Anda di halaman 1dari 21

CP 1.1.

IDENTIFIKASI PERATURAN
PERUNDANGAN
Identifikasi Peraturan Perundang-undangan dan
Persyaratan Lainnya

• Form Laporan Identifikasi Peraturan Perundang-undangan dan


Persyaratan Lainnya digunakan untuk mencatat dan melaporkan
hasil identifikasi peraturan perundang-undangan yang harus
dipenuhi serta persyaratan lain yang berhubungan dengan 
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) termasuk di dalamnya
kontrak-kontrak dengan pihak ke tiga maupun aturan-aturan lain
yang diadopsi.
• Sehingga dengan form ini dapat dipantau tingkat pemenuhan
(kesesuaian) pelaksanaan K3 di tempat kerja dengan izin-izin,
peraturan perundang-undangan, persyaratan dalam kontrak
pihak ke tiga dan persyaratan lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan K3 di tempat kerja.
Terdapat beberapa parameter dalam identifikasi
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain
yang digunakan untuk mengukur tingkat pemenuhan
(kesesuaian) antara lain :
1. Sektor Bisnis Perusahaan.
2. Aktivitas-aktivitas operasional Perusahaan.
3. Produk-produk yang dihasilkan Perusahaan.
4. Proses-proses produksi dan proses-proses penunjang lainnya.
5. Daftar fasilitas umum dan penunjang operasional Perusahaan.
6. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam aktivitas
Perusahaan.
7. Daftar bahan-bahan/material yang digunakan dalam aktivitas operasional
Perusahaan.
8. Daftar dan alokasi tenaga kerja.
9. Lokasi dan denah perusahaan, dsj.
CP 1.2. PROSEDUR KERJA AMAN
1. Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko
dan Pengendalian Resiko K3
2. Prosedur Identifikasi Peraturan Perundang-
undangan dan Persyaratan K3
3. Prosedur Komunikasi K3
4. Prosedur Pelatihan K3
5. Prosedur Partisipasi dan Konsultasi K3
6. Prosedur Pengendalian Dokumen K3
CP 1.2.1. Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian
Resiko dan Pengendalian Resiko K3

• Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko K3


 merupakan sebuah prosedur yang wajib disusun untuk memenuhi
kriteria OHSAS 180001:2007 klausul 4.3.1. Hazard Identification,
Risk Assessment and Determining Control.
• Prosedur ini merupakan langkah awal dari perencanaan 
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
tempat kerja. Dari 
hasil identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko K
3
 dapat ditentukan langkah-langkah lanjutan yang diperlukan untuk
membangun SMK3 di tempat kerja.
Secara umum prosedur identifikasi bahaya, penilaian
resiko dan pengendalian resiko K3 meliputi hal sebagai
berikut :

1. Pengumpulan data :
2. Melaksanakan observasi lapangan.
3. Melaksanakan identifikasi bahaya berdasarkan 
5 faktor bahaya di tempat kerja.
4. Melaksanakan penialaian resiko berdasarkan matriks resiko.
5. Menentukan pengendalian resiko berdasarkan 
5 hierarki pengendalian resiko/bahaya K3.
6. Melaporkan hasil identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
pengendalian resiko kepada pimpinan perusahaan.
Form Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Resiko
• Form Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Resiko digunakan untuk mengidentifikasi semua
potensi bahaya K3 yang terdapat di dalam aktivitas-
aktivitas Organisasi/Perusahaan di tempat kerja,
dilanjutkan dengan melakukan penilaian resiko dari
potensi bahaya tersebut serta menentukan langkah-
langkah pengendalian bahaya dan resiko K3 tersebut.
Hasil dari form ini kemudian dapat dijadikan dasar
perencanaan penerapan dan pelaksanaan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja.
Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Resiko meliputi :

• Aktivitas rutin maupun non-rutin.


• Aktivitas siapa saja yang mendapat akses ke tempat kerja (tamu, pengunjung, kontraktor
dan suplier).
• Faktor budaya manusia.
• Bahaya dari luar tempat kerja yang dapat mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di tempat kerja.
• Bahaya aspek lingkungan di tempat kerja (tanah, air, udara, flora dan fauna).
• Infrastruktur, perlatan, permesinan, bahan dan material yang digunakan dalam aktivitas
operasional pekerjaan.
• Dampak perubahan organisasi, aktivitas dan material yang digunakan.
• Dampak perubahan sistem manajemen.
• Pemenuhan perundangan-undangan dan peraturan yang berlaku.
• Desain tempat kerja, proses, instalasi, prosedur, struktur organisasi termasuk penerapannya
terhadap kemampuan perorangan.
Identifikasi bahaya meliputi faktor-faktor bahaya
di tempat kerja antara lain :

• Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).


• Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif,
oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan
lingkungan, dsb).
• Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat
berat, ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya,
listrik, radiasi, kebisingan, getaran dan ventilasi).
• Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang
serta ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
• Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian
manajemen, lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
Detail Pencatatan :

1. Prioritas pengendalian.
2. Wewenang pengendalian.
3. Jadwal penyelesaian pengendalian.
4. Dokumentasi (gambar/foto).
Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki
sebagai berikut :

1. Eliminasi (Menghilangkan sumber bahaya).


2. Substitusi (Mengganti
proses/aktivitas/area/mesin/alat/bahan yang lebih aman).
3. Perancangan (Modifikasi
proses/aktivitas/area/mesin/alat/bahan yang lebih aman).
4. Administrasi (Prosedur, Aturan, Rambu dan Tanda Bahaya).
5. APD (Alat Pelindung Diri).
1.3. NCR: Non-Conformance Report (NCR) PERATURAN DAN
PERUNDANGAN K3

• Laporan Ketidaksesuaian, atau NCR, mencatat


dan melacak terjadinya Ketidaksesuaian baik
dalam dokumen atau dalam bentuk elektronik.
• Laporan-laporan ini berisikan tentang
ketidaksesuaian (NCR) dalam penerapan SMK3
di perusahaan yang kita audit. Ada 3 kategori
ketidaksesuaian dalam audit yaitu, kategori
minor, mayor dan kritikal.
CP2
CP 2.1. LAPORAN INVESTIGASI INSIDEN
LAPORAN STATISTIK KECELAKAAN KERJA

• Form Statistik Kecelakaan Kerja digunakan


untuk mengukur tingkat kinerja K3 di 
tempat kerja yang berkaitan dengan kejadian
kecelakaan/insiden kerja serta tingkat
keparahan yang ditimbulkan. Form ini kemudian
digunakan untuk menentukan/merencanakan
langkah-langkah perbaikan untuk mengurangi
angka kecelakaan/insiden kerja dan tingkat
keparahannya.
Perhitungan statistik kecelakaan kerja meliputi

• Frequency Rate (Tingkat Keseringan)


– Menentukan tingkat keseringan kecelakaan kerja / insiden
kerja per 1.000.000 (satu juta) jam kerja orang.
– FR = (Total Kasus Kecelakaan Kerja/Total Jam Kerja Orang) X
1.000.000
• Severity Rate (Tingkat Keparahan)
– Menentukan tingkat hari kerja yang hilang karena
kecelakaan kerja / insiden kerja per 1.000.000 (satu juta)
jam kerja orang.
– SR = (Total Hari Kerja Hilang karena Kecelakaan Kerja/Total
Jam Kerja Orang) X 1.000.000
• Incident Rate (Tingkat Kejadian)
– Menentukan prosentase tingkat terjadinya kecelakaan kerja
untuk tiap tenaga kerja.
– IR = (Total Kasus Kecelakaan Kerja/Total Tenaga Kerja) X 100%
• Average Time Lost Rate (Rata-rata Hilang Hari Kerja
karena Kecelakaan Kerja)
– Menentukan rata-rata hilangnya hari kerja karena kecelakaan
kerja untuk tiap kasus kecelakaan kerja.
– ATLR = (Total Hari Hilang karena Kecelakaan Kerja/Total Kasus
Kecelakaan Kerja)
• Safe-T Score (Nilai Keselamatan Kerja)
– Menunjukkan tingkat perubahan (peningkatan/perubahan)
kinerja K3 yang berkaitan dengan kecelakaan kerja /
insiden kerja.
– Safe-T Score = (FR(n) - FR(n-1))/FR (n-1)
– Keterangan:
• FR(n) = Nilai FR saat ini.
• FR(n-1) = Nilai FR waktu yang lalu.
• STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan perubahan berarti.
• STS diatas +2,00 menunjukkan keadaan memburuk.
• STS dibawah -2,00 menunjukkan keadaan yang membaik.
CP.2.2 INSPEKSI K3
• Pemeriksaan secara detail dan cermat
terhadap suatu objek apakah sesuai atau tidak
dengan aturan dan standar yang telah
ditetapkan dan dilakukan oleh petugas yang
mempunyai kompetensi yang sesuai dan
dilakukan secara berkala
• Pemenuhan Peraturan Pemerintah No. 50
Tahun 2012 Pasal 13 ayat (f) Kegiatan Inspeksi ,
kalibrasi & Pemeliharaan
TUJUAN INSPEKSI
• Bertujuan untuk memastikan apakah fasilitas
kerja yang ada dilapangan telah dikelola
dengan baik sehingga akan diperoleh umpan-
balik yang sangat berharga bagi manajemen
dalam merencanakan tindakan perbaikan.
Dengan dilaksanakannya Inspeksi, maka
dapat teridentifikasi adanya:
• 1. Adanya komitmen manajemen
• 2. Problem potensial
• 3. Defisiensi Peralatan
• 4. Kesalahan dalam pelaksanaan Pekerjaan
• 5. Efek perubahan
• 6. Kekurangan dalam tindakan perbaikan
• 7. Kinerja yang baik dan hasil mutu suatu produk
8. Hasil inspeksi dapat dijadikan topik dalam audit

Anda mungkin juga menyukai