Seri persyaratan penilaian kesehatan dan keselamatan kerja ini memuat persyaratan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar organisasi mampu mengendalikan resiko-
resiko K3 dan dapat meningkatkan kinerja K3 nyq. Persyaratan ini tidak secara khusus
menyatakan kriterira kinerja K3 (yang harus dipenuhi), juga tidak memberikan spesifikasi detil
tentang sistem manajemen.
3. Menjamin bahwa organisasi sesuai dengan kebijakan K3 yang dibuat sendiri oleh
organisasi
a. Melakukan penilaian diri sendiri dan mendeklarasikan diri sendiri (sesuai dengan standar
OHSAS ini)
b. Mendapat pengakuran kesesuaian (dengan standar OHSAS ini) dari pihak-pihak yang
berkepentingan seperti pelanggan.
Standar OHSAS ini dimaksudkan untuk hanya mencakup kesehatan dan keselamatan kerja, dan
tidak dimaksudkan untuk mencakup area lain seperti program kesehatan karyawan (asuransi dan
sebagainya), keamanan produk, kerusakan properti dan dampak lingkungan.
Beberapa standar yang memberikan informasi atau panduan yang berkaitan dengan stndar
OHSAS 18001 ini:
OHSAS 18002, sistem manajemen K3 - pandukan untuk penerapan OHSAS 18001
International Labour Organization:2001, Panduan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja.
Berikut ini adalah Istilah yang definisi yang berlaku yang digukan dalam dokumen OHSAS
18001 ini:
Resiko yang telah diturunkan hingga menjpai tingkat yang dapat ditoleransi dengan
mempertimbangkan peraturan legal dan kebijakan K3 organisasi.(3.16)
Proses sistematic, independen dan terdokumentasi unutk memperleh bukti audit dan
mengevaluasinya secara objective untuk menentukan sejauh mana kriteria audit terpenuhi.
Catatan 1: Independen tidak berarti harus pihak dari luar organisasi. Dalam banyak kasus,
khususnya di organisasi kecil, independensi dapat berarti bebas dari tanggung jawab terhadap
aktifitas yang diaudit.
Catatan 2: Untuk panduan lebih lanjut tentang bukti audit dan kriteria audit, lihat ISO 19011.
Proses berulang untuk meningkatkan sistem manajemen K3 (3.13) untuk mencapai peningkatan
dalam kinerja K3 (3.15) secara keseluruhan yang selaras dengan kebijakan K3 organisasi.
(3.17) (3.16)
Catatan 1 Proses Peningkatan tidak perlu dilakukan di semua area secara bersamaan.
Tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian (3.11) atau situasi yang tidak
diinginkan yang terdeteksi.
Catatan: Media dapat berupa kerjtas, magnetik, CD, foto atau sample master atau kombiasi dari
hal hal tersebut. [ ISO 914001:2004, 3.4 ]
Sumber, situasi, tindakan yang potensial menimbulkan cedera (3.8) atau penyakit atau
kombinasi keduanya terhadap manusia.
Kondisi fisik atau mental yang meburuk yang dapat diketahui yang mucul dari dan/atau
diperburuk oleh aktifitas dalam pekerjaan dan/atau situasi yang berhubungan dengan pekerjaan.
Kejadian terkait dengan pekerjaan dimana terjadi atau dapat saja terjadi cedera atau penyakit
(3.8)(terlepas dari tingkat bahayanya) atau terjadinya kamatian.
Catatan 1: Kecelakaan (accident) adalah insiden yang menyebabkan cidera, penyakit atau
kematian.
Catatan 2: Suatu insiden yang tidak menyebabkan cidera, penyakit atau kematian dapat disebut
nyaris terjadi (near miss), nyaris terkena (near hit, near call) atau kejadian berbahaya.
Catatan 3: Suatu keadaan darurat (lihat 4.4.7) merupakan suatu jenis insiden khusus.
Individu atau kelompok, di dalam dan diluar lokasi kerja yang berkepentingan (3.23) atau yang
dipengaruhi oleh kinerja K3 organisasi. (3.15)
3.12 Keselamatan dan kesehatan kerja (occupational health and safety (OH&S)
Kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan karyawan atau pekerja (termasuk pekerja sementara dan personal kontraktor),
pengunjung atau orang lain dalam lokasi kerja. (3.23)
Catatan: Organisasi dapat terkena persyaratan legal tentang kesehatan dan keselamatan orang
diluar tempat kerja langsung, atau yang terkena dampak dan aktifitas di tempat kerja.
Bagian dari sistem manajemen organisasi (3.17) untuk membangun dan menerapkan
kebijakan K3 (3.16) dan mengelola resiko resiko K3.(3.21)
Catatan1: Sistem manajemen adalah sekumpulan elemen yang berkaitan yang digunakan untuk
menetapkan kebijakan dan sasaran dan untuk mencapai sasaran tersebut.
Sasaran terkait dengan kinerja K3 (3.15) yang ditetapkan organisasi (3.17) untuk dicapai.
Catatan 2: Klausul 4.3.3 mensyaratkan bahwa sasaran K3 konsisten dengan kebijakan K3.
(3.16)
Catatan 1: Pengukuran Kinerja K3 mencakup pengukuran dan efektifitas dari pengendalian yang
dilakukan organisasi.
Catatan 2:Dalam konteks sistem manajemen K3 (3.17), hasil dapat diukur terhadap kebijakan
K3 (3.17), Sasaran K3 dan persyaratan kinerja K3 (3.16) yang lain.
Arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi (3.17) terkait dengan kinerja K3 (3.16) dan
secara formal diungkapkan oleh manajemen puncak.
Catatan1: Kebijakan K3 memberi kerangka untuk melakukan tindakan dan untuk menetapkan
sasaran K3. [ISO 14001:2004, 3.11 ]
Perusahaan, korporasi, firma, kelompok perusahaan, lembaga, instituis atau kombinasi dari hal
tersebut, kelompok atau bukan, publik ataupun pribadi yang mempunyai fungsi dan adminsitrasi
sendiri.
Catatan: Untuk organisasi dengan lebih dari satu unit operasi, unit operasi tunggal dapat disebut
sebagai organisasi. [ISO 14001:2004, 3.16 ]
Tindakan untuk menghilangkan penyebab dari ketidaksesuaian yang potensial terjadi (3.11) atau
situasi atau kondisi yang tidak diinginkan yang potensial terjadi.
Catatan 2: Tindakan pencegahan diambil untuk mencegah terjadinya suatu kejadian (yang belum
terjadi) sedang tindakan koreksi (3.4) diambil untuk mencegah terulangnya kejadian (yang
sudah terlanjur terjadi). [ ISO 9000:2005, 3.4.5 ]
Cara untuk melakukan aktifitas atau untuk melakukan proses. [ ISO 9000:2005, 3.20 ]
Dokumen (3.5) yang yang menggambarkan hasil yang dicapai dari aktifitas yang dilakukan atau
menggambarkan bukti dari aktifitas yang dilakukan. [ ISO 14001:2004, 3.20
Kombinasi dari tingkat kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang berbahaya atau yang
mengakibatkan bahaya dan tingkat keparahan dari cedera atau penyakit yang diakibatkan. (3.8)
3.22 Penialian resiko ( Risk Assessment )
Proses untuk mengavaluasi resiko (3.21) yang muncul dari suatu bahaya, dengan
mempertimbangkan kelayakan kontrol yang ada, dan memutuskan apakah resiko tersebut dapat
diterima atau tidak.
Suatu lokasi fisik dimana aktifitas terkait dengan pekerjaan dilakukan dibawah kontrol
organisasi.
Catatan: Untuk menentukan mana yang termasuk ‘area kerja', organisasi (3.17) perlu
mempertimbangkan dampak K3 terhadap personil yang, misalnya, melakukan perjalanan atau
transit (mengemudi, melakukan perjalan dengan pesawat terbang, kapal laut ataupun kerena),
bekerja di tempat klien atau pelanggan, bekerja dirumah.
Manajemen puncak harus menetapkan dan mengesahkan kebijakan K3 dan menjamin bahwa
kebijakan tersebut:
a. Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 yang ada di organisasinya masing-masing
c. Mencakup komitmen untuk paling tidak sesuai persyaratan legal yang berlakudan dengan
persyaratan lain
f. Di komunikasikan ke semua orang yang bekerja dibawah kontrol organisasi agar mereka
menyadari kewajiban individual mereka terkait K3;
g. Terbuka bagi pihak-pihak yang berkepentingan; dan
h. Di tinjau secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih relevan dan tepat
bagi organisasi
4.3.1 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan control (Hazard identification,
risk assessment and determining control)
b. Aktifitas dari semua orang yang mempunyai akses ke lokasi kerja (termasuk kontraktor dan
pengunjung)
d. Bahaya yang telah teridentifikasi yang berasal dari luar lokasi kerja yang dapat merugikan
kesehatan dan keselamatan orang-orang di lokasi kerja.
e. Bahaya bagi lingkungan sekitar lokasi kerja yang dihasilkan oleh aktifitas-aktifitas dari
lokasi kerja
Catatan 1: Lebih tepat bila bahaya seperti diatas dinilai sebagai aspek lingkungan.
f. Infrastruktur, peralatan dan material di lokasi kerja, baik yang dihasilkan oleh organisasi
maupun oleh pihak lain;
h. Perubahan dari sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan akibat dari
perubahan tersebut bagi operasi, proses dan aktifitas;
i. Semua persyaratan legal terkait dengan penilaian resiko dan penerapan kontrol yang
diperlukan;
j. Rancangan area kerja, proses, instalasi, peralatan, prosedur operasional dan pengaturan
kerja, termasuk penyesuaiannya dengan kemampuan manusia
b. Memberi panduan untuk identifikasi, prioritasisasi dan dokumentasi resiko, dan penerapan
kontrol dengan layak.
Untuk mengatur perubahan, organisasi harus mengidentifikasi bahaya K3 dan resiko K3 yang
berhubungan dangan perubahan-perubahan dalam organisasi, sistem manajemen atau aktifitas
sebelum perbuahan-perubahan tersebut diberlakukan.
Organisasi harus menjamin bahwa hasil dari penilaian dipertimbangkan dalam menentukan
kontrol.
Ketika menentukan kontrol, atau ingin merubah kontral yang sudah ada, harus dipertimbangkan
untuk menurunkan resiko menurut hirarki sebagai berikut:
a. Penghilangan
b. Penggantian
Organisasi harus mendokumentasikan hasil dari identifikasi bahaya, penilaian resiko dan kontrol
yang ditentukan dan menjaga dokumentasi tersebut tetap up-to-date.
Organisasi harus menjamin agar resiko K3 dan kontrol yang telah ditentukan dipertimbangkan
dalam menngembangkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3.
Catatan 2: Untuk panduan lebih lanjut mengenai identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
penentuan kontrol, lihat OHSAS 18002.
4.3.2 Persyaratan Legal dan Persyaratan Lainnya. (Legal and other requirements)
Organisasi harus menjaga agar informasi tersebut (persyaratan-persyaratan K3) tetap up-to-date.
Organisasi harus mengkomunikasikan informasi yang relevan terkait persyaratan-persyaratan K3
tersebut kepada personil-personil yang bekerja dalam kontrol organisasi dan kepada pihak-pihak
lain yang berkepentingan.
Sasaran harus terukur, sejauh memungkinkan, dan konsisten dengan kebijakan K3, termasuk
komitmen untuk mencegah terjadinya luka atau masalah kesehatan, untuk sesuai dengan
persyaratan legal dan persyaratan lainnya yang berlaku dan untuk peningkatan berkelanjutan.
a. Penentuan tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai sasaran-sasaran pada fungsi-
fungsi dan tingkatan yang relevan dalam organisasi, dan
Program-program harus ditinjau secara berkala pada interval yang terencana, harus di sesuaikan
bila diperlukan untuk menjamain sasaran-sasaran tersebut dapat tercapai.
Manajemen puncak harus mengambil tanggung jawab tertinggi untuk K3 dan sistem manajemen
K3.
Catatan 1: Sumber daya mencakup sumber daya manusia dan skil khusus, infrastruktur,
teknologi dan finansial.
b. Menentukan peranan, mengalokasikan penanggung jawab dan akuntabilitas, dan
mendelegasikan kewenangan untuk memfasilitasi manajemen K3. Peranan, tanggung jawab dan
akuntabilitas, dan kewenangan harusdikokumnetasikan dan dikomunikasikan.
Organisasi harus menunjuk anggota dan manajemen puncak dengan tanggung khusus untuk K3,
yang mempunyai peranan dan tangung jawab untuk (diluar tanggung jawab lainnya):
Catatan 2: Manajemen puncak yang ditunjuk (dalam organisasi besar, misalnya, anggota komite
eksekutif atau dewan eksekuit) dapat mendelegasikan tugas-tugas mereka kepada wakil
manajemen di bawah mereka dengan tetap mempertahankan akuntabilitas.
Identitas dari manajemen puncak yang ditunjuk harus dapat diketahui oleh semua orang yang
bekerja di bawah kontrol organisasi.
Semua yang mempunyai tanggung jawab manajemen harus menunjukkna komitmen mereka
untuk peningkatan secara berkelanjutan kinera K3.
Orgnisasi harus menjamin agar orang-orang di lokasi kerja mengambil tanggung jawab terhadap
aspek-aspek K3 yang berada dalam kontrol mereka dan taat kepada persyaratan-persyaratan K3
yang berlaku.
Organisasi harus menjamin agar semua orang yang bekerja di bawah kontrol organisasi, yang
melakukan pekerjaan yang dapat berdampak kepada K3 adalah orang-orang yang berkompeten
dilihat dari pendidikan, pelatihan atau pengalaman. Organisasi harus menyimpan catatan-catatan
terkait kompetensi tersebut.
Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan terkait dengan resiko K3 dan terkait
sistem manajemen K3. Organisasi harus memberikan pelatihan atau tindakan lain untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, mengevaluasi efektifitasnya dan menyimpan catatan-catatan
terkait.
Organsiasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk membuat orang-
orang yang bekerja di bawah kontrol organsiasi sadar akan:
a. Konsekwensi K3, baik aktual maupun potensial dari aktifitas dan perilaku mereka dan
keuntungan yang diperoleh dari peningkatan kinerja personal.
b. Peranan dan tanggung jawab serta pentingnya mencakai kesesuaian dengan kebijakan dan
prosedur-prosedur K3 dan dengan persyaratan-persyaratan sistem manajemen K3, termasuk
persyaratan mengenai kesiapan dan tanggap darurat.(lihat 4.4.7)
b. Resiko
Keterlibatan yang cukup dalam identifikasi bahaya, penilaian resiko dan dalam penetapan
kontrol
Keterlibatan yang cukup dalam investigasi kecelakaan
Keterlibatan dalam pengembangan dan peninjauan kebijakan dan sasaran K3.
Konsultasi bila ada perubahan-perubahan yang mempengaruhi K3 mereka
Keterwakilan dalam urusan-urusan menyangkut K3
Organisasi harus menjamin bahwa, bila dianggap perlu, pihak-pihak luar yang berkepentingan
dan relevan dikonsultasikan mengenai hal-hal terkait dengan K3.
4.4.4 Dokumentasi. (Documentation)
e. Dokumen, termasuk catatan, yang dianggap perlu oleh organisasi untuk menjamin
perencanaan, operasi dan kontrol proses yang efektif terkait dengan manajemen dan resiko K3.
Catatan: Penting sekali bahwa dokumentasi proporsional dengan kompleksitas, bahaya dan
resiko yang ada, dan dijaga agar minimal, seperlunya untuk efektifitas dan efisiensi.
Dokumen yang diperlukan oleh sistem manajemen K3 dan oleh standar OHSAS ini harus
dikontrol. Catatan adalah type khusus dokumen dan harus dikontrol sesuai dengan klausul 4.5.4.
c. Menjamin bahwa perubahan dan status revisi terbaru dokumen teridentifikasi (diketahui)
d. Menjamin bahwa versi yang relevandari dokumen yang berlaku tersedia di lokasi
penggunaan
e. Menjamin bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan dikenali dengan mudah
f. Menjamin bahwa dokumen yang berasal dari luar, yang ditentukan oleh organisasi perlu
untuk perencanaan dan operasi sistem manajemen K3-nya, diidentifikasi dan distribusinya
dikontrol
Organisasi harus menentukan operasi dan aktifitas yang terkait dengan bahaya-bahaya yang telah
teridentifiasi,. Semua operasi dan aktifitas tersebut memerlukan kontrol untuk penanganan resiko
K3. Perubahan-perubahan terhadap aktifitas dan operasi tersebut juga harus diatur.(lihat 4.3.1)
Untuk operasi dan aktifitas tersebut, organisasi harus menerapkan dan memelihara:
e. Kriteria operasi, bila dianggap bahwa ketiadaan kriteria dapat membuat penyimpangan
terhadap kebijakan dan sasaran K3.
Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat aktual dan mencegah atau mengurangi
konsekwensi K3 yang merugikan.
Organisasi juga harus menguji prosedur tanggap darurat secara berkalai dengan, bila
memungkinkan, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan.
Organisasi harus meninjau prosedur tersebut secara berkala dan melakukan perubahan-
perubahan bila diperlukan, khususnya setelah pengujian prosedur dan setelah terjadinya situasi
darurat (lihat 4.5.3)
d. Ukuran kinerja yang bersifat proaktif yang memantau kesesuaian dengan program-program
K3, kontrol dan kriteria operasional
e. Ukuran kinerja yang bersifat reaktif yang memantau kondisi kesehatan yang buruk, insiden
(termasuk kecelakaan dan ‘nyaris kecelakaan', dll.) dan bukti-bukti historis lain tentang kurang
baiknya kinerja K3
f. Pencatatan data dan hasil dari pemantauan dan pengukuran yang cukup untuk dijadikan
bahan analisa tindakan koreksi dan pencegahan selanjutnya.
Jika diperlukan peralatan untuk melakukan pemantauan atau pengukuran kinerja, organisasi
harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengkalibras dan memelihara peralatan
tersebut dengan layak. Catatan kalibrasi dan pemeliharaan dan hasilnya harus disimpan.
4.5.2.1 Konsistem dengan komitmen organisasi untuk sesuai dengan persyaratan legal dan
persyaratan lian terkait K3, organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk mengevaluasi kesesuaian dengan persyaratan legal K3 secara berkala (lihat 4.3.2)
Catatan: frekwensi evaluasi dapat berbeda-beda untuk setiap perayratan legal K3.
4.5.2.2 Organisasi harus mengevaluasi kesesuaian dengan persyaratan K3 lain yang berlaku bagi
organisai (lihat 4.3.2). Organisasi dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kesesuaian
terhadap persyaratan legal yang disebut dalam klausul 4.5.2.1 atau membuat prosedur yang
terpisah.
a. Menentukan ketidaklayakan K3 yang menjadi penyebab dan faktor lain yang dapat
menyebabkan atau memberi kontribusi terjadinya insiden.
Setiap kebutuhan tindakan koreksi atau peluang untuk tindakan pencegahan harus ditangani
sesuai dengan klausul 4.5.3.2
Bila dalam tindakan koreksi dan tindakan pencegahan teridentifikasi adanya bahaya baru atau
bahaya yang berubah atau dibutuhkan kontrol baru atau perubahan kontrol, prosedur harus
mensyaratkan agar penilaian resiko dilakukan sebelum tindakan diterapkan.
Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang diambil untuk menhilangkan penyebab dari
ketidaksesuaian aktuan dan potensial harus layak sesuai dengan tingkat permasalahan dan
sepadan dengan resiko K3 yang dihadapi.
Organisasi harus menjamin agar setiap perubahan yang terjadi karena dilakukannya tindakan
koreksi dan tindakan pencegahan disertai dengan perubahan dokumentasi sistem manajemen K3
yang diperlukan.
Catatan harus dijaga agar tetap dapat terbaca, dapat diidentifikasi dan ditelusuri.
Organisasi harus menjamin agar audit internal terhadap sistem manajemen K3 dilakukan berkala
dan terencana untuk:
a. Sesuai dengan pengaturan sistem K3 yang telah direncanakan dan dengan persyaratan
standar OHSAS ini.
Program audit harus direncanakan, ditetapkan, diterapkan dan dipelihara oleh organisasi,
didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktifitas-aktifitas organisasi dan pada hasil audit
sebelumnya.
a. Tanggung jawab, kompetensi dan syarat-syarat dalam perencanaan dan pelaksanaan audit,
pelaporan hasil audit dan penyimpanan catatan terkait.
Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus menjamin objektifitas dan impartiality (tidak
berat sebelah) proses audit.
4.6 Tinjauan manajemen.(Management review)
Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen K3 pada interval yang terencana, untuk
menjamin kecocokan sistem, kelayakan dan efektifitas. Peninjauan harus mencakup penilaian
peluang untuk peningkatan dan kebutuhan perubahan sistem manajemenK3, termasuk kebijakan
K3 dansasaran K3. Catatan tinjauan manajemen harus dipelihara.
a. Hasil audit internal dan hasil dari evaluasi kesesuaian dengan persyaratan legal dan
persyaratan lain yang berlaku.
d. Kinerja K3 organisasi,
h. Hal-hal yang berubah, termasuk perkembangan persyaratan legal dan persyaratan lain
terkait K3, dan
Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi untuk peningkatan
berkelanjutan dan harus mencakup keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan terkait
kemungkinan perubahan dalam hal:
a. Kinerja K3,
c. Sumberdaya, dan
Hasil yang relevan dari tinjauan manajemen harus tersedia (dapat diakses) untuk proses
komunikasi dan konsultasi (lihat 4.4.3)
__________________________
Anda dapat memperoleh informasi tentang informasi terbaru di ibrosys.com dengan menjadi
anggota ibrosys.com (silahkan create accout). Dengan menjadi anggota Anda menerima
newsletter secara berkala tentang sistem manajemen, sekaligus dapat mendiskusikan berbagai hal
tentang sistem manajemen di Forum.
Untuk menghubungi Ir. Iim Ibrohim terkait pelaithan dan program konsultasi dalam bidang
manajemen mutu, lingkungan dan keselamatan kerja, silahkan email ibrohim@ibrosys.com
Mengenali Bahaya K3
Dalam penerapan sistem manajemen K3, ‘bahaya’ adalah inti dari semua
persoalan. Jenis bahaya, tingkat kemungkinan kecelakaan dan resikonya menentukan berbagai
komponen lain dalam sistem seperti kebijakan, sasaran, kontrol operasional, sumber daya dan prosedur-
prosedur yang dibutuhkan.
Bahaya bisa bermacam-macam dan bisa muncul dari berbagai sumber. Setiap jenis industri mempunyai
bahaya-bahaya yang mungkin berbeda-beda. Meski begitu, beberapa kategori bahaya berikut adalah
kategori yang umum ada, yang bisa menjadi panduan dasar dalam mengenali bahaya apa yang ada
dalam setiap pekerjaan.
Bahaya fisika
Bahaya fisika adalah setiap gerakan dan setiap aliran enerji yang punya potensi merugikan manusia.
Masuk dalam jenis bahaya ini adalah bahaya karena aliran listrik, bahaya mekanis peralatan, getaran,
suara (yang memekakkan), enerji potensial gravitasi, panas dan radiasi.
Bahaya mekanik adalah bagian dari bahaya fisika yang disebabkan gerakan mekanis seperti putaran
bagian dari mesin. Bahaya ini mudah diamati. Setiap ada gerakan dari mesin atau bagian dari mesin,
entah linear ataupun radial, yang mempunyai kemungkinan kontak dengan pekerja, maka itulah bahaya,
terlepas dari seberapa besar kemungkinan tersebut dan terlepas dari apakah mekanisma pencegahan
kontak sudah diterapkan atau belum.
Bahaya kimia
Bahaya kimia adalah bahaya karena sifat dari bahan beberapa bahan kimia yang bisa merugikan pekerja.
Bahaya kimia tidak bisa langsung diamati seperti bahaya mekanik. Harus tahu lebih dahulu sifat dari
bahan kimia yang ada. Berbagai jenis solvent (pembersih pelarut), bensin, fumes (seperti pada proses
pengelasan), partikulat asbestos, siliki adalah beberapa contoh jenis bahaya ini. Cara paling mudah
untuk mengetahui apakah suatu bahan kimia berbahaya atau tidak adalah melihat MSDS (material
safety datasheet) – yang menurut undang-undang harus ada pada setiap penyimpanan bahan kimia.
Dari situ dapat diketahui sifat-sifat zat kimia (seperti mudah mengiritasi, mudah terbakar, mudah
meledak, mudah menghasilkan oksigen, menimbulkan kanker dan lain-lain).
Bahaya biologis
Yang termasuk dalam bahaya biologis adalah hewan liar, kuman, virus, jamur. Bahaya jenis ini adalah
bahaya yang umum di rumah sakit. Bahaya juga mungkin ada pada aktifitas penyediaan makanan /
katering dan pada organisasi yang area operasionalnya memungkinkan masuknya hewan liar.
Bahaya rancang kerja
Bahaya ini muncul karena lemahnya perancangan cara kerja yang dapat mengakibatkan kerugian
kesehatan dalam jangka waktu panjang. Pekerjaan yang dilakukan dengan sikap badan yang tidak netral
secara terus menerus atau pembebanan terus menerus pada salah satu anggota badan adalah contoh
dari jenis bahaya ini. Untuk dapat mengetahui bahaya-bahaya jenis ini diperlukan paling tidak tidak
pengetahuan dasar tentang ergonomi dan sikap netral anggota badan.
Tentu tidak cukup hanya mengenal bahaya. Tahapan selanjutnya untuk menciptakan tempat kerja yang
aman dan sehat adalah melakukan penilaian tingkat kemungkinan pekerja kontak dengan bahaya atau
terkena bahaya dan tingkat keparahan yang diakibatkannya bila hal tersebut terjadi. Hasil akhirnya
adalah penerapan kontrol operasional yang dibutuhkan, entah dengan penghilangan sama sekali
bahaya, penggantian material, rekayasa teknik, kontrol administratif dan/atau penggunaan alat
pelindung diri.
Internal Audit yang Effisien dan Bermanfaat
Anda pernah berpikir bahwa audit mutu adalah rutinitas yang membosankan, menyita
waktu dan hanya membawa sedikit manfaat? anda tidak sendirian. Banyak orang yang yang berpikiran
sama. Sayangnya anda tetap harus menyisihkan beberapa hari setahun dari waktu kerja anda untuk
aktifitas tersebut. Membuat cheklist (walaupun cuma copy paste), memeriksa dokumen yang sama,
memeriksa proses yang sama dan menemukan beberapa temuan yang hampir sama dan membuat
laporan yang kurang lebih juga sama dengan audit yang lalu. Apa sebetulnya tujuan dari semua itu?
mempertahankan selembar sertifikat ISO? Hanya itu?
Dalam persyaratan sistem manajemen seperti ISO-9001 dan 14001 disebutkan bahwa tujuan
audit internal adalah untuk memeriksa kesesuaian sistem dengan standar tersebut dan memerkisa
apakah sistem diterapkan dengan efektif dan dipelihara. Definisi audit sendiri adalah 'mencari
bukti-bukti audit dan mengevaluasinya untuk menentukan sejauh mana kriteria-kriteria audit
dipenuhi'. Dari tujuan dan definisi, 'kesesuaian' memang menjadi issue yang penting. Tidak salah
kalau kebanyakan auditor terlalu fokus hanya pada kesesuaian. Tetapi fokus pada kesesuaian
saja, ditambah dengan pemrograman yang kurang baik selalu akan melahirkan keluhan keluhan
tentang rutinitas yang berlebihan dan manfaat yang bisa diambil. Untuk aktifitas yang menyita
banyak waktu seperti audit internal, sangat wajar pihak manajemen meminta kompensasi yang
lebih, misalnya agar audit internal memberi dampak yang positif terhadap kinerja yang
manfaatnya terasa bagi organisasi.
Auditor internal harus memahami dengan baik prosedur atau dokumen lain yang menjadi acuan
audit kesesuaian. Auditor tidak lagi mencoba memahami prosedur sewaktu mengaudit.
Auditor internal harus membuat checklist yang cukup terperinci tentang 'apa yang akan
diobservasi' selama audit. Pembuatan checklist bukan hanya merubah kalimat positive dalam
prosedur menjadi kalimat pertanyaan. Ini biasa terjadi pada audit kesesuaian. Checklist
seharusnya berisi benda-benda, dokumen-dokumen dan segala hal yang akan diamati pada
audit nanti. Misalnya:
Dalam prosedur tertulis: 'Masukan dalam rapat tinjauan adalah: 1. Status hasil rapat tinjauan
manajemen terdahulu , 2. dst...'
Cheklist: 'Apakah masukan dalam rapat tinjauan mencakup status rapat tinjauan manajemen
terdahulu?'
Checklist tersebut tidak cukup untuk memberi panduan tentang apa yang akan diamati. Pada saat audit
auditor akan menyita waktu untuk berpikir apa yang harus diperiksa. checklist lebih baik berisi hal yang
spesifik seperti:
'check agenda rapat tinjauan manajemen terakhir. Bandingkan dengan laporan tinjauan terdahulu.
Apakah agenda mencakup status dari apa yang sudah diputuskan dalam laporan tinjauan manajemen
terdahulu?' Dengan checklist seperti ini, pada proses audit, auditor akan langsung meminta auditee
menunjukkan agenda rapat tinjauan terakhir dan laporan rapat tinjauan terdahulu lalu membandingkan
keduanya.
Checklist memang tidak selalu dapat dibuat spesifik. Tapi makin dalam auditor memahami suatu proses,
semakin tahu dia hal-hal spesifik apa yang seharusnya termuat dalam checklist.
Pelaksanaan yang tidak bertele-tele
Audit yang tidak bertele-tele adalah audit yang fokus pada pencarian bukti. Untuk compliance based
audit, bukti yang dicari adalah bukti kesesuaian. Untuk performance based audit, bukti yang dicari
adalah bukti bahwa suatu hal menjadi penyebab atau bukan penyebab dari kinerja yang ingin diperbaiki.
Checklist yang cukup spesifik dapat membantu auditor untuk tetap fokus pada apa yang ingin dia amati
untuk pembuktian tersebut.
7. Melaksanan audit
Sama halnya dengan compliance based audit, performance based audit dilakukan dengan panduan
checklist yang telah dibuat. Tentu saja, auditor juga harus membuka mata dan telinga untuk
mengidentifikasi adanya hal-hal lain yang harus diperiksa dan diamati diluar dari cheklist yang telah
dibuat. Ada kemungkinan terdapatnya faktor-faktor kritis yang tidak terduga sebelumnya pada tahap 5.
Keberhasilan performance based audit ditentukan dari akurasi penilaian auditor apakah faktor-faktor
kritis dari aktifitas-aktifitas yang diaudit bermasalah atau tidak bermasalah.
Kinerja proses keseluruhan dan pentingnya melakukan perbaikan (hasil dari tahap 1)
Aktifitas kritis dan kinerja spesifik dari aktifitas tersebut (tahapan 2 dan 3)
Faktor-faktor kritis yang mempengarui kinerja spesifik dari aktifitas (hasil dari tahapan 5
ditambah faktor lain yang mungkin baru ditemukan saat pelaksanaan audit)
Faktor-faktor kritis yang sudah dikelola dengan baik (hasil dari tahap 7)
Faktor-faktor kritis yang bermasalah, yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kinerja.
9. Follow-up audit
Follow-up audit dilakukan untuk menjamin bahwa tindakan koreksi temuan audit ditetapkan dan
diterapkan. Follow-up audit harus terus dilakukan sampai terdapat bukti bahwa masalah telah
diselesaikan atau pihak menajamen memutuskan untuk membiarkan masalah tersebut dan
menanggung resiko yang ada.
CONTOH PENERAPAN PERFORMANCE BASED AUDIT
Tabel berikut berisi contoh hasil dari kesembilan tahapan tersebut yang dapat memberikan
gambaran lebih jelas tentang performance based audit.
Contoh diambil dari audit proses pengendalian persediaan material di suatu perusahaan. Sebagai
gambaran, proses pengendalian persediaan material di perusahaan tersebut adalah proses yang
kompleks karena melibatkan puluhan jenis produk dengan setiap produk terdiri dari ratusan
komponen. Proses pengendalian persediaan material bertujuan untuk menjamin agar material
selalu tersedia pada saat dibutuhkan sehingga tidak terjadi kekacauan jadwal produksi dan
pengiriman. Proses tersebut juga masih bermasalah, dengan adanya banyak keterlambatan
pengiriman karena material sock out.
Hasil tahap #1
Hasil tahap#2
Aktifitas kritis (Atas dasar pengetahuan auditor dan hasil diskusi bersama penanggung jawab
proses dan manajer produksi sebagai pelanggan proses):
Pencatatan stock. Kemungkinan besar memberi kontribusi bagi masalah kinerja keseluruhan.
Stock opname selalu menunjukkan akurasi yang rendah.
Penyimpanan material. Ini masukan dari bagian produksi. Beberapa kasus terjadi dimana bagian
gudang mengatakan suatu material habis tetapi setelah beberapa lama mereka menemukan
bahwa barang masih tersedia di suatu tempat yang tidak semestinya. Pada saat itu produksi
sudah terlanjur berhenti dan penyebabnya dicatat sebagai kehabisan material
Perencanaan pembelian.
Hasil tahap #3
Hasil tahap #4
"Mencari peluang perbaikan pada proses pencatatan material dan penyimpanan barang yang
merupakan aktifitas kunci yang mempengaruhi proses pengendalian persediaan."
Hasil tahap #5
Pencatatan stock
Faktor kritis:
Penyimpanan barang
Faktor kritis:
Penyimpanan barang
Hasil Tahap #7
Dilakukan sesuai dengan checklist dan tentu bisa berkembang bila pada saat audit auditor berpendapat
suatu faktor penting atau suatu potential error baru ditemukan
Hasil Tahap #8
Kinerja pengendalian persediaan material : 5% dari total pengiriman terlambat karena terjadinya
stock out material. Kinerja ini akan sangat potensial membuat pelanggan kecewa.
Kinerja pencatatan stock, yang mempengaruhi langsung kinerja pegendalian persediaan material:
Rata-rata 7% data stock akhir tidak sesuai pada 3 kali stock opname terakhir.
Auditor: Mr. X
Hasil audit:
Pencatatan dan perhitungan stock material menggunakan cara yang sederhana dengan bantuan
aplikasi spreadsheet. faktor-faktor penting adalah
....(salin dari tahapan No. 5).
Form yang digunakan, kompetensi personil dan pemeliharaan peralatan yang digunakan
(komputer dan perangkat lunaknya) sudah cukup baik. Penyebab dari kinerja buruk adalah:
1. Lemahnya pengendalian master list material yang menjadi sumber cacuan nomor ID material
dalam pemasukan data penerimaan, pengeluaran dan perhitungan stock akhir. Lebih dari 40 ID
material merupakan ID ganda. Tabel Master List terdiri dari 3034 ID material dan tidak ada
penjaminan untuk menghindari terjadinya ID ganda. Kesalahan ini bersumber dari proses
'Penyusunan Bill of Material dan Master List Material'. Proses ini harus diaudit untuk
menindaklanjuti temuan ini.
2. Digunakan 5 file untuk pencatatan penerimaan dan pengeluaran. Kelima file tersebut
mempunya format yang sama sekali berbeda. Contohnya, pengeluaran untuk produksi dan
pengeluaran untuk penggantian reject produksi dan pengeluaran barang yang akan
dikembalikan ke pemasok (karena reject) berbeda, disesuaikan dengan form dari tiga jenis
pengeluaran tersebut. Ini akan menyulitkan perhitungan stock akhir yang dilakukan secara
manual data tersebut disalin dan dikumpulkan secara manual ke dalam file lain. Formula yang
lebih sederhana dan dapat menghitung stock akhir secara otomatis sebetulnya dapat digunakan
bila kelima file tersebut dibuat seragam. Penyatuan kelima file tersebut juga akan lebih
memudahkan perhitungan stock otomatis dan menyederhanakan pekerjaan pencatatan. Contoh
dari kelima file tersebut dan penjelasan tentang potensi kesalahan pencatatan dan perhitungan
terlampir dalam file ...
Untuk penyimpanan material tidak ada masalah yang ditemukan. Gudang mempunyai kapasitas yang
cukup untuk penyimpanan. Penyimpanan dilakukan dengan rapih dan memudahkan barang ditemukan
oleh operator gudang. Tata letak gudang juga diatur dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah 5S.
Masalah kesulitan menemukan barang yang sering dikeluhkan bagian produksi sebetulnya terkait
dengan ketidakakuratan data stock akhir. Beberapa kasus terjadi dimana menurut catatan komputer
stock tersedia padahal tidak dan sebaliknya.
Anda dapat memperoleh informasi tentang informasi terbaru di ibrosys.com dengan menjadi anggota
ibrosys.com (silahkan create accout). Dengan menjadi anggota Anda menerima newsletter secara
berkala tentang sistem manajemen, sekaligus dapat mendiskusikan berbagai hal tentang sistem
manajemen di Forum.
Untuk menghubungi Ir. Iim Ibrohim terkait pelaithan dan program konsultasi dalam bidang manajemen
mutu, lingkungan dan keselamatan kerja, silahkan email ibrohim@ibrosys.com