Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang.

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok rumah tangga karena

setiap aktivitas membutuhkan air, terutama untuk minum, memasak, mandi,

mencuci pakaian, mencuci piring dan kegiatan lainnya. Air bersih adalah air

yang harus memenuhi persyaratan diantaranya adalah air tidak bewarna, tidak

berbau, tidak berasa, tidak mengandung bakteri.

Siklus air merupakan suatu siklus yang berulang, air yang ada di

permukaan bumi karena pemanasan oleh sinar matahari terjadi penguapan ke

angkasa, semakin banyak penguapan akan membentuk awan yang mengandung

uap air, karena semakin lama akan semakin berat turun kembali ke bumi dalam

bentuk hujan. Siklus air ini dipengaruhi oleh letak geografis dan astronomi suatu

daerah atau negara.

Kalau dilihat dari letak geografis, Indonesia berada diantara dua benua,

yaitu benua Australia dan benua Asia, serta diantara Samudra Hindia dan

Samudra Pasifik. Kalau secara Astronomis, Indonesia terletak di 6 0 Lintang

Utara – 110 Lintang Selatan dan 950 Bujur Timur – 1410 Bujur Timut.

Berdasarkan garis lintang 60 Lintang Utara – 110 Lintang Selatan, Indonesia

berada di wilayah dengan iklim Tropis yang memiliki ciri-ciri:

 Curah hujan relatif tinggi

 Terdapat hujan tropis

 Sinar Matahari sepanjang tahun


 Kelembaban udara yang tinggi

Posisi Indonesia yang diapit dua samudra menyebabkan adanya pembagian dua

musim di Indonesia, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau

dimulai dari bulan April – September, sedangkan musim penghujan dimulai

bulan Oktober – Maret.

Air bersih biasanya didapat masyarakat khususnya diperkotaan dari

perusahaan air minum, agen-agen air minum isi ulang, air minum galon dan

kemasan yang tersebar didalam kota. Sedangkan untuk masyarakat pedesaan dan

daerah pesisir pantai sumber air bersih biasanya air sungai atau sumur gali,

ketersediaan air ini terbatas pada musim penghujan, sedangkan pada musim

kemarau persediaan sumber air bersih berkurang atau tidak ada sama sekali.

Untuk daerah pesisir pantai pada saat musim kemarau sangat kekurangan

sumber air bersih, terutama untuk air minum, memasak, mandi, cuci dan

kebutuhan yang lain. Untuk daerah pesisir pantai sebenarnya sangat banyak

tersedia air yaitu, air laut, karena air laut ini rasanya asin tidak dapat digunakan

langsung untuk kebutuhan rumah tangga, rasa asin ini karena adanya kandungan

garam dengan konsentrasi garam terlarut yang tinggi (brine water). Setiap 1 kg

air laut biasanya mengandung 35 gram zat terlarut meliputi garam anorganik,

senyawa organik dari organisme hidup dilaut, dan gas terlarut. Penduduk yang

tinggal didaerah pesisir pantai pada umumnya banyak bekerja sebagai nelayan

dan buruh harian, dengan tingkat pendidikan yang rata sekolah menengah ke

bawah. Karena rendahnya tingkat pendidikan tersebut maka untuk

memanfaatkan air laut sebagai sumber air baku untuk kebutuhan sehari-hari

belum terfikirkan oleh warga pesisir pantai atau warga nelayan.


Melihat kondisi yang ada pada warga pesisir atau nelayan tersebut,

penulis tertarik untuk sedikit menyumbangkan pengetahuan semoga dapat

bermanfaat untuk masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan, dengan teknologi

yang sederhana yaitu proses penyulingan dengan cara pemanasan dan

pengkondensasian uap air laut dari proses pemanasan tersebut.

I.2. Permasalahan.

Dengan proses penyulingan tersebut penulis ingin mengetahui:

1. Berapa energi yang digunakan untuk menguapkan 1 liter air laut?

2. Berapa liter air tawar yang didapatkan dalam menyuling 1 liter air laut?

3. Berapa gram garam yang dihasilkan dalam proses penyulingan 1 liter air

laut?

I.3. Batasan Masalah.

Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan proses kimiawi dalam

proses penyulingan tersebut dan air laut yang digunakan adalah air laut dari

perairan pulau Bangka Belitung.

I.4. Tujuan.

Tujuan yang diharapkan pada penelitian ini adalah ingin mendapatkan:

1. Energi pada proses penyulingan 1 liter air laut

2. Air tawar yang didapat pada proses penyulingan 1 liter air laut

3. Berat garam yang didapatkan pada proses penyulingan 1 liter air laut.
I.5. Manfaat.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat membantu

masyarakat pesisir atau nelayan dalam penanggulangan kekurangan air bersih

saat musim kemarau dengan memanfaatkan teknologi yang sederhana, garam

hasil proses tersebut dapat digunakan untuk membuat ikan asin.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mendapatkan air minum dari air laut biasanya dilakukan tiga macam

proses, yaitu:

 Proses penyulingan (destilation)

 Proses penyaringan dengan filter khusus (desalination)

 Proses penguapan (evaporation).

II.1. Proses Penyulingan (destilation)

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan atau cara

pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan,

campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan

kembali menjadi cairan, pada proses destilasi zat yang memiliki titik didih

lebih rendah akan menguap terlebih dahulu, jadi untuk memperoleh air bersih

dari air laut diperlukan suatu proses yang memisahkan antara garam dan

airnya. (Muh. Said L, Dec. 2018).

II.2. Proses Penyaringan dengan Filter Khusus (desalination)

Proses lain yang dapat digunakan adalah melalui proses penyaringan

dengan filter khusus (desalination) yang dapat memisahkan antara garam dan

air.
Pada proses ini, air laut akan dialirkan melalui pipa-pipa bertekanan tinggi dan

dilewatkan pada suatu filter khusus yang dapat menyaring partikel garam dan

zat-zat berbahaya lainnya. Hasil dari proses ini mencakup 45% dari total bahan

baku (air laut), sedangkan sisanya 55% dialirkan kembali ke laut. Karena

menggunakan teknologi tinggi memerlukan sumber tenaga yang besar maka

proses ini belum dapat digunakan oleh masyarakat pulau dan pesisir seperti di

Indonesia. (Muh. Said L, Dec. 2018).

II.3. Proses Penguapan (evaporation)

Proses penguapan atau evaporasi menggunakan tenaga matahari, data

dan laporan hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengolahan air yang

paling baik adalah sistem evaporasi (Muh. Said L, Dec. 2018), Proses ini

adalah proses alami, ketika matahari bersinar terik (hingga 30 0) maka air akan

menguap, uap inilah yang menjadi air murni untuk diminum.

Sebagaimana siklus air, ketika matahari bersinar dan memanaskan

permukaan perairan (sungai, danau dan laut) akan menyebabkan penguapan

lokal pada permukaan air. Air tersebut akan berkumpul satu sama lain dan

membentuk awan, jika kandungan air tersebut memberat akan terjadi hujan.

Banyaknya volume air yang menguap dapat dilihat dari volume air yang jatuh

menjadi air hujan atau menjadi salju. Jadi air hujan atau salju berasal dari

proses penguapan dengan suhu berkisar antara 270C sampai 450C. Proses ini

cocok diterapkan untuk daerah kepulauan atau daerah nelayan. (Muh. Said L,

Dec. 2018).
Pada penelitian ini penulis akan menggunakan proses destilasi atau

penyulingan sederhana dengan menggunakan sumber panas dari proses pembakaran

bahan bakar Liquified Petroleum Gas (LPG) dengan memakai kompor satu tungku.

Dalam destilator ini akan terjadi perpindahan panas yang terdiri dari tiga cara, yaitu:

 Konduksi

 Konveksi

 Radiasi

II.4. Perpindahan Panas Konduksi

Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka akan terjadi

perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah.

Energi berpindah secara konduksi atau hantaran dan laju perpindahan panas itu

berbanding dengan gradien suhu normal.

Ungkapan kuantitatif hubungan antara laju perpindahan panas satu

dimensi kearah x, dengan gradien temperatur dan sifat-sifat medium

penghantarnya dinyatakan dalam persamaan Fourier sebagai berikut :

dT
q x =−kA
dx (lit. 1, hal. 6)

atau dinyatakan dalam fluk kalor (heat flux)

q={ qrSub{size8{x} } over {A} =-k{ ital dT} over {ital dx} }{¿
dinama :

q : laju aliran kalor kearah x (watt)


A : luasan normal terhadap arah aliran kalor (m2)

dT
dx : gradien temperatur kearah x (K.m-1)

k : konduktivitas termal bahan (W.m-1.K-1)

Tanda (-) menunjukkan kenyataan bahwa aliran kalor dengan konduksi terjadi

ke arah gradien temperatur yang menurun (Gambar 2.1).

Harga konduktivitas termal k, umumnya tergantung pada temperatur, terutama

untuk gas harga k naik mengikuti temparatur.

T
Profil temperatur

qx

Gambar 2.1. Profil Temperatur

II.5. Perpindahan Panas Konveksi

Perpindahan panas konveksi terjadi karena adanya transfer energi

dalam bentuk kalor antara suatu permukaan dan fluida yang bergerak

diatasnya, transfer energi terjadi karena adanya gerakan molekul secara acak

(random) atau karena adanya gerakan fluida (secara mikroskopik).


V, T
q”

dAs

As Ts

Gambar 2.2. Fluida Bergerak dengan kecepatan tertentu pada


Luasan Sembarang

Fluida pada temperatur T bergerak dengan kecepatan V disekitar

permukaan sembarang As. Jika temperatur permukaan Ts  T, maka akan

terjadi perpindahan kalor secara konveksi.

Fluk Kalor Lokal : q=h left (T rSub { size 8{s} } - T rSub { size 8{α} } right )} {¿

dimana :

h : koefisien konveksi lokal

(h bervariasi sepanjang permukaan)

Laju perpindahan kalor total :

q=∫ q ital dA rSub { size 8{s} } } } {¿¿


As

q=( T s −T α ) ∫ hdA s
Untuk Ts uniform : As

Jika h̄ menunjukkan angka koefisien konveksi rata-rata untuk seluruh

permukaan As, terlihat bahwa h̄ bukanlah suatu sifat fisis karena h̄ selalu
menyangkut dua zat, yaitu permukaan padat dan fluida, maka fluk kalor

didapat dengan hukum pendinginan Newton, yaitu :

q=h̄ A s ( T s −T α )

atau :

q=h̄ A ( T pada tan −T fluida )


(lit. 1, hal. 17)

Dalam perpindahan panas konveksi dikenal dua cara perpindahan, yaitu :

 Konveksi paksa

 Konveksi bebas atau alamiah.

Kedua cara perpindahan diatas dapat dibedakan seperti pada tabel dibawah

ini :

Perbedaan perpindahan panas konveksi paksa dan konveksi bebas adalah

Konveksi paksa :

- Panas dipindahkan karena dibawa oleh massa yang dialirkan oleh suatu alat

- Sifat aliran ditentukan oleh suatu alat

- Penyebaran kecepatan dicari lebih dahulu, kemudian baru dicari

penyebaran temperatur

- Bilangan Nusselt bergantung pada bilangan Reynold dan Prandtl.

Konveksi bebas :
- Panas dibawa serta oleh fluida yang bergerak ke atas karena perbedaan

temperatur

- Sifat aliran ditentukan oleh gaya apung fluida yang berbeda density

- Penyebaran kecepatan dan temperatur saling berhubungan

- Bilangan Nusselt bergantung pada bilangan Grashof dan bilangan Prandatl.

Dalam zat yang tidak bergerak, misalnya padatan, panas berpindah hanya

secara konduksi, panas berpindah karena getaran molekul dari satu molekul ke

molekul yang lain. Besarnya fluksi panas antara dua tempat dalam padatan

dinyatakan dengan persamaan Fourier.

Didalam fluida terjadi juga konduksi panas, akan tetapi di samping itu

panas lebih banyak dipindahkan secara konveksi, dimana panas berpindah

karena terbawa massa fluida yang bergerak sebagai aliran. Jadi konveksi hanya

terjadi dalam suatu fluida.

Berdasarkan gerakan fluida ada dua cara perpindahan panas konveksi,

yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah terjadi karena

gerakan fluida disebabkan oleh beda densitas antara beberapa tempat, karena

adanya selisih temperatur antara tempat-tempat itu. Konveksi paksa terjadi

karena fluida mengalir disebabkan adanya usaha dari luar terhadap fluida,

umpamanya oleh sebuah pompa, kompresor atau blower.

Perpindahan panas radiasi ialah perpindahan panas secara gelombang

elektromagnetik antara dua permukaan yang berbeda temperatur, untuk

perpindahan panas radiasi tidak diperlukan zat antaran, akan tetapi supaya
terjadi radiasi antara kedua permukaan harus tembus cahaya terutama

inframerah.

II.6. Perpindahan Panas Radiasi

Berbeda dari konduksi dan konveksi, dalam perpindahan panas radiasi

energi berpindah tanpa memerlukan zat pengantar. Radiasi adalah pancaran

energi secara gelombang elektromagnetik dengan kecepatan cahaya. Daerah

panjang gelombang yang dapat disebut radiasi panas terutama terletak antara

0,1 – 10 mikron. Daerah ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan radiasi

elektromagnetik.

Kalau  adalah panjang gelombang dan c kecepatan cahaya dan 

frekuensi, maka berlaku hubungan :

c
λ=
ν

dimana :

c = 2,9979.1010 cm.s-1

Suatu gelombang elektromagnetik dengan frekuensi  biasanya

digambarkan sebagai gerakan foton, yaitu ’benda dengan massa nol’, muatan

nol dan energi sebesar є, dimana :

Є = h

dimana :

h = tetapan Plank
Energi poton itu dapat dipancarkan (emisi), dapat diserap (absorpsi) oleh suatu

permukaan dan dapat juga dipantulkan (refleksi).

Dalam radiasi panas dikenal beberapa benda bandingan. Suatu benda

atau permukaan yang terkena radiasi panas, biasanya menyerap hanya sebagian

dari energi yang sampai, ini dapat dinyatakan dengan persamaan :

qa q
a= a ν = va
qm ; q νm

dimana :

a : koefisien absorpsi

q a : energi yang diserap

q m : energi yang masuk

Untuk benda-benda nyata


a ν tidak sama untuk berbagai frekuensi. Benda

kelabu (gray body), mempunyai


a ν yang sama, tetapi lebih kecil dari 1, untuk

semua frekuensi dan semua temperatur. Benda hitam (black body) ialah benda

yang mempunyai
a ν =1 untuk semua frekuensi dan temperatur.

Semua permukaan padat selain menyerap juga memancarkan panas.

Jika dibandingkan dengan pancaran benda hitam, bagian yang dipancarkan

oleh suatu permukaan disebut koefisien emisi e :

qe q
e= e ν = νe
q be ; qbνe

dimana :
q e = energi yang dipancarkan benda biasa

q be = energi yang dipancarkan benda hitam.

Perpindahan panas secara radiasi untuk benda hitam telah dirumuskan

dalam hukum Stefan-Boltzmann sebagai berikut :

q be =σ AT 4

dimana :

 = tetapan Stefan-Boltzmann

(5,669 x 10-8 W/m2.K4)

Untuk benda tak hitam energi yang dipancarkan ialah :

q e=eσ AT 4 (lit.1, hal. 237)

Hukum Stefan-Boltzmann menyatakan energi total yang dipancarkan

oleh suatu benda dari seluruh permukaannya ke semua arah. Karena tidak

semua permukaan suatu benda menghadap ke benda yang lain, maka dari

pancaran total pertama hanya sebagian sampai pada benda kedua. Benda kedua

menyerap sebagian dari energi yang sampai padanya dan bagian yang lain

dipancarkan kembali ke benda pertama. Pancaran benda kedua itu sebagian

diserap oleh benda pertama dan sebagian dipancarkan kembali, begitu

seterusnya.
II.7. Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian.

2 5

Gambar 2.3. Peralatan Penelitian

Keterangan gambar:

1. Panci stainless

2. Air laut

3. Wire thermocouple

4. Tubing penyalur uap

5. Kondensor

6. Kran air minum.

Energi yang dibutuhkan bahan bakar LPG untuk menguapkan 1 liter air

laut adalah:

Q=mLPG . LHV LPG (lit. 2, hal. 36)

dimana:
m LPG = massa LPG yang digunakan (kg)

LHV LPG = Nilai kalor LPG (kJ/kg)

Energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air laut dari suhu kamar

sampai 1000C adalah:

Q=mair . c . ∆ T (lit. 3, hal. 393)

dimana:

mair = massa air laut (kg)

c = specific heats (kcal/kg 0C)

∆T = beda suhu awal dan akhir (0C)

Energi yang dibutuhkan untuk mengubah fasa air dari suhu 100 0C cair ke

suhu 1000C uap adalah:

Q=mair . latent heats (lit. 3, hal. 398)

dimana:

mair = massa air laut (kg)

latent heats = panas laten (kcal/kg)


BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. Metode

Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah eksprimental, yaitu

penelitian dengan membuat alat uji dan diuji coba di laboratorium.

III.2. Tempat

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Konversi Energi Program

Studi Teknik Mesin Universitas Tridinanti Palembang.

III.3. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Nopember 2018 sampai dengan

Maret 2019.

III.4. Bahan.

1. Air Laut.

Air laut yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah air laut dari pantai

Tanjung Siapi-api, air yang dipergunakan sebanyak 5 liter.

2. Panci.

Panci terbuat dari bahan stainless steel digunakan untuk menampung air

laut yang akan disuling, yang dapat menampung 4 liter air laut.

3. Tubing Tembaga.
Tubing tembaga dengan diameter 3/8 inchi sepanjang 7 meter, 1 meter

digunakan untuk menyalurkan uap air, sedangkan 6 meter digunakan

untuk koil kondensor.

4. Tabung Plastik.

Tabung plastik 1 buah yang dapat menampung 20 liter air, tabung ini

sebagai shell dari kondensor.

5. Kran Air.

Kran air dibutuhkan 3 buah, 1 buah digunakan untuk mengalirkan air

hasil kondensasi yang lainnya digunakan untuk mengatur air keluar dan

masuk kondensor.

6. Gelas Ukur.

Gelas ukur kapasitas 1000 ml sebanyak 1 buah, gelas ini digunakan

untuk menampung dan mengukur air minum hasil kondensasi.

7. Bak Plastik.

Bak plastik ini berfungsi untuk menampung air pendingin kondensor.

III.5. Alat

1. Kompor Gas.

Kompor gas 1 buah dengan satu tungku, kompor ini menggunakan gas

tabung kecil.

2. Burner.

Burner digunakan untuk memanasi tubing tembaga pada saat membuat

koil kondensor dan juga untuk menyolder sambungan.

3. Cutter.
Cutter digunakan untu memotong tubing tembaga.

4. Wire dan Display Termokopel.

Peralatan ini berguna untuk megukur suhu air laut mendidih, uap serta

suhu air minum yang dihasilkan.

5. Termometer Gelas.

Termometer gelas yang dipergunakan berskala 1000C berguna untuk

mengukur suhu air laut sebelum dipanasi.

6. Pompa Aquarium.

Pompa ini berfungsi untuk mengsirkulasikan air pendingin kondensor.

7. Stopwatch.

Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu mulai pemanasan sampai

suhu 1000C dan juga untuk mengukur waktu yang dibutuhkan untuk

menguapkan 1 liter air laut.

8. Neraca Digital.

Neraca digital berguna untuk mengukur berat garam dan air minum yang

dihasilkan dari proses penyulingan.

III.6. Perakitan Alat Uji Penelitian.

 Tubing sepanjang lima meter di buat koil dengan diameter 4 inchi,

diameter ini disesuaikan dengan diameter dan tinggi tabung plastik sheel

dari kondensor.
 Kondensor dihubungkan dengan tutup panci penyulingan dengan tubing

tembaga sepanjang 1 meter.

 Pompa dihubungkan dengan sisi masuk kondensor dan dilengkapi kran

untuk mengatur aliran.

 Bagian keluar kondensor dipasang kran untuk mengatur aliran keluar

kondensor.

 Wire termokopel dipasang pada bagian atas panci, dan dipasang juga

sebelum masuk kondensor dan setelah keluar kondensor, pastikan bahwa

semua sambungan tidak ada yang bocor, pemasangan alat ukur sudah

terpasang dengan benar.

 Gelas ukur dipasangkan pada bagian bawah kran air minum hasil

kondensasi.

 Dilanjutkan dengan pemasangan kompor dan pengujian siap dilakukan.

III.7. Prosedur Pengujian.

 Air laut sebanyak 1 liter dimasukkan dalam panci untuk dipanaskan

tetapi sebelumnya dicatat suhu air laut tersebut.

 Diukur berat tabung gas sebelum pengujian

 Ditutup kran tempat penampungan air minum

 Dicatat suhu air pendingin masuk kondensor

 Kompor dinyalakan

 Stopwatch distart bersamaan dengan penyalaan kompor

 Dicatat waktu ketika air menunjukkan suhu 1000C


 Pompa dinyalakan dan buka kran tempat air pendingin kondensor keluar

 Kran air minum juga dibuka

 Jika air minum telah mengalir, dicatat suhu air masuk dan keluar

kondensor

 Dicatat juga suhu keluar panci atau alat penyulingan dan suhu uap

sebelum masuk kondensor, dan dicatat pula suhu air minum yang keluar

kondensor.

 Pengukuran suhu tersebut diatas minimal dilakukan 3 kali, sebelum air

laut yang sebanyak 1 liter habis menguap.

 Jika air laut sebanyak 1 liter tersebut habis matikan kompor, matikan

stopwatch dan lepaskan tabung gas dan timbang beratnya.

 Dengan neraca digital ukur berat garam yang tertinggal dan air minum

yang dihasilkan dari proses penyulingan.

 Pengujian diatas dilakukan sebanyak 4 kali.


III.8. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan Alat Uji dan Install

Pembuatan dan perakitan alat pengujian destilasi


(penyulingan) air laut menjadi air minum

Pengujian

Catat:
 Timbang berat tabung gas sebelum dan sesudah
pengujian.
 Suhu air dalam panci sebelum dipanasi dan saat
mendidih, uap diatas panci, uap sebelum masuk
kondensor, air masuk kondensor, air keluar kondensor.
 Timbang/ukur garam sisa dari penyulingan dan air
minum hasil penyulingan

Perhitungan Data

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian


BAB IV
DATA, PERHITUNGAN DAN ANALISA

4.1. Data

Dari pengujian yang dilakukan didapat data-data yang hasilnya

ditabelkan pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Penyulingan Pertama

No mal mlpgaw mlpgak mlpg talm tuaw tumk tukk tamk takk
. (gram) (gram) (gram) (gram) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)

1 96,1 94,2 32,6 26,1 28,2


2 1018 322 190 132 100 96,2 94,1 31,4 26,2 28,2
3 96,6 92,2 30,4 26,1 28,3
Rata-rata 96,3 93,5 31,4 26,1 28,2
tud : 290C; taa: 270C; Tam : 14 menit; Tah: 2jam 10 menit; Garam dihasilkan 34 gram.
Air tawar yang dihasilkan 753 ml

Tabel 4.2. Penyulingan Kedua

No mal mlpgaw mlpgak mlpg talm tuaw tumk tukk tamk takk
. (gram) (gram) (gram) (gram) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)

1 95,5 92,3 32,5 27,2 29,5


2 1018 326 190 136 100 95,2 92,5 31,2 27,1 29,3
3 94,7 91,1 30,0 27,4 29,1
Rata-rata 95,1 91,9 31,2 27,2 29.3
tud : 28,50C; taa: 270C; Tam : 15 menit; Tah: 2jam 15 menit; Garam dihasilkan 35,5 gram.
Air tawar yang dihasilkan 835 ml

Tabel 4.3. Penyulingan Ketiga

No mal mlpgaw mlpgak mlpg talm tuaw tumk tukk tamk takk
. (gram) (gram) (gram) (gram) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)

1 95,2 92,2 33,1 27,8 29,9


2 1018 326 190 136 100 95,8 91,9 33,2 27,5 29,7
3 95,7 91,8 33,0 27.3 29,6
Rata-rata 95,5 91,9 33,1 27,5 29.7
tud : 290C; taa: 270C; Tam : 15 menit; Tah: 2jam 12 menit; Garam dihasilkan 35 gram.
Air tawar yang dihasilkan 825 ml

Tabel 4.4. Penyulingan Keempat

No mal mlpgaw mlpgak mlpg talm tuaw tumk tukk tamk takk
. (gram) (gram) (gram) (gram) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)

1 97,2 92.6 32,7 27,5 29,2


2 1018 326 187 139 100 96,8 90,0 30,0 27,4 29,4
3 92,9 90,0 27,7 27,2 29,3
Rata-rata 95,6 90.8 90,4 27,3 29,3
0 0
tud : 29,5 C; taa: 28 C; Tam : 13 menit; Tah: 2jam 11 menit; Garam dihasilkan 34,5 gram.
Air tawar yang dihasilkan 845 ml

Keterangan:

tud = temperatur udara sekeliling (0C)

taa = temperatur air laut awal (0C)

Tam = waktu air laut mendidih (detik)

Tah = waktu ang dibutukan untuk menguapkan seluruh air lat (detik)

mal = massa air laut (1018 gram)

mlpgaw = massa bahan bakar awal ( gram)

mlpgak = massa bahan bakar akhir (gram)

mlpg = massa bahan bakar terpakai (gram)

talm = temperatur air laut mendidih (0C)

tuaw = temperatur uap awal masuk kodnsor (0C)

tumk = temperatur uap masuk kondensor (0C)

tukk = temperatur uap keluar kondensor (0C)

tamk = temperatur air masuk kondensor (0C)

takk = temperatur air keluar kondensor (0C)


4.2. Perhitungan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapat data-data yang tercantum dalam

tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.4. Dari data tersebut dapat dilakukan

perhitungan, yaitu:

4.2.1. Perhitungan Energi Menggunakan tabel 4.1.

Energi yang dibutuhkan bahan bakar LPG untuk menguapkan 1 liter air

laut adalah:

Q LPG=mLPG . LHV LPG (lit. 2, hal. 36)

dimana:

m LPG = massa LPG yang digunakan (0,132 kg)

LHV LPG = Nilai kalor LPG (48846 kJ/kg)

Waktu dibutukan untuk proses diatas 4260 detik

QLPG = (0,132 kg) (48846 kJ/kg)

= 6447,672 kJ/4260 detik

= 1513,538 watt

Energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air laut dari suhu kamar

sampai 1000C adalah:

Qsen =mair . c . ∆T (lit. 3, hal. 393)

dimana:

mair = massa air laut (1,018 kg)

c = specific heats (4186 J/kg 0C)

∆T = beda suhu awal dan akhir (73 0C)


Qsen = (1,018 kg) (4186 J/kg0C) (73 0C)

= 311078,404 J

Dimana waktu dugunakan untuk mendidihkan air laut sampai suhu

1000C adalah 14 menit

Qsen = 311078,404 J/840 detik

=370,33 Watt

Energi yang dibutuhkan untuk mengubah fasa air dari suhu 100 0C cair ke

suhu 1000C uap adalah:

Qlat =mair .latent heats (lit. 3, hal. 398)

dimana:

mair = massa air laut (1,018 kg)

latent heats = panas laten (2260 kJ/kg)

Qlat = (1,018 kg) (2260 kJ/kg)

= 2300,68 kJ

Proses latent membutuhkan waktu 3360 detik

Qlat = 2300,68 kJ/3360 detik

= 684,726 Watt

Dengan perhitungan yang sama untuk data-data lain hasilnya dapat

dilihat pada tabel 4,5 dan juga pada tabel ini ditampilkan jumlah air

tawar dan garam yang dihasilkan.


Tabel.4.5. Hasil Perhitungan

Air
QLPG Qsen Qlat Garam
No. Tawar
(Watt) (Watt) (Watt) (gram)
(ml)
1 1513,538 370,33 648,726 753 34
2 1476,235 345,642 639,077 835 35,5
3 1537,744 345,642 676,670 825 35
4 1593,801 393,355 661,115 845 34,5
Rata-rata 1530,3295 363,742 656,397 814,5 34,75

1800
1600
1400
1200
1000
Series1
800
Series2
600 Series3
Series4
400
200
0
QLPG Qsen Qlat (Watt) Air Tawar Garam
(Watt) (Watt) (ml) (gram)

Gambar 4.1. Diagram batang hasil penelitian

1600
1400
1200
1000
800
Series1
600
400
200
0
QLPG Qsen Qlat (Watt) Air Tawar Garam
(Watt) (Watt) (ml) (gram)
Gambar 4.2. Energi yang dibutuhkan untuk penyulian 1 liter air laut
4.3. Analisa

Proses penyuliangan air laut menjadi air tawar memang dapat dilakukan

dengan peralatan-peralatan yang sederhana yang terdapat dalam masyarakat,

terutama untuk masyarakt pesisir.

Prose ini kita akan mendapatkan air tawar dan juga garan dapur, air

tawar yang didapatkan jernih dan garam dapur yang didapatkan relatif bersih

dan putih.

Dari penelitian yang dilakukan perlu sekali peralatan penguapan (panci

penguap) dibuat kedap dan tidak bocor, ini terlihat pada waktu pengujian

masih banyak uap yang bocor dan ini akan mempengaruhi jumlah air tawar

yang dihasilkan, begitu juga pipa saluran dari panci penguap kekondensor,

sebaiknya juga ukuran (diameter) pipa saluran uap diperbesar agar uap lebih

lancar kekondensor.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan.

Untuk proses penyulingan 1 liter air laut mmenjadi air tawar

dibutuhkan energi:

- Energi bahan bakar (LPG) = 1530,3295 Watt

- Energi panas sensible = 363,742 Watt

- Energi panas laten = 656,397 Watt

- Air tawar yanng dihasillkan = 814,5 ml

- Garam dapur yang dihasilkan = 34,75 gram.

5.2. Saran

Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dalam bidang ini mohon

disempurnakan lai peralatan yang diganakan dan atau mencoban dengan metode

yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai