas sebelumnya.
4. Bagian akhir (penutup)
Bagian akhir (penutup) berisi identitas penulis. Identitas penulis ini berfungsi untuk
meyakinkan pembaca akan isi artikel tersebut. Penulis harus memiliki keahlian dibidang
tertentu sesuai dengan masalah yang ditulisnya. Dengan keahlian tersebut pembaca akan
yakin dengan apa yang dipaparkan oleh penulis.
Contoh: Penulis merupakan mahasiswa Pascasarjana UIN RIL Lampung
B. Kebahasaan Teks Artikel
Dalam menulis artikel, unsur kebahasaan harus menjadi perhatian penting, khususnya
berkaitan dengan penggunaan kalimat efektif.
b. Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian
tidak boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada
dua hal yang memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak
efektif. Pertama, berkaitan dengan penggunaan kata jamak, dan yang kedua mengenai
kata-kata bersinonim. Untuk menghindari hal tersebut, berikut ini contoh mengenai
kesalahan dalam kata jamak dan sinonim yang menghasilkan kalimat tidak efektif.
Contoh Kata Jamak:
Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak
efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)
Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara
siswa-siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan
salah satu kata yang merujuk pada hal jamak tersebut.
Contoh Kata Sinonim:
Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif) Ia masuk ke kelas. (efektif)
Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama
menunjukkan arti yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat
efektif karena sifatnya yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat.
Sementara itu, jika menggunakan ke dalam dan menghilangkan kata masuk, sehingga
menjadi ia ke dalam ruang kelas—kalimat tersebut akan kehilangan predikatnya dan
tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut prinsip kesepadanan struktur.
c. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat,
sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah
berimbuhan pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-,
selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang sama.
Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
mengolahnya. (efektif)
d. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan
subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus
tertentu, kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek
penegasan. Ini agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat
tersebut. Penegasan kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah,
larangan, ataupun anjuran yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
e. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat
yang kalian buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada
kalimat. Karena itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk
akal agar pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)
Opini (opinion) adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau
preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena
belum mendapatkan pemastian atau pengujian. Meskipun bukan merupakan sebuah fakta akan
tetapi jika suatu saat suatu opini dapat dibuktikan maka opini tersebut akan berubah menjadi
sebuah fakta.
Fakta (bahasa latin : Factus) adalah hal atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi dan
bisa dibuktikan kebenarannya. Informasi yang didengar dapat disebut fakta apabila informasi itu
merupakan peristiwa yang berupa kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia: fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang
merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Kalimat yang isinya terdapat
unsur pelaku, tempat kejadian, waktu, jumlah, bagaimana kejadian atau peristiwa tersebut
terjadi, atau ada rincian yang jelas, serta tidak bisa dibantah kebenarannya, maka kalimat
tersebut berupa kalimat fakta.
KALIMAT OPINI
Jenis-Jenis Opini
a. Opini perorangan, contohnya; Lari sejauh 100 meter sudah sangat melelahkan.
b. Opini umum, contohnya; Makan yang berlebihan dapat mengakibatkan kegemukan.
Kalimat fakta adalah kalimat yang mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali
menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat argumen, misalnya “berdasarkan
tulisan Budiawan (2018) berjudul …”, atau “mengutip pendapat Noorsyachbani (2015) …”, atau
“menurut hasil survey yang dilakukan oleh BSI tahun …., disebutkan bahwa …”, dll.
Kalimat fakta itu kejadiannya sudah terjadi dan pasti, serta biasanya disertai dengan waktu
kejadian. misalnya seperti “Kebakaran yang terjadi di Pringsewu pada Senin kemarin telah
memakan 8 orang korban jiwa”.